identifikasi masalah vektor yang menjadi isu kesehatan masyarakat

25
Makalah Ujian Tengah Semester Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat Dan Menimbulkan Pengaruh Derajat Kesehatan Dalam Sensus Penduduk 2010 ( Dibuat untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pengendalian Vektor dan Sampah) Nama : Ika Rizki Rahmawati Nim : 107101000136 Kelas : Gizi semester 6 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Upload: ikarizki

Post on 26-Jun-2015

856 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

Makalah Ujian Tengah Semester

Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat Dan

Menimbulkan Pengaruh Derajat Kesehatan Dalam Sensus Penduduk 2010

( Dibuat untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pengendalian

Vektor dan Sampah)

Nama : Ika Rizki Rahmawati

Nim : 107101000136

Kelas : Gizi semester 6

Jurusan Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta 2010

Page 2: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

PENDAHULUAN

Menuju Indonesia sehat tahun 2010, untuk mewujudkan kualitas dan

kuantitas lingkungan yang bersih dan sehat serta untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesepakatan umum

dari tujuan nasional, sangat diperlukan pengendalian vektor penyakit.

Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah

penduduk yang besar dengan angka pertumbuhan yng cukup tinggi dan

penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi

yang masih rendah. Keadan ini dapat menyebabkan lingkungan fisik dan biologis

yang tidak memadai sehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor

penyakit.

Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu

Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi

dunia kesehatn masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat

merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung

juga sebagai perantara penularan penyakit, seperti yang sudah diartikan diatas.

Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang

dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap

kesehatn manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak

sebagai perantara penularan penyakit malaria, demam berdarah, dan phylum

chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan

rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes.

Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu

masih banyak binatang lain yang berfungsi sebagai vektor dan binatang

pengganggu.

Page 3: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

ISU / MASALAH

Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali menjadi isu utama dalam

mencapai kesejahteraan dalam kesehatan yang di impikan masyarakat Indonesia.

Lingkungan yang seharusnya menjadi tanggung jawab bersama, kian hari kian

memperhatinkan karena banyak pihak yang tidak mempedulikan atau bahkan

lempar batu sembunyi tangan atas perbuatan yang dilakukannya dan melempar-

lemparkan kesalahan pada pihak lain. Lingkungan saat ini harus menjadi perhatian

utama karena dari lingkunga dapat muncul berbagai permasalahan kesehatan

seiring dengan pertumbuhan penduduk yang melonjak terlihat dari sensus

penduduk 2010 ini terutama dalam isu pengendalian vector.

TUJUAN

Tujuan utamanya untuk mengidentifikasi masalah vector dalam pengaruh

terhadap kesehatan.

Page 4: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA

Vektor Dan Binatang Pengganggu

1. Jenis-jenis Vektor

Seperti telah diketahui vektor adalah Anthropoda yang dapat

memindahkan/menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada

induk semang yang rentan. Sebagian dari Anthropoda dapat bertindak sebagai

vektor, yang mempunyai ciriciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu

phylum yang terbesar jumlahnya karena hampir meliputi ± 75% dari seluruh

jumlah binatang. Anthropoda dibagi menjadi 4 kelas :

1. Kelas crustacea (berkaki 10) : misalnya udang

2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu

3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau

4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk

Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu

diperhatikan dalam pengendalian adalah :

a. Ordo Dipthera yaitu nyamuk, lalat

Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria

Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah

Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur

Lalat kuda sebagai vektor penyakit Anthrax

b. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal

Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes

c. Ordo Anophera yaitu kutu kepala

Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan typhus

exantyematicus. Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang

bertindak sebagai binatang pengganggu antara lain :

Ordo hemiptera, contoh kutu busuk

Page 5: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

Ordo isoptera, contoh rayap

Ordo orthoptera, contoh belalang

Ordo coleoptera, contoh kecoak

Sedangkan dari phylum chordata yaitu tikus yang dapat sebagai sebagai binatang

pengganggu, dapat dibagi menjadi 2 golongan :

1. Tikus besar (Rat)

Contoh :

Rattus norvigicus (tikus riol )

Rattus-rattus diardiil (tikus atap)

Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan)

2. Tikus kecil (mice)

Contoh :

Mussculus (tikus rumah)

Identifikasi, Sifat dan Perilaku Vektor dan Binatang Pengganggu

2.1. Siklus hidup nyamuk

Nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama dengan

serangga yang mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda-beda. Dalam siklus

hidup nyamuk terdapat 4 stadia dengan 3 stadium berkembang di dalam air dari

satu stadium hidup dialam bebas :

1. Nyamuk dewasa :

Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan

keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk

jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyakum betina keluar

dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsung

mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya

Page 6: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

sekali kawin. Dalam perkembangan telur tergantung kepada beberapa faktor

antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk.

