ilmu kalam

3
Wasil bin Atha (80-131 H) Nama Washil bin Atha sering juga disebut Abu Huzhaifah dan lebih terkenal dengan gelar al-Gazzal. Ia dilahirkan pada tahun 80 H di Madinah dan meninggal dunia pada tahun 131 H di Bashrah. Sejak kecil, Washil bin Atha sudah memperlihatkan kesungguhannya dalam mengkaji al-Qran, Hadis Nabi, dan ilmu- ilmu lain. Pada mulanya ia belajar pada Abu Hasyim ‘Abdullah ibn Muhammad al-Hanafiyyah. Selanjutnya, ia banyak menimba ilmu pengetahuan di Mekah dan mengenal ajaran Syi’ah di Madinah. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Bashrah dan berguru pada Hasan al-Bashriy. Washil bin Atha termasuk murid yang cerdas dan berani di antara sekian banyak murid Hasan al-Bashriy. Ia tidak segan- segan berbeda pendapat dengan siapa pun juga, sekalipun membawa dampak harus berpisah dengan orang yang dicintainya, yaitu gurunya, Hasan al-Bashriy, lantaran perbedaan pandangan dengannya mengenai pelaku dosa besar. Setelah itu, Washil bin Atha membentuk majlis tersendiri dan mendapat pengikut yang pesat dalam waktu yang singkat. Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Washil bin Atha banyak mengalami tantangan dan hambatan yang datang silih berganti dari kalangan masyarakat awam, karena mereka sulit menerima ajaran yang bersifat rasional dan filosofis. Selain itu, ajaran Washil tersebut dinilai oleh masyarakat awam sebagai ajaran yang tidak berpegang pada sunnah Rasullah saw. dan para sahabatnya. Namun, Washil memperoleh dukungan dari kalangan intelektual dan juga penguasa Abasiyah , yaitu pada masa pemerintahan al-Ma’mun (198-218 H/ 813-833 M), bahkan ajaran Washil bin Atha itu dinyatakan sebagai mazhab resmi negara.

Upload: faiz-amri

Post on 20-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ilmu Kalam

Wasil bin Atha (80-131 H)Nama Washil bin Atha sering juga disebut Abu Huzhaifah dan lebih terkenal dengan gelar al-Gazzal. Ia dilahirkan pada tahun 80 H di Madinah dan meninggal dunia pada tahun 131 H di Bashrah.

Sejak kecil, Washil bin Atha sudah memperlihatkan kesungguhannya dalam mengkaji al-Qran, Hadis Nabi, dan ilmu-ilmu lain. Pada mulanya ia belajar pada Abu Hasyim ‘Abdullah ibn Muhammad al-Hanafiyyah. Selanjutnya, ia banyak menimba ilmu pengetahuan di Mekah dan mengenal ajaran Syi’ah di Madinah. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Bashrah dan berguru pada Hasan al-Bashriy.

Washil bin Atha termasuk murid yang cerdas dan berani di antara sekian banyak murid Hasan al-Bashriy. Ia tidak segan-segan berbeda pendapat dengan siapa pun juga, sekalipun membawa dampak harus berpisah dengan orang yang dicintainya, yaitu gurunya, Hasan al-Bashriy, lantaran perbedaan pandangan dengannya mengenai pelaku dosa besar. Setelah itu, Washil bin Atha membentuk majlis tersendiri dan mendapat pengikut yang pesat dalam waktu yang singkat.

Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Washil bin Atha banyak mengalami tantangan dan hambatan yang datang silih berganti dari kalangan masyarakat awam, karena mereka sulit menerima ajaran yang bersifat rasional dan filosofis. Selain itu, ajaran Washil tersebut dinilai oleh masyarakat awam sebagai ajaran yang tidak berpegang pada sunnah Rasullah saw. dan para sahabatnya. Namun, Washil memperoleh dukungan dari kalangan intelektual dan juga penguasa Abasiyah, yaitu pada masa pemerintahan al-Ma’mun (198-218 H/ 813-833 M), bahkan ajaran Washil bin Atha itu dinyatakan sebagai mazhab resmi negara.

Page 2: Ilmu Kalam

Muhammad Abu Mansyur Al-MaturidiNama lengkap Abu Manshur al-Maturidi ialah Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud. Dilahirkan di Maturid, sebuah daerah di Samarkand termasuk kawasan Ma Wara’ al-Nahr, dan wafat pada tahun 333 H/944 M, ia menimba ilmu pada pertiga terakhir abad ke-3 Hijrah, yakni pada masa Muktazilah mendapat kemarahan masyarakat sebagai balasan perlakuan mereka terhadap fuqaha muhadditsin pada pertiga pertama abat tersebut.

Tahun kelahiran Abu Manshur al-Maturidi tidak begitu diketahui dengan pasti. Akan tetapi, tampakanya ia dilahirkan pada sekitar pertengahan abad ke-3 Hijrah. A.K.M.Ayyub Ali menyimpulkan bahwa al-Maturidi lahir sekitar tahun 238 H/853 M. Dapat dipastikan, bahwa beliau belajar ilmu fikih dari Madzhab Hanafi dan ilmu kalam dari Nashr ibn Yahya al-Balakhi. garis ketururunan beliau bersambung dengan sahabat Abu Ayyub al-Anshory. Gurunya dalam bidang fiqih dan teologi bernama Nasyr bin Yahya al-Balakhi. Ia wafat pada tahun 268 H. al-Maturidi hidup pada masa khalifah al-Mutawakkil yang memerintah tahun 232-274 H / 847-861 M.

Abu Manshur al-Maturidi adalah pengikut Abu Hanifah dan faham-faham teologinya banyak persamaannya dengan faham-faham yang dimajukan Abu Hanifah. Sistim pemikiran teologi yang ditimbulkan oleh Abu Manshur termasuk dalam golongan teologi Ahli Sunnah dan dikenal dengan nama al-Maturidiyyah namun literatur mengenai ajaran-ajaran Abu Manshur dan aliran al-Maturidiyyah tidak sebanyak literature mengenai ajaran-ajaran Asy’ariyyah.

Abu Manshur Al-Maturidi adalah pengikut madzhab Hanafi sedangkan Asy’ari adalah pengikut madzhab Syaif’i, oleh karena itu pengikut Maturidi adalah orang-orang Hanafiyyah sedang pengikut Asy’ari adalah orang-orang Syafi’i. Boleh jadi ada beberapa perbedaan pendapat antara kedua orang tersebut, karena adanya perbedaan pendapat antara Abu Hanifah dengan Syafi’i itu sendiri.

Abu Manshur Al-Maturidi dalam bidang kajiannya mempunyai sejumlah kitab yang diantaranya ialah: Kitab Ta’wil al-Qur’an, Kitâb Ma’khuz al-syara‘i, Kitab al-Jadal, Kitab al-Ushul al-Dîn, Kitab al-Maqalat fi al-kalam, Kitab al-Tauhid, Kitab Radd Awa’il al-‘adilah li al-Ka’bi, Kitab Radd Tahzib al-jadal li al-Ka’bî, kitab Radd al-Ushûl al-Khamsah li Abi Muhammad al-Bahili, al-Radd al-Imamah li Ba’dhi al-Rawafidh, dan al-Radd ‘ala al-Qaramithah.