identifikasi penyebab stress dan mekanisme kopingnya

32
IDENTIFIKASI PENYEBAB STRESS DAN MEKANISME KOPINGNYA Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Manusia Dosen: H. Omo Sutomo, M. Kes Disusun oleh: KELOMPOK 3 Anisa Alpailah Camilla Septiani Intan Nur Afifah Meliana Nanda Permata Novita Sari Putri Meiliyanti Rosie Berliani Arti Tiara Happy Nathasia JALUR UMUM 1B

Upload: intan-nur-afifah

Post on 15-Apr-2017

351 views

Category:

Healthcare


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

IDENTIFIKASI PENYEBAB STRESS DAN

MEKANISME KOPINGNYA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Manusia

Dosen: H. Omo Sutomo, M. Kes

Disusun oleh:

KELOMPOK 3

Anisa Alpailah Camilla Septiani Intan Nur Afifah Meliana Nanda Permata

Novita Sari Putri Meiliyanti Rosie Berliani Arti Tiara Happy Nathasia

JALUR UMUM 1B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANTEN

JURUSAN KEBIDANAN RANGKASBITUNG

Jl. Ahmad Yani Km. 2 Rangkasbitung

TAHUN 2015-2016

Page 2: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa shalawat serta salam

kita curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Konsep Dasar Manusia ini dengan

tepat waktu.

Makalah dengan judul “IDENTIFIKASI PENYEBAB STRESS DAN

MEKANISME KOPINGNYA” ini kami susun untuk memenuhi kebutuhan bahan

bacaan (literatur) dan nilai tugas mata kuliah KDM kami mengucapkan

terimakasih kepada anggota kelompok 3 serta pihak-pihak yang telah membantu

dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan

kerendahan hati, kami memohon maaf.

Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian

terutama penulis.

Rangkasbitung, 20 September 2015

Penulis

i

Page 3: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI.............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................

2.1 Konsep Stress.................................................................................. 2

2.2 Manifestasi Stress............................................................................ 3

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stress....................................... 4

2.4 Jenis-jenis Stress.............................................................................. 7

2.5 Tahap-tahap Terjadinya Stress dan Tingkatannya.......................... 8

2.6 Adaptasi........................................................................................... 12

BAB III PENUTUP....................................................................................

3.1 Simpulan.......................................................................................... 16

3.2 Saran ............................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 17

ii

Page 4: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata stress telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, stress 

merupakan salah satu gejala psikologis yang dapat menyerang setiap orang. Stress

dapat timbul karena adanya konflik dan frustrasi. Sebagian besar orang

beranggapan bahwa yang dimaksud stress adalah sesuatu yang tidak

menyenangkan dan membuat orang tersebut merasa tidak nyaman,

bingung,mudah marah, tekanan darah meningkat, detak jantung lebih cepat,

gangguan pencernaan, dsb. Sebagian besar stress dapat dipicu karena pengaruh

eksternal dan ada pula yang dipengaruhi oleh faktor internal individu tersebut.

Stress sebenarnya dapat dicegah dan diatasi dengan cara-cara tertentu. Tapi

melihat hal-hal tersebut,tampaknya tidak banyak orang yang mengetahui tentang

stress, bagaimana mencegahnya, mengatasi, ataupun memanfaatkan stress tersebut

sebagai salah satu bagian dari hidup kita. Pemahaman yang baik terhadap stress

akan membantu kita dalam menghadapi stress ketika stress tersebut menyerang

kita, melalui penanganan yang tepat dengan adanya pemahaman yang baik

mengenai stress, maka individu tidak akan terkena dampak negatif dari stress

tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah yang termasuk ke dalam konsep stress tersebut ?

1.2.2 Apakah manifestasi stress?

1.2.3 Apa factor-faktor yang mempengaruhi stress?

1.2.4 Apa sajakah jenis-jenis stress?

1.2.5 Bagaimana tahap-tahap terjadinya stress dan tingkatannya?

1

Page 5: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Konsep Stress

Stress adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik

mengharuskan seorang individu untuk merespon atau melakukan tindakan

( Selye, 1976 ).

Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis.

Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosional terhadap tuntutan

yang dialami individu yang diinterprestasikan sebagai sesuatu yang

mengancam keseimbangan (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986).

Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang

menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang” (Soeharto Heerdjan,

1987).

Secara umum, yang dimaksud “Stress adalah reaksi tubuh terhadap

situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan

lain-lain”. “Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri,

dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita” (Maramis,

1999).

Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht

(2000) bahwa yang dimaksud “Stress adalah gangguan pada tubuh dan

pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang

dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam

lingkungan tersebut”

Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat

dihindari.Stress disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian

(Keliat, B.A., 1999).

