pengaruh character strengths dan gender terhadap stres...
TRANSCRIPT
PENGARUH CHARACTER STRENGTHS DAN GENDER
TERHADAP STRES AKADEMIK MAHASISWA UIN JAKARTA
YANG KULIAH SAMBIL BEKERJA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh:
Hanna Maryama
NIM: 1110070000003
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H/2015 M
v
MOTTO:
Mulai dan lakukan segala sesuatu dengan membaca basmalah
“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati padahal kamulah orang-orang yang paling
tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
(QS. Ali Imran: 139)
“ Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran” (QS. Al Ashr: 1-3)
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik
baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila
mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan
kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar,
maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
vi
Persembahan:
Karya ini kupersembahkan untuk umi dan buya, adik-adikku,
sahabat-sahabatku, dan orang-orang yang mencintai ilmu
pengetahuan
vii
ABSTRAK
a) Fakultas Psikologi
b) Maret 2015
c) Hanna Maryama
d) Pengaruh Character Strengths dan Gender terhadap Stres Akademik
Mahasiswa UIN Jakarta yang Kuliah sambil Bekerja
e) xvi + 102 halaman + lampiran
f) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari
Character Strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Jakarta yang
kuliah sambil bekerja.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mahasiswa yang
kuliah sambil bekerja memiliki stres akademik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan mahasiswa yang kuliah namun tidak bekerja.
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa Character Strengths dapat
menjadi benteng dalam menghadapi kehidupan yang negatif dan menjaga
atau bahkan meningkatkan kesejahteraan meskipun sulit. Character
strengths dapat menjadi faktor protektif yang dapat menahan, mencegah,
atau mengurangi pengaruh negatif dari stres.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi
berganda. Sampel yang digunakan sebanyak 252 orang mahasiswa UIN
Jakarta yang kuliah sambil bekerja. Sampel diambil dengan menggunakan
teknik non-probability sampling. Dalam penelitian ini, penulis
memodifikasi instrumen pengumpulan data yaitu Student-Life Stress
Inventory (SSI) untuk skala stres akademik dan VIA Inventory of Strengths
untuk skala character strengths.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari
Character Strengths dan gender terhadap stres akademik mahasiswa UIN
Jakarta yang kuliah sambil bekerja. Berdasarkan hasil uji hipotesis minor
yang menguji signifikansi masing-masing koefisien regresi terhadap
dependent variable (DV), diperoleh bahwa variabel bravery, persistence,
dan gender memberikan pengaruh signifikan terhadap stres akademik.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan pada penelitian
berikutnya untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi stres
akademik seperti goal setting, motivation, positive thinking, psychological
well being, dan hubungan yang baik dengan keluarga, teman atau dosen.
g) Bahan bacaan: 36; buku: 7; jurnal : 26; skripsi: 1; disertasi: 1; website: 1
viii
ABSTRACT
a) Faculty of Psychology
b) Maret 2015
c) Hanna Maryama
d) The Influence of Character Strengths and Gender on Academic Stress in
UIN Jakarta Working Student
e) xvi + 102 pages + attachment
f) This study was done to examine the influence of character strengths and
gender on academic stress in UIN Jakarta working college student.
Several studies have shown that working college student have higher
academic stress compared to college students, but does not work. Other
studies indicate that character strengths have a buffering effect in the face
of negative life and maintain or even improve well-being despite it’s
difficult. Character strengths can be a protective factor that can withstand,
prevent, or reduce the negative effects of stress.
This study used a quantitative approach with multiple regression analysis.
The samples are 252 students UIN Jakarta working college student.
Samples were taken by using a non-probability sampling techniques. In
this study, the authors modify the data collection instruments, namely
Student-Life Stress Inventory (SSI) for the scale of academic stress and
VIA Inventory of Strengths as character strengths scale.
The results showed that there was a significant effect of character strengths
and gender on academic stress in UIN Jakarta working college student.
Based on the minor hypotheses results that examine each of regression
coefficient of the dependent variable (DV), variables bravery, persistence,
and gender has significant impact on academic stress.
Based on these results, it is suggested the next study to examine other
factors that affect academic stress such as goal setting, motivation, positive
thinking, psychological well being, and good relationships with family,
friends or lecturers.
g) The Literature: 36; books: 7 + journal : 26 + paper: 1 + dissertation: 1 +
website: 1
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, hidayah, dan kekuatan yang diberikan-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Character Strengths dan
Gender terhadap Stres Akademik Mahasiswa UIN Jakarta yang Kuliah
sambil Bekerja”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, pemimpin dan tauladan kaum yang beriman,
kepada keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang senantiasa mencintainya.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh wakil dekanat dan jajaran dekanat
lainnya yang telah memfasilitasi pendidikan mahasiswa dalam rangka
menciptakan lulusan yang berkualitas.
