identifikasi dan pengelolaan persampahan rumah …digilib.unila.ac.id/33556/3/tesis tanpa bab...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI DAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN RUMAH TANGGA
PADA PERUMAHAN MENENGAH KEATAS
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(STUDI KASUS DI KECAMATAN SUKABUMI)
Tesis
Oleh
S RENDRA UTAMA R
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
IDENTIFIKASI DAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN RUMAH TANGGA
PADA PERUMAHAN MENENGAH KEATAS
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(Studi Kasus di Kecamatan Sukabumi)
Oleh
S RENDRA UTAMA R
Peningkatan jumlah sampah berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah penduduk.
Guna mengantisipasi lonjakan timbulan sampah perlu upaya serius penanganan sampah
yang langsung dari sumbernya yaitu rumah tangga. Penelitian ini adalah deskriptif
analisis dengan menggunakan metode analisis SWOT (Strengths, Weakness ,
Opportunitie, Treaths). Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang
dibagikan kepada 37 responden di Perumahan Villa Laposte dan 83 responden di
Perumahan Villa Tirtayasa. Selain itu juga data diperoleh melalui wawancara dan
pengambilan data sekunder yang terkait penelitian. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tata kelola persampahan belum ditangani secara baik. Pengetahuan warga
tentang pengelolaan persampahan merupakan faktor kekuatan. Sedangkan adanya
potensi pemanfaatan sampah organik rumah tangga untuk diubah menjadi pupuk
kompos merupakan faktor peluang yang harus dimanfaatkan. Strategi yang tepat
memaksimalkan atau mengutamakan unsur kekuatan dengan memanfaatkan sebesar-
besarnya peluang yang ada. Pembuatan kompos secara mandiri dari sampah organik
rumah tangga dengan menggunakan teknologi tepat guna yg dapat digunakan pada
lahan terbatas. Selain itu juga perlu ditumbuh kembangkan kesadaran warga tentang
pengelolaan sampah rumah tangga dengan melakukan sosialisasi secara rutin dan
berkelanjutan.
Kata kunci: pengelolaan persampahan, SWOT, Bandar Lampung, partisipasi
masyarakat, sampah rumah tangga
ABSTRACT
IDENTIFICATION AND MANAGEMENT OF HOUSEHOLD WASTE IN
HOUSING IN THE CITY OF BANDARLAMPUNG
(Case Study in Sub-district of Sukabumi)
By
S RENDRA UTAMA R
Increasing the amount of waste is directly proportional to population growth. In order
to anticipate the surge of waste generation, it needs serious efforts to handle the waste
directly from the source that is household. This research is descriptive analysis using
SWOT method (Strengths, Weaknes, Opportunitie, Treaths). Data collection using
questionnaires distributed to 37 respondents in Villa Laposte Housing and 83
respondents in Villa Tirtayasa Housing. In addition, data obtained through interviews
and secondary data-related research. The results show that solid waste management
has not been handled properly. Knowledge residents of housing about waste
management is a strength factor. While the potential utilization of household organic
waste to be converted into compost is a factor of opportunity that must be utilized.
Composting independently of household organic waste by using appropriate technology
that can be used on limited land. It also needs to grow the awareness of citizens about
managing the household waste by conducting socialization regularly and continuously.
Keywords: waste management, SWOT, Bandar Lampung, community participation,
household waste
IDENTIFIKASI DAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN RUMAH TANGGA
PADA PERUMAHAN MENENGAH KEATAS
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(STUDI KASUS DI KECAMATAN SUKABUMI)
Oleh
S RENDRA UTAMA R
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
MAGISTER SAINS
Pada
Program Studi Magister Ilmu Lingkungan
Program Sarjana Universitas Lampung
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Tesis dengan judul ”IDENTIFIKASI DAN PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN RUMAH TANGGA PADA PERUMAHAN
MENENGAH KEATAS DI KOTA BANDAR LAMPUNG (STUDI KASUS
DI KECAMATAN SUKABUMI)” adalah karya saya sendiri dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara yang
tidak sesuai dengan etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau
yang disebut plagiatisme.
2. Hak intelektual atas karya ini sepenuhnya diserahkan kepada Universitas
Lampung
Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ditemukan ketidakbenaran, saya bersedia
menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya.
Bandarlampung, Juni 2108
Pembuat pernyataan
S. RENDRA UTAMA R
RIWAYAT HIDUP
S RENDRA UTAMA R
Penulis kelahiran Lampung Utara bulan Februari tahun
1974. Tertua dari empat bersaudara. Riwayat pendidikan
formal dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas
dijalani sejak tahun 1980 – 1992. Melanjutkan pendidikan
perguruan tinggi di Akademi Akuntansi Yayasan
Administrasi Indonesia hingga
tahun 1993 di Jakarta. Tahun 1993 – 1996 mengikuti pendidikan di Akademi Penilik
Kesehatan Tanjung Karang Propinsi Lampung. Setamat jenjang diploma, melanjutkan
jenjang strata satu di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok
lulus tahun 1999. Riwayat pekerjaan dimulai menjadi Pegawai Negeri Sipil di Dinas
Kesehatan Kabupaten Way Kanan, Lampung sejak tahun 2000 hingga 2004. Pernah
mengajar sebagai dosen tidak tetap di Perguruan Tinggi Mitra Lampung, Bandar
Lampung dan Akademi Kebidanan Alifa, Pringsewu. Hingga saat ini penulis mengabdi
di almamaternya dahulu di Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Tanjung Karang.
SANWACANA
Alhamdulillah...
Terimakasih Ya Allah atas izinMu sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Penelitian ini berawal dari semangat dan keinginan yang kuat ingin mencari solusi
penanganan persampahan khususnya bagi penanganan sampah rumah tangga
perumahan yang berada di wilayah Kota Bandarlampung. Harapan kedepan pengelolaan
persampahan di kota ini akan semakin baik dan lebih baik.
Tentu tiada kesuksesan dan keberhasilan tanpa dukungan dari pihak lain. Untuk
itu saya ingin berterimakasih kepada keluarga, ibu, istri dan anak yang telah mendukung
dengan penuh cinta dan pengertian. Dosen pembimbing dan penguji yang telah
mencurahkan waktu, memberikan nasehat dan bimbingan selama proses penelitian.
Pada rekan-rekan satu angkatan 2015 yang telah berkontribusi secara akademis, praktis
dan dukungan untuk tesis master ini terimakasih semua. Terakhir terimakasih yang
sebesarnya kepada segenap jajaran pimpinan dan staff Program Studi Magister Ilmu
Lingkungan Universitas Lampung atas bantuan dan kemudahan yang diberikan selama
proses penelitian ini berjalan.
Bandarlampung, Juni 2018
Penulis
S. Rendra Utama R
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
ABSTRAK
PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
SANWACANA .....................................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
DAFTAR TABEL ..................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................
I. PENDAHULUAN ..........................................................................................
A. Latar Belakang ...........................................................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................
D. Ruang Lingkup ...........................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
A. Pengertian Sampah ......................................................................................
B. Pengelolaan Sampah ...................................................................................
C. Pengelolaan Sampah 3R (reduce, reuse,recycle) .......................................
D. Dampak Sampah ........................................................................................
E. Analisis SWOT ..........................................................................................
F. Penelitian Terdahulu ..................................................................................
III. METODE PENELITIAN .............................................................................
A. Metodologi Penelitian ...............................................................................
B. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................................
C. Bahan dan Alat Penelitian ...........................................................................
D. Pengumpulan Data .....................................................................................
E. Objek Penelitian, Populasi Dan Sampel Penelitian .....................................
F. Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
A. Hasil Penelitian ...........................................................................................
B. Pembahasan ................................................................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
- Kuesioner
- Foto-foto
i
ii
iii
iv
1
1
5
6
6
7
7
9
27
34
36
41
44
44
45
45
46
46
49
57
57
85
104
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Spesifikasi Sumber dan Komposisi Sampah .....................................................
14
2 Matrik IFAS ( Internal Factors Analysis Summary)..........................................
53
3 Matrik EFAS ( External Factors Analysis Summary)........................................
53
4 Luas Wilayah Kota Bandar Lampung menurut Kecamatan Tahun 2016 .........
58
5 Wilayah Administrasi Kota Bandar Lampung ..................................................
59
6 Banyaknya Lingkungan (LK) dan Rukun Tetangga (RT) menurut Kelurahan
di Kecamatan Sukabumi, Tahun 2016 ...............................................................
61
7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Warga di Perumahan Villa
Tirtayasa Tentang Pengolahan Sampah Rumah Tangga ...................................
68
8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Warga di Perumahan Villa
Laposte Tentang Pengolahan Sampah Rumah Tangga .....................................
70
9 Distribusi Frekuensi Peranan Pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah di
Perumahan Villa Tirtayasa ................................................................................
71
10 Distribusi Frekuensi Peranan Pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah di
Perumahan Villa Laposte .................................................................................
73
11 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Sarana dan Prasarana Persampahan di
Perumahan Villa Tirtayasa ................................................................................
75
12 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Sarana dan Prasarana Persampahan di
Perumahan Villa Laposte ...................................................................................
76
13 Distribusi Frekuensi Tentang Sikap Masyarakat Terhadap Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga di Perumahan Villa Tirtayasa .....................................
77
14 Distribusi Frekuensi Sikap Warga Terhadap Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga di Perumahan Villa Laposte .....................................................
79
15 Distribusi Frekuensi Keikutsertaan Warga di Perumahan Villa Tirtayasa
Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ..................................................... 80
16
Distribusi Frekuensi Keikutsertaan Warga di Perumahan Villa Laposte
Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ....................................................
82
17 Karakteristik Responden Perumahan Villa Tirtayasa dan Villa Laposte .........
85
18 Matriks SWOT Strategi Pengelolaan Sampah Perumahan Kelas Menengah
Keatas di Kota Bandarlampung .........................................................................
92
19 Matrik Urgensi Faktor Internal .........................................................................
93
20 Matrik Urgensi Faktor Eksternal ......................................................................
94
21 Matrik Hasil IFAS ( Internal Factors Analysis Summary).................................
95
22 Matrik Hasil EFAS ( External Factors Analysis Summary)...............................
96
23 Strategi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Perumahan Kelas Menengah
Keatas ................................................................................................................ 99
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Paradigma Pengelolaan Sampah .......................................................................
9
2 Kegiatan Pengelolaan Sampah ..........................................................................
10
3 Diagram Alir Penelitian ....................................................................................
44
4 Kuadran Strategi Analisis SWOT ......................................................................
56
5 Kota Bandarlampung, Kecamatan dan Kelurahan .............................................
59
6 Bagan Alir Pengelolaan Sampah Perumahan Villa Tirtayasa ............................
62
7 Bagan Alir Pengelolaan Sampah Perumahan Villa Laposte ..............................
63
8 Lokasi TPS Perumahan Villa Laposte ...............................................................
64
9 Grafik Tingkat Pendidikan Warga PerumahanVilla Tirtayasa ..........................
65
10 Grafik Tingkat Pendidikan Warga Perumahan Villa Laposte ...........................
66
11 Grafik Pekerjaan Responden Warga Perumahan Villa Tirtayasa ......................
66
12 Grafik Pekerjaan Responden Warga Perumahan Villa Laposte ........................
67
13 Grafik Status Kepemilikan Rumah Warga Perumahan Villa Tirtayasa .............
67
14 Grafik Status Kepemilikan Rumah Warga Perumahan Villa Laposte................
68
15 Grafik Pengetahuan Warga Villa Tirtayasa Tentang Pengolahan Sampah ........
69
16 Grafik Pengetahuan Warga Villa Laposte Tentang Pengolahan Sampah ..........
71
17 Grafik Peranan Pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di
Perumahan Villa Tirtayasa .................................................................................
72
18 Grafik Peranan Pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di
Perumahan Villa Laposte ...................................................................................
74
19 Grafik Ketersediaan Sarana dan Prasarana Persampahan di Perumahan Villa
Tirtayasa .............................................................................................................
75
20 Grafik Ketersediaan Sarana dan Prasarana Persampahan di Perumahan Villa
Laposte .............................................................................................................
76
21 Grafik Sikap Warga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di
Perumahan Villa Tirtayasa .................................................................................
78
22 Grafik Sikap Warga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di
Perumahan Villa Laposte ...................................................................................
