imunologi mukosa

Upload: khairunnisa-syamsi

Post on 17-Jul-2015

255 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Imunologi mukosaOleh Khairunnisa

Sistem imunitas mukosa Berlawanan dari sistem imunitas lain Menekan imunitas Mukosa berhubungan langsung dengan lingkungan luar Ag lebih besar dari imunitas sistemik Ag yang telah menembus mukosa dieliminasi Reaksi imun diatur sel- sel regulator

Sal nafas atas Sal genital

Sal cerna Kljr mammae

Jaringan mukosa

Sistem imun mukosainnatefagositosis

adaptifMelindungi permukaaan dan bag dakam mukosa

lisis

Mekanisme sistem imunitas mukosaBarrier fisik

Enzim luminal

Menekan respon imunitas

IgA sekretori

Sel T regulator spesipik

Respon umum imunologi Mukosa

Fungsi distem imun mukosa1. Melindungi membran mukosa dari invasi dan kolonisasi mikroba berbahatya 2.Melindungi uptake antigen 3.Melindungi berkembangnya respon imun yg berpotensi merugikan

MALT ( Mucosa Assosiated Lympoid Tissue) Menyeleksi mekanisme efektor yang sesuai dan mengatur intensitas utk menghindari kerusakan jaringan Sistem imun kompartemenisasi Fungsi esensial berdiri sendiri dari apatrus sisem imun

MALTJaringan limpoid mukosa terorganisir( tonsil, Peyers path, folikel limpoid yg terisolir

Sistem imunologi mukosa tersebar : Limposit intraepitel dan lamina propria

Respon Umum Imunologi Mukosa

Antigen yang berada di lumen diambil oleh sel epitelial abortif dan sel epitelial spesifik (sel membran atau sel mikrofold atau sel M) di mukosa induktif, dibawa atau langsung ditangkap oleh antigenpresenting cel (APC) profesional (APC terdiri dari; sel dendritik (DC), sel limfosit B dan makrofag) dan dipresentasikan kepada sel-sel T konvensional CD4+ dan CD8+

Beberapa antigen juga bisa langsung diproses dan dipresentasikan oleh sel epitelial kepada sel T intraepitelial tetangga (neighboring intraepithelial T cells) meliputi sel T dengan limited resevoire diversity (sel T dan sel NKT).

Respons imun mukosa dipengaruhi oleh alamiah antigen, tipe APC yang terlibat dan lingkungan mikro lokal. kebanyakan tipe adalah antigen non patogen (protein makanan), jalur normal untuk sel dendritik mukosa dan APC lain terlihat melibatkan sel T helper 2 dan respons berbagai sel T regulator, biasanya hasilnya adalah supresi aktif imunitas sistemik, toleransi oral.

Antigen dan adjuvant, meliputi kebanyakan patogen, mempunyai motif disensitisasi oleh APC mukosa sebagai pertanda bahaya (contoh; ligan toll-like reseptor (TLR)) disatu sisi dan kondisi proinflamasi pada umumnya, menghasilkan respons imun yang lebih kuat dan luas, baik sekresi hormonal maupun sisi efektor imunitaas seluler dan tidak menghasilkan toleransi oral.

Ini diasumsikan bahwa pengenalan patogen oleh TLR APC mukosa membedakan dari respons pada flora komensal. Tetapi terakhir ditemukan bahwa pada kondisi normal, bakteri komensal dapat dikenali oleh TLR, interaksi ini tampaknya suatu yang penting untuk menjaga homeostasis epitel di usus

Sel B maupun sel T yang tersensitisasi, meninggalkan tempat asal dimana berhubungan dengan antigen (contohnya plak payeri), transit melewati kelenjar limfe, masuk ke sirkulasi, dan kemudian menempatkan diri pada mukosa terseleksi, umumnya pada mukosa asal dimana mereka kemudian berdeferensiasi menjadi sel plasma dan sel memori, membentuk IgA sekretori

Sel dendritikimprinting of gut homing specifity, terlihat terdiri dari retinoid acid yang diproduksi oleh sel dendritik intestinal tetapi tidak oleh sel dendritik limfoid lain. ,Sel dendritikimprinting of gut homing specifity, terlihat terdiri dari retinoid acid yang diproduksi oleh sel dendritik intestinal tetapi tidak oleh sel dendritik limfoid lain.