2. Ibu Dra. Diana Mutiah, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
dengan kesabaran dan ketulusan telah menyediakan waktu, tenaga dan
pikiran untuk memberikan arahan, bimbingan, perhatian, saran, kritik dan
motivasi agar peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya.
x
3. Ibu Neneng Tati Sumiyati, M.Si, Psi selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan dukungan, bimbingan, saran dan solusi atas masalah-
masalah yang dihadapi oleh peneliti ketika menempuh pendidikan di
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu dan wawasan mengenai psikologi dan
seni kehidupan.
5. Kepada kedua orangtuaku, umi dan buya, terima kasih untuk doa yang
tiada putus-putusnya untuk kebaikan anak-anaknya, cinta, kasih sayang,
perhatian dan dukungan yang selalu disediakan baik moril maupun materil
untuk membahagiakan anak-anaknya. Terima kasih juga kepada adik-
adikku tercinta Rusyda, Ruhmi, Raihan, dan Wafda yang selalu
mendoakanku dan menyemangatiku agar dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Sobat-sobat Emmeletusku Dita, Tia, Ira, Rias, Okta dan Dina, Bias, Rafa,
Lintang, Silmi, Fada dan Iyus yang membuat hari-hariku menjadi lebih
berwarna selama kuliah, terutama kepada sobat-sobat yang selalu siap
membantu dan mendukungku selama proses penyusunan skripsi. I dit it my
way, You raise me up and We are the Champion. Terima kasih juga
kepada teman-teman lain dari angkatan 2010 khususnya kelas A yang
telah menjadi tempat berbagi selama perkuliahan dan proses pembuatan
skripsi.
xi
7. Keluarga besar Ashabul haq yang telah mengajariku untuk percaya diri,
berkomitmen, dan teguh dalam memegang prinsip-prinsip yang baik dan
benar.
8. Keluarga besar Lembaga Tahfidz dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ) Masjid
Fathullah yang selalu mendoakan, membantu dalam penyebaran angket
dan mendorong peneliti untuk selalu bersabar, tersenyum, optimis, dan
berprasangka baik kepada Allah SWT.
9. Kepada teman-teman yang telah membantu peneliti dalam menyebar
angket dan kepada teman-teman responden yang telah bersedia untuk
mengisi angket dalam penelitian ini.
10. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat Peneliti sebutkan satu per satu,
terima kasih untuk segala dukungan, bantuan, dan partisipasi yang telah
diberikan untuk membantu Peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap semoga kebaikan mereka senantiasa dibalas Allah SWT.
dengan balasan yang lebih baik. Selain itu mengingat kekurangan dan
keterbatasan Peneliti, maka segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan Peneliti sebagai bahan penyempurnaan. Serta semoga pembaca
dapat memanfaatkan karya sederhana ini. Amin.
Jakarta, 26 Maret 2015
Hanna Maryama
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1-13
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 8
1.2.1 Pembatasan masalah........................................................ 8
1.2.2 Rumusan masalah............................................................ 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 11
1.3.1 Tujuan penelitian ............................................................ 11
1.3.2 Manfaat teoritis .............................................................. 11
1.3.3 Manfaat praktis ............................................................... 12
1.4 Sistematika Penulisan ................................................................ 12
BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................................... 14-43
2.1 Stres Akademik .......................................................................... 14
2.1.1 Pengertian stres akademik ............................................... 15
2.1.2 Dimensi stres akademik ...................... .......................... 15
2.1.2.1 Stressor akademik .............................................. 16
2.1.2.2 Reaksi terhadap stressor akademik...................... 16
2.1.3 Pengukuran stres akademik ............................................ 19
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi stres
akademik...................... ................................................... 21
2.2 Character Strengths ................................................................... 24
2.2.1 Pengertian character strengths ....................................... 24
2.2.2 Klasifikasi character strengths ....................................... 25
2.2.3 Pengukuran character strengths ...................................... 35
2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................... 36
2.4 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 42
xiii
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 44-70 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................. 44
3.2 Variabel Penelitian ..................................................................... 44
3.2.1 Definisi operasional variabel penelitian ......................... 45
3.3 Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 45
3.3.1 Skala stres akademik ....................................................... 46
3.3.2 Skala character strengths ............................................... 48
3.4 Pengujian Validitas Konstruk .................................................... 50
3.4.1 Uji validitas konstruk stres akademik ............................ 50
3.4.1.1 Uji validitas konstruk stressor akademik ............ 50
3.4.1.2 Uji validitas konstruk reaksi terhadap stressor
akademik .............................................................. 51
3.4.2 Uji validitas konstruk character strengths ..................... 55
3.4.2.1 Uji validitas konstruk creativity .......................... 55
3.4.2.2 Uji validitas konstruk curiosity ........................... 56
3.4.2.3 Uji validitas konstruk open mindedness .............. 57
3.4.2.4 Uji validitas konstruk bravery ............................. 58
3.4.2.5 Uji validitas konstruk persistence ...................... 59
3.4.2.6 Uji validitas konstruk vitality .............................. 60
3.4.2.7 Uji validitas konstruk love .................................. 61
3.4.2.8 Uji validitas konstruk self regulation ................. 62
3.4.2.9 Uji validitas konstruk hope ................................ 63
3.4.2.10 Uji validitas konstruk humor ............................ 64
3.4.2.11 Uji validitas konstruk spirituality ...................... 66
3.5 Metode Analisis Data ................................................................. 67
3.6 Prosedur Penelitian ..................................................................... 69
BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 71-89
