literatur uji

17
Literatur Uji Karbohidrat Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa ini bila dihidrolisa. Secara umum terdapat tiga macam karbohidrat berdasarkan hasil hidrolisisnya, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Oligosakarida adalah rantai pendek unit monosakarida yang terdiri dari 2 sampai 10 unit monosakarida yang digabung bersama-sama oleh ikatan kovalen dan biasanya bersifat larut dalam air. Polisakarida adalah polimer monosakarida yang terdiri dari ratusan atau ribuan monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan 1,4-a-glikosida (a=alfa) Didalam dunia hayati, kita dapat mengenal berbagai jenis karbohidrat, baik yang berfunsi sebagai pembangun struktur maupun yang berperan funsional dalam proses metabolisme. Berbagai uji telah dikembangkan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap keberadaan karbohidrat, mulai dari yang membedakan jenis-jenis karbohidrat dari yang lain sampai pada yang mampu membedakan jenis-jenis karbohidrat secara spesifik. Uji reaksi tersebut meliputi uji Molisch, Barfoed, Benedict, Selliwanof dan uji Iod. Kedudukan karbohidrat sangatlah penting pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya, yaitu sebagai sumber kalori. Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi lainnya yang tak kalah penting bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya, mengubah karbohidrat (glukosa) menjadi alkohol dan karbon dioksida untuk menghasilkan energi C6H12O6 ——> 2C2H5OH + 2CO2 + energi Tujuan Percobaan ini bertujuan untuk mengamati struktur beberapa karbohidrat melalui sifat reaksinya dengan beberapa reagen uji Alat dan bahan Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, pipet mohr, pipet volumetrik, pipet tetes, penangas air, sentrifuse, spektrofotometer, tabung fermentasi,dan gelas ukur. Bahan-bahan yang digunakan adalah peraksi molish, asam sulfat, larutan glukosa, 1%, frutosa1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 1%, preasi Benedict preaksi barfoed, preaksi selliwanof, ragi roti, fosfomolibdat, larutan iod encer, gum arab, tpung agar-agar, tepung aren, tepung beras, larutan Na-wolframat 10%, larutan TCA, 10%, etanol absolute, etanol 95%, kristal NaCl, etil eter, larutan NaCl 0,2 M, larutan K2HPO4, larutan kurpritartrat, larutan fosfomolibdat, larutan standard glukosa 0,1 dan 0,2 mg/ml, enzim amylase, larutan glikogen, HCl, dan akuades. Prosedur percobaan Pada uji molisch, sebanyak 5ml larutan yang di uji (glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati) di masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi molish , dicampur rata, kemudian ditambahkan 3 ml asam sulfat pekat secara perlahan-lahan melalui dinding tabung, warna violet (ungu) kemerah-merahan pada batas kedua cairan menunjukkan reaksi positif, sedangkan warna hijau menunjukan reaksi negatif.

Upload: himyar-cool

Post on 28-Jun-2015

1.673 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Literatur Uji

Literatur Uji Karbohidrat

Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton, atau senyawa yang menghasilkan

senyawa ini bila dihidrolisa. Secara umum terdapat tiga macam karbohidrat berdasarkan hasil

hidrolisisnya, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Oligosakarida adalah

rantai pendek unit monosakarida yang terdiri dari 2 sampai 10 unit monosakarida yang

digabung bersama-sama oleh ikatan kovalen dan biasanya bersifat larut dalam air.

Polisakarida adalah polimer monosakarida yang terdiri dari ratusan atau ribuan monosakarida

yang dihubungkan dengan ikatan 1,4-a-glikosida (a=alfa)

Didalam dunia hayati, kita dapat mengenal berbagai jenis karbohidrat, baik yang berfunsi

sebagai pembangun struktur maupun yang berperan funsional dalam proses metabolisme.

Berbagai uji telah dikembangkan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap

keberadaan karbohidrat, mulai dari yang membedakan jenis-jenis karbohidrat dari yang lain

sampai pada yang mampu membedakan jenis-jenis karbohidrat secara spesifik. Uji reaksi

tersebut meliputi uji Molisch, Barfoed, Benedict, Selliwanof dan uji Iod.

Kedudukan karbohidrat sangatlah penting pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya,

yaitu sebagai sumber kalori. Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi lainnya yang tak

kalah penting bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya, mengubah

karbohidrat (glukosa) menjadi alkohol dan karbon dioksida untuk menghasilkan energi

C6H12O6 ——> 2C2H5OH + 2CO2 + energi

Tujuan

Percobaan ini bertujuan untuk mengamati struktur beberapa karbohidrat melalui sifat

reaksinya dengan beberapa reagen uji

Alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, pipet mohr, pipet volumetrik, pipet tetes,

penangas air, sentrifuse, spektrofotometer, tabung fermentasi,dan gelas ukur.

