makalah ilmu kalam - mynida.stainidaeladabi.ac.id

16
MAKALAH ILMU KALAM “ MENGANALISIS PEMIKIRAN KALAM ALIRAN SYI’AH “ Disusun Oleh : MAD SIDIK 21.01.01.0050 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NIDA EL ADABI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TANGERANG 2021

Upload: others

Post on 22-Mar-2022

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH ILMU KALAM - mynida.stainidaeladabi.ac.id

MAKALAH ILMU KALAM

“ MENGANALISIS PEMIKIRAN KALAM ALIRAN SYI’AH “

Disusun Oleh :

MAD SIDIK

21.01.01.0050

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NIDA EL – ADABI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TANGERANG

2021

Page 2: MAKALAH ILMU KALAM - mynida.stainidaeladabi.ac.id

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa

ta‟ala, atas berbagai nikmat, rahmat, taufiq, dan hidayahnya sehingga penyusun

mampu menyelesaikan makalah yang berjudul Pemikiran Kalam Aliran Syi‟ah.

Makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu sehingga makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini

Semoga makalah ini memberikan informasi dan manfaat bagi kita semua

untuk pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan.

Tangerang, September 2021

MAD SIDIK

Page 3: MAKALAH ILMU KALAM - mynida.stainidaeladabi.ac.id

iii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar belakang ......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

A. Kemunculan pemikiran kalam Syi’ah ...................................................................... 3

B. Doktrin Ushuluddin dan Furu’uddin ....................................................................... 5

C. Sekte dalam Syi’ah .................................................................................................. 8

D. Syi’ah dan Khilafah .................................................................................................. 9

BAB III ................................................................................................................. 11

PENUTUP ............................................................................................................. 11

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 11

B. Saran ..................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

Page 4: MAKALAH ILMU KALAM - mynida.stainidaeladabi.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Islam adalah agama rahmatan lil alamin, ramhat bagi alam semesta, namun

dalam islam kelak akan ada beberapa aliran atau golongan seperti yang pernah di

gambarkan oleh nabi dalam sebuah hadits yang artinya, "Dari Abu Hurairah

Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah

bersabda, 'Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan

atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi

tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan umatku akan

terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan." (HR Tirmidzi).1 Salah satu

golongan tersebut ialah Syi‟ah.

Syi‟ah adalah sebutan untuk aliran dalam ilmu kalam yang menjadi

pengikut Ali bin Abi Thalib. Secara etimologis, Syi‟ah berasal dari bahasa Arab

yang berarti pembela atau pengikut seseorang.

Dr. H. Jamaluddin, M.Us dan Dr. Shabri Shaleh Anwar, M.Pd.I

menjelaskan dalam bukunya yang berjudul ”ILMU KALAM” (Khazanah

Intelektual Pemikiran dalam Islam). bahwa Kata Syi„ah menurut bahasa adalah

pendukung atau pembela.2

Pada zaman Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan,

kata “Syi„ah” di artikan umum yakni nama kelompok seperti contoh Syi„ah Ali

1 Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, “Kedudukan Hadits Tujuh Puluh

Tiga Golongan Ummat Islam”, https://almanhaj.or.id/13743-kedudukan-hadits-

tujuh-puluh-tiga-golongan-ummat-islam.html (di akses pada 1 December 2019)

2 Dr. H. Jamaluddin, M.Us dan Dr. Shabri Shaleh Anwar, M.Pd.I, “ILMU

KALAM” (Khazanah Intelektual Pemikiran dalam Islam), (Tembilahan, PT.

Indragiri Dot Com, Januari 2020) Cet ke- 1, hal.30

Page 5: MAKALAH ILMU KALAM - mynida.stainidaeladabi.ac.id

2

adalah pendukung atau pembela Ali. Syiah Mu„awiyah adalah pendukung

Mu„awiyah. Pada waktu pemilihan khalifah ketigapun ada yang mendukung Ali,

tetapi setelah ummat Islam memutuskan memilih Utsman bin Affan, maka orang-

orang yang tadinya mendukung Ali, berbaiat kepada Utsman Bin Affan termasuk

Ali. Jadi pada saat itu belum terbentuk secara faktual kelompok ummat Islam

Syi„ah.

