presentation of ilmu kalam

17
TENTANG ALIRAN JABARIYAH, QADARIYAH, DAN MU’TAZILLAH Oleh : SURYA PUTRA MANAB (13.1300.055) RASNAWATI (13.1300.031) NURYANI (13.1300.032)

Upload: surya-putra-manab

Post on 13-Jul-2015

200 views

Category:

Education


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Presentation of ilmu kalam

TENTANG ALIRAN JABARIYAH, QADARIYAH, DAN MU’TAZILLAH

Oleh :

SURYA PUTRA MANAB (13.1300.055)

RASNAWATI (13.1300.031)

NURYANI (13.1300.032)

Page 2: Presentation of ilmu kalam

PEMBAHASAN

A. JABARIYAH1.Latar Belakang dan Sejarah Perkembangan Aliran Jabariyah

Secara bahasa jabariyah berasal dari kata yang mengandung pengertian memaksa. Di

dalam kamus Al-Munjid dijelaskan bahwa nama jabariyah berasal dari kata jabara yang

mengandung arti memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu. Sedangkan secara istilah,

jabariyah adalah menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan semua perbuatan

kepada Allah. Dengan kata lain adalah manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa

(majbur) . Menurut Harun Nasution jabariyah adalah faham yang menyebutkan bahwa segala

perbuatan manusia telah ditentukan oleh qadha dan qadar Allah. Maksudnya adalah bahwa setiap

perbuatan yang dikerjakan manusia tidak berdasarkan kehendak manusia, namun diciptakan oleh

Tuhan dan dengan kehendak-Nya. Di sini manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat

karena tidak memiliki kemampuan.

Ada yang mengistilahkan bahwa jabariyah adalah aliran manusia menjadi wayang dan Tuhan

sebagai dalangnya.

Page 3: Presentation of ilmu kalam

Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian masyarakat Arab tidak melihat jalan

untuk mengubah keadaan di sekeliling mereka sesuai dengan kehidupan yang diinginkan. Mereka

merasa lemah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup. Artinya mereka banyak bergantung

pada alam, sehingga menyebabkan mereka menganut faham fanatisme .

Page 4: Presentation of ilmu kalam

Faham ini pertama kali diperkenalkan oleh Ja’d bin Dirham kemudian disebarkan oleh Jahm bin

Shufwan dari Khurasan. Dalam sejarah teologi Islam, Jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan

aliran jahmiyah dalam kalangan Murji’ah. Ia adalah sekretaris Suraih bin Al-Haris dan selalu

menemaninya dalam gerakan melawan Bani Umayah. Sebenarnya benih-benih faham jabariyah

juga dapat dilihat dalam beberapa peristiwa sejarah diantaranya.

1. Khalifah Umar bin al-Khattab pernah menangkap seorang pencuri. Ketika diinterogasi pencuri

itu berkata “Tuhan telah menentukan aku mencuri” mendengar itu Umar memberikan dua jenis

hukuman kepada orang itu yaitu hukuman potong tangan dan hukuman dera karena

menggunakan dalil takdir Tuhan.

Page 5: Presentation of ilmu kalam

2) Para Tokoh- Tokoh Jabariyah.

Menurut Asy-Syahratsani, jabariyah dapat dikelompokan menjadi dua bagian.kelompok ekstrim dan moderat. Di antara tokoh-tokoh Jabariyah ekstrim ialahsebagai berikut:

1. Jahm bin Safwan

Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham bin Safwan. Pendapatnyamengenai persoalan teologi adalah sebagai berikut:

a. Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak

kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan. Pendapat Jahm mempunyai

tentang keterpaksaan ini lebih terkenal dibanding dengan pendapatnya tentang

surga dan neraka, konsep iman, kalam Tuhan, meniadakan sifat Tuhan (nahyu as-

sifat), dan melihat Tuhan di akhirat.

b. Surga dan neraka tidak kekal. Tidak ada yang kekal selain Tuhan.

