makalah ilmu kalam - mynida.stainidaeladabi.ac.id
TRANSCRIPT
MAKALAH ILMU KALAM
“ MENGANALISIS PEMIKIRAN KALAM ALIRAN SYI’AH “
Disusun Oleh :
MAD SIDIK
21.01.01.0050
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NIDA EL – ADABI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TANGERANG
2021
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa
ta‟ala, atas berbagai nikmat, rahmat, taufiq, dan hidayahnya sehingga penyusun
mampu menyelesaikan makalah yang berjudul Pemikiran Kalam Aliran Syi‟ah.
Makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini
Semoga makalah ini memberikan informasi dan manfaat bagi kita semua
untuk pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan.
Tangerang, September 2021
MAD SIDIK
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Kemunculan pemikiran kalam Syi’ah ...................................................................... 3
B. Doktrin Ushuluddin dan Furu’uddin ....................................................................... 5
C. Sekte dalam Syi’ah .................................................................................................. 8
D. Syi’ah dan Khilafah .................................................................................................. 9
BAB III ................................................................................................................. 11
PENUTUP ............................................................................................................. 11
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 11
B. Saran ..................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam adalah agama rahmatan lil alamin, ramhat bagi alam semesta, namun
dalam islam kelak akan ada beberapa aliran atau golongan seperti yang pernah di
gambarkan oleh nabi dalam sebuah hadits yang artinya, "Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah
bersabda, 'Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan
atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi
tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan umatku akan
terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan." (HR Tirmidzi).1 Salah satu
golongan tersebut ialah Syi‟ah.
Syi‟ah adalah sebutan untuk aliran dalam ilmu kalam yang menjadi
pengikut Ali bin Abi Thalib. Secara etimologis, Syi‟ah berasal dari bahasa Arab
yang berarti pembela atau pengikut seseorang.
Dr. H. Jamaluddin, M.Us dan Dr. Shabri Shaleh Anwar, M.Pd.I
menjelaskan dalam bukunya yang berjudul ”ILMU KALAM” (Khazanah
Intelektual Pemikiran dalam Islam). bahwa Kata Syi„ah menurut bahasa adalah
pendukung atau pembela.2
Pada zaman Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan,
kata “Syi„ah” di artikan umum yakni nama kelompok seperti contoh Syi„ah Ali
1 Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, “Kedudukan Hadits Tujuh Puluh
Tiga Golongan Ummat Islam”, https://almanhaj.or.id/13743-kedudukan-hadits-
tujuh-puluh-tiga-golongan-ummat-islam.html (di akses pada 1 December 2019)
2 Dr. H. Jamaluddin, M.Us dan Dr. Shabri Shaleh Anwar, M.Pd.I, “ILMU
KALAM” (Khazanah Intelektual Pemikiran dalam Islam), (Tembilahan, PT.
Indragiri Dot Com, Januari 2020) Cet ke- 1, hal.30
2
adalah pendukung atau pembela Ali. Syiah Mu„awiyah adalah pendukung
Mu„awiyah. Pada waktu pemilihan khalifah ketigapun ada yang mendukung Ali,
tetapi setelah ummat Islam memutuskan memilih Utsman bin Affan, maka orang-
orang yang tadinya mendukung Ali, berbaiat kepada Utsman Bin Affan termasuk
Ali. Jadi pada saat itu belum terbentuk secara faktual kelompok ummat Islam
Syi„ah.
B. Rumusan Masalah
1. Latar Belakang Kemunculan Kalam Syi‟ah
2. Doktrin Ushuluddin dan Furu‟uddin
3. Sekte dalam Syi‟ah
4. Syi‟ah dan Khilafah
C. Tujuan Penulisan
1. Agar dapat mengetahui yang melatar belakangi kemuculan faham Syi‟ah
2. Agar dapat mengetahui doktrin yang di ajarkan faham Syi‟ah
3. Agar dapat mengetaui Sekte dalam ajaran Syi‟ah
4. Agar dapat menegetahui Khilfah dalam pandangan Syi‟ah
Agar menambah wawasan dan ilmu pengetauan kita tentang Syi’ah,
sehingga kita semua bisa terhindar dari faham Syi’ah yang menyesatkan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kemunculan pemikiran kalam Syi’ah
Secara umum kemunculan aliran syiah bermula dari pergantian
kepemimpinan sepeninggaln Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Sedangkan Menurut Abu Zahrah, syi‟ah mulai muncul pasda masa akhir
pemerintahan Usman bin Affaan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib.3
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar Bin Khattab, masa-masa awal
kekhalifahan Utsman Bin Affan yaitu pada masa tahun-tahun awal jabatannya,
Umat islam bersatu, tidak ada perselisihan. Kemudian pada akhir kekhalifahan
Utsman terjadilah berbagai peristiwa yang mengakibatkan timbulnya
perpecahana, munculah kelompok pembuat fitnah dan kezhaliman, mereka
membunuh Utsman, sehingga setelah itu umat islam pun berpecah-belah. Diantara
tokoh-tokoh yang yang sangat berperan penting terhadap perpecahan umat islam
sekaligus di katakan sebagai pendiri Syi‟ah ialah Abdullah bin saba‟.
