makalah imunologi sudiono s (10330050)

40
MAKALAH IMUNOLOGI Macam – Macam Sel Pada Sistem Imun Disusun Oleh : SUDIONO S (10330050) FARMASI

Upload: dion-siagian

Post on 19-Jan-2016

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

MAKALAH IMUNOLOGI

Macam – Macam Sel Pada Sistem Imun

Disusun Oleh :

SUDIONO S (10330050)

FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA Dan ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT SAINS Dan TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2013

Page 2: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem imun mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,

organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta

menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang

sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit

karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.

Untuk selamat dari tantangan ini, beberapa mekanisme telah berevolusi yang

menetralisir patogen. Bahkan organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh

sistem enzim yang melindungi terhadap infeksi virus . Mekanisme imun lainnya yang

berevolusi pada eukariota kuno dan tetap pada keturunan modern, seperti tanaman, ikan,

reptil dan serangga. Mekanisme tersebut termasuk peptida antimikrobial yang disebut

defensin, fagositosis, dan sistem komplemen. Mekanisme yang lebih berpengalaman

berkembang secara relatif baru-baru ini, dengan adanya evolusi vertebrata. Imunitas

vertebrata seperti manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ tubuh dan jaringan

yang berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin. Sebagai bagian dari respon

imun yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata mengadaptasi untuk mengakui patogen

khusus secara lebih efektif. Proses adaptasi membuat memori imunologis dan membuat

perlindungan yang lebih efektif selama pertemuan di masa depan dengan patogen

tersebut. Proses imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.

Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga

berkurang, membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit

defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya,

menyebabkan munculnya infeksi. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit

genetik, seperti severe combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal

atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh

retrovirus HIV . Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif

menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing. Penyakit

autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus

Page 3: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

erythematosus. Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah

bagian dari penelitian.

B. Tujuan

Agar mahasiswa memahami bagaimana mekanisme system imun di dalam tubuh

Agar mahasiswa memahami bagian – bagian atau sel – sel dari system imun

Page 4: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Imunologi

Imunologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi imunitas. Imunologi

berasal dari ilmu kedokteran dan penelitian awal akibat dari imunitas sampai penyakit.

Sebutan imunitas yang pertama kali diketahui adalah selama wabah Athena tahun 430

SM. Thucydides mencatat bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya dapat

mengobati penyakit tanpa terkena penyakit sekali lagi. Observasi imunitas nantinya diteliti

oleh Louis Pasteur pada perkembangan vaksinasi dan teori penyakit kuman. Teori Pasteur

merupakan perlawanan dari teori penyakit saat itu, seperti teori penyakit miasma. Robert

Koch membuktikan teori ini pada tahun 1891, untuk itu ia diberikan hadiah nobel pada

tahun 1905. Ia membuktikan bahwa mikroorganisme merupakan penyebab dari penyakit

infeksi. Virus dikonfirmasi sebagai patogen manusia pada tahun 1901 dengan penemuan

virus demam kuning oleh Walter Reed.

Imunologi membuat perkembangan hebat pada akhir abad ke-19 melalui

perkembangan cepat pada penelitian imunitas humoral dan imunitas selular. Paul Ehrlich

mengusulkan teori rantai-sisi yang menjelaskan spesifisitas reaksi antigen-antibodi.

Kontribusinya pada pengertian imunitas humoral diakui dengan penghargaan hadiah nobel

pada tahun 1908, yang bersamaan dengan penghargaan untuk pendiri imunologi selular,

Elie Metchnikoff.

B. Pengertian Imunitas

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang

melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan

membunuh patogen serta sel tumor. Resistensi dan pemulihan pada infeksi virus

bergantung pada interaksi antara virus dan inangnya. Pertahanan inang bekerja langsung

pada virus atau secara tidak langsung pada replikasi virus untuk merusak atau membunuh

sel yang terinfeksi. Fungsi pertahanan nonspesifik inang pada awal infeksi untuk

menghancurkan virus adalah mencegah atau mengendalikan infeksi, kemudian adanya

Page 5: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

fungsi pertahanan spesifik dari inang termasuk pada infeksi virus bervariasi bergantung

pada virulensi virus, dosis infeksi, dan jalur masuknya infeksi (Mayer 2003).

sistem imun pada mamalia yaitu Stimulasi antigenik menginduksi respons imun

yang dilakukan sistem seluler secara bersama-sama diperankan oleh makrofag, limfosit

B, dan limfosit T. Makrofag memproses antigen dan menyerahkannya kepada limfosit.

Limfosit B, yang berperan sebagai mediator imunitas humoral, yang mengalami

transformasi menjadi sel plasma dan memproduksi antibodi. Limfosit T mengambil peran

pada imunitas seluler dan mengalami diferensiasi fungsi yang berbeda sebagai

subpopulasi (Sharma 1991).

Antigen eksogen masuk ke dalam tubuh melalui endosistosis atau fagositosis.

