identifikasi ikan_k2e008009
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Laut merupakan sebuah ekosistem besar yang menjadi tempat hidup bagi berbagai
macam biota laut, dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar, yang hidup di pesisir
hingga hidup di laut dalam. Biota laut adalah berbagai jenis organisme hidup di perairan laut
yang menurut fungsinya digolongkan menjadi tiga, yaitu produsen merupakan biota laut yang
mampu mensintesa zat organik baru dari zat anorganik, kedua adalah konsumen merupakan biota
laut yang memanfaatkan zat organik dari luar tubuhnya secara langsung. Dan yang ketiga adalah
redusen merupakan biota laut yang tidak mampu menelan zat organik dalam bentuk butiran,
tidak mampu berfotosintesis namun mampu memecah molekul organik menjadi lebih sederhana.
Dalam suatu kawasan perairan ditemukan banyak sekali flora dan fauna didalamnya.
Jenis biota didalamnya sangatlah beragam jika diberi nama satu biota satu nama maka kita tidak
dapat menghitung banyaknya nama yang diperlukan. Untuk itu kita perlu memberi nama biota
tersebut berdasarkan ragamnya. Untuk mengetahui ragam dari biota tersebut maka diperlukan
adanya identifikasi biota tersebut.
Tahap identifikasi dapat kita lihat berdasarkan tingkat suku hingga pada tingkat yang
lebih spesifik seperti spesies. Untuk melakukan pengamatan diperlukan pengamatan terhadap
biota tersebut seperti habitat dari biota tersebut, cara hidup, dan harus dapat menentukan
morfologi ( bagian-bagian tubuh ) biota laut tersebut, karena sangatlah beragam.
1.2. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu mengamati dan menggambar morfologi luar tubuh biota laut,
mengukur panjang badan ( dari rostrum sampai telson ), panjang karapas, panjang
rostrum, jumlah kaki jalan, jumlah kaki renang, dan jumlah segmen pada abdomen,
spesies, jenis kelamin mengamati bentuk luar tubuh dan mengidentifikasi sampel
crustaceae.
2. Praktikan mampu mengamati dan menggambar morfolog luar ikan, dan menentukan
bagian-bagiannya, mengukur panjang ikan standar length dan total length serta mengukur
tinggi ikan, menggambar jenis dan bentuk sirip, menentukan rumus sirip ikan dan
menghitungjari-jari sirip ikan yaitu dorsal, fin, anal fin, caudal fin. Dalam menggambar
sirip ikan biasanya digunakan rumus sirip. Penulisan rumus sirip dilakukan dengan huruf
yang menunjukan jenis sirip kemudian menyusul angka yang menunjukan jumlah jari-jari
sirip, dan mampu melakukan identifikasi.
3. Praktikan dapat menentukan morfologi dan preparat ( awetan ) teripang, bulu babi,
bintang laut, dan bintang ular. Warna tubuh keadaan permukaan tubuh, kaki tabung,
tentakel, panjang tubuh, bagian oral (mulut) dan bagian aboral ( anus ), menggambar
sampel Echinodermata dan mengudentifikasinya secara keseluruhan.
4. Praktikan dapat menentukan dan menggambar morfologi, menentukan jumlah kaki yang
panjang dan jumlah kaki yang pendek dan mengidentifikasi sampel dari molusca.
5. Praktikan mampu menggambar cangkang, memperhatikan corak yang ada pada cangkang
dan mengidentifiokasi sampel bivalvia.
BAB II
MATERI DAN METODE
2.1. Materi
Bahan
Ikan Tongkol
Ikan Bandeng
Ikan Kembung
Ikan Bawal
Ikan Belanak
Ikan pari
Anadara
Escargo
Squomosa
H.Iris
Netrina chamaelon
Cassidula nucieus
Cerithidea obtuse
Lepidochelys olivacea ( penyu lekang )
Amisoda
teripang
Amusium
Terebralia
Holoturia
Ophiothriks frgilis
Bintang laut
Bulu babi
Murex trapa
Haliclona siymaeformis
Favites
Montipora digilata
Platigira
Porites
Ctenactis
Tubipora musica
Tubastrea
Goniopora
Ikan Kakap merah
Kerapu
Ikan Sebelah
Ikan Simadar
Ikan Layur
Kerang kipas
Kerang hijau
Udang Kipas
Rajungan
Kepiting
Udang Ronggeng
2.2. Metoda
Alat
Nampan → Tempat preparat
Gunting → Untuk membedah
Mistar dan penggaris → Untuk mengukur panjang preparat
Kertas folio → Untuk mencatat hasil
Pensil → Untuk menggambar preparat
2.3.Cara Kerja
A. Crustacea
1) Udang
1. Mengamati dan menggambar morfologi luar tubuh udang.
2. Mengukur panjang badan (dari rostrum sampai telson), panjang karapas, panjang
rostrum, jumlah dari rostrum, jumlah kaki jalan (periopod), jumlah kaki renang
(pleopod), dan jumlah segmen pada abdomen.
3. Menggambar udang secara keseluruhan dan nama bagian-bagian tubuhnya.
4. Mengetahui spesies udang tersebut.
2) Kepiting / rajungan
1. Mengamati morfologi luar, warna dan bentuk tubuh.
2. Mengukur panjang dan lebar karapaks
3. Menghitung jumlah kaki renang, kaki jalan dan capit.
4. Menentukan jenis kelamin dengan cara mengamati penampakan yang ada pada abdomen
5. Menggambar kepiting / rajungan secara keseluruhan dan nama bagian-bagian tubuhnya.
6. Mengidentifikasinya.
B. Ikan
1. Mengamati dan menggambar morfologi luar ikan, dan menentukan bagian-bagiannya
2. Mengukur panjang ikan yaitu standar lenght dan total lenght serta mengukur tinggi ikan
3. Mengamati dan menggambar jenis dan bentuk sirip
4. Mengamati bentuk dan jenis sirip ekor
5. Menentukan rumus sirip dan menghitung jari-jari sirip ikan yaitu dorsal fin, pectoral fin,
ventral fin, anal fin dan caudal fin. Dalam menggambar sirip ikan biasanya digunakan
rumus sirip. Penulisan rumus sirip dilakukan dengan huruf yang menunjukkan jenis sirip,
kemudian menyusul angka yang menunjukkan jumlah jari-jari sirip. Jari-jari sirip keras
ditandai dengan angka romawi dan jari-jari lemah dengan angka arab.
6. Mengamati dan menggambar bentuk-bentuk mulut dan letaknya.
7. Melakukan identifikasi iakn dengan menggunakan buku identifikasi Saanin (1986), yaitu
menentukan spesies dari ikan yang telah diamati.
C. Echinodermata
1. Mengamati morfologi dari preparat (awetan) teripang, bulu babi, bintang laut dan bintang
ular. Warna tubuh, keadaan permukaan tubuh, kaki tabung, tentakel, panjang tubuh.