Bahan-bahan yang digunakan adalah peraksi molish, asam sulfat, larutan glukosa, 1%,

frutosa1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 1%, preasi Benedict preaksi barfoed,

preaksi selliwanof, ragi roti, fosfomolibdat, larutan iod encer, gum arab, tpung agar-agar,

tepung aren, tepung beras, larutan Na-wolframat 10%, larutan TCA, 10%, etanol absolute,

etanol 95%, kristal NaCl, etil eter, larutan NaCl 0,2 M, larutan K2HPO4, larutan kurpritartrat,

larutan fosfomolibdat, larutan standard glukosa 0,1 dan 0,2 mg/ml, enzim amylase, larutan

glikogen, HCl, dan akuades.

Prosedur percobaan

Pada uji molisch, sebanyak 5ml larutan yang di uji (glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa,

maltosa, dan pati) di masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi

molish , dicampur rata, kemudian ditambahkan 3 ml asam sulfat pekat secara perlahan-lahan

melalui dinding tabung, warna violet (ungu) kemerah-merahan pada batas kedua cairan

menunjukkan reaksi positif, sedangkan warna hijau menunjukan reaksi negatif.

Page 2: Literatur Uji

Untuk uji Benedict, sebanyak 5 ml reaksi Benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

kemudian ditambahkan 8 tetes larutan bahan yang diuji dicampur rata dan dididihkan selama

5 menit, biarkan sampai dingin kemudian diamati perubahan warnanya, jika terbentuk warna

hijau, kuning atau endapan merah bata berarti positif.

Pada uji barfoed, sebanyak 1 ml pereaksi dan bahan percobaan dimasukkan ke dalam tabung

reaksi kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 3 menit dan didinginkan, setelah itu

masukkan 1 ml fosfomoliubdat , kocok dan amati warna yang tejadi, jika terbentuk warna

biru setelah penambahan fosfomolibdat, maka reaksi positif.

Pada uji fermentasi, 20 ml larutan bahan percobaan dan 2gram ragi roti digerus sampai

terbentuk suspensi yang homogen , kemudian suspensi diisikan ke dalam tabung fermentasi

sampai bagian kaki tertutup dan terisi penuh oleh cairan. Selanjutnya dimasukkan ke dalam

fermentor pada suhu 370C, kemudian diamati setiap selang 20 menit sebanyak 3 kali

pengamatan. Pada pengamatan terakhir, ruang gas pada kaki tabung diukur panjangnya.

Untuk uji salliwanof, 5 ml peraksi dan beberapa tetes bahan percobaan dimasukkan ke dalam

sebuah tabung reaksi, lalu dididihkan selama 30 detik, kemudian diamati warna yang terjadi.

Pada uji osazon, ke dalam tabung reaksi di masukkan campuran fenil hidrazon Na-asetat

kering lalu ditambahkan 5 ml larutan percobaan, dikocok dan dipanaskan dalam penangas air

selama 30 menit, kemudian dinginkan dan diperiksa endapan yang terbentuk di bawah

mikroskop.

Pada uji iod, pada papan uji diteteskan bahan yang akan diuji, kemudian ditambahkan dengan

satu tetes iodium encer, dan dicampur merata.

Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil uji molisch beberapa jenis karbohidrat

Tabel 2. Hasil uji benedict

Page 3: Literatur Uji

Tabel 3. Hasil uji barfoed

Tabel 4. Hasil uji fermentasi

Tabel 5. Hasil uji selliwanof

Page 4: Literatur Uji

Tabel 6. Hasil uji osazon

Tabel 7. Hasil uji iod

Page 5: Literatur Uji

Pembahasan

Pada uji molisch, hasil uji menunjukkan bahwa semua bahan yang diuji adalah karbohidrat.

Pereaksi molisch membentuk cincin yaitu pada larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa,

maltosa, dan pati menghasilkan cincin berwarna ungu hal ini menunjukkan bahwa uji molish

sangat spesifik untuk membuktikan adanya golongan monosakarida, disakarida dan

polisakaida pada larutan karbohidrat.

Pada uji benedict, hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa, glukosa, maltosa, dan laktosa,

sedangkan untuk karbohidrat jenis sukrosa dan pati menunjukkan hasil negatif. Sekalipun

aldosa atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada dalam

kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehida atau keton rantai terbuka, sehingga gugus

aldehida atau keton ini dapat mereduksi berbagai macam reduktor, oleh karena itu,

karbohidrat yang menunjukkan hasil reaksi positif dinamakan gula pereduksi. Pada sukrosa,

walaupun tersusun oleh glukosa dan fruktosa, namun atom karbon anomerik keduanya saling

terikat, sehingga pada setiap unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton

yang dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat

mereduksi pereaksi benedict. Pada pati, sekalipun terdapat glukosa rantai terbuka pada ujung

rantai polimer, namun konsentrasinya sangatlah kecil, sehingga warna hasil reaksi tidak

tampak oleh penglihatan.

