implementasi ultimum remedium dalam tindak pidana ...digilib.unila.ac.id/59998/3/skripsi tanpa bab...

72
IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA PENGHINAAN DAN/ATAU PENCEMARAN NAMA BAIK PASAL 27 UU NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (Skripsi) Oleh Benny Rachmansyah 1412011066 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 02-Nov-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA

PENGHINAAN DAN/ATAU PENCEMARAN NAMA BAIK PASAL 27 UU

NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN

TRANSAKSI ELEKTRONIK

(Skripsi)

Oleh

Benny Rachmansyah

1412011066

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

ABSTRAK

IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA

PENGHINAAN DAN/ATAU PENCEMARAN NAMA BAIK PASAL 27 UU

NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN

TRANSAKSI ELEKTRONIK

Oleh

Benny Rachmansyah

Kehadiran jejaring sosial di dalam masyarakat membawa perubahan dalam

berkomunikasi. Ketika berada didalamnya maka harus punya etika yang baik dan

benar dalam berinteraksi dengan orang lain, karena Negara telah menjamin melalui

undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). UU ITE adalah

ketentuan yang berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum,

termasuk pencemaran nama baik, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia

yang memiliki akibat hukum bagi kepentingan pribadi maupun kepentingan

Negara. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah implementasi

Ultimum Remedium dalam perkara penghinaan dan/atau pencemaran nama baik

Pasal 27 Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE? dan apakah faktor yang menjadi

penghambat dalam pengimplementasian tersebut.

Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum

normatif - empiris yang menggunakan data sekunder dan data primer yang berasal

dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

wawancara serta bahan-bahan lainnya. Sedangkan analisis data menggunakan

analisis kualitatif.

Berdasakan hasil penelitian didapatkan bahwa implementasi ultimum remedium

dalam tindak pidana penghinaan dan/atau pencemaran nama dilakukan apabila

pelapor dan terduga mengambil langkah mediasi atau musyawarah bedasarkan asas

delik aduan murni dan apabila dilakukan pencabutan perkara oleh pelapor maka

otomatis pidana yang dilakukan akan gugur, dan karena ini delik aduan murni maka

sebagai penyidik (Polri dan Kejaksaan) hanya dapat menghentikan suatu perkara

jika pelapor mencabut perkara tersebut. Faktor yang menjadi penghambat salah

satunya adalah faktor hukum, dalam praktik penyelenggaraan penegakan hukum di

lapangan ada kalanya terjadi pertantangan antara kepastian hukum dan keadilan,

hal ini disebabkan oleh konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat

abstrak, sedangkan kepastian hukum merupakan suatu prosedur yang normatif.

Page 3: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

Benny Rachmansyah Kurangnya kesadaran masyarakat akan hukum tentang UU ITE membuat

masyarakat merasa enggan untuk mematuhinya terlebih sekarang media sosial

mudah diakses oleh semua kalangan.

Saran dalam penelitian ini adalah kesadaran masyarakat, pemerintah, aparat

penegak hukum dan produsen media massa elektronik dan non-elektronik untuk

mengklarifikasi, menyaring berita/informasi yang di dapat, agar tidak

mendistribusikan, berita/informasi hoax yang di dapat untuk mencegah kasus

penghinaan dan/atau pencemaran nama baik terulang kembali, dan demi terciptanya

Indonesia bebas hoax.

Kata kunci: Implementasi, ultimum remedium, pencemaran nama baik.

Page 4: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA

PENGHINAAN DAN/ATAU PENCEMARAN NAMA BAIK PASAL 27 UU

NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN

TRANSAKSI ELEKTRONIK

Oleh

BENNY RACHMANSYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

Judul Skripsi : IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM

DALAM TINDAK PIDANA PENGHINAAN

DAN/ATAU PENCEMARAN NAMA BAIK

PASAL 27 UU NOMOR 11 TAHUN 2008

TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI

ELEKTRONIK

Nama Mahasiswa : Benny Rachmansyah

No. Pokok Mahasiswa : 1412011070

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Sunarto, S.H., M.H. Rini Fathonah, S.H., M.H.

NIP 19541112 198603 1 003 NIP 19790711 200812 2 001

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

Eko Raharjo, S.H., M.H.

NIP 19610406 198903 1 003

Page 6: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua Penguji : Prof. Dr. Sunarto, S.H., M.H. .....................

Sekretaris/Anggota : Rini Fathonah, S.H., M.H. .....................

Penguji Utama : Eko Raharjo, S.H., M.H. .....................

2. Dekan Fakultas Hukum

Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H.

NIP 19600310 198703 1 002

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 29 Oktober 2019

Page 7: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Benny Rachmansyah

NPM : 1412011070

Jurusan : Pidana

Fakultas : Hukum

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Implementasi

Ultimum Remedium Dalam Tindak Pidana Penghinaan dan/atau Pencemaran

Nama Baik Pasal 27 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik” adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan hasil

plagiat sebagaimana telah diatur dalam Pasal 27 Peraturan Akademik Universitas

Lampung dengan Surat Keputusan Rektor Nomor 3187/H26/DT/2010.

Bandar Lampung, 29 Oktober 2019

Benny Rachmansyah

NPM 1412011070

Page 8: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Benny Rachmansyah, dilahirkan di

Seputih Banyak pada tanggal 27 Juni 1996. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan

Bapak Drs. Sukartin dan Ibu Mursiyatun, S.Pd.

Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanak-Kanak RA Muslimat NU 03

pada Tahun 2002 dan pada Tahun 2008 penulis masuk di SD Negeri 1 Sido

Binangun Lampung tangah. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan Sekolah

Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Way Seputih Lampung Tengah pada Tahun

2011 dan menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4

Metro pada Tahun 2014.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung pada

tahun 2014 melalui jalur SNMPTN. Penulis juga mengikuti kegiatan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Sendang Ayu Kecamatan Padang Ratu,

Kabupaten Lampung Tengah pada periode I Tahun 2017. Selama menjadi

mahasiswa, penulis aktif dan menjabat sebagai ketua umum di unit kegiatan

mahasiswa Taekwondo Universitas Lampung 2015-2016. Kemudian pada Tahun

2019 penulis menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Hukum Universitas Lampung.

Page 9: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

MOTO

“Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk”

(Tan Malaka)

“Bebek berjalan berbondong-bondong, akan tetapi burung elang terbang

sendirian”

(Soekarno)

“Keberhasilan bukanlah milik orang yang pintar, melainkan kepunyaan mereka

yang senantiasa berusaha”

(Bacharuddin Jusuf Habibie)

Page 10: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

PERSEMBAHAN

Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, aku

persembahkan skripsi ini kepada:

Kedua orang tuaku, Bapak Drs. Sukartin dan Ibu Mursiyatun, S.Pd., yang selalu

mencintaiku, membimbingku dan mengasihiku dalam segala kekurangan yang ku

miliki. Tak ada di dunia ini yang kucintai melebihi kalian dan Tuhan YME.

Kasihmu membangun keinginanku untuk selalu berjuang dan terus maju. Syukur

ku ucapkan kepada kalian karena telah memberikan dukungan moril atau pun

materil juga terima kasih atas doa yg mengalir kepada ku sehingga aku

mendapatkan gelar sarjana ini. Terima kasih bapak dan ibu kalian adalah

penyemangat, kebahagiaan dan sumber inspirasiku.

Page 11: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

SANWACANA

Puji syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judul “Implementasi Ultimum Remedium Dalam Tindak Pidana Penghinaan

dan/atau Pencemaran Nama Baik Pasal 27 UU Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik” sebagai salah satu syarat

mencapai gelar sarjana di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,

bantuan, petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis

mengucapkan terima kasih yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

2. Bapak, Eko Raharjo, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H. selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

4. Bapak Prof. Dr. Sunarto, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak memberikan pengarahan dan sumbangan pemikiran yang sungguh

luar biasa serta kesabarannya dalam membimbing Penulis selama penulisan

skripsi ini.

Page 12: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

5. Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak memberikan pengarahan dan sumbangan pemikiran yang sungguh

luar biasa dalam membimbing Penulis selama penulisan skripsi ini.

6. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I yang telah

memberikan waktu, masukan dan saran selama penulisan skripsi ini.

7. Bapak Budi Rizki Husin, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas II yang telah

memberikan waktu, masukan, kritikan dan saran selama penulisan skripsi ini.

8. Ibu Melly Aida, S.H., M.Hum selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan nasehat dan bantuannya serta bimbingannya selama proses

pendidikan Penulis di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

9. Bapak Ketut Suryana, S.H., M.M. selaku KASUBDIT II DIR RESKRIMSUS

Kepolisian Daerah Lampung yang telah bersedia membantu memberikan

bantuan kepada penulis, memberikan arahan, masukan serta saran selama

penulisan skripsi ini.

10. Bapak Ilhamd Wahyudi, S.H., M.H. selaku Asisten Tindak Pidana Umum

Kejaksaan Tinggi Lampung yang memberikan Informasi penelitian dan

membantu dalam proses penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

11. Bapak Suprabowo, S.H., M.H. selaku Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi

Tanjungkarang yang telah bersedia membantu memberikan bantuan kepada

penulis, memberikan arahan, masukan serta saran selama penulisan skripsi

ini.

12. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung

Terutama Bu Asmawati, Bude Siti dan Mas Rizal terima kasih atas

bantuannya selama ini.

Page 13: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

13. Teristimewa kepada Adik-Adik ku Ilham Ridwansyah dan Dina

Luthfiatunnisa yang senantiasa mendoakan, memberi dukungan, semangat

dan menjadi motivasi keberhasilanku dalam menyelesaikan studi maupun

kedepannya.

14. Teristimewa pula kepada Cinda Marsya Diandara, S.H. yang telah memberi

dukungan dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih

15. Sahabat Kosdet Abdul Fatah, S.H., Abram Yossi Ginting, S.H., Achmad

Nazir, S.H., Aditya Pratama, S.H., Ahmad Ridho Syihab S.H., Alvin Viko

Pratama, S.H. Ambar Pujotomo, S.H., Ari Setia Bekti, S.H. Arliwaman, S.H.,

Aryanto Sofyan, S.H., Aulia Imanullah, S.H., Bagas Dewantara, S.H., Bibid

Widayntoro, S.H., Credho Dillaro,S.H., Dendi Firnando, Ahmad Fariz

Zakirfan, S.H., M. Iqbal Hasan S.H., dan serta seluruh elemen sahabat yang

tidak secara langsung membantu penulis namun selalu menyemangati dan

mendoakan yang terbaik untuk penulis.

16. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2014 Dini Destia Amir, S.H., Bulan

Ramadhina, S.H., M. Ricky Adhitama, S.H., M. Agung Prabowo, S.H., Ingga

Palesa, S.H., Astri Juniar Wulan, S.A.N., Fatriany Maulyta, S.A.N., dan

kawan-kawan lain yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

17. Saudara-saudari KKN Desa Sendang Ayu, Teguh Angga Saputra, S.T.P.

Aprina Adha Widiastini, S.Ked., Asih Winarti, S.A.N., Istiqomah Nur Aini,

Wayan Muryana, Siti Nursholekhah. Terima kasih atas 40 hari yang penuh

kenangan. Canda tawa dan kebahagiaan serta drama-drama KKN yang sangat

membekas tak akan terlupakan. Terima kasih.

Page 14: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

18. Kawan-kawan UKM Taekwondo Universitas Lampung Eko, Chandra,

Bunga, Titin, Imam, Wahyu, David dan semua anggota UKM Taekwondo

Unila yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

19. Untuk Almamaterku Tercinta, Fakultas Hukum Universitas Lampung yang

telah menjadi saksi bisu dari perjalanan ini hingga menuntunku menjadi

orang yang lebih dewasa dalam berfikir dan bertindak. Serta semua pihak

yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat dalam penyusunan

skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Penulis mengucapkan

banyak terima kasih.

20. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat dalam

penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis

mengucapkan banyak terima kasih.

Semoga Allah memberikan balasan atas bantuan dan dukungan yang telah

diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk

menambah dan wawasan keilmuan bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis

khususnya.