2. Mengetahui bagian oral (mulut) dan bagian aboral (anus).
3. Menggambar sampel Echinodermata secara keseluruhan.
4. Mengetahui spesies dari preparat tersebut.
D. Mollusca
1. Mengamati dan menggambar morfologi luar tubuh.
2. Menghitung jumlah kaki yang panjang dan jumlah kaki yang pendek.
3. Menggambar secara keseluruhan dan nama bagian-bagian tubuhnya.
4. Mengidentifikasinya.
E. Bivalvia dan Gastropoda
1. Menggambar cangkangnya.
2. Memperhatikan corak yang ada pada cangkang.
3. Mengidentifikasinya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
PRAKTIKUM
3.1 Ikan (Pisces)
1. Bagian-bagian Tubuh Ikan
Struktur tubuh ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang
merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan.
Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan.
Ukuran tubuh ikan
Ukuran standar yang dipakai dalam identifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.1. Semua
ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa
melalui lengkungan badan.
- Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga
ujung ekor.
- Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga
pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir karena sisik-sisik
tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor)
- Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla) hingga
bagian terbelakang operculum atau membran operculum.
Gambar 2.1 Skema ikan untuk menunjukkan bagian-bagian utama ikan dan ukuran-ukuran yang digunakan dalam
identifikasi. (A) sirip punggung, (B) sirip ekor, (C) gurat sisi, (D) lubang hidung, (E) sungut, (F) sirip dada, (G)
sirip perut, (H) sirip dubur, (a) panjang total, (b) panjang standar, (c) panjang kepala, (d) panjang batang ekor, (e)
panjang moncong, (f) tinggi sirip punggung, (g) panjang pangkal sirip punggung, (h) diameter mata, (i) tinggi
batang ekor, (j) tinggi badan, (k) panjang sirip dada, (l) panjang sirip[ perut. (Sumber: Kotelllat et al., 1993)
- Panjang batang ekor (LCP) diukur mulai dari jari terakhir sirip dubur hingga pertengan
pangkal batang ekor.
- Panjang moncong (SNL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir hingga pertengan
garis vertikal yang menghubungkan bagian anterior mata.
- Tinggi sirip punggung (DD) diukur mulai dari pangkal hingga ujung pada jari-jari pertama
sirip punggung.
- Diameter mata (ED) diukur mulai dari bagian anterior hingga posterior bola mata, diukur
mengikuti garis horisontal.
- Tinggi batang ekor (DCP) diukur mulai dari bagian dorsal hingga ventral pangkal ekor.
- Tinggi badan diukur (BD) secara vertikal mulai dari pangkal jari-jari pertama sirip punggung
hingga pangkal jari-jari pertama sirip perut.
- Panjang sirip dada diukur mulai dari pangkal hingga ujung jari-jari sirip dada.
- Panjang sirip perut diukur mulai dari pangkal hingga ujung sirip perut.
Sirip ikan
Sirip-sirip pada ikan umumnya ada yang berpasangan dan ada yang tidak. Sirip punggung,
sirip ekor, dan sirip dubur disebut sirip tunggal atau sirip tidak berpasangan. Sirip dada dan sirip
perut disebut sirip berpasangan. Macam-macam sirip ekor dapat dibedakan berdasarkan bentuk
sirip tersebut. Bentuk sirip ekor ikan ada yang simetris, apabila lembar sirip ekor bagian dorsal
sama besar dan sama bentuk dengan lembar bagian ventral, ada pula bentuk sirip ekor yang
asimetris yaitu bentuk kebalikannya. Bentuk-bentuk sirip ekor yang simetris yaitu:
Gambar 2.2 Bentuk-bentuk utama sirip ekor (a) membulat, (b) bersegi, (c) sedikit cekung atau
berlekuk tunggal, (d) bulan sabit, (e) bercagak, (f) meruncing, (g) lanset (Sumber: Kotellat, et
al., 1993)
- Bentuk membulat, apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis melengkung dari bagian
dorsal hingga ventral., contoh ikan gurame (Osphronemus gouramy)
- Bentuk bersegi atau tegak, apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis tegak dari bagian
dorsal hingga ventral, contoh ikan nila (Oreochromis niloticus)
- Bentuk sedikit cekung atau berlekuk tunggal, apabila terdapat lekukan dangkal antara
lembar dorsal dengan lembar ventral, contoh ikan tambakan (Helostoma temminckii).
- Bentuk bulan sabit, apabila ujung dorsal dan ujung ventral sirip ekor melengkung ke luar,
runcing, sedangkan bagian tengahnya melengkung ke dalam, membuat lekukan yang dalam,
contoh ikan tongkol (Squalus sp.)
- Bentuk bercagak, apabila terdapat lekukan tajam antara lembar dorsal dengan lembar
ventral, contoh ikan tawes (Puntius javanicus), ikan kembung (Rastrelliger sp.)
- Bentuk meruncing, apabila pinggiran sirip ekor berbentuk tajam (meruncing), contoh ikan
belut (Monopterus albus).
- Bentuk lanset, apbila pinggirn sirip ekor pada pangkalnya melebar kemudian membentuk
sudut diujung, contoh ikan bloso (Glossogobius sp.)
Beberapa ikan ada yang memiliki satu atau dua sirip punggung. Pada ikan bersisirp
punggung tunggal, umumnya jari-jari bagian depan (1-40) tidak bersekat dan mengeras,
sedangkan jari-jari dibelakangnya lunak atau bersekat dan umumnya bercabang. Pada ikan yang
memiliki dua sirip punggung, bagian depannya terdiri dari duri dan yang kedua terdiri dari duri
di bagian depan diikuti oleh jari-jari lunak atau bersekat umumnya bercabang. Pada beberapa
famili (suku) dua sirip punggungnya mungkin bersatu atau bergabung (Gambar 2.3 & 2.4).
Gambar 2.3 Bagian sirip punggung pertama yang keras (a) dan bagian kedua yang lunak (b) (Sumber: Kotellat, et
al., 1993)
Gambar 2.4 Skema gabungan dua sirip punggung (a) duri, (b) jari-jari.
Pada beberapa ikan, umumnya ikan berkumis (Siluriformes) memiliki sirip lemak yaitu sirip tipis
tanpa jari-jari yang terletak sedikit di depan sirip ekor (Gambar 2.5)
Gambar 2.5 Jari-jari sirip punggung pertama yang keras (a) dan sirip lemak pada sirip punggung (b).
Sisik ikan
Bentuk, ukuran dan jumlah sisik ikan dapat memberikan gambaran bagaimana kehidupan
ikan tersebut. Sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka macam, yaitu sisik
ganoid merupakan sisik besar dan kasar, sisik sikloid dan stenoid merupakan sisik yang kecil,
tipis atau ringan hingga sisik placoid merupakan sisik yang lembut. Umumnya tipe ikan
perenang cepat atau secara terus menerus bergerak pada perairan berarus deras mempunyai tipe
sisik yang lembut, sedangkan ikan-ikan yang hidup di perairan yang tenang dan tidak berenang
secara terus menerus pada kecepatan tinggi umumnya mempunyai tipe sisik yang kasar. Sisik
sikloid berbentuk bulat, pinggiran sisik halus dan rata sementara sisik stenoid mempunyai bentuk
seperti sikloid tetapi mempunyai pinggiran yang kasar (Gambar 2.6).