Dalam asam, polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil

monomernya. Hal inilah yang menjadi dasar untuk membedakan antara polisakarida,

disakarida, dan monosakarida. Monomer gula dalam hal ini bereaksi dengan fosfomolibdat

membentuk senyawa berwarna biru. Dibanding dengan monosakarida, polisakarida yang

terhidrolisis oleh asam mempunyai kadar monosakarida yang lebih kecil, sehingga intensitas

warna biru yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan larutan monosakarida. Pada

tabel 3. terlihat bahwa monosakarida menunjukkan kereaktifan yang lebih besar daripada

disakarida maupun polisakarida. Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa uji barfoed

digunakan untuk membedakan reaktifita antara monosakarida, disakarida, dan polisakarida.

Pada uji fermentasi, gas CO2 yang dihasilkan ragi lebih cepat terjadi pada monosakarida,

khususnya glukosa. Hal ini menunjukkan bahwa monosakarida lebih reaktif dari disakarida

ataupun polisakarida. Selain itu, Pati dan disakarida lainnya merupakan molekul yang relatif

lebih besar dibandingkan dengan monosakarida sehingga kemampuan ragi untuk mencerna ,

Page 6: Literatur Uji

mengubah pati tersebut menjadi etil alkohol dan karbon dioksida lebih banyak memerlukan

energi dan waktu yang lebih lama.

Pembentukan 4-hidroksimetil furfural ini terjadi pada reaksi antara fruktosa, sukrosa, laktosa

dan pati yang mendasari uji selliwanof ini. Fruktosa merupakan ketosa, dan sukrosa terbentuk

atas glukosa dan fruktosa, sehingga reaksi dengan pereaksi selliwanof menghasilkan senyawa

berwarna jingga. Reaksi ini mestinya tidak terjadi pada pati dan laktosa, karena pati tersusun

dari unit-unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4-a-glikosida, sedangkan laktosa

tersusun darigalaktosa dan glukosa yang keduanya merupakan aldosa. Salah satu alasan yang

menyebabkan terjadinya reaksi antara pereaksi selliwanof dengan pati dan laktosa adalah

terkontaminasinya kedua karbohidrat ini oleh ketosa.

Pembentukkan osazon pada uji osazon terlihat dengan adanya endapan yang terjadi. Endapan

ini spesifik bagi setiap jenis karbohidrat, baik monosakarida, oligosakarida, maupun

polisakarida. Gambar 1. (data hilang) menunjukkan bentuk endapan yang spesifik bagi

berbagai macam karbohidrat. Dari hasil pecobaan, dapat dinyatakan bahwa uji osazon

digunakan untuk mengidentifikasi monosakarida, disakarida, dan sebagian polisakarida. Dari

hasil pengamatan dibawah mikroskop, didapatkan gambar penampang yang berbeda-beda,

hal ini karena masing-masing bahan memiliki rantai hidrokarbon yang berbeda-beda pula,

ada yang rantai hidrokarbonya lurus dan ada pula yang bercabang.

Pada uji iod, terlihat pada tabel.7 hanya pati lah yang menunjukkan reaksi positif bila

direaksikan dengan iodium. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit

glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap

unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul

iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada

kompleks tersebut.

Kesimpulan

Uji molisch digunakan untuk menentukan karbohidrat secara umum, uji benedict digunakan

untuk menentukan gula pereduksi dalam karbohidrat. Uji barfoed digunakan untuk

mengidentifikasi antara monoskarida, disakarida, dan polisakarida. Uji selliwanof digunakan

untuk menentukan karbohidrat jenis ketosa. Uji fermentasi yang menggunakan ragi dapat

mencerna dan merubah karbohidrat menjadi etil alkohol dan gas karbondioksida. Uji osazon

digunakan untuk mengamati perbedaan yang spesifik bagi tiap karbohidrat melalui

penampang endapan yang dihasilkannya. Pada uji iod, hanya pati lah yang dapat membentuk

senyawa kompleks berwarna biru dengan iodium.

Dafta pustaka

Hart, Harold. 1983. Kimia Organik. Jakarta. Erlangga

Lehninger.1982. Dasar-Dasar Biokimia. Penerjemah : Maggy Thenawijaya. Jakarta,

Erlangga

Page 7: Literatur Uji

Literatur Uji Protein/ Asam Amino

Asam amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida

pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta kadang-kadang P dan

S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang yang biasa

dijumpai pada protein.