Bandar Lampung, 29 Oktober 2019

Penulis

s

Benny Rachmansyah

Page 15: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

DAFTAR ISI

Halaman

COVER .......................................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii

PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii

MOTO ............................................................................................................. ix

SANWACANA ............................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................... 9

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ..................................................... 10

E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 16

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ultimum Remedium ............................................................................ 18

B. Pengertian Tindak Pidana .................................................................. 22

C. Penghinaan dan/atau Pencemaran Nama Baik ................................... 26

D. Perbuatan yang Termasuk Pencemaran Nama Baik .......................... 32

E. Konsepsi Penghinaan dan/atau Pencemaran Nama Baik dalam Sistem

Hukum Indonesia ............................................................................... 34

F. Penghinaan dan/atau Pencemaran Nama Baik dalam UU ITE ......... 36

Page 16: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah........................................................................... 43

B. Sumber dan Jenis Data ....................................................................... 44

C. Karakteristik Narasumber .................................................................. 46

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ................................... 47

E. Analisis Data ...................................................................................... 48

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Implementasi Ultimum Remedium dalam Tindak Pidana

Penghinaan dan/atau Pencemaran Nama Baik Pasal 27 UU

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik ........................................................................................... 49

B. Faktor penghambat Implementasi Ultimum Remedium dalam Perkara

Penghinaan dan/atau Pencemaran Nama Baik Pasal 27 UU Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik .................. 58

V. PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................... 72

B. Saran .................................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ultimum remedium berarti sanksi pidana dipergunakan manakala sanksi-sanksi yang

lain sudah tidak berdaya. Dengan kata lain, dalam suatu undang-undang sanksi pidana

dicantumkan sebagai sanksi yang terakhir setelah sanksi perdata, maupun sanksi

administratif, agar selain memberikan kepastian hukum juga agar proses hukum

pidana yang cukup panjang dapat memberikan keadilan baik terhadap korban maupun

terhadap pelaku itu sendiri.1

Perkembangan ilmu hukum pidana yang sudah jauh lebih maju, upaya “ultimum

remedium” merupakan senjata terakhir dipergunakan. Senjata terakhir (ultimum

remedium) merupakan upaya-upaya lain sudah ditempuh. Baik gugatan perdata,

sanksi administrasi maupun upaya-upaya lain.2

Mekanisme ini didasarkan selain agar tercapainya hukum menciptakan keadilan,

memudahkan “penagihan” kerugian negara maupun menghemat biaya persidangan

yang cenderung lama-lama, rumit bahkan ketika akan dijatuhi eksekusi seringkali

1 Wirjono P. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia. (Bandung: Refika. 2003) hlm. 14. 2 Mertokusumo, Sudikno. Penemuan Hukum Sebuah Pengantar. (Yogyakarta: Liberty. 2006) hlm.

128.

Page 18: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

2

harus bertete-tele, juga dengan prinsip hukum itu sendiri yaitu memberikan kepastian

hukum baik kepada negara maupun kepada pelaku itu sendiri.

Pencemaran nama baik dikenal juga istilah penghinaan, yang pada dasarnya adalah

menyerang nama baik dan kehormatan seseorang yang bukan dalam arti seksual

sehingga orang itu merasa dirugikan. Kehormatan dan nama baik memiliki pengertian

yang berbeda, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, karena

menyerang kehormatan akan berakibat kehormatan dan nama baiknya tercemar,

demikian juga menyerang nama baik akan berakibat nama baik dan kehormatan

seseorang dapat tercemar. Oleh sebab itu, menyerang salah satu diantara kehormatan

atau Nama baik sudah cukup dijadikan alasan menuduh seseorang melakukan

penghinaan, penghinaan juga sering terjadi di dalam media sosial, dewasa ini telah

menjadi pendukung adanya interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat,

menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah suatu komunikasi ke dalam

dialog interaktif. Beberapa contoh-contoh situs media sosial yang sangat populer saat

ini adalah Facebook, Twitter, Blogger dan Instagram.

Andreas M. Kaplan dan Michael Haenlein membagi jenis media sosial menjadi 6

yaitu sebagai berikut:

a. Collaborative projects dimana ada kerjasama dalam kreasi konten yang

dilaksanakan oleh beberapa pengguna secara simultan, seperti Wikipedia.

Beberapa situs jenis ini membolehkan penggunanya untuk melakukan

penambahan, menghilangkan, atau mengubah konten. Bentuk lain dari

collaborative projects misalnya social bookmarking yang membolehkan koleksi

berbasis kelompok dan peringkat kaitan internet atau konten media;3

3 Kaplan, Andreas M, Michael Haenlein Users of the world, opportunities of Social Media. Bussines

Horizons. (Jakarta: Pustaka Ilmu. 2010) hlm. 53.

Page 19: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

3

b. Blogs merupakan bentuk media sosial yang paling awal dan tumbuh sebagai

web pribadi dan umumnya memperlihatkan date-stamped entries dalam bentuk

kronologis. Jenis blog yang sangat terkenal yaitu blog berbasis teks;

c. Content communities memiliki tujuan pokok untuk berbagi konten media

diantara para pengguna, yang didalamnya berupa teks, foto, video, dan

powerpoint presentation. Para pengguna tidak lagi untuk membuat halaman

profil pribadi;

d. Social networking sites dimana para pengguna terhubung dengan menciptakan

informasi profil pribadi dan mengundang teman dan kolega untuk mengakses

profil serta untuk mengirim surat elektronik dan pesan instan. Profil tersebut

meliputi foto, video, berkas audio, blogs dan masih banyak lagi. Contohnya

seperti Facebook, MySpace, dan Google+;

e. Virtual games worlds adalah platform yang menirukan lingkungan ke dalam

bentuk tiga-dimensi sehingga membuat para pengguna muncul dalam bentuk

avatar pribadi dan berinteraksi sesuai aturan-aturan permainan;

f. Virtual sosial worlds dimana para inhabitan dapat memilih perilaku secara

bebas dan untuk hidup dalam bentuk avatar di sebuah dunia virtual yang sama

beserta kehidupan nyata. Misalnya Second Life.4

Media sosial mempunyai fungsi yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat,

adapun fungsi media sosial diantaranya sebagai berikut:

a. Media sosial adalah media yang didesain untuk memperluas interaksi sosial

manusia dengan menggunakan internet dan teknologi web;

b. Media sosial berhasil mentransformasi praktik komunikasi searah media siaran

dari satu institusi media ke banyak audience (one to many) ke dalam praktik

komunikasi dialogis antara banyak audience (many to many);

c. Media sosial mendukung demokratisasi pengetahuan dan juga informasi.

Mentranformasi manusia dari pengguna isi pesan menjadi pembuat pesan itu

sendiri.5

Masyarakat sekarang ini cenderung lebih suka membaca berita atau informasi melalui

media elektronik maupun media sosial dibanding membaca dari buku atau koran,

kemudahan akses bagi masyarakat yang dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang

4 Ibid hlm. 67. 5 Ludwig Suparmo, Manajemen Krisis, Isu dan Resiko dalam Komunikasi. (Jakarta: Campustaka.

2018), hlm.6.

Page 20: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

4

bertujuan untuk menjatuhkan musuh atau lawan politik melalui berita-berita bohong

atau hoax.

Sebagai contoh terdapat beberapa kasus pencemaran nama baik yang diperantarai

media sosial yang mengimplementasikan ultimum remedium:

1. AMU, Sidang itu terkait kasus dugaan pelanggaran Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008, tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) pasal 45 ayat

3 jo pasal 27 UU yang menjerat terdakwa. Nasihan SH dalam

eksepsinya meminta agar kasus uamg membelit kliennya dihentikan. Sebab

menurutnya, pelapor dan terlapor sudah melakukan perdamaian yang dibuktikan

dengar surat pernyataan kedua pihak pada tanggal 17 Maret 2017 dan perkara

telah dicabut. "Kasus ini tidak bisa dilanjutkan karena kedua belah pihak telah

melakukan perdamaian," katanya. Nasihan juga mengungkapkan kalau dakwaan

JPU (jaksa penuntut umum) tidak cermat dan melanggar ketentuan hukum acara

pidana.6

2. Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia

(APRI) Deliserdang7, sidang RH digelar di Pengadilan Negeri (PN) Me-

dan. Dalam sidang itu, ia meminta maaf kepada Wakil Direktur Reskrimsus

Polda Sumut, AKBP Maruli Siahaan usai menjadi saksi atas kasus tersebut. Se-

bab, nama Maruli dicatut dan dipalsukan tanda tangannya oleh terdakwa untuk

6 https://www.bangsaonline.com/berita/32883/sudah-damai-ph-minta-sidang-kasus-pencemaran-nama-

baik-oleh-kader-golkar-gresik-andhy-dihentikan. 7 http://harian.analisadaily.com/kota/news/terdakwa-pencemaran-nama-baik-minta-

maaf/362922/2017/06/15.

Page 21: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

5

memeras sejumlah pengusaha tambang. Menurut Maruli, terdakwa telah meraup

uang ratusan juta dari para pengusaha di wilayah Kota Medan dan Deliserdang.

Berdasarkan temuan pihaknya, tersangka sudah berulang kali berhasil melakukan

aksi ini. Di tengah wawancara dengan wartawan, terdakwa RH dengan tiba-tiba

mendatangi Maruli Siahaan. Terdakwa langsung meminta maaf atas

perbuataannya dan mengakui kesalahan. "Saya minta maaf ya pak," ucapnya.

Maruli mengaku sudah memaafkan atas perbuatan terdakwa. "Ya, tidak apa-apa.

Saya sudah maafkan. Kemarin itu saya sudah pernah ke rumahnya, ternyata dia

ini (RH) orang susah. Jangan diulangi lagi ya," jawab Maruli sambil menjabat

tangan RH.

3. RA alias B, Setelah ditetapkan tersangka atas kasus ITE dengan mencemarkan

nama baik Ahmad Dhafir, Bakal Calon Bupati Bondowoso8, pemilik akun RA

atau B meminta maaf didampingi keluarga dan admin group. Permintaan maaf

ini disambut baik dengan pencabutan laporan dari pelapor. Pria 25 tahun itu

mendatangi rumah Dinas Ketua DPRD Bondowoso, bersama keluarga dan para

admin pengurus group facebook Suara Rakyat Bondowoso (SRB). Kedatangan

rombongan ini untuk meminta maaf kepada Ahmad Dhafir Bakal Calon Bupati

Bondowoso. Ahmad Dhafir sendiri merupakan objek dalam postingan 30

Desember 2018, disebut seorang koruptor. Banyaknya pembaca postingan

medsos, akhirnya membuat B dilaporkan atas kasus pencemaran nama baik dan

ITE. Tim cyber Satreskrim Polres Bondowoso kemudian menangkap serta

8http://pojokpitu.com/baca.php?idurut=58999&&top=1&&ktg=Jatim&&keyrbk=Hukum&&keyjdl=ak

un#.

Page 22: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

6

menetapkan status tersangka. Upaya kekeluargaan ditempuh pihak tersangka

dengan permintaan maaf. Warga Desa Trotosari Kecamatan Tlogosari ini

mengaku khilaf dan tidak ada maksud apapun dalam postingannya. Sementara itu

achmad Dhafir, pelapor berjanji akan segera mencabut laporannya, dengan

harapan tidak lagi memposting kata-kata mencemarkan dan tidak berdasar.

Sementara itu Admin group SRB berjanji akan lebih selektif membagikan

kiriman dari member. Pihaknya juga akan bertanggungjawab jika terjadi hal

serupa dikemudian hari.

Beberapa kasus pencemaran nama baik yang diperantarai media sosial yang tidak

mengimplementasikan ultimum remedium:

1. BH, warga BSD City Tangerang. Ia di dakwa melakukan pelanggaran Pasal 27

UU 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan di

vonis dengan pidana penjara selama enam bulan dengan ketentuan pidana

tersebut tidak perlu dijalankan jika dalam percobaan satu tahun terdakwa tidak

mengulangi perbuatannya. B H yang dijerat Pasal 27 UU 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).9

2. FFH, terdakwa penghinaan warga Yogyakarta divonis 2 bulan penjara dan 6

bulan percobaan dengan denda sebesar 10 juta. Ia dinilai terbukti

mendistribusikan informasi elektronik yang memuat penghinaan dan pencemaran

9https://nasional.kompas.com/read/2013/09/05/2350121/Benny.Handoko.Pemilik.Akun.benhan.Ditaha

n.

Page 23: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

7

nama baik. Sidang digelar di PN Yogyakarta. FFH didakwa melanggar Pasal 27

ayat 3 jo. Pasal 45 ayat 1 UU ITE No 11/2008 (31/3/2015).10

3. MFB alias RA, Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Medan yang diketuai

Wahyu Prasetyo Wibowo, menjatuhkan pidana penjara selama 1 tahun 6 bulan

atau 18 bulan penjara kepada MFB alias RA (18), remaja yang menghina

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Kapolri Tito Karnavian melalui

postingannya di situs jejaring sosial facebook dan twitter. Farhan juga dijatuhi

pidana denda senilai Rp10 juta subsider 1 bulan kurungan. Dalam amar

putusannya, majelis hakim menilai bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan di

persidangan, Farhan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah, karena

melakukan tindak pidana dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan,

membuat dapat diaksesnya informasi elektronik yang memiliki muatan

penghinaan serta pencemaran nama baik Presiden Joko Widodo dan Kapolri

Jenderal Tito Karnavian. Perbuatan itu melanggar Pasal 45 Ayat (3) UU RI

Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 11 Tahun 2008

Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Jo Pasal 27 Ayat (3) UU RI No. 11

Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. "Memutuskan,

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa selama 1 tahun dan 6 bulan serta denda

Rp10 juta dengan ketentuan denda tidak dibayar maka diganti dengan pidana

10 https://news.detik.com/berita/2875047/kasus-penghinaan-di-medsos-florence-dihukum-percobaan-

dan-denda-rp-10-juta.