Antigen-presenting cell (APC) yaitu makrofag, sel denrit, dan limfosit B merombak

antigen eksogen menjadi fragmen peptida melalui jalan endositosis. Limfosit T

mengeluarkan subsetnya, yaitu CD4, untuk mengenal antigen bekerja sama dengan

Mayor Hystocompatablity Complex (MHC) kelas II dan dikatakan sebagai MHC kelas II

restriksi. Antigen endogen dihasilkan oleh tubuh inang. Sebagai contoh adalah protein

yang disintesis virus dan protein yang disintesis oleh sel kanker. Antigen endogen

dirombak menjadi fraksi peptida yang selanjutnya berikatan dengan MHC kelas I pada

retikulum endoplasma. Limfosit T mengeluarkan subsetnya, yaitu CD8, mengenali

antigen endogen untuk berikatan dengan MHC kelas I, dan ini dikatakan sebagai MHC

kelas I restriksi (Kuby 1999, Tizard 2000).

Limfosit adalah sel yang ada di dalam tubuh hewan yang mampu mengenal dan

menghancurkan bebagai determinan antigenik yang memiliki dua sifat pada respons imun

khusus, yaitu spesifitas dan memori. Limfosit memiliki beberapa subset yang memiliki

perbedaan fungsi dan jenis protein yang diproduksi, namun imun spesifik karena setiap

individu limfosit dewasa memiliki sisi ikatan khusus sebagai varian dari prototipe

reseptor antigen. Reseptor antigen pada limfosit B adalah bagian membran yang

berikatan dengan antibodi yang disekresikan setelah limfosit B yang mengalami

diferensiasi menjadi sel fungsional, yaitu sel plasma yang disebut juga sebagai membran

imunoglobulin. Reseptor antigen pada limfosit T bekerja mendeteksi bagian protein

asing atau patogen asing yang masuk sel inang (Janeway et al. 2001). Mekanisme kerja

sistem imun disajikan pada Gambar 2 (Cann 1977). morfologinya sulit dibedakan (Abbas

et al. 2000). Limfosit berperan dalam respons imun spesifik karena setiap individu

limfosit dewasa memiliki sisi ikatan khusus sebagai varian dari prototipe reseptor

antigen. Reseptor antigen pada limfosit B adalah bagian membran yang berikatan dengan

Page 6: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

antibodi yang disekresikan setelah limfosit B yang mengalami diferensiasi menjadi sel

fungsional, yaitu sel plasma yang disebut juga sebagai membran imunoglobulin.

Reseptor antigen pada limfosit T bekerja mendeteksi bagian protein asing atau patogen

asing yang masuk sel inang (Janeway et al. 2001).

Sel limfosit B berasal dari sumsum tulang belakang dan mengalami pendewasaan

pada jaringan ekivalen bursa. Jumlah sel limfosit B dalam keadaan normal berkisar antara

10 dan 15%. Setiap limfosit B memiliki 105 B cell receptor (BCR), dan setiap BCR

memiliki dua tempat pengikatan yang identik. Antigen yang umum bagi sel B adalah

protein yang memiliki struktur tiga dimensi. BCR dan antibodi mengikat antigen dalam

bentuk aslinya. Hal ini membedakan antara sel B dan sel T, yang mengikat antigen yang

sudah terproses dalam sel (Kresno 2004).

Jajaran ketiga sel limfoid adalah natural killer cells (sel NK) yang tidak memiliki

reseptor antigen spesifik dan merupakan bagian dari sistem imun nonspesifik. Sel ini

beredar dalam darah sebagai limfosit besar yang khusus memiliki granula spesifik yang

memiliki kemampuan mengenal dan membunuh sel abnormal, seperti sel tumor dan sel

yang terinfeksi oleh virus. Sel NK berperan penting dalam imunitas nonspesifik pada

patogen intraseluler (Janeway et al. 2001).

Antibodi diproduksi oleh sistem imun spesifik primer pada pemulihan pada

infeksi virus dan pertahanan pada serangan infeksi virus. Sel T lebih berperan pada

pemulihan infeksi virus. Sitotoksik sel T (CTLs) atau CD8 berperan pada respons imun

terhadap antigen virus pada sel yang diinfeksi dengan cara membunuh sel yang terinfeksi

untuk mencegah penyebaran infeksi virus. Sel T helper (CD4) adalah subset sel T yang

berperan membantu sel B untuk memproduksi antibodi. Limfokin disekresikan oleh sel T

untuk mempengaruhi dan mengaktivasi makrofag dan sel NK sehingga meningkat secara

nyata pada penyerangan virus (Mayer 2003).

Patogen yang mampu dijangkau oleh antibodi adalah hanya antigen yang berada

pada peredaran darah dan di luar sel, padahal beberapa bakteri patogen, parasit, dan virus

perkembangan replikasinya berada di dalam sel sehingga tidak dapat dideteksi oleh

antibodi. Penghancuran patogen ini membutuhkan peran limfosit T sebagai imunitas yang

diperantarai oleh sel. Limfosit T mengenal sel yang terinfeksi virus, virus yang

menginfeksi sel bereplikasi di dalam sel dengan memanfaatkan sistem biosintesis sel

inang. Derivat antigen dari replikasi virus dikenal oleh limfosit T sitotoksik. Sel tersebut

mampu mengontrol sel yang terinfeksi sebelum replikasi virus dilangsungkan secara

Page 7: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

lengkap. Sel T sitotoksik merupakan ekspresi dari molekul CD8 pada permukaannya

(Janeway et al. 2001).