2. Telur nyamuk.

Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat

yang keberadaannya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur

dari nyamuk berbeda – beda tergantung dari jenisnya.

Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu

atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat

pengapung.

Nyamuk culex akan meletakkan telur diatas permukaan air secara

bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk

mengapung.

Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada yang terapung diatas

air atau menempel pada permukaan benda yang merupakan tempat air

pada batas permukaan air dan tempatnya. Sedangkan nyamuk mansonia

meletakkkan telurnya menempel pada tumbuhan – tumbuhan air, dan

diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan bungan. Stadium telur

ini memakan waktu 1 – 2 hari.

3. Jentik nyamuk

Pada perkembangan stadium jentik, adalah pertumbuhan dan melengkapi

bulu-bulunya, stadium jentik memerlukan waktu 1 minggu. Pertumbuhan jentik

dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada tidaknya binatang predator.

4. Kepompong

Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada

staidum ini memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat

terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang 1 – 2 hari.

Page 7: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

2.2. Tempat Berkembang Biak (Breeding Places)

Dalam perkembang biakan nyamuk selalu memerlukan tiga macam tempat

yaitu tempat berkembang biak (breeding places), tempat untuk mendapatkan

umpan/darah (feeding places) dan tempat untuk beristirahat (reesting palces).

Nyamuk mempunyai tipe breeding palces yang berlainan seperti culex

dapat berkembang di sembarangan tempat air, sedangkan Aedes hanya dapat

berkembang biak di air yang cukup bersih dan tidak beralaskan tanah

langsung, mansonia senang berkembang biak di kolam – kolam, rawa – rawa,

danau yang banyak tanaman airnya dan Anopeheles bermacam breeding placec,

sesuai dengan jenis anophelesnya sebagai berikut :

1. Anopheles Sundaicus, Anopheles subpictus dan anopheles vagus senang

berkembang biak di air payau.

2. Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disenangi nyamuk

anopheles sundaicus, anopheles mucaltus dalam berkembang biak.

3. Breeding palces yang terlindung dari sinar matahari disenangi anopheles

vagus, anopheles barbumrosis untuk berkembang biak.

4. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk anopheles vagus,

indefinitus, leucosphirus untuk tempat berkembang biak.

5. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi

anopheles aconitus, vagus barbirotus, anullaris untuk berkembang biak.

2.3. Kebiasaan menggigit

Waktu keaktifan mencari darah dari masing – masing nyamuk berbeda –

beda, nyamuk yang aktif pada malam hari menggigit, adalah anopheles dan colex

sedangkan nyamuk yang aktif pada siang hari menggigit yaitu Aedes. Khusus

untuk anopheles, nyamuk ini bila menggigit mempunyai perilaku bila siap

menggigit langsung keluar rumah. Pada umumnya nyamuk yang menghisap darah

adalah nyamuk betina.

2.4. Tempat beristirahat (resting places)

Page 8: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

Biasanya setelah nyamuk betina menggigit orang/hewan, nyamuk tersebut

akan beristirahat selama 2 – 3 hari, misalnya pada bagian dalam rumah sedangkan

diluar rumah seperti gua, lubang lembab, tempat yang berwarna gelap dan lain –

lain merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk berisitirahat.