Gambar 2.6 Tipe-tipe sisik pada ikan (Sumber: Moyle & Cech, 1988)
Selain jenis sisik yang menjadi kriteria bagi suatu jenis ikan tertentu, jumlah sisik ikan
juga perlu diperhatikan (Gambar 2.7).
§ Jumlah sisik pada gurat sisi merupakan jumlah pori-pori pada gurat sisi atau jika gurat sisi
tidak sempurna atau tidak ada, maka jumlah sisik yang dihitung adalah jumlah sisik yang
biasa ditempati gurat sisi atau disebut deretan sisik sepanjang sisi badan. Penghitungan sisik
ini dimulai dari sisik yang menyentuh tulang bahu hingga pangkal ekor.
§ Jumlah sisik melintang badan merupakan jumlah baris sisik antara gurat sisi dan awal sirip
punggung atau sirip punggung pertama dan antara gurat sisi dan awal sirip dubur. Sisik yang
terdapat di depan awal sirip punggung dan sirip dubur dihitung ½.
§ Jumlah sisik di depan sirip punggung meliputi semua sisik di pertengahan punggung antara
insang dan awal sirip punggung.
§ Jumlah sisik di sekeliling batang ekor meliputi jumlah baris sisik yang melingkari batang
ekor pada bidang yang tersempit.
§ Jumlah sisik di sekeliling dada merupakan jumlah sisik di depan sirip punggung yang
melingkari dada.
Gambar 2.7. Skema penghitungan sisik utama pada ikan
Mulut ikan
Bentuk, ukuran dan letak mulut ikan dapat menggambarkan habitat ikan tersebut
(Gambar 2.8). Ikan-ikan yang berada di bagian dasar mempunyai bentuk mulut yang subterminal
sedangkan ikanikan pelagik dan ikan pada umumnya mempunyai bentuk mulut yang terminal.
Ikan pemakan plankton mempunyai mulut yang kecil dan umumnya tidak dapat ditonjolkan ke
luar. Pada rongga mulut bagian dalam biasanya dilengkapi dengan jari-jari tapi insang yang
panjang dan lemas untuk menyaring plankton.
Gambar 2.8 Tipe-tipe utama letak mulut (a) terminal, (b) sub-terminal, (c) inferior, dan (d) superior (Sumber:
Kotellat, et all., 1993).
2. Bentuk tubuh ikan
Bentuk luar ikan seringkali mengalami perubahan dari sejak larva sampai. Bentuk tubuh
ikan merupakan suatu adaptasi terhadap lingkungan hidupnya atau merupakan pola tingkah laku
yang khusus. Secara umum, Moyle & Cech (1988) mengkatergorikan ikan kedalam enam
kelompok yaitu roverpredator (predator aktif), lie-in-wait predator (predator tak aktif), surface-
oriented fish (ikan pelagik), bottom fish (ikan demersal), ikan bertubuh besar, dan ikan semacam
belut (Gambar 2.9).
Gambar 2.9 Bentuk-bentuk tubuh ikan (A) dan (B) predator aktif, (C) predator tak aktif, (D) ikan pelagis, (E) ikan
demersal, (F) ikan perekat di dasar, (G) flatfish, (H) ikan berekor panjang, (I)ikan beebadan bulat, (J) ikan seperti
belut
oPredator aktif. Ikan ini mempunyai bentuk tubuh yang langsing/lurus (fusiform), dengan
mulut di ujung (terminal) dan batang ekor menyempit/kecil dengan bentuk ekor cagak
atau bulan sabit. Ikan-ikan kelompok ini selalu bergerak dan mengejar mangsa, contoh
ikan tuna.
oPredator tak aktif bentuk tubuh yang cocok untuk menangkap mangsa dengan cara
menghadang ikan-ikan perenang cepat. Tubuh berbentuk ramping/lurus memanjang
seringkali beebentuk sepertik torpedo. Kepala berbentuk rata dengan mulut yang besar
dan bergigi. Sirip ekor cenderung membesar dengan sirip punggung dan anal berada jauh
dibelakang badan dan letaknya segaris. Susunan sirip ikan seperti ini memberikan daya
dorong pada saat ikan ini akan meluncur dengan cepat untuk menangkap mangsa yang
lewat. Kelompok ikan ini antara lain ikan-ikan air tawar Esocidae, Belonidae,
Centropomidae.
3.1.2.Pembahasan Ikan
Mugil cepalus ( belanak )
Standar length 12,8 cm
Fork length 14,6 cm
Total length 15,6 cm
Berat 38,97 gram
Ciri-ciri
penampang kepala dengan punggung hamper mendatar, hidung pitjak, bibir atas berbulu, sirip
dada mencapai sisik garis rusuk ke-9, permulaan sirip dubur dimuka,permulaan sirip punggung
kedua.
Rumus sirip :
D IV-8-9; A III,8-10; P1 15-18; LR 30-34
Ikan Tongkol ( Grammatorcynus bilineatus )
Standar length 25,5 cm
Fork length 27,9 cm
Total length 34 cm
Berat 90,8 gram
Rumus sirip
D XI-XIII-10-14; A 10-14; P1 22-25; GR 17-22
Ikan Bandeng (Chanos chanos )
Standar length 18,8 cm
Fork length 19,5 cm
Total length 23,6 cm
Berat 24,53 gram
Rumus sirip
D 13-17; A 8-11; P1 15-17; P2 10-12
ciri – ciri
tidak bersisik; badan ditutupi sisik sikloid; sirip ekornya sangat bercagak. Indo-Pasifik.Kepala
Ikan bawal (Parastromateus niger )
Standar length 12,3 cm
Fork length 14,1 cm
Total length 16,1 cm
Berat 81.6 gram
Rumus sirip
D (IV)-I,40-45; A (II)-I,35-39; GR 5-7+13-15; Scutes 8-19
Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta)
Standar length 14,6 cm
Fork length 16,3 cm
Total length 18,6 cm
Berat 80,87 gram
Rumus sirip
D IX-XI-11-13; A 11-12; P1 19-22; GR 48-57
ciri-ciri
Badan relatif memanjang; dua sirip punggung yang benar-benar terpisah; dua deret bintik-bintik
pada bagian punggung, bagian bawah kekuningan, sebuah bercak hitam dibelakang dasar sirip
dada; mencapai ukuran 20 cm panjang cagak. Indo-Pasifik Barat.
Lutjarus sp (kerapu)
Sirip caudal : Homosersal
Bentuk mulut : Terminal
Panjang total : 12 cm
Panjang standar : 7,2 cm
Lebar tubuh : 3,7 cm
Rumus sirip : D.IX.12 (continous)
Ikan sebelah(Johnius borneensis )
ciri-ciri :
rumus sirip D.40 (continous)
terdapat pectoral
bentuk mulut terminal
bentuk tubuh panjang pipih
bentuk ekor belakang homosersal
warna tubuh sebelah gelap dan sebelah terang
mata hanya terdapat dibagian kanan bagian ikan saja
3.2 Crustacea
Kata Crustacea barasal dari kata crusta yang artinya kulit ang mengeras.Ciri-ciri umum
dari kelas ini adalah adanya ruas-ruas pada tubuhnya atau bersegmen-segmen.Tubuhnya terdiri
dari sephalothoraks(kepala dan dada bersatu)dan perut (abdomen).Bagian depan (anterior)lebih
besar dari bagian belakang(posterior).