Sistem imun terbagi dua berdasarkan perolehannya atau asalnya, yaitu :

1. Sistem imun Non Spesifik ( Sistem imun alami )

2. Sistem imun Spesifik ( Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi )

Berdasarkan mekanisme kerjanya, sistem imun terbagi, yaitu:

1. Sistem imun humoral ( sistem imun jaringan atau diluar sel, yang berperan

adalah Sel B “antibodi” )

2. Sistem imun cellular (sistem imun yang bekerja pada sel yang terinfeksi antigen,

yang berperan adalah sel T (Th, Tc, Ts) )

Disamping itu dalam sistem imun juga dikenal:

1. Komplemem (zat glikoprotein yang berperan membantu kerja sel imun yaitu

sebagai aktivator, mediator, penghancur)

2. Itokine/limfokim (zat yang dihasilkan oleh sel sel limfosit dan beberapa sel

sistem imun yang mana berperan sebagao motivator dalam sistem imun.

Perbedaan antara imunitas non spesifik dan spesifik adalah imunitas non spesifik

berespons dengan cara yang sama pada paparan berikutnya dengan mikroba, sedangkan

imunitas spesifik akan berespons lebih efisien karena adanya memori imunologik.

Dibawah ini terdapat bagan dari system imun, yaitu :

Page 8: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)
Page 9: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

C. Lapisan pelindung pada imunitas

Sistem kekebalan tubuh melindungi organisme dari infeksi dengan lapisan pelindung

kekhususan yang meningkat. Pelindung fisikal mencegah patogen seperti bakteri dan virus

memasuki tubuh. Jika patogen melewati pelindung tersebut, sistem imun bawaan

menyediakan perlindungan dengan segera, tetapi respon tidak-spesifik. Sistem imun

bawaan ditemukan pada semua jenis tumbuhan dan binatang. Namun, jika patogen berhasil

melewati respon bawaan, vertebrata memasuki perlindungan lapisan ketiga, yaitu sistem

imun adaptif yang diaktivasi oleh respon bawaan. Disini, sistem imun mengadaptasi respon

tersebut selama infeksi untuk menambah penyadaran patogen tersebut. Respon ini lalu

ditahan setelah patogen dihabiskan pada bentuk memori imunologikal dan menyebabkan

sistem imun adaptif untuk memasang lebih cepat dan serangan yang lebih kuat setiap

patogen tersebut ditemukan.

Baik imunitas bawaan dan adaptif bergantung pada kemampuan sistem imun untuk

memusnahkan baik molekul sendiri dan non-sendiri. Pada imunologi, molekul sendiri

adalah komponen tubuh organisme yang dapat dimusnahkan dari bahan asing oleh sistem

imun. Sebaliknya, molekul non-sendiri adalah yang dianggap sebagai molekul asing. Satu

kelas dari molekul non-sendiri disebut antigen (kependekan dari generator antibody) dan

dianggap sebagai bahan yang menempel pada reseptor imun spesifik dan mendapatkan

respon imun

Beberapa perisai melindungi organisme dari infeksi, termasuk perisai mekanikal,

kimia dan biologi. Kulit ari tanaman dari banyak daun, eksoskeleton serangga , kulit telur

dan membran bagian luar dari telur dan kulit adalah contoh perisai mekanikal yang

merupakan pertahanan awal terhadap infeksi. Namun, karena organisme tidak dapat

sepenuhnya ditahan terhadap lingkungan mereka, sistem lainnya melindungi tubuh

seperti paru-paru, usus, dan sistem genitourinari. Pada paru-paru, batuk dan bersin secara

Page 10: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

mekanis mengeluarkan patogen dan iritan lainnya dari sistem pernapasan. Pengeluaran air

mata dan urin juga secara mekanis mengeluarkan patogen, sementara ingus dikeluarkan

oleh saluran pernapasan dan sistem pencernaan untuk menangkap mikroorganisme.

Perisai kimia juga melindungi terhadap infeksi. Kulit dan sistem pernapasan

mengeluarkan peptida antimikroba seperti β-defensin. Enzim seperti lisozim dan

fosfolipase A2 pada air liur, air mata dan air susu ibu juga antiseptik. Sekresi Vagina

merupakan perisai kimia selama menarche, ketika mereka menjadi agak bersifat asal,

sementara semen memiliki pertahanan dan zinc untuk membunuh patogen. Pada perut,

asam lambung dan protase menyediakan pertahanan kimia yang kuat melawan patogen

yang tertelan ketika dimakan.

Dalam saluran pencernaan dan sistem genitourinari, flora komensal merupakan

perisai biologi dengan bersaing dengan patogen untuk makanan dan tempat, dan pada

beberapa kasus, dengan mengubah kondisi lingkungan mereka, seperti pH atau besi yang

ada. Hal ini mengurangi kemungkinan bahwa patogen akan menyebabkan penyakit.

Namun, sejak kebanyakan antibiotik mengincar bakteri dan tidak menyerang fungi,

antibiotik oral dapat menyebabkan "pertumbuhan lebih" fungi dan dapat menyebabkan

kondisi seperti kandiasis vagina. Terdapat bukti baik bahwa perkenalan kembali flora

probiotik, seperti budaya asli lactobacillus yang ada pada yogurt, menolong

mengembalikan keseimbangan kesehatan populasi mikrobial pada infeksi usus anak-anak

dan mendorong data pendahuluan pada penelitian Gastroenteritis bakterial, radang usus,

infeksi saluran urin dan infeksi setelah operasi.

