ilmu kalam ii

29
ANALISIS DAN PERBANDINGAN ANTAR ALIRAN TENTANG SIFAT-SIFAT TUHAN Salah satu persoalan yang menjadi bahan perdebatan di antara aliran-aliran kalam adalah masalah sifat-sifat Tuhan. Tarik menarik diantara aliran-aliran kalam dalam menyelesaikan persoalan ini, tampaknya dipicu oleh truth claim yang dibangun atas dasar kerangka berfikir masing- masing. A. Aliran Mu’tazilah Pertentangan paham antara kaum Mu’tazilah dengan kaum Asy’ariyah berkisar sekitar persoalan apakah Tuhan mmpunyai sifat atau tidak. Jika Tuhan mempunyai sifat-sifat itu, sifat itu mestilah kekal seperti halnya dengan zat Tuhan. Dan selanjutnya jika sifat-sifat itu kekal, maka yang bersifat kekal bukanlah satu, tetapi banyak. Tegasnya, kekalnya sifat-sifat akan membawa kepada paham banyak yang kekal (ta’addud al-qudama’ atau multiplicity of eternals). B. Aliran Asy’ariyah Pendapat kaum Asy’ariyah berlawanan dengan paham Mu’tazilah di atas. Mereka dengan tegas mengatakan bahwa

Upload: izwan-al-hakim

Post on 24-Jun-2015

1.017 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ilmu kalam II

ANALISIS DAN PERBANDINGAN ANTAR ALIRAN TENTANG SIFAT-SIFAT

TUHAN

Salah satu persoalan yang menjadi bahan perdebatan di antara aliran-aliran kalam

adalah masalah sifat-sifat Tuhan. Tarik menarik diantara aliran-aliran kalam dalam

menyelesaikan persoalan ini, tampaknya dipicu oleh truth claim yang dibangun atas dasar

kerangka berfikir masing-masing.

A. Aliran Mu’tazilah

Pertentangan paham antara kaum Mu’tazilah dengan kaum Asy’ariyah berkisar

sekitar persoalan apakah Tuhan mmpunyai sifat atau tidak. Jika Tuhan mempunyai sifat-

sifat itu, sifat itu mestilah kekal seperti halnya dengan zat Tuhan. Dan selanjutnya jika

sifat-sifat itu kekal, maka yang bersifat kekal bukanlah satu, tetapi banyak. Tegasnya,

kekalnya sifat-sifat akan membawa kepada paham banyak yang kekal (ta’addud al-

qudama’ atau multiplicity of eternals).

B. Aliran Asy’ariyah

Pendapat kaum Asy’ariyah berlawanan dengan paham Mu’tazilah di atas. Mereka

dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat. Menurut al-Asy’ari, tidak

dapat diingkari bahwa Tuhan mempunyai sifat karena perbuatan-perbuatannya. Ia juga

mengatakan bahwa Tuhan mengetahui, menghendaki, berkuasa, dan sebagainya di

samping mempunyai pengetahuan, kemauan, dan daya.

Sementara itu, Al-Baghdadi melihat adanya konsesus di kalangan kaum

Asy’ariyah bahwa daya, pengetahuan, hayat, kemauan, pendengaran, penglihatan, dan

sabda Tuhan adalah kekal. Sifat-sifat ini, kata Al-Ghazali, tidaklah sama dengan esnsi

Tuhan, malahan lain dari esensi Tuhan, tetapi berwujud dalam esensi itu sendiri.

Page 2: Ilmu kalam II

C. Aliran Maturidiyah

Berkaitan dengan masalah sifat Tuhan, dapat ditemukan persamaan pemikiran

antara Al-Maturidi dan Al-Asy’ari, seperti dalam pendapat bahwa Tuhan mempunyai

sifat-sifat seperti sama’, bashar, dan sebagainya.

Kaum Maturidiah Bukhara, yang juga mempertahankan kekuasaan mutlak Tuhan,

berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat. Persoalan banyak yang kekal mereka

selesaikan dengan mengatakan bahwa sifat-sifat Tuhan kekal melalui kekekalan yang

terdapat dalam esensi Tuhan dan bukan melalui kekekalan sifat-sifat itu sendiri, juga

dengan mengatakan bahwa Tuhan bersama-sama sifat-Nya adalah kekal, tetapi sifat-sifat

itu sendiri tidaklah kekal.