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .......................................... 71
4.1.1 Responden berdasarkan gender ...................................... 71
4.1.2 Responden berdasarkan usia ........................................... 72
4.1.3 Responden berdasarkan fakultas ..................................... 72
4.1.4 Responden berdasarkan pekerjaan .................................. 73
4.1.5 Responden berdasarkan pendapatan per bulan ................ 74
4.1.6 Responden berdasarkan jam kerja per minggu................ 74
4.1.7 Responden berdasarkan alasan/motivasi kuliah sambil
bekerja ............................................................................ 75
4.2 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian ........................................... 76
4.2.1 Kategorisasi skor variabel penelitian .............................. 77
4.2.2 Kategorisasi skor stres akademik ................................... 77
4.2.3 Kategorisasi skor character strengths ............................. 78
4.3 Uji Hipotesis Penelitian .............................................................. 80
4.3.1 Analisis regresi variabel penelitian ................................. 80
4.3.2 Pengujian proporsi varians .............................................. 85
xiv
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ....................................... 90-100
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 90
5.2 Diskusi ....................................................................................... 90
5.3 Saran ........................................................................................... 99
5.3.1 Saran metodologis .......................................................... 99
5.3.2 Saran praktis ................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue Print Skala Stres Akademik ...................................................... 47
Tabel 3.2 Blue Print Skala Character Strengths ............................................... 49
Tabel 3.3 Muatan Faktor Stressor Akademik .................................................... 51
Tabel 3.4 Muatan Faktor Reaksi terhadap Stressor Akademik .......................... 52
Tabel 3.5 Muatan Faktor Stres Akademik ........................................................ 54
Tabel 3.6 Muatan Faktor Dimensi Creativity ................................................... 55
Tabel 3.7 Muatan Faktor Dimensi Curiosity .................................................... 56
Tabel 3.8 Muatan Faktor Dimensi Open Mindedness ....................................... 58
Tabel 3.9 Muatan Faktor Dimensi Bravery ....................................................... 59
Tabel 3.10 Muatan Faktor Dimensi Persistence .................................................. 60
Tabel 3.11 Muatan Faktor Dimensi Vitality ......................................................... 61
Tabel 3.12 Muatan Faktor Dimensi Love ............................................................. 62
Tabel 3.13 Muatan Faktor Dimensi Self Regulation ............................................ 63
Tabel 3.14 Muatan Faktor Dimensi Hope ............................................................ 64
Tabel 3.15 Muatan Faktor Dimensi Humor ......................................................... 65
Tabel 3.16 Muatan Faktor Dimensi Spirituality .................................................. 66
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Gender ....................................... 71
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ............................................ 72
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Fakultas...................................... 73
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ................................... 73
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan per Bulan ................ 74
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jam Kerja per Minggu ............... 74
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan/Motivasi Kuliah
sambil Bekerja ................................................................................. 75
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian.............................................. 76
Tabel 4.9 Norma Skor ....................................................................................... 77
Tabel 4.10 Hasil Kategorisasi Skor Stres Akademik ........................................... 78
Tabel 4.11 Hasil Kategorisasi Skor Character Strengths .................................... 78
Tabel 4.12 Model Summary ................................................................................. 80
Tabel 4.13 ANOVA ............................................................................................. 81
Tabel 4.14 Koefisien Regresi ............................................................................... 82
Tabel 4.15 Proporsi Varians Independent Variable ............................................. 86
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................ 41
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran 2 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari
Variabel Stressor Akademik
Lampiran 3 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari
Variabel Reaksi terhadap Stressor Akademik
Lampiran 4 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari
Variabel Stress Akademik
Lampiran 5 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari
Variabel Creativity
Lampiran 6 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari
Variabel Curiosity
Lampiran 7 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari
Variabel Open Mindedness
Lampiran 8 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari
Variabel Bravery
Lampiran 9 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari
Variabel Persistence
Lampiran 10 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari
Variabel Vitality
Lampiran 11 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari
Variabel Love
Lampiran 12 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari
Variabel Self Regulation
Lampiran 13 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari
Variabel Hope
Lampiran 14 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari
Variabel Humor
Lampiran 15 Syntax dan Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari
Variabel Spirituality
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mahasiswa merupakan calon pemimpin di masa depan. Mereka
diharapkan memiliki keberhasilan akademis sebagai tujuan utama mereka.