B. Rumusan Masalah

1. Latar Belakang Kemunculan Kalam Syi‟ah

2. Doktrin Ushuluddin dan Furu‟uddin

3. Sekte dalam Syi‟ah

4. Syi‟ah dan Khilafah

C. Tujuan Penulisan

1. Agar dapat mengetahui yang melatar belakangi kemuculan faham Syi‟ah

2. Agar dapat mengetahui doktrin yang di ajarkan faham Syi‟ah

3. Agar dapat mengetaui Sekte dalam ajaran Syi‟ah

4. Agar dapat menegetahui Khilfah dalam pandangan Syi‟ah

Agar menambah wawasan dan ilmu pengetauan kita tentang Syi’ah,

sehingga kita semua bisa terhindar dari faham Syi’ah yang menyesatkan.

Page 6: MAKALAH ILMU KALAM - mynida.stainidaeladabi.ac.id

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kemunculan pemikiran kalam Syi’ah

Secara umum kemunculan aliran syiah bermula dari pergantian

kepemimpinan sepeninggaln Rasulullah صلى الله عليه وسلم.

Sedangkan Menurut Abu Zahrah, syi‟ah mulai muncul pasda masa akhir

pemerintahan Usman bin Affaan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa

pemerintahan Ali bin Abi Thalib.3

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar Bin Khattab, masa-masa awal

kekhalifahan Utsman Bin Affan yaitu pada masa tahun-tahun awal jabatannya,

Umat islam bersatu, tidak ada perselisihan. Kemudian pada akhir kekhalifahan

Utsman terjadilah berbagai peristiwa yang mengakibatkan timbulnya

perpecahana, munculah kelompok pembuat fitnah dan kezhaliman, mereka

membunuh Utsman, sehingga setelah itu umat islam pun berpecah-belah. Diantara

tokoh-tokoh yang yang sangat berperan penting terhadap perpecahan umat islam

sekaligus di katakan sebagai pendiri Syi‟ah ialah Abdullah bin saba‟.

Abdullah bin saba‟ juga dikenal dengan nama panggilan Ibnu

Saudah merupakan seorang Rabbi Yahudi yang masuk Islam pada masa

Khalifah Utsman bin Affan dan kemudian menyulut pemberontakan terhadap

khalifah.

Awal kemunculannya Abdullah bin saba‟ adalah pada masa kepemimpinan

Khalifah „Utsman bin „Affan. Kemudian berlanjut di masa kepemimpinan

Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dengan kedok keislaman, semangat Amar Ma‟ruf

3 Mahasiswa Kampung, “Aliran Syi’ah”,

http://kuliahpagimalam.blogspot.com/2016/03/aliran-syiah-pengertian-latar-

belakang.html (di akses pada 22 Maret 2016)

Page 7: MAKALAH ILMU KALAM - mynida.stainidaeladabi.ac.id

4

Nahi Mungkar, dan bertopengkan tanassuk (giat beribadah), ia kemas berbagai

misi jahatnya. Tak hanya aqidah sesat (bahkan kufur) yang ia tebarkan di tengah-

tengah umat, gerakan provokasi massa pun dilakukannya untuk menggulingkan

Khalifah „Utsman bin „Affan. Akibatnya, sang Khalifah terbunuh dalam keadaan

terzalimi. Akibatnya pula, silang pendapat diantara para sahabat pun terjadi.4

Pada masa kekhalifahan Ali juga muncul golongan Syi‟ah akan tetapi

mereka menyembunyikan pemahaman mereka, mereka tidak menampakkannya

kepada Ali dan para pengikutnya.

Saat itu mereka terbagi menjadi tiga golongan.