Jadi dapat disimpulkan stress adalah dampak dari stressor (penyebab

stress) yang dianggap sebagai tekanan oleh individu sehingga membuatnya

terpaksa untuk terus memikirkan hal tersebut dan akhirnya akan

mengganggu kesehatan psikologinya.

2

Page 6: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

1. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi

seperti kehamilan, menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa

bersalah).

2. Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan bermakna

dalam suhu lingkungan, perubahan peran dalam keluarga atau sosial,

atau tekanan dari pasangan).

Berbagai pandangan manusia mengenai stress menghasilkan

pengertian yang berbeda-beda tentang stress itu sendiri. Stress hanyalah

sekedar gangguan sistem syaraf yang menyebabkan tubuh berkeringat,

tangan menggenggam, jantung berdetak kencang, dan wajah memerah.

Paham realistik memandang stress sebagai suatu fenomena jiwa yang

terpisah dengan jasmani atau tubuh manusia atau fenomena tubuh belaka

tanpa ada hubungan dengan kejiwaan. Sedangkan paham idealis

menganggap stress adalah murni fenomena jiwa

Definisi tentang stress yang sangat beragam menunjukan bahwa stress

bukanlah suatu hal yang sederhana. Salah satu definisinya adalah stress

adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan

dan tuntutan kehidupan (Vincent Cornelli, dalam Mustamir Pedak, 2007).

Kesimpulan dari para ahli tentang stress yaitu stress bisa terjadi karena

manusia begitu kuat dalam mengejar keinginannya serta kebutuhannya

dengan mengandalkan segala kemampuannya dan potensinya.

2.2 Manifestasi Stress

Stress sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat

merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity.

Sesuai dengan karakteristik individu, maka responnya berbeda- beda untuk

setiap orang. Seseorang yang mengalami stress dapat mengalami

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya, antara lain :

1. Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan

2. Wajah tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara

berat, sulit tersenyum/tertawa dan kulit muka kedutan (ticfacialis)

3. Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma

3

Page 7: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

4. Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit

(constriksi) sehingga mukanya nampak merah atau pucat. Pembuluh

darah tepi (perifer) terutama ujung-ujung jari juga menyempit sehingga

terasa dingin dan kesemutan.

5. Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare.

6. Sering berkemih.

7. Otot sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang pada tulang terasa

linu atau kaku bila digerakkan.

8. Kadar gula meningkat, pada wanita mens tidak teratur dan sakit

(dysmenorhea)

9. Libido menurun atau bisa juga meningkat.

10. Gangguan makan bisa nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu

makan.

11. Tidak bisa tidur

12. Sakit mental-histeris

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stress

Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut

stressors. Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors,

biasanya karyawan mengalami stress karena kombinasi stressors.

Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat

menyebabkan timbulnya stress yaitu:

1. Faktor Lingkungan

Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan

stress bagi karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang

sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut

membuat seseorang mengalami ancaman terkena stress. Hal ini dapat

terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang

baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan

pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat

terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya

teknologi yang digunakannya.

4

Page 8: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

Sikap lingkungan: berupa tuntutan, pandangan positif dan negatif

terhadap keberhasilan diterima bekerja.

Tuntutan dan sikap keluarga, misalnya keharusan mendapatkan

pekerjaan, keinginan akan pilihan orang tua untuk bekerja.

Perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK), makin

cepatnya memperoleh informasi dan trend masa depan jika berhasil

terhadap sesuatu yang diinginkan

2. Faktor Organisasi

Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan

stress yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure

dan organizational leadership.

Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Role Demands

Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam

suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan

untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam

suatu organisasi tersebut.

b. Interpersonal Demands

Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan

lainnya dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas

antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat

menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan

kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan

kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan

pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.

c. Organizational Structure

Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana

keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam

struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat

mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.

5

Page 9: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

d. Organizational Leadership

Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang

pimpinan dalam suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut

The Michigan group (Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu

karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau

menekankan pada hubungan yang secara langsung antara

pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang

hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.

Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam

mengukur tingginya tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri

adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah

yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu

kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana

semuanya itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya

diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting (Robbins,2001:563).

3. Faktor Individu

Keinginan yang harus dicapai terhadap yang diinginkannya. Proses

internalisasi diri, yaitu penyerapan terhadap yang diinginkan secara terus

menerus sesuai dengan perkembangannya. Pada dasarnya, faktor yang

terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi

dan karakteristik pribadi dari keturunan.

Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan

menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat

tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Karakteristik pribadi

dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress terletak

pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga

untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur

dengan benar dalam kepribadian seseorang.