Page 24: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

8

selama 1 bulan,11" ujar hakim Wahyu, saat membacakan amar putusannya di PN

Medan, Selasa (16/1/2018).

Tidak melalui proses jalur alternatif terlebih dahulu seperti kekeluargaan,

negosiasi dan mediasi tetapi langsung melakukan peradilan pidana, hal ini tentu

tidak seperti yang di amanatkan ultimum remedium yang menyatakan bahwa

hukum pidana hendaklah dijadikan upaya terakhir dalam hal penegakan hukum.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk menganalisis tentang

implementasi ultimum remedium dalam tindak pidana penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik Pasal 27 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan

transaksi elektronik dan merumuskan faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam

upaya penegakan hukum pidana dalam kasus tersebut. Oleh karena itu dalam skripsi

ini penulis membuat penelitian dengan judul “Implementasi Ultimum Remedium

Dalam Tindak Pidana Penghinaan dan/atau Pencemaran Nama Baik Pasal 27 UU

Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas, maka

dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah implementasi Ultimum Remedium dalam perkara penghinaan

dan/atau pencemaran nama baik Pasal 27 Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE?

11 https://news.okezone.com/read/2018/01/16/340/1845742/remaja-penghina-presiden-dan-kapolri-

divonis-18-bulan-penjara.

Page 25: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

9

2. Apakah faktor penghambat implementasi Ultimum Remedium dalam perkara

penghinaan dan/atau pencemaran nama baik Pasal 27 Nomor 11 Tahun 2008

tentang ITE?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui implementasi Ultimum Remedium dalam perkara

penghinaan dan/atau pencemaran nama baik Pasal 27 Nomor 11 Tahun 2008

tentang ITE.

b. Untuk Mengetahui faktor penghambat implementasi Ultimum Remedium

dalam perkara penghinaan dan/atau pencemaran nama baik Pasal 27 Nomor

11 Tahun 2008 tentang ITE.

2. Kegunaan Penelitian ini adalah:

a. Kegunaan Teoritis:

1. Hasil penelitian dapat memberikan kegunaan untuk mengembangkan

ilmu hukum khususnya hukum pidana.

2. Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian lain yang sesuai

dengan bidang penelitian yang diteliti penulis.

b. Manfaat Praktis:

4. Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat atau

praktisi hukum dan instansi terkait tentang implementasi Ultimum

remedium dalam tindak pidana penghinaan dan pencemaran nama baik.

Page 26: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

10

5. Dengan dibuatnya ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

para penegak hukum tentang implementasi Ultimum remedium dalam

tindak pidana penghinaan dan pencemaran nama baik.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah susunan dari beberapa anggaran, pendapat, cara, aturan,

keterangan sebagai satu kesatuan yang logis yang menjadi landasan, acuan, dan

pedoman untuk mencapai tujuan penelitian atau penulisan.12

Berdasarkan pernyataan di atas maka kerangka teoritis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Ultimum Remedium

Ultimum remidium berarti sanksi pidana dipergunakan manakala sanksi-sanksi yang

lain sudah tidak berdaya. Dengan kata lain, dalam suatu undang-undang sanksi pidana

dicantumkan sebagai sanksi yang terakhir,setelah sanksi perdata, maupun sanksi

administratif, agar selain memberikan kepastian hukum juga agar proses hukum

pidana yang cukup panjang dapat memberikan keadilan baik terhadap korban maupun

terhadap pelaku itu sendiri.

b. Teori Kebijakan Kriminal (Criminal Policy)

Pendapat Peter G Hoefnagels mengartikannya sebagai criminal policy is the rational

organization of the control of crime by society (upaya rasional dari suatu Negara

12 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004),

hlm.65.

Page 27: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

11

untuk menanggulangi kejahatan). Dalam Kebijakan Kriminal tersebut selanjutnya

diuraikan bahwa Criminal Policy sebagai a science of responses, science of crime

prevention, policy of designating human behavior as a crime (ilmu tentang

tanggapan, ilmu pencegahan kejahatan, kebijakan menunjuk perilaku manusia

sebagai kejahatan) dan rational total of the responses to crime. (tanggapan rasional

total terhadap kejahatan). Selain terdapat persyaratan bahwa menentukan perbuatan

mana yang akan dikriminalisasi yaitu bahwa perbuatan itu tercela, merugikan dan

mendapat pengakuan secara kemasyarakatan bahwa ada kesepakatan untuk

mengkriminalisasi dan mempertimbangkan cost and benefit principle, tetapi juga

harus dipikirkan jangan sampai terjadi over criminalization.

Untuk menghindari over ciminalization maka diingatkan beberapa rambu-rambu

antara lain bahwa:

1) Fungsi Hukum Pidana adalah memerangi kejahatan sebagai suatu gejala

masyarakat;

2) Ilmu Hukum Pidana dan perundang-undangan Hukum Pidana harus

memperhatikan hasil-hasil penelitian anthropologis dan sosiologis;

3) Pidana merupakan alat yang paling ampuh yang dimiliki Negara untuk

memerangi kejahatan namun pidana bukan merupakan satu-satunya alat,

sehingga pidana jangan diterapkan terpisah, melainkan selalu dalam kombinasi

dengan tindakan-tindakan sosial lainnya, khususnya dalam kombinasi dengan

tindakan-tindakan preventif.

Page 28: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

12

c. Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Keberhasilan proses perlindungan dan penegakan hukum tidaklah semata-mata

menyangkut ditegakkannya hukum yang berlaku, akan tetapi menurut Soerjono

Soekanto sangat tergantung pula dari beberapa faktor, antara lain:

1) Hukumnya. Dalam hal ini yang dimaksud adalah undang-undang dibuat tidak

boleh bertentangan dengan ideologi negara, dan undang-undang dibuat haruslah

menurut ketentuan yang mengatur kewenangan pembuatan undangundang

sebagaimana diatur dalam Konstitusi negara, serta undang-undang dibuat

haruslah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat di mana undang-

undang tersebut diberlakukan.

2) Penegak hukum, yakni pihak-pihak yang secara langsung terlibat dalam bidang

penegakan hukum. Penegak hukum harus menjalankan tugasnya dengan baik

sesuai dengan peranannya masing-masing yang telah diatur dalam peraturan

perundang-undangan. Dalam menjalankan tugas tersebut dilakukan dengan

mengutamakan keadilan dan profesionalisme, sehingga menjadi panutan

masyarakat serta dipercaya oleh semua pihak termasuk semua anggota

masyarakat.

3) Masyarakat, yakni masyarakat lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan. Maksudnya warga masyarakat harus mengetahui dan memahami

hukum yang berlaku, serta menaati hukum yang berlaku dengan penuh kesadaran

akan penting dan perlunya hukum bagi kehidupan masyarakat.13

4) Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. Sarana atau

fasilitas`tersebut mencakup tenaga manusia yang terdidik dan terampil,

organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan

sebagainya. Ketersediaan sarana dan fasilitas yang memadai merupakan suatu

keharusan bagi keberhasilan penegakan hukum.

5) Kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada

karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Dalam hal ini kebudayaan mencakup

nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana merupakan

konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik sehingga dianut,

dan apa yang dianggap buruk sehingga dihindari.14

13 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta,

2002), hlm. 33. 14 Ibid. hlm 34.

Page 29: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

13

2. Konseptual

Kerangka Konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara

konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan

dengan istilah yang akan diteliti atau diinginkan.15 Konseptual adalah susunan

berbagai konsep yang menjadi fokus pengamatan dalam melaksanakan penelitian.

Berdasarkan definisi diatas maka batasan pengertian dari istilah yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu,

pejabat, kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya

tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.16

b. Ultimum Remedium adalah salah satu yang terdapat di dalam hukum pidana

Indonesia yang mengatakan bahwa hukum pidana hendaklah dijadikan upaya

terakhir dalam hal penegakan hukum. Hal ini memiliki makna apabila suatu

perkara dapat diselesaikan melalui jalur lain (kekeluargaan, negosiasi, mediasi,

perdata, ataupun hukum administrasi) hendaklah jalur tersebut terlebih dahulu

dilalui.17

c. Tindak Pidana atau delik berasal dari bahasa Latin delicta atau delictum yang

dikenal dengan istilah strafbar feit dan dalam KUHP (Kitab Undang–Undang

Hukum Pidana) dengan perbuatan pidana atau peristiwa pidana. Kata Strafbar feit

inilah yang melahirkan berbagai istilah yang berbeda–beda dari kalangan ahli

15 Soerjono Soeakanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1986), hlm. 132. 16 Van Horn, The Policy Implementation Process: A Conceptual Framework, (Bandung: Pijar Pustaka.

1975), hlm. 447. 17 Mertokusumo, Sudikno, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar. (Yogyakarta: Liberty. 2006),

hlm.128.

Page 30: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

14

hukum sesuai dengan sudut pandang yang berbeda pula. Ada yang menerjemahkan

dengan perbuatan pidana, tindak pidana dan sebagainya. Dari pengertian secara

etimologi ini menunjukan bahwa tindak pidana adalah perbuatan kriminal, yakni

perbuatan yang diancam dengan hukuman. Dalam pengertian ilmu hukum, tindak

pidana dikenal dengan istilah crime dan criminal.18

d. Penghinaan atau Pencemaran Nama Baik adalah menganggap rendah derajat orang

lain, meremehkannya atau mengingatkan cela-cela dan kekurangan-kekurangan

baik secara lisan maupun tertulis. Selain itu arti penghinaan yang tercantum di

dalam KUHP BAB XVI dari buku II KUHP tentang penghinaan dijelaskan bahwa

"menghina" yaitu menyerang kehormatan dan nama baik seseorang dan yang

diserang itu biasanya merasa "malu". Kehormatan yang diserang disini hanya

mengenai kehormatan tentang "nama baik", bukan kehormatan dalam lapangan

seksuil.

e. Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau Undang Undang nomor

11 tahun 2008 atau UU ITE adalah UU yang mengatur tentang informasi serta

transaksi elektronik, atau teknologi informasi secara umum. UU ini memiliki

yurisdiksi yang berlaku untuk setiap orang yang melakuikan perbuatan hukum

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Secara umum, materi Undang-

Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dibagi menjadi dua bagian

besar, yaitu pengaturan mengenai informasi dan transaksi elektronik dan

pengaturan mengenai perbuatan yang dilarang. Pengaturan mengenai informasi

dan transaksi elektronik mengacu pada beberapa instrumen internasional, seperti

18 Andi Zainal Abidin Farid. Hukum Pidana 1 (Jakarta: Sinar Grafika. 1981), hlm. 132.

Page 31: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

15

UNCITRAL Model Law on eCommerce dan UNCITRAL Model Law on eSignature.

Bagian ini dimaksudkan untuk mengakomodir kebutuhan para pelaku bisnis di

internet dan masyarakat umumnya guna mendapatkan kepastian hukum dalam

melakukan transaksi elektronik.

Beberapa materi yang diatur, antara lain:

1. Pengakuan informasi/dokumen elektronik sebagai alat bukti hukum yang sah

(Pasal 5 & Pasal 6 UU ITE);

2. Tanda tangan elektronik (Pasal 11 & Pasal 12 UU ITE);

3. Penyelenggaraan sertifikasi elektronik (certification authority, Pasal 13 &

Pasal 14 UU ITE); dan

4. Penyelenggaraan sistem elektronik (Pasal 15 & Pasal 16 UU ITE)

5. Perbuatan yang dilarang (cybercrimes). Beberapa cybercrimes yang diatur

dalam UU ITE, antara lain:

a. Konten ilegal, yang terdiri dari, antara lain: kesusilaan, perjudian,

penghinaan/pencemaran nama baik, pengancaman dan pemerasan

(Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 UU ITE);

b. Akses ilegal (Pasal 30);

c. Intersepsi ilegal (Pasal 31);

d. Gangguan terhadap data (data interference, Pasal 32 UU ITE);

e. Gangguan terhadap sistem (system interference, Pasal 33 UU ITE);

f. Penyalahgunaan alat dan perangkat (misuse of device, Pasal 34 UU

ITE)

Page 32: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

16

E. Sistematika Penulisan

I. PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang penulisan skripsi,

permasalahan dan ruang lingkup penulisan skripsi, tujuan dan kegunaan penulisan,

kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan bab tinjauan pustaka sebagai pengantar dalam memahami pengertian-

pengertian umum tentang pokok-pokok bahasan yang merupakan tinjauan yang

bersifat teoritis yang nantinya akan dipergunakan sebagai bahan studi perbandingan

antara teori dan praktik.