Mikroorganisme yang berhasil memasuki organisme akan bertemu dengan sel dan

mekanisme sistem imun bawaan. Respon bawaan biasanya dijalankan ketika mikroba

diidentifikasi oleh reseptor pengenalan susunan, yang mengenali komponen yang

diawetkan antara grup mikroorganisme. Pertahanan imun bawaan tidak spesifik, berarti

bahwa respon sistem tersebut pada patogen berada pada cara yang umum. Sistem ini

tidak berbuat lama-penghabisan imunitas terhadap patogen. Sistem imun bawaan adalah

sistem dominan pertahanan seseorang pada kebanyakan organisme.

Page 11: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

Sel asal multipoten

Sel asal I Sel asal II

EritroidLimfoidMegakariosit Mieloid

Trombosit

Trombosit

Eritrosit

Sel Darah Merah

Limfosit T Limfosit B

Sel Plasma

Makrofag( Monosit dan

Makrofag Jaringan )

Granulosit( neutrofil, eosinofil, basofil )

SEL – SEL SISTEM IMUN

Sel – sel system imun tersebar di seluruh tubuh dan ditemukan di dalam darah, limfa,

saluran nafas, saluran cerna, dan saluran kemih. Sel – sel tersebut berasal dari sel asal yang

multipoten yang kemudian berdiferensiasi menjadi 2 golongan sel asal. Golongan sel asal

pertama berkembang menjadi :

a. Megakarosit, sel asal trombosit

b. Eritroid, sel asal eritrosit

c. Sel mieloid, sel asal granulosit, mastosit / basofil, monosit dan makrofag

Golongan sel asal yang kedua bekembang menjadi sel – sel yang berperanan dalam

system imun nonspesifik dan sel limfoid menjadi sel – sel yang berperanan dalam system

imun spesifik.

Gambar Proses Pematangan Sel Darah dan Sel Sistem Imun

Page 12: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

Untuk sel – sel leukosit yang diproduksi dalam sumsum tulang akan masuk ke tepi

pembuluh daah dan kemudian meninggalkan sirkulasi lalu masuk ke jaringan. Lama dalam

sirkulasi dan hidupnya berbeda sebagai beikut :

Darah Jaringan

Neutrofil 10 jam 1 – 2 hari

Eosinofil 2 hari 4 – 10 hari

Monosit / Makrofag 1 hari 4 – 12 hari s/d berbulan - bulan

Sel – sel system imun dapat dibagi menurut fungsinyan sebagai berikut :

1. Sel – sel system imun nonspesifik, yang terdiri atas :

a. Fagosit

- Mononuklier ( monosit dan makofag )

- Polimorfonuklier atau polimorf atau granulosit

b. Sel NK ( Natural Killer Cell )

c. Sel Mediator ( Basofil dan Mastosit )

2. Sel – sel system imun spesifik, yang terdiri atas :

a. Sel T

b. Sel B

Sel – sel system imun tersebut tidak bekerja sendiri – sendiri, tetapi merupakan kesatuan yang

beerja sama.

Page 13: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

1. SEL – SEL SISTEM IMUN NONSPESIFIK

A. Sel Fagosit

Istilah reticuloendothelial system adalah istilah lama yang merupakan sebutan

kolektif untuk semua sel fagosit yang dapat hidup lama di seluruh jaringan tubuh.

Sekarang system tersebut disebut system system fagosit makrofag.

Lisosom adalah organel yang ditemukan dalam semua sel, berisikan enzim yang

mencerna dan meusak bahan yang dimakan. Fagolisosom dibentuk oleh gabungan

fagosom dan lisosom. Segera setelah fagolisosom terbentuk, pH menurun dan

protease menjadi aktif.

Granul adalah lisosom khusus dari granulosit yang berisikan berbagai protein

bakterisidal. Tiap jenis granul terdiri atas potein khusus misalnya pada neutrofil

mieloperoksidase merupakan granul azurofilik primer, sedang laktoferin merupakan

granul sekunder.Lisozim ( muramidase ) adalah enzim yang mencerna ikatan

proteoglikan dalam dinding bakteri gam positif yang dilepas neutrofil dan beberapa

makrofag dan juga ditemukan banyak dalam sekresi tubuh.

Protein kationik ditemukan dalam granul neutrofil dan beberapa makrofag, merusak

lapisan lipid bagian lua bakteri gam negative. Defensin merupakan golongan peptide

kecil yang sitotoksik untuk bakteri, ditemukan dalam granul neutofil dan mempunyai

sifat antibacterial luas dan antimikotik. Laktoferin ditemukan dalam granul neutrofil

yang mengikat zat besi yang esensial untuk bakteri.

Fagosit Mononuklier

a. Sel Monosit

Asal fagosit mononuklier adalah sel asal dalam sumsum tulang. Sesudah

berproliferasi dan menjadi matang, sel tersebut masuk ke dalam peredaran

darah. Di dalam sirkulasi, sel ini disebut monosit yang berrfungsi sebagai

fagosit.

b. Sel Makrofag

Setelah 24 jam, sel monosit akan bermigrasi dari peredaan darah ke tempat

tujuandi berbagai jaringan dan disana berdiferensiasi sebagai makrofag. Jadi

makrofag tesebut bukanlah stadium akhir karena sel itu masih dapat

membelah diri membentuk protein dan dapat bertahan hidup berbulan –

bilan. Sel tersebut disebut fixed macrophage bila berbentuk khusus yang

tergantung dari alat atau jaringan yang ditempatinya. Namanya berbeda –

beda tapi semuanya mempunyai persamaan yaitu dapat mengikat dan

Page 14: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

memapa partikel antigen. Sel kupffer di hati berupa sel besar dengan banyak

poyeksi sitoplasma. Makrofag peritoneal bebas dalam caian peritoneum.