Gambar 1. Struktur molekul asam amino

Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu

gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus

amino dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena

asam amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia

yang yang mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan

esterifikasi. Asam amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan

memberikan proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton

dari basa kuat.

Semua asam amino yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus karboksil

dan amino diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang

lain pada gugus R-nya, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan kelarutan

dalam air. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik yang melibatkan gugus R-

nya.

Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi

berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar

dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin,

Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan

pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan

Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan

golongan keempat yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam

amino yang ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin,

metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa

disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan

dan zat nutrisi lainnya.

Tujuan Percobaan

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari beberapa reaksi uji terhadap asam amino dan

protein.

Bahan dan Alat

Page 8: Literatur Uji

Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, gelas piala, pipet tetes, pipet Mohr, kertas

saring, corong, dan penangas air. Sementara bahan-bahan yang digunakan adalah albumin,

gelatin, kasain, pepton, fenol, pereaksi millon, pereaksi Hopkins cole, pereaksi biuret,

ninhidrin, H2SO4, NaOH, HNO3, CuSO4, HgCl2, AgNO3, (NH4)2SO4, HCl, Pb-asetat,

etanol, asam asetat, dan buffer asetat pH 4,7.

Prosedur Percobaan

Uji Millon. Sebanyak 5 tetes pereaksi Millon ditambahkan ke dalam 3 mL larutan protein,

dipanaskan. Uji dilakukan terhadap larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%,

dan fenol 2%.

Uji Hopkins-Cole. Sebanyak 2 mL larutan protein dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole

dalam tabung reaksi. Ditambahkan 3 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung sehingga

membentuk lapisan dari cairan. Didiamkan, setelah beberapa detik akan terbentuk cincin

violet (ungu) pada pertemuan kedua lapisan cairan, apabila positif mengandung triptofan. Uji

dilakukan terhadap larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, dan pepton 2%.

Uji Ninhidrin. Sebanyak 0.5 mL larutan ninhidrin 0.1% ditambahkan ke dalam 3 mL larutan

protein. Dipanaskan selama 10 menit, diamati perubahan warna yang terjadi. Uji dilakukan

terhadap larutan albumin 0.02%, gelatin 0.02%, kasein 0.02%, dan pepton 0.02%.

Uji belerang. Sebanyak 2 mL larutan protein ditambah 5 mL NaOH 10%, dipanaskan selama

5 menit. Kemudian ditambah 2 tetes larutan Pb-asetat 5%, pemanasan dilanjutkan, diamati

warna yang terjadi. Uji dilakukan terhadap larutan albumin 0.02%, gelatin 0.02%, kasein

0.02%, dan pepton 0.02%.

Uji Xanthoproteat. Sebanyak 2 mL larutan protein ditambahkan 1 mL HNO3 pekat,

dicampur, kemudian dipanaskan, diamati timbulnya warna kuning tua. Didinginkan,

ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH pekat sampai larutan menjadi basa. Diamati

perubahan yang terjadi. Uji dilakukan terhadap larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%,

pepton 2%, dan fenol 2%.

Uji Biuret. Sebanyak 3 mL larutan protein ditambah 1 mL NaOH 10% dan dikocok.

Ditambahkan 1-3 tetes larutan CuSO4 0.1%. Diamati timbulnya warna.

Pada pengendapan protein oleh logam, oleh garam, oleh alkohol, uji koagulasi dan denaturasi

protein. Kedalam 3 ml albumin ditambahkan 5 tetes larutan HgCl2 2%, percobaan diulangi

dengan larutan Pb-asetat 5%, dan AgNO3 5%. Sepuluh ml larutan protein dijenuhkan dengan

amonium sulfat yang ditambahkan sedikit demi sedikit, kemudian diaduk hingga mencapai

titik jenuh dan disaring. Lalu diuji kelarutannnya dengan ditambahkan air, untuk endapan

diuji dengan pereaksi Millon dan filtrat dengan pereaksi biuret. Ditambahkan 2 tetes asam

asetat 1 M ke dalam tabung yang berisi 5 ml larutan protein, kemudian tabung tersebut

diletakkan dalam air mendidih selama 5 menit. Lalu diambil endapan dengan batang

pengaduk, untuk endapan diuji kelarutannya dengan air , sementara endapan dengan pereaksi

Millon. Disiapkan 3 tabung reaksi, tabung pertama diisi campuran sebagai berikut ; 5 ml

larutan albumin, 1 ml HCl 0,1 M dan 6 ml etanol 95%. Ke dalam tabung kedua dimasukkan5

ml larutan albumin, 1 ml NaOH 0,1 M dan 6 ml etanol 95%. Ke dalam tabung ketiga 5 ml

larutan albumin, 1 ml buffer asetat ph 4,7 dan 6 ml etanol 95%.