Abdullah bin saba‟ juga dikenal dengan nama panggilan Ibnu
Saudah merupakan seorang Rabbi Yahudi yang masuk Islam pada masa
Khalifah Utsman bin Affan dan kemudian menyulut pemberontakan terhadap
khalifah.
Awal kemunculannya Abdullah bin saba‟ adalah pada masa kepemimpinan
Khalifah „Utsman bin „Affan. Kemudian berlanjut di masa kepemimpinan
Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dengan kedok keislaman, semangat Amar Ma‟ruf
3 Mahasiswa Kampung, “Aliran Syi’ah”,
http://kuliahpagimalam.blogspot.com/2016/03/aliran-syiah-pengertian-latar-
belakang.html (di akses pada 22 Maret 2016)
4
Nahi Mungkar, dan bertopengkan tanassuk (giat beribadah), ia kemas berbagai
misi jahatnya. Tak hanya aqidah sesat (bahkan kufur) yang ia tebarkan di tengah-
tengah umat, gerakan provokasi massa pun dilakukannya untuk menggulingkan
Khalifah „Utsman bin „Affan. Akibatnya, sang Khalifah terbunuh dalam keadaan
terzalimi. Akibatnya pula, silang pendapat diantara para sahabat pun terjadi.4
Pada masa kekhalifahan Ali juga muncul golongan Syi‟ah akan tetapi
mereka menyembunyikan pemahaman mereka, mereka tidak menampakkannya
kepada Ali dan para pengikutnya.
Saat itu mereka terbagi menjadi tiga golongan.
1. Golongan yang menganggap Ali sebagai Tuhan. Ketika mengetahui sekte
ini Ali membakar mereka dan membuat parit-parit di depan pintu masjid
Bani Kandah untuk membakar mereka. Imam Bukhari meriwayatkan dalam
kitab shahihnya, dari Ibnu Abbas ia mengatakan, “Suatu ketika Ali
memerangi dan membakar orang-orang zindiq (Syiah yang menuhankan
Ali). Andaikan aku yang melakukannya aku tidak akan membakar mereka
karena Nabi pernah melarang penyiksaan sebagaimana siksaan Allah
(dibakar), akan tetapi aku pasti akan memenggal batang leher mereka,
karena Nabi bersabda:
Yang artinya : ”Siapa yang mengganti agamanya, bunuhlah dia.” (HR.
Bukhari 3017, Nasai 4059, dan yang lainnya)5
2. Golongan Sabbah (pencela). Ali mendengar tentang Abu Sauda (Abdullah
bin Saba‟) bahwa ia pernah mencela Abu Bakar dan Umar, maka Ali
4 muslim.or.id, “Sejarah Kemunculan Syi’ah”, https://muslim.or.id/8770-
sejarah-kemunculan-syi.html ( di akses pada 27 April 2021)
5 Sahijab, “Hukum Orang Murtad dalam Islam”,
https://www.sahijab.com/update/2610-hukum-orang-murtad-dalam-islam (di
akses 7 Oktober 2020 )
5
mencarinya. Ada yang mengatakan bahwa Ali mencarinya untuk
membunuhnya, akan tetapi ia melarikan diri
3. Golongan Mufadhdhilah, yaitu mereka yang mengutamakan Ali atas Abu
Bakar dan Umar. Padahal telah diriwayatkan secara mutawatir dari Nabi
Muhammad bahwa beliau bersabda,
Yang artinya “Sebaik-baik umat ini setelah nabinya adalah Abu Bakar dan
Umar”.