Page 6: Presentation of ilmu kalam

2.Ja’d bin dirham

Ja’d adalah seorang Maulana Bani Hakim, tinggal di Damaskus. Ia dibesarkan

di dalam lingkungan orang Kristen yang senang membicarakan teologi. Semula ia

dipercaya untuk mengajar di lingkungan Bani Umayah, tetapi setelah tampak

pikiran-pikirannya yang kontroversial, Bani Umayah menolaknya. Kemudia Al-Ja’d

lari ke Kufah dan disana ia bertemu dengan Jahm untuk dikembangkan dan

disebarluaskan. Menjelaskannya sebagai berikut.

A. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti berbicara,

melihat, dan mendengar.

B. Manusia dipaksa oleh Allah dalam segala-galanya.

Page 7: Presentation of ilmu kalam

Berbeda dengan jabariyah ekstrim, jabariyah moderat mengatakan bahwa Tuhan memang

menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik. Tetapi manusia

mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek

untuk mewujudkan perbuatannya. Inilah yang dimaksud dengan kasab . Menurut faham kasab,

manusia tidaklah majbur (dipaksa oleh Tuhan), tidak seperti wayang yang dikendalikan oleh dalang

dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan yang

diciptakan Tuhan . Yang termasuk tokoh jabariyah moderat adalah sebagai berikut

1.An-Najjar

Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An-Najjar. Di antara pendapat-

pendapatnya adalah:

a.Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau peran

dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu. Itulah yang disebut kasab.

b. Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat. Akan tetapi an-Najjar mengatakan bahwa Tuhan dapat saja

memindahkan potensi hati (ma’rifat) pada mata, sehingga manusia dapat melihat Tuhan.

Page 8: Presentation of ilmu kalam

2.Adh-Dhirar

Dhirar mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat di akhirat melalui indera ke enam.

Adapun golongan jabariyah mengatakan bahwa tidak ada ikhtiar bagi manusia, sebab Tuhan telahlebih dahulu menentukan segala-galanya. Sementara Ahlussunnah menetapkan usaha dan ikhtiar bagimanusia dan Allah yang menentukan. Jadi, orang akan mendapat pahala dengan usaha dan ikhtiarnya,juga sebaliknya ia akan mendapat dosa oleh sebab usaha dan ikhtiarnya.Terlepas dari perbedaanpendapat tentang awal lahirnya aliran ini, dalam al-Qur’an sendiri banyak terdapat ayat-ayat yangmelatar belakangi lahirnya faham jabariyah diantaranya.

Dalam surat Ash-Shaffat ayat 96, Allah berfirman:

“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”.

Dalam surat Al-An’am ayat 111, Allah berfirman:

“Mereka tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki”.

DalamsuratAl-Anfal ayat17,Allah berfirman :

“Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar,tetapiAllah-lah yang melempar.

Ayat-ayat diatas terkesan membawa seseorang pada alam pikiran jabariyah. Mungkin inilah yangmenyebabkan pola pikir jabariyah masih tetap ada di kalangan umat Islam hingga kini walaupunanjurannya telah tiada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, manusia dalam paham jabariyahadalah sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Seluruhtindakan dan perbuatan kehendak Tuhan.manusia tidak boleh lepas dari aturan.

Page 9: Presentation of ilmu kalam

B.QADARIYAH1)Latar Belakang dan Sejarah Perkembangan Aliran Qadariyah

Qadariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata yang artinya kemampuan dan

kekuatan. Secara terminologi, qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala

tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan . Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap

orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau

meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami

bahwa qadariyah dipakai untuk nama suatu aliran yang memberi penekanan atas kebebasan

dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Harun Nasution

menegaskan bahwa kaum qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai

qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian

bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan .Seharusnya, sebutan Qadariyah

diberikan kepada aliran yang berpendapat bahwa qadar menentukan segala tingkah laku

manusia, baik yang bagus maupun yang jahat. Namun sebutan tersebut telah melekat pada

kaum sunni, yang percaya bahwa manusia mempunyai kebebasan berkehendak.

Page 10: Presentation of ilmu kalam

Tentang kapan munculnya faham Qadariyah dalam Islam, tidak dapat diketahui

secara pasti. Namun, ada beberapa ahli teologi Islam yang menghubungkan faham

qadariyah ini dengan kaum Khawarij. Pemahaman mereka (kaum khawarij) tentang

konsep iman, pengakuan hati dan amal dapat menimbulkan kesadaran bahwa manusia

mampu sepenuhnya memilih dan menentukan tindakannya sendiri.