III. METODE PENULISAN

Merupakan bab yang memberikan penjelasan tentang langkah-langkah yang

digunakan dalam pendekatan masalah serta uraian tentang sumber-sumber data,

pengolahan data dan analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Merupakan jawaban atas pembahasan dari pokok masalah yang akan dibahas yaitu

implementasi ultimum remedium dalam tindak pidana penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik pasal 27 uu nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan

transaksi elektronik.

Page 33: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

17

V. PENUTUP

Bab ini merupakan hasil dari pokok permasalahan yang diteliti yaitu merupakan

kesimpulan dan saran-saran dari penulis yang berhubungan dengan permasalahan

yang ada.

Page 34: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ultimum Remedium

1. Pengertian Ultimum Remedium

Istilah ultimum remedium pertama kali diucapkan oleh Menteri Kehakiman

Belanda, Mr. Modderman. Menurut Modderman, ultimum remedium adalah:

bahwa yang dapat dihukum, pertama, adalah pelanggaran-pelanggaran hukum.

Ini merupakan conditio sine qua non. Kedua, adalah bahwa yang dapat dihukum

itu adalah pelanggaran-pelanggaran hukum, yang menurut pengalaman tidaklah

dapat ditiadakan dengan cara-cara yang lain. Hukuman itu hendaklah

merupakan suatu upaya yang terakhir.19 Pendapat ini selaras dengan apa yang

dikemukakan oleh Remmelink, bahwa pidana sebagai hukum yang bersanksi

tajam pada asasnya hanya akan dijatuhkan, apabila mekanisme penegakan hukum

lainnya yang lebih ringan telah tidak berdaya guna atau sudah sebelumnya

dipandang tidak cocok.20 Dengan demikian, jika pihak penguasa berpendapat

bahwa tujuan-tujuannya dapat dicapai dengan mendayagunakan peraturan-

peraturan di bidang keperdataan, administratif, hukum disipliner atau pengaturan

19 P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

1997), hlm. 17 20 Jan Remmelink, Hukum Pidana. Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm.15.

Page 35: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

19

kemasyarakatan faktual lainnya, maka hukum pidana baik untuk sebagian

maupun keseluruhan tidak akan difungsikan.21

Sedangkan menurut De Bunt, ultimum remedium mempunyai tiga pengertian,

yaitu: Pertama, hukum pidana hanya diterapkan terhadap perbuatan- perbuatan

yang sangat tidak benar secara etis. Pada tahun 1989, Menteri kehakiman Belanda

pernah menyatakan bahwa hukum pidana pada umumnya harus dilihat sebagai

ultimum remedium. Artinya, bahwa perbuatan beratlah yang harus ditanggulangi

oleh hukum pidana. Dalam hal ini, pengertian ultimum remedium diartikan secara

klasik; hukum pidana secara khusus merupakan instrumen penegakan hukum

yang khusus. Harus dicegah bahwa obat jangan lebih berat daripada kejahatan.

Hukum pidana merupakan alat yang sangat berat karena ciri khas pidana adalah

nestapa yang dengan sengaja dikenakan. Oleh karena itu, hukum pidana harus

dipandang sebagai ultimum remedium.22 Kedua, ultimum remedium menurut De

Bunt adalah dalam arti harfiah, yaitu alat (obat) yang terakhir. Hal ini

dikemukakan oleh Menteri Kehakiman Belanda De Ruiter yang menyatakan

bahwa hukum pidana sebagai alat yang terakhir. Hukum pidana menjadi obat

yang terakhir karena membawa dampak sampingan yang merugikan. Hukum

pidana menyinggung sangat dalam terhadap kehidupan pribadi terpidana

(perampasan kemerdekaan, proses acara dengan alat paksa, dan noda).23

Hukum pidana sebagai obat terakhir juga dikemukakan oleh Sudarto. Menurut

Sudarto, hukum pidana hendaknya baru diterapkan jika sarana (upaya) lain sudah

tidak memadai, maka dikatakan pula bahwa hukum pidana mempunyai fungsi

21 Ibid, hlm. 28. 22 Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 69. 23 Ibid, hlm. 70.

Page 36: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

20

yang subsidiair (asas subsidiaritas).24

Ketiga, pengertian ultimum remedium yaitu

pejabat administratiflah yang pertama-tama harus bertanggung jawab. Jika pejabat

administratif dipandang sebagai yang pertama- tama bertanggung jawab, dan oleh

karena itu berarti bahwa kekuasaan yustisial ditempatkan sebagai ultimum

remedium. Pejabat administratif harus bereaksi terlebih dahulu. Pejabat yang

memberi ijin harus terlebih dahulu memberi sanksi jika ijin dilanggar.25

Pidana sebagai ultimum remedium, terkait dengan apa yang dikemukakan oleh

Sudarto, bahwa faktor penyebab terjadinya kejahatan sangat kompleks dan berada

di luar jangkauan hukum pidana. Wajarlah hukum pidana mempunyai

keterbatasan kemampuan untuk menanggulanginya. Penggunaan hukum pidana

merupakan penanggulangan sesuatu gejala dan bukan suatu penyelesaian

dengan menghilangkan sebab-sebabnya.26

Keterbatasan kemampuan hukum

pidana disebabkan oleh sifat/hakikat dan fungsi dari hukum pidana itu sendiri.

Sanksi hukum pidana bukanlah obat (remedium) untuk mengatasi sebab-sebab

(sumber) penyakit, tetapi sekadar untuk mengatasi gejala/akibat dari penyakit.

Dengan kata lain, sanksi (hukum) pidana bukanlah “pengobatan kausatif”, tapi

sekedar “pengobatan simptomatik.27

24 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 2007), hlm. 22. 25 Andi Hamzah, Op. Cit., hlm. 71. 26 Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, dalam Barda Nawawi Arief,

Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 1998), hlm. 44. 27 Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum

Pidana, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998), hlm. 44.

Page 37: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

21

Ultimum Remedium sebagai salah satu asas hukum di Indonesia diartikan sebagai

penerapan sanksi pidana yang merupakan sanksi pamungkas (terakhir) dalam

penegakan hukum. Sudikno Mertokusumo mengartikan bahwa ultimum

remedium sebagai alat terakhir.28

Selain itu, ada pendapat yang mengatakan bahwa ultimum

remedium tidak hanya suatu istilah, tetapi juga merupakan suatu

asas hukum. Mengenai asas hukum, antara lain mengatakan bahwa

asas hukum sifatnya abstrak. Karena sifatnya itu, asas hukum pada

umumnya tidak tidak dituangkan dalam bentuk peraturan atau

pasal yang konkrit, seperti:

1. Point d’interet point d’action (siapa yang mempunyai

kepentingan hukum dapat mengajukan gugatan);

2. Restitutio in integrum (pengembalian kepada keadaan semula);

3. In dubio pro reo (dalam hal keragu-raguan hakim harus

memutuskan sedemikian hingga menguntungkan terdakwa);

4. Res judicata pro veritate habetur (apa yang diputus hakim

harus dianggap benar);

5. Setiap orang dianggap tahu akan undang-undang;

6. Perlindungan terhadap pihak ketiga yang beritikad baik.29.

Ultimum remedium merupakan salah satu asas yang terdapat di

dalam hukum pidana Indonesia yang mengatakan bahwa hukum

pidana hendaklah dijadikan upaya terakhir dalam hal penegakan

hukum. Perkara dapat diselesaikan melalui jalur lain

(kekeluargaan, negosiasi, mediasi, perdata, ataupun hukum

administrasi) hendaklah jalur tersebut terlebih dahulu dilalui.30

Wirjono Prodjodikoro mengatakan bahwa ultimum remedium

merupakan norma-norma atau kaidah-kaidah dalam bidang hukum

tata negara dan hukum tata usaha negara harus pertama-tama

ditanggapi dengan sanksi administrasi, begitu pula norma-norma

dalam bidang hukum perdata pertama-tama harus ditanggapi

dengan sanksi perdata. Hanya, apabila sanksi administrasi dan

sanksi perdata ini belum mencukupi untuk mencapai tujuan

meluruskan neraca kemasyarakatan, maka baru diadakan juga

sanksi pidana sebagai pamungkas (terakhir) atau ultimum

remedium.31

28 Mertokusumo, Sudikno. Penemuan Hukum Sebuah Pengantar. (Yogyakarta: Liberty. 2006)

hlm. 128. 29 Ibid, hlm. 129. 30 http://lbh.unpar.ac.id/radio-chevy-103-5fm/ultimum-remedium-dalam-pemidanaan. 31 Wirdjono Prodjodikoro. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. (Bandung: Refika Aditama.

2003), hlm. 17.

Page 38: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

22

Wirjono Prodjodikoro lebih lanjut mengatakan bahwa sifat sanksi

pidana sebagai senjata pamungkas atau ultimum remedium jika

dibandingkan dengan sanksi perdata atau sanksi administrasi. Sifat

ini sudah menimbulkan kecenderungan untuk menghemat dalam

mengadakan sanksi pidana. Jadi, dari sini kita ketahui bahwa

ultimum remedium merupakan istilah yang menggambarkan suatu

sifat sanksi pidana.32

Sifat pidana sebagai ultimum remedium (obat yang terakhir)

menghendaki, apabila tidak perlu sekali hendaknya jangan

menggunakan pidana sebagai sarana. Maka peraturan pidana yang

mengancam pidana terhadap sesuatu perbuatan hendaknya dicabut,

apabila tidak ada manfaatnya. Proses (pencabutan) ini merupakan

persoalan de-kriminalisasi (de-criminalisering).33

B. Pengertian Tindak Pidana

Tindak Pidana atau delik berasal dari bahasa Latin delicta atau delictum yang

dikenal dengan istilah strafbar feit dan dalam KUHP (Kitab Undang–Undang

Hukum Pidana) dengan perbuatan pidana atau peristiwa pidana. Kata Strafbar feit

inilah yang melahirkan berbagai istilah yang berbeda–beda dari kalangan ahli

hukum sesuai dengan sudut pandang yang berbeda pula. Ada yang

menerjemahkan dengan perbuatan pidana, tindak pidana dan sebagainya. Dari

pengertian secara etimologi ini menunjukan bahwa tindak pidana adalah

perbuatan kriminal, yakni perbuatan yang diancam dengan hukuman. Dalam

pengertian ilmu hukum, tindak pidana dikenal dengan istilah crime dan

criminal.34

Kata pidana berarti hukuman kejahatan tentang pembunuhan,

perampokan, korupsi dan lain sebagainya. Pidana juga berarti

hukuman. Dengan demikian, kata mempidana berarti menuntut

berdasarkan hukum pidana, menghukum seseorang karena

melakukan tindak pidana. Dipidana berarti dituntut berdasarkan

32 Ibid, hlm. 50. 33 Sudarto, Op., Cit. hlm 24 34 Andi Zainal Abidin Farid. Hukum Pidana 1. (Jakarta: Gramedia. 1981), hlm. 132.

Page 39: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

23

hukum pidana, dihukum berdasarkan hukum pidana, sehingga

terpidana berarti orang yang dkenai hukuman.35

Beberapa istilah yang dapat digunakan untuk tindak pidana, antara lain delict

(delik), perbuatan pidana, peristiwa pidana, perbutan pidana, perbuatan yang

boleh dihukum, pelanggaran pidana, criminal act dan sebagainya. Tindak pidana

berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana.36

Kata Delict berasal dari bahasa latin delictum juga digunakan untuk

menggambarkan tentang apa yang dimaksud dengan straf baar feit atau tindak

pidana dan pertanggungjawaban pidana.37

Menurut R. Tresna bahwa peristiwa pidana itu adalah sesuatu perbuatan atau

rangkaian perbuatan manusia, yang bertentangan dengan Undang-undang atau

peraturan perundang-undangan lainnya, terhadap perbuatan mana diadakan

tindakan penghukuman.38

R.Tresna menyatakan bahwa dalam peristiwa pidana itu mempunyai

syarat-syarat, yaitu:

a. Harus ada suatu perbuatan manusia;

b. Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang dilukiskan didalam

ketentuan hukum;

c. Harus terbukti adanya “dosa” pada orang yang berbuat, yaitu

orangnya harus dapat di pertanggungjawabkan;

d. Perbuatan itu harus berlawanan dengan hukum;

e. Terhadap perbuatan itu harus tersedia ancaman hukumannya dalam

undang-undang.39

35 Kamus Besar Bahasa Indonesia. 36 Topo Santoso. Asas-asas Hukum Pidana. (Jakarta: Rajagrafindo. 2016), hlm. 20. 37 Lamintang, P.A.F. Dasar – Dasar Hukum Pidana. (Jakarta: Gramedia. 1983), hlm. 92. 38 R. Tresna. Hukum Pidana. (Bandung: Sinar Baru. 1995), hlm. 73. 39 Ibid. hlm. 79.