Page 9: Literatur Uji

Pada percobaan denaturasi protein siapkan 3 tabung reaksi, tabung reaksi pertama diisi 9 ml

larutan albumin dan 1ml HCl 0,1 M, tabung reaksi kedua 9 ml larutan albumin dan 1 ml

NaOH 0,1 M dan kedalam tabung reaksi ketiga ditambahkan hanya 1 ml buffer asetat pH 4,7.

Data dan Hasil Pengamatan

Tabel 1. berbagai uji kualitatif pada beberapa larutan protein

Keterangan:

(-) = uji negatif

(+) = uji positf (Millon: larutan berwarna merah, terbentuk garam merkuri dari tirosin yang

ternitrasi; Hopkins-Cole: terbentuk cincin violet, adanya triptofan; Ninhidrin: terbentuk

warna biru, khusus untuk prolin dan hidroksiprolin berwarna kuning; Belerang: terbentuk

garam PbS berwarna hitam; Xanthoproteat: terbentuk warna kuning tua, adanya gugus

benzena; dan Biuret: terbentuk warna violet).

Tabel 2. Pengaruh penambahan logam berat pada albumin

Keterangan: (+) = terbentuk endapan

Tabel 3. Pengendapan protein oleh garam (NH4)2SO4

Page 10: Literatur Uji

Tabel 4. Uji Koagulasi pada protein

Tabel 5. Pengendapan protein oleh alkohol

Keterangan:

• tabung I berisi 5 ml albumin, 1 ml HCl 0,1 M dan 6 ml etanol 95 %

• tabung II berisi 5 ml albumin, 1 ml NaOH 0,1 M dan 6 ml etanol 95%

• tabung III berisi 5 ml albumin, 1 ml buffer asetat pH 4,7 dan 6 ml etanol 95%

• (+): Terbentuk endapan

• (-): Tidak terbentuk endapan

Tabel 6. Denaturasi protein oleh penambahan berbagai senyawa

Keterangan:

Page 11: Literatur Uji

• tabung I berisi 9 ml albumin, 1 ml HCl 0,1 M

• tabung II berisi 9 ml albumin, 1 ml NaOH 0,1 M

• tabung III berisi 1 ml buffer asetat pH 4,7

• (+): Terbentuk endapan

• (-): Tidak terbentuk endapan

Pembahasan

Pada berbagai uji kualitatif yang dilakukan terhadap beberapa macam protein, semuanya

mengacu pada reaksi yang terjadi antara pereaksi dan komponen protein, yaitu asam amino

tentunya. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik pada gugus R-nya, sehingga

dari reaksi tersebut dapat diketahui komponen asam amino suatu protein.

Prinsip dari uji millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi. Tirosin

merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan

membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon. Dari hasil percobaan, diketahui bahwa

protein albumin dan kasein mengandung Tirosin sebagai salah asam amino penyusunnya,

sedangkan gelatin dan pepton tidak. Fenol dalam hal ini digunakan sebagai bahan percobaan

karena Tirosin memiliki molekul fenol pada gugus R-nya. Di sini, uji terhadap fenol negatif,

walaupun secara teori tidak. Alasan yang mungkin untuk hal ini adalah kesalahan praktikan

dalam bekerja.

Pada uji Hopkins cole, uji positif ditunjukkan oleh albumin, gelatin, kasein, dan pepton,

dengan ditunjukkan oleh adanya cincin berwarna ungu. Uji ini spesifik untuk protein yang

mengandung Triptofan. Triptofan akan berkondensasi dengan aldehid bila ada asam kuaat

sehngga membentuk cincin berwarna ungu.

Protein yang mengandng sedikitnya satu gugus karboksil dan gugus asam amino bebas akan

bereaksi dengan ninhidrin membentuk persenyawaan berwarna. Uji ini bersifat umum untuk

semua asam amino, dan menjadi dasar penentuan kuantitatif asam amino. Pada uji ini, hanya

kasein yang menunjukkan uji negatif terhadap ninhidrin. Hal ini disebabkan karena pada

kasein tidak mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan amino yang terbuka.

Sistein dan Metionin merupakan asam amino yang mengandung atom S pada molekulnya..

Reaksi Pb-asetat dengan asam-asam amino tersebut akan membentuk endapan berwarna

kelabu, yaitu garam PbS. Penambahan NaOH dalam hal ini adalah untuk mendenaturasikan

protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-asetat

membentuk PbS. Dari semua bahan yang diuji, hanya albumin yang membentuk endapan

PbS, sehingga dapat disimpulkan albumin mengandung Sistein ataupun Metionin.

Inti benzena dapat ternitrasi oleh asam nitrat pekat menghasilkan turunan nitrobenzena.