Menurut Ahmad Amin seperti dikutip Abuddin Nata, berpendapat bahwa faham

qadariyah pertama sekali dimunculkan oleh Ma’bad Al-Jauhani dan Ghailan Ad-

Dimasyqy . Sementara itu Ibnu Nabatah dalam kitabnya Syarh Al-Uyun, memberi

informasi lain bahwa yang pertama sekali memunculkan faham qadariyah adalah orang

Irak yang semula beragama Kristen kemudian masuk Islam dan balik lagi ke agama

Kristen. Dari orang inilah Ma’bad dan Ghailan mengambil faham ini . Orang Irak yang

dimaksud, sebagaimana dikatakan Muhammad Ibnu Syu’ib yang memperoleh informasi

dari Al-Auzai, adalah Susan.

Page 11: Presentation of ilmu kalam

3).Tokoh dan Ajaran dalam Aliran Qadariyah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tokoh yang pertama kali memunculkan fahamqadariyah dalam Islam adalah Ma’bad Al-Jauhani dan temannya Ghailan Al-Dimasyqy.

1.Ma’bad Al-Jauhani

Menurut Al-Zahabi dalam kitabnya Mizan al-I’tidal, yang dikutip Ahmad Amin dalam SirajuddinZar, menerangkan bahwa ia adalah tabi’in yang dapat dipercaya, tetapi ia memberikan contoh yang tidakbaik dan mengatakan tentang qadar. Lalu ia dibunuh oleh al-Hajjaj karena ia memberontak bersama Ibnual-Asy’as. Tampaknya disini ia dibunuh karena soal politik, meskipun kebanyakan mengatakan bahwaterbunuhnya karena soal zindik. Ma’bad Al-Jauhani pernah belajar kepada Hasan Al-Bashri, danbanyakpendudukBasrah yang mengikuti alirannya.

2.Ghailan Ibnu Muslim Al-Damasyqys

Sepeninggal Ma’bad, Ghailan Ibnu Muslim al-damasyqy yang dikenal juga dengan Abu Marwan.Menurut Khairuddin al-Zarkali dalam Sirajuddin Zar menjelaskan bahwa Ghailan adalah seorang penulisyang pada masa mudanya pernah menjadi pengikut Al-Haris Ibnu Sa’id yang dikenal sebagai pendusta. Iapernah taubat terhadap pengertian faham qadariyahnya dihadapan Umar Ibnu Abdul Aziz, namunsetelah Umar wafat ia kembali lagi dengan mazhabnya . Ia akhirnya mati dihukum bunuh oleh Hisyam‘Abd al-Malik (724-743). Sebelum dijatuhi hukuman bunuh diadakan perdebatan antara Ghailan danal-Awza’I yang dihadiri oleh Hisyam sendiri.

Nama qadariyah bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadarTuhan. Dalam ajarannya, aliran qadariyah sangat menekankan posisi manusia yang amat menentukandalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia dinilai mempunyai kekuatan untuk melaksanakankehendaknya sendiri atau untuk tidak melaksanakan kehendaknya itu. Dalam menentukan keputusanyang menyangkut perbuatannya sendiri, manusialah yang menentukan ,tanpa ada tangan Tuhan.

Page 12: Presentation of ilmu kalam

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faham qadariyah telah meletakkan manusiapada posisi merdeka dalam menentukan tingkah laku dan kehendaknya. Jika manusia berbuat baikmaka hal itu adalah atas kehendak dan kemauannya sendiri serta berdasarkan kemerdekaan dankebebasan memilih yang ia miliki. Oleh karena itu jika seseorang diberi ganjaran yang baik berupasurga di akhirat, atau diberi siksaan di neraka maka semua itu adalah atas pilihannya sendiri.

Selanjutnya, terlepas apakah faham qadariyah itu dipengaruhi oleh faham dari luar atautidak, yang jelas di dalam Al-Quran dapat dijumpai ayat-ayat yang dapat menimbulkan fahamqadariyah sebagaimana disebutkan diatas , diantaranya adalah.

