imbt dan leasing
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 IMBT Dan Leasing
1/10
A. Ijarah Muntahia Bit-Tamlik (Financial Lease with Purchase Option)1. Pengertian Ijarah Muntahia Bit-Tamlik
Ijarah Muntahia Bit-Tamlikadalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa
atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa
(mustajir) Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan ijarah biasa.
2. Rukun IMBT
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa transaksi IMBT merupakan pengembangan
transaksi ijarah untuk mengakomodasi kebutuhan pasar. Oleh sebab itu, rukun dari IMBT adalah
sama dengan rukun dari ijarah. Adapun rukun IMBT adalah sebagai berikut :
1. Orang yang berakad : Penyewa (Mustajir) dan Pemberi Sewa (Mujir/Muajjir)
2. Sewa/imbalan : Harga Sewa (Ujrah)
3. Manfaat Obyek Sewa (Majur)
4. Sighat(ijab dan kabul).
3. Syarat IMBT
Agar pelaksanaan IMBT sempurna, berikut beberapa syarat dari sahnya akad IMBT:
1. Syarat Pihak yang berakad: cakap hukum (baligh & berakal)
2. Syarat Obyek yang disewakan:
a) Manfaat barang dan atau jasa.
b) Barang itu milik sah & sempurna dari mujir (milk al-tm) atau barang itu tidak terkait
dengan hak orang lain.
c) Objek harus bisa dinilai dan dikenali secara spesifik (fisik). Artinya, manfaat barang jelas.
d) Manfaat barang dan atau jasa tidak termasuk yang diharamkan/dilarang dan harus
bermanfaat.
e) Manfaat barang/jasa bisa langsung diserahkan atau digunakan selama jangka waktu tertentu
yang disepakati.
4. Syarat Harga Sewa (Ujrah):
a) Jelas disebutkan pada saat transaksi berupa uang, dirham, dinar dan lain sebagainya.
Menurut Ulama Hanafiyah pembayaran upah tidak boleh dalam bentuk manfaat yang
-
7/23/2019 IMBT Dan Leasing
2/10
serupa. Seperti sewa rumah dengan ujrah penyewaan rumah. Namun dalam fatwa DSN no
: 09/DSN-MUI/IV/2000 perihal Pembiayaan Ijarah bahwa pembayaran sewa atau upah
boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak.
b) Jelas disebutkan berapa jumlah ujrah.
5. Syarat Sighat :
a) Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad.
b) Antara ijab qabul (serah terima) harus selaras, baik dengan keinginan untuk melakukan
kontrak sewa; harga dan jangka waktu yang disepakati.
c) Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada
hal/kejadian yang akan datang yang tidak sesuai dengan esensi dari ijarah. Misalnya, mujir
menyewakan rumahnya kepada pihak lain dengan syarat ia menempati dulu selama satu
bulan baru kemudian ia sewakan kepada B. Esensi dari ijarah adalah memberikan hak atas
manfaat barang pada salah satu pihak yang berakad.
6. Aplikasi dalam Perbankan
Bank-bank Islam yang mengoperasikan produk ijarah, dapat melakukan leasing, baik
dalam bentukoperating lease maupun financial lease. Akan tetapi pada umumnya, bank-bank
tersebut lebih banyak menggunakanIjarah Muntahia Bit-Tamlikkarena lebih sederhana dari sisi
pembukuan. Selain itu, bank pun tidak direpotkan untuk mengurus pemeliharaan aset, baik pada
saat leasingmaupun sesudahnya.
Dalam sewa-menyewa ini, uang pembayaran sewanya sudah termasuk cicilan atas harga
pokok barang. Pihak yang menyewakan (dalam hal ini bank) berjanji (waad) kepada penyewa
untuk memindahkan kepemilikan objek setelah masa sewa berakhir. Janji tersebut harus
dinyatakan dalam akad IMBT. Karenanya, dalam akad IMBT, terdapat dua akad yang berbeda;
yang pertama adalah akad ijarah dan pada akhir masa ijarah dibuat suatu akad pengalihan hak
atas barang yang disewakan.
Jadi, kedudukan lembaga pembiayaan atau bank dengan pembeli akan berubah pada akhir
masa sewa. Pihak bank atau lembaga pembiayaan (multifinance) selaku pihak yang menyewakan
dan pemilik barang semula akan berubah menjadi pemberi hibah pada akhir masa sewa.