1. Golongan yang menganggap Ali sebagai Tuhan. Ketika mengetahui sekte

ini Ali membakar mereka dan membuat parit-parit di depan pintu masjid

Bani Kandah untuk membakar mereka. Imam Bukhari meriwayatkan dalam

kitab shahihnya, dari Ibnu Abbas ia mengatakan, “Suatu ketika Ali

memerangi dan membakar orang-orang zindiq (Syiah yang menuhankan

Ali). Andaikan aku yang melakukannya aku tidak akan membakar mereka

karena Nabi pernah melarang penyiksaan sebagaimana siksaan Allah

(dibakar), akan tetapi aku pasti akan memenggal batang leher mereka,

karena Nabi bersabda:

Yang artinya : ”Siapa yang mengganti agamanya, bunuhlah dia.” (HR.

Bukhari 3017, Nasai 4059, dan yang lainnya)5

2. Golongan Sabbah (pencela). Ali mendengar tentang Abu Sauda (Abdullah

bin Saba‟) bahwa ia pernah mencela Abu Bakar dan Umar, maka Ali

4 muslim.or.id, “Sejarah Kemunculan Syi’ah”, https://muslim.or.id/8770-

sejarah-kemunculan-syi.html ( di akses pada 27 April 2021)

5 Sahijab, “Hukum Orang Murtad dalam Islam”,

https://www.sahijab.com/update/2610-hukum-orang-murtad-dalam-islam (di

akses 7 Oktober 2020 )

Page 8: MAKALAH ILMU KALAM - mynida.stainidaeladabi.ac.id

5

mencarinya. Ada yang mengatakan bahwa Ali mencarinya untuk

membunuhnya, akan tetapi ia melarikan diri

3. Golongan Mufadhdhilah, yaitu mereka yang mengutamakan Ali atas Abu

Bakar dan Umar. Padahal telah diriwayatkan secara mutawatir dari Nabi

Muhammad bahwa beliau bersabda,

Yang artinya “Sebaik-baik umat ini setelah nabinya adalah Abu Bakar dan

Umar”.

Riwayat semacam ini dibawakan oleh imam Bukhari dalam kitab shahihnya,

dari Muhammad bin Hanafiyyah bahwa ia bertanya kepada ayahnya,

siapakah manusa terbaik setelah Rasulullah, ia menjawab Abu Bakar,

kemudian siapa? dijawabnya, Umar.6

B. Doktrin Ushuluddin dan Furu’uddin

USHULUDDIN dan FURU‟UDDIN adalah dua ruang ilmu ajaran Islam

yang berkaitan dengan Aqidah, Syariat dan Akhlaq. Ketiganya menjadi satu

kesatuan tak terpisahkan, satu sama lainnya saling terkait dan saling

menyempurnakan.

Ushuluddin biasa disingkat USHUL, yaitu Ajaran Islam yang sangat prinsip

dan mendasar, sehingg Umat Islam wajib sepakat dalam Ushul dan tidak boleh

berbeda, karena perbedaan dalam Ushul adalah Penyimpangan yang

mengantarkan kepada kesesatan.

Sedangkan Furu‟uddin biasa disingkat FURU‟, yaitu Ajaran Islam yang

sangat penting namun tidak prinsip dan tidak mendasar , sehingga Umat Islam

boleh berbeda dalam Furu‟, karena perbedaan dalam Furu‟ bukan penyimpangan

dan tidak mengantarkan kepada kesesatan, tapi dengan satu syarat yakni : ada dalil

yang bisa dipertanggung-jawabkan secara Syar‟i.

6 muslim.or.id, “Sejarah Kemunculan Syi’ah”, https://muslim.or.id/8770-

sejarah-kemunculan-syi.html ( di akses pada 27 April 2021)

Page 9: MAKALAH ILMU KALAM - mynida.stainidaeladabi.ac.id

6

Penyimpangan dalam Ushul tidak boleh ditoleran, tapi wajib diluruskan.

Sedang Perbedaan dalam Furu‟ wajib ditoleran dengan jiwa besar dan dada

lapang serta sikap saling menghargai.

Cara menentukan suatu masalah masuk dalam USHUL atau FURU‟ adalah

dengan melihat Kekuatan Dalil dari segi WURUD (Sanad Penyampaian) dan

DILALAH (Fokus Penafsiran).