SUNNATULLAH DAN MUKJIZAT

A. SUNNATULLAH

Allah SWT adalah zat yang maha merajai seluruh alam semesta ini. dia mengatur

segala sesuatu yang ada di dalam kerajaan-Nya dengan kebijaksanaan dan kehendak-Nya,

karena itu apa yang terjadi di alam semesta ini berjalan sesuai kehendak yang telah di

rencanakan sejak semula oleh Allah dan juga mengikuti peraturan yang telah di tetapkan

dalam alam ini (sunnatullah).

B. MUKJIZAT

Yang di maksud dengan mukjizat ialah sesuatu yang di luar kebiasaan, sehingga

tidak seorang pun yang mampu melakukan hal seperti itu. Akan tetapi, mukjizat itu ialah

bukanlah sesuatu yang mustahil atau sesuatu yang yang bertentangan dengan hukum akal

seperti ada dua hal yang saling bertentangan dapat bertemu atau menghilangkan dalam

Page 3: Ilmu kalam II

waktu yang sama. Dalam hubungan dengan mukjizat ini terdapat beberapa defenisi yang

perlu kita ketahui, yaitu :

1. Mukjizat adalah kejadian yang luar biasa yang lahir pada seseorang yang

mengakui dirinya sebagai Rasul dari Allah

2. Karamah yaitu kejadian yang luar biasa yang lahir pada orang-orang saleh

atau wali-wali Allah yang tidak mendakwahkan dirinya sebagai nabi.

3. Ma’unah, yakni kejadian yang luar biasa yang lahir pada orang-orang awam

sebagai bantuan Allah kepadanya untuk melepaskan atau menyelamatkan diri

dari malapetaka.

4. Ihanah yakni kejadian yang luar biasa yang lahir pada orang yang mengaku

dirinya sebagai nabi, padahal sebenarnya ia pendusta.

5. Istidraj yakni kejadian yang luar biasa yang lahir pada orang fasiq yang

mendakwa dirinya sebagai tuhan.

6. Irhash yaitu kejadian yang luar biasa yang lahir pada seorang nabi sebelum menjadi

rasul, seperti nabi.

ANALISIS SURGA DAN NERAKA

A. Surga dan Neraka

Tiap-tiap manusia dari bani adam dan tiap-tiap jin tidak boleh mereka mesti menepati

salah satu dari (dua negri) : Darun nar (neraka) yaitu suatu tubuh yang halus

membakarkan atau darun na’im suatu tempat yang penuh nikmat (surga). Neraka ada

tujuh tingkat, yaitu :

Page 4: Ilmu kalam II

1. Jahannam

2. Ladha

3. Huthamma

4. Sa’ir

5. Saqar

6. Jahim

7. hawiyah

Surga dan neraka itu adalah suatu hak yang di tetapkan Al-kitab, As-sunnah dan

ijma’ummah. Oleh karena itu mengimaninya adalah wajib dan meni’tiqadkannya adalah

hak. Surga dan neraka adalah tempat kembalinya makhluk, baik dari manusia ataupun jin,

dan mereka tidak bisa terlepas dari salah satu tempat itu, yakni adakalanya kesurga atau

neraka.

a. Pendapat golongan ahli kalam tentang surga dan neraka

Tokoh qodariyah dan mu’tazilah mengingkari telah adanya surga dan neraka yang

telah dijadikan sekarang ini. mereka mengatakan bahwa Allah akan menjadikan neraka

pada hari kiamat.

Ahlu Sunnah wal jamaah telah berijma’ bahwa adzab terhadap orang kafir itu

tidak putus-putusnya sebagaimana nikmat itu terhadap ahli-ahli surga tidak habis-

habisnya. Golongan Al-jahmiyah membantah dan mengatakan bahwa surga dan neraka

itu keduanya akan fana. Golongan ini mengikuti jahm bin safwan, pendapat yang seperti

ini tak ada dari sahabat, tabi’in dan tak ada dari ulama-ulama lain. Seorang ahli hadis pun

Page 5: Ilmu kalam II

tidak ada mengatakan seperti perkataan Jahmiyah itu. Walaupun demikian setengah

ulama telah menghikayatkan dua pendapat tentang keabadian neraka. Jadi persoalan

kekal tidaknya neraka dan surga ini ada tujuh pendapat :

1. Pendapat Khawarij dan Mu’tazilah yaitu segala orang yang masuk neraka,

tidak keluar selamanya dari neraka itu. Tiap yang ada didalamnya tetap kekal

selamanya.