Riwayat semacam ini dibawakan oleh imam Bukhari dalam kitab shahihnya,
dari Muhammad bin Hanafiyyah bahwa ia bertanya kepada ayahnya,
siapakah manusa terbaik setelah Rasulullah, ia menjawab Abu Bakar,
kemudian siapa? dijawabnya, Umar.6
B. Doktrin Ushuluddin dan Furu’uddin
USHULUDDIN dan FURU‟UDDIN adalah dua ruang ilmu ajaran Islam
yang berkaitan dengan Aqidah, Syariat dan Akhlaq. Ketiganya menjadi satu
kesatuan tak terpisahkan, satu sama lainnya saling terkait dan saling
menyempurnakan.
Ushuluddin biasa disingkat USHUL, yaitu Ajaran Islam yang sangat prinsip
dan mendasar, sehingg Umat Islam wajib sepakat dalam Ushul dan tidak boleh
berbeda, karena perbedaan dalam Ushul adalah Penyimpangan yang
mengantarkan kepada kesesatan.
Sedangkan Furu‟uddin biasa disingkat FURU‟, yaitu Ajaran Islam yang
sangat penting namun tidak prinsip dan tidak mendasar , sehingga Umat Islam
boleh berbeda dalam Furu‟, karena perbedaan dalam Furu‟ bukan penyimpangan
dan tidak mengantarkan kepada kesesatan, tapi dengan satu syarat yakni : ada dalil
yang bisa dipertanggung-jawabkan secara Syar‟i.
6 muslim.or.id, “Sejarah Kemunculan Syi’ah”, https://muslim.or.id/8770-
sejarah-kemunculan-syi.html ( di akses pada 27 April 2021)
6
Penyimpangan dalam Ushul tidak boleh ditoleran, tapi wajib diluruskan.
Sedang Perbedaan dalam Furu‟ wajib ditoleran dengan jiwa besar dan dada
lapang serta sikap saling menghargai.
Cara menentukan suatu masalah masuk dalam USHUL atau FURU‟ adalah
dengan melihat Kekuatan Dalil dari segi WURUD (Sanad Penyampaian) dan
DILALAH (Fokus Penafsiran).
WURUD terbagi dua, yaitu :
1. Qoth‟i : yakni Dalil yang Sanad Penyampaiannya MUTAWATIR.
2. Zhonni : yakni Dalil yang Sanad Penyampaiannya TIDAK MUTAWATIR.
MUTAWATIR ialah Sanad Penyampaian yang Perawinya berjumlah
banyak di tiap tingkatan, sehingga mustahil mereka berdusta.
DILALAH juga terbagi dua, yaitu :
1. Qoth‟i : yakni Dalil yang hanya mengandung SATU PENAFSIRAN.
2. Zhonni : yakni Dalil yang mengandung MULTI PENAFSIRAN.
Karenanya, Al-Qur‟an dari segi Wurud semua ayatnya Qoth‟i, karena
sampai kepada kita dengan jalan MUTAWATIR. Sedang dari segi Dilalah maka
ada ayat yang Qoth‟i karena hanya satu penafsiran, dan ada pula ayat yang Zhonni
karena multi penafsiran.
Sementara As-Sunnah, dari segi Wurud, yang Mutawatir semuanya Qoth‟i,
sedang yang tidak Mutawatir semuanya Zhonni. Ada pun dari segi Dilalah, maka
ada yang Qoth‟i karena satu pemahaman dan ada pula yang Zhonni karena multi
pemahaman.
Selanjutnya, untuk menentukan klasifikasi suatu persoalan, apa masuk
Ushul atau Furu‟, maka ketentuannya adalah :
1. Suatu Masalah jika Dalilnya dari segi Wurud dan Dilalah sama-sama
Qoth‟i, maka ia pasti masalah USHUL.
2. Suatu Masalah jika Dalilnya dari segi Wurud dan Dilalah sama-sama
Zhonni, maka ia pasti masalah FURU‟.
3. Suatu Masalah jika Dalilnya dari segi Wurud Qoth‟i tapi Dilalahnya
Zhonni, maka ia pasti masalah FURU‟.
7
4. Suatu Masalah jika Dalilnya dari segi Wurud Zhonni tapi Dilalahnya
Qoth‟i, maka Ulama berbeda pendapat, sebagian mengkatagorikannya
sebagai USHUL, sebagian lainnya mengkatagorikannya sebagai
FURU‟.
Dengan demikian, hanya pada klasifikasi pertama yang tidak boleh berbeda,
sedang klasifikasi kedua, ketiga dan keempat, maka perbedaan tidak terhindarkan.