2.5. Bionomik nyamuk (kebiasaan hidup)

Bionomik sangat penting diketahui dalam kegiatan tindakan

pemberantasan misalnya dalam pemberantasan nyamuk dengan insectisida kita

tidak mungkin melaksanakannya, bilamana kita belum mengetahui kebiasaan

hidup dari nyamuk, terutama yang menjadi vektor dari satu penyakit. Pada

hakekatnya serangga sebagai mahluk hidup mempunyai bermacam-macam

kebiasaan, adapun yang perlu diketahui untuk pemberantasan/pengendalian

misalnya :

a. Kebiasaan yang berhubungan dengan perkawinan/mencari makan, dan

lamanya hidup.

b. Kebiasaan kegiatan diwaktu malam, dan perputaran menggigitnya.

c. Kebiasaan berlindung diluar rumah dan di dalam rumah.

d. Kebiasaan memilih mangsa.

e. Kebiasaan yang berhubungan dengan iklim, suhu, kelembaban dll.

f. Kebiasaan di dalam rumah atau di luar rumah yang berhubungan dengan

penggunaan.

3. L a l a t

Lalat merupakan kelas insekta dari diptera, yang terpenting adalah

golongan Clyptrata muscodiae bagian dari super family muscodiae.

3.1. Genus Musca

Genus musca yang penting diketahui adalah spesies yang sering terdapat

di sekitar rumah dan di dalam rumah, adapun tanda-tanda dari lalat rumah (musca

domestica) tubuh berwarna coklat dan kehitam-hitaman, pada thorax terdapat 4

garis hitam dan 1 garis hitam medial pada abdomen punggung, vein ke empat dari

sayap berbentuk sudut, antena mempunyai 3 segmen, mata terpisah,

Page 9: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

methamorphosenya sempurna serta tubuh lalat jantan lebih kecil dari tubuh lalat

betina.

3.2. Siklus hidup

Lalat memiliki bentuk telur lonjong berwarna putih, lalat betina sekali

bertelur 100 – 200 telur, stadium lamanya menetas 12 – 24 jam dipengaruhi suhu

lingkungan. Dari stadium telur sampai dewasa lamanya sampai 8 – 20 hari,

temperatur optimum untuk kehidupan lalat 24 0 C – 32 0 C. Tanpa air lalat akan

dapat bertahan hidup sampai ± 48 jam .

3.3. Tempat berkembang biak

Tempat yang disenangi lalat untuk berkembang biak umumnya pada

sampah – sampah basah, kotoran manusia, binatang dan tumbuh – tumbuhan yang

membusuk.

3.4. Cara terbang

Lalat suka terbang terus menerus, dari hasil penyelidikan jarak terbang alat

pada daerah yang padat penduduknya tidak lebih dari 0,5 km.

3.5. Cara bertelur

Lalat masa bertelurnya 4 – 20 hari dan setiap betina dapat bertelur 4 – 5

kali seumur hidupnya, dengan jumlah sekali bertelur 100 – 150 butir.

4. T i k u sUntuk dapat mengenal tikus dalam arti sesungguhnya (family muridae) dapat

dilakukan dengan indentifikasi morfologi yang menyolok pada jenis tikus,

memperhatikan lingkungan hidupnya serta penelusuran secara deskripsi.

4.1. Kebiasaan – kebiasaan tikus.

Tikus mempunyai penglihatan yang buruk tetapi mempunyai panca indera

seperti penciuman yang tajam, meraba, mendengar. Pada malam hari tikus

bergerak di pandu oleh rambut, kumis yang panjang peka terhadap sentuhan.

Page 10: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

Tikus senang dengan bau harum, khususnya yang berasal dari makanan

manusia. Kebiasaan waktu makan adalah pada malam hari, tikus tidak seang di

tempat – tempat yang ramai misalnya gaduh oleh suara mesin melainkan senang

di tempat – tempat penyimpanan makanan. Kesukaan mencari makan adalah

seperti di tempat sampah, lemari, selokan dan dapur. Umur hidup seekor tikus rata

– rata mencapai 1 tahun dan pembiakan cepat terjadi selama musim hujan, apabila

terdapat banyak makanan dan tempat untuk berlindung.

4.2. Tanda ada atau tidaknya tikus.

1. Ada dijumpai bekas gigitan yang ditinggalkan tikus misalnya pada pintu

jendela, dll.

2. Alur jalan tikus pada umumnya kotor dan berminyak.

3. Di jumpai kotoran tikus, kotoran yang masih lembek, mengkilap berwarna

gelap adalah ciri – ciri kotoran yang masih baru, sedangkan kotoran yang

sudah lama, keras, kering dan umumnya berwarna abu – abu.