Kehadirannya sepanjang kapiler memungkinkan untuk menangkap pathogen

dan antigen yang masuk badan dengan mudah. Menurut fungsinya, makrofag

dapat dibagi menjadi 2, yaitu fagosit pofesional dan antigen presenting sel.

Tetapi ada pula makrofag yang memiliki kedua fungsi tesebut.

Fagosit Polimorfonuklier

Fagosit polimorfonuklier atau ganulosit dibentuk dalam sumsum tulang dengan

kecepatan 8 juta / menit dan hidup selama 2 – 3 hari, sedang monosit atau

makrofag dapat hidup untuk beberapa bulan sampai tahun. Granulosit

merupakan 60 – 70 % dari seluruh jumlah sel darah putih normal, tetapi

ditemukan juga di luar pembuluh darah oleh kaena dapat menembus dinding

pembuluh darah.

Ganulosit dibagi menurut pewarnaan histologik menjadi neutrofil, eosinofil, dan

basofil. Sel tersebut besama dengan antibody dan komplemen berperan pada

inflamasi akut. Fungsi utama polimorf yang menurun sering disertai dengan

meningginya kerentanan terhadap infeksi.

a. Neutrofil

Neutrofil merupakan 70% dari jumlah leukosit dalam sirkulasi. Biasanya

hanya berada dalam sirkulasi kurang dari 48 jam sebelum bermigrasi. Butir –

butir azurofilik primer ( lisosom ) mengandung hidrolase asam,

mieloperoksidase dan neuraminidase ( lisozim ), sedang butir – butir sekunde

atau spesifik mengandung laktoferin dan lisozim. Neutrofil mempunyai

reseptor untuk fraksi Fc antibody dan komplemen yang diaktifkan.

Mikroorganisme yang dicerna disimpan dalam vakuol yang disebut fagosom.

b. Eosinofil

Eosinofil merupakan 2 – 5 % dari sel darah putih oang ehat tanpa alergi.

Seperti neutrofil, eosinofil juga berfungsi sebagai fagosit. Eosinofil dapat

pula dirangsang untuk degranulasi sepeti halnya pada sel mastosit dan

basofil. Mediato – mediator yang dilepas oleh sel mastosit / basofil pada

reaksi alergi. Eosinofil diduga juga berperanan pada imunitas cacing.

Eosinofil dapat mengikat skistosoma yang dilapisi IgG untuk kemudian

Page 15: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

melalui degranulasi melepaskan protein yang toksik. Eosinofil memiliki

bebagai reseptordan juga seperti halnya denganmastosit memiliki reseptor

untuk IgE pada permukaannya dan berperanan pada imunitas parasit.

Fagosit Frustasi

Bila Fagosit menempel pada bahan tertentu ( membrane basal ) yang tidak dapat

dimakan, sel akan melepas enzim lisosomnya ke luar sel ( eksositosis ). Proses

tersebut dapat menimbulkan kerusakan seperti terjadi pada penyakit kompleks

imun.

B. Sel Nol atau Sel Populasi Ketiga

Sebagian sel limfoid tidak mengandung petanda seperti yang ditemukan pada

permukaan sel B dan sel T, oleh karena itu disebut sel nol atau sel populasi ketiga

atau non T non B. sel tersebut berupa large granular lymphocyte yang dapat dikenal

oleh karena memiliki petanda permukaan CD56 dan CD16 tetapi tidak CD3. Pada

orang normal merupaka 10 – 15% dari limfosit perifer dan 1 – 2% dari limfosit

limpa. Sel non T non B tersebut dibagi dalam sel NK ( Natural Killer ) dan sel K

( killer ). Sel NK dapat membunuh sel tumor dan sel yang mengandung virus dengan

cara nonspesifik tanpa bantuan antibody sedang sel K merupakan efektor Antibody

Dependent Cellular Cytotoxicity ( ADCC ) yang dapat membunuh sel tersebut secara

nonspesifik, tetapi hanya terjadi bila sel sasarannya dilapisi antibody.

C. Sel Mediator

1. Basofil dan Mastosit

Jumlah sel basofil yang ditemukan dalam sirkulasi darah sangat sedikit yaitu

kurang dari 0,5% seluruh sel darah putih. Sel basofil diduga berfungsi sebagai sel

mediator. Mastosit adalah sel yang dalam struktur, fungsi dan proliferasinya

serupa dengan basofil. Lain halnya dengan basofil, sel mastosit hanya ditemukan

dalam kebanyakan jaringan yang berhubungan dengan pembuluh darah. Baik sel

mastosit maupun sel basofil, melepaskan bahan – bahan yang mempunyai

aktivitas biologic, antara lain : meningkatkan permeabilitas vaskuler dan respon

inflamasi erta mengerutkan otot polos bronkus.

Page 16: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

Butir – butir di dalam kedua sel tersebut mengandung histamine, heparin, slow

reacting substance A ( SRS-A ) dan eosinophile chemotactic factor ( ECF ).

Degranulasi disebabkan antara lain akibat terjadiya ikatan antara antigen dan IgE.