2. Ibnu Araby Ath Thy mengatakan bahwa ahli neraka itu di azab di dalamnya

kemudian ditukar dan di jadikan bertabiat api

3. Pendapat yang mengatakan bahwa ahli neraka diazab di dalamnya hingga

waktu yang terbatas, kemudian mereka dikeluarkan dari neraka itu dan

digantikan dengan kaum yang lain

4. Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa ahli neraka itu dikeluarkan dari padanya

sedang api terus menerus bernyala dengan tidak ada seorang pun yang diazab

di dalamnya.

5. Pendapat Jahm, bahwa neraka itu fana dengan sendirinya karena dia

baharu,setiap yang baharu, mustahil kekal dan abadi.

6. Orang yang berada didalam neraka itu gerak geriknya fana, mereka menjadi

benda yang beku dan tidak merasa kepedihan.

7. Pendapat yang mengatakan bahwa Allah yang memfanakan neraka, karena

Allahlah tuhannya, penciptanya, dan pemeliharanya. Dan Allah menjadikan

neraka itu titik penghabisan yang harus diakhiri.

Page 6: Ilmu kalam II

FREE WILL (QADARIYAH) DAN PREDESTINATION (JABARIYAH)

A. JABARIYAH (PREDESTINATION)

1. Asal usul Jabariyah

Kata Jabariyah berasal dari kata Jabara yang berarti memaksa atau

mengharuskannya melakukan sesuatu. Lebih lanjut Asy- Syahrastsan menegaskan bahwa

faham al- jabr barati menghilangkan perbuatan manusia dan menyandarkannya kepada

Allah. Dengan kata lain, manusia malakukan perbuatannya dalam keadaan terpaksa.

Tuhan mempunyai hak mutlak terhadap manusia. Faham Jabariyah pertama kali

diperkenalkan oleh Ja’d Bin Dirham kemudian disebarkan oleh Jahm Bin Shafwan dari

Khurasan. Berkaitan dengan kemunculan aliran Jabariyah, ada yang mengatakan

bahwa kemunculannya diakibatkan oleh pengaruh pemikiran asing yaitu, pengaruh

agama Yahudi bermazhab Qurra dan agama kristen bermazhab Yacobit.

2. Para Pemuka Jabariyah dan Doktrin- Doktrinnya

Menurut Asy- Syaratsani, Jabariyah dapat dikelompokkan menjadi dua, ekstrim

dan moderat. Diantara doktrin Jabariyah ekstrim adalah pendapatnya yang menyatakan

bahwa segala perbuatan manusia bukan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri,

tetapi perbuatan yang di paksakan atas dirinya.

a.Jahm bin Shofwan

Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham bin Shafwan. Ia berasal dari

Khurasan, bertempat tinggal di Kuffah, ia seorang da’i yang fasih dan lincah, banyak

usaha yang dilakukan nya yang tersebar ke berbagai tempat,Tirmidz dan Balk.

Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi adalah:

Page 7: Ilmu kalam II

a) Manusia tidak mampu berbuat apa- apa. Ia tidak mempunyai daya, dan kehendak

sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.

b) Surga dan neraka tidak kekal, tidak ada yang kekal selain Tuhan.

c) Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini pendapatnya

sama dengan iman yang dimajukan Muyrji’ah.

d) Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah maha suci dari segala sifat dan keserupaan

dalam manusia seperti berbicara, mendengar, melihat. Begitu pula Tuhan tidak

dapat dilihat dengan indra mata.

a. Ja’d bin Dirham

Al- Ja’d adalah seorang ulama Bani Hakim, tinggal di Damaskus, ia dibesarkan di

lingkungan orang kristen yang senang membicarakan teologi. Semula ia percaya untuk

mengajar di lingkungan Bani Umayyah tapi setelah tampak pikiran- pikirannya yang

controversial. Doktrin pokok Al-Ja’d secara umum sama dengan pikiran Jahm, Al-

Ghuraby menjelaskan pendapat Al-Ja’d adalah:

a) Al- Qur’an adalah makhluk. Oleh karena itu, ia baru, sesuatu yang baru tidak

dapat di sifatkan kepada Allah.

b) Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, baik itu bicara,

mendengar maupun melihat.