CONTOH USHUL DAN FURU‟
Dalam Aqidah :
Kebenaran peristiwa Isra Mi‟raj Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah masalah USHUL,
karena Dalilnya QOTH‟I, baik dari segi WURUD mau pun DILALAH. Namun
masalah apakah Rasulullah SAW mengalami Isra‟ Mi‟raj dengan Ruh dan Jasad
atau dengan Ruh saja, maka masuk masalah FURU‟, karena Dalilnya ZHONNI,
baik dari segi WURUD mau pun DILALAH.
Karenanya, barangsiapa menolak kebenaran peristiwa Isra‟ Mi‟raj
Rasulullah SAW maka ia telah sesat, karena menyimpang dari USHUL AQIDAH.
Namun barangsiapa yang mengatakan Rasulullah SAW mengalami Isra‟ Mi‟raj
dengan Ruh dan Jasad atau Ruh saja, maka selama memiliki Dalil Syar‟i ia tidak
sesat, karena masalah FURU AQIDAH.
Dalam Syariat :
Kewajiban Shalat Lima Waktu adalah masalah USHUL, karena Dalilnya
QOTH‟I, baik dari segi WURUD mau pun DILALAH. Namun masalah apakah
boleh dijama‟ tanpa udzur, maka masuk masalah FURU‟, karena Dalilnya
ZHONNI, baik dari segi WURUD mau pun DILALAH.
Karenanya, barangsiapa menolak kewajiban Shalat Lima Waktu maka ia
telah sesat karena menyimpang dari USHUL SYARIAT. Namun barangsiapa
yang berpendapat bahwa boleh menjama‟ shalat tanpa ‟udzur atau sebaliknya,
maka selama memiliki Dalil Syar‟i ia tidak sesat, karena masalah FURU
SYARIAT.
Dalam Akhlaq :
Berjabat tangan sesama muslim adalah sikap terpuji adalah masalah
USHUL, karena Dalilnya QOTH‟I, baik dari segi WURUD mau pun DILALAH.
8
Namun masalah bolehkah jabat tangan setelah shalat berjama‟ah, maka masuk
masalah FURU‟, karena Dalilnya ZHONNI, baik dari segi WURUD mau pun
DILALAH.
Karenanya, barangsiapa menolak kesunnahan jabat tangan antar sesama
muslim, maka ia telah sesat, karena menyimpang dari USHUL AKHLAQ. Namun
barangsiapa yang berpendapat tidak boleh berjabat tangan setelah shalat
berjama‟ah atau sebaliknya, maka selama memiliki Dalil Syar‟i ia tidak sesat,
karena masalah FURU‟ AKHLAQ.7
C. Sekte dalam Syi’ah
1. Syia‟h Khaisaniyah
Khaisaniah adalah sekte Syia‟ah yang meyakini bahwa kepemimpinan
setelah Ali Bin Abi Thalib beralih ke anaknya Muhammad Bin Hanafiah. Diantara
ajaran dari Syi‟ah Khaisaniyah adalah mengkafirkan Khalifah yang mendahului
Imam Ali r.a
2. Syia‟h Az-Zaidiyah
Syia‟h Az-Zadiyah adalah sekte dalam Syi‟ah yang mempercayai
kepemimpinan Zaid Bin Ali bin Husain Zainal Abidin setelah kepemimpinan
Husain Bin Ali r.a.
3. Syi‟ah imamiyah
Syia‟h Imamiyah adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi Muhammd
Telah menunjuk Ali Bin Abi Thalib r.a. Sebagai Imam pengganti dengan .صلى الله عليه وسلم
penunjukan yang jelas dan tegas. Oleh karena itu, mereka mereka tidak mengakui
keabsahan kepemimpinan Abu Bakar, Umar Bin Khattab maupun Utsman Bin
Affan. Bagi mereka persoalan Imamah adalah salah satu persoalan pokok dalam
Agama atau Ushuluddin
7 Knights of Masjid, “USHUL DAN FURU’”, http://knights-of-
masjid.blogspot.com/2011/04/ushul-dan-furu-antara-perbedaan-dan.html ( di
akses pada April 2011 )
9
4. Syia‟ah Ghaliyah
Istilah Ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw yang artinya
bertambah dan naik. Ghala bi ad-din yang artinya memperkuat dan menjadi
ekstrim sehingga melampaui batas. Syi‟ah ghulat adalah kelompok pendukung Ali
yang memiliki sikap berlebih-lebihan atau ekstrim. Lebih jauh Abu Zahrah
menjelaskan bahwa Syi‟ah ekstrem (ghulat) adalah kelompok yang menempatkan
Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang mengangkat pada derajat kenabian,
bahkan lebih tinggi daripada Nabi Muhammad.8
D. Syi’ah dan Khilafah
Arti Khilafah secara bahasa dapat diartikan sebagai penguasa atau
pemimpin, dapat juga diartikan sebagai pengganti. Arti Khilafah didefinisikan
sebagai kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslim untuk menerapkan
hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Orang yang memimpinnya disebut khalifah.