Peningkatan IgE ditemukan pada eaksi alergi. Di pihak lain peningkatan kadar

IgE sering dihubungkan dengan imunitas terhadap parasit.

Basofil dan mastosit yang diaktifkan melepas bebagai mediator serta sitokin.

Mastosit memiliki reseptor untuk IgE dan karenanya dapat diaktifkan oleh

allergen yang spesfik. Disamping melalui mekanisme IgE, mastosit dapat pula

diaktifkan dan melepas mediator – mediatornya atas berbagai pengaruh seperti

PAF, C3a, C5a. selain pada alergi, peningkatan IgE sering pula dihubungkan

dengan imunitas parasit.

Ada dua macam sel mastosit yaitu terbanyak sel mastosit jaringan dan sel

mastosit mukosa. Yang pertama ditemukan sekitar pembuluh darah dan

mengandung sejumlah histamine dan heparin. Pembentukannya dicegah oleh

kromoglikat. Yang kedua ditemukan di saluan cerna dan napas. Proliferasinya

dipengaruhi IL-3 dan IL-4 dan ditingkatkan pada infeksi parasit.

Page 17: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

MASTOSIT

Gambar Berbagai Pengaruh Yang Dapat Merangsang Mastosit Melepas Mediator

ALERGEN

HIPOKSIA

OBATOpioid

AntibiotikKontras

Pelemas otot

SEL YANG DAPAT MERANGSANG PENGLEPASAN HISTAMINNeutrofilEosinofilLimfositMakrofagTrombositSel endotelBilas nasal

Ca IONOPHOR (A-23187 )

ANAFILATOKSIN C3a, C4a, C5a

NEUROTENSIN ATPSUBSTANCE P

RANGSANGAN FISISPanasSinar matahariDinginTekanan

SITOKINIL-1IL-3GM-CSF

Page 18: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

2. Trombosit

Peranan trombosit yang banyak diketahui ialah hemostatis melalui pembentukan

agregasi di dinding vaskuler yang rusak. Jumlah trombosit yang menurun akan

disertai dengan perdarahan. Sebetulnya trombosit mempunyai peranan penting

pula pada inflamasi. Tombosit merupakan sel darah dengan jumlah terbanyak

dalam sirkulasi setelah sel darah merah. Jumlah trombosit berbanding leukosit

adalah sekitar 20 – 50 berbanding satu.

Hal – hal yang mengaktifkan leukosit akan pula mengaktifkan trombosit.

Trombosit diaktifkan melalui petanda permukaan yang dimilikinya. Sekarang

telah diketahui bahwa trombosit berperan pada hemostatis, modulasi respon

inflamasi, sitotoksik sebagai sel efektor dan penyembuhan jaringan.

Akibat kerusakan endotel, trombosit melekat dan menggumpal pada permukaan

endotel seta melepas berbagai bahan antara lain serotonin yang dapat

meningkatkan pemeabilitas vaskuler dan mengaktifkan komplemen untuk

melepas factor kemotatik. Trombosit diaktifkan pula oleh Platelet Activating

Factor. Yang dilepas sel lain seperti mastosit.

D. Sel Asesori

Yang digolongkan ke dalam sel asesori adalah eosinofil, basofil, sel mastosit,

trombosit dan sel APC. Eosinofil berperan dalam imunitas / kerusakan beberapa

parasit dan inflamasi. Basofil, sel mastosit dan trombosit mengandung berbagai

molekul yang berperan dalam inflamasi. Sel – sel asesori berinteraksi dengan sel

APC dan menimbulkan respon imun yang efektif.

Page 19: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

2. SEL – SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

Limfosit yang merupakan 20 % dari semua leukosit dalam sirkulasi darah orang dewasa

terdiri atas sel T dan sel B, merupakan kunci pengontrol system imun. Sel – sel tersebut

dapat mengenal benda asig dan membedakannya dari sel jaringan sendiri. Biasanya sel

limfosit hanya memberikan reaksi tehadap benda asing, tetapi tidak tehadap sel sendiri.

Kemampuan mengenal limfosit tersebut disebabkan oleh adanya reseptor pada pemukaan

sel ( TCR ). Sel B mengenal antigen melalui TCR yang berupa immunoglobulin

(antibody) pada permukaan selnya. TCR sel T ditemukan pada semua sel T yang matang

yang dapat mengenal peptide antigen yang berhubungan dengan molekul MHC. TC sel T

terdiri atas heterodimer yang mengikat antigen / MHC dan komleks polipeptida yang

disebut kompleks CD3 yang diperlukan untuk mencetuskan aktivasi sel T selanjutnya.

A. SEL T

Perkembangan Sel T

Pada neonates, timus merupakan salah satu tempat pematangan sel. Sel asal sel T

berasal dari sumsum tulang, memasuki timus dan berproliferasi di region

subkapsuler. Sel tersebut adalah CD4-8- dan bekembang dengan cepat menjadi

CD4+8+ di region kortikal yang merupakan sebagian besar dari timosit. Dalam

perkembangan selanjutnya timosit mendapat TCR dan mengalami seleksi positif

dan negative. Timosit yang berdiferensiasi akan kehilangan CD4 atau CD8 saja di

medulla. Sel yang gagal mendapat TCR yang berfungsi atau tidakdapat berinteraksi

dengan molekul MHC, atau yang mengenal self-antigen akan mati dalam korteks

dan dimakan makrofag.