B. FREE WILL (QADARIYAH)

1. Sejarah Munculnya Qadariyah

Page 8: Ilmu kalam II

Qadariyah berasal dari bahasa arab, yaitu qadara yang artinya kemampuan dan

kekuatan. Adapun secara terminologi, qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa

segala tindakan manusia tidak ada intervensi Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-

tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya. Ia dapat berbuat sesuatu atau

meninggalkannya sesuai dengan kemauannya sendiri. Dalam hal istilah Inggrisnya

dinamakan free will atau free act.

Aliran ini dipelopori oleh Ghailani Ad- Dimasyki dan Ma’bad Al- Jauhani.

Ma’bad adalah seorang orator yang terpercaya dan pernah berguru kepada Hasan Al-

Basri. Adapun Ghailani Ghailan adalah seorang orator dari Damaskus, dan ayahnya

menjadi maula Utsman bin Affan. Menurut ibn Natabah, Ma’bad Al-Jauhani dan Ghailan

Ad- Damsyki menganbil faham ini dari seorang kristen yang masuk islam di Irak. Dan

menurut Zahabi, Ma’bad adalah seorang tabi’in yang baik.

2. Doktrin- Doktri Qadariyah

Dalam kitab Al- Milal wa An- Nihal, pembahasan masalah Qadariyah disatukan

dengan pembahasan Mu’tazilah. Dari penjelasan ini dapat difahami doktri Qadariyah

pada dasarnya menyatakan bahwa segala tingkah laku atas kehendaknya sendiri. Manusia

mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendak sendiri, baik

itu perbuatan baik atau perbuatan jahat. Dengan pemahaman tersebut, Qadariyah

berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat untuk menyandarkan segala perbuatan

manusia kepada perbuatan Tuhan. Dokrin- doktrin ini mempunyai tempat pijakan dalam

doktrin islam sendiri. Banyak ayat Al-Qur’an yang dapat mendukung pendapat ini,

misalnya dalam surat Al- Kahfi ayat 29.

Page 9: Ilmu kalam II

Analisis Dan Perbandingan Melihat Tuhan Diakhirat

Karena Tuhan bersifat rohani dan tidak jasmani maka menurut akal, tuhan

tak dapat dilihat dengan mata kepala. Dalam risalah, Muhammad Abduh tidak

menjelaskan pendapatnya apakah Tuhan yang bersifat rohani itu dapat dilihat oleh

manusia dengan mata kepalanya kelak diakhirat. Nas- nas Quran, secara lahiriah telah

menyebutkan bahwa orang- orang mukmin akan melihat Tuhannya. Misalnya firman

Allah: Q.S.Al- Muthafifin: 15

1.Aliran Mu’tazilah

Logika mengatakan bahwa Tuhan, karna sifat immateri, tak dapat dilihat

dengan mata kepala. Dan inilah pendapat kaum mu’tazilah. Sebagai argumen, A’b-

Aljabbar, mengatakan bahwa Tuhan tak mengambil empat. Dan juga kalau Tuhan dapat

dilihat dengan mata kepala, Tuhan akan dapat dilihat sekarang dalam alam ini juga. Dan

tak ada orang yang melihat Tuhan di alam ini.

2.Aliran Asy’ariyah

Kaum asy’ariyah sebaliknya, berpendapat bahwa Tuhan kan dapat dilihat

oleh manusia dengan mata kepala diakhirat nanti. Paham ini sejajar dengan pendapat

mereka bahwa Tuhan mempunyai sifat- sifat tajjasum atau anthropomorphis, sungguhpun

sifat- sifat itu tidak sama dengan jasmani manusia yang ada dalam alam materi ini. Tuhan

berkuasa mutlak dan dapat mengadakan apa saja. Sebaliknya akal manusia lemah dan tak

selamanya sanggup memahami perbuatan dan ciptaan Tuhan. Argumen yang dimajukan

Al- Asy’ari untuk memperkuat pendapat diatas adalah yang berikut. Yang tak dapat

dilihat hanyalah yang tak mempunyai wujud.

Page 10: Ilmu kalam II

3.Aliran Maturidiah

Kaum Maturidiah dengan kedua golongannya dalam hal ini dengan kaum

Asy’ariyah. Al- Maturidiah juga berpendapat bahwa Tuhan dapat dilihat karena ia

mempunyai wujud. Menurut Bazdawi, Tuhan dapat dilihat, sungguh pun tidak

mempunyai bentuk, tidak mengambil tempat dan tak terbatas.