4. Faktor Pikiran

Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan

pengaruhnya pada diri serta persepsi terhadap lingkungan

6

Page 10: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian yang

biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan.

Pikiran individu yang negarif baik penilaian saat ini maupun masa

yang akan datang memberi pengaruh yang lebih berat. Misalnya:

- Kecemasan menghadapi ujian masuk kerja

- Ketakutan tidak lulus ujian masuk kerja

- Ragu-ragu mengikuti masuk kerja

2.4 Jenis-jenis Stress

Seperti yang sudah disebutkan bahwa stressor dan sumbernya

memiliki banyak keragaman, sehingga dapat disimpulkan stress yang

dihasilkan beragam pula. Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990),

berdasarkan penyebabnya stress dapat digolongkan menjadi :

Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi

atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat

arus listrik.

Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat

beracun, hormone, atau gas.Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus,

bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.

Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan,

organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak

normal.Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh

gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.

Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stres

Psikologis, yaitu :

a. Frustasi

Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada rintangan,

frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan

ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai,

kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).

7

Page 11: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

b. Konflik

Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-

macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach

conflict, approach-avoidance conflict, avoidance -avoidance conflict.

c. Tekanan

Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat

berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang

terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar individu, misalnya orang

tua menuntut anaknya agar disekolahkan selalu rangking satu atau istri

menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami.

d. Krisis

Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres pada

individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan

penyakit yang harus segera operasi.

Namun keadaan stres yang dialami oleh individu dapat terjadi

beberapa sebab sekaligus, misalnya kombinasi antara frustasi, konflik dan

tekanan.

Stres psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan

interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan

2.5 Tahap-Tahap Terjadinya Stress dan Tingkatannya

Suatu stimulus(stressor) yang datang tidak akan langsung membuat

individu tersebut mengalami stress, tentunya setiap individu dibekali cara,

teman atau tempat untuk menhgilangkan stress sejenak atau untuk

selamanya. Tahapan-tahapan tersebut oleh Dr. Robert J. Van amberg

(1979) dibagi menjadi enam tahapan, yaitu :

o Stress Tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres paling ringan, dan biasanya

disertai dengan perasaan-perasaan seperti :

1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)

2) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.

8

Page 12: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya;

Namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai

rasa gugup yang berlebihan pula.

4) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah

semangat, Namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

o Stress Tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan”

sebagaimana diuraikan pada tahap I mulai menghilang, dan timbul

keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi

cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.

Istirahat yang dimaksud seperti tidur yang cukup bermanfaat untuk

mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami

pengurangan. Analoginya seperti handphone (HP) yang sudah lemah

harus kembali diisi ulang (di-charge) agar dapat digunakan lagi dengan

baik.

o Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada

pada stres tahap II adalah sebagai berikut :

o Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.

1) Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

2) Lekas merasa capai menjelang sore hari.

3) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel

discomfort).

4) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)

5) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.

6) Tidak bisa santai.

o Stres tahap III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa

menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap

II, maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang

semakin nyata dan mengganggu, yaitu :

9

Page 13: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan

“maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare)

2) Ketegangan otot semakin terasa.

3) Perasaan ketidak-tenangan dan ketegangan emosional semakin

meningkat.

4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai

masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan

sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/

dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia).

5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau

pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi

pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres

hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk

beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit

o Stres Tahap IV

Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri karena

keluhan-keluhan stres tahap III , oleh dokter individu tersebut

dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik

pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus

memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala

stres tahap IV akan muncul :

1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah

diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.

3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan

kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate)

4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.

5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang

menegangkan.

6) Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan

kegairahan.

7) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

10

Page 14: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

8) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat

dijelaskan apa penyebabnya

o Stres Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres

tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut :

1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and

psychological exhaustion)

2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang

ringan dan sederhana.

3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal

disorder).

4) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin

meningkat, mudah bingung dan panik

o Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami

serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang

orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang-kali dibawa ke Unit

Gawat Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan

karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres

tahap VI ini adalah sebagai berikut :

1) Debaran jantung teramat keras

2) Susah bernafas (sesak dan mengap-mengap)

3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran

4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan

5) Pingsan atau kolaps (collapse)

Selain tahapan, stress juga memiliki tingkatan-tingkatan. Stuart dan

Sundeen (1998) mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu:

a. Stres Ringan

Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi

ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah

berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

11

Page 15: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

b. Stres Sedang

Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan

mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.

c. Stres Berat

Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung

memusatkan perhatian pada hal-hal lain, semua perilaku ditujukan untuk

mengurangi stres, individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada

lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan.