4. Terdengar adanya suara tikus pada saat hari sudah muali gelap. Sarang

tikus dijumpai pada dinding, pada pohon – pohon, tanam – tanaman dan si

sela – sela pada rumah, dll.

Hubungan Vektor dengan penyakit menular

1. Malaria

Anopheles (nyamuk malaria) merupakan salah satu genus nyamuk.

Terdapat 400 spesies nyamuk Anopheles, namun hanya 30-40 menyebarkan

malaria (contoh, merupakan “vektor”) secara alami. Anopheles gambiae adalah

paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit malaria (contoh.

Plasmodium falciparum) dalam kawasan endemik di Afrika, sedangkan

Anopheles sundaicus adalah penyebar malaria di Asia.

Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium

sp dengan gejala demam, anemia dan spleomagali.

Page 11: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

Empat jenis plasmodium yaitu:

Plasmodium vivaxpenyakit malaria tertina

Plasmodium malariae-malaria kuartana

Plasmodium Facifarummalaria tropika

Plasmodium ovalemalariaovale

Upaya pencegahan antara lain , menghindari gigitan nyamuk, pengobatan

penderita untuk menghilangkan sumber penular dan pembrantasan nyamuk dan

larva.

Sebagian nyamuk mampu menyebarkan penyakit protozoa seperti malaria,

penyakit filaria seperti kaki gajah, dan penyakit bawaan virus seperti demam

kuning, demam berdarah dengue, encephalitis, dan virus Nil Barat. Virus Nil

Barat disebarkan secara tidak sengaja ke Amerika Serikat pada tahun 1999 dan

pada tahun 2003 telah merebak ke seluruh negara bagian di Amerika Serikat.

2. Demam Berdarah

Nyamuk Aedes aegypti adalah vector penyakit demam berdarah (DBD)

yang merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang cukup

meresahkan karena tingkat kematian akibat penyakit ini cukup tinggi. Sampai saat

ini, penyakit ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

utama. Perlu kewaspadaan yang tinggi terhadap penyakit DBD terutama pada

musim penghujan. Kasus penyakit ini pertama kali ditemukan di Filipina pada

tahun 1953. Sedangkan penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di

Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada

tahun 1972.

Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue dengan tipe DEN 1 s/d 4.

Virus tersebut termasuk dalam grup B Arthropod borne viruses (arboviruses).

Page 12: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.

Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe

DEN 1 & 3.

3. Elephantiasis (Kaki Gajah)

Wucheria sp. adalah Golongan nematoda yang dapat menyebabkan

penyakit elephantiasis dengan gejala peradangan dan penyumbatan saluran getah

bening serta disertai dengan demam. Vektor berupa nyamuk jenis culex fatigans,

aedes aegypty dan anopheles sp. Upaya pendegahan dengan menghindari gigitan,

pemberantasan nyamuk dan pengobatan penderita.

Page 13: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

PEMBAHASAN

ANALISA TEORI

Sumber : Puslitbang Ekologi, Kesehatan Badan Litbang Kesehatan 2007

Spesies vector di belahan dunia ini berjuta ragamnya, begitu pula di

Indonesia. Bahkan banyak daerah yang menjadi daerah endemik beberapa vector

seperti Anopheles sundaicus yang merupakan vector dari malaria. Bagan di atas

menceritakan perjalanan vector yang turut dipengaruhi oleh beberapa factor

pendukung hingga menjadi resiko penularan penyakit di masyarakat.

Ragamnya jenis vector dengan berbagai bibit penyakit penyerta

didalamnya menjadi sorotan di dekani ini. Pasalnya vector yang menjadi

pembawa penyakit di kawatirkan akan membawa dampak buruk kepada derajat

kesehatan masyarakat Indonesia, di tambah lagi kini habitat dari vector mulai

terusik akibat ulah tangan manusia yang berujung pada pemanasan global.

Page 14: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

Walaupun tidak secara langsung namun berdampak kepada ekologi vector lalu

kemudian dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat melalui penularan berbagai

penyakit. Beberapa penyakit yang tularkan melalui vector dan menjadi isu di

Negara berkembang seperti Indonesia diantaranya demam berdarah, malaria, dan

pes.