1.Udang
Bagian –bagian tubuh udang terdiri dari karapak, rostrun, kaki jalan, kaki renang, dan
antena .Tiap-tiap udang pasti mempunyai bagian-bagian tersebut tapi yang membedakannya
adalah hanya pada jumlahnya saja.Pada udang putih mempunyai karapaks dengan panjang 2cm,
jumlah kaki jalan 5 pasang, jumlah kaki renang 5 pasang, jumlah segmen 6 ruas. Pada udang
windu panjang karapaksnya 2,5cm, jumlah kaki jalan 5 pasang, jumlah kaki renang 5 pasang,
jumlah segmen 6 ruas. Sedangkan pada udang ronggeng bentuk karapaksnya bergaris-garis,
jumlah kaki jalan 3 pasang, jumalh kaki renang 5 pasang, jumlah segmen 10 ruas. Kaki jalan
berfungsi untuk berjalan dan menangkap mangsa sedangkan kaki renang berfungsi untuk
berenang. Habitatnya pada umumnya adalah didaerah akuatik.
Struktur Tubuh
Struktur tubuh Crustacea bersegmen (beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan
dada menjadi satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih
lebar, sedangkan posterior (ujung belakang) sempit. Dibagian kepala terdapat dua pasang
antena, satu pasang mandibulla, untuk menggigit mangsanya, satu pasang maksilla, satu pasang
maksiliped, yang berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke mulut.
Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang,
merangkak atau menempel di dasar perairan.
Gambar 1-1. Struktur tubuh Crustacea
Klasifikasi Crustacea
Berdasarkan ukuran tubuhnya Crustacea dikelompokkan sebagai berikut:
1) Entomostraca (udang tingkat rendah)
Hewan ini dikelompokkan menjadi empat ordo, yaitu:
a) Branchiopoda
b) Ostracoda
c) Copepoda
d) Cirripedia
2) Malakostraca (udang tingkat tinggi)
Hewan ini dikelompokkan dalam tiga ordo, yaitu:
a) Isopoda
b) Stomatopoda
c) Decapoda
Entomostraca (udang tingkat rendah)
Entomostraca pada umumnya merupakan penyusun zooplankton, adalah melayang-layang
di dalam air dan merupakan makanan ikan. Adapun pembagian ordo yang termasuk
Entomostraca antara lain :
a) Branchiopoda
Hewan ini sering disebut kutu air dan merupakan salah satu penyusun zooplankton.
Pembiakan berlangsung secara parthenogenesis.
Contoh: Daphnia pulex dan Asellus aquaticus.
b) Ostracoda
Hidup di air tawar dan laut sebagai plankton, tubuh kecil dan dapat bergerak dengan
antena.
Contoh: Cypris candida, Codona suburdana
c) Copepoda
Hidup di air laut dan air tawar, dan merupakan plankton dan parasit, segmentasi tubuhnya
jelas.
Contoh: Argulus indicus, Cyclops.
Gambar 1- 5. Contoh Copecoda
d) Cirripedia
Tubuh Cirripedia dengan kepala dan dada ditutupi karapaks berbentuk cakram dan hidup
di laut melekat pada batu atau benda lain. Cirripedia ada yang bersifat parasit Cara hidup
Cirripedia beranekaragam. Salah satu diantaranya adalah Bernakel yang terdapat pada dasar
kapal, perahu dan tiang-tiang yang terpancang di laut atau mengapung di laut.
Contoh: Lepas atau Bernakel,Sacculina
Gambar 1- 6. Bernakel
Malakostraca (udang tingkat tinggi)
Biota ini kebanyakan hidup di laut, adapula yang hidup di air tawar. Tubuhnya terdiri atas
sefalotoraks yaitu kepala dan dada yang bersatu serta perut (abdomen). Malakostraca dibagi
menjadi 3 ordo, yaitu Isopoda, Stomatopoda dan Decapoda.
a) Isopoda
Tubuh pipih, dorsiventral, berkaki sama.
Contoh: - Onicus asellus (kutu perahu)
- Limnoria lignorum
Keduanya adalah pengerek kayu.
Gambar 1- 7. Kutu perahu
b) Stomatopoda
Stomatopoda hidup di laut, bentuk tubuh mirip belalang sembah dan mempunyai warna
yang mencolok. Belakang kepala mempunyai karapaks. Kepala dilengkapui dengan dua segmen
anterior yang dapat bergerak, mata dan antena.
Contoh: Squilla empusa (udang belalang).
c) Decapoda (si kaki sepuluh)
Yang termasuk ordo ini adalah udang dan ketam. Hewan ini mempunyai sepuluh kaki dan
merupakan kelompok udang yang sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia.
Decapoda banyak digunakan sebagai sumber makanan yang kaya dengan protein. Contohnya
adalah udang, kepiting, ketam dan rajungan. Kepala – dada menjadi satu (cephalothorax) yang
ditutupi oleh karapaks. Tubuh mempunyai 5 pasang kaki atau sepuluh kaki sehingga disebut
juga hewan si kaki sepuluh. Hidup di air tawar, dan beberapa yang hidup di laut. Beberapa
contoh Decapoda berikut uraiannya, yaitu:
- Udang
1. Penacus setiferus (udang windu), hidup di air payau, enak dimakan
dan banyak dibudidayakan.
2. Macrobrachium rasenbengi (udang galah), enak dimakan, hidup
di air tawar dan payau.
3. Cambarus virilis (udang air tawar)
4. Panulirus versicolor (udang karang), hidup di air laut dan tidak
memiliki kaki catut.
5. Palaemon carcinus (udang sotong)
Ketam : Portunus sexdentatus (kepiting), Neptunus peligicus (rajungan) / Pagurus sp,
Parathelpusa maculata (yuyu), Scylla serrata (kepiting), Birgus latro (ketam kenari)
Gambar 1- 8. Kelompok Malakostraca
3.2.1 Pembahasan Crustacea
Oratosquilla sp (udang ronggeng)
ciri-ciri :
Kepala dan badan menyatu
Jumlah kaki renang 10
Memiliki sepasang capit
Panjang tubuh sampai 17cm
Memiliki karapaks 10 ruas
Klasifikasi udang ronggeng
Filum :Arthopoda
Kelas :Crustacea
Ordo :Decapoda
Familia:Portunidae
genus :Oratesquilla
spesies:Oratesquilla sp
Portunis pelagius (rajungan)
ciri-ciri
jantan
Berwarna abu-abu
Abdomen runcing
Ukuran tubuh lebih kecil disbanding betina
Betina
Berwarna merah
Abdomen tidak meruncing
Ukuran tubuh lebih besar dari jantan
Jantan :
Lebar karapaks : 8.5 cm
Panjang karapaks : 6,2 cm
Jumlah kaki renang : sepasang
Jumlah kaki jalan : 3 pasang
Capit : sepasang
Betina :
Lebar karapaks : 9 cm
Panjang karapaks : 7 cm
Jumlah kaki renang : sepasang
Jumlah kaki jalan : 3 pasang
Capit : sepasang
Klasifikasi rajungan
Filum : Artthripoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famil : Portunidae
Genus : Portunis
Spesies : Portunis pelagicus
Scylla serrata (kepiting) :
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Fillum : Anthropoda
Class : Crustacea
Ordo : Decapoda
Family : Poturidae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla serarata
3.3 Echinodermata
Echinodermata berasal dari kata Yunani, echinos artinya duri dan derma artinya kulit.