Pendidikan tinggi yang berkualitas dengan hasil yang memuaskan sangat
diharapkan oleh seluruh mahasiswa. Namun, tuntutan-tuntutan akademik dapat
menyebabkan mahasiswa mengalami stres akademik (Chung, 2008). Menurut
Gadzella (1991 dalam Gadzella & Masten, 2005), stres akademik adalah suatu
keadaan di mana terdapat tuntutan akademik yang melebihi sumber daya yang
tersedia disertai dengan reaksi-reaksi fisik, emosi, kognitif dan tingkah laku yang
diarahkan untuk menghadapi peristiwa stres tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Agolla dan Ongori (2009) juga
menemukan efek stres terhadap mahasiswa diantaranya 88% mahasiswa
mengalami memiliki masalah pencernaan, 75% mengalami kecemsan di rumah
atau di kampus, 32% makan, minum atau merokok berlebihan untuk mengurangi
kecemasan, 77% merasakan ketegangan atau nyeri di leher atau bahu, sakit
kepala, atau sesak nafas, 85% tidak dapat berhenti berpikir mengenai
permasalahan mereka atau tidak dapat merasa tenang, 88% memiliki masalah
dalam berkonsentrasi karena selalu mengkhawatirkan hal lain, dan 16%
mahasiswa memerlukan obat untuk menenangkan diri.
2
Stres yang dipersepsikan negatif atau yang terlalu berlebihan dapat
menyebabkan masalah pada kinerja akademik maupun pada kesehatan para
mahasiswa. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh American College Health
Association pada tahun 2006, salah satu masalah kesehatan terbesar yang
memiliki dampak pada kinerja akademik mahasiswa adalah masalah stres
akademik. Sekitar 32 persen dari mahasiswa menyatakan bahwa stres akademik
mengakibatkan kuliah yang tidak selesai (drop out) atau nilai yang lebih rendah
(Kadapatti & Vijayalaxmi, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed, Riaz dan Ramzan (2013)
menunjukkan bahwa gejala-gejala stres utama pada mahasiswa adalah kecemasan,
masalah pencernaan, rasa nyeri pada leher atau bahu, dan migrain. Selain itu,
mahasiswa juga sulit berkonsentrasi dan menenangkan diri karena selalu
mengkhawatirkan masalahnya.
Pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja, tingkatan stres dapat lebih
tinggi karena mereka harus mengatur waktu dan tenaga agar dapat menjalani
kewajiban dalam bidang akademik dan pekerjaan dengan sebaik-baiknya
(Gadzella & Masten, 2005; Wilks, 2008). Penelitian Furr dan Elling (dalam
Daulay & Rola, 2012) menunjukkan bahwa mahasiswa yang bekerja cenderung
memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang
tidak bekerja dan jarang terlibat pada aktivitas kampus dan aktivitas sosial.
Data National Center for Education Statistics (Papalia dalam Daulay &
Rola, 2012) juga menunjukkan bahwa para mahasiswa yang bekerja 15 jam lebih
per minggu atau bekerja di pagi sekali atau di waktu yang tidak menetap
3
cenderung menunjukkan prestasi yang kurang baik dalam bidang akademik
dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak bekerja. Selain itu, tekanan kerja
untuk mencapai peningkatan kualitas dapat menimbulkan reaksi stres (Elsbach &
Hargadon dalam Avey, Luthans, Hannah, Sweetman & Peterson, 2012).
Dalam wawancara yang dilakukan terhadap mahasiