tugas akuntansi dan pajak leasing

24
MANAJEMEN PERPAJAKAN Aspek Akuntansi dan Pajak Leasing Anggota Kelompok: Endah Novitasari 14/375300/EE/06863 Erdhiani Dwi Purnami 14/375405/EE/06959 Reyhana Ulfa RR 14/375363/EE/06925 Dosen: M. Nurkholis, Ak., CA., BKP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

Upload: novitasariendah

Post on 21-Dec-2015

43 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

pajak

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

MANAJEMEN PERPAJAKAN

Aspek Akuntansi dan Pajak Leasing

Anggota Kelompok:

Endah Novitasari 14/375300/EE/06863

Erdhiani Dwi Purnami 14/375405/EE/06959

Reyhana Ulfa RR 14/375363/EE/06925

Dosen:

M. Nurkholis, Ak., CA., BKP

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS GAJAH MADA

2015

Page 2: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

PENGERTIAN LEASING

Menurut PSAK 30, sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak

kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai

imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.

Lessor adalah pemilik aset yang memberikan hak penggunaan kepada pihak lessee. Lessee

adalah pihak yang diberi hak untuk menggunakan aset dalam periode yang disepakati.

KLASIFIKASI SEWA

Transaksi sewa mengalihkan hak penggunaan suatu aset dari pihak lessor kepada

lessee dalam periode yang disepakati. Dalam pengalihan hak penggunaan tersebut apakah

disertai dengan pengalihan manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan kepada pihak

lessee. Jika manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan berpindah dari lessor kepada

lessee, maka pihak yang mendapatkan manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan, dari

pihak lessor adalah lessee. Perlakuan akuntansi bagi pihak lessee yang mendapatkan manfaat

dan risiko kepemilikan atas aset tersebut, maka lessee akan mengakui “aset” di neraca lessee.

Sebaliknya bagi pihak lessor jika tidak memperoleh manfaat dan risiko kepemilikan yang

tidak signifikan, maka lessor tidaksi mengakui “aset” atas aset yang disewakan kepada pihak

lessee.

Atas dasar pengalihan manfaat dan risiko kepemilikan aset, akuntansi membedakan

transaksi sewa menjadi :

a. Sewa operasi (operating lease)

Transaksi sewa dikelompokkan ke dalam sewa operasi jika dalam perjanjian transaksi

tidak ada pengalihan manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan dari pihak lessor

kepada pihak lessee. Misal transaksi sewa dimana pihak lessor menyewakan bangunan kantor

kepada lessee selama 2 tahun. Umur ekonomis bangunan ditaksir selama 10 tahun. Dalam

transaksi sewa ini, manfaat dan risiko kepemilikan aset berpindah kepada pihak lesse dalam

periode yang tidak signifikan.

b. Sewa pembiayaan (finance lease) atau Capital lease

Transaksi sewa dikelompokkan dalam sewa pembiayaan jika transaksi sewa tersebut

mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan dari pihak lessor kepada pihak

lessee. Misalnya jika transaksi sewa pada butir a di atas, pihak lessee menyewa selama 10

Page 3: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

tahun, maka selama umur ekonomis bangunan kantor tersebut dimanfaatkan oleh pihak

lessee. Maka lessee yang mendapatkan seluruh manfaat dan risiko kepemilikan atas bangunan

kantor tersebut. Transaksi sewa ini mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan kepada

pihak lessee.

AKUNTANSI SEWA OPERASI

Transaksi sewa operasi, lessor tidak mengalihkan secara signifikan manfaat dan

risiko kepemilikan aset kepada pihak lessee. Dalam hal ini lessor tetap menahan manfaat dan

risiko kepemilikan aset tersebut. Sehingga lessor akan tetap mengakui kepemilikan aset dan

mencatat aset yang disewakan tersebut di neraca lessor sebagai Properti Investasi. Dan pada

akhir periode akuntansi, lessor akan mencatat penyusutan atas penggunaan aset tersebut.

Pihak lessee akan mengakui pembayaran sewa sebagai “beban sewa” atau “sewa dibayar

dimuka”.

Akuntansi Sewa Operasi-Lessor

a. Barang modal yang disewakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva sewa

berdasarkan harga perolehan.

b. Pembayaran sewa (lease payment) selama tahun berjalan yang diperoleh dari penyewa

diakui dan dicatat sebagai pendapatan sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan dicatat

berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa sewa, meskipun pembyaran sewa

mungkin dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode

c. Penyusutan aktiva yang disewakan harus dilakukan dalam jumlah yang layak

berdasarkan taksiran masa manfaatnya.

d. Kalau aktiva yang disewakan dijual maka perbedaan antara nilai buku dan harga jual

harus diakui dan dicatat sebagai kerugian atau keuntungan tahun berjalan.

Contoh :

PT HENNAI, pada awal 2011 membeli sebuah bangunan dengan harga Rp600 juta.

Bangunan tersebut diperkirakan memiliki masa manfaat selama 20 tahun. Banguan tersebut

hendak disewakan kepada pihak lain. Dan pada tanggal 5 Januari 2011, PT BONA menyewa

bangunan tersebut selama 5 tahun, dengan pembayaran sewa Rp40 juta/tahun. Transaksi ini

dikelompokkan sebagai sewa operasi, karena masa sewa lessee 5 tahun dari total umur

manfaat 20 tahun, artinya masa sewa 5 tahun tidak menunjukkan pengalihan yang signifikan

Page 4: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

atas manfaat dan risiko kepemilikan aset sewaan, sehingga transaksi ini dikelompokkan

sebagai sewa operasi.

Jurnal :

1) Pembelian aset sewaan (Bangunan) oleh Lessor

Tgl Akun Debit Kredit1/1 Properti Investasi Rp600.000.000

Kas Rp600.000.000

2) Menerima uang sewa dari Lessee

Pendekatan Neraca (Liabilitas)

Tgl Akun Debit Kredit5/1 Kas Rp40.000.000

Pendapatan Sewa Diterima Dimuka Rp40.000.000

Atau

Pendekatan Laba Rugi (Pendapatan)

Tgl Akun Debit Kredit5/1 Kas Rp40.000.000

Pendapatan Sewa Rp40.000.000

3) Jurnal pada akhir tahun

Lessor akan mencatat penyusutan (jika penyajian properti investasi menggunakan model

biaya)

Tgl Akun Debit Kredit31/12 Beban Penyusutan Rp30.000.000

Akumulasi penyusutan Rp30.000.000

*Rp600 juta / 20 tahun = Rp30 juta/tahun.

Lessor akan mencatat pengakuan pendapatan (jika lessor mencatat penerimaan sewa

dengan pendekatan Liabilitas) :

Tgl Akun Debit Kredit31/12 Pendapatan Sewa DD Rp40.000.000

Pendapatan Sewa Rp40.000.000

Page 5: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

Akuntansi Sewa Operasi-Lessee

Melanjutkan ilustrasi pada akuntansi sewa operasi untuk lessor di atas, jika pihak lessee yang

melakukan pencatatan akuntansinya :

1) Membayar uang sewa kepada lessor

Pendekatan Neraca (aset)

Tgl Akun Debit Kredit5/1 Sewa Dibayar Dimuka Rp40.000.000

Kas Rp40.000.000

Atau

Pendekatan Laba Rugi (Beban)

Tgl Akun Debit Kredit5/1 Beban Sewa Rp40.000.000

Kas Rp40.000.000

2) Penyesuaian pada akhir periode akuntansi

Jika lessee mencatat pembayaran sewa dengan pendekatan laba rugi (beban)

Tgl Akun Debit Kredit31/12 Beban Sewa Rp40.000.000

Sewa dibayar dimuka Rp40.000.000

AKUNTANSI SEWA PEMBIAYAAN

Transaksi sewa dikelompokkan sebagai sewa pembiayaan jika dalam transaksi

tersebut, lessor mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan aset sewaan secara signifikan

kepada pihak lessee. Dan kriteria pengalihan manfaat dan risiko kepemilikan dijabarkan

menjadi 5 kriteria (SAK 30 Akuntansi Sewa) yaitu :

a) Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa;

b) Lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan

nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat

dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan;

Page 6: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

c) Masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak

dialihkan;

Catatan : menurut US GAAP, ukuran sebagian besar adalah > 75% umur manfaat aset

sewaan.

d) Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial

mendekati nilai wajar aset sewaan;

Catatan : menurut US GAAP, ukuran substansial adalah >90% dari nilai wajar aset

sewaan pada awal masa sewa.

e) Aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa

perlu modifikasi secara material.

Syarat tambahan yang disyaratkan SAK 30 adalah :

a) Jika lessee dapat membatalkan sewa, maka rugi yang terkait dengan pembatalan

ditanggung oleh lessee;

b) Laba atau rugi fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lessee;

c) Lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua dengan nilai

rental yang secara substansial lebih rendah dari nilai pasar rental.

Klasifikasi sewa dibuat pada awal sewa. Kapan lessee dan lessor sepakat untuk

mengubah persyaratan sewa, selain melalui pembaharuan sewa, dimana perubahan

tersebut akan menghasilkan klasifikasi sewa yang berbeda. Transaksi sewa

diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan, jika memenuhi salah satu kriteria di atas.

Akuntansi Sewa Pembiayaan-Lessor

a. Penanaman netto dalam aktiva yang disewakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai

penanaman netto sewa. Jumlah penanaman netto terdiri dari jumlah piutang sewa

ditambah nilai sisa (harga opsi) yang akan diterima oleh perusahaan sewa pada akhir

masa sewa dikurangai dengan pendapatan sewa yang belum diakui (unearned lease

income), dan simpanan jaminan (security income).

b. Selisih antara piutang sewa ditambah nilai sisa (harga opsi) dengan perolehan aktiva

yang disewakan diperlukan sebagai pendapatan sewa yang belum diakui (unearned lease

income).

c. Pendapatan sewa yang belum diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai

pendapatan tahun berjalan berdasarkan tingkat pengembalian berkala (Periodie rate of

retur) atas penanaman netto perusahaan sewa.

Page 7: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

d. Apabila perusahaan sewa menjual barang modal kepada penyewa sebelum berakhirnya

masa sewa maka perbedaan antara harga jual dengan penanaman netto dalam sewa pada

saat penjualan dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian

periode berjalan.

e. Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi sewa harus diakui dan

dicatat sebagai pendapatan periode berjalan.

Akuntansi Sewa Pembiayaan-Lessee

Menurut SAK 30 :

Pada awal masa sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan kewajiban

dalam neraca sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa

minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Penilaian dilakukan di awal kontrak.

Tingkat diskonto yang digunakan dalam perhitungan nilai kini dari pembayaran sewa

minimum adalah tingkat suku bunga implisit dalam sewa, jika dapat ditentukan secara

praktis; jika tidak, digunakan tingkat suku bunga pinjaman inkremental lessee.

Lessee akan mencatat dan menyajikan transaksi dan kejadian lainnya sesuai dengan

substansi dan realitas keuangannya, dan tidak selalu mengikuti bentuk legalnya. Meskipun

bentuk legal perjanjian sewa menyatakan bahwa lessee tidak memperoleh hak legal atas

aset sewaan, dalam hal sewa pembiayaan, secara substansi dan realitas keuangan pihak

lessee memperoleh manfaat ekonomis dari pemakaian aset sewaan tersebut selama

sebagian umur ekonomisnya. Sebagai konsekuensinya lessee menanggung kewajiban

untuk membayar hak tersebut sebesar suatu jumlah, pada awal sewa, yang mendekati nilai

wajar dari aset dan beban keuangan (finance charge) terkait.

Page 8: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

Perlakuan Akuntansi oleh Lessee Menurut PSAK No. 30

1. Capital Lease

Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan

kewajiban pada awal masa sewa leasing sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran leasing

ditambah nilai sisa yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa leasing.

Selama masa leasing setiap pembayaran leasing dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran

pokok kewajiban leasing dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan

terhadap sisa kewajiban lessee. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai

tunai dari pembayaran leasing adalah tingkat bunga yang berlaku pada awal masa lease.

Aktiva yang dileasing harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar berdasarkan masa

manfaatnya. Kewajiban leasing harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka panjang

sesuai dengan praktik yang lazim untuk jenis usaha lessee.

2. Operating Lease

Pembayaran leasing selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang diakui dan

dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa leasing, meskipun pembayaran leasing

dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periodenya.

Page 9: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

PERLAKUAN PERPAJAKAN

Peraturan pajak yang secara sepesifik mengatur mengenai aspek pajak atas transaksi

atau kegiatan leasing adalah:

1. Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 1169/KMK.01/1991 tanggal 27

November 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing); dan

2. Surat Edaran (SE) Dirjen Pajak Nomor SE-129/PJ./2010 tanggal 29 November 2010

tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Atas Transaksi Sewa Guna Usaha Dengan

Hak Opsi Dan Transaksi Penjualan Dan Penyewagunausahaan Kembali.

Aspek pajak terhadap leasing yang diatur secara khusus dalam dua peraturan tersebut

terutama menyangkut masalah pemotongan PPh (withholding tax) dan juga PPN.

Pajak Penghasilan-Sewa Operasi

a. Menurut KMK Nomor 1169/KMK.01/1991, pemotongan PPh atas transaksi atau

kegiatan leasing hanya akan timbul jika leasing yang dilakukan adalah leasing tanpa hak

opsi(operating lease).  Dalam hal ini, operating lease dianggap sama seperti persewaan

harta atau aktiva biasa.  Dan karena merupakan jasa persewaan, maka transaksi atau

kegiatan operating lease ini menjadi objek pemotongan PPh (withholding tax).

b. Jenis PPh yang harus dipotong lessee bisa berupa PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 4 ayat (2).

Itu bergantung pada bentuk barang modal yang di-leasing-kan.  Bila barang modal yang

di-leasing berbentuk tanah atau bangunan, maka jenis PPh yang harus dipotong

adalah PPh Final Pasal 4 ayat (2).  Sementara jika selain tanah maupun bangunan, PPh

yang harus dipotong adalah PPh Pasal 23.

c. Besarnya PPh Pasal 23 yang harus dipotong lessee adalah 2% dari nilai angsuran yang

dibayar atau terutang (tetapi tidak termasuk PPN).  Sedangkan PPh Final Pasal 4 ayat (2)

sebesar 10% dari nilai angsuran bulanan yang dibayar atau terutang.

Page 10: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

d. Lessee wajib memotong PPh withholding tersebut pada setiap kali membayar atau

membebankan angsuran biaya opertional lease.   Tapi jika lessee bukan pemotong PPh,

misalnya lessee belum ber-NPWP, maka lessee dilarang melakukan pemotongan PPh.

e. Khusus untuk PPh Final Pasal 4 ayat (2), apabila lessee tidak memotong PPh,

maka lessorwajib menyetorkan sendiri PPh Final yang terutang pada bulan diterimanya

pembayaran angsuran.  Sementara untuk PPh Pasal 23, jika lessee tidak memotong

PPh, lessor tidak perlu menyetorkan PPh Pasal 23 saat itu juga melainkan bisa nanti pada

saat pelaporan SPT Tahunan PPh.

Pajak Penghasilan-Sewa Pembiayaan

a. Untuk kegiatan atau transaksi finance lease (atau capital lease), KMK tersebut

menyatakan bahwa angsurannya bukan merupakan objek withholding tax. 

Artinya, lessee tidak diperkenankan untuk memotong PPh apapun saat membayar

angsuran kepada lessor.  Selain di KMK itu, pengecualian dari pemotongan withholding

tax ini juga dapat dijumpai dalam Pasal 23 ayat (4) huruf b UU PPh.

Pajak Pertambahan Nilai-Sewa Operasi

a. Karena operating lease dipersamakan dengan jasa sewa-menyewa biasa, maka otomatis

operating lease juga menjadi objek pengenaan PPN.  Dalam hal ini yang wajib

memungut PPN adalah lessor, terutama bila lessor sudah menjadi Pengusaha Kena Pajak

(PKP).  Jadi,lessor harus menambahkan PPN 10% dari nilai angsuran bulanan yang

ditagihkan kepadalessee.  Di samping itu, lessor juga harus membuat Faktur Pajak atas

setiap pemungutan PPN tersebut.

b. Jika belum menjadi PKP, lessor tidak boleh memungut PPN dari lessee.  Jika tetap nekat

memungut PPN dan membuat Faktur Pajak, lessor nantinya harus menyetorkan seluruh

PPN yang dipungutnya itu ditambah sanksi denda 2% dari nilai tagihan.

c. Bila omset lessor sudah melebihi Rp 600 juta, seharusnya lessor sudah menjadi PKP. 

Bila belum, maka lessor juga bisa dikenai sanksi perpajakan.  Bahkan menurut Pasal 38

dan Pasal 39 UU KUP, sanksi pajak itu bisa berupa sanksi pidana kurungan atau penjara.

http://muhamaddahlan5.blogspot.com/2012/10/pajak-atas-leasing_4520.html

Page 11: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

PERLAKUAN PERPAJAKAN

Peraturan pelaksanaan atas Pajak Penghasilan terkait dengan kegiatan sewa guna

usaha diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tanggal 27

November 1991 tentang Kegiatan Sewa Usahan (Leasing) (selanjutnya disebut KMK No.

1169/KMK.01/1991). Aspek perpajakan atas kegiatan sewa guna uasaha tergantung pada

penggolongan sewa guna usaha apakah kegiatan tersebut termasuk dalam kegiatan sewa guna

usaha dengan hak opsi atau kegiatan sewa guna usaha tanpa hak opsi.

SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI (OPERATING LEASE)

Suatu sewa Guna Usaha (leasing) digolongkan sebagai sewa Guna Usaha (SGU)

tanpa hak opsi (Operating Lease) apabila memenuhi semua kriteria berikut :

1. Jumlah pembayaran Sewa Guna Usaha selama masa Sewa Guna Usaha pertama tidak

dapat menutupi harga perolehan barang modal yang di Sewa Guna Usahakan

ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh Lessor ;

2. Perjanjian Sewa Guna Usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi Lessee.

Kedua syarat di atas mengisyaratkan bahwa ketentuan pajak menggolongkan suatu

SGU sebagai operating Lease jika Lessor benar-benar tidak berniat menjual barang dan hanya

ingin menyewakan saja. Hal itu ditunjukkan dengan jumlah seluruh angsuran yang diterima

lebih kecil dari harga pokok barang plus laba serta tidak termuatnya opsi pemilikan barang

pada akhir periode leasing. Jadi operating lease adalah transaksi sewa menyewa biasa.Karena

hanya, transaksi sewa menyewa biasa, maka kepemilikan barang masih berada di tangan

pihak yang menyewakan (Lessor) sehingga yang berhak menyusutkan barang adalah lessor.

Page 12: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

Perlakuan perpajakan bagi yang menyewakan (Lessor) :

1. Seluruh pembayaran sewa yang diterima atau diperoleh oleh lessor merupakan objek PPh

Pasal 23.

2. Lessor berhak menyusutkan barang modal yang di-SGU-kan karena kepemilikan barang

ada di tangan lessor.

3. Lessor memungut pajak pertambahan nilai (PPN) jasa sewa yang diberikan.

Perlakuan perpajakan bagi penyewa (Lessee) :.

1. Jumlah biaya sewa yang dibayar / terutang pada tahun tersebut boleh menjadi pengurang

penghasilan (Deductible Expense).

2. Lessee tidak boleh menyusutkan barang modal, karena barang masih milik lessor.

3. Lessee memotong PPh Pasal 23 setiap kali membayar sewa kepada lessor dengan tarif 6%

jika barang modal yang disewakan selain tanah dan bangunan serta 10% jika barang

modalnya berupa barang dan bangunan.

Contoh kasus :( ini contohnya copas kalau nemu yg agak gampang dipahami pake yg

lain aja sis hehe )

Lessor PT ABC meng-SGU-kan mesin golongan II dengan harga. pokok Rp

200.000.000,00 kepada PT DEF (Lessee). Jangka waktu leasing 24 bulan dan nilai sisa

barang setelah periode leasing adalah nihil. Dalam kontrak SGU tidak tercantum klausula

pilihan bagi lessee untuk membeli mesin tersebut dengan harga murah pada akhir periode

SGU. Pembayaran per bulan Rp8.000.000,00.

Perlakuan Pajaknya sebagai berikut :

Jumlah seluruh pembayaran yang akan diterima lessor PT ABC sebesar Rp 8.000.000,00 x

24 bulan = Rp 192.000.000,00. jumlah tersebut lebih kecil dari jumlah pokok mesin

sebesar Rp 200.000.000,00. Selain itu tidak ada klausa pilihan bagi penyewa untuk

memiliki mesin tersebut pada akhir periode leasing. Oleh karena itu SGU ini tergolong

SGU tanpa hak opsi (Operating Lease) atau sewa menyewa biasa .