80
23 Grafik Keikutsertaan Warga Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di
Perumahan Villa Tirtayasa .................................................................................
82
24 Grafik Keikutsertaan Warga Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di
Perumahan Villa Laposte ...................................................................................
84
25 Kuadran Strategi Perencanaan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di
Perumahan Kelas Menengah Keatas ..................................................................
98
26 Bioreaktor Pembangkit Pupuk Cair ................................................................... 101
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan persampahan sebagai salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan kota, sehingga membutuhkan penanganan yang
tepat. Keberadaan jumlah sampah yang semakin hari semakin bertambah seiring
pertambahan jumlah penduduk akan menjadi masalah apabila tidak ditangani
dengan baik. Keberadaan sampah dapat mencemari lingkungan tanah, air, dan
udara udara. Selain itu kehadiran sampah dapat mengurangi nilai estetika serta
mengganggu kesehatan.
Jumlah sampah semakin hari semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di
Kota Bandar Lampung, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan
bahwa laju pertumbuhan penduduk Kota Bandar Lampungsebesar 1,94% pertahun
(Sumber: Proyeksi Penduduk Provinsi Lampung 2010–2035, BPS Provinsi
Lampung) . Apabila, diasumsikan setiap penduduk menghasilkan 0,16 ton sampah
setiap tahun atau 0,43 kg perhari, maka sesuai dengan persamaan yang
didapatkan dari IPCC (2012). Jumlah timbulan sampah pada Tahun 2025 dapat
mencapai 38.046,2 ton.
Besarnya peningkatan jumlah sampah tersebut tidak hanya terjadi di Kota
Bandar Lampung, namun hal yang sama terjadi pula di banyak kota lain. Oleh
karenanya, untuk mengantisipasi lonjakan timbulan sampah yang sedemikian
besarnya, maka pemerintah melalui peraturan presiden mengeluarkan Jakranas
2
atau Kebijakan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga No 97 Tahun 2017. Dalam Jakranas
tersebut tertuang kebijakan yang berisi antara lain target pengurangan sampah
dan penanganan timbulan sampah.
Sampai saat ini, sistem pengelolaan sampah di Indonesia masih sebatas
cara membuang bukan mengolah. Biasanya, sampah hanya dibuang langsung
kesuatu lahan kosong, dan apabila lahan tersebut sudah penuh dan dianggap tidak
layak, maka masyarakat kemudian akan berpindah lagi mencari lahan yang lain.
Penanganan sampah dengan cara seperti ini, tentu saja membutuhkan biaya
operasional yang sangat besar dan hanya efektif dalam jangka pendek. Namun,
dalam jangka panjang sangat tidak efisien dan kurang aman karena adanya
keterbatasan daya dukung lahan dan lingkungan yang semakin lama semakin
sedikit.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengelola sampah tanpa
menggunakan biaya yang besar adalah dengan pengelolaan sampah berbasis
komunitas dimana sampah dikelola secara kawasan dengan peran serta dari
masyarakat. Peran serta tersebut antara lain adalah melakukan pemilahan sampah,
mendirikan usaha pengelolaan sampah (UPS) dan membayar iuran retribusi
kebersihan.
Kegiatan pemilahan dapat dilakukan langsung di sumber sampah seperti di
perumahan, sekolah, kantor, puskesmas, rumah sakit, pasar, terminal dan tempat-
tempat dimana manusia beraktivitas. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Revmon (2011) bahwa proses pemilahan sampah sebaiknya langsung
dilaksanakan pada sumbernya. Proses pemilahan akan menjadi tidak efisien bila
3
dilakukan di tempat pemrosesan akhir, karena sampah yang sudah terlanjur
bercampur akan memerlukan sarana dan prasarana yang mahal untuk dipilah.
Timbulan sampah bersumber dari perumahan dan pemukiman yang belum
teratasi dengan baik, akan menjadi penyebab memburuknya kondisi lingkungan
dan berdampak negatif terhadap masyarakat. Melihat permasalahan tersebut, perlu
adanya pengelolaan sampah terpadu yang sifatnya meminimalkan jumlah sampah
yang dihasilkan. Upaya yang dapat dilakukan yang melibatkan partisipasi
masyarakat antara lain melalui program 3R, yaitu reduce (mengurangi), reuse
(menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang).
Mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) No.03-1733-2004
dinyatakan bahwa lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan tempat
penampungan sementara sampah (TPS). TPS ini berfungsi sebagai tempat
pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah. Namun, pada
kenyataannya dari 2 kawasan perumahan kelas menengah yang ada di Kota
Bandar Lampung pengelolaan persampahannya belum ditangani dengan baik dan
belum sesuai dengan standar tersebut.
Dari fakta yang ditemukan di lapangan, maka dipandang perlu untuk
mengangkat permasalahan seperti dijabarkan di atas untuk menetapkan strategi
pengelolaan sampah yang sesuai bagi masyarakat yang ada di perumahan yang
terdapat di Kota Bandar Lampung. Sebelum menetapkan strategi pengelolaan
sampah, maka perlu dilaksanakan survei awal untuk mengetahui gambaran awal
kondisi dan jenis perumahan yang ada di Kota Bandar Lampung.
Berdasarkan data Dinas Kependudukan Kota Bandar Lampung, kawasan
perumahan yang terbanyak ada di Kecamatan Sukabumi yaitu 40 kawasan
4
perumahan. Kawasan perumahan tersebut tersebar di lima kelurahan dari tujuh
kelurahan yang ada di Kecamatan Sukabumi yaitu Kelurahan Sukabumi Indah,
Kelurahan Sukabumi, Kelurahan Nusantara Permai, Kelurahan Campang Raya,
dan Kelurahan Campang Jaya. Kelurahan dengan jumlah kawasan perumahan
terbanyak terdapat di dua kelurahan yaitu Kelurahan Sukabumi dan Sukabumi
Indah. 10 perumahan, sisanya tersebar di tiga kelurahan yang lain.
Dari survey awal yang telah dilakukan, didapat informasi bahwa di
lingkungan perumahan kelas menengah ke keatas belum memiliki fasilitas TPS
permanen, baik TPS yang dibangun oleh pihak pengembang maupun TPS yang
disediakan oleh pemerintah Kota Bandar Lampung. Contohnya, perumahan kelas
menengah yang ada di dua kelurahan tersebut yaitu Perumahan Villa Tirtayasa
dan Perumahan Villa Laposte. Kedua perumahan kelas menengah tersebut tidak
terdapat aktivitas pengelolaan sampah yang seharusnya dilakukan sebagaimana
yang telah disarankan menurut Undang - undang No.18 Tahun 2018.
Menurut Nasution (2014), pengelolaan sampah di Kota Bandar Lampung
masih terkendala terbatasnya sarana dan prasarana kebersihan, termasuk jumlah
armada angkutan sampah. Pekerja kebersihan masih relatif sedikit dibandingkan
dengan beban kerja yang harus ditanggung khususnya pengumpulan dan
pengangkutan, serta kurang aktifnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan
sampah.
Keterlibatan masyarakat sebagai produser utama sampah, dimaksudkan
untuk mengoptimalkan pola pengelolaan sampah. Hal ini sesuai dengan yang
penelitian Sinurat dan Salomo (2013) tentang “Strategi Pengelolaan Sampah Kota
Depok”. Peneliti tersebut menjelaskan bahwa, untuk mendapatkan strategi yang
5
spesifik untuk pengelolaan sampah disuatu tempat tertentu seperti pengelolaan
sampah di Kota Depok dibutuhkan informasi tentang faktor eksternal-internal.
Menggunakan pendekatan post positivis kualitatif, dan menggunakan analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Treath). Analisis SWOT adalah
instrument perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka
kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrument
ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk
melaksanakan sebuah strategi.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, muncul pertanyaan penelitian sebagai rumusan
masalah (research question) yaitu ; :
1) Bagaimana proses perencanaan pengelolaan sampah rumah tangga berbasis
masyarakat yang telah berjalan di perumahan menengah di Kota Bandar
Lampung?.
2) Apa tantangan dan peluang dalam pengelolaan sampah rumah tangga yang
berbasis masyarakat yang telah berjalan di perumahan yang ada di Kota
Bandar Lampung?
3) Bagaimana strategis pengelolaan persampahan yang tepat untuk
diterapkannya pada perumahan menengah keatas di Kota Bandar
Lampung?
4) Seberapa besar kontribusi pengelolaan sampah yang diusulkan dalam
mengurangi jumlah sampah di perumahan tersebut?
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian
(research question) yaitu:
A. Mengidentifikasi pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat
yang telah dijalankan di perumahan menengah keatas yang terdapat di Kota
Bandar Lampung.
B. Menginventarisasi tantangan, peluang, ancaman, serta hambatan dalam
pengelolaan sampah rumah tangga yang terdapat di perumahan kelas
menengah keatas.
C. Menentukan strategi pengelolaan sampah yang tepat untuk diterapkan pada
perumahan menengah keatas agar dapat mengurangi jumlah timbulan
sampah pada skala rumah tangga.
D. Ruang Lingkup
Untuk menentukan strategi pengelolaan sampah yang sesuai dengan
karakteristik pada penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah analisis
SWOT (Strengths, Weakness , Opportunities, Treaths). Analisis SWOT
merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths),
kelemahan (weakness), peluang (opportunitie), dan ancaman (treaths) suatu
organisasi sehingga dapat memperkirakan cara terbaik untuk menemukan strategi
yang tepat atas permasalahan yang sedang dihadapi.
Dalam hal ini ruang lingkup permasalahan adalah penanganan
persampahan rumah tangga pada perumahan kelas menengah keatas di Kota
Bandar Lampung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sampah
Menurut Undang-undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
bab pertama bagian kesatu pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan sampah adalah
sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Sedangkan pada bab pertama ketentuan umum pasal 1 dalam Peraturan Menteri
PU No.03/PRT/M/2013 definisi sampah terbagi menjadi dua yaitu:
1. Sampah Rumah Tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dalam rumah tangga, yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
2. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga adalah sampah rumah tangga yang
berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
Menurut Suwerda (2012) sumber sampah terdiri dari:
1. Sampah dari rumah tangga
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga antara lain berupa sisa
hasil pengolahan makanan, barang bekas dari perlengkapan rumah tangga,
kertas, kardus, gelas, kain, tas bekas, dan lain - lain.
2. Sampah dari pertanian
Sampah yang berasal dari kegiatan pertanian pada umumnya berupa sampah
yang mudah membusuk, seperti rerumputan dan jerami. Sampah pertanian
8
lainnya adalah plastik yang digunakan sebagai penutup tempat tumbuh –
tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambatan
pertumbuhan gulma, seperti pada penanaman cabai.
3. Sampah sisa bangunan
Pembangunan gedung -gedung yang dilakukan selama ini akan menghasilkan
sampah seperti potongan kayu, triplek, dan bambu. Kegiatan pembangunan
juga menghasilkan sampah seperti semen bekas, pasir, batu bata, pecahan
ubin/keramik, potongan besi, pecahan kaca, kaleng bekas.
4. Sampah dari perdagangan dan perkantoran
Kegiatan pusat tradisional, warung, supermarket, toko, pasar swalayan, dan
mall menghasilkan jenis sampah yang beragam. Sampah dari perdagangan
banyak menghasilkan sampah yang mudah membusuk, seperti sisa makanan,
dedaunan, dan menghasilkan sampah tidak membusuk seperti kertas, kardus,
plastik, kaleng, dan lain – lain. Kegiatan perkantoran termasuk fasilitas
pendidikan menghasilkan sampah seperti kertas bekas, alat tulis, toner
fotocopy, pita printer, dan lain – lain.
5. Sampah dari industri
Kegiatan industri menghasilkan jenis sampah yang beragam, tergantung dari
bahan baku yang digunakan, proses produksi, dan out produk yang
dihasilkan.