Secara umum, sebuah sistem pemerintahan bisa disebut sebagai Khilafah
apabila menerapkan Islam sebagai Ideologi, syariat sebagai dasar hukum, serta
mengikuti cara kepemimpinan Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin dalam
menjalankan pemerintahan. Meskipun dengan penamaan atau struktur yang
berbeda, namun tetap berpegang pada prinsip yang sama, yaitu sebagai otoritas
kepemimpinan umat Islam di seluruh dunia.9
Ahlussunnah dan Syiah memiliki pemahaman berbeda dalam mengartikan
"khilafah" atau kepemimpinan Islam.
8 Mahasiswa Kampung, “Aliran Syi’ah”,
http://kuliahpagimalam.blogspot.com/2016/03/aliran-syiah-pengertian-latar-
belakang.html (di akses pada 22 Maret 2016)
9 Husnul Abdi, “Arti Khilafah dan Perbedaanya dengan Syistem
Pemerintahan lainnya”, https://hot.liputan6.com/read/3931230/arti-khilafah-dan-
perbedaannya-dengan-sistem-pemerintahan-lainnya (di akses pada 2 April 2019)
10
Syiah memahami "khilafah" sebagai imam yang "ma`shum" dan diputuskan
oleh Allah SWT, sedangkan Sunnah memahami imam sebagai sosok sempurna
yang dipilih manusia.10
K.H. Sirajuddin Abbas menjelasakan dalam bukunya yang bejudul “I‟tiqad
Ahlusunnah Wal-jama‟ah” hal 77. bahwa kaum Syi‟ah adalah kaum ynag
beri‟itiqad bahwa saidina Ali adalah orang yang berhak menjadi kholifah
penggganti Nabi, karena Nabi berwasiat bahwa pengganti beliau sesudah wafat
adalah saidina Ali.11
Kelanjutan dari I‟itiqad itu maka khalifah khalifah yang pertama, kedua dan
ketiga, yaitu Saidina abu bakar saidina umar dan saidina utsman adalah khalifah
yang tidak sah, perampas perampas yang berdosa, karena mengambil pangkat
khalifah tanpa hak dari saidina ali.
Pada kenyataanya pemahaman Syi‟ah tentang yang harusnya menjadi
khalifah setelah Rasulullah صلى الله عليه وسلم wafat adalah saidina ali karena mendapat wasiat
dari Nabi adalah pemahaman yang keliru, karena saidina Ali dan Siti Fatimah ikut
membai‟ah saidina Abu Bakar menjadi khalifah pertama, yang kemudian di
lanjutkan oleh saidina Umar Bin Kattab r.a. dan saidina Utsman Bin Affan r.a.
Saidina Ali tidak pernah mencalonkan dirinya ataupun memilih dirinya.
Andaikata ada wasiat Nabi muhammad صلى الله عليه وسلم. Kepadanya bahwa yang harus menjadi
khalifah sesudah Nabi wafat adalah ia sendiri tentulah beliau kemukakan kepada
sahabat-sahabat yang berkumpul di saqifah bani sa‟ada untuk memilih kahlifah
yang pertama dan tidak mungkin juga membai‟ah Abu Bakar r.a.
10 Kompas.com, "Sunnah dan Syiah Berbeda Soal "Khilafah"",
https://internasional.kompas.com/read/2010/11/01/08034860/~Oase~Cakrawala.
(di akses pada 1 November 2010)
11 K.H. Sirajuddin Abbas, “I’tiqad Ahlusunnah Wal-jama’ah”, (Kelantan
Malaysia, PUSTAKA AMAN PRESS SDN.BHD, 1987) Cet ke- 4, hal.77
11
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas penulis memiliki beberapa kesimpulan antara lain
sebagai berikut.