Pada saat yang sama, oleh karena kemokin, integrin dan sitokin terekspresi berbeda diantara jaringan mukosa, fakta tersebut juga bisa menerangkan sebagian, mengapa didalam sistem imun mukosa, ada hubungan kompartemenisasi khas dengan tempat mukosa terinduksi (contohnya usus dengan glandula mamae dan hidung dengan saluran pernafasan dan genital).

Adanya hubungan kompartemenisasi ini menjadi pertimbangan tempat diberikannya imunisasi mukosa akan efek yang diharapkan Imunisasi oral akan menginduksi antibodi di usus halus (paling kuat di proksimal), kolon asenden, glandula mamae dan glandula saliva tetapi tidak efektif menginduksi antibodi di segmen bawah usus besar, tonsil dan genital wanita. Sebaliknya imunisasi perektal, akan menghasilkan respons antibodi yang kuat di rektum tetapi tidak di usus halus dan colon proksimal

Mekanisme efektor imunologi mukosa Eliminasi patogen dan inisisasi respons imun adaptif. Oleh netrofil fagositik, makrofag dan sel NKMekanisme pertahanan sistem imun adaptif di permukaan mukosa adalah suatu sistem yang diperantarai antibodi IgA sekretori Induksi IgA melawan patogen mukosa dan antigen protein terlarut bergantung pada sel T helper.

Mekanisme regulator pd Imunologi mukosa Anergi terhadap sel T antigen spesifik terjadi bila inhalasi atau menelan sejumlah besar protein terlarut, dan penghilangan (deleting) sel T spesifik terjadi setelah pemberian antigen dosis nonfisiologis, secara masif.

Sistem imunitas mukosa saluran nafas

NALT

Nose assosiated lymphoid tissue

LALT BALT

Larynk assosiated lymphoid tissue

Bronchus assosiated lymphoid tissue

Respons imun diawali oleh sel M (microfold cells) yang berlokasi di epitel yang melapisi folikel MALT Sel M bertugas untuk uptake dan transport antigen lumen dan kemudian dapat mengaktifkan sel T. Sel APC dalam paru terdiri dari sel dendritik submukosa dan interstitial dan makrofag alveolus. Makrofag alveolus merupakan 85% sel dalam alveoli, dimana sel dendritik hanya 1%

Saat antigen masuk, makrofag alveolus akan mempengaruhi derajat aktivitas atau maturasi sel dendritik dengan melepaskan sitokin Sel dendritik akan menangkap antigen, memindahkannya ke organ limfoid lokal dan setelah melalui proses maturasi, akan memilih limfosit spesifik antigen

Setelah menjadi sel memori, sel B dan T akan bermigrasi dari MALT dan kelenjar limfoid regional menuju darah perifer untuk dapat melakukan ekstravasasi ke efektor mukosa, diperantarai mucosal addressin cell adhesion molecule-1 (MAdCAM-1

Sistem imunitas saluran cerna Luas permukaan saluran cerna mencapai hampir 400m2 2/3 seluruh sistem imun Terdiri dari pertahanan seluler dan non seluler paling kuat adalah enzim digesti,lambung ( pepsin, papain), usus halus ( tripsin, kemotripsin, protease pankreatik)

Efek protease berlipat ganda dengan adanya garam empedu Kadar pH yang sangat rendah di dalam lambung dan usus halus dan produk bakteri di dalam kolon berfungsi sebagai respons imun terhadap antigen oral Glikoprotein musin melapisi permukaan epitel dari rongga hidung/orofaring sampai ke rektum. Sel goblet yang menghasilkan mukus secara kontinu memberikan pertahanan yang kuat pada persambungan epitel. Partikel, bakteri dan virus menjadi terperangkap dalam lapisan mukus dan akan dikeluarkan dengan proses persitaltik

Antibodi sIgA terdapat dalam lapisan mukus berikatan dengan bakteri/virus dan mencegah menempel pada epitel. Hubungan faktor-faktor, disebut sebagai faktor trefoil, membantu memperkuat pertahanan dan memicu pemulihannya bila terdapat defek Lapisan barier berikutnya adalah sel epitel, yang merupakan persambungan yan g kuat .