Fenilalanin, Tirosin, dan Triptofan yang mengandung inti benzena pada molekulnya juga

mengalami reaksi dengan HNO3 pekat. Untuk perbandingan, dapat ditunjukkan oleh fenol

yang bereaksi membentuk nitrobenzena. Hasil uji menunjukkan bahwa dari semua bahan,

hanya kasein yang tidak mengandung asam amino yang mempunyai inti benzena pada

molekulnya. Tetapi hal ini patut dipertanyakan, karena dari data-data yang diperoleh pada uji

millon dan uji Hopkins cole, kasein mengandung tirosin dan triptofan. Salah satu alasan yang

mungkin adalah karena kesalahan kerja praktikan dalam mengamati warna yang terbentuk

selama reaksi.

Page 12: Literatur Uji

Pada uji biuret, semua protein yang diujikan memberikan hasil positif. Biuret bereaksi dengan

membentuk senyawa kompleks Cu dengan gugus -CO dan -NH pada asam amino dalam

protein. Fenol tidak bereaksi dengan biuret karena tidak mempunyai gugus -CO dan -NH

pada molekulnya.

Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini terjadi pada

albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan AgNO3 dan Pb-asetat. Senyawa-senyawa

logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein membentuk

endapan logam proteinat. Protein juga mengendap bila terdapat garam-garam anorganik

dengan konsentrasi yang tinggi dalam larutan protein. Berbeda dengan logam berat, garam-

garam anorganik mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga

berkompetisi dengan protein untuk mengikat air. Pada percobaan, endapan yang direaksikan

dengan pereaksi millon memberikan warna merah muda, dan filtrat yang direaksikan dengan

biuret berwarna biru muda. Hal ini berarti ada sebagian protein yang mengendap setelah

ditambahkan garam.

Pada uji koagulasi, endapan albumin yang terjadi setelah penambahan asam asetat, bila

direaksikan dengan pereaksi millon memberikan hasil positif. Hal ini menunjukkan bahwa

endapan tersebut masih bersifat sebagai protein, hanya saja telah terjadi perrubahan struktur

tersier ataupun kwartener, sehingga protein tersebut mengendap. Perubahan struktur tesier

albumin ini tidak dapat diubah kembali ke bentuk semula, ini bisa dilihat dari tidak larutnya

endapan albumin itu dalam air.

Pada uji pengendapan oleh alkohol, hanya tabung-tabung yang mengandung asam (ber-pH

rendah) yang menunjukkan pengendapan protein. Pada protein, ujung C asam amino yang

terbuka dapat bereaksi dengan alkohol dalam suasana asam membentuk senyawa protein

ester. Pembentukan ester ini ditunjukkan oleh adanya endapan yang terbentuk.

Protein akan terdenaturasi atau mengendap bila berada pada titik isolistriknya, yaitu pH

dimana jumlah muatan positif sama dengan jumlah muatan negatifnya. Pada uji denaturasi,

protein yang dilarutkan dalam buffer asetat pH 4,7 menunjukkan adanya endapan. Protein

yang dilarutkan dalam HCl maupun NaOH, keduanya tidak menunjukkan adanya

pengendapan, namun setelah ditambahkan buffer asetat dengan volume berlebih, protein pun

mengendap hal ini menunjukkan bahwa protein albumin mengendap pada titik isolistriknya,

yaitu sekitar pH 4,7.

Kesimpulan

Protein dan asam amino memberikan reaksi yang bersifat khas, bukan hanya bagi gugus

amino dan gugus karboksil bebas, tetapi juga bagi gugus R yang terkandung di dalamnya.

Protein dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi lain seperti juga asam amino yang menjadi

penyusunnya. Protein dapat mengendap atau terdenaturasi oleh logam berat, garam-garam

anorganik, rusaknya struktur tersier dan kwartener, serta karena berada pada titik

isolistriknya.

Daftar Pustaka

Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia, Jakarta.

Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Erlangga,

Jakarta

Page 13: Literatur Uji

Literatur Uji Lipid / Lemak

Lipid atau trigliserida merupakan bahan bakar utama hampir semua organisme disamping

karbohidrat. Trigliserida adalah triester yang terbentuk dari gliserol dan asam-asam lemak.

Gambar 1. Struktur Asam Lemak

Asam-asam lemak jenuh ataupun tidak jenuh yang dijumpai pada trigliserida, umumnya

merupakan rantai tidak bercabang dan jumlah atom karbonnya selalu genap.

Ada dua macam trigliserida, yaitu trigliserida sederhana dan trigliserida campuran.

Trigliserida sederhana mengandung asam-asam lemak yang sama sebagai penyusunnya,

sedangkan trigliserida campuran mengandung dua atau tiga jenis asam lemak yang berbeda.