Echinodermata dapat diartikan sebagai hewan berkulit duri. Memang jika Anda meraba kulit
hewan ini akan terasa kasar, karena kulitnya mempunyai lempeg-lempeng zat kapur dengan
duri-duri kecil.
Hewan ini biasanya hidup di pantai dan di dalam laut sampai kedalaman sekitar 366 m.
Sebagian hidup bebas, hanya gerakannya lamban. Ada sekitar 5.300 jenis Echinodermata yang
sudah dikenal manusia. Jumlahnya amat banyak, karena musuh hewan ini hanya sedikit.
Keistimewaan Echinodermata adalah memiliki tubuh (organ tubuh) lima atau
kelipatannya. Di samping itu hewan ini memiliki saluran air yang sering disebut sistem
ambulakral. Sistem ini digunakan untuk bergerak, bernafas, atau untuk membuka mangsanya
yang memiliki cangkok. Ciri umum lainnya adalah pada waktu masih larva tubuhnya berbentuk
bilateral simetri. Sedangkan setelah dewasa bentuk tubuhnya menjadi radial simetri.
Gambar 3- 2. Struktur tubuh bintang laut (Asterias forbesi)
Hewan ini memiliki kerangka dalam yang terdiri dari lempeng-lempeng kapur.
Lempeng-lempeng kapur ini bersendi satu dengan yang lainnya dan terdapat di dalam kulit.
Hewan ini juga umumnya mempunyai duri-duri kecil. Duri-durinya berbentuk tumpul dan
pendek.
Sistem Ambulakral
Sistem ambulakral sebenarnya merupakan sistem saluran air. Sistem saluran air ini
terdiri atas:
Madreporit, merupakan lubang tempat masuknya air dari luar tubuh., saluran batu, saluran
cincin, saluran radial, meluas ke seluruh tubuh., Saluran lateral, ampula, kaki tabung
ambulakral berfungsi untuk bergerak, bernafas atau membuka mangsa. Pada hewan ini
air laut masuk melalui lempeng dorsal yang berlubang-lubang kecil (madreporit) menuju ke
pembuluh batu. Kemudian dilanjutkan ke saluran cincin yang mempunyai cabang ke lima
tangannya atau disebut saluran radial selanjutnya ke saluran lateral. Pada setiap cabang terdapat
deretan kaki tabung dan berpasangan dengan semacam gelembung berotot atau disebut juga
ampula. Dari saluran lateral, air masuk ke ampula. Saluran ini berkahir di ampula.
Gambar 3- 3. Sistem ambulakral pada Echinodermata
Jika ampula berkontraksi, maka air tertekan dan masuk ke dalam kaki tabung. Akibatnya
kaki tabung berubah menjulur panjang. Apabila hewan ini akan bergerak.
Klasifikasi Echinodermata
Hewan Echinodermata berdasarkan bentuk tubuhnya dapat dibagi menjadi 5 kelas, yaitu
kelas Asteroidea, Echinoidea, Ophiuroidea, Crinoidea, dan Holoturoidea.
1. Asteroidea
Asteroidea sering disebut bintang laut. Sesuai dengan namanya itu, jenis hewan ini
berbentuk bintang dengan 5 lengan. Di permukaan kulit tubuhnya terdapat duri-duri dengan
berbagai ukuran. Hewan ini banyak dijumpai di pantai. Ciri lainnya adalah alat organ tubuhnya
bercabang ke seluruh lengan.
Gambar 3- 6. Bintang laut
Mulut terdapat di permukaan bawah atau disebut permukaan oral dan anus terletak di
permukaan atas (permukaan aboral). Kaki tabung tentakel (tentacle) terdapat pada permukaan
oral. Sedangkan pada permukaan aboral selain anus terdapat pula madreporit. Madreporit
adalah sejenis lubang yang mempunyai saringan dalam menghubungkan air laut dengan sistem
pembuluh air dan lubang kelamin.
2. Echinoidea
Binatang ini tubuhnya dipenuhi duri tajam. Duri ini tersusun dari zat kapur. Duri ini ada
yang pendek dan ada pula yang panjang seperti landak. Itulah sebabnya jenis hewan ini sering
disebut landak laut. Jenis hewan ini biasanya hidup di sela-sela pasir atau selasela bebatuan
sekitar pantai atau di dasar laut. Tubuhnya tanpa lengan hampir bulat atau gepeng. Ciri lainnya
adalah mulutnya yang terdapat di permukaan oral dilengkapi dengan 5 buah gigi sebagai alat
untuk mengambil makanan. Hewan ini memakan bermacam-macam makanan laut, misalnya
hewan lain yang telah mati, atau organisme kecil lainnya. Alat pengambil makanan digerakkan
oleh otot yang disebut lentera arisoteteles. Sedangkan anus, madreporit dan lubang kelamin
terdapat di permukaan atas.
Gambar 3- 7. Landak laut
Ciri lainnya adalah mulutnya yang terdapat di permukaan oral dilengkapi dengan 5 buah
gigi sebagai alat untuk mengambil makanan. Hewan ini memakan bermacam-macam makanan
laut, misalnya hewan lain yang telah mati, atau organisme kecil lainnya. Alat pengambil
makanan digerakkan oleh otot yang disebut lentera arisoteteles. Sedangkan anus, madreporit
dan lubang kelamin terdapat di permukaan atas.
3. Ophiuroidea
Hewan ini jenis tubuhnya memiliki 5 lengan yang panjang-panjang. Kelima tangan ini
juga bias digerak-gerakkan sehingga menyerupai ular. Oleh karena itu hewan jenis ini sering
disebut bintang ular laut (Ophiuroidea brevispinum).
Gambar 3- 8. Bintang Ular laut
Mulut dan madreporitnya terdapat di permukaan oral. Hewan ini tidak mempunyai anus,
sehingga sisa makanan atau kotorannya dikeluarkan dengan cara dimuntahkan melalui
mulutnya. Hewan ini hidup di laut yang dangkal atau dalam. Biasanya bersembunyi di sekitar
batu karang, rumput laut, atau mengubur diri di lumpur/pasir. Ia sangat aktif di malam hari.
Makanannya adalah udang, kerang atau serpihan organisme lain (sampah).
4. Crinoidea
Sekilas hewan ini mirip tumbuhan bunga. Ia memiliki tangkai dan melekat pada bebatuan,
tak beda seperti tumbuhan yang menempel di bebatuan. Ia juga memiliki 5 lengan yang
bercabang-cabang lagi mirip bunga lili. Oleh karena itu hewan ini sering disebut lili laut
(Metacrinus sp).
Gambar 3- 4. Lili laut
Ciri lainnya mulut dan anus hewan ini terdapat di permukaan oral dan tidak mempunyai
madreporit. Hewan ini sering ditemukan menempel dengan menggunakan cirri (akar) pada
bebatuan di dasar laut. Ia juga bisa berenang bebas, sehingga jika lingkungan tidak
menguntungkan akan pindah dan menempel pada tempat lain. Jenis lainnya adalah Antedon
tenella, dengan tubuhnya kecil kecil, bentuk piala disebut calyx (kaliks) tanpa tangkai.
5. Holoturoidea
Hewan jenis ini kulit durinya halus, sehingga sekilas tidak tampak sebagai jenis
Echinodermata. Tubuhnya seperti mentimun dan disebut mentimun laut atau disebut juga
teripang. Hewan ini sering ditemukan di tepi pantai. Gerakannya tidak kaku, fleksibel, lembut
dan tidak mempunyai lengan. Rangkanya direduksi berupa butir-butir kapur di dalam kulit.
Mulut terletak pada ujung anterior dan anus pada ujung posterior (aboral). Di sekeliling mulut
terdapat tentakel yang bercabang sebanyak 10 sampai 30 buah. Tentakel dapat disamakan
dengan kaki tabung bagian oral pada Echinodermata lainnya. Tiga baris kaki tabung di bagian
ventral digunakan untuk bergerak dan dua baris di bagian dorsal berguna untuk melakukan
pernafasan. Selain itu pernafasan juga menggunakan paru-paru air. Kebiasaan hewan ini
meletakkan diri di atas dasar laut atau mengubur diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir
tubuhnya diperlihatkan.
Gambar 3- 10. Teripang / mentimun laut (Thyone briareus)
3.3.1. Pembahasan Echinodermata
Diadema sp : memiliki duri pada bagian tubuh, bentuk tubuh lonjong,warna
kehitaman.
Holotuna ara : bentuk tubuh lonjong, tubuh berbintik, warna kecoklatan.
Holotuna scabra : berbentuk lonjong, warna putih dengan bintik putih
Ophiotrix fragilis : bercabang lima, memiliki rambut
Anthopleura : bercabang lima
Protoaster : bercabang lima
Calcite sp : berbentuk seperti segi lima, berwarna putih coklat
Laganum laganum : berwarna putih coklat, menempel di batu hingga mati
Linkra : memiliki cabang lima, warna biru
3.4 Mollusca
Mollusca merupakan biota lunak dan tidak memiliki ruas. Tubuh hewan ini tripoblastik,
bilateral simetri, umumnya memiliki mantel yang dapat menghasilkan bahan cangkok berupa
kalsium karbonat. Cangkok tersebut berfungsi sebagai rumah (rangka luar) yang terbuat dari zat
kapur misalnya kerang, tiram, siput sawah dan bekicot. Namun ada pula Mollusca yang tidak
memiliki cangkok, seperti cumicumi, sotong, gurita atau siput telanjang. Mollusca memiliki
struktur berotot yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya berbeda untuk setiap kelasnya.
Gambar 4- 1. (a) kerang, (b) siput, (c) cumi-cumi
Cangkok kerang ini terdiri dari dua belahan, sedangkan cangkok siput berbentuk seperti
kerucut yang melingkar. Perbedaan lainnya, kaki siput tipis dan rata. Fungsinya adalah untuk
berjalan dengan cara kontraksi otot. Lain halnya dengan kerang yang mempunyai kaki seperti
mata kapak yang dipergunakan untuk berjalan di lumpur atau pasir. Sementara itu cumi-cumi
dan sotong tidak punya cangkok, kakinya terletak di bagian kepala yang berfungsi untuk
menangkap mangsa. Mollusca memiliki alat pencernaan sempurna mulai dari mulut yang
mempunyai radula (lidah parut) sampai dengan anus terbuka di daerah rongga mantel. Di
samping itu juga terdapat kelenjar pencernaan yang sudah berkembang baik. Peredaran darah
terbuka ini terjadi pada semua kelas Mollusca kecuali kelas Cephalopoda. Pernafasan dilakukan
dengan menggunakan insang atau “paru-paru”, mantel atau oleh bagian epidermis. Alat ekskresi
berupa ginjal. Sistem saraf terdiri atas tiga pasang ganglion yaitu ganglion cerebral, ganglion
visceral dan ganglion pedal yang ketiganya dihubungkan oleh tali-tali saraf longitudinal. Alat
reproduksi umumnya terpisah atau bersatu dan pembuahan internal atau eksternal. Berdasarkan
simetri tubuh, ciri kaki dan cangkoknya, Mollusca dibagi menjadi lima kelas, yaitu kelas
Gastropoda, Cephalopoda, Bivalvia atau Pelecypoda, Amphineura dan kelas Scaphopoda.
Berikut akan dibahas satu persatu.
Klasifikasi Mollusca
1. Kelas Gastropoda
Gastropoda merupakan kelas Mollusca yang terbesar dan populer. Ada sekitar 50.000
jenis/spesies Gastropoda yang masih hidup dan 15.000 jenis yang telah menjadi fosil. Karena
banyaknya jenis Gastropoda, maka hewan ini mudah ditemukan. Sebagian besar Gastropoda
mempunyai cangkok (rumah) dan berbentuk kerucut terpilin (spiral). Bentuk tubuhnya sesuai
dengan bentuk cangkok. Padahal waktu larva, bentuk tubuhnya simetri bilateral. Namun ada
pula Gastropoda yang tidak memiliki cangkok, sehingga sering disebut siput telanjang
(vaginula). Hewan ini terdapat di laut dan ada pula yang hidup di darat. Gaster artinya perut,
dan podos artinya kaki. Jadi Gastropoda adalah hewan yang bertubuh lunak, berjalan dengan
perut yang dalam hal ini disebut kaki. Gerakan Gastropoda disebablan oleh kontraksi-kontraksi
otot seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar ke depan. Pada waktu bergerak, kaki
bagian depan memiliki kelenjar untuk menghasilkan lendir yang berfungsi untuk mempermudah
berjalan, sehingga jalannya meninggalkan bekas. Hewan ini dapat bergerak secara
mengagumkan, yaitu memanjat ke pohon tinggi atau memanjat ke bagian pisau cukur tanpa
teriris.
Gambar 4- 2. Siput air tawar (Lemnaea javanica)
Di kepala siput terdapat sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada
tentakel panjang, terdapat mata. Mata ini hanya berfungsi untuk membedakan gelap dan terang.
Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai indera peraba dan pembau. Sistem
pencernaan dimulai dari mulut yang dilengkapi dengan rahang dari zat tanduk. Di dalam mulut
terdapat lidah parut atau radula dengan gigi-gigi kecil dari kitin. Selanjutnya terdapat
kerongkongan, kemudian lambung yang bulat, usus halus dan berakhir di anus. Gastropoda
umumnya pemakan tumbuh-tumbuhan atau disebut hewan herbivora. Pernafasan bagi
Gastropoda yang hidup di darat menggunakan paru-paru, sedangkan Gastropoda yang hidup di
air, bernafas dengan insang. Alat ekskresi berupa sebuah ginjal yang terletak dekat jantung.
Hasil ekskresi dikeluarkan ke dalam rongga mantel. Sistem peredaran darah adalah sistem
peredaran darah terbuka. Jantung terdiri dari serambi dan bilik (ventrikel) yang terletak dalam
rongga tubuh. Sistem saraf terdiri atas tiga buah ganglion utama yakni ganglion otak (ganglion
cerebral), ganglion visceral atau ganglion organ-organ dalam dan ganglion kaki (pedal). Ketiga
ganglion utama ini dihubungkan oleh tali saraf longitudinal, sedangkan tali saraf longitudinal ini
dihubungkan oleh saraf transversal ke seluruh bagian tubuh. Di dalam ganglion pedal terdapat
statosit (statocyst) yang berfungsi sebagai alat keseimbangan. Gastropoda mempunyai alat
reproduksi jantan dan betina yang bergabung atau disebut juga ovotestes. Gastropoda adalah
hewan hemafrodit, tetapi tidak mampu melakukan autofertilisasi. Beberapa contoh Gastropoda
adalah bekicot (Achatina fulica), siput air tawar (Lemnaea javanica), siput laut (Fissurella sp),
dan siput perantara fasciolosis (Lemnaea trunculata).
2. Kelas Cephalopoda
Tubuh Cephalopoda dilindungi oleh cangkokj, kecuali Nautillus. Cephalopoda (cephale :
kepala, podos : kaki) adalah Mollusca yang berkaki di kepala. Cumi-cumi dan sotong memiliki
10 tentakel yang terdiri dari 2 tentakel panjang dan 8 tentakel lebih pendek. Gurita memiliki 8
tentakel. Kaki (tentakel) ini berfungsi sebagai tangan untuk mencari, merasa dan menangkap
makanan. Cumicumi, sotong dan gurita adalah contoh hewan kelas Cephalopoda.
Gambar 4- 3. Cumi-cumi
Tubuh cumi-cumi dibedakan atas kepala. Leher dan badan. Di depan kepala terdapat
mata yang besar dan tidak berkelopak. Mata ini berfungsi sebagai alat untuk melihat. Masih di
dekat kepala terdapat sifon atau corong berotot yang berfungsi sebagai kemudi. Jika ia ingin
bergerak ke belakang, sifon akan menyempurnakan air ke arah depan, sehingga tubuhnya
bertolak ke belakang. Sedangkan gerakan maju ke depan menggunakan sirip dan tentakelnya. Di
bagian perut tepatnya sebelah sifon akan ditemukan cairan tinta berwarna hitam yang
mengandung pigmen melanin. Fungsinya untuk melindungi diri. Jika dalam keadaan bahaya
cumi-cumi menyemprotkan tinta hitam ke luar sehingga air menjadi keruh. Pada saat itu cumi-
cumi dapat meloloskan diri dari lawan. Sistem pembuluh darah cumi-cumi adalah sistem
pembuluh darah tertutup, jadi darah seluruhnya mengalir di dalam pembuluh darah. Hewan ini
bernafas dengan insang yang terdapat di rongga mantel. Sedangkan ekskresi dilakukan dengan
ginjal. Alat reproduksinya terpisah, masing-masing dengan gonad yang terletak dekat ujung
rongga mantel. Sistem pencernaan makanan terdiri atas: mulut, faring, kerongkongan, lambung,
usus buntu, usus dan anus. Juga dilengkapi dengan kelenjar pencernaan yaitu kelenjar ludah,
hati dan pankreas. Makanan cumi-cumi
berupa ikan, udang dan Mollusca lainnya.
3. Kelas Bivalvia atau Pelecypoda
Kerang yang hidup di laut dan remis yang hidup di air tawar adalah contoh kelas Bivalvia.
Hewan Bivalvia bisa hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam, atau sungai yang lainnya
banyak mengandung zat kapur. Zat kapur ini digunakan untuk membuat cangkoknya.
Gambar 4- 4. Struktur luar kerang air tawar
Hewan ini memiliki dua kutub (bi = dua, valve = kutub) yang dihubungkan oleh
semacam engsel, sehingga disebut Bivalvia. Kelas ini mempunyai dua
cangkok yang dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot
aduktor dalam tubuhnya. Cangkok ini berfungsi untuk melindungi tubuh.
Cangkok di bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis. Kepalanya tidak
nampak dan kakinya berotot. Fungsi kaki untuk merayap dan menggali lumpur
atau pasir.
Cangkok ini terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
a. Periostrakum adalah lapisan terluar dari zat kitin yang berfungsi sebagai pelindung.
b. Lapisan prismatik, tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma.
c. Lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit
(karbonat) yang tipis dan paralel.
Gambar 4- 5. (A) Penampang melintang tubuh Pelecypoda; (B) Penampang
melintang cangkok dan mantel.
Kaki hewan ini berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan ke luar. Hal ini sesuai
dengan arti Pelecypoda (pelekis = kapak kecil; podos = kaki). Kerang bernafas dengan dua buah
insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang banyak
mengandung batang insang. Sementara itu antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel.
Rongga ini merupakan jalan masuk keluarnya air. Sistem pencernaan dimulai dari mulut,
kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran
yang sama dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini
adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa diatom, dll. Makanan
ini dicerna di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan
dikeluarkan melalui anus.
Gambar 4- 6 Struktur dalam kerang air tawar
Hewan seperti kerang air tawar ini memiliki kelamin terpisah atau berumah dua.
Umumnya pembuahan dilakukan secara eksternal. Untuk memudahkan memahami daur hidup
Bivalvia dapat digambarkan melalui contoh daur hidup kerang air tawar pada gambar berikut.
Gambar 2 - 7. Diagram daur hidup kerang air tawar
Dalam kerang air tawar, sel telur yang telah matang akan dikeluarkan dari ovarium.
Kemudian masuk ke dalam ruangan suprabranchial. Di sini terjadi pembuahan oleh sperma
yang dilepaskan oleh hewan jantan. Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi larva
glochidium. Larva ini pada beberapa jenis ada yang memiliki alat kait dan ada pula yang tidak.
Selanjutnya larva akan keluar dari induknya dan menempel pada ikan sebagai parasit, lalu
menjadi kista. Setelah beberapa hari kista tadi akan membuka dan keluarlah Mollusca muda.
Akhirnya Mollusca ini hidup bebas di alam.
4. Kelas Amphineura
Hewan Mollusca kelas Amphineura ini hidup di laut dekat pantai atau di pantai. Tubuhnya
bilateral simetri, dengan kaki di bagian perut (ventral) memanjang. Ruang mantel dengan
permukaan dorsal, tertutup oleh 8 papan berkapur, sedangkan permukaan lateral mengandung
banyak insang.
Gambar 2- 8. Kiton
Hewan ini bersifat hermafrodit (berkelamin dua), fertilisasi eksternal (pertemuan sel teur dan
sperma terjadi di luar tubuh). Contohnya Cryptochiton sp atau kiton. Hewan ini juga
mempunyai fase larva trokoper.
5. Kelas Scaphopoda
Dentalium vulgare adalah salah satu contoh kelas Scaphopoda. Cangkang jenis Scaphopoda ini
berbahaya karena biasanya hewan ini tumbuh di batu atau benda laut lainnya yang berbaris
menyerupai taring. Dentalium vulgare hidup di laut dalam pasir atau lumpur. Hewan ini juga
memiliki cangkok yang berbentuk silinder yang kedua ujungnya terbuka. Panjang tubuhnya
sekitar 2,5 s.d 5 cm. Dekat mulut terdapat tentakel kontraktif bersilia, yaitu alat peraba.
Fungsinya untuk menangkap mikroflora dan mikrofauna. Sirkulasi air untuk pernafasan
digerakkan oleh gerakan kaki dan silia, sementara itu pertukaran gas terjadi di mantel. Hewan
ini mempunyai kelamin terpisah.
Gambar 2- 9. (a) Dentalium vulgare, (b) Struktur tubuh Dentalium sp
3.4.1 Pembahasan Molusca
1. Gurita ( Octopus sp)
Kaki berjumlah 8, kepala bulat, kaki panjang terdapat tentakel, warna putih, tubuhnya
agak lembek
2. Cumi-cumi (Lolilgo sp)
Bentuk tubuh lonjong, kaki berjumlah 10, warna putih keungu-unguan, tubuh lembek,
cangkang berada didalam tubuh
3. Sotong ( Sepia Sp)
Kaki berjumlah 8, kaki relatif pendek, mata bulat berair mempunyai tentakel
3.5 BIVALVIA
Contoh kelas Bivalvia yaitu kerang yang hidup di laut dan remis yang hidup di air tawar.
Hewan Bivalvia bisa hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam, atau sungai yang lainnya
banyak mengandung zat kapur. Zat kapur ini digunakan untuk membuat cangkoknya.
Gambar 4- 4. Struktur luar kerang air tawar
Hewan ini memiliki dua kutub (bi = dua, valve = kutub) yang dihubungkan oleh
semacam engsel, sehingga disebut Bivalvia. Kelas ini mempunyai dua cangkok yang dapat
membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkok ini
berfungsi untuk melindungi tubuh. Cangkok di bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis.
Kepalanya tidak nampak dan kakinya berotot. Fungsi kaki untuk merayap dan menggali Lumpur
atau pasir.
Cangkok ini terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
a. Periostrakum adalah lapisan terluar dari zat kitin yang berfungsi sebagai pelindung.
b. Lapisan prismatik, tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma.
c. Lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit
(karbonat) yang tipis dan paralel.
Gambar 4- 5. (A) Penampang melintang tubuh Pelecypoda; (B) Penampang
melintang cangkok dan mantel.
Kaki hewan ini berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan ke luar. Hal ini sesuai
dengan arti Pelecypoda (pelekis = kapak kecil; podos = kaki). Kerang bernafas dengan dua buah
insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang banyak
mengandung batang insang. Sementara itu antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel.
Rongga ini merupakan jalan masuk keluarnya air. Sistem pencernaan dimulai dari mulut,
kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran
yang sama dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini
adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa diatom, dll. Makanan
ini dicerna di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan
dikeluarkan melalui anus.
Gambar 4- 6 Struktur dalam kerang air tawar
Hewan seperti kerang air tawar ini memiliki kelamin terpisah atau berumah dua.
Umumnya pembuahan dilakukan secara eksternal. Untuk memudahkan memahami daur hidup
Bivalvia dapat digambarkan melalui contoh daur hidup kerang air tawar pada gambar berikut.
Gambar 2 - 7. Diagram daur hidup kerang air tawar
Dalam kerang air tawar, sel telur yang telah matang akan dikeluarkan dari ovarium.
Kemudian masuk ke dalam ruangan suprabranchial. Di sini terjadi pembuahan oleh sperma
yang dilepaskan oleh hewan jantan. Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi larva
glochidium. Larva ini pada beberapa jenis ada yang memiliki alat kait dan ada pula yang tidak.
Selanjutnya larva akan keluar dari induknya dan menempel pada ikan sebagai parasit, lalu
menjadi kista. Setelah beberapa hari kista tadi akan membuka dan keluarlah Mollusca muda.
Akhirnya Mollusca ini hidup bebas di alam.
3.5.1 Pembahasan Bivalvia
a. perna viridis : warna kehijauan, 2 cangkang simetris, Permukaan cangkang
halus
b. Polymesoda erosa : warna putih, 2 cangkang simetris, Permukaan kasar
c. Amusium sp : warna coklat muda, permukaan halus dan licin, 2 cangkang
simetris
d. Scallope sp : permukaan tubuh kasar, pigmen coklat keputihan.
BAB V
KESIMPULAN
1. Crustacea
Tubuh crustacea beruas-ruas atau mempunyai abdomen-abdomen.
Bentuk abdomennya dapat menunjukan jenis kelaminnya.
Morfologinya dapat menunjukan spesiesnya.
2. Ikan
Bentuk mulut menandakan jenis makanannya.
Jari-jari sirip dapat dihitung dengan menggunakan rumus sirip. Jari-jari sirip keras ditandai
dengan angka romawi dan jari-jari lemah dengan angka arab.
3. Echinidermata
Bentuk tubuhnya simetri meruji dan ada yang bagian tubuhnya dipenuhi duri.
Mulutnya terletak pada bagian bawah tubuhnya.
4. Mollusca
Struktur tubuhnya lunak dan mempunyai cangkang berkapur
Alat geraknya brupa tentakel yang terltak d atas kepala
5. Bivalvia
Struktur tubuhnya lunak
Mempunyai cangkang setangkup
Bentuk tubuhnya simetri bilateral
Kedua cangkangnya sama besar
DAFTAR PUSTAKA
Bowser, Paul R. 1999. Disease Of Fish. Departemen Of Microbiology and Immunology
College of Veterinary Medicine Cornell University Ithaca, New York
Dixon, C. J., F. R. Schram & S. T. Ahyong (2004). "A new hypothesis of decapod
P hylogeny". Crustaceana 76 (8): 935–975.
Fra Fran ncisco José Poyato-Ariza , A revision of the ostariophysan fish family Chanidae, with
Speci special reference to the Mesozoic forms (Verlag Dr. Friedrich Pfeil, 1996)
JW Martin & GE Davis (2001). An Updated Classification of the Recent Crustacea. Natural History
Muse museum of Los Angeles County.
TayloTaylor (1992). "Gills and Lungs: The Exchange of Gases and Ions". Microscopic Anatomy of
Invert Intervebrates 10: 203–293.