-
7/23/2019 IMBT Dan Leasing
3/10
Demikian pula nasabah, yang tadinya bertindak selaku penyewa akan berubah menjadi penerima
hibah di akhir masa sewa.
Dalam praktik perbankan syariah, skema IMBT ini dapat digunakan untuk pembelian
rumah dengan menggunakan sistem KPR, di mana barang yang disewakan secara prinsip sudah
merupakan milik nasabah bersangkutan.
7. Skema
Secara umum, aplikasi perbankan dari ijarah muntahia bit-tamlik dapat digambarkan
dalam skema berikut:
B. Milik
3. Sewa beli
2. Beli objek sewa A. Milik 1. Pesan objek
sewa
8. Perbandingan Skema Sewa-menyewa Konvensional dengan Skema Sewa-menyewa Syariah
(Ijarah dalam Konsep Perbankan)1
Konsep Konvensional Konsep SyariahPengertian Penyerahan kenikmatan atas
suatu barang untuk waktu
tertentu atau tidak tertentu (Pasal
1548 KUHPerdata).
Transaksi sewa-menyewa atas suatu
barang dan/atau upah mengupah atas
suatu jasa dalam waktu tertentu
melalui pembayaran sewa atau
imbalan jasa (Pasal 1 angka 10
Peraturan Bank Indonesia
No.7/46/PBI/2005).
Subjek Antara pemilik barang (yang
menyewakan) dan penyewa.
Antara pemilik barang (yang
menyewakan) dan penyewa. Bank
Penjual/supplier Objek sewa Nasabah
Bank syariah
-
7/23/2019 IMBT Dan Leasing
4/10
bertindak selaku pemberi uang sewa
kepada nasabah; atau antara bank
selaku pemilik barang dan nasabah
selaku penyewa.
Objek Kenikmatan atas suatu barang. Kenikmatan atas suatu barang
dan/atau jasa.
Mekanisme Pemilik barang langsung
menyewakan barangnya kepada
penyewa, dan penyewa
membayarkan uang sewa
(bilateral).
Pemilik barang menyewakan kepada
calon nasabah di mana uang sewa
yang dibayar oleh calon nasabah
berasal dari bank. Selanjutnya
nasabah mencicil pengembalian uang
sewa yang ditalangi oleh bank. Atau
bank bertindak selaku pemilik (pihak
yang menyewakan) yang memiliki
penguasaan atas objek sewa.
Bentuk
Perjanjian
(Akad)
Antara pemilik barang dibuatkan
akad sewa-menyewa (single
akad).
Antara nasabah dan bank dibuatkan
wakalah (kuasa untuk mencarikan
barang yang disewa). Selanjutnya
setelah mendapatkan barang yangakan disewa, antara bank dan
nasabah dibuatkan akad pembiayaan
ijarah dan perjanjian jaminan.
Kriteria
Objek
1. Objeknya terhindar dari cacat.
2. Objeknya jelas.
3. Tidak mengandung unsur
paksaan, tipuan, muslihat dan
kekhilafan.
1. Terhindar dari cacat.
2. Kriteria objeknya jelas.
3. Tidak mengandung unsur paksaan,
tipuan dan mudharat.
Kewajiban
Pihak yang
Menyewakan
Berdasarkan pasal 1551-1552
KUHPerdata:
1. Menyerahkan barang yang
disewakan kepada penyewa.
Berdasarkan PBI No.7/46/PBI/2005
1. Menyediakan barang yang
disewakan.
2. Menanggung biaya pemeliharaan.
-
7/23/2019 IMBT Dan Leasing
5/10
2. Memelihara barang sehingga
dapat digunakan manfaatnya.
3. Memberikan penyewa
kenikmatan untuk menggunakan
dan menguasai barang secara
tenteram selama sewa-menyewa
berlangsung.
Kewajiban
Penyewa
Berdasarkan Pasal 1560
KUHPerdata:
1. Menggunakan barang yang
disewa dan memeliharanya
dengan baik.
2. Membayar uang sewa pada
waktu yang telah disepakati.
Berdasarkan PBI No.7/46/PBI/2005
1. Membayar uang sewa secara tunai.
2. Menjaga keutuhan barang yang
disewa.
3. Menanggung biaya pemeliharaan
barang yang disewa seseuai
kesepakatan.