9
B. Pengelolaan Sampah
Saat ini pengelolaan sampah telah mengalami perubahan paradigma, dari
orientasi kumpul, angkut dan buang menjadi lebih berorientasi kepada
pengurangan sampah semaksimal mungkin di sumber sebelum diangkut ke
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), seperti disajikan pada Gambar 1 terlihat bahwa
rangkaian pengelolaan tidak hanya bertumpu pada proses di TPA tetapi banyak
menekankan pengelolaan dari sumber sampah. Dengan harapan telah terjadi
pemilahan sampah dari awal, kemudian dilanjutkan dengan proses daur ulang
menjadi barang yang bermanfaat, dan akhirnya hanya residu atau sisa sampah saja
yang diangkut ke TPA
Konsep pengelolaan sampah yang diatur pada pada UU No.18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah BAB I Bagian Kesatu pasal 1ayat 5 menjelaskan
bahwa pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis,
menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan sampah dan
penanganan sampah.
Gambar 1. Paradigma Pengelolaan Sampah
Sumber : Dirjen Cipta Karya, 2015
10
Secara umum pengelolaan sampah dapat disajikan pada Gambar 2 berikut
ini:
Kegiatan pengurangan sampah meliputi:
a. Pembatasan timbulan sampah;
b. Pendauran ulang sampah;
c. Pemanfaatan kembali sampah.
Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi:
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
Gambar 2. Kegiatan Pengelolaan Sampah
Sumber : Dirjen Cipta Karya, 2015
11
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau
dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah; dan/atau
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Guna menjalankan Undang undang No.18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah, pemerintah mengeluarkan Peraturan pemerintah. No.81
Tahun 2012 yang menjelaskan tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Pada BAB III Bagian Kesatu Pasal 10
ayat 2 dikatakan bahwa setiap orang wajib melakukan pengurangan sampah dan
penanganan sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai
sumber daya.
Menurut PP tersebut proses pengelolaan sampah dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
1. Penanganan Setempat
Penanganan yang dilaksanakan sendiri oleh penghasil sampah dengan
menanam dalam galian tanah pekarangannya atau dengan cara lain yang
masih dapat dibenarkan, cara seperti ini dapat dimungkinkan bila daya
dukung lingkungan masih cukup tinggi misalnya tersedianya lahan, kepadatan
penduduk yang rendah, dan lain-lain.
12
2. Pengelolaan Terpusat
Pengelolaan persampahan secara terpusat adalah suatu proses atau kegiatan
penanganan sampah yang terkoordinir untuk melayani suatu wilayah / kota.
Pengelolaan sampah secara terpusat mempunyai kompleksitas yang besar
karena cakupan berbagai aspek yang terkait. Aspek – aspek tersebut
dikelompokkan dalam 5 aspek utama, yakni aspek institusi, hukum, teknis
operasional, pembiayaan dan retribusi serta aspek peranserta masyarakat
Menurut Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum (2011)
aspek pengelolaan sampah perkotaan terdiri atas 5 aspek yaitu:
1. Aspek teknis operasional
2. Aspek kelembagaan
3. Aspek hukum
4. Aspek pembiayaan
5. Aspek peranserta masyarakat
Aspek Teknis Operasional
1) Komposisi Sampah
Komposisi sampah sangat menentukan sistem penanganan yang dapat
dilakukan terhadap sampah. Komposisi menentukan jenis dan kapasitas peralatan,
sistem, dan program penanganannya. Komposisi sampah adalah setiap komponen
sampah yang membentuk suatu kesatuan, dalam prosentase (%). Komposisi
sampah berbeda-beda berdasarkan sumber sampah, karakteristik perilaku
13
masyarakat serta kondisi ekonomi yang berbeda dan proses penanganan sampah
di sumber sampah seperti yang disajikan pada Tabel 1 berikut ini;
Tabel 1. Spesifikasi Sumber dan Komposisi Sampah
No Sumber Sampah Komposisi Sampah
1 Kantor Kertas karton plastik cartridge printer bekas
sampah makanan.
2 Rumah Sakit Kertas, plastik (pembungkus spuit, spuit bekas),
kaca (botol obat, pecahan kaca) logam (jarum
spuit), potongan jaringan tubuh, sampah
makanan, kapas bekas.
3 Pasar Sampah organik mudah membusukplastik kertas
/ karton, karet, kain, kayu pengemas.
4 Rumah Makan Sampah makanan kertas pembungkus plastik
pembungkus.
5 Lapangan Olahraga Kertas plastik sampah makanan potongan
rumput.
6 Lapangan Terbuka ranting/daun kering potongan rumput
7 Jalan dan Lapangan Kertas plastik daun kering
8 Rumah Tangga sampah makanan, kertas / karton, plastik,
kain, daun, ranting, logam.
9 Pembangunan
Gedung
pecahan bata, pecahan beton, pecahan
genting, kayu, kertas, Plastik
Sumber : Dirjen Cipta Karya, 2011
Komposisi sampah akan berbeda untuk setiap kota atau negara, tergantung
kondisi ekonomi suatu kota atau negara yang bersangkutan. Pada umumnya
makin tinggi tingkat perekonomian suatu kota atau negara, komposisi organik
akan makin menurun dan komposisi non organik (kertas, plastik) akan meningkat
(Dirjen Cipta Karya, 2011)
Selain itu, komposisi sampah dapat mempengaruhi pola penanganan
sampah terutama penanganan pada sumber sampah. Sebagai contoh jika sampah
mengandung banyak bahan organik pada pengelolaan pada sumber sampah akan
14
lebih mudah jika dilakukan pemisahan sampah organik dan anorganik serta
adanya proses pengomposan yang sederhana.
2) Karakteristik Sampah
Karakteristik sampah secara umum dibedakan atas :
1. Karakteristik fisik
- Kandungan kadar air
- Spesific Weight/Berat Jenis (berat/volume; kg/liter, lb/ft3)
- Ukuran partikel dan distribusi partikel
- Field Capacity, didefinisikan sebagai jumlah total air yang dapat
ditahan oleh sampah secara gravitasi
- Permeabilitas sampah, sangat penting untuk mengetahui pergerakan
cairan dan gas dalam landfill.
2. Karakteristik kimiawi
- Proximate Analysis: Analisis terhadap kelembaban sampah,
kandungan volatile di dalam sampah, fixed carbon, dan ash di dalam
sampah
- Fusing point of ash: Temperatur dimana bisa terbakar sebagai abu
(klinker) suhu diatas 1000oC
- Ultimate Analysis: Analisis terhadap unsur-unsur kimia penyusun
sampah. Sampah mengandung komponen karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, sulfur, dan ash. Analisis ini sangat menentukan sistem
pengolahan sampah yang efektif digunakan untuk memusnahkan
sampah.
- Energy content (Btu/lb): Analisis kandungan energi dalam sampah.
15
Sampah mengandung unsur karbon yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi. Beberapa jenis sampah yang mempunyai nilai kalor
tinggi seperti kayu, serbuk gergaji dan lainnya dapat digunakan
sebagai sumber energi. Bomb calorimeter dapat digunakan untuk
menentukan nilai kalor dari masing-masing komponen sampah.
3. Karakteristik biologi
Biodegradability adalah kemampuan sampah untuk diuraikan dengan
memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Produksi bau pada proses
penguraian sampah oleh mikroorganisme. Bau timbul
akibat pembentukan asam-asam organik rantai pendek, merkaptan,
dan H2S. (Dirjen Cipta Karya, 2011)
3) Sumber Sampah
Sumber sampah sebagaimana dijelaskan dalam UU No.18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah terdiri atas:
a. Sampah rumah tangga: sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam
rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik
b. Sampah sejenis sampah rumah tangga: sampah yang berasal dari kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas
umum dan/atau fasilitas lainnya.
c. Sampah spesifik yaitu sampah yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun.
Sampah yang timbul akibat bencana. Bongkaran bangunan. Sampah yang
secara teknologi belum dapat diolah. Sampah yang timbul secara tidak
periodik.
16
Ada beberapa sumber penghasil sampah, yaitu perumahan, sekolah,
kantor, puskesmas, rumah sakit, pasar, terminal dan tempat-tempat dimana
manusia beraktivitas . Dari berbagai sumber sampah tersebut, sampah perumahan
yang diproduksi oleh rumahtangga merupakan penyumbang terbesar limbah
padat. Menurut Suwerda (2012) sumber sampah terdiri dari:
1. Sampah dari rumah tangga
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga antara lain berupa sisa
hasil pegolahan makanan, barang bekas dari perlengkapan rumah tangga,
kertas, kardus, gelas, kain, tas bekas, dan lain - lain.
2. Sampah dari pertanian
Sampah yang berasal dari kegiatan pertanian pada umumnya berupa sampah
yang mudah membusuk, seperti rerumputan dan jerami. Sampah pertanian
lainnya adalah plastik yang digunakan sebagai penutup tempat tumbuh –
tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambatan
pertumbuhan gulma, seperti pada penanaman cabai.
3. Sampah sisa bangunan
Pembangunan gedung -gedung yang dilakukan selama ini akan
mengahasilkan sampah seperti potongan kayu, triplek, dan bambu. Kegiatan
pembangunan juga menghasilkan sampah seperti semen bekas, pasir, spesi,
batu bata, pecahan ubin/keramik, potongan besi, pecahan kaca, kaleng bekas.
4. Sampah dari perdagangan dan perkantoran
Kegiatan pusat tradisional, warung, supermarket, toko, pasar swalayan, dan
mall menghasilkan jenis sampah yang beragam. Sampah dari perdagangan
banyak mengahasilkan sampah yang mudah membusuk, seperti sisa makanan,
17
dedaunan, dan menghasilkan sampah tidak membusuk seperti kertas, kardus,
plastik, kaleng, dan lain – lain. Kegiatan perkantoran termasuk fasilitas
pendidikan menghasilkan sampah seperti kertas bekas, alat tulis, toner
fotocopy, pita printer, dan lain – lain.
5. Sampah dari industri
Kegiatan di industri menghasilkan jenis sampah yang beragam, tergantung
dari bahan baku yang digunakan, proses produksi, dan out produk yang
dihasilkan.
Ada beberapa kategori sumber sampah yang dapat digunakan sebagai
acuan klasifikasi sumber sampah, yaitu:
1. Sumber sampah yang berasal dari daerah perumahan yang terbagi atas:
a. Perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi (High income)
b. Perumahan masyarakat berpenghasilan menengah (Middle income)
c. Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah / daerah kumuh
(Low income / slum area)
2. Daerah komersial
Daerah komersial umumnya didominasi oleh kawasan perniagaan, hiburan
dan lain-lain. Yang termasuk kategori komersial adalah pasar pertokoan
hotel restauran bioskop salon kecantikan, industri dan lain-lain.
3. Fasilitas umum
Fasilitas umum merupakan sarana / prasarana perkotaan yang dipergunakan
untuk kepentingan umum. Yang termasuk dalam kategori fasilitas umum ini
adalah perkantoran, sekolah, rumah sakit, apotik, gedung olah raga,
museum, taman, jalan, saluran / sungai dan lain-lain.
18
4. Fasilitas sosial
Fasilitas sosial merupakan sarana prasarana perkotaan yang digunakan
untuk kepentingan sosial atau bersifat sosial. Fasilitas sosial ini meliputi
panti-panti sosial (rumah jompo, panti asuhan) dan tempat-tempat ibadah
(masjid, gereja pura, dan lain-lain).
5. Sumber lain
Dari klasifikasi sumber-sumber sampah yang ada, dapat dikembangkan lagi
jenis sumber-sumber sampah yang lain sesuai dengan kondisi kotanya atau
peruntukan tata guna lahannya. Sebagai contoh sampah yang berasal dari
tempat pemotongan hewan atau limbah pertanian ataupun buangan dari
instalasi pengolahan air limbah (sludge), dengan catatan bahwa sampah atau
limbah tersebut adalah bersifat padat dan bukan kategori sampah B3.
Klasifikasi kategori sumber sampah pada dasarnya juga dapat
menggambarkan klasifikasi tingkat perekonomian yang dapat digunakan untuk
menilai tingkat kemampuan masyarakat dalam membayar retribusi sampah dan
menentukan pola subsidi silang.