Page 40: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

24

Menurut L.J Van Apeldoorn peristiwa pidana memiliki dua segi yaitu

obyektif dan segi subyektif:

a. Delik dari segi obyektif, maka peristiwa pidana adalah tindakan

(perbuatan atau lalai berbuat) yang bertentangan dengan hukum

positif, jadi yang bersifat tanpa hak yang menimbulkan akibat yang

oleh hukum dilarang dengan ancaman hukuman. Unsur yang perlu

sekali untuk peristiwa pidana (delik dari sudut obyektif) adalah

sifat tanpa hak (onrechmatigheid), yakni sifat melanggar hukum.

Dimana tidak terdapat unsur tanpa hak (onrechmatigheid), tidak

ada peristiwa pidana.

b. Segi subyektif dari peristiwa pidana adalah segi kesalahan

(schuldzijde) yakni bahwa akibat yang tidak

diinginkan undang–undang, yang dilakukan oleh pelaku dapat

diberatkan apanya. Karena itu maka tidak dapat dihukum, mereka

melakukan perbuatan yang tidak dapat diberatkan padanya, karena

otak lemah atau karena terganggu akalnya40

Pompe berpendapat bahwa pengertian strafbar feit dibedakan:

a. Dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum. Definisi

menurut teori memberikan pengertian strafbar feit adalah suatu

pelanggaran norma hukum yang dilakukan karena kesalahan si

pelanggar dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata

hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum.

b. Definisi menurut hukum positif, merumuskan pengertian strafbar

feit adalah suatu kejadian (fiet) yang oleh peraturan undang–

undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum.

J.E. Jonkers memberikan definisi strafbar feit menjadi dua

pengertian:

a. Definsi pendek memberikan pengertian strafbar feit adalah suatu

kejadian (feit) yang dapat diancam pidana oleh undang–undang.

b. Definisi panjang atau yang lebih mendalam memberikan

pengertian strafbar feit adalah suatu kelakuan yang melawan

hukum. Berhubung dilakukan dengan sengaja atau alpa oleh orang

yang dapat dipertanggungjawabkan.41

Vos memberikan definisi yang disingkat bahwa strafbar feit adalah kelakuan atau

tingkah laku manusia yang oleh peraturan perundang–undangan diberikan

pidana.42

40 Bambang Poernomo. Asas–Asas Hukum Pidana. (Jakarta: Ghalia Indonesia. 1987), hlm. 142. 41 Ibid. hlm. 144. 42 Andi Zainal Abidin Farid, 1981, Hukum Pidana I. (Jakarta: Sinar Grafika. 1981), hlm. 134.

Page 41: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

25

Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana yaitu perbuatan

yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan yang juga disertai

ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi siapa

melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan perbuatan

pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang

dan diancam pidana, larangan tersebut ditujukan kepada perbuatan,

yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan

orang, sedangkan ancaman pidananya ditujukan kepada orang

yang menimbulkan kejadian itu.43

Molejatno menjelaskan antara larangan dan ancaman pidana ada

hubungan erat, karena itu antara kejadian dan orang yang

menimbulkan kejadian itu harus ada hubungan yang erat pula,

yang tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Suatu kejadian

tidak dapat dilarang, jika yang menimbulkannya bukanlah orang.

Seseorang tidak dapat diancam pidana, jika tidak karena kejadian

yang ditimbulkan olehnya. Untuk menyatakan hubungan yang erat

itu, maka dipakaikanlah perkataan perbuatan, yaitu pengertian

abstrak yang menunjukan kepada dua keadaan kongkrit yaitu

adanya kejadian yang tertentu dan adanya orang yang

menimbulkan kejadian itu.

Dari pengertian ini, maka menurut Moeljatno, setidaknya terdapat

5 (lima) unsur perbuatan pidana, yaitu :

1). Kelakuan dan akibat;

2). Ihwal atau keadaan yang menyertai perbuatan;

3). Keadaan tambahan yang memberatkan pidana;

4). Unsur melawan hukum yang objektif;

5). Unsur melawan hukum yang subjektif;

Pembatasan unsur-unsur perbuatan pidana ini merupakan langkah

limitatif guna memperoleh kejelasan tentang pengertian perbuatan

pidana. Hal ini penting mengingat perbuatan pidana akan berkaitan

secara langsung dengan pertanggungjawaban pidana (criminal

liability).44

Jika orang telah melakukan perbuatan pidana, belum tentu dapat

dijatuhi pidana sebab masih harus dilihat apakah orang tersebut

dapat disalahkan atas perbuatan yang telah dilakukannya sehingga

orang tersebut dapat dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana.

Dengan demikian, orang yang telah melakukan perbuatan pidana

tanpa adanya kesalahan, maka orang tersebut tidak dapat dipidana,

43 Moeljatno. Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Aksara. 1985), hlm. 37. 44 Ibid. hlm. 66.

Page 42: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

26

sesuai dengan asas hukum yang tidak tertulis, geen straf zonder

schuld, yaitu tidak ada pidana tanpa adanya kesalahan.

Sementara itu Simons sebagaimana dikutip oleh Moeljatno, mengatakan bahwa

istilah schuld diartikan pula dengan kesalahan atau pertanggungjawaban.

Simons merumuskannya sebagai berikut : kesalahan adalah adanya keadaan

psikis yang tertentu pada orang yang melakukan perbuatan pidana dan adanya

hubungan antara keadaan tersebut dengan perbuatan yang dilakukan yang

sedemikian rupa hingga orang itu dapat dicela karena melakukan perbuatan

tadi.45

C. Penghinaan dan/atau Pencemaran Nama Baik

Pencemaran nama baik dikenal juga istilah penghinaan, yang pada dasarnya

adalah menyerang nama baik dan kehormatan seseorang yang bukan dalam arti

seksual sehingga orang itu merasa dirugikan. Kehormatan dan nama baik

memiliki pengertian yang berbeda, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan satu

dengan yang lain, karena menyerang kehormatan akan berakibat kehormatan dan

nama baiknya tercemar, demikian juga menyerang nama baik akan berakibat

nama baik dan kehormatan seseorang dapat tercemar. Oleh sebab itu, menyerang

salah satu diantara kehormatan atau Nama baik sudah cukup dijadikan alasan

menuduh seseorang melakukan penghinaan.

Dalam hal pencemaran nama baik atau penghinaan ini yang

hendak dilindungi adalah kewajiban setiap orang untuk

menghormati orang lain dari sudut kehormatannya dan nama

baiknya dimata orang lain meskipun orang tersebut telah

melakukan kejahatan yang berat. sehingga disini terdapat

45 Ibid. hlm. 48.

Page 43: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

27

hubungan antara kehormatan dan nama baik dalam kasus

pencemarannama baik. sehingga harus dilihat dahulu

pengertiannya masing-masing. Kehormatan adalah perasaan

terhormat seseorang dimata masyarakat, dimana setiap orang

memiliki hak untuk diperlakukan sebagai anggota masyarakat

yang terhormat. Menyerang kehormatan berarti melakukan

perbuatan menurut penilaian secara umum menyerang kehormatan

seseorang. Rasa hormat dan perbuatan yang termasuk kategori

menyerang kehormatan seseorang ditentukan menurut lingkungan

masyarakat pada tempat perbuatan tersebut dilakukan.46

Kehormatan dan nama baik memiliki pengertian yang berbeda,

tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain,

karena menyerang kehormatan akan berakibat kehormatan dan

nama baiknya tercemar, demikian juga menyerang nama baik akan

berakibat nama baik dan kehormatan seseorang dapat tercemar.

Oleh sebab itu, menyerang salah satu diantara kehormatan atau

nama baik sudah cukup dijadikan alasan untuk menuduh seseorang

telah melakukan penghinaan.47

Pasal 310 ayat (1) KUHP: “Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau

nama baik seseorang dengan menuduh sesuatu hal, yang maksudnya terang

supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan penjara

paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima

ratus rupiah”;

Pasal 310 ayat (2) KUHP: “jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran

yang disiarkan, ditunjukkan atau ditempelkan dimuka umum, maka diancam

dengan pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat

bulan atau pidanan denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”

46 Mudzakir, Delik Penghinaan dalam Pemberitaan Pers Mengenai Pejabat Publik. (Jakarta:

Dictum. 2004), hlm 17. 47 R. Sugandhi, SH. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Berikut Penjelasannya. (Surabaya:

Usaha Nasional. 1980), hlm. 57.

Page 44: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

28

Pasal 310 ayat (3) KUHP: “tidak merupakan penemaran atau pencemaran tertulis,

jika perbuatan dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk

membela diri”

Meninjau rumusan pasal – pasal tersebut diatas maka kita membahasnya dalam

penelitian normatif sebagai berikut:

Pasal 310 ayat (1): Unsur “barang siapa” dapat dikatakan bahwa semua orang

baik sipil maupun militer, pejabat pemerintah maupun swasta dapat dikenakan

pasal tersebut.

Unsur “menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduh

sesuatu hal” penulisan tersebut mengandung arti bahwa setiap manusia memliki

kebebasan hidup, bersama sebagai fungsi sosial antar setiap individu dengan

individu lain serta saling menghormati dengan hak – hak sebagai warga negara,

bilamana seseorang dilukai baik secara lisan dapat mengadu kepada pihak

berwajib disertakan bukti bahwa seseorang telah diserang kehormatan atau nama

baiknya sah – sah saja orang akan melaporkan kasus tersebut, tetapi untuk dapat

memberikan suatu pernyataan tersebut maka harus disertakan saksi de carge

yakni saksi yang memberatkan terlapor, bila seperti itu terjadi maka harus

memiliki saksi a de carge yakni saksi yang meringankan terlapor.

Penyelidikan tentang kasus seperti ini maka dengan “ancaman pidana penjara

sembilan bulan penjara atau denda empat ribu lima ratus rupiah” maka pihak

penyidik tidak akan menanggapi langsung kasus seperti ini, karena termasuk

dalam (tipiring) tindak pidana ringan, bukti materiil yang akan diberikan penyidik

akan sukar mendapatkannya jika hanya bentuk lisan.

Page 45: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

29

Pasal 310 ayat (2): Unsur “jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran

yang disiarkan, ditunjukkan atau ditempelkan dimuka umum” pengertiannya:

apabila pencemaran dilakukan dengan tulisan atau gambar yang dapat memicu

informasi bagi khalayak ramai tentang penghinaan tertuju kepada seseorang.

Dalam penyelidikan kasus tersebut maka dengan “diancam dengan pencemaran

tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidanan

denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah” penyidik harus dapat

membuktikan dari pelapor dari segi materiil yakni tulisan atau gambar baik

berupa pamflet, sms, bbm, berbagai macam surat yang isinya mengenai tentang

pencemaran tersebut.

Pasal 310 ayat (3): Maksud dari pasal tersebut dapat dianalisa maka pencemaran

tersebut dilakukan apabila untuk membela diri atau keadaan terpaksa demi

kepentingan umum maka ancaman pidana dihapus.

Pasal penghinaan ini masih dipertahankan denan alasan selain menghasilkan

character assassination, pencemaran nama baik juga dianggap tidak sesuai

dengan tradisi masyarakat Indonesia yang masih menjunjung tinggi adat dan

budaya timur. Karena itu, pencemaran nama baik adalah salah satu bentuk

rechtsdelicten dan bukan wetdelicten. Artinya, pencemaran nama baik sudah

dianggap sebagai bentuk ketidakadilan sebelum dinyatakan dalam Undang-

Undang karena telah melanggar kaidah sopan santun. Bahkan lebih dari itu,

pencemaran nama baik dianggap melanggar norma agama jika dalam substansi

pencemaran itu terdapat fitnah.

Page 46: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

30

Larangan memuat kata penghinaan sebagaimana telah diatur dalam Pasal 27 dan

Pasal 28 UU ITE No. 11 tahun 2008 sebenarnya dibuat untuk melindungi hak-hak

individu dan institusi dikarenakan pada dasarnya informasi yang akan di

publikasikan seharusnya sudah mendapat izin dari yang bersangkutan agar yang

bersangkutan tidak merasa dirugikan dengan perbuatan dan bisa

mempertanggung jawabkannya.