Mengulang
Sewakan
Larangan mengulangsewakan
sebagian atau seluruh barang
tanpa persetujuan pemilik
barang (1559 KUHPerdata).
Khusus untuk rumah tinggalyang ditempati sendiri oleh
penyewa, boleh diulangsewakan
sebagian sepanjang dalam
perjanjian sewa hal tersebut
tidak dilarang.
Penyewa (mustajir) dilarang
menyewakan dan meminjamkan
barang yang disewakan (majur)
tanpa seizin pemilik barang (muajir)
(Pasal 310 KHES).
Pergantian
Pemilik
Barang
Pergantian pemilik barang
(karena dijual atau karena
meninggal) tidak menggugurkan
sewa (Pasal 1576 KUHPerdata).
Tidak diatur.
B. Leasing1. Pengertian Leasing
-
7/23/2019 IMBT Dan Leasing
6/10
Istilah Leasing berasal dari bahasa Inggris to Lease yang berarti
menyewakan.Leasing atau sewa guna adalah suatu kegiatan pembiayaan kepada
perusahaan (badan hukum) atau perorangan dalam bentuk pembiayaan barang modal.
Pembayaran kembali oleh peminjam dilakukan secara berkala dan dalam waktu jangka
menengah atau panjang. Perusahaan yang menyelenggarakan leasing disebut Leessor,
sedangkan perusahaan yang mengajukan leasing disebut lessee.
Sedangkan pengertian sewa guna usaha sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (financial lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Selanjutnya yang
dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana lesse pada akhir
masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan
nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek sewa guna usaha.
Selain Lessor dan Lessee, dalam kegiatan sewa guna usaha seringkali melibatkan
pihak ketiga, misalnya pemasok (supplier), atau Credit Provider. Obyek kegiatan leasing
meliputi meliputi barang-barang modal pada sektor transportasi, industri, konstruksi,
pertanian, pertambangan, perkantoran, kesehatan.
D. Pihak-pihak Yang Terlibat
Ada beberapa pihak yang terlibat dalam pemberian fasilitas leasing, dan masing-
masing pihak mempunyai hak dan kewajibannya. Masing-masing pihak dalam
melakukan kegiatannya selalu bekerja sama dan saling berkaitan satu sama lainnya
melalui kesepakatan yang dibuat bersama.
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing adalah sebagai
berikut:
1. Lessor.
Merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan para nasabahnya untuk
memperoleh barang-barang modal.
2. Lessee
-
7/23/2019 IMBT Dan Leasing
7/10
Nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor untuk memperoleh barang
modal yang diinginkan.
3. Supplier
4. Pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasing sesuai perjanjian antara
lessors dengan lessee dan dalam hal ini supplier juga dapat bertindak sebagai lessor.
5. Asuransi
Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor
dengan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu,
maka perusahaan akan menanggung resiko sebesar sesuai dengan perjanjian terhadap
barang yang dileasingkan
E. Macam-macam Leasing
Di dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 Tanggal 21
November 1991, kegiatan leasing dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Melakukan sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lessee (finance lease).
2. Melakukan sewa guna usaha dengan tanpa hak opsi bagi lessee (operating lease).
Kemudian dalam praktiknya transaksi finance leasing dibagi lagi ke dalam bentuk-bentuk
sebagai berikut:
1. Operational Lease (Al-Ijarah). Konsep ini secara etimologi berarti upah atau
sewa. Ahli hukum Islam mendefinisikannya dengan menjual manfaat, kegunaan, jasa
dengan bayaran yang ditetapkan. Bank syariah mengaplikasikan elemen ini dengan
berbagai bentuk produk yang diletakkan pada skim pembiyaan[4], diantara caranya
adalah:
Bank dapat memberi pembiayaan kepada nasabah untuk tujuan mendapatkan
penggunaan manfaat sesuatu harta dibawah elemen al-Ijarah.
Bank terlebih dahulu membeli harta yang akan digunakan oleh nasaba, kemudian bank
menyewakan kepada nasabah menurut tempo yang dikehendaki, kadar sewaan dan
syarat-syarat lain yang disetujui kedua belah pihak.