WURUD terbagi dua, yaitu :

1. Qoth‟i : yakni Dalil yang Sanad Penyampaiannya MUTAWATIR.

2. Zhonni : yakni Dalil yang Sanad Penyampaiannya TIDAK MUTAWATIR.

MUTAWATIR ialah Sanad Penyampaian yang Perawinya berjumlah

banyak di tiap tingkatan, sehingga mustahil mereka berdusta.

DILALAH juga terbagi dua, yaitu :

1. Qoth‟i : yakni Dalil yang hanya mengandung SATU PENAFSIRAN.

2. Zhonni : yakni Dalil yang mengandung MULTI PENAFSIRAN.

Karenanya, Al-Qur‟an dari segi Wurud semua ayatnya Qoth‟i, karena

sampai kepada kita dengan jalan MUTAWATIR. Sedang dari segi Dilalah maka

ada ayat yang Qoth‟i karena hanya satu penafsiran, dan ada pula ayat yang Zhonni

karena multi penafsiran.

Sementara As-Sunnah, dari segi Wurud, yang Mutawatir semuanya Qoth‟i,

sedang yang tidak Mutawatir semuanya Zhonni. Ada pun dari segi Dilalah, maka

ada yang Qoth‟i karena satu pemahaman dan ada pula yang Zhonni karena multi

pemahaman.

Selanjutnya, untuk menentukan klasifikasi suatu persoalan, apa masuk

Ushul atau Furu‟, maka ketentuannya adalah :

1. Suatu Masalah jika Dalilnya dari segi Wurud dan Dilalah sama-sama

Qoth‟i, maka ia pasti masalah USHUL.

2. Suatu Masalah jika Dalilnya dari segi Wurud dan Dilalah sama-sama

Zhonni, maka ia pasti masalah FURU‟.

3. Suatu Masalah jika Dalilnya dari segi Wurud Qoth‟i tapi Dilalahnya

Zhonni, maka ia pasti masalah FURU‟.

Page 10: MAKALAH ILMU KALAM - mynida.stainidaeladabi.ac.id

7

4. Suatu Masalah jika Dalilnya dari segi Wurud Zhonni tapi Dilalahnya

Qoth‟i, maka Ulama berbeda pendapat, sebagian mengkatagorikannya

sebagai USHUL, sebagian lainnya mengkatagorikannya sebagai

FURU‟.

Dengan demikian, hanya pada klasifikasi pertama yang tidak boleh berbeda,

sedang klasifikasi kedua, ketiga dan keempat, maka perbedaan tidak terhindarkan.

CONTOH USHUL DAN FURU‟

Dalam Aqidah :

Kebenaran peristiwa Isra Mi‟raj Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah masalah USHUL,

karena Dalilnya QOTH‟I, baik dari segi WURUD mau pun DILALAH. Namun

masalah apakah Rasulullah SAW mengalami Isra‟ Mi‟raj dengan Ruh dan Jasad

atau dengan Ruh saja, maka masuk masalah FURU‟, karena Dalilnya ZHONNI,

baik dari segi WURUD mau pun DILALAH.

Karenanya, barangsiapa menolak kebenaran peristiwa Isra‟ Mi‟raj

Rasulullah SAW maka ia telah sesat, karena menyimpang dari USHUL AQIDAH.

Namun barangsiapa yang mengatakan Rasulullah SAW mengalami Isra‟ Mi‟raj

dengan Ruh dan Jasad atau Ruh saja, maka selama memiliki Dalil Syar‟i ia tidak

sesat, karena masalah FURU AQIDAH.

Dalam Syariat :

Kewajiban Shalat Lima Waktu adalah masalah USHUL, karena Dalilnya

QOTH‟I, baik dari segi WURUD mau pun DILALAH. Namun masalah apakah

boleh dijama‟ tanpa udzur, maka masuk masalah FURU‟, karena Dalilnya

ZHONNI, baik dari segi WURUD mau pun DILALAH.

Karenanya, barangsiapa menolak kewajiban Shalat Lima Waktu maka ia

telah sesat karena menyimpang dari USHUL SYARIAT. Namun barangsiapa

yang berpendapat bahwa boleh menjama‟ shalat tanpa ‟udzur atau sebaliknya,

maka selama memiliki Dalil Syar‟i ia tidak sesat, karena masalah FURU

SYARIAT.