Aspek Kelembagaan Pengelolaan Sampah
Kelembagaan berasal dari kata lembaga yang berdasarkan Kamus
Besar Bahasa Indonesia berarti badan (organisasi) yang tujuannya melakukan
suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. Menurut Ruttan dan
Hayami (1984) dalam Utami (2011), kelembagaan berarti aturan dalam
19
organisasi atau kelompok masyarakat untuk membantu anggotanya agar dapat
berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dirjen Cipta Karya (2011), beberapa kondisi pengelolaan sampah perkotaan
yang berkaitan dengan aspek institusi atau kelembagaan adalah sebagai berikut:
1. Sebagian besar institusi pengelola adalah berbentuk dinas, suku dinas,
seksi, sub seksi dimana belum ada pemisahan antara operator dan regulator
2. Struktur organisasi yang ada belum ditunjang dengan kapasitas (jumlah dan
kualitas SDM) yang memadai sesuai dengan kewenangannya
3. Tata laksana kerja belum jelas antara bagian administrasi dan pelaksana
teknis lapangan, termasuk kewenangan penarikan retribusi serta
pengalokasian anggaran untuk pendanaan investasi
4. Kurangnya koordinasi dan kerjasama antara instansi terkait yang ada
di lapangan
Kelembagaan yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah
kelembagaan yang sesuai dengan amanat PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, PP 41/2007 tentang Pemerintahan Daerah. PP 23/2004
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, serta Permendagri
61/2009 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
Perangkat peraturan tersebut di atas digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan
kelembagaan pengelolaan sampah, antara lain:
1 . Memisahkan regulator dan operator pengelola sampah, misalnya
membentuk UPTD atau kerjasama dengan swasta sebagai operator.
20
2 . Peningkatan kualitas SDM melalui training dan rekruitmen SDM untuk
jangka panjang sesuai dengan kualifikasi bidang keahlian
persampahan/manajemen karena struktur organisasi mencerminkan tugas dan
tanggungjawab yang jelas dalam kegiatan-kegiatan penanganan sampaj yang
harus senantiasa ditunjang dengan kapasitas serta kualitas SDM yang
memadai. (Dirjen Cipta Karya, 2011).
Aspek Pembiayaan
Menurut Dirjen Cipta Karya (2011), beberapa kondisi yang berkaitan
dengan aspek pembiayaan pengelolaan sampah perkotaan adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan biaya, termasuk sumber pendanaan untuk investasi dan
operasi atau pemeliharaan mengakibatkan pelayanan pengelolaan sampah
yang tidak optimal
2. Belum adanya paradigma pemda bahwa pengelolaan sampah adalah
suatu sumberdaya
3. Belum terciptanya iklim yang kondusif untuk kerja sama dengan
swasta (berdasarkan Perpres No.13 Tahun 2010 tentang Kerjasama antara
Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur).
4. Tarif/retribusi sampah belum didasarkan pada perhitungan dan
pendataan (klasifikasi wajib retribusi) yang memadai dan realisasi
penarikan retribusi masih rendah (rata-rata nasional 20%)
21
Pembiayaan yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:
1. Investasi yang lebih memadai yang didasarkan pada kebutuhan
dan peningkatan sarana prasarana, kapasitas SDM serta kampanye dan
edukasi bidang persampahan
2. Biaya operasi dan pemeliharaan yang mencukupi untuk
kebutuhan pengoperasian sarana prasarana persampahan yang
penghitungannya didasarkan pada kebutuhan alternatif pengoperasian
seluruh kegiatan penanganan sampah dari sumber sampai TPA untuk
jangka panjang
3. Tarif/retribusi yang disusun berdasarkan struktur/klasifikasi wajib
retribusi (cross subsidi), kemampuan daerah, kemampuan masyarakat
yang dapat mencukupi kebutuhan operasional pengelolaan sampah
(mengarah pada pola cost recovery)
4. Penerapan pola insentif dan disinsentif bagi para pelaku yang terlibat
dalam pengelolaan persampahan.
5. Pendapatan dari penarikan tarif retribusi harus terkoordinasi dan tercatat
baik dan transparan serta diinvestasikan kembali untuk kepentingan
pengelolaan sampah (Dirjen Cipta Karya, 2011)
Aspek Peraturan Pengelolaan Sampah
Beberapa kondisi yang terkait dengan aspek peraturan pengelolaan sampah
perkotaan adalah sebagai berikut:
1. Beberapa daerah belum memilik perda terkait institusi, retribusi dan
ketentuan penanganan persampahan
22
2. Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan mengenai perda persampahan
3. Belum adanya penerapan sanksi atas pelanggaran bidang persampahan
Hukum dan peraturan yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah
sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah memiliki perda yang terdiri dari perda pembentukan
institusi, perda ketentuan penanganan persampahan dan perda retribusi,
dimana substansi materi perda harus cukup menyeluruh, tegas dan dapat
diimplementasikan untuk jangka panjang (20 tahun)
2. Penerapan perda tersebut perlu didahului dengan sosialisasi, uji coba di
kawasan tertentu dan penerapan secara menyeluruh. Selain itu juga
diperlukan kesiapan aparat dari mulai kepolisian, kejaksaan dan kehakiman
untuk penerapan sanksi atas pelanggaran yang terjadi
Indonesia memiliki undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan
menteri sebagai regulasi di tingkat nasional yang kemudian dirinci lagi dalam
rangka implementasi di masing-masing daerah dan diatur dalam peraturan daerah.
Berikut adalah beberapa regulasi terkait dengan pengelolaan sampah:
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Undang-undang ini mengatur tentang tugas dan wewenang pemerintah
mulai dari tingkat pusat hingga daerah, hak dan kewajiban masyarakat,
perizinan dan penyelenggaraan pengelolaan sampah, pembiayaan dan
kompensasi, kerjasama dan kemitraan, serta peran serta masyarakat
terhadap pengelolaan persampahan.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.81 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.
23
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 03/PRT/M/2013
Tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga Menteri. Peraturan ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah,
pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kota dan orang yang
berkepentingan dalam penyelenggaraan prasaran dan sarana persampahan.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pengelolaan Sampah. Peraturan Menteri Dalam Negeri ini
mengatur tentang implementasi pengelolaan sampah, retribusi, kompensasi,
peran masyarakat, pengawasan dan pembinaan, pelaporan, serta pembiayaan
pengelolaan sampah.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Persampahan. Peraturan ini membahas tentang isu, permasalahan serta
tantangan pengelolaan persampahan dan mengatur strategi serta kebijakan
dalam mengelola sampah.
6. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No.05 Tahun 2015 Tentang
Pengelolaan Sampah. Peraturan ini berisi tentang tata kelola persampahan di
Kota Bandar Lampung
7. SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan
Sampah Perkotaan. Standar ini membahas tentang persyaratan teknis
pengelolaan sampah kota serta teknik operasional pengelolaan sampah.
24
8. SNI 3242-2008 tentang Pengelolaan Sampah di Pemukiman. Standar ini
mengatur tentang pengelolaan sampah di pemukiman dangan perubahan
sebagian pada penerapan 3R mulai dari sumber sampai TPS.
Aspek Peran serta Masyarakat
Menurut Mikkelsen, beberapa pengertian partisipasi diatas kadangkala
lebih merupakan kata-kata popular yang sering digunakan dan belum bermakna
sebagai partisipasi yang sesungguhnya. Partisipasi yang sesungguhnya menurut
Mikkelsen (dalam Adi, 2007:108) “berasal dari masyarakat dan dikelola oleh
masyarakat itu sendiri, ia adalah tujuan dari suatu proses demokrasi (genuine
participation, initiated and managed by people themselves, is a good in the
democratic process)”. Kemudian Midgley (1986), partisipasi masyarakat berarti
adanya keterlibatan secara langsung masyarakat biasa dalam urusan-urusan
setempat
Menurut Conyers (1991), ada beberapa tujuan pelibatan masyarakat dalam
pembangunan yaitu :
(a) Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan alat guna
memperoleh informasi mengenai kondisi dan kebutuhan masyarakat, serta
sikap masyarakat terhadap pembangunan. Tanpa informasi tersebut,
program-program dan proyek-proyek pembangunan akan gagal;
(b) Masyarakat akan lebih mempercayai program atau proyek pembangunan
jika mereka dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena
25
mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan
mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut;
(c) Merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan yang menjadikan mereka obyek pembangunan. Dengan
melibatkan mereka dalam pembangunan, berarti mereka bukan hanya
sebagai obyek pembangunan tetapi juga sebagai subyek pembangunan.
Lebih lanjut dikatakan oleh Suparjan,dkk (2003), partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan sebuah program pembangunan mutlak diperlukan karena
masyarakatlah yang pada akhirnya akan melaksanakan program tersebut. Adanya
pelibatan masyarakat memungkinkan mereka mempunyai rasa tanggung jawab
dan rasa memiliki terhadap keberlanjutan suatu program kegiatan. Dengan
pendekatan partisipatif, diharapkan partisipasi, potensi dan kreativitas masyarakat
dapat lebih tergali. Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi dalam empat
jenis partisipasi yaitu:
1. Participation in decision making atau partisipasi dalam
pengambilan keputusan.Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan
alternatif dengan masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide yang
menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan
keputusan ini antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau
pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan
terhadap program yang ditawarkan.
2. Participation in implementation atau partisipasi dalam pelaksanaan.
Meliputi menggerakkan sumber daya dana, kegiatan administrasi,
koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan
26
merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya
baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.
3. Participation in benefits atau partisipasi dalam pengambilan
manfaat. Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil
pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas
maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan
dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase keberhasilan program.
4. Participation in evaluation atau partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi
dalam evaluasi ini berkaitan dengan pelaksanaan pogram yang sudah
direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk
mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya.
Menurut Dirjen Cipta Karya (2011), beberapa kondisi yang berkaitan
dengan aspek peranserta masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah:
1. Kesadaran masyarakat terhadap penanganan sampah masih rendah
2. Masyarakat belum terinformasikan dengan baik tentang berbagai
peraturan, pedoman, SOP yang ada dalam pengelolaan sampah
3. Kurang mengikutsertakan masyarakat dalam proses pengelolaan sampah
4. Masyarakat belum menganggap sampah sebagai suatu sumberdaya
Komunikasi yang ada perlu dibangun secara terus menerus
antara pemerintah daaerah dengan masyarakat dan di antara masyarakat itu
sendiri terkait dengan masalah kebijakan ataupun masalah bimbingan teknis.
Masyarakat dapat berperan serta dalam proses pengambilan keputusan,
penyelenggaraan dan pengawasan dalam kegiatan pengelolaan sampah rumah
27
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang diselenggarakan oleh
pemerintah dan atau pemerintah daerah.
Peranserta masyarakat yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah
melalui kampanye, sosialisasi dan edukasi bidang persampahan
2. Mensosialisasikan dan menyebarluaskan NSPK (Norma, Standar, Prosedur
dan Kriteria) persampahan yang ada
3. Perlu dibentuk forum komunikasi sebagai media antara masyarakat
dan pemerintah daerah.
C. Pengelolaan Sampah 3R (Reuse, Reduce, Recycle)
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengurangan
sampah dilakukan meliputi beberapa kegiatan:
1) Pembatasan timbulan sampah;
2) Pendauran ulang sampah; dan/atau
3) Pemanfaatan kembali sampah.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan
sebagai berikut:
1) Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka
waktu tertentu;
2) Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
3) Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
28
4) Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
5) Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
Sedangkan beberapa kegiatan dalam penanganan sampah meliputi:
1) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
2) Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan
sampah terpadu
3) Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah
terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
4) Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik komposisi, dan jumlah
sampah; dan/atau
5) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Lahirnya Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSN-PSPP)
ini didasarkan atas pertimbangan bahwa dalam rangka penyerahan lingkungan
permukiman yang berkelanjutan maka dianggap perlu untuk mengembangkan
sistem pengelolaan persampahan yang ramah lingkungan. Oleh karena itu, KSN-
PSPP ini dipergunakan sebagai pedoman pengaturan, penyelenggaman, dan
pengembangan system pengelolaan persampahan yang ramah lingkungan baik di
tingkat pusat maupun di daerah serta bagi masyarakat dan dunia usaha.
29
Dengan visi tercapainya permukiman sehat yarg bersih dari sampah, maka
misi pengembangan KSN-PSPP adalah :
1) Mengurangi timbulan sampah dalam rangka pengelolaan percampahan yang
berkelanjutan.
2) Meningkatkan jangkauan dan realitas pelayanan sistem pengelolaan
persampahan.
3) Memberdapkan maslarakat dan meningkatkan peran aktif dunia
usaha/swasta.
4) Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan dalam sistem
pengelolaan persampahan sesuaidengan prinsip good corporate governance.
5) Memobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan sistem
pengelolaan persampahan.
6) Menegakkan hukum dan melsrgkapi peraturan perundangan untuk
meningkatkan sistem pengelolaan persampahan.
(Menteri Pekerjaan Umum 2006)
Permen PU No: 21/PRT/M/2006 menjelaskan Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSN-SPP)
salah satu strategi dalam upaya pengurangan sampah adalah meningkatkan
pemahaman masyarakat akan upaya 3R (Reduce-Reuse-Recycle) dan pengamanan
sampah B3 (Bahan Buangan Berbahaya) rumah tangga.
Mengingat upaya pengurangan volume sampah di sumber sangat erat
kaitannya dengan perilaku masyarakat, diperlukan suatu upaya penyadaran dan
peningkatan pemahaman untuk mendorong perubahan perilaku yang dilakukan
secara berjenjang baik melalui promosi yang dapat memberi gambaran mengenai
30
“nilai” pengurangan sampah di sumber dan dampaknya bagi kualitas kesehatan
dan lingkungan maupun kampanye yang terus menerus untuk membangun suatu
komitmen sosial.
Dalam Kebijakan Strategi Nasional (Jakranas) Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga No 97 Tahun 2017.,
tersebut tertuang kebijakan yang berisi antara lain target pengurangan sampah
dan penanganan timbulan sampah. Target pengurangan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga sebesar 30% (tiga puluh persen), sedangkan
target penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari angka timbulan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebelum diberlakukannya
Jakranas hingga tahun 2025.
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan melalui beberapa
tindakan, yaitu:
a. Pemilahan; tindakan pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. Pengumpulan; tindakan pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah
terpadu;
c. Pengangkutan; tindakan dengan membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah
terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
d. Pengolahan; tindakan untuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah; dan/atau
31
e. Pemrosesan akhir; tindakan untuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman
Pengurangan sampah di sumber ini dilakukan melalui mekanisme 3R
(reduce , reuse, recycle). Reduce adalah upaya yang lebih menitikberatkan pada
pengurangan pola hidup konsumtif serta senantiasa menggunakan bahan "tidak
sekali pakai" yang ramah lingkungan. Reuse adalah upaya memanfaatkan bahan
sampah melalui penggunaan yang berulang agar tidak langsung menjadi sampah.
Recycle adalah setelah sampah harus keluar dari lingkungan rumah, perlu
dilakukan pemilahan dan pemanfaatan/pengolahan secara setempat.
Secara teori, teknik pengolahan sampah dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode sebagai berikut:
a. Pengomposan (composting) Adalah suatu pengolahan sampah organik
dengan memanfaatkan aktifitas bakteri untuk mengubah sampah menjadi
kompos (proses pematangan).
b. Pembakaran Sampah. Pembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu
tempat, misalnya lapangan yang jauh dari segala kegiatan agar tidak
mengganggu. Namun demikian pembakaran ini sulit dikendalikan bila
terdapat angin kencang, sampah, arang sampah, abu, debu, dan asap akan
terbawa ketempat-tempat sekitamya yang akhimya akan menimbulkan
gangguan. pembakaran yang paling baik dilakukan disuatu instalasi
pembakaran, yaitu dengan menggunakan incinerator namun pembakaran
menggunakan insinerator memerlukan biaya yang mahal dan menimbulkan
pencemaran udara.
32
c. Recycling. Merupakan salah satu teknik pengolahan sampah, dimana
dilakukan pemisahan atas benda-benda bernilai ekonomi seperti: kertas,
plastik, karet, dan lain-lain dari sampah yang kemudian diolah sedemikian
rupa sehingga dapat digunakan kembali baik dalam bentuk yang sama atau
berbeda dari bentuk semula.
d. Reuse. Merupakan teknik pengolahan sampah yang hampir sama dengan
recycling bedanya reuse langsung digunakan tanpa ada pengolahan terlebih
dahulu.
e. Reduce. Adalah usaha untuk mengurangi potensi timbulan sampah, misalnya
tidak menggunakan bungkus kantong plastik yang berlebihan.
f. Replace (mengganti). Mengganti barang-barang yang hanya bisa dipakai
sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Misalnya, mengganti kantong
plastic dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan menggunakan sterofom
karena dua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
Masalah sampah di berbagai kota besar di Indonesia Sebetulnya dapat
dipecahkan dengan baik sebagaimana yang berhasil dilakukan di negara maju
apabila peran aktif masyarakat meningkat. Pada umumnya proses pengelolaan
sampah dengan basis partisipasi aktif masyarakat terdiri dari beberapa tahapan
proses, antara lain :
a. Mengupayakan agar sampah dikelola, dipilah dan diproses tahap awal mulai
dari tempat timbulan sampah itu sendiri (dalam hal ini mayoritas adalah
lingkungan rumah tangga). Upaya ini setidaknya dapat mengurangi
timbulan sampah yang harus dikumpulkan dan diangkut ke TPS sehingga
bebannya menjadi berkurang.
33
b. Pada fase awal di tingkat rumah tangga setidaknya diupayakan untuk
mengolah sampah organik menjadi kompos dan sampah non organik dipilah
serta mengumpulkan menurut jenisnya sehingga memungkinkan untuk
didaur ulang. Sampah organik sebenarnya dapat diproses menjadi kompos
di setiap rumah tangga pada tong-tong sampah khusus kompos yang mampu
memproses sampah menjadi kompos untuk periode tampung antara 18
hingga 28 hari dengan bantuan mikroba pengurai. Bila proses pengomposan
di tiap rumah tangga belum mungkin dilakukan, selanjutnya petugas sampah
mengangkut sampah yang telah terpilah ke tempat pembuangan sampah
sementara untuk diproses.
c. Pewadahan dan pengumpulan dari wadah tempat timbulan sampah sisa
yang sudah dipilah ke tempat pemindahan sementara. Pada tahapan ini
beban kerja petugas pembuangan sampah menjadi lebih ringan.
d. Pengangkutan ke tempat pembuangan atau ke tempat pengolahan sampah
terpadu. Pada tahapan ini diperlukan kotak penampungan sampah dan
gerobak pengangkut sampah yang sudah dipilah.
D. Dampak Sampah
Pengelolaan sampah yang tidak baik dapat mengakibatkan dampak sebagai
berikut (Dirjen Cipta Karya, 2011):
a) Perkembangan Vektor Penyakit
Wadah sampah dan Tempat Penampungan Sementara (TPS) merupakan
tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor penyakit terutama lalat dan
34
tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampah tersedia sisa makanan
dalam jumlah yang besar. Vektor penyakit terutama lalat sangat potensial
berkembangbiak di lokasi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah.
b) Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan
sumber bau tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif
sekitarnya seperti permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran
sampah seringkali terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan terutama bila
terjadi penundaan proses pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat
terlampaui.
c) Pencemaran Air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial
menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau
tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan
berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga
potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan
pencemaran air dan tanah di sekitarnya.
d) Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan
kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan
lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan
mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi
maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau
35
larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi
menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.
e) Gangguan Estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan
pandangan yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan
sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan
pembuangan sampah lainnya.
f) Kemacetan Lalu lintas
Lokasi penempatan sarana / prasarana pengumpulan sampah yang
biasanya berdekatan dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-
lain serta kegiatan bongkar muat sampah berpotensi menimbulkan gangguan
terhadap arus lalu lintas.
g) Gangguan Kebisingan
Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat / truk timbul dari mesin-
mesin, bunyi rem, gerakan bongkar muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat
mengganggu daerah-daerah sensitif di sekitarnya. Di instalasi pengolahan sampah,
kebisingan timbul akibat lalu lintas kendaraan truk sampah disamping akibat
bunyi mesin pengolahan.
h) Dampak Sosial
Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya
pembangunan tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya. Tidak jarang
hal ini menimbulkan pertentangan dari masyarakat dan munculnya keresahan.
Sikap ini secara rasional akan terus meningkat seiring dengan peningkatan
36
pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga sangat penting mengambil langkah-
langkah aktif untuk menghindarinya.
E. Analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats).
Metode analisis diperlukan guna mengetahui proses perencanaan,
pelaksanaan dan masalah yang timbul dalam pengelolaan sampah rumah tangga
berbasis masyarakat dan mendapatkan langkah atau strategi pengelolaan sampah
pada perumahan menengah di Kota Bandarlampung. Metode analisis yang akan
digunakan adalah metode analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunities,
Threats).
Analisis SWOT merupakan cara atau metode yang akan memberikan
gambaran secara keseluruhan tentang diagnostik internal dan eksternal dari suatu
institusi/lembaga atau perusahaan, agar dapat diantisipasi secara dini terhadap
kendala-kendala baik internal maupun eksternal yang sedang dihadapi.
Faktor-faktor yang akan dianalisis yang merupakan analisis diagnostik
internal meliputi faktor kekuatan (Strenghts) dan kelemahan (Weakness)
sedangkan faktor peluang (Opportunities) dan tantangan (Threats) merupakan
analisis diagnostik eksternal.
Perkembangan dan kekuatan eksternal menggambarkan berbagai ancaman
dan peluang bagi kelangsungan dan keberhasilan lembaga pengelola sampah.
Analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dimaksudkan untuk
mengidentifikasi berbagai kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang yang ada
dan yang sedang dihadapi lembaga pengelola sektor persampahan.
Hal ini dilakukan agar dapat segera mengevaluasi kinerja dan kemampuan
lembaga pengelola sektor persampahan serta dapat menentukan strategi yang
37
sesuai dengan target yang harus dicapai untuk meningkatkan pengembangan
pengelola.
Menurut Bergeron (2016) menganalisa situasi melalui analisis SWOT
merupakan pendekatan yang relevan untuk menilai praktik pengelolaan sampah
secara kualitatif dan usaha untuk memperbaikinya. Berikut adalah beberapa
kutipan yang berkaitan penggunaan analisis SWOT untuk menentukan strategi
yang akan diterapkan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
yang ditemukan.
Penggunaan teknik analisis SWOT (kekuatan & kelemahan dan peluang &
ancaman) untuk pemilihan teknologi pengolahan dan pembuangan sampah kota
akan membantu mengurangi ketidakpastian dan meminimalkan risiko bisnis
/proyek (Ghosh; 2015)
Menurut Yuan (2013) dalam jurnalnya yang berjudul “A SWOT analysis of
successful construction waste management “ prinsip dasar merancang strategi
pengelolaan limbah rumah tangga adalah memaksimalkan kekuatan dan peluang,
mengubah kelemahan menjadi kekuatan, dan meminimalkan ancaman.
Strategi yang diterapkan ini masuk dalam Strategi WO (weakness oportunitie)
atau masuk dalam Kuadran III.
SWOT meliputi input,process,dan output dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Input merupakan strategi organisasi saat ini, beserta faktor internal (strength,
weakness) faktor eksternal (opportunity, threat) yang mempengaruhinya.
2. Process merupakan beberapa langkah analisis SWOT
3. Output merupakan strategi baru dan solusi dari hasil analisis SWOT yang
dilakukan untuk mengembangkan potensial organisasi lebih maju
38
Operasional Analisis SWOT
Operasional analisis SWOT dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Operasional sebuah analisis SWOT diawali dengan mengidentifikasi faktor
internal yaitu, strength dan weakness serta faktor eksternal yaitu
opportunity dan threats suatu organisasi.
2. Melakukan pembobotan dan ranking dari beberapa variabel yang
mempengaruhi, kemudian merubahnya kedalam bentuk matrik sehingga bisa
menentukan posisi suatu organisasi atau organisasi tersebut berada di kuadran
mana.
3. Membuat kesimpulan dan pilihan yang tepat yang sesuai
dengan capabilities dan environment. Agar suatu organisasi atau organisasi
tersebut mampu bersaing dengan kompetitior yang lainnya.
4. Pengambilan keputusan strategi yang akan diambil oleh suatu organisasi
Analisis SWOT membantu untuk menentukan kekuatan dan kelemahan
dari organisasi, sebelum menetapkan tujuan dan tindakan yang logis atas analisis
tersebut (Fatimah, 2016)
Identifikasi SWOT
Komponen analisa dan evaluasi kinerja merupakan indikator pelayanan
yang tingkat pencapaiannya untuk masa tertentu dapat dikuantifikasi (scoring).
Masing-masing indikator atau komponen evaluasi harus diberikan bobot
penilaian. Bobot ditentukan berdasarkan tingkat kepentingan atau urgensi
penanganan . Untuk melakukan analisa SWOT, maka langkah awal yang perlu
dilaksanakan adalah melakukan identifikasi kondisi internal maupun eksternal
organisasi (Identifikasi SWOT).
39
Kondisi internal menggambarkan kekuatan (Strenghts) dan kelemahan
(Weakness) dari Sistem Pengelolaan Sampah di perumahan kelas menengah
keatas, baik dari aspek teknis seperti, sarana dan prasarana, aspek biaya/keuangan
seperti bidang pemasaran dan keuangan, maupun aspek administrasi / organisasi /
kelembagaan seperti sumber daya manusia ( SDM ), hukum serta aspek peran
serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sektor persampahan.
Kondisi eksternal diluar pengelolaan sektor persampahan yaitu faktor
peluang (Opportunities) dan tantangan (Threats ) yang secara langsung maupun
tidak langsung akan mempengaruhi operasional pengelola dan pada akhirnya akan
ikut menentukan keberhasilan pengelola dalam mencapai tujuan yang
direncanakan.
Internal Factors Analysis Summary (IFAS) adalah suatu metode analisis
yang menyajikan analisis yang sistematis yang diperuntukkan bagi analisis
kondisi lingkungan internal untuk menentukan faktor-faktor keunggulan strategi
yang dimiliki oleh perusahaan. Analisis strategi internal ini merupakan ringkasan
atau rumusan faktor-faktor strategis internal dalam kerangka kekuatan (strength)
dan kelemahan (weakness).
Sedangkan External Factors Analysis Summary (EFAS) adalah metode
analisis yang digunakan untuk menyajikan hasil analisis kondisi eksternal dalam
bentuk profile yang diberi bobot tertentu atau faktor eksternal yang menunjukkan
seberapa besar peluang dan ancaman yang ada. Analisis strategis eksternal
merupakan ringkasan atau rumusan faktor-faktor strategis eksternal dalam
kerangka kesempatan (opportunities) dan ancaman (threats).
40
Menurut David (2002) dalam Revmon (2011) terdapat empat strategi yang
didapat dari matrik SWOT, yaitu sebagai berikut:
1. Startegi SO (strategi kekuatan-peluang ) menggunakan kekuatan internal
organisasi untuk memanfaatkan peluang eksternal.
2. Strategi WO (strategi kelemahan-peluang) bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan internal organisasi dengan memanfaatkan peluang eksternal.
3. Strategi ST (strategi kekuatan-ancaman) menggunakan kekuatan internal
organisasi untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
4. Strategi WT (strategi kelemahan-ancaman) merupakan strategi defensif yang
diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal organisasi dan menghindari
ancaman dari lingkungan eksternal.
Manfaat Analisis SWOT
Berikut merupakan penjabaran beberapa manfaat menggunakan metode
analisis SWOT (Nur’aini, 2016) :
1. Analisi SWOT dapat membantu melihat suatu persoalan dari empat sisi
sekaligus yang menjadi dasar sebuah analisis persoalan, yaitu kekuatan,
kelemahan, kesempatan/peluang, dan ancaman.
2. Analisis SWOT mampu memberikan hasil berupa analisis yang cukup
tajam sehingga mampu memberikan arahan ataupun rekomendasi untuk
mempertahankan kekuatan sekaligus menambah keuntungan berdasarkan
sisi peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan juga
menghindari ancaman.
3. Analisis SWOT dapat membantu kita “membedah” organisasi dari empat
sisi yang dapat menjadi dasar daalam proses identifikasinya dan dengan
41
analisis ini kita dapat menemukan sisi-sisi yang terkadang terlupakan atau
tidak terlihat selama ini.
4. Analisis SWOT daapat menjadi instrumen yang cukup ampuh dalam
melakukan analisis strategi, sehingga dapat menemukan langkah yang
tepat dan terbaik sesuai dengan situasi pada saat itu.
5. Analisis SWOT dapat digunakan untuk membantu organisasi
meminimalisasi kelemahan yang ada serta menekan munculnya dampak
ancaman yang mungkin akan timbul.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun
hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik
penelitian yaitu mengenai sistem pengelolaan sampah. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai tolak ukur dan acuan untuk
menyelesaikannya.
Penelitian terdahulu ini memudahkan penulis dalam menentukan langkah-
langkah yang sistematis untuk penyusunan penelitian dari segi teori maupun
konsep. Berikut ini adalah beberapa hasil dari penelitian terdahulu. Peneliti
menganggap bahwa penjelasan dari hasil penelitian terdahulu memiliki
keterkaitan atau relevansi dengan penelitian yang sedang di teliti oleh peneliti.
Sihombing, 2015
Sihombing (2015) melakukan penelitian tentang “Efektifitas Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga di Kota Medan (Studi Kasus di Kelurahan Binjai
Kecamatan Medan Denai)” penelitian ini memfokuskan pada strategi dan
42
efektivitas pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Binjai, Kecamatan
Medan Denai, Kota Medan.
Penelitian dilaksanakan dengan metode survey dan wawancara dengan
melibatkan perangkat pengelolaan sampah yang terdiri dari Lurah Kelurahan
Binjai, Mandor Petugas Kebersihan, Petugas Kebersihan, Kepala Lingkungan,
Pengelola Bank Sampah dan Masyarakat.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa program pengelolaan
sampah rumah tangga yang dilaksanakan di Kelurahan Binjai terbukti belum
efektif dikarenakan kurangnya peran serta masyarakat dalam ikut melaksanakan
program kebersihan di Kelurahan Binjai.
Saran yang diberikan adalah upaya sosialisasi kepada masyarakat meliputi
kampanye massal melalui penyebaran poster, iklan media cetak, kampanye di
sekolah agar jumlah masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam mengelola sampah
rumah tangganya semakin meningkat dan masyarakat memahami cara
memperlakukan sampah dengan baik dan benar.
Novany dkk, 2014.
Novany dkk (2014) melakukan penelitian tentang“Analisis Pengelolaan
Persampahan di Kelurahan Sindulang Satu Kecamatan Tuminting Kota Manado”.
Penelitian ini fokus pada perilaku masyarakat yang langsung membuang sampah
sehingga menyebabkan kotornya lingkungan di Kelurahan Sindulang Satu
Kecamatan Tuminting Kota Manado. Pengumpulan data dilakukan dengan
penyebaran kuisioner untuk medapatkan informasi terkait kondisi budaya sikap
dan perilaku masyarakat terkait pengelolaan sampah.
43
Hasil penelitian menunjukan bahwa kebersihan lingkungan permukiman
tergantung pada keberadaan kondisi infrastruktur dan status sosial ekonomi
masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan persampahan yang berbeda
sesuai karakteristik lingkungan permukiman.
Di tiap lokasi permukiman memiliki fasilitas/sarana persampahan yang
sangat terbatas khususnya dilingkungan permukiman perbukitan yang kondisi
lingkungannya sulit untuk dilalui alat pengumpul sampah. Saran yang diberikan
adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan di
masing-masing permukiman.
Ulfaridha, 2017
Ulfaridha (2017), melakukan penelitian tentang “Implementasi Program
3R (Reduce, Reuse & Recycle) Melalui Bank Sampah Dalam Upaya Pengelolaan
Sampah Berbasis Masyarakat di Kota Bandar Lampung”. Penelitian ini fokus
pada rendahnya partisipasi masyarakat menjadi nasabah Bank Sampah di Kota
Bandarlampung. Penelitian dilaksanakan dengan metode survey dan wawancara
dengan informan yang dianggap berhubungan dengan permasalahan yang
ditemukan.
Hasil penelitian memberikan gambaran tentang apa yang terjadi pada
penerapan program 3R di Kota Bandarlampung. Saran yang diberikan dari
penelitian ini adalah pemberian reward kepada masyarakat yang telah menyetor
sampah ke bank sampah, menyediakan tempat pemasaran produk daur ulang bank
sampah, dan mendirikan bank sampah minimal satu di setiap kecamatan.
III. METODE PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Desain penelitian ini disajikan pada diagram alir seperti Gambar 3 berikut
ini:
Identifikasi dan pengelolaan persampahan rumah tangga pada
perumahan kelas menengah keatas di Kota Bandar Lampung
(Studi Kasus Kecamatan Sukabumi)
Data Primer
1. Karakteristik Warga
Perumahan
2. Tingkat Pengetahuan Warga
3. Peran Serta warga
4. Peran Serta Pemerintah
5. Kondisi Sarana Persampahan
Data Skunder
1. Profil Kecamatan
2. Profil Kelurahan
3. Undang-Undang
4. Peraturan Daerah
Pengolahan Data
Kesimpulan dan Saran
Menentukan Strategi Pengelolaan Sampah di Perumahan
Menengah Keatas Dengan Analisis SWOT
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian
45
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analisis. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menggambarkan
keadaan pengelolaan sampah pemukiman menengah keatas dan menganalisa
kondisi permasalahan yang ada menggunakan analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunities, Treath) guna dicari solusi pemecahan masalahnya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini pada perumahan kelas menengah keatas di
Kecamataan Sukabumi Kota Bandar Lampung. Kecamatan Sukabumi merupakan
kecamatan dengan jumlah perumahan terbanyak yaitu 40 perumahan (BPS,
2016).
Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini, adalah pada bulan September sampai dengan bulan
Desember 2017
C. Bahan dan Alat Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan dengan cara
mengamati langsung di lokasi penelitian. Alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian berupa lembaran kertas kuesioner. Peralatan
penunjang lain yang digunakan antara lain laptop, kertas HVS, kendaraan
bermotor, alat tulis, dan mesin printer untuk mencetak dokumen penelitian.
46
D. Pengumpulan Data
Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diambil di lapangan, seperti
karakteristik warga perumahan, tingkat pengetahuan warga, peran serta
masyarakat, peran serta pemerintah dan sarana prasarana persampahan.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diproleh secara tidak langsung, seperti
Profil Kecamatan, Profil Kelurahan, Undang-Undang dan Peraturan Daerah.
Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dengan menyebarkan kuestioner kepada warga
perumahan dan melakukan wawancara dengan aparat pemerintahan serta pihak
terkait.
E. Objek Penelitian, Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah perumahan yang berada di wilayah Kecamatan
Sukabumi Kota Bandar Lampung sebanyak 40 perumahan yang tersebar di 5
kelurahan dari 7 kelurahan yang terdapat di Kecamatan Sukabumi. Perumahan-
perumahan tersebut berdasarkan hasil survey adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Kelurahan Sukabumi
Kelurahan Sukabumi Indah
Kelurahan Campang Raya
Kelurahan Nusantara Permai
:
:
:
:
18 Perumahan
10 Perumahan
5 Perumahan
2 Perumahan
47
5.
6.
7.
Kelurahan Campang Jaya
Kelurahan Way Gubak
Kelurahan Way Laga
:
:
:
10 Perumahan
0 Perumahan
0 Perumahan
Populasi
Populasi penelitian ini adalah perumahan kelas menengah keatas.
Berdasarkan SNI 3242 : 2008 Tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman,
dijelaskan bahwa kriteria perumahan menengah keatas atau perumahan
sedang/menengah keatas setara dengan type rumah berukuran 45m2 keatas.
Berdasarkan survey lokasi dan hasil wawancara dengan Lurah Sukabumi
dan Sukabumi Indah, serta juga dikuatkan oleh Ketua RT dan Ketua Lingkungan,
didapat informasi bahwa Perumahan Villa Laposte dan Villa Tirtayasa adalah
perumahan yang memiliki type rumah kelas menengah keatas dengan rata-rata
luas bangunan 45m2 keatas. Jadi populasi pada penelitian ini adalah jumlah rumah
atau kepala keluarga di Perumahan Villa Laposte dan Villa Tirtayasa indah
dengan rincian sebagai berikut:
Populasi rumah di Villa Laposte : 58 rumah
Populasi rumah di Villa Tirtayasa : 493 rumah
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian perumahan atau kepala
keluarga yang terdapat di Perumahan Villa Laposte dan Villa Tirtayasa.
Menurut Notoatmodjo, (2010:92), penentuan jumlah sampel rumah menggunakan
persamaan sebagai berikut :
N
1 + N (d)2
n =
48
Keterangan
n : sampel
N : jumlah populasi
d : tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan 90% (0,1)
Jumlah sampel rumah di Perumahan Villa Laposte
58
1 + 58 (0,1)2
Jumlah sampel rumah di Perumahan Villa Tirtayasa
493
1 + 493 (0,1)2
Total sampel adalah = 37 + 83 = 120 rumah
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
sistematik random sampling, yaitu dengan membagi jumlah atau anggota
populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan. Hasilnya adalah
interval sampel.
Sampel diambil berdasarkan urutan nomor anggota populasi antara 1
sampai n. Untuk pilihan anggota pertama ditentukan secara random, yaitu jatuh
pada nomor 7. Maka pilihan selanjutnya secara teratur dijatuhkan pada nomor-
nomor dengan interval tertentu.
Villa Laposte
58
Interval = = 1,6 dibulatkan 2
37
= 37 rumah
= 83 rumah
49
Villa Tirtayasa
493
Interval = = 5,9 dibulatkan 6
83
F. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian diolah dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Pengolahan Data
1) Editing
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir
atau alat ukur penelitian yang kita gunakan. Adapun yang dilakukan pada
tahap editing adalah melakukan pemeriksaan:
a. Apakah semua pertanyaan / pernyataan telah terisi secara lengkap.
b. Apakah tulisannya cukup jelas terbaca
c. Apakah jawaban yang ditulis relevan dengan pertanyaan yang
diberikan
d. Apakah jawaban responden konsisten antar pertanyaan. Misalnya
pertanyaan usia dengan jumlah anak; usia reponden 18 tahun, dan
jawaban jumlah anak 10 anak, jawaban tersebut tidak rasional dan
tidak konsisten.
2) Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data dalam bentuk huruf menjadi
data dalam bentuk angka/bilangan. Sebagai contoh misalnya: data
pendidikan yang dibagi menurut tingkat pendidikan SD-PT, kemudian
50
di coding menjadi angka seperti angka 1=SD, 2=SLTP, 3=SLTA, 4=PT.
Bentuk coding yang lain sesuai dengan pembagian tingkat pendidikan
menurut UU misalnya: 1=Pendidikan Dasar (SD-SLTP), 2=Pendidikan
Menengah (SLTA), 3=Pendidikan Tinggi (D1-D4, S1-S3).
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan coding adalah
konsistensi dalam menentukan kategori, misalnya angka terendah untuk
hal yang kurang baik, angka lebih tinggi untuk hal yang baik. Contohnya
variabel Pendidikan yang paling baik adalah dapat bersekolah setinggi
mungkin, karena dengan menuntut ilmu pada tingkat pendidikan yang
lebih tinggi memungkinkan seseorang lebih produktif, lebih bijaksana,
mempunyai wawasan yang luas, pola pikir yang sistematik dan sistemik
dan jejaring yang luas dan lain sebagainya, yang diperlukan pada era
teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini. Jadi coding yang dibuat
adalah 1=Pendidikan dasar, 2=Pendidikan Menengah dan 3=Pendidikan
Tinggi.
3) Entry Data
Pada tahap ini semua data yang telah di edit/sunting dan di coding atau
semua data yang sudah lengkap dimasukan kedalam aplikasi komputer.
Walaupun menggunakan program komputer, peneliti harus paham benar
dengan penelitiannya karena program tersebut tidak memahami substansi
yang diteliti, sehingga bisa saja hasilnya diperoleh, tetapi tidak sesuai
dengan substansi yang ada.
4) Tabulating yaitu data yang diperoleh dari pengelompokan kemudian
disajikan dalam bentuk tabel.
51
2. Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan dua metode analisis data yaitu Analisis
Univariat dan Analisis SWOT.
Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap sebuah variabel.
Bentuknya bermacam-macam, misalnya: distribusi frekuensi, rata-rata, proporsi,
standar deviasi, varians, median, modus, dan sebagainya. Dengan analisis
univariat dapat diketahui apakah konsep yang kita ukur berada dalam kondisi
yang siap untuk dianalisis lebih lanjut, selain juga dapat mengetahui bagaimana
gambaran konsep itu secara terperinci. Dengan analisis univariat pula, kita dapat
mengetahui bagaimana sebaiknya menyiapkan ukuran dan bentuk konsep untuk
analisis berikutnya.
Analisis univariat mempunyai banyak manfaat, antara lain:
a. Untuk maengetahui apakah data yang akan digunakan untk analisis sudah
layak atau belum;
b. Untuk mengetahui gambaran data yang dikumpulkan;
c. Untuk mengetahui apakah data telah optimal jika dipakai untuk analisis
berikunya.
Data yang diperoleh dari hasil wawancara diolah dan dianalisa secara
univariat mengenai pengetahuan, sikap, peran serta, sarana tentang pengelolaan
sampah di perumahan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi. Hasil
yang ditampilkan dari analisa ini hanya berupa grafik distribusi frekuensi.
52
Analisis SWOT (Strengths, Weaknes , Opportunitie, Treaths)
Selanjutnya untuk menemukan strategi pengelolaan sampah rumah tangga
di perumahan kelas menengah keatas, menggunakan analisis SWOT (Strengths,
Weaknes , Opportunitie, Treaths). Analisis SWOT adalah instrumen yang
digunakan untuk melakukan analisis strategis. Menurut Fatimah (2016) analisis
SWOT mampu memberikan hasil berupa analisis yang cukup tajam sehingga
mampu memberikan arahan ataupun rekomendasi untuk mempertahankan
kekuatan sekaligus menambah keuntungan berdasarkan sisi peluang yang ada,
sambil mengurangi kekurangan dan juga menghindari ancaman.
Cara perhitungan yang dilakukan dalam analisis SWOT ini adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan bobot faktor dan nilai urgensi atau nilai penting setiap faktor
dengan membandingkan satu faktor dengan faktor lain mana yang lebih
penting dari masing-masing faktor SWOT baik faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) maupun faktor eksternal (peluang dan ancaman).
2. Menghitung nilai IFAS – EFAS (internal - eksternal strategic factor analysis
summary) dari masing-masing faktor. Tujuannnya untuk melihat posisi tiap-
tiap faktor setelah dilakukan pembobotan, peratingan, dan penilaian.
Analisis strategi internal ini merupakan ringkasan atau rumusan faktor-faktor
strategis internal dalam kerangka kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness). Sedangkan analisis strategis eksternal merupakan ringkasan atau
rumusan faktor-faktor strategis eksternal dalam kerangka kesempatan
(opportunities) dan ancaman (threats).
53
Di bawah ini adalah cara melakukan perhitungan matriks IFAS dan EFAS
seperti yang tersaji pada Tabel 2 dan Tabel 3 berikut ini:
Tabel 2. Matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary)
Faktor-faktor
Strategis
Bobot
Faktor
(BF)
Nilai
Urgensi
(NU)
BF x NU
Kekuatan :
(faktor-faktor
yang menjadi
kekuatan)
(Penilaian
Ahli)
(Penilaian
Ahli)
(Jumlah perkalian BF
dengan NU pada setiap
faktor kekuatan)
Jumlah (Jumlah BF
kekuatan)
(Jumlah NU
kekuatan)
(Jumlah BF x NU
kekuatan)
Kelemahan :
(faktor-faktor
yang menjadi
kelemahan)
(Penilaian
Ahli)
(Penilaian
Ahli)
(Jumlah perkalian BF
dengan NU pada setiap
faktor kelemahan)
Jumlah (Jumlah BF
kelemahan)
(Jumlah NU
kelemahan)
(Jumlah BF x NU
kelemahan)
Tabel 3. Matrik EFAS (External Factors Analysis Summary)
Faktor-faktor
Strategis Bobot Faktor
(BF)
Nilai
Urgensi
(NU)
BF x NU
Peluang :
(faktor-faktor
yang menjadi
peluang)
(Penilaian
Ahli)
(Penilaian
Ahli)
(Jumlah perkalian BF
dengan NU pada setiap
faktor peluang)
Jumlah (Jumlah BF
peluang)
(Jumlah NU
peluang)
(Jumlah BF x NU
peluang)
54
Faktor-faktor
Strategis Bobot Faktor
(BF)
Nilai
Urgensi
(NU)
BF x NU
Ancaman :
(faktor-faktor
yang menjadi
ancaman)
(Penilaian
Ahli)
(Penilaian
Ahli)
(Jumlah perkalian BF
dengan NU pada setiap
faktor ancaman)
Jumlah (Jumlah BF
ancaman)
(Jumlah NU
ancaman)
(Jumlah BF x NU
ancaman)
Faktor-faktor strategis internal dan eksternal diberikan bobot dan
nilai (rating) berdasarkan penilaian ahli atau pertimbangan professsional
(Professional Judgment). Pertimbangan professional adalah pemberian
pertimbangan berdasarkan keahliannya, kompeten dengan sesuatu yang
dipertimbangkannya. Dalam melakukan pertimbangan professional pada
analisis faktor strategis internal – eksternal dibatasi dengan pembobotan
(scoring) dan nilai rating.
Pada penelitian ini profesional yang menjadi narasumber guna diambil
pertimbangan adalah tenaga ahli dari Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
(HAKLI) yang juga berprofesi sebagai dosen tenaga pengajar di Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Kesehatan Lingkungan.
Pebobotan pada lingkungan internal tingkat kepentingannya
didasarkan pada besarnya pengaruh faktor strategis terhadap posisi
strategisnya, sedangkan pada lingkungan eksternal didasarkan pada
kemungkinan memberikan dampak terhadap faktor strategisnya.
55
Jumlah bobot pada masing-masing faktor internal dan eksternal harus
berjumlah = 1 (satu). Sedangkan nilai bobot berdasarkan ketentuan sebagai
berikut, skala 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).
Besarnya rata-rata nilai bobot bergantung pada jumlah faktor-faktor
strategisnya. Nilai rating berdasarkan besarnya pengaruh faktor strategis
terhadap kondisi dirinya dengan ketentuan sebagai berikut :
Skala mulai dari 5 (sangat kuat) sampai dengan 1 (sangat lemah).
Sangat Kuat Kuat Rata-rata Lemah Sangat Lemah
5 4 3 2 1
Variabel yang bersifat positif (variabel kekuatan atau peluang ) diberi
nilai dari 1 sampai dengan 5 dengan membandingkan dengan rata-rata
pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya, jika
kelemahan atau ancaman besar sekali (dibanding dengan rata-rata pesaing
sejenis) nilainya adalah 1, sedangkan jika nilai ancaman kecil/di bawah rata-
rata pesaing-pesaingnya nilainya 5.
3. Dari matrik IFAS dan EFAS akan didapatkan hasil nilai skor kekuatan (S),
nilai skor kelemahan (W), nilai skor peluang (O), dan nilai skor ancaman (T).
Pengurangan antara skor S dengan W menghasilkan nilai atau titik yang
terletak pada sumbu X.
Hasil pengurangan skor O dengan T memperoleh nilai atau titik yang
terletak pada sumbu Y. Mencari dimana posisi perumahan kelas menengah
keatas dalam kemampuannya melakukan pengelolaan sampah rumah tangga
ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran sebagai berikut:
56
a. Kuadran I (positif, positif) / Strategi SO (Strengths Opportunitie)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Kuadran II (positif, negatif) / Strategi ST (Strengths Treaths)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi
tantangan yang besar. Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan
kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.
c. Kuadran III (negatif, positif) / Strategi WO (Weaknes Opportunitie)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang. Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Kuadran IV (negatif, negatif) / Strategi WT (Weaknes Treaths)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi
tantangan besar. Strategi ini didasarkan pada kegiatan usaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Penjelasan kuadran-kuadran di atas tersaji pada Gambar 4 berikut:
Gambar 4. Kuadran Strategi Analisis SWOT
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pemaparan hasil dan penjabaran pembahasan mengenai strategi
pengelolaan sampah rumah tangga pada perumahan menengah keatas, hal yang
dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan sampah yang dijalankan oleh warga di perumahan menengah
keatas yang terdapat di Kota Bandar Lampung belum sepenuhnya
dijalankan dengan baik. Hal ini terbukti dengan ketiadaannya tempat
pengelolaan sampah sementara baik yang dimiliki oleh pihak perumahan
maupun yang disediakan oleh pemerintah. Pembuangan sampah dari sumber
sampah atau rumah tangga ada yang langsung dibawa ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Perilaku ini berakibat mempercepat
masa pakai TPA akibat besarnya volume sampah yang secara langsung
dibuang ke lokasi.
2. Hasil survey memperlihatkan bahwa faktor pendidikan yang baik, status
kepemilikan rumah yang sebagian besar milik sendiri, pengetahuan warga
tentang pengelolaan sampah sangat baik, dan adanya kemampuan untuk
membayar konstribusi merupakan faktor kekuatan warga dalam upaya
pengelolaan sampah. Faktor kelemahannya antara lain, belum adanya
kelembagaan pengelolaan sampah, tidak tersedianya sarana penampungan
sementara sampah, kurangnya sosialisasi pemerintah dalam pengelolaan
105
sampah, dan minimnya keikutsertaan warga dalam mengelola sampah.
Faktor peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan sampah yaitu
telah adanya peraturan daerah tentang pengelolaan sampah di Kota Bandar
Lampung, sampah dapat dijadikan sumber pendapatan, pemanfaatan media
sosial guna mempermudah pengelolaan persampahan, dan potensi
menjadikan sampah sebagai pupuk kompos. Dan pada akhirnya yang
menjadi faktor ancaman dalam pengelolaan sampah antara lain jumlah
penduduk yang semakin meningkat, kota yang terus berkembang dengan
banyaknya bermunculan perumahan baru, kurang tegasnya aparat
menerapkan peraturan tentang tata kelola persampahan dan semakin
berkurangnya daya tampung tempat pemrosesan akhir sampah.
3. Strategi yang dapat diterapkan dalam upaya pengurangan timbulan sampah
adalah pemanfaatan anorganik sampah rumah tangga dengan metode 3R+P
(reduce, reuse, recycle, production) agar memperoleh manfaat ekonomi.
Konsep pengelolaan 3R+P ini diterapkan pada skala rumah tangga. Dari
kegiatan ini diharapkan sampah rumah tangga yang masih memiliki nilai
pakai dan nilai jual dapat dimanfaatkan kembali.
Dari hasil analisis SWOT didapat strategi dalam upaya pengelolaan sampah
rumah tangga di perumahan kelas menengah keatas dan pengurangan
jumlah timbulan sampah adalah dengan menerapkan strategi pembuatan
kompos dengan teknologi tepat guna yang dapat diterapkan pada lahan
terbatas dengan hasil yang optimal. Untuk ini telah tersedia teknologi
Bioreaktor Pembangkit Pupuk Cair yang secara efektif dapat mengurangi
sampah organik secara signifikan.
106
B. Saran
Saran yang dapat diberikan bagi suksesnya strategi pengelolaan
persampahan pada perumahan kelas menengah keatas di Kota Bandar lampung
sebagai berikut:
1. Nilai ekonomis dari hasil pengelolaan sampah yang dilakukan oleh warga
secara individu di setiap rumah, perlu disokong dengan membentuk
kelembagaan yang dapat mengelola kompos hasil penerapan tekhnologi
tepat guna tersebut sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal.
Kelembagaan yang dibentuk dapat langsung diketuai oleh Ketua Rukun
Tetangga (RT) dengan beberapa orang pembantu yang menjadi koordinator
pengelolaan dan penjualan hasil produk dari pengelolaan sampah.
2. Perlu ditumbuh kembangkan kesadaran warga tentang pengelolaan sampah
rumah tangga dengan melakukan sosialisasi secara rutin dan berkelanjutan.
Pemaparan tekhnologi tepat guna yang berkaitan dengan pengelolaan
sampah secara berkesinambungan, terutama melalui mekanisme penyebaran
brosur atau pamflet ke rumah-rumah warga. Jika dipandang perlu harus ada
upaya paksa dan mengikat semua pihak dalam menerapkan konsep
pengelolaan sampah yang telah diamanatkkan dalam Peraturan Daerah Kota
Bandar Lampung No.05 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Sampah.
3. Penyediaan sarana dan prasarana fasilitas pengelolaan sampah seperti
tempat penampungan sampah sementara terpadu permanen dan menetap
yang dapat melakukan aktifitas 3R+P (reuse, reduce, recycle, production)
minimal satu lokasi disetiap kecamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto, 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas.
Dari Pemikiran Menuju Penerapan. Jakarta: FISIP UI Pers.
Anggreny Purukan, Linda Tondobala, Octavianus O. H. A Rogi, 2014. Identifikasi Tata
Kelola Persampahan Berdasarkan Tipologi Kawasan Perumahan Terencana di
Kota Manado, Sabua Vol.6, No.1: 173-186, ISSN 2085-7020.
Antara, 2016. Pemkot Bandarlampung Akan Perluas TPA Sampah Bakung. Antara.
Diakses di http://www.antaralampung.com/berita/291838/pemkot-bandarlampung-
akan-perluas-tpa-sampah-bakung. Diakses 10 September 2016.
Aswadi dan Hendra, 2011. Perencanaan Pengelolaan Sampah di Perumahan Tavanjuka
Mas. Majalah Mektek tahun XIII No.2.
Badan Pusat Statistik, 2016. Propinsi Lampung Dalam Angka, Bandar Lampung.
Bergeron,F,C, 2016. Multi-method Assessment of Household Waste Management in
Geneva Regarding Sorting and Recycling, Resources, Conservation and Recycling,
115, pp 50-62. Available at: http://dx.doi.org/10.1016/j.resconrec.2016.08.022.
Conyers, Diana, Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Damanhuri, E. dan Padmi, T, 2010. Pengelolaan sampah. Diktat Program Studi Teknik
Lingkungan Institut Teknologi Bandung.
Farrant, L., Olsen, S.I. and Wangel, A., 2010. Environmental Benefits From Reusing
Clothes. International Journal of Life Cycle Assessment.
Firmansyah dan Mujiburrahmad, 2014. Hubungan Faktor Individu Dan Lingkungan
Sosial Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
(Kasus Kampung Sengked, RT 03/RW 03 Desa Babakan Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor). Agrisep Vol (15) No. 1.
Helms, M.M., Nixon, J., 2010. Exploring SWOT Analysis Where Are We Now? A
Review of Academic Research From The Last Decade. Journal of Strategy and
Management 3, 215–251, http://dx.doi.org/10.1108/17554251011064837.
Herlianti, Eko Kuswanto, dan Syofnidah Ifrianti, 2012, Identifikasi Sampah Rumah
Tangga Pada Masyarakat Kecamatan Sukarame, Kota Bandar Lampung. ISBN No.
978-602-98559-1-3 Prosiding SNSMAIP III.
Hongping Yuan, 2013. A SWOT Analysis of Successful Construction Waste
Management, Journal of Cleaner Production, Volume 39, Pages 1-8
Kustini Lim-Wavde, Robert J. Kauffman, Gregory S. Dawson 2017, Household
Informedness and Policy Analytics for The Collection and Recycling of Household
Hazardous Waste in California, Resources, Conservation and Recycling, Volume
120, May 2017, Pages 88-107
Loisa Novany, Veronica A. Kumurur, Ingerid L. Moniaga, 2014. Analisis Pengelolaan
Persampahan di Kelurahan Sindulang Satu Kecamatan Tuminting Kota Manado,
Sabua Vol.6, No.3: 321 – 331, ISSN 2085-7020
M.Scoot, George. 2004. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen. Jakarta.
Rajagrafindo Persada
Mubyarto dan Sartono Kartodirdjo, 1988. Strategi dan Pembangunan Pedesaan di
Indonesia. Yogyakarta. Liberty
Neugebauer and Sołowiej, 2017. The use of green waste to overcome the difficulty in
small-scale composting of organic household waste, Journal of Cleaner Production
Volume 156, Pages 865–875
Notoatmodjo S, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. Rineka
Cipta. Jakarta.
Peiming Zheng, Kun Zhang, Shuping Zhang, Renqing Wang, Hui Wang ,2017. The
Door-to-door Recycling Scheme of Household Solid Wastes in Urban Areas: a
Case Study From Nagoya, Japan, Journal of Cleaner Production Volume 163,
Supplement.
Puspitawati dan Rahdriawan, 2012. Kajian Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat
dengan Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di Kelurahan Larangan Kota
Cirebon. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, Volume 8 (4): 349‐359.
Riswan, D., 2015. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Daha Selatan,
(January 2011). Available at: https://www.researchgate.net/publication/279677476.
Diakses 10 September 2016.
Ruttan dan Hayami. 2013. Kelembagaan Sosial. Diakses di: https://ikram61
.files.wordpres.com/2012/05/materi-kelembagaan.doc.
Sadhan K Ghosh, A. Aich, 2015. Application of SWOT Analysis for the Selection of
Technology for Processing and Disposal of MSW, International Conference on
Solid Waste Management, 5IconSWM.
Shin-ichi Saka, Hideto Yoshida, Yasuhiro Hirai, Misuzu Asari, Hidetaka Takigami,
Shin Takahashi, Keijirou Tomoda, Maria Victoria Peeler, Jakub Wejchert, Thomas
Schmid-Unterseh, Aldo Ravazzi Douvan, Roy Hathaway, Lars D. Hylander,
Christian Fischer, Gil Jong Oh, Li Jinhui, Ngo Kim Chi, 2011. International
Comparative Study of 3R and Waste Management Policy Developments. Journal of
Material Cycles and Waste Management, 13(2), Terdapat di:
http://link.springer.com/10.1007/s10163-011-0009-x.
Sidjabat, Erickson, 2012. Partisipasi Masyarakat Desa Dalam Implementasi Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Kabupaten Grobogan, Tesis.
Sihombing S.O, 2015. Efektifitas Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kota Medan
(Studi Kasus di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai) Jom FISIP Vol 2 No.1
Slamet Raharjo, Taufiq Ihsan, Sri Rahmiwati Y, 2016. Pengembangan Pengelolaan
Sampah Perkotaan Dengan Pola Pemanfaatn Sampah Berbasis Masyarakat. Jurnal
Teknik Lingkungan Universitas Andalas.
Soemirat, July.2009.Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Subekti, S., 2010. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis Masyarakat.
Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Fakultas Teknik.
Suryanto, D.A. dan Susilowati, 2010. Kajian Potensi Ekonomis Dengan Penerapan 3R
(reduce, reuse dan recycle) Pada Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kota
Depok.
Utami, ER. 2011. Kelembagaan dan Aturan. Malang. Fakultas Sains dan Teknologi,
UIN Maliki, Malang
Y, Trihadiningrum, dan Sunaryo, S, 2015. Community Participation in Household Solid
Waste Reduction in Surabaya, Indonesia. Resources, Conservation and Recycling.
Yunsa Nindya Wardana, Syafrudin, Arya Rezagama , 2015. Sistem Perencanaan
Pengelolaan Sampah B3 Rumah Tangga di Kecamatan Semarang Barat, Kota
Semarang. Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 3 http://ejournals1. undip.ac.id
/index.php/tlingkungan.
Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pengelolaan Sampah, UU No.18 Tahun
2018. LN Nomor 69 Tahun 2008
________, Undang-Undang tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman, UU No.1
Tahun 2001. LN Nomor 7 Tahun 2011
________, Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman, PP No.14 Tahun 2016. LN Nomor 101 Tahun 2016
________, Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, PP No.81 Tahun 2012. LN Nomor 188
Tahun 2012
________, Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Nama Kotamadya Tingkat II
Tanjungkarang Telukbetung Menjadi Kotamadya Tingkat II Bandar Lampung, PP
No.24 Tahun 1983. LN Nomor 30 Tahun 1983
________, Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Strategi
Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga.
________, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 Tentang
Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
________, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015. Panduan
Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan
________, Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 tahun 2010 Tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah.
________, Peraturan Daerah Walikota Bandarlampung No 10 TAHUN 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2030.
________, Peraturan Daerah Walikota Bandarlampung No 5 Tahun 2015 Tentang
Pengelolaan Sampah
Badan Standardisasi Nasional, No. 19-3964-1994. Metode pengambilan dan
pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan.
________, No 19-2454-2002 Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan.
________, No. 3242-2008 Pengelolaan Sampah di Permukiman
________, No. 19-2454-2002 Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan
________, No 03-3241-1994. Tata cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir
Sampah.
________, No 19-3964-1994. Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan
Sampah dan Kompos.