2.6 Adaptasi

a. Pengertian Adaptasi

Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial

berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak

dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi

individu, keluarga atau komunitas terhadap stress.

b. Dimensi Adaptasi

Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional,

intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap

dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klienterhadap

stress, perawat harus mempertimbangkan individu secara menyeluruh.

Adaptasi Fisiologis

Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah

diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun

demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada

semua klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi

menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien

mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat

aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.

Indikator fisiologis stress, yaitu kenaikan tekanan darah,

peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung, peningkatan denyut

nadi dan frekwensi pernapasan, telapak tangan berkeringat, tangan dan

kaki dingin, postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala,

12

Page 16: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

gangguan lambung, suara yang bernada tinggi, mual,muntah dan

diare, perubahan nafsu makan, perubahan berat badan perubahan

frekwensi berkemih, dilatasi pupil, gelisah, kesulitan untuk tidur atau

sering terbangun saat tidur temuan hasil laboratorium abnormal, yaitu

peningkatan kadar hormon adrenokortikotropik, kortisol dan

katekolamin dan hiperglikemia.

Adaptasi Psikologis

Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan

mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan

emosional dalam berbagai cara. Karena kepribadian individual

mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, maka

reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan

memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman

terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa

lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan

kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga menjadi

media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol

terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang

berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk

pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).

Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :

• Ansietas.

• Depresi.

• Kepenatan.

• Peningkatan penggunaan bahan kimia.

• Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.

• Kelelahan mental.

• Perasaan tidak adekuat.

• Kehilangan harga diri.

• Peningkatan kepekaan.

• Kehilangan motivasi.

13

Page 17: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

• Ledakan emosional dan menangis.

• Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.

• Kecendrungan untuk membuat kesalahan (misal buruknya penilaian).

• Mudah lupa dan pikiran buntu.

• Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.

• Preokupasi (misal mimpi siang hari).

• Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.

• Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit.

• Letargi.

• Kehilangan minat.

• Rentan terhadap kecelakaan.

Adaptasi Perkembangan

Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan

untuk menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap

perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan

dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan

tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau

menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut.

Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat

mengarah pada krisis pendewasaan.

Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah .

Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka

mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya

belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).

Adaptasi Sosial Budaya

Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial

mencakup penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan

kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat

menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga

secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993).

14

Page 18: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

Adaptasi Spiritual.

Adaptasi fisiologis terhadap stress adalah kemampuan tubuh

untuk mempertahankan keadaan relatif seimbang. Kemampuan adaptif

ini adalah bentuk dinamik dari ekuiliblrium lingkungan internal tubuh.

Lingkungan internal secara konstan berubah, dan mekanisme adaptif

tubuh secara kontinyu berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap

perubahan ini dan untuk mempertahankan ekuilibrium atau

homeostasis.

Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang

mengontrol fungsi tubuh dan memantau organ tubuh. Untuk sebagian

besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin dan

tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat penyesuaian dalam

frekwensi jantung, frekwensi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh,

keseimbangan cairan dan elektrolit, sekresi hormon dan tingkat

kesadaran yang semuanya ditujukan untuk mempertahankan adaptasi.

15

Page 19: Identifikasi Penyebab Stress dan Mekanisme Kopingnya

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Simpulan dari makalah ini adalah:

Stress adalah dampak dari stressor (penyebab stress) yang dianggap

sebagai tekanan oleh individu sehingga membuatnya terpaksa untuk

terus memikirkan hal tersebut dan akhirnya akan mengganggu

kesehatan psikologinya.

Stress bersifat universiality, yaitu umum untuk semua orang sama dapat

merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau

diversity.

Faktor yang memengaruhi stress meliputi faktor lingkungan, organisasi,

individu dan faktor pikiran.

Jenis stress dilihat dari penyebabnya terdiri dari berbagai macam, yakni

stress fisik, stress kimiawi, stress fisiologik (psikologis).

Stress yang datang tidak langsung membuat individu mengalami stress,

namun ada banyak tahapan hingga stress itu memuncak.

3.2 Saran

Saran yang dapat kami sampaikan adalah:

Untuk mengindari stress maka yang harus dilakukan adalah

identifikasi diri, menanyakan pada orang lain, identifikasi penyebab

cemas, mencari tindakan yang dapat menurunkan kecemasan, mulai

menggali kemampuan positif yang dimiliki, pertahankan aspek positif

yang dimiliki, mengidentifikasi kebutuhan yang perlu dipersiapkan,

meningkatkan kemampuan kognitif atau pengetahuan anda (belajar),

Berdoa.

16