Pada umumnya, trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh bersifat cairan pada

suhu kamar, disebut minyak, sedangkan trigliserida yang mengandung asam lemak jenuh

bersifat padat yang sering disebut lemak.

Trigliserida bersifat tidak larut dalam air, namun mudah larut dalam pelarut nonpolar seperti

kloroform, benzena, atau eter. Trigliserida akan terhidrolisis jika dididihkan dengan asam

atau basa. Hidrolisis trigliserida oleh basa kuat (KOH atau NaOH) akan menghasilkan suatu

campuran sabun K+ atau Na+ dan gliserol. Hidrolisis trigliserida dengan asam akan

menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak penyusunnya.

Trigliserida dengan bagian utama asam lemak tidak jenuh dapat diubah secara kimia menjadi

lemak padat oleh proses hidrogenasi sebagian ikatan gandanya. Jika terkena udara bebas,

trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh cenderung mengalami autooksidasi.

Molekul oksigen dalam udara dapat bereaksi dengan asam lemak, sehingga memutuskan

ikatan gandanya menjadi ikatan tunggal. Hal ini menyebabkan minyak mengalami

ketengikan.

Kelas lipida yang lain adalah steroid dan terpen. Steroid merupakan molekul kompleks yang

larut di dalam lemak dengan empat cincin yang saling bergabung. Steroid yang paling banyak

adalah sterol yang merupakan steroid alkohol. Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan

hewan. Kolesterol dan senyawa turunan esternya, dengan asam lemaknya yang berantai

panjang adalah komponen penting dari plasma lipoprotein.

Tujuan Percobaan

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari beberapa reaksi uji terhadap golongan lipid, yaitu

lemak, minyak, dan kolesterol.

Page 14: Literatur Uji

Bahan dan Alat

Alat yang dipakai yaitu tabung reaksi, pengaduk, bunsen, pipet tetes, pipet mohr, kertas

saring, erlenmeyer dan sumbat karet.

Bahan yang dipakai pada percobaan yaitu akuades, eter, kloroform, alkohol, alkali, asam

encer, minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol, asam palmitat, asam stearat,

asam oleat, minyak kelapa tengik, kristal KHSO4, pereaksi iod Hubl, HCl pekat, serbuk

CaCO3, kolesterol, kloroform anhidrat, asam sulfat pekat, asam asetat anhidrat dan

floroglusinol.

Prosedur Percobaan

Percobaan uji kelarutan, sebanyak 2 ml pereaksi atau pelarut dimasukkan ke dalam tabung

reaksi yang bersih, kemudian dibubuhkan sedikit bahan percobaan lalu dikocok kuat-kuat dan

diamati kelarutannya. Pelarut yang digunakan yaitu akuades, eter, kloroform, alkohol panas,

alkohol dingin, alkali dan asam encer.

Percobaan uji akrolein, kristal KHSO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian

ditambahkan 3-4 tetes bahan percobaan. Selanjutnya dipanaskan diatas api kecil lalu api

diperbesar, diperhatikan bau akrolein yang terbentuk dibandingkan bau SO2 yang berasal dari

karbohidrat. Uji ini dilakukan terhadap minyak kelapa, lemak hewan, gliserol, asam palmitat

dan asam stearat.

Percobaan uji ketidakjenuhan, sebanyak 1 ml bahan percobaan dimasukkan dalam tabung

bersih, lalu ditambahkan kloroform sama banyak, dikocok sampai semua bahan larut.

Kemudian ditambahkan beberapa tetes pereaksi iod Hubl sambil dikocok dan diamati

perubahan yang terjadi. Lakukan uji ini terhadap minyak kelapa tengik, minyak kelapa,

lemak hewan, mentega, margarin, asam palmitat, asam oleat.

Percobaan uji ketengikan, erlenmeyer 100 ml diisi dengan 5 ml bahan percobaan,

ditambahkan 5 ml HCl pekat, dan dicampurkan hati-hati. Selanjutnya dimasukkan serbuk

CaCO3 dan segera ditutup dengan sumbat karet yang dijepitkan kertas floroglusinol sehingga

kertasnya tergantung dan dibiarkan selama 10-20 menit. Kemudian warna yang timbul

diamati pada kertas tersebut dan bila kertas berwarna merah muda berarti bahan tersebut

tengik. Uji ini dilakukan terhadap minyak kelapa tengik, minyak kelapa, lemak hewan dan

mentega.

Percobaan uji Salkowski untuk kolesterol, beberapa miligram kolesterol dimasukkan ke

dalam tabung reaksi yang sudah berisi 3 ml kloroform anhidrat. Kemudian ditambahkan asam

sulfat pekat dengan volume yang sama, tabung dikocok perlahan-lahan dan dibiarkan lapisan

cairan terpisah, diamati warna pada lapisan tersebut.