Seleksi positif dan negative adalah proses yang menghindarkan sel T dari apoptosis

dalam perkembangannya. Sel diseleksi melalui interaksi dengan molekul MHC

pada epitel sel timus dan di seleksi negative bila dikenalnya self antigen yang

dipresentasikan molekul kepada sel dedritik yang berfungsi sebagai sel APC.

Diduga 90 % timosit yang gagal memperoleh reseptor yang diperlukan untuk

berfungsi akan dihancurkan. Sel T merupakan 65 – 80 % dari semua limfosit dalam

sirkulasi. Di bawah mikroskop biasa, sel T tidak dapat dibedakan dari sel B.

Page 20: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

Gambar Penampang Sel T

Fungsi Sel T

Membantu sel B dalam produksi antibody

Mengenal dan menghancurkan sel yang teinfeksi vius

Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis

Mengontrol ambang dan kualitas system imun

Subset Sel T

Sel T terdiri atas beberapa sel subset sebagai berikut :

1. Sel Th ( T helper )

Sel Th berperan menolong sel B dalam diferensiasi dan memproduksi antibody.

Untuk membentuk antibody, kebanyakan antigen T dependen harus dikenal

terlebih dahulu baik oleh sel T maupun oleh sel B. sel Th juga berpengauh atas

sel Tc dalam mengenal sel yang teinfeksi virus dan jaringan cangkok

allogeneic. Istilah sel T induce dipakai untuk menunjukkan aktivitas sel Th

dalam mengaktifkan sel subset T lainnya. Sel Th juga melepas limfokin yang

mengaktifkan makrofag sehingga dapat menghancurkan pathogen yang

dimakannya dan sel – sel lainnya. Kebanyakan sel Th adalah CD4+ yang

mengenal antigen yang dipresentasikan di permukaan sel APC yang

berhubungan dengan molekul MHC kelas II.

Page 21: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

Gambar Sel T Pembantu

Gambar Sel T Pembunuh

2. Sel Ts ( T suppressor )

Page 22: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

Sel Ts berperan menekan aktivitas sel T yang lain dan sel B. menurut fungsinya

sel Ts dapat dibagi menjadi sel Ts spesifik untuk antigen tertentu dan sel Ts

nonspesifik. Tidak ada petanda unik pada sel ini., tetapi ada penelitian yang

menemukan molekul CD8+. Molekul CD4+ kadang dapat pula supresif.

Dasar seluler imunoregulasi sel Ts terjadi melalui :

Efek sitostatik terhadap sel CD8+

Blockade pasif aktivasi limfosit

Sekresi molekul imunosupresif seperti PG atau TGF-β

Produksi sitokin setempat

3. Sel Tdh atau Td ( delayed hypersensitivity )

Sel Tdh adalah sel yang berperan pada pengerahan makrofag dan sel inflamasi

lainnya ke tempat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Dalam

fungsinya, sel Tdh sebenarnya menyerupai sel Th.

Melalui sitokin yang dilepas, sel Th juga berperan pada aktivasi limfosit lainnya

dan monosit antara lain pengerahan makrofag dan sel inflamasi yang terlihat

pada reaksi inflamasi hipersensitivitas lambat. Sel T yang aktif berperan pada

jenis reaksi tersebut adalah sel Tdh. Pada tikus sel Th dapat dibedakan dari sel

Tdh, tetapi pada manusia perbedaan antara kedua sel tersebut belum dapat

ditunjukkan.

4. Sel Tc

Sel Tc adalah limfosit kecil beasal dari sel asal dalam sumsum tulang. Sel

tersebut matang dalam timus untuk mendapat reseptor spesifik terhadap

fragmen antigen. Kebanyakan sel Tc adalah CD8+ dan hanya mengenal antigen

yang berhubungan dengan MHC kelas I. fungsi utamanya ialah mengeliminir

sel yang terinfektir virus. Sel Tc akan juga menghancurkan sel ganas dan sel

histoinkompatibel seperti penolakan pada transplantasi. Dalam keadaan tetentu

dapat juga menghancurkan sel yang terinfekti bakteri. Sel Tc mempunyai

kemampuan untuk mengahncukan sel allogenic dan sel sasaan yang

mengandung virus.

Page 23: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

5. Sel Limfosit Naif ( virgin )

Sel limfosit naïf adalah sel limfosit yang belum pernah terpajan dengan antigen

dan menunjukkan molekul permukaan CD45RA.

6. Sel Th0

Sel Th dibagi menjadi sel Th1 dan Th2 atas dasar jenis – jenis sitokin yang

diproduksinya. Ada klon sel T yang mempoduksi berbagai kombinasi sitokin

dari kedua jenis sel tersebut, misalnya IL-2, IFN dan IL-4 yang disebut sel Th0.

7. Sel Regulator dan Efektor

Sel Th dan Ts disebut juga sel T regulator, sedang sel Tdh dan sel Tc disebut sel

T efektor.

B. SEL B

Pada manusia belum didapatkan hal yang analog dengan bursa tersebut dan

pematangan tejadi di sumsum tulang atau ditempat yang belum diketahui. Sel matang,

sel B bergerak kea lat – alat seperti limpa, kelenjar limfe dan tonsil.