Sel epitel usus dapat memproses sebagian antigen lumen dan mempresentasikannya ke sel T dalam lamina propria Sel T yang teraktivasi dalam Peyers patch setelah paparan dengan antigen disebut sebagai Th3. Sel ini berfungsi mengeluarkan transforming growth factor, memicu sel B untuk menghasilkan IgA dan berperan pada terjadinya toleransi oral (aktivasi antigen spesifik non respons terhadap antigen yang masuk per oral).

SIgA pada saluran cerna Tidak dapat berikatan dg komplemen Inhibitor penempelan bakteri/virus ke epitel Menggumpalkan Antigen, menjebak dalam lapisan mukus dan mengeuarkan dari tubuh Antibodi IgA sekretorik dilindungi oleh sel epitel dari protease lumen dengan diproduksinya komponen sekretori yaitu glikoprotein

Sistem Ig A akan matur setelah usia 4 tahun. IgA sekretorik dari ASI dapat memberikan imunisasi pasif dalam menghadapi patogen dan berperan menjadi barier bagi neonatus. IgE tidak ditemukan dalam saluran cerna karena mudah dipecah oleh protease lambung dan usus halus. Pada alergi makanan harus terdapat IgE dalam saluran cerna

Flora komensal saluran cerna Flora komensal diperkirakan ada 10121014 bakteri per gram jaringan kolon. membantu digesti, memicu pertumbuhan dan diferensiasi sel epitel, memproduksi vitamin . Pada beberapa kasus, flora normal dapat dikembalikan dengan pemberian probiotik.

Sistem mukosa saluran genital Pada mukosa genital wanita, terjadi keseimbangan yang baik antara imunotoleransi terhadap antigen asing di dalam sperma/fetus dan kebutuhan imunitas lokal melawan patogen. Berbagai macam patogen bisa melewati mukosa genital yang menyebabkan sakit

Aspek klinis imunologi mukosa 1. ImunisasiBaru bberapa vaksin mukosa yang ditemukan. OPV menghasilkan antibodi di darah yang menimbulkan efek proteksi mencegah terjadinya mielitis akibat sebaran virus polio yang menempel di sistem saraf

mencegah penularan orang ke orang

Vaksin Kholera Efek poteksi didapat dari produksi antibodi SigA anti-toksin dan anti-bakterial di usus. Ada 2 jenis yaitu vaksin rekombinan dan vaksin inaktivasi Memberikan proteksi 60-100% pada negara non endemis Di Indonesia, efek proteksi tidak bermakna

Vaksin Tifusparenteral Antigen Vi kapsul polisakarida murni, efek proteksi 70%

oral Perlidungan 67%,proteksi imunitas lokal belum diketahui

Vaksin rotavirus Vaksin oral Efek prorteksi 62-90%

Vaksin Influenza dan pneumokok Parenteral Melindungi penyebaran sistemik Transudasi memberikan proteksi lokal mukosa sal. Nafas bawah Saat ini asa vaksin influensa topikal lewat nasal. Proteksi 60-90%

Penyakit Inflamasi Usus Kolitis ulserativa respons inflamasi dan perubahan morfologi pada kolon Inflamasi terbatas di sepanjang kolon dan dapat diikuti dengan ulkus, edema dan perdarahan Crohn Desease inflamasi menyerupai UC tetapi bisa terjadi di seluruh bagian dari usus, adanya skip area. diperantarai oleh sel t helper 1 yang berlebihan

PPOK Respon IgA mukosa terganggu Kekurangan transport IgA melewati epitel bronkus, yang mungkin memunculkan proteinase neutrofil, dimana akan mendegradasi reseptor imunoglobulin yang dimediasi rute transepitelial ini

asma IgA menginduksi degranulasi eosinofil, dimana kita ketahui bahwa produk degranulasi eosinofil terdiri dari mediatormediator inflamasi yang menyebabkan klinis asma terjadi. Defisiensi IgA selektif berhubungan dengan peningkatan prevalensi atopi

ISK kadar IgA rendah bisa dijadikan pertanda terjadinya ISK berulang pada anak-anak perempuan tanpa kelainan saluran kemih