Dalam Akhlaq :

Berjabat tangan sesama muslim adalah sikap terpuji adalah masalah

USHUL, karena Dalilnya QOTH‟I, baik dari segi WURUD mau pun DILALAH.

Page 11: MAKALAH ILMU KALAM - mynida.stainidaeladabi.ac.id

8

Namun masalah bolehkah jabat tangan setelah shalat berjama‟ah, maka masuk

masalah FURU‟, karena Dalilnya ZHONNI, baik dari segi WURUD mau pun

DILALAH.

Karenanya, barangsiapa menolak kesunnahan jabat tangan antar sesama

muslim, maka ia telah sesat, karena menyimpang dari USHUL AKHLAQ. Namun

barangsiapa yang berpendapat tidak boleh berjabat tangan setelah shalat

berjama‟ah atau sebaliknya, maka selama memiliki Dalil Syar‟i ia tidak sesat,

karena masalah FURU‟ AKHLAQ.7

C. Sekte dalam Syi’ah

1. Syia‟h Khaisaniyah

Khaisaniah adalah sekte Syia‟ah yang meyakini bahwa kepemimpinan

setelah Ali Bin Abi Thalib beralih ke anaknya Muhammad Bin Hanafiah. Diantara

ajaran dari Syi‟ah Khaisaniyah adalah mengkafirkan Khalifah yang mendahului

Imam Ali r.a

2. Syia‟h Az-Zaidiyah

Syia‟h Az-Zadiyah adalah sekte dalam Syi‟ah yang mempercayai

kepemimpinan Zaid Bin Ali bin Husain Zainal Abidin setelah kepemimpinan

Husain Bin Ali r.a.

3. Syi‟ah imamiyah

Syia‟h Imamiyah adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi Muhammd

Telah menunjuk Ali Bin Abi Thalib r.a. Sebagai Imam pengganti dengan .صلى الله عليه وسلم

penunjukan yang jelas dan tegas. Oleh karena itu, mereka mereka tidak mengakui

keabsahan kepemimpinan Abu Bakar, Umar Bin Khattab maupun Utsman Bin

Affan. Bagi mereka persoalan Imamah adalah salah satu persoalan pokok dalam

Agama atau Ushuluddin

7 Knights of Masjid, “USHUL DAN FURU’”, http://knights-of-

masjid.blogspot.com/2011/04/ushul-dan-furu-antara-perbedaan-dan.html ( di

akses pada April 2011 )

Page 12: MAKALAH ILMU KALAM - mynida.stainidaeladabi.ac.id

9

4. Syia‟ah Ghaliyah

Istilah Ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw yang artinya

bertambah dan naik. Ghala bi ad-din yang artinya memperkuat dan menjadi

ekstrim sehingga melampaui batas. Syi‟ah ghulat adalah kelompok pendukung Ali

yang memiliki sikap berlebih-lebihan atau ekstrim. Lebih jauh Abu Zahrah

menjelaskan bahwa Syi‟ah ekstrem (ghulat) adalah kelompok yang menempatkan

Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang mengangkat pada derajat kenabian,

bahkan lebih tinggi daripada Nabi Muhammad.8

D. Syi’ah dan Khilafah

Arti Khilafah secara bahasa dapat diartikan sebagai penguasa atau

pemimpin, dapat juga diartikan sebagai pengganti. Arti Khilafah didefinisikan

sebagai kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslim untuk menerapkan

hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.

Orang yang memimpinnya disebut khalifah.

Secara umum, sebuah sistem pemerintahan bisa disebut sebagai Khilafah

apabila menerapkan Islam sebagai Ideologi, syariat sebagai dasar hukum, serta

mengikuti cara kepemimpinan Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin dalam

menjalankan pemerintahan. Meskipun dengan penamaan atau struktur yang

berbeda, namun tetap berpegang pada prinsip yang sama, yaitu sebagai otoritas

kepemimpinan umat Islam di seluruh dunia.9

Ahlussunnah dan Syiah memiliki pemahaman berbeda dalam mengartikan

"khilafah" atau kepemimpinan Islam.