Bentuk Pencemaran Nama Baik, dibagi menjadi sebagai berikut:

a. Penghinaan materiil, Penghinaan yang terdiri dari suatu kenyataan

yang meliputi pernyataan yang objektif dalam kata-kata secara

lisan maupun secara tertulis, maka yang menjadi faktor

menentukan adalah isi dari pernyataan baik yang digunakan secara

tertulis maupun lisan. Masih ada kemungkinan untuk

membuktikan bahwa tuduhan tersebut dilakukan demi kepentingan

umum;

b. Penghinaan formil, dalam hal ini tidak dikemukakan apa isi dari

penghinaan, melainkan bagaimana pernyataan yang bersangkutan

itu dikeluarkan. Bentuk dan caranya yang merupakan faktor

menentukan. Pada umumnya cara menyatakan adalah dengan cara-

cara kasar dan tidak objektif. Kemungkinan untuk membuktikan

kebenaran dari tuduhan tidak ada dan dapat dikatakan bahwa

kemungkinan tersebut adalah ditutup.48

Pencemaran nama baik tersebut dapat dilakukan secara lisan (Pasal

310 ayat [1] KUHP) maupun dengan tulisan atau gambar (Pasal 310

ayat [2] KUHP). Lebih lanjut, R. Soesilo mengatakan bahwa

penghinaan itu sendiri ada 6 macam, yaitu:

1. Penistaan (Pasal 310 ayat (1) KUHP), Menurut pasal ini, maka

penghinaan itu harus dilakukan dengan cara “menuduh seseorang

telah melakukan perbuatan tertentu” dengan maksud agar tuduhan

itu tersiar (diketahui oleh orang banyak);

2. Penistaan dengan surat (Pasal 310 ayat (2) KUHP), dalam

penjelasan Pasal 310 KUHP, apabila tuduhan tersebut dilakukan

dengan tulisan (surat) atau gambar, maka kejahatan itu dinamakan

“menista dengan surat”. Jadi seseorang dapat dituntut menurut

pasal ini jika tuduhan atau kata-kata hinaan dilakukan dengan surat

atau gambar;

3. Fitnah (Pasal 311 KUHP), Pasal 310 KUHP, sebagaimana kami

sarikan, perbuatan dalam Pasal 310 ayat (1) dan ayat (2) KUHP

tidak masuk menista atau menista dengan tulisan (tidak dapat

48 R. Sugandhi, SH. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Berikut Penjelasannya. (Surabaya:

Usaha Nasional. 1980), hlm. 337.

Page 47: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

31

dihukum), apabila tuduhan itu dilakukan untuk membela

kepentingan umum atau terpaksa untuk membela diri;49

4. Memfitnah dalam pasal ini adalah kejahatan menista atau menista

dengan tulisan dalam hal ketika ia diizinkan untuk membuktikan

bahwa tuduhannya itu untuk membela kepentingan umum atau

membela diri, ia tidak dapat membuktikannya dan tuduhannya itu

tidak benar;

5. Penghinaan ringan (Pasal 315 KUHP), Penghinaan seperti ini

dilakukan di tempat umum yang berupa kata-kata makian yang

sifatnya menghina. Pasal 315 KUHP mengatakan bahwa jika

penghinaan itu dilakukan dengan jalan lain selain “menuduh suatu

perbuatan”, misalnya dengan mengatakan “anjing”, “sundel”, dan

sebagainya, masuk Pasal 315 KUHP dan dinamakan “penghinaan

ringan”. Penghinaan ringan ini juga dapat dilakukan dengan

perbuatan seperti meludahi di mukanya;

6. Pengaduan palsu atau pengaduan fitnah (Pasal 317 KUHP), Dalam

buku yang berjudul Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

memberikan uraian pasal tersebut, yakni diancam hukuman dalam

pasal ini ialah orang yang dengan sengaja:

a. memasukkan surat pengaduan yang palsu tentang seseorang

kepada pembesar negeri;

b. menyuruh menuliskan surat pengaduan yang palsu tentang

seseorang kepada pembesar negeri.

7. Perbuatan fitnah (Pasal 318 KUHP), Pasal 318 KUHP, yang

diancam hukuman dalam pasal ini ialah orang yang dengan

sengaja melakukan suatu perbuatan yang menyebabkan orang lain

secara tidak benar terlibat dalam suatu tindak pidana, misalnya:

dengan diam-diam menaruhkan sesuatu barang asal dari kejahatan

di dalam rumah orang lain, dengan maksud agar orang itu dituduh

melakukan kejahatan.50

Delik dalam pencemaran nama baik merupakan delik yang bersifat subyektif

yang artinya penilaian terhadap pencemaran nama baik sangat bergantung pada

pihak yang diserang nama baiknya.51 Delik dalam pencemaran nama baik

merupakan delik aduan yang hanya bisa diproses oleh pihak yang berwenang jika

ada pengaduan dari saksi korban pencemaran nama baik.

49 R. Soesilo. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya

Lengkap Pasal Demi Pasal. (Bogor: Politeia 1991), hlm. 111. 50 R. Sugandhi, Op., Cit, hlm 338. 51 R. Soesilo. Op., Cit, hlm. 112.

Page 48: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

32

D. Perbuatan-perbuatan yang Termasuk Pencemaran Nama Baik

Pasal 310 KUHP, menyatakan bahwa, “menghina” adalah “menyerang

kehormatan dan nama baik seseorang”. Yang diserang ini biasanya merasa

“malu” “Kehormatan” yang diserang di sini hanya mengenai kehormatan tentang

“nama baik”, bukan “kehormatan” dalam lapangan seksuil, kehormatan yang

dapat dicemarkan karena tersinggung anggota kemaluannya dalam lingkungan

nafsu birahi kelamin.

Pencemaran nama baik diatur dalam KUHP, Bab XVI tentang

Penghinaan yang termuat dalam Pasal 310 s.d 321 KUHP. Melihat

pada penjelasan R. Soesilo dalam Pasal 310 KUHP, dapat kita lihat

bahwa KUHP membagi enam macam penghinaan, yakni:

1. Penistaan (Pasal 310 ayat (1) KUHP)

Menurut R. Soesilo, supaya dapat dihukum menurut pasal ini,

maka penghinaan itu harus dilakukan dengan cara “menuduh

seseorang telah melakukan perbuatan tertentu” dengan maksud

agar tuduhan itu tersiar (diketahui oleh orang banyak). Perbuatan

yang dituduhkan itu tidak perlu suatu perbuatan yang boleh

dihukum seperti mencuri, menggelapkan, berzina dan sebagainya,

cukup dengan perbuatan biasa, sudah tentu suatu perbuatan yang

memalukan.

2. Penistaan dengan surat (Pasal 310 ayat (2) KUHP)

Menurut R. Soesilo sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan

Pasal 310 KUHP, apabila tuduhan tersebut dilakukan dengan

tulisan (surat) atau gambar, maka kejahatan itu dinamakan

“menista dengan surat”. Jadi seseorang dapat dituntut menurut

pasal ini jika tuduhan atau kata-kata hinaan dilakukan dengan surat

atau gambar.

3. Fitnah (Pasal 311 KUHP)

Merujuk pada penjelasan R. Soesilo dalam Pasal 310 KUHP,

sebagaimana kami sarikan, perbuatan dalam Pasal 310 ayat (1) dan

ayat (2) KUHP tidak masuk menista atau menista dengan tulisan

(tidak dapat dihukum), apabila tuduhan itu dilakukan untuk

membela kepentingan umum atau terpaksa untuk membela diri.

Dalam hal ini hakim barulah akan mengadakan pemeriksaan

apakah betul-betul penghinaan itu telah dilakukan oleh terdakwa

karena terdorong membela kepentingan umum atau membela diri,

jikalau terdakwa meminta untuk diperiksa (Pasal 312 KUHP).

Page 49: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

33

Apabila soal pembelaan itu tidak dapat dianggap oleh hakim,

sedangkan dalam pemeriksaan itu ternyata, bahwa apa yang

dituduhkan oleh terdakwa itu tidak benar, maka terdakwa tidak

disalahkan menista lagi, akan tetapi dikenakan Pasal 311 KUHP

(memfitnah).

Memfitnah dalam pasal ini adalah kejahatan menista atau menista

dengan tulisan dalam hal ketika ia diizinkan untuk membuktikan

bahwa tuduhannya itu untuk membela kepentingan umum atau

membela diri, ia tidak dapat membuktikannya dan tuduhannya itu

tidak benar.

4. Penghinaan ringan (Pasal 315 KUHP)

Penghinaan seperti ini dilakukan di tempat umum yang berupa

kata-kata makian yang sifatnya menghina. R Soesilo, dalam

penjelasan Pasal 315 KUHP, sebagaimana kami sarikan,

mengatakan bahwa jika penghinaan itu dilakukan dengan jalan lain

selain “menuduh suatu perbuatan”, misalnya dengan mengatakan

“anjing”, “asu”, “sundel”, “bajingan” dan sebagainya, masuk Pasal

315 KUHP dan dinamakan “penghinaan ringan”.

Penghinaan ringan ini juga dapat dilakukan dengan perbuatan.

Menurut R. Soesilo, penghinaan yang dilakukan dengan perbuatan

seperti meludahi di mukanya, memegang kepala orang Indonesia,

mendorong melepas peci atau ikat kepala orang Indonesia.

Demikian pula suatu sodokan, dorongan, tempelengan, dorongan

yang sebenarnya merupakan penganiayaan, tetapi bila dilakukan

tidak seberapa keras, dapat menimbulkan pula penghinaan.52

5. Pengaduan palsu atau pengaduan fitnah (Pasal 317 KUHP)

R. Sugandhi memberikan uraian pasal tersebut, yakni diancam

hukuman dalam pasal ini ialah orang yang dengan sengaja:

a. memasukkan surat pengaduan yang palsu tentang seseorang

kepada pembesar negeri;

b. menyuruh menuliskan surat pengaduan yang palsu tentang

seseorang kepada pembesar negeri sehingga kehormatan atau

nama baik orang itu terserang.

6. Perbuatan fitnah (Pasal 318 KUHP)

Menurut R. Sugandhi terkait Pasal 318 KUHP, sebagaimana kami

sarikan, yang diancam hukuman dalam pasal ini ialah orang yang

dengan sengaja melakukan suatu perbuatan yang menyebabkan

orang lain secara tidak benar terlibat dalam suatu tindak pidana,

misalnya: dengan diam-diam menaruhkan sesuatu barang asal dari

52 Soesilo. Loc. Cit.

Page 50: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

34

kejahatan di dalam rumah orang lain, dengan maksud agar orang

itu dituduh melakukan kejahatan.53

7. Berdasarkan Pasal 317 KUHP:

1) Barang siapa dengan sengaja mengajukan pengaduan atau

pemberitahuan palsu kepada penguasa, baik secara tertulis

maupun untuk dituliskan, tentang seseorang sehingga

kehormatan atau nama baiknya terserang, diancam karena

melakukan pengaduan fitnah, dengan pidana penjara paling

lama empat tahun.

2) Pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No. 1 - 3 dapat

dijatuhkan.

8. Berdasarkan Pasal 220 KUHP:

“Barang siapa memberitahukan atau mengadukan bahwa telah

dilakukan suatu perbuatan pidana, padahal mengetahui bahwa itu

tidak dilakukan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu

tahun empat bulan.”

E. Konsepsi Penghinaan dan/atau Pencemaran Nama Baik dalam Sistem

Hukum Indonesia

Sebagian besar muatan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

merupakan duplikasi Wetboek van Strafrecht voor Nedherland Indie yang pada

dasarnya sama dengan KUHP Belanda (WvS). KUHP Belanda yang diberlakukan

sejak 1 September 1886, merupakan kitab undang-undang yang cenderung meniru

pandangan Code Penal Perancis yang sangat banyak dipengaruhi sistem hukum

romawi.

Menurut KUHP setidaknya dikenal tiga jenis tindak pidana terkait dengan

penghinaan, yaitu pencemaran sebagaimana diatur dalam Pasal 310 KUHP, fitnah

diatur dalam Pasal 311 KUHP, dan penghinaan ringan dirumuskan dalam Pasal

315 KUHP.

53 R. Sugandhi, Op. Cit.hlm. 339.

Page 51: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

35

Pasal 310

(1) Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama

baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang

maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum,

diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling

lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak

empat ribu lima ratus rupiah.

(2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang

disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka

umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan

pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

(3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis,

jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum

atau karena terpaksa untuk membela diri.

Pasal 311

(1) Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau

pencemaran tertulis dibolehkan untuk membuktikan apa

yang dituduhkan itu benar, tidak membuktikannya, dan

tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang

diketahui, maka dia diancam melakukan fitnah dengan

pidana penjara paling lama empat tahun.

(2) Pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No. 1 - 3 dapat

dijatuhkan.

Pasal 315

Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat

pencemaran atau pencemaran tertulis, yang dilakukan

terhadap seseorang, baik di muka umum dengan lisan atau

tulisan, maupun di muka orang itu sendiri dengan lisan

atau perbuatan, atau dengan surat yang dikirimkan atau

diterimakan kepadanya, diancam karena penghinaan

ringan, dengan pidana penjara paling lama empat bulan

dua minggu atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.

Penghinaan menurut Pasal 310 ayat (1) dan (2) dapat dikecualikan (tidak dapat

dihukum) apabila tuduhan atau penghinaan itu dilakukan untuk membela

“kepentingan umum” atau terpaksa untuk “membela diri”. Patut atau tidaknya

Page 52: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

36

pembelaan kepentingan umum dan pembelaan diri yang diajukan oleh tersangka

terletak pada pertimbangan hakim.