Analisis dan Pemikiran tentang Pelaku Dosa Besar

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwasannya persoalan kalam yang pertama

kali muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir. Adapun

kerangka berfikir yang digunakan tiap- tiap aliran ternyata mewarnai pandangan mereka

tentang status dosa besar. Berikut ini adalah pandangan mereka tentang dosa besar:

A. Aliran Khawarij

Ciri yang menonjol dari aliran khawarij adalah watak ekstriminitas dalam

memutuskan persoalan- persoalan kalam. Adapun dalil yang membuat mereka

bersikap ekstrim adalah berdasarkan surat Al- Maidah Al-Maidah ayat 44.

Semua pelaku dosa besar menurut aliran khawarij adalah kafir dan akan

disiksa di neraka selamanya.

Kemudian adapun contoh dosa besar yang dikatakan golongan khawarij

misalnya berbuat zina, maka menurut golongan ini orang yang mengerjakan zina

telah menjadi kafir dan keluar dari islam. Begitu pula membunuh sesama manusia

tanpa sebab yang sah adalah dosa besar. Maka perbuatan manusia menjadikan

sipembunuh keluar dari islam dan menjadi kafir.

Page 11: Ilmu kalam II

B. Aliran Asy’ariyah

Pandangan Asy’ariyah tentang pelaku dosa besar tidak mengatakan bahwa

pelaku dosa besar adalah kafir. Menurut mereka masih tetap sebagai orang yang

beriman dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun mereka berbuat dosa

besar.

C.Aliran Murji’ah

Pandangan aliran Murji’ah tentanh status pelaku dosa besar dapat

ditelusuri dari defenisi iman yanh dirumuskn oleh mereka. Tiap-tiap sekte

Murji’ah berbeda pendapat dalam merumuskan defenisi iman itu sehingga

pandangan tiap-tiap sekte tentang setatus dosa besar pun berbeda- beda pula.

Secara garis besar sekte Murji’ah dapat dikategorikan dua golongan yaitu

ekstrim dan moderat. Harun Nasution berpendapat bahwa sub sekte Murji’ah

yang ekstrim adalah mereka yang berpendapat bahwa keimanan terletak didalam

qalbu. Adapun dan ucapan tidak selamanya merupakan refleksi dari apa yang ada

dalam qalbu. Oleh karena itu, segala perbuatan dan ucapan seseorang yang

menyimpang dari kaidah agama tidak berati telah menggeser atau merusak

keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurna dimata Tuhan.

Adapun Murji’ah moderat ialah mereka yang berpendapat bahwa pelaku

dosa besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa di neraka, ia tidak kekal

didalamnya, bergantung pada dosa yang dilakukannya.

Page 12: Ilmu kalam II

KEHENDAK MUTLAK TUHAN DAN KEADILAN TUHAN

Pangkal persoalan kehendak mutlak dan keadilan Tuhan adalah keberadaan Tuhan

sebagai pencipta alam semesta. Adapun pendapat- pendapat dari beberapa aliran kalam

yaitu:

1. Mu’tazilah mengatakan bahwa Tuhan itu adil dan tidak mungkinberbuat zalim

dengan memaksakan kehendak kepada hamba- hambanya itu untuk menanggung

akibat perbuatannya serta adanya hukum alam (sunnatullah)yang menurut Al-

qur’an tidak pernah berubah. Dalilnya: Q.S.Al-Ahzab: 62

2. Asy’ariyah berpendapat bahwa perbuatan Tuhan tidak mempunyai tujuan yang

mendorong Tuhan untuk berbuat sesuatu semata- mata adalah kekuasaan dan

kehendak mutlak Nya dan bukan karena kepentingan manusia atau tujuan yang

lain. Dalilnya: Q.S.As- Sajadah: 13. Keadilan Tuhan Asy’ariyah berpendapat

bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak terhadap makhluk terhadap makhluk

Nya dan dapat berbuat sekehendak hatinya.

3. Maturidiyah berpendapat bahwa kehendak mutlak Tuhan dibatasi oleh keadilan

Tuhan. Tuhan adil mengandung arti bahwa segala perbuatannya adalah baik dan

tidak mampu untuk berbuat buruk serta tidak mengabaikan kewajiban-

kewajibannya terhadap mausia. Maturidiyah Bukhara berpendapat bahwa Tuhan

mempunyai kekuasaan mutlak tidak ada larangan bagi Tuhan. Keadilan Tuhan

terletak pada kehendak mutlak Nya tidak ada batasan- batasan bagi-Nya.