8 Mahasiswa Kampung, “Aliran Syi’ah”,

http://kuliahpagimalam.blogspot.com/2016/03/aliran-syiah-pengertian-latar-

belakang.html (di akses pada 22 Maret 2016)

9 Husnul Abdi, “Arti Khilafah dan Perbedaanya dengan Syistem

Pemerintahan lainnya”, https://hot.liputan6.com/read/3931230/arti-khilafah-dan-

perbedaannya-dengan-sistem-pemerintahan-lainnya (di akses pada 2 April 2019)

Page 13: MAKALAH ILMU KALAM - mynida.stainidaeladabi.ac.id

10

Syiah memahami "khilafah" sebagai imam yang "ma`shum" dan diputuskan

oleh Allah SWT, sedangkan Sunnah memahami imam sebagai sosok sempurna

yang dipilih manusia.10

K.H. Sirajuddin Abbas menjelasakan dalam bukunya yang bejudul “I‟tiqad

Ahlusunnah Wal-jama‟ah” hal 77. bahwa kaum Syi‟ah adalah kaum ynag

beri‟itiqad bahwa saidina Ali adalah orang yang berhak menjadi kholifah

penggganti Nabi, karena Nabi berwasiat bahwa pengganti beliau sesudah wafat

adalah saidina Ali.11

Kelanjutan dari I‟itiqad itu maka khalifah khalifah yang pertama, kedua dan

ketiga, yaitu Saidina abu bakar saidina umar dan saidina utsman adalah khalifah

yang tidak sah, perampas perampas yang berdosa, karena mengambil pangkat

khalifah tanpa hak dari saidina ali.

Pada kenyataanya pemahaman Syi‟ah tentang yang harusnya menjadi

khalifah setelah Rasulullah صلى الله عليه وسلم wafat adalah saidina ali karena mendapat wasiat

dari Nabi adalah pemahaman yang keliru, karena saidina Ali dan Siti Fatimah ikut

membai‟ah saidina Abu Bakar menjadi khalifah pertama, yang kemudian di

lanjutkan oleh saidina Umar Bin Kattab r.a. dan saidina Utsman Bin Affan r.a.

Saidina Ali tidak pernah mencalonkan dirinya ataupun memilih dirinya.

Andaikata ada wasiat Nabi muhammad صلى الله عليه وسلم. Kepadanya bahwa yang harus menjadi

khalifah sesudah Nabi wafat adalah ia sendiri tentulah beliau kemukakan kepada

sahabat-sahabat yang berkumpul di saqifah bani sa‟ada untuk memilih kahlifah

yang pertama dan tidak mungkin juga membai‟ah Abu Bakar r.a.

10 Kompas.com, "Sunnah dan Syiah Berbeda Soal "Khilafah"",

https://internasional.kompas.com/read/2010/11/01/08034860/~Oase~Cakrawala.

(di akses pada 1 November 2010)

11 K.H. Sirajuddin Abbas, “I’tiqad Ahlusunnah Wal-jama’ah”, (Kelantan

Malaysia, PUSTAKA AMAN PRESS SDN.BHD, 1987) Cet ke- 4, hal.77

Page 14: MAKALAH ILMU KALAM - mynida.stainidaeladabi.ac.id

11

BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas penulis memiliki beberapa kesimpulan antara lain

sebagai berikut.

1. Latar belakang kemunculan Syi‟ah adalah berawal dari seorang yahudi

dari negeri Yaman yang bernama Abdullah Bin Saba atau di kenal dengan sebutan

Abu Sauda yang berpura-pura masuk Islam yang tujuannya tidak lain untuk

memecah belah umat Islam dengan mengenalkan ajarannya yang secara terang-

terangan mengatakan bahwa kepemimpinan (imamah) sesudah Nabi Muhammad

صلى الله عليه وسلم seharusnya jatuh ketangan Ali Bin Abi Thalib karena petunjuk Nabi صلى الله عليه وسلم

(menurut perasangkaan mereka)

2. Ushuluddin atau biasa di sebut USHUL adalah ajaran Islam yang sangat

prinsip dan mendasar atau bisa juga di sebut sebagai perkara Pokok dalam

Agama, sehingga Umat islam wajib sepakat dalam Ushul dan tidak boleh berbeda.