Sel B termuda ditemukan dalam hati fetus dan sumsum tulang dan belum

mempunyai immunoglobulin permukaan / petanda. Mula – mula dibentuk IgM dalam

sitoplasma yang dapat digunakan sebagai cirri dari pe-B cell. Dalam stadium

selanjutnya IgM tersebut di dorong keaah membrane sel dan kemudian dijadikan

resepto monomerik permukaan sIgM. Sekarang sel B dapat mengenal antigen untuk

pertama kali. Kontak antara antigen dan sel B muda ini tidak menimbulkan ekspansi

dan dierensiasi lebih lanjut. Dalam perkembangan selanjutnya, dibentuk IgD yang

kemudian juga di dorong kea rah membrane sel. Sel yang sudah memiliki reseptor

IgM dan IgD dianggap matang. Kebanyakan sel B yang matang dan belum diaktifkan

meninggalkan sumsum tulang. Perkembangan sel B dalam sumsum tulang adalah

antigen independen tetapi perkembangan selanjutnya memerlukan rangsangan dari

antigen. Sel B dalam istirahat berukuran kecil dengan sedikit sekali sitoplasma. Bila

diaktifkan berkembang menjadi limfiblas. Beberapa diantaranya menjadi matang / sel

plasma yang tidak lagi memiliki Ig pada permukaannya, tetapi mampu memproduksi

Page 24: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

antibody bebas. Beberapa limfoblas berkembang menjadi sel memori. Atas pengaruh

antigen melalui sel T, Sel B berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma

yang mapu membentuk dan melepas Ig dengan spesifitas yang sama seperti reseptor

yang ada pada permukaan sel pekursornya. Pada waktu yang sama, sebagian sel yang

dibentuk akan kmbali kedalam fase istirahat, sel B yang matang sebagai sel B memori

yang dapat memberikan espon imun dengan lebih cepat.

Rangsangan antigen pertama menimbulkan diproduksinya IgM dan rangsangan

selanjutnya menimbulkan IgG atau IgA atau IgE. Sebab yang menyebabkan switch

ini belum diketahui. Sel B merupakan 5 – 15 % dari jumlah seluruh limfosit dalam

sikulasi. Fungsi utamanya adalah mempoduksi antibody. Sel B ditandai dengan

adanya Ig yang dibentuk di dalam sel dan kemudian dilepas, tetapi sebagian

menempel pada pemukaan sel yang selanjutnya berfungsi sebagai reseptor antigen.

Kebanyakan sel B perifer mengandung IgM dan IgD dan hanya bebeapa sel yang

mengandung IgG, IgA atau IgE. Pada pemukaan tersebutyang dapat ditemukan

dengan teknik imunofluoresen. Sel – sel limfoid tidak dapat dibedakan satu dai

lainnya dengan mikroskop biasa.

1. Ig Permukaan ( sIg )

Semua sel B memilikimolekul Ig pada permukaannya, atau hanya IgM atau hanya

IgG dan sebagainya.

2. Reseptor Fc ( FcR )

Semua el B memiliki reseptor terhadap fraksi Fc ( Fcr ) dari IgG. Reseptor tesebut

dapat ditunjukkan dengan menambahkan sel darah meah biri – biri yang dilapisi

antibody IgG ke larutan sel B yang akan membentuk rosette

3. Reseptor C3

Sel B memiliki pula reseptor tehadap komponen komplemen yang diaktifkan C3b.

oleh karena itu sel B dapat pula ditunjukkan dengan caa rosette.

4. Reseptor Epstein Barr Virus ( EBV )

Virus Epstein Bar dapat diikat sel B melalui reseptor spesifik. Infeksi EBV sering

menimbulkan replikasi sel B yang stabil dan teus menerus.

Page 25: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

5. Presentasi Antigen dan MHC

Seperti halnya dengan makofag, sel B memiliki antigen MHC kelas II yang

diperlukan untuk merangsang sel T. sel B dapat mengikat antigen melalui

antibody pada permukaannya dan mempresentasikan ke sel T dalam hubungannya

dengan MHC kelas II. Disini sel B befungsi sebagai APC.

C. Imunoregulasi

Imunoegulasi diatur primer oleh antigen dan sekunder oleh interaksi antar

limfosit, APc dan poduknya seperti antibody dan sitokin. Antigen merupakan inisiator

primer dari respon imun kaena sinyal pertama yang diperlukan untuk merangsang

limfosit adalah antigen / MHC. System imun bekerja untuk mempertahankan

homeostatis dengan menyingkirkan antigen tersebut sehingga system imun dapat

kembali ke fase semula.

Page 26: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi

tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen

serta sel tumor. Dalam system imun terdapat beberapa sel, yaitu : Fagosit, Sel NK

(Natural Killer Cell), Sel Mediator ( Basofil dan Mastosit ), Sel B, dan Sel T.

Sistem imun terbagi dua berdasarkan perolehannya atau asalnya, yaitu :

Sistem imun Non Spesifik ( Sistem imun alami )

Sistem imun Spesifik ( Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi )

Berdasarkan mekanisme kerjanya, sistem imun terbagi, yaitu:

1. Sistem imun humoral ( sistem imun jaringan atau diluar sel, yang berperan adalah Sel

B “antibodi” )

2. Sistem imun cellular (sistem imun yang bekerja pada sel yang terinfeksi antigen, yang

berperan adalah sel T (Th, Tc, Ts) )

DAFTAR PUSTAKA

Page 27: Makalah Imunologi Sudiono S (10330050)

www.wikipedia.com

www.google.com

Buku Panduan Imunologi Dasar