Page 13: Ilmu kalam II

PERBUATAN TUHAN DAN PERBUATAN MANUSIA

A. Perbuatan Tuhan

Perbuatan Tuhan menurut aliran kalam:

1. Menurut Mu’tazilah

Perbuatan Tuhan hanya terbatas pada hal- hal yang dikatakan baik.

Namun, ini tidak berarti bahwa Tuhan tidak mampu melakukan

perbuatan buruk. Tuhan tidak melakukan perbuatan buruk karena ia

mengetahui keburukan dari perbuatan buruk itu, dalilnya yaitu: Surat

Al- Anbiyah: 23 dan surat Ar- Rum: 8. Mu’tazilah memunculkan

paham kewajiban Allah berikut ini:

a. Kewajiban tidak memberikan beban diluar kemampuan

manusia.

b. Kewajiban mengirimkan rasul.

c. Kewajiban menepati janji (al-wa’d) dan ancaman (al- wa’id)

2. Menurut Asy’ariyah

Menurut Asy’ariyah bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban

menepati janji dan menjalankan ancaman yang tersebut dalam Al-

Qur’an dan hadis.

3. Menurut Maturidiyah

Page 14: Ilmu kalam II

Menurut Maturidiyah Samarkand bahwa perbuatan Tuhan hanyalah

menyangkut hal- hal yang baik saja, dengan demikian Tuhan

mempunyai kewajiban melakukan yang baik saja. Demikian juga

pengiriman rasul dipandang Maturidiyah Samarkand sebagai

kewajiban Tuhan. Sedangkan menurut Maturidiyah Bukhara, bahwa

Tuhan tidakmempunyai kewajiban.

B. Perbuatan Manusia

Perbuatan manusia menurut aliran kalam:

1. Menurut Jabariyah

Jabariyah Ekstrim berpendapat bahwa segala perbuatan manusia bukan

merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi

perbuatan yang dipaksakan atas dirinya, sedangkan Jabariyah Moderat

mengatakan bahwa Tuhan menciptakan perbuatan manusian, baik

perbuatan jahat maupun perbuatan baik. Dallnya yaitu: Q.S.Ash-

Shaffat: 96 .

2. Qadariyah menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan

atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat.

Dalilnya yaitu: Q.S. Ar- Ra’d: 11

3. Mu’tazilah berpendapat bahwa manusialah yan menciptakan

perbuatan- perbuatannya, manusia sendirilah yang berbuat baik dan

buruk. Dalilnya: Q.S. As-sajadah: 7

Page 15: Ilmu kalam II

4. Asy’ariyah berpendapat bahwa segala sesuatu terjadi dengan

perantaraan daya yang diciptakan, ssehingga menjadi perolehan bagi

muktasib yang memperoleh kasab untuk melakukan perbuatan.

Dalilnya:Q.S.Ash- Shaffat: 96.

5. Maturidiyah Samarkand satu paham dengan Mu’tazilah yaitu

kehendak dan daya manusia dalam arti kata sebenarnya, dan bukan

dalam arti kiasan. Perbedaan yaitu bahwa daya untuk berbuat tidak

diciptakan sebelumnya tetapi bersama- sama dengan perbuatannya.

Sedangkan Maturidiyah Bhukara memberikan tambahan dalam

masalah daya. Manusia tidak mempunyai daya untuk melakukan

perbuatan.

IMAN DAN KUFUR

Iman berarti tasdiq (membenarkan). Iman ialah kepercayaan dalam

hati meyakini dan membenarkan adanya Tuhan dan membenarkan semua

yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW.

Kafir adalah mengingkari ajaran yang dibawa nabi Muhammad SAW

yang telah sampai kepada kita dengan jalan yang yakin dan pasti.

Iman dan kufur menurut aliran kalam:

1. Menurut Mu’tazilah

Page 16: Ilmu kalam II

Iman ialah pelaksanaan perintah- perintah Tuhan, menjauhi dosa-

dosa besar dan bahwa amal perbuatan merupakan salah satu unsur

terpenting dalam konsep iman.

2. Menurut Murji’ah

Menurut Murji’ah Ekstrim ialah bahwa keimanan terletak didalam

qalbu, adapun ucapan dan perbuatan tidak selamanya

menggambarkan apa yang ada didalam qalbu. Sedangkan Murji’ah

Moderat ialah bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir

meskipun disiksa di neraka, ia tidak kekal didalamnya, bergantung

pada dosa yang dilakukannya.