Dalam surat al-Ra’dayat11,Allahberfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri”.

Dalam surat Fushshilat ayat40,Allahberfirman:“Berbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan”

Dalam surat al-Kahfi ayat29, Allah berfirman:

“Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barang siapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”.

Dengan demikian faham qadariyah memiliki dasar yang kuat dalam Islam, dan tidaklahberalasan jika ada sebagian orang menilai faham ini sesat atau keluar dari islam.

Page 13: Presentation of ilmu kalam

C.MU’TAZILAH

1.Latar Belakang Lahirnya Mu’tazilah

Perkataan ”Mu’tazilah” berasal dari kata ”I’itizal”, artinya membersihkan diri. Kaum Mu’tazilah berarti

kaum yang membersihkan diri. Aliran Mu’tazilah lahir kurang lebih pada permulaan abad kedua hijriyah di kota

Bashrah (Irak), pusat ilmu dan peradaban Islam pada masa itu, tempat peraduan aneka kebudayaan asing dan

pertemuan bermacam-macam agama.

Ada beberapa pendapat yang berbeda dalam menerangkan sebab-sebab munculnya kaum Mu’tazilahini,yaitu :

a) Ada seorang guru besar di Baghdad, namanya Syeikh Hasan Bashri (meninggal tahun 110 H). Di antara

muridnya ada seorang yang bernama Wasil bin Atha’ (meninggal pada tahun 131 H). Pada suatu hari imam

Hasan Bashri menerangkan bahwa orang Islam yang telah iman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi ia kebetulan

mengerjakan dosa besar, maka orang itu tetap muslim tetapi muslim durhaka. Di akhirat nanti, kalau ia wafat

sebelum taubat dari dosanya, ia dimasukkan ke dalam neraka buat sementara untuk menerima hukuman atas

perbuatan dosanya, tetapi sudah menjalankan hukuman ia dikeluarkan dari dalam neraka dan dimasukkan ke

dalam surga sebagai seorang mukmin dan muslim.

Wasil bin Atha’ tidak sesuai dengan pendapat gurunya itu, lantas ia membentak, lalu keluar dari majelis

gurunya dan kemudian mengadakan majelis lain di suatu pondok dari Masjid Basrahitu.

Oleh karena ini, maka Wasil bin Atha’ dinamai kaum Mu’tazilah, karena ia mengasingkan diri dari

gurunya.Dalam mengasingkan diri ini ia diikuti oleh seorang kawannya, namanya Umar bin ’Ubeid (meninggal

145 H).

Page 14: Presentation of ilmu kalam

Sejarah tak mencatat tanggal hari dan bulan perceraian, tetapi kalau usianya Wasil bin

Atha’ ketika itu 40 tahun, yaitu usia seorang yang sudah bertanggung jawab, maka gerakan

ini dimulai tahun 120 Hijriyah, karena lahirnya Wasil bin Atha’ adalah pada tahun 80 Hijriyah.

Jadi dapat dikatakan secara bulat bahwa permulaan munculnya faham Mu’tazilah

pada permulaan abad ke II Hijriyah, dengan guru besarnya Wasil bin Atha’ dan Umar bin

’Ubeid. Yang berkuasa ketika itu Khalifah Hisyam bin Abdul Muluk dari bani Umayyah, yaitu

dari tahun 100-125 H.

b) Adapula orang mengatakan bahwa Mu’tazilah ialah karena mengasingkan diri dari

masyarakat. Orang-orang Mu’tazilah ini pada mulanya adalah orang-orang Syi’ah yang patah

hati akibat menyerahnya Khalifah Hasan bin Ali bin Abi Thalib kepada Khalifah Mu’awiyah

dari bani Umayyah. Mereka memisahkan diri dari siasah (politik) dan hanya mengadakan

kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan.

Page 15: Presentation of ilmu kalam

2.POKOK-POKOK AJARAN KAUM MU’TAZILAH

Pokok ajaran kaum Mu’tazilah berkisar pada 5 (lima) soal, yaitu.