Page 13: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

Lessor : PT ABC Lessee : PT DEF

Menerima pendapat sewa setiap bulan =

8.000.000 Membayar sewa = 8.000.000

Memungut PPN 10% = 800.000 Membayar PPN = 800.000

Dipotong PPh 23 = (480.000) Memotong PPh 23 = (480.000)

Diterima dari Lessee = 8.320.000 Dibayar ke Lessor = 8.320.000

Menyusutkan mesin per tahun =

50.000.000

SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI (FINANCE LEASE)

Menurut ketentuan pajak kegiatan SGU akan digolongkan sebagai SGU dengan hak

opsi(Finance Lease) apabila memenuhi kriteria berikut :

a. Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU pertama ditambah dengan nilai sisa

barang modal, harus menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor;

b. Masa Sewa Guna Usaha ditetapkan sekurang kurangnya 2 tahun untuk barang mudal

Golongan I, 3 tahun untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7 tahun untuk

golongan bangunan;

Dalam hal Lessor dan Lessee membuat perjanjian Sewa Guna Usaha dengan

opsi (Finance Lease) namun massanya tidak memenuhi ketentuan tersebut diatas,

makaperlakuan Pajak Pertambahan Nilai yang diberikan terhadap perjanjian tersebut

sama dengan perlakuan Pajak Pertambahan Nilai terhadap perjanjian SGU tanpa hak

opsi (Operating Leasse).

Page 14: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

c. Perjanjian SGU memuat ketentuan mengenai opsi bagi Lessee (KMKNo.

1169/KMK.01/1991 Tanggal 7 November 1991 serta SE-10PJ.42/1994 tanggal 22

Maret 1994).

Ketiga syarat diatas harus dipenuhi semua seluruhnya agar suatu SGU dapat

digolongkan sebagai SGU dngan hak opsi (Finance Lease). Ketiga syarat diatas menunjukan

bahwa ketentuan pajak menggolongkan suatu SGU sebagai Finance Lease  jika lessor

sebenarnya berniat menjual barang. Hal itu ditunjukan dengan jumlah seluruh angsuran yang

diterima pada periode leasing pertama lebih besar dari harga pokok harga plus laba dan harus

adanya opsi pada akhir periode leasing.

Selain itu terdapat batas minimal jangka waktu leasing yang lamanya tergantung

golongan barang. Persyaratan jangka waktu minimal ini semakin menguatkan

karakter Finance Lease bahwaFinance Lease lebih bertujuan kepada pengalihan kepemilikan

barang.

Pada dasarnya kegiatan SGU dengan hak opsi (Finance Lease) adalah kegiatan jasa

pembiayaan (berupa penyediaan kredit bagi pengguna leasing (lessee) oleh lessor) maka

penghasilan bagi perusahaan leasing (lessor) adalah bunga yang diterima pada saat  angsuran

pelunasan hutang leasing. Karena pada dasarnya Finance Lease adalah transaksi pembiayaan

maka pajak menganggap bahwa sebelum selesainya periode leasing, barang bukan milik

lessee maupun lessor sehingga baik lessee maupun lessor sama-sama tidak boleh

menyusutkan barang.

Perlakuan Perpajakan bagi Lessor

1. Penghasilan lessor yang menjadi objek PPh adalah seluruh pembayaran SGU angsuran

pokok (bungan + administration fee) . dalam hal SGU Sindikasi yaitu SGU yang dibiayai

oleh beberapa perusahaan leasing, imbalan jasa bagi masing-masing anggota dihitung

secara proposional sesuai perjanjian antar anggota yang bersangkutan. Penghasilan

tersebut tidak dipotong PPh 23 oleh lessee. Pengenaan pajaknya dilakukan dengan

penghitungan akhir tahun dalam SPT Tahunan.

2. Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal yang di SGU kan. Sejak berlakunya KMK

No. 1169/KMK.01/1991 Pajak menganut aliran bahwa tidak ada yang memiliki barang

Page 15: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

leasing sampai berakhirnya periode leasing dan diketahui dengan pasti siapa pemilik

barang tersebut. Bila lessee menggunakan hak opsinya, maka barang tersebut menjadi

milik lessee sedangkan bila tidak maka barang tersebut menjadi milik lessor. Akibatnya

selama periode leasing barang modal tersebut tidak boleh disusutkan baik oleh lessor

maupun oleh lessee.