Menurut Muladi, yang bisa melaporkan pencemaran nama

baik seperti yang tercantum dalam Pasal 310 dan 311

KUHP adalah pihak yang diserang kehormatannya,

direndahkan martabatnya, sehingga namanya menjadi

tercela di depan umum. Namun, tetap ada pembelaan bagi

pihak yang dituduh melakukan pecemaran nama baik

apabila menyampaikan suatu onformasi ke publik.

a) Pertama, penyampaian informasi itu ditujukan untuk

kepentigan umum.

b) Kedua, untuk membela diri.

c) Ketiga, untuk mengungkapkan kebenaran54

F. Penghinaan dan/atau Pencemaran Nama Baik dalam UU ITE

Seiring perkembangan dunia penghinaan dan/atau pencemaran nama baik kerap

dilakukan dengan media elektronik dan secara khusus diatur dalam UU Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 27 jo. UU Nomor

19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Pasal 27 UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

(ITE):

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak

mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau

membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang

melanggar kesusilaan;

(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak

mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau

membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian;

(4) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak

mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau

membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan

dan/atau pencemaran nama baik;

54 Muladi, Barda Nawawi. Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana. (Bandung: Alumni. 2010), hlm 34.

Page 53: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

37

(5) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak

mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau

membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan

dan/atau pengancaman.

Untuk dapat mengetahui perbuatan yang dilarang dalam pasal tersebut, perlsu

dijelaskan mengenai setiap unsur-unsurnya.

1. Setiap orang

Dalam Pasal 1 angka 21 disebutkan bahwa orang yang dimaksudkan

dalam UU ITE melingkupi orang perseorangan baik WNI maupun WNA,

dan badan hukum. Jadi orang perseorangan baik WNI maupun WNA dan

badan hukum yang melanggar Pasal 27 ayat 3 UU ITE diancam dengan

pidana jika memenuhi unsur delik.

2. Sengaja

Dalam UU ITE tidak dijelaskan mengenai pengertian sengaja. Dalam KUHP

sebagai lex generali dari peraturan perundang-undangan pidana pun tidak

dijelaskan.55 Dalam teori tentang kesengajaan, terdapat dua aliran:

a. Teori Kehendak

Menurut Moeljato untuk menentukan bahwa suatu perbuatan

dikehendaki oleh terdakwa harus memenuhi:

1. Harus dibuktikan bahwa perbuatan itu sesuai dengan motifnya untuk

berbuat dan tujuannya yang hendak dicapai.

2. Antara motif, perbuatan dan tujuan harus ada hubungan kausal

dalam batin terdakwa.

55 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta. 1993), hlm.171.

Page 54: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

38

b. Teori Pengetahuan

Teori ini lebih praktis dari teori kehendak, karena untuk membuktikan

adanya kesengajaan dengan teori ini terdapat dua alternatif:

1. Membuktikan adanya hubungan kausal dalam batin terdakwa antara

motif dan tujuan; atau

2. Pembuktian adanya keinsyafan atau pengertian terhadap apa yang

dilakukan beserta akibat-akibat dan keadaan-keadaan yang

menyertainya.

Perbedaan teori kehendak dan teori pengetahuan yaitu pada teori kehendak

mengharuskan memenuhi kesesuaian antara perbuatan, motif dan tujaun yang

hendak dicapai. Sedangkan pada teori pengetahuan mengharuskan terbukti

adanya keinsyafan atau pengertian terhadap perbuatan yang dilakukan, akibat

perbuatan, dan keadaan-keadaan yang menyertainya.

Lawan dari sengaja adalah kealpaan. Kealpaan untuk melakukan penghinaan atau

pencemaran nama baik tidak mungkin terjadi. Namun mungkinkan kealpaan itu

terjadi dalam perbuatan mendistribusikan dan atau mentransmisikan ke dalam

media elektronik? Misalnya apabila A meminta tolong B untuk mengunggah

(upload) sebuah dokumen ke dalam suatu situs yang dapat diakses secara bebas

untuk diunduh (download), dan karena A diminta tolong, maka A langsung

mengunggah dokumen tanpa dibuka dan dibaca terlebih dahulu. Konsekuensi dari

adanya unsur sengaja dalam pasal ini adalah perbuatan yang dilakukan dengan

kealpaan tidak dapat dijerat atau diancamkan sanksi.

Page 55: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

39

3. Tanpa Hak

Istilah ini dipakai untuk menyinggung anasir “melawan hukum” yang biasa

disebut “wederrechtelijk”. Hazewinkel-Suringa dengan gigih berpendapat bahwa

perkataan “wederrechtelijk” ditinjau dari penempatannya dalam suatu rumusan

delik menunjukkan bahwa perkataan tersebut haruslah ditafsirkan sebagai

“zonder eigen recht” atau “tanpa adanya suatu hak yang ada pada diri

seseorang”.56 Menurut Memori Penjelasan dari rencana Kitab Undang-undang

Hukum Pidana Negeri Belanda, istilah “melawan hukum” itu setiap kali

digunakan, apabila dikhawatirkan, bahwa orang yang didalam melakukan sesuatu

perbuatan yang pada dasarnya bertentangan dengan undang-undang, padahal

didalam hal itu ia menggunakan haknya, nanti akan terkena juga oleh larangan

dari pasal undang-undang yang bersangkutan. Jika ia menggunakan haknya

makai a tidak “melawan hukum” dan untuk ketegasan bahwa yang diancam

hukuman itu hanya orang yang betul-betul melawan hukum saja, maka di dalam

Pasal yang bersangkutan perlu dimuat ketegasan “melawan hukum” sebagai

unsur perbuatan terlarang itu.57 Misalnya seorang Polisi karena perintah atasan

mengunggah (upload) daftar pencarian orang atau DPO ke website agar diketahui

oleh public, tidak dipidana karena Polisi tersebut tidak melawan hukum.

1. Mendistribusikan dan/atau menstransmisikan dan/atau membuat dapat

diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik. Mengenai

unsur ini sudah cukup jelas mengatur tindakan konkret yang dilakukan.

56 E. Utrecht. Hukum Pidana 1, (Bandung: Pustaka Tinta Mas. 1986), hlm. 269. 57 R. Tresna, Azas-azas Hukum Pidana, (Bandung: Pustaka Tinta Mas. 1994), hlm. 71.

Page 56: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

40

2. Memiliki muatan penghinaan dan atau pencemaran nama baik.

Konsep “penghinan” dan “pencemaran” nama baik dalam Pasal ini masih

belum jelas. Jika kita melihat dalam penjelasan pasal ini hanya dikatakan

cukup jelas. Sehingga perlu ada penafsiran dalam mengartikan konsep

pencemaran nama baik.

Unsur Pasal 27 ayat 3 UU ITE masih ada beberapa proposisi yang belum jelas.

Misalnya adalah apa yang dimaksud dengan proposisi “tanpa hak”, kemudian

adalah apakah yang dimaksud dengan “penghinaan” dan “pencemaran” nama

baik, dalam Penjelasan Pasal hanya dinyatakan cukup jelas. Oleh karena itu

norma dalam Pasal ini dapat dikatakan sebagai norma kabur (vague norm) yang

hanya mengatur perbuatan pencemaran nama baik dan/atau penghinaan secara

tanpa hak yang dilakukan menggunakan media elektronik, namun tidak

menjelaskan perbuatan yang dimaksud untuk disiarkan dalam media elektronik

yang dilaran itu apa.

Kekhasan Pasal 27 ayat 3 UU ITE dibandingkan dengan Pasal-pasal dalam KUHP

yang mengatur Penemaran Nama Baik, yaitu dalam KUHP tidak diatur mengenai

pencemaran nama baik yang didistribusikan dan/atau ditransmisikan dalam

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektrik, sedangkan dalam Pasal 27 ayat

3 UU ITE hal itu telah diatur. Namun sayangnya apa yang dimaksud penghinaan

dan/atau pencemaran nama baik sama sekali tidak dijelaskan dalam UU ITE

Page 57: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

41

Pasal 27 ayat 1-4 UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik mengandung ketentuan Pidana seperti yang terdapat dalam BAB XI

Pasal 45 ayat (1) jo. UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik

Pasal 27 ayat 1-4 UU No 11 Tahun 2008 tentan Informasi dan Transaksi

Elektronik

(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau

ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6

(enam) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Jo. Pasal 45 UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik

(1) Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak

mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau

membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang

melanggar kesusilaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

27 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6

(enam) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak

mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau

Page 58: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

42

membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak

mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau

membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan

dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

(4) Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak

mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau

membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan

dan/atau pengancaman sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 27 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling

lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Page 59: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Soerjono Soekanto melihat dari segi “sifat penelitian”, beliau

membedakannya menjadi 3 (tiga) tipe, yaitu penelitian eskploratori,

penelitian deskriptif, dan penelitian eksplanatori.40 Sedangkan dilihat

dari segi tujuan penelitian, J. Vredenbregt membedakan penelitian sosial

menjadi 3 (tiga) tipe, yaitu penelitian eksploratori, penelitian deskriptif,

dan penelitian eksplanatori.41

Fokus kajiannya, penelitian hukum dapat dibedakan menjadi 3(tiga) tipe,

yaitu: (a)Penelitian hukum normatif; (b)Penelitian hukum normatif-

empiris, yang dapat disebut juga penelitian hukum normatif-terapan; (c)

Penelitian hukum empiris. Penelitian hukum normatif mengkaji hukum

yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam

masyarakat, dan menjadi acuan perilaku setiap orang.42

Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum

teoritis/dogmatik karena tidak mengkaji pelaksanaan atau implementasi

hukum. Adapun penelitian hukum normatif-empiris (terapan) mengkaji

pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif (perundang–

undangan) dan kontrak secara faktual pada setiap peristiwa hukum

tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang telah

ditentukan.43

40 Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia. 1986), hlm.

50. 41 Vredenbregt J. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. (Jakarta: Gramedia. 1981), hlm 70. 42 Abdulkadir Muhammad Hukum dan Penelitian Hukum. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

2004), hlm.52 43 Ibid. hlm.53.

Page 60: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

44

Penelitian hukum empiris mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai perilaku

nyata (actual behavior), sebagai gejala sosial yang sifatnya tidak tertulis, yang

dialami setiap orang dalam hubungan hidup bermasyarakat.44

Pendekatan yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan

hukum normatif - empiris yang menggunakan data sekunder dan data primer yang

berasal dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-

undangan, wawancara serta bahan-bahan lainnya. Penggunaan pendekatan secara

normatif-empris ini pada dasarnya merupakan penggabungan antara pendekatan

hukum normatif dengan adanya penambahan berbagai unsur empiris. Metode

penelitian hukum normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum

normatif (undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu

dalam suatu masyarakat. Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah

metode normatif–empiris mengenai implementasi ultimum remedium dalam

tindak pidana penghinaan dan/atau pencemaran nama baik pasal 27 undang-

undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik.

B. Sumber dan Jenis Data

1. Sumber Data

Berdasarkan Sumbernya, data terdiri dari:

a. Data Lapangan

Data lapangan adalah data yang diperoleh secara langsung dari lokasi

penelitian dengan kegiatan wawancara kepada narasumber penelitian.

44 Ibid. hlm.54.

Page 61: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

45

b. Data Kepustakaan

Data kepustakaan adalah data yang diperoleh dari serangkaian kegiatan seperti

membaca, menelaah dan mengutip dari literatur serta melakukan pengkajian

terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan

2. Jenis Data

Jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut:

a. Data Primer,

Data Primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan

penelitian dengan cara melakukan wawancara kepada narasumber untuk

mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang

meliputi perundang–undangan, yurispudensi, dan buku literatur hukum atau

bahan hukum tertulis lainnya, baik terhadap bahan–bahan hukum, bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier yang terdiri

dari:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan

hukum mengikat, yang meliputi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana Buku Ke-2 Bab XVI Tentang Penghinaan.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang bersifat memberikan penjelasan

terhadap bahan–bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa

serta memahami bahan hukum primer, yang berupa literatur–literatur dan

Page 62: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

46

makalah–makalah yang berhubungan dengan masalah yang di bahas dalam

penulisan skripsi ini.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan penunjang lain yang ada

keterkaitan dengan pokok-pokok rumusan permasalahan, memberikan

kejelasan terhadap apa isi informasi, dan penjelasan terhadap bahan hukum

primer dan sekunder, bukan apa yang ada dalam kajian bahan hukum,

namun dapat dijadikan bahan analisa terhadap penerapan kebijakan hukum

dilapangan, seperti kamus, ensiklopedia, buletin, majalah, artikel-artikel di

internet dan bahan-bahan lainnya yang sifatnya seperti karya ilmiah

berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.

C. Karakteristik Narasumber

Narasumber adalah istilah umum yang merujuk kepada seseorang, baik mewakili

pribadi maupun suatu lembaga, yang memberikan atau mengetahui secara jelas

tentang suatu informasi, atau menjadi sumber informasi untuk kepentingan

pemberitaan di media massa. Biasanya informasi yang didapat dari narasumber

diperoleh melalui wawancara dengan memintakan pendapatnya mengenai suatu

masalah atau isu yang sedang berkembang.45 Narasumber dalam penulisan skripsi

ini adalah pihak-pihak yang mengetahui secara jelas berkaitan dengan

implementasi ultimum remedium dalam tindak pidana penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik Pasal 27 UU Nomor 27 Tahun 2008 tentang informasi dan

transaksi elektronik:

45 Ludwig Suparmo, Manajemen Krisis, Isu dan Resiko dalam Komunikasi. (Jakarta: Campustaka.

2018), hlm. 38.