ANALILIS PEMBAHASAN

Sumber : Puslitbang Ekologi, Kesehatan Badan Litbang Kesehatan 2007

Pada bagan diatas sudah dapat disimpulkan bahwa alur perjalanan vector

sebagai salah satu yang mempengaruhi kesehatan cukup panjang dan jelas terlihat

campur tangan manusia menjadi alasan utama yang menyebabkan terjadinya

pemicu utama seperti pemanasan global, teknologi, sosek-bud dan politik.

Pemanasan global yang penyebabnya tidak dapat disebut satu persatu

menyebabkan perubahan iklim yang terjadi setiap tahunnya, seperti jadwal

musim penghujan dan kemarau yang semakin lama semakin berantakan, misalnya

Page 15: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

bulan Juni yang seharusnya sudah masuk musim kemarau namun kenyataannya

hujan masih deras mengguyur kota-kota di Indonesia hal ini menyebabkan

populasi dari beberapa vector tidak dapat ditekan. Karena seperti kita ketahui pada

musim penghujan populasi nyamuk Aedes Agypthi meningkat dan banyak terjadi

demam berdarah, hal ini dapat di samakan ketika musim yang jadwalnya

berantakan.

Pemanasan global yang berpengaruh terhadap iklim, suhu udara kesemua

hal tersebut dapat dipastikan mempengaruhi ekosistem dari vector, vector yang

memiliki batasan tertentu dalam daur kehidupannya sekarang menjadi memiliki

kekebalan tertentu yang menjadikan vector memiliki daya tahan lebih dalam

menghadapi lingkungan. Terlebih ledakan jumlah penduduk Indonesia sesuai dari

hasil sementara sensus penduduk 2010, semakin menyempurkan vector sebagai

slah satu ancaman kesehatan masyarakat di masa sekarang maupun masa yang

akan datang terlebih bila factor-faktor resikonya tidak mendapat jalan keluar yang

baik.

Vector yang konon akan semakin menjadi permasalahan di masa datang,

sebenarnya dapat dikendalikan dengan beberapa stategi pengendalian vector.

Diantaranya.

1. Mechanical control : menggunakan cara mekanik

2. Physical control : merekayasa / mengatur kondisi fisik

lingkungan (suhu, %Hg, cahaya, radiasi dll)

3. Biotic control : menggunakan organic musuh alami

(predator, parasit, dan pathogen)

4. Genetic control : melakukan rekayasa genetic (inang

transgenic, strelisasi, dll)

5. Legal / sosial control : peraturan per-UU (sangsi, kebijakan)

6. Chemical control : (feromon. Pestisida, hormone sintetis)

Page 16: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN

Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu

Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Pada

sekarang ini vector menjadi salah satu permasalahan di bidang kesehatan

masyarakat. Penyebab vector menjadi suatu permasalahan dikarenakan ekosistem

vector menjadi terganggu karena pengaruh dari pemanasan global. Selain itu

jumlah penduduk pada sensus 2010 yang sangat tinggi menjadi salah satu factor

pemicu vector berdampak buruk terhadap kesehatn masyarakat.

REKOMENDASI

Dalam pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan

pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha

mengurangi dan menurunkan populasi kesuatu tingkat yang tidak membahayakan

kehidupan manusia. Namun hendaknya dapat diusahakan agar segala kegiatan

dalam rangka menurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. Untuk

itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhanapun, yang

penting di dasarkan prinsip dan konsep yang benar. Adapun prinsip dasar dalam

pengendalian vektor yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut :

1. Pengendalian vektor harus menerapkan bermacam – macam cara

pengendalian agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak

merugikan / membahayakan.

2. Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan

ekologis terhadap tata lingkungan hidup.

Page 17: Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

http://uyutjangkung21.files.wordpress.com/2009/03/pengamatan-vektor-di-pelabuhanagus-syah-fhskm.pdf

http://www.solex-un.net/repository/id/hlth/CR6-Res3-ind.pdf

http://www.b2p2vrp.litbang.depkes.go.id/artikel/Penelitian%20Kebijakan.pdf

http://www.litbang.depkes.go.id/download/renstra/RenstraDepkes2005-2009.pdf