Sedangkan Furu‟uddin atau biasa di sebut FURU‟ adalah ajaran islam yang sangat

penting namun tidak prinsip atau mendasar bisa juga di sebut perkara cabang atau

rincian dari Ushul tadi, sehingga Umat Islam boleh berbeda dalam Furu‟.

3. Syi‟ah memiliki Sekte-sekte diantaranya.

1) Al-Kaisaniyah adalah sekte dalam Syi'ah yang mempercayai

kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin setelah

kepemimpinan Husein bin Ali. Mereka tidak mengakui

kepemimpinan

2) Az-Zaidiyah adalah sekte dalam Syi'ah yang mempercayai

kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein Zainal

3) Al-Imamiyah adalah golongan yang meyakini bahwa nabi Muhammad

SAW telah menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai imam pengganti

dengan penunjukan yang jelas dan tegas.

Page 15: MAKALAH ILMU KALAM - mynida.stainidaeladabi.ac.id

12

4) Al-Ghaliyah adalah kelompok pendukung Ali yang memiliki sikap

berlebih-lebihan atau ekstrim.

4. Syi‟ah menolak dan tidak mengakui kekhalifahan Sayyidina Abu Bakar r.a,

kekhalifahan Sayyidina Umar Bin Khattab r.a dan kekhalifahan Utsman Bin

Affan r.a. Mereka hanya mengakui kekhalifahan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib r.a.

B. Saran

Dengan diselesaikannya makalah ini saya berharap makalah ini dapat

menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya saya juga

mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar saya dapat meningkatkan

kualitas dalam penulisan makalah ini.

Page 16: MAKALAH ILMU KALAM - mynida.stainidaeladabi.ac.id

13

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, “Kedudukan Hadits Tujuh Puluh

Tiga Golongan Ummat Islam”, https://almanhaj.or.id/13743-kedudukan-hadits-

tujuh-puluh-tiga-golongan-ummat-islam.html (di akses pada 1 December 2019)

Dr. H. Jamaluddin, M.Us dan Dr. Anwar,Shabri Shaleh. M.Pd.I, “ILMU

KALAM” (Khazanah Intelektual Pemikiran dalam Islam), (Tembilahan, PT.

Indragiri Dot Com, Januari 2020) Cet ke- 1

Mahasiswa Kampung, “Aliran Syi’ah”,

http://kuliahpagimalam.blogspot.com/2016/03/aliran-syiah-pengertian-latar-

belakang.html (di akses pada 22 Maret 2016)

muslim.or.id, “Sejarah Kemunculan Syi’ah”, https://muslim.or.id/8770-

sejarah-kemunculan-syi.html ( di akses pada 27 April 2021)

Sahijab, “Hukum Orang Murtad dalam Islam”,

https://www.sahijab.com/update/2610-hukum-orang-murtad-dalam-islam (di

akses 7 Oktober 2020 )

Knights of Masjid, “USHUL DAN FURU’”, http://knights-of-

masjid.blogspot.com/2011/04/ushul-dan-furu-antara-perbedaan-dan.html ( di

akses pada April 2011 )

Abdi,Husnul. “Arti Khilafah dan Perbedaanya dengan Syistem

Pemerintahan lainnya”, https://hot.liputan6.com/read/3931230/arti-khilafah-dan-

perbedaannya-dengan-sistem-pemerintahan-lainnya (di akses pada 2 April 2019)

Kompas.com, "Sunnah dan Syiah Berbeda Soal "Khilafah"",

https://internasional.kompas.com/read/2010/11/01/08034860/~Oase~Cakrawala.

(di akses pada 1 November 2010)

K.H. Abbas,Sirajuddin.“I’tiqad Ahlusunnah Wal-jama’ah”, (Kelantan

Malaysia, PUSTAKA AMAN PRESS SDN.BHD, 1987) Cet ke- 4