Page 63: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

47

1. Kasubdit 2 Ditreskrimsus Kepolisian Daerah Lampung = 1 Orang

2. Jaksa Kejaksaan Tinggi Bandar Lampung = 1 Orang

3. Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Bandar Lampung = 1 Orang

4. Akademisi Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universias Lampung = 1 Orang

Jumlah = 4 Orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan studi pustaka, studi dokumen

dan studi catatan dan studi catatan hukum, dimaksudkan untuk memperoleh

data sekunder dengan serangkaian kegiatan penelusuran literatur dan

dokumentasi dengan cara membaca, mengkaji, merangkum data, mengutip

buku–buku, menelaah peraturan perundang–undangan, dokumen dan informasi

lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dengan

melakukan studi kepustakaan.

b. Penelitian Lapangan, dimaksudkan untuk memperoleh data primer dengan

melakukan wawancara dilapangan. Wawancara dilakukan secara langsung,

dalam metode wawancara materi–materi yang akan dipertanyakan telah

dipersiapkan terlebih dahulu oleh penulis sebagai pedoman, metode ini

digunakan agar responden bebas memberikan jawaban–jawaban dalam bentuk

uraian–uraian.

Page 64: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

48

2. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis data yang telah

diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Adapun pengolahan data yang

dimaksud meliputi tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi data, yaitu data yang diperoleh diperiksa kembali untuk mengetahui

kelengkapan data, serta apakah data tersebut telah sesuai dengan

permasalahan yang diteliti.

b. Klasifikasi data, yaitu kegiatan penempatan data menurut kelompok

kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-

benar diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.

c. Penyusunan data, yaitu kegiatan penempatan dan menyusun data yang

saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu

pada bagian pokok bahasan sehingga mempermudah interpretasi data.

E. Analisa Data

Analisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan analisis kualitatif,

kemudian dilakukan pembahasan dengan cara menguraikan data secara bermutu

dalam bentuk kalimat yang teratur, logis dan efektif sehingga memudahkan

interpretasi data dan pemahaman hasil analisis guna menjawab permasalahan yang

ada dalam perumusan masalah kemudian ditarik kesimpulan-kesimpulan.

Page 65: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi ultimum

remedium dalam tindak pidana penghinaan dan/atau pencemaran nama baik dan

faktor-faktor yang menjadi penghambat implementasi ultimum remedium dalam

tindak pidana penghinaan dan/atau pencemaran nama baik Pasal 27 Undang-undang

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi ultimum remedium dalam tindak pidana penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik Pasal 27 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik akan dilakukan apabila pelapor dan terduga

mengambil langkah mediasi atau musyawarah bedasarkan asas delik aduan murni

dan apabila dilakukan pencabutan perkara oleh pelapor maka otomatis pidana yang

dilakukan akan gugur, dan karena ini delik aduan murni maka sebagai penyidik

(Polri dan Kejaksaan) hanya dapat menghentikan suatu perkara jika pelapor

mencabut perkara tersebut.

2. Implementasi ultimum remedium dalam tindak pidana penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik Pasal 27 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Page 66: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

73

Informasi dan Transaksi Elektronik adalah hal yang tidak mudah karena terdapat

factor-faktor yang menjadi penghambat dalam upaya implementasi ultimum

remedium dalam tindak pidana penghinaan dan/atau pencemaran nama baik

sebagai berikut:

a. Faktor hukum (Undang-undang)

Dalam praktik penyelenggaraan penegakan hukum di lapangan ada kalanya

terjadi pertantangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan

oleh konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak,

sedangkan kepastian hukum merupakan suatu prosedur yang telah ditentukan

secara normatif.

b. Faktor penegak hukum

Untuk berfungsi suatu hukum, mentalitas atau kepribaian petugas penegak

hukum memainkan peranan penting. Kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas

petugas kurang baik, maka akan terjadi masalah. Salah satu kunci keberhasilan

dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian penegak hukum.

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegak hukum,

Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan

perangkat keras. Perangkat lunak meliputi pendidikan yang diterima oleh polisi,

untuk perangkat keras dalam hal ini adalah meliputi sarana fisik yang berfungsi

sebagai faktor pendukung, serperti halnya perlengkapan, kendaraan maupun

alat-alat komukasi yang proposional.

Page 67: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

74

d. Faktor masyarakat (lngkungan di mana hukum berlaku atau diterapkan),

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai

kedamaian di dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat atau kelompok

sedikit banyakanya mempunyai kesadaran hukum, persoalan yang timbul

adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi, sedang,

atau kurang, adanya derajat kepatuhan hukum masyarakat terhadap hukum,

merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan. Sikap

apatis masyarakat terhadap polisi mengangap bahwa tugas penegakan hukum

semata-mata urusan polisi, serta keengganan terlibat sebagai saksi dan

sebagainya

e. Faktor kebudayaan

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan

masyarakat, yaitu mangatur agar manusia dapat mengerti bagaimana

seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya kalau mereka

berhubungan dengan orang lain. Dengan demikian, kebudayaan adalah suatu

garis pokok tentang peri kelakuan yang menetapkan peraturan mengenai apa

yang harus dilakukan, dan apa yang dilarang.

Page 68: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

75

B. Saran

Setelah melakukan pembahasan dan memperoleh kesimpulan dari hasil penelitian ini

maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Peraturan hukum mengenai penghinaan dan/atau pencemaran nama baik melalui

media elektronik harus di rekonsruksi kembali atau dikaji ulang, karena peraturan

ini sering di sebut peraturan karet karena peraturan yang sekarang ini berlaku

(Pasal 27 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008) akan menimbulkan dua

persepsi, sebagai contoh ada kasus mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja

Purnama melawan Buni Yani. Buni Yani resmi ditetapkan sebagai tersangka

dalam kasus dugaan penyebaran informasi yang menimbulkan rasa kebencian

berdasarkan SARA akibat pernyataan/tulisan dalam status yang dia sebar di akun

Facebook. Polisi menilai perbuatan Buni termasuk perbuatan pidana karena telah

menyertakan status yang berpotensi menimbulkan rasa kebencian saat

mengunggah cuplikan video pernyataan Basuki Tjahaja Purnama. Kasus Buni

Yani bergulir dalam rangkaian kronologi yang cukup panjang. Sejak video itu

diunggah, media sosial membuat viral video yang menayangkan Ahok saat

bertugas di Kepulauan Seribu. Video yang diunggah Buni Yani berhasil menyedot

ribuan peserta Aksi Bela Islam turun ke jalan menuntut proses hukum Ahok.

Gerakan masif itu juga didorong oleh sikap keagamaan MUI yang menyebut Ahok

telah menistakan agama. Dengan desakan publik dan ketegangan politik yang

cukup besar, pemerintah pun turun tangan. Polri diinstruksikan melakukan gelar

terbuka khusus untuk kasus Ahok. Ahok pun kemudian ditetapkan sebagai

Page 69: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

76

tersangka penista agama. Bagi orang yang pro kepada BY akan mengatakan jika

BY ini seharusnya di beri penghargaan karena dinilai telah mengungkap kesalahan

BTP tapi sebaliknya malah di penjara, oleh pihak yang pro kepada BTP akan

dibantah karena dalam kasus ini BY tidak mempunyai hak untuk mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan video potongan pidato BTP.

2. Kesadaran masyarakat, pemerintah, aparat penegak hukum dan produsen media

massa elektronik dan non-elektronik untuk mengklarifikasi, menyaring

berita/informasi yang di dapat, agar tidak mendistribusikan, menelan mentah

mentah berita/informasi hoax yang di dapat untuk mencegah kasus penghinaan

dan/atau pencemaran nama baik terulang kembali, dan demi terciptanya Indonesia

bebas hoax.

Page 70: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Hamzah, Andi. 1986. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Hamzah, Andi. 2008. Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta: Sinar Grafika.

Harahap, Yahya M. 2006. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP

Penyidikan Dan Penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika.

Horn, Van. 1975. The Policy Implementation Process: A Conceptual Framework,

Bandung: Pijar Pustaka.

Kaplan, Andreas M.; Michael Haenlein. 2010 Users of the world, opportunities of

Social Media. Bussines Horizons, Jakarta: Pustaka Ilmu

Lamintang, P.A.F. 1983. Dasar – Dasar Hukum Pidana. Bandung: Sinar Baru.

Mertokusumo, Sudikno. 2006. Penemuan Hukum Sebuah Pengantar. Yogyakarta:

Liberty.

Muladi. Nawawi, Barda. 2010. Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana. Bandung:

Alumni.

Moeljatno. 1985. Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta:Bina Aksara.

Mudzakir. 2004 Delik Penghinaan dalam Pemberitaan Pers Mengenai Pejabat

Publik, Jakarta: Dictum.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Citra

Aditya Bakti.

Nawawi, Barda. 1998. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan

Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti.

Pramudya, Kelik. 2006. Pedoman Etika Profesi Aparat Hukum, Yogyakarta:

Pustaka Yustisia.

Page 71: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

Prodjodikoro, Wirjono. 2003. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. Bandung:

Refika Aditama.

Poernomo, Bambang. 1987. Asas–Asas Hukum Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Remmelink, Jan. 2003. Hukum Pidana. Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting

dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

R. Sugandhi, SH. 1980. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Berikut

Penjelasannya. Surabaya: Usaha Nasional.

R. Soesilo. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta

Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia.

R. Tresna. 1995. Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Baru.

Santoso, Topo. 2016. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Rajagrafindo.

Sidharta, Arief. 2005. Meuwissen Tentang Perkembangan Hukum, ilmu Hukum,

Teori Hukum, dan Filsafat Hukum, Jakarta: PT Refika Aditama.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum Jakarta: Universitas

Indonesia.

Soekanto, Soerjono 2002. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

Jakarta: Rineka Cipta.

Suparmo, Ludwig. 2018. Manajemen Krisis, Isu dan Resiko dalam Komunikasi.

Jakarta: Campustaka.

Sudarto. 2007 Hukum dan Hukum Pidana. Bandung: Alumni.

Sudarto. 1998. Hukum Pidana dan Perkembangan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Sulistia, Teguh. 2003. Hukum Pidana Baru Pasca Reformasi. Jakarta:

Rajagrafindo Persada.

Utrecht. 1986. Hukum Pidana 1. Bandung: Pustaka Tinta Mas.

Vredenbregt J. 1981. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia.

Widijowati, Dijan. 2000. Pengantar Ilmu Hukum, Yogyakarta: CV Andi Offser.

Zainal, Andi. 1981. Hukum Pidana I, Jakarta: Sinar Grafika.

Page 72: IMPLEMENTASI ULTIMUM REMEDIUM DALAM TINDAK PIDANA ...digilib.unila.ac.id/59998/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · dari buku-buku, atau literatur-literatur hukum, peraturan perundang-undangan,

B. Undang-undang

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Putusan Nomor: 1333/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Sel.

C. Sumber Lain

https://pakarkomunikasi.com/karakteristik-media-sosial-menurut-para-ahli.

(diakses tanggal 16 Desember 2017).

http://lbh.unpar.ac.id/radio-chevy-103-5fm/ultimum-remedium-dalam-

pemidanaan/ (diakses tanggal 11 Desember 2017).

https://www.suduthukum.com/2016/09/pengertian-pencemaran-nama-baik.html

(diakses tanggal 12 Desember 2017)

https://news.okezone.com/read/2018/01/16/340/1845742/remaja-penghina-

presiden-dan-kapolri-divonis-18-bulan-penjara (diakses pada 09 Juni 2018)

https://news.detik.com/berita/2875047/kasus-penghinaan-di-medsos-florence-

dihukum-percobaan-dan-denda-rp-10-juta (diakses pada 09 Juni 2018)

https://nasional.kompas.com/read/2013/09/05/2350121/Benny.Handoko.Pemilik.

Akun.benhan.Ditahan (diakses pada 09 Juni 2018)

http://pojokpitu.com/baca.php?idurut=58999&&top=1&&ktg=Jatim&&keyrbk=H

ukum&&keyjdl=akun# (diakses pada 09 Juni 2018)

http://harian.analisadaily.com/kota/news/terdakwa-pencemaran-nama-baik-minta-

maaf/362922/2017/06/15 (diakses pada 09 Juni 2018)

https://www.bangsaonline.com/berita/32883/sudah-damai-ph-minta-sidang-kasus-

pencemaran-nama-baik-oleh-kader-golkar-gresik-andhy-dihentikan (diakses

pada 09 Juni 2018).