Percobaan uji Lieberman Buchard, larutan kolesterol dan kloroform dari percobaan

Salkowski ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrat dan 2 tetes asam sulfat pekat, kemudian

dikocok perlahan-lahan dan dibiarkan beberapa menit.

Data dan Hasil Pengamatan

Tabel 1. Uji kelarutan lipid pada berbagai pelarut.

Page 15: Literatur Uji

Tabel 2. Hasil uji akrolein pada sampel.

Tabel 3. Data pengamatan uji ketidakjenuhan.

Tabel 4. Data pengamatan pada uji ketengikan.

Page 16: Literatur Uji

Tabel 5. Data pengamatan uji Salkowski dan Lieberman-Buchard.

Pembahasan

Pada uji kelarutan lipid, hampir semua jenis lipid, yaitu lemak dan minyak tidak larut dalam

pelarut polar seperti air, namun larut dalam pelarut non polar sepertio kloroform, eter, dan

benzena. Asam oleat dan gliserol larut dalam air maupun alkohol. Hal ini disebabkan karena

pada gliserol dan asam oleat mempunyai kepala polar berupa gugus -OH yang dapat

berikatan hidrogen dengan molekul air ataupun alkohol. Lemak hewan dan minyak kelapa

tengik dapat terdispersi menjadi misel yang megubah asam-asam lemak penyusunnya

menjadi sabun.

Pada hasil uji akrolein, gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat dalam lemak/minyak

akan mengalami dehidrasi membentuk aldehid akrilat atau akrolein. Senyawa pendehidrasi

dalam uji ini adalah KHSO4 yang menarik molekul air dari gliserol. Hasil uji akrolein

menunjukkan bahwa semua bahan yang diuji memberikan bau yang tajam yang diidentifikasi

oleh praktikan sebagai bau akrolein. Pada teorinya, hanya gliserol dalam bentuk bebas atau

yang terikat berupa senyawa yang akan membentuk akrolein, sedangkan asam-asam lemak

tidak. Dalam percobaan ini asam lemak seperti asam oleat dan stearat memberikan hasil uji

positif untuk akrolein. Penyebab kesalahan ini adalah kesalahan praktikan dalam

mengidentifikasi bau akrolein.

Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dapat diadisi

oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod huble akan mengoksidasi asam

lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna

merah muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah

mereduksi pereaksi iod huble. Dari hasil uji ketidakjenuhan, asam oleat menunjukkan hasil

negatif, yaitu bahwa ia mempunya uikatan rangkap pada molekulnya, sedangkan bahan lain

yang diujikan menunjukkan hasil positif, yaitu tidak adanya ikatan rangkap pada molekulnya.

Ketengikan pada kebanyakan lemak atau minyak menunjukkan bahwa kebanyakan golongan

trigliserida tersebut telah teroksidasi oleh oksigen dalam udara bebas. Pada uji ketengikan,

warna merah muda menunjukkan bahwa bahan tersebut tengik. Warna merah muda

dihasilkan dari reaksi antara floroglusinol dengan molekul oksigen yang mengoksidasi

lemak/minyak tersebut. Hasil percobaan menunjukkan, dari semua bahan yang diuji, hanya

Page 17: Literatur Uji

minyak kelapa dan margarin yang tidak tengik. Hal-hal yang mempengaruhi ketengikan ini

adalah proses penyimpanan bahan uji yang cukup lama dan kurang tertutup, sehingga

berinteraksi dengan udara bebas yang menyebabkannya menjadi tengik.

Uji salkowski dan lieberman-buchard digunakan untuk mengidentifikasi adanya kolesterol.

Pada uji salkowski, terbentuk cincin coklat yang menunjukkan terjadinya reaksi antara

kolesterol dengan asam sulfat pekat. Warna hijau pada uji lieberman-buchard menunjukkan

reaksi antara kolesterol dengan asam asetat anhidrat. Kedua uji tersebut diatas dapat

digunakan untuk mengukur kadar kolesterol secara kalorimetri.

Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang diperoleh, lipid larut dalam pelarut organik seperti kloroform,

atau eter tetapi tidak larut dalam air. Pada uji akrololein semua bahan mengandung gliserol

yang membedakannya hanya intensitas bau yang ditimbulkan. Pada uji ketidakjenuhan bahan

yang jenuh memberikan perubahan warna menjadi merah muda sedangkan yang tidak jenuh

tetap pada warna asalnya. Minyak atau lemak yang tengik dapat dideteksi denga perubahan

warna kertas menjadi merah muda. Kolesterol diuji secara kualitatif dengan uji Salkowski

dan Lieberman Buchard. .

Daftar Pustaka

Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia, Jakarta.

Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Erlangga,

Jakarta