1. Latar belakang kemunculan Syi‟ah adalah berawal dari seorang yahudi
dari negeri Yaman yang bernama Abdullah Bin Saba atau di kenal dengan sebutan
Abu Sauda yang berpura-pura masuk Islam yang tujuannya tidak lain untuk
memecah belah umat Islam dengan mengenalkan ajarannya yang secara terang-
terangan mengatakan bahwa kepemimpinan (imamah) sesudah Nabi Muhammad
صلى الله عليه وسلم seharusnya jatuh ketangan Ali Bin Abi Thalib karena petunjuk Nabi صلى الله عليه وسلم
(menurut perasangkaan mereka)
2. Ushuluddin atau biasa di sebut USHUL adalah ajaran Islam yang sangat
prinsip dan mendasar atau bisa juga di sebut sebagai perkara Pokok dalam
Agama, sehingga Umat islam wajib sepakat dalam Ushul dan tidak boleh berbeda.
Sedangkan Furu‟uddin atau biasa di sebut FURU‟ adalah ajaran islam yang sangat
penting namun tidak prinsip atau mendasar bisa juga di sebut perkara cabang atau
rincian dari Ushul tadi, sehingga Umat Islam boleh berbeda dalam Furu‟.
3. Syi‟ah memiliki Sekte-sekte diantaranya.
1) Al-Kaisaniyah adalah sekte dalam Syi'ah yang mempercayai
kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin setelah
kepemimpinan Husein bin Ali. Mereka tidak mengakui
kepemimpinan
2) Az-Zaidiyah adalah sekte dalam Syi'ah yang mempercayai
kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein Zainal
3) Al-Imamiyah adalah golongan yang meyakini bahwa nabi Muhammad
SAW telah menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai imam pengganti
dengan penunjukan yang jelas dan tegas.
12
4) Al-Ghaliyah adalah kelompok pendukung Ali yang memiliki sikap
berlebih-lebihan atau ekstrim.
4. Syi‟ah menolak dan tidak mengakui kekhalifahan Sayyidina Abu Bakar r.a,
kekhalifahan Sayyidina Umar Bin Khattab r.a dan kekhalifahan Utsman Bin
Affan r.a. Mereka hanya mengakui kekhalifahan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib r.a.
B. Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini saya berharap makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya saya juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar saya dapat meningkatkan
kualitas dalam penulisan makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, “Kedudukan Hadits Tujuh Puluh
Tiga Golongan Ummat Islam”, https://almanhaj.or.id/13743-kedudukan-hadits-
tujuh-puluh-tiga-golongan-ummat-islam.html (di akses pada 1 December 2019)
Dr. H. Jamaluddin, M.Us dan Dr. Anwar,Shabri Shaleh. M.Pd.I, “ILMU
KALAM” (Khazanah Intelektual Pemikiran dalam Islam), (Tembilahan, PT.
Indragiri Dot Com, Januari 2020) Cet ke- 1
Mahasiswa Kampung, “Aliran Syi’ah”,
http://kuliahpagimalam.blogspot.com/2016/03/aliran-syiah-pengertian-latar-
belakang.html (di akses pada 22 Maret 2016)
muslim.or.id, “Sejarah Kemunculan Syi’ah”, https://muslim.or.id/8770-
sejarah-kemunculan-syi.html ( di akses pada 27 April 2021)
Sahijab, “Hukum Orang Murtad dalam Islam”,
https://www.sahijab.com/update/2610-hukum-orang-murtad-dalam-islam (di
akses 7 Oktober 2020 )
Knights of Masjid, “USHUL DAN FURU’”, http://knights-of-
masjid.blogspot.com/2011/04/ushul-dan-furu-antara-perbedaan-dan.html ( di
akses pada April 2011 )
Abdi,Husnul. “Arti Khilafah dan Perbedaanya dengan Syistem
Pemerintahan lainnya”, https://hot.liputan6.com/read/3931230/arti-khilafah-dan-
perbedaannya-dengan-sistem-pemerintahan-lainnya (di akses pada 2 April 2019)
Kompas.com, "Sunnah dan Syiah Berbeda Soal "Khilafah"",
https://internasional.kompas.com/read/2010/11/01/08034860/~Oase~Cakrawala.
(di akses pada 1 November 2010)
K.H. Abbas,Sirajuddin.“I’tiqad Ahlusunnah Wal-jama’ah”, (Kelantan
Malaysia, PUSTAKA AMAN PRESS SDN.BHD, 1987) Cet ke- 4