3. Menurut Asy’ariyah

Iman adalah qawl, dan amal dapat bertambah dan berkurang atau

tasdiq bi al- qalb (membenarkan dalam hati).

4. Menurut Maturidiyah

Menurut Maturidiyah Samarkand, iman adalah tasdiq bi al- qalb,

bukan semata- mata iqrar bi al- lisan. Sedangkan Maturidiyah

Bukhara bahwa iman adalah tasdiq bi al-qalb dan tasdiq bi al-

lisan. Tasdiq bi al- qalb adalah meyakini dan membenarkan dalam

hati tentang keesaan Allah dan rasul- rasulnya yang diutus besrta

risalah yang dibawanya. Tasdiq bi al- lisan adalah meyakini

kebenaran seluruh pokok ajaran islam secara verbal.

Page 17: Ilmu kalam II

KEMAMPUAN AKAL

Pengertian Akal

Menurut M.Abdu, akal ialah suatu daya hanya dimiliki manusia yang mampu

membedakan antara manusia dari makhluk lainnya dan sebagai daya berfikir yang ada

dalam diri manusia.

Kemampuan akal menurut mu’tazilah, asy’ariyah, dan maturidiyah yaitu:

1. Menurut Mu’tazilah

Menurut mu’tazilah segala pengetahuan dapat diperoleh dengan perantaraan akal,

dan kewajiban- kewajiban dapat diketahui dengan pemikiran yang mendalam.

Dengan demikian berterima kasih kepada Tuhan sebelum turunnya wahyu adalah

wajib. Baik dan jahat wajib diketahui melalui akal dan demikian pula

mengerjakan yang baik dan menjauhi yang jahat adalah wajib.

2. Menurut Asy’ariyah

Menurut asy’ariyah segala kewajiban manusia hanya dapat diketahui melalui

wahyu. Akal tak dapat membuat sesuatu menjadi wajib dan tak dapat mengetahui

bahwa mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk adalah wajib bagi

manusia, dan dengan wahyulah dapat diketahui bahwa yang patuh kepada Tuhan

akan memperoleh upah dan yang tidak patuh kepada- Nya akan mendapat

hukuman.

3. Menurut Maturidiyah

Pendapat maturidiyah bertentangan dengan pendirian asy’ariyah tetapi sepaham

dengan mu’tazilah, bahwa akal dapat mengetahui baik dan buruk. Dengan

Page 18: Ilmu kalam II

demikian bagi al- maturidiyah akal dapat mengetahui 3 persoalan pokok,

sedangkan yang satu lagi yaitu kewajiban berbuat baik dan menjauhi yang buruk

dapat diketahui hanya melalui wahyu.

FUNGSI WAHYU

Pengertian Wahyu

Wahyu adalah pemberitahuan kepada nabi dantara nabi- nabi Nya tentang

hukum syara’ denga cara tersendiri.

Fungsi wahyu menurut kaum mu’tazilah, asy’ariyah, maturidiyah dan al-

syahrastani adalah:

1. Menurut Mu’tazilah

Menurut mu’tazilah wahyu berfungsi untuk menyempurnakan

pengetahuan akal tentang baik dan buruknya, memberikan penjelasan

tentang perincian hukuman dan upah yang akan diterima manusia di

akhirat, serta memberi konfirmasi dan informasi, memperkuat apa- apa

yang telah diketahui akal dan menerangkan apa- apa yang belum diketahui

akal dan demikian menyempurnakan pengetahuan yan telah diproleh akal.

2. Menurut Asy’ariyah

Menurut asy’ariyah, wahyu mempunyai kedudukan penting. Fungsi

wahyu menurut asy’ariyah untuk mengetahui baik dan buruk, memberi

tuntunan kepada manusia untuk mengatur kehidupannya didunia.

Page 19: Ilmu kalam II

3. Menurut Maturidiyah

Menurut maturidiyah wahyu berfungsi untuk mengetahui kewajiban

tentang baik dan buruk dan mengetahui kewajiban- kewajiban manusia.

4. Menurut Al- Syahrastani

Menurut Al- Syahrastani fungsi wahyu adalah untuk mengingatkan

manusia akan kelalaian mereka dan memperpendek jalan untuk

mengetahui Tuhan.