Dalam Praktiknya, Lessor biasanya membeli barang modal dari Supplier atau pihak lain
terlebih dahulu, kemudian lessee akan membayar sejumlah rental sejumlah tertentu, tanpa
memperhitungkan terlalu rinci biaya yang dikeluarkan oleh Lessor. Cara seperti ini
-
7/23/2019 IMBT Dan Leasing
8/10
dimungkinkan karena setelah masa sewa habis, barang tersebut masih cukup berharga
untuk disewakan lagi ataupun dijual. Pada operataing lease ini biasanya pihak Lessor
bertanggungjawab terhadap perawatan barang modal tersebut. Jenis barang modal yang
banyak disewakan dengan cara ini terutama barang yag memiliki nilai tinggi, misalnya ;
pesawat, alat-alat berat, traktor, mesin- mesin dan sebagainya.
2. Finance Lease (Ijarah wa Iqtina). Skim ini merupakan bentuk lain dari ijarah
dimana persewaan berakhir dengan perpindahan hak milik dan objek sewa. Jenis sewa ini
dapat lagi dibagi dua, yaitu Direct Finance Lease dan Sale and Lease Back[5]. Direct
Finance Lease adalah jika pihak lessee pada waktu sebelumnya belum memiliki barang
modal yang dijadikan obyek leasing tersebut. Secara sederhana dicontohkan sebagai
berikut: Lessor akan membeli barang modal atas permintaan pihak Lessee yang sepakat
saling menyelenggarakan kontrak leasing. Sale and Lease Back adalah pihak Lessee yang
sebelumnya telah memiliki barang modal tertentu, menjual barang tesebut kepada Lessor.
Kemudian antara Lessor dan Lessee saling melakukan kontrak sewa guna usaha. Dalam
model ini pihak Lessee berkepentingan atas uang tunai (cash) yang akan dimanfaatkan
untuk modal usaha atau kepentingan lainnya.
3. Leverage Lease. Leverage Lease adalah finance lease yang melibatkan selain
pihak lessor dan lesse, juga pihak ketiga yaitu Credit Provider. Peran pihak ketiga ini
adalah membiayai sebagian barang modal yang akan disewakan; Pihak Lessor hanya
akanmembiayai sebesar 20% sampai dengan 40 % harga barang modal, sedangkan
sisanya dibiayai pihak ketiga tersebut.
4. Cross Border lease. Cross Border lease adalah usaha leasing yang melewati batas
wilayah suatu negara. Dalam model ini diperlukan suatu penanganan khusus meliputi
aturan hukumnya, perpajakan, akuntansi, dan sebagainya. Contoh barang modal yang
biasa disewa guna usahakan dengan cara ini adalah pesawat terbang.
F. Mekanisme Leasing
Pihak-pihak yang terlibat dalam leasing adalah :
Lessee
Lessor
Supplier
-
7/23/2019 IMBT Dan Leasing
9/10
Perusahaan asuransi
SKEMA LEASING
Adapun prosedur dari mekanisme leasing yang menyangkut pihak-pihak tersebut diatas,
secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Lessee bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan
penawaran harga dan menunjuk supplier peralatan yang dimaksud.
2. Setelah Lessee mengirim permohonan Lease, Mengirimkan kepada Lessor
disertai dokumen pelengkap.
3. Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan
fasilitas lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui Lessee (lama kontrak pembayaran
sewa lease), maka kontrak lease dapat ditandatangani.
4. Pada saat yang sama, Lessee dapat menandatangani kontrak asuransi untuk
peralatan yang di lease dengan perusahaan asuransi yang disetujui Lessor, seperti yang
tercantum pada kontrak Lease. Antara Lessor Lessor dan Perusahaan Asuransi terjalin
perjanjian kontrak utama.
5. Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani Lessor dengan Supplier
peralatan tersebut.
6. Supplier dapat mengirim perlatan yang di lease ke lokasi Lessee. Untuk
mempertahankan dan memelihara kondisi perusahaan tersebut, Supplier akan
menandatangani perjanjian pelayanan purna jual.
7. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada Supplier.
8. Supplier menyerahkan surat tanda terima (yang diterima dari Lessee), bukti
pemilikan dan pemindahan pemilikan kepada Lessor,
http://syafaatmuhari.files.wordpress.com/2011/11/leasing.jpg -
7/23/2019 IMBT Dan Leasing
10/10
9. Lessor membayar harga peralatan yang di lease kepada Supplier.
10. Lessee membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran
yang telah ditentukan dalam kontrak Lease.