3. Lessor dapat membentuk Cadangan Piutang Ragu-Ragu sebesar 2,5% dari rata-rata saldo

awal dan akhir piutang SGU. Karena Finance Lease adalah transaksi pembiayaan maka

pajak memperbolehkan lessor untuk membuat cadangan piutang ragu-ragu dan besarnya

2,5% dari rata-rata saldo awal dan akhir piutang SGU. Pencadangan tersebut dilakukan

dengan mendebet biaya penyisihan piutang serta mengkredit akun Akumulasi Cadangan

Penghapusan Piutang. Biaya Penyisihan Piutang tersebut dapat mengurangi penghasiIan

(Deductible Expenses)

4. Kerugian piutang SGU yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dibebankan pada akun

Akumulasi Cadangan Penghapusan Piutang tahun yang bersangkutan. Apabila besarnya

kerugian piutang yang nyata-nyata tidak tertagih lebih besar dari penyisihan yang dibuat

maka selisihnya dapat menjadi biaya (Deductible Expense). Sebaliknya jika besarnya

kerugian piutang yang nyata-nyata tidak tertagih lebih kecil dari penyisihan yang dibuat

maka selisihnya harus diakui sebagai penghasilan.

5. Besarnya angsuran PPh pasal 25 bagi lessor dihitung berdasarkan laporan triwulan yang

disetahunkan. Perusahaan Lessing, sebagaimana usaha pembiayaan lainnya ( Bank,

Asuransi, dll) diwajibkan membuat laporan keuangan triwulan yang harus disampaikan

kepada lembaga pemerintah terkait (BI dan Depkeu). Besarnya PPh 25 harus dihitung

ulang setiap 3 bulan berdasarkan laba rugi triwulan bersangkutan yang disetahunkan.

6. Jasa pembiayaan SGU dengan hak opsi tidak terutang PPN. Tetapi penyerahan barang dari

lessor ke lessee terutang PPN.

Perlakuan Perpajakan Bagi Lessee

1. Lessee tidak boleh menyusutkan barang modal yang diterima. Dengan alasan yang sama

seperti alasan mengapa lessor tidak boleh menyusutkan barang leasing.

2. Seluruh pembayaran leasing (angsuran plus bunga dan biaya administrasi) boleh menjadi

pengurang (Deductible Expense).

3. Lessee tidak boleh memotong PPh 23 atas pembayaran angsuran leasing kepada lessor.

Page 16: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

Contoh kasus :( sama yang ini juga sis )

Lessor PT ABC meng-SGU-kan mesin golongan II (masa manfaat 8 tahun) dengan harga

pokok Rp 200.000.000,00 kepada PT DEF (lessee). Jangka waktu leasing 36 bulan dan nilai

sisa barang setelah periode leasing adalah nihil. Dalam kontrak SGU tercantum klausa pilihan

bagi lessee untuk membeli mesin tersebut dengan harga murah pada akhir periode SGU.

Pembayaran per bulan Rp 8.000.000,00 terdiri dari pelunasan pokok hutang leasing sebesar

Rp 5.555.555,00 dan bunga Rp 2.444.445,00.

Perlakuan pajaknya sebagai berikut :

Jumlah seluruh pembayaran yang akan diterima lessor PT ABC sebesar Rp 8.000.000,00 x 36

bulan = Rp 288.000.000,00. jumlah tersebut dapat menutupi harga pokok mesin sebesar Rp

200.000.000,00 dan nilai sisa barang setelah periode leasing. Selain itu terdapat klausa

pilihan bagi penyewa untuk memiliki mesin tersebut. Jangka waktu leasing adalah 3 tahun

(36 bulan) sedangkan barang termasuk golongan II. Hal ini memenuhi syarat Finance

Leasekarena untuk barang golongan II jangka waktu leasing minimal 3 tahun. Oleh karena

ke-3 syarat terpenuhi maka SGU ini tergolong SGU dengan hak opsi (Finance Lease).

Lessor : PT ABC Lessee : PT DEF

Mencatat piutang Leasing sebesar Rp

288.000.000

Membayar leasing  Rp

8.000.000,00 (Deductible Expense)

Menerima pendapatan bunga / bulan Rp

2.444.445

Tidak menyusutkan mesin

Menerima pelunasan pokok / bulan Rp

5.555.555

Tidak memungut PPh Pasal 23

Jumlah yang diterima Rp 8.000.000

Tidak menyusutkan mesin

Mendebet Biaya Penyisihan Piutang

Page 17: Tugas Akuntansi Dan Pajak Leasing

Leasing 2,5% dari saldo piutang

leasing (Deductible Expense).