1. Tauhid(keEsaanTuhan)

2. Al’Adl(keadilanTuhan)

3. AlWa’duWalWa’id(janji baik dan janji buruk)

4. Manzilah Bainal Manzilatein(tempat diantara dua tempat)

5. Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar.

pokok pertama ialah tauhid.

Tauhid kaum Mu’tazilah tidak mengakui adanya sifat-sifat Tuhan, tetapi Tuhan adalah zat yangtunggal tanpa sifat.

Tuhan mendengar dengan dzat-Nya, Tuhan melihat dengan dzat-Nya, Tuhan berkata dengan dzat-Nya.Sifat Tuhan tidak ada,kata kaum Mu’tazilah.

Karena itu mereka memfatwakan dan bahkan pernah memaksa orang supaya meyakini bahwa Al Qur’an itu makhluk, bahwa Al Qur’an itu Hadist, bukan kata Allah SWT, yang qadim sebagai I’itiqad kaumAhlussunnah Wal Jama’ah.

Fatwa ini telah menghebohkan dunia Islam dan membunuh beribu-ribu ulama Islam pada abad ke II hijriyah dalam peristiwa yang dinamai ”Peristiwa Qur’an Makhluk”.

Pokok kedua ialah keadilan.

Tuhan itu adil, kata mereka.Manusia di hukum oleh Tuhan karena ia mengerjakan dosa dan di beripahala oleh-Nya kalau ia membuat amal ibadah yang baik.Oleh karena itu – kata kaum Mu’tazilah, sekaliperbuatan manusia di atas dunia ini di buat dan diciptakan oleh manusia sendiri, biar perbuatan baikatau perbuatan buruk. Semua pekerjaan manusia tidak ada sangkut pautnya dengan Tuhan dan bahkanTuhan tidak tahu apa yang dikerjakan oleh manusia.

Page 16: Presentation of ilmu kalam

Pokok ketiga tentang janji baik dan janji buruk.

Tuhan telah berjanji kata kaum Mu’tazilah, bahwa siapa yang durhaka akan dihukum-Nyadan siapa yang mengerjakan pekerjaan baik akan diberi-Nya upah. Oleh karena itu, sekalian orangyang berbuat dosa tidak akan diampuni-Nya lagi kalau ia wafat sebelum taubat dan akan terusmasuk neraka tak keluar lagi. Ini sesuai dengan janji-Nya.

Akan tetapi, kalau orang mukmin berbuat dosa maka ia di hukum dalam neraka di suatutempat, lain dari tempatnya orang kafir. Nerakanya agak dingin, mereka tinggal diantara duatempat, yakni antara surga dan neraka.

Inilah pokok keempat dari pengkajian Mu’tazilah, yaitu ”tempat diantara dua tempat”.

Adapun ”amar ma’ruf” dan ”nahi mungkar” adalah wajib bagi setiap orang Islam, sama dengankepercayaan kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah, akan tetapi yang ma’ruf bagi kaum Mu’tazilah ialahhanya pendapat mereka, bukan ma’ruf yang sesuai dengan AlQur’an dan Hadist.

Berdasarkan pangkal yang lima ini banyaklah fatwa-fatwa kaum Mu’tazilah yang bertentangan dengan fatwa dunia Islam. Di dalam, kitab-kitab Usuluddin terdapat banyak sekaliperkataan ”Khilafan Lil Mu’tazilah” yang artinya ”berbeda dengan faham Mu’tazilah”.

Oleh karena itu, kemudian umat Islam telah sepakat menetapkan bahwa faham dan I’itiqadkaum Mu’tazilah adalah salah, tidak sesuai dengan i’tiqad Nabi Muhammad SAW, dan sahabat-sahabatnya, tidak sesuai dengan Al Qur’an dan Hadist.

Imam mereka yang dinamai ”Qadli Qudlat” (Qadli dari sekalian Qadli) bernama Abdul Jabbar bin Ahmad (wafat : 415 H), mengarang sebuah buku bernama ”Syarah Usulil Khamsah” (Penjelasan tentang pokok yang lima) tebal 804 halaman, dimana diterangkan panjang lebarpokok-pokok keimanan kaum Mu’tazilah yang lima.

Page 17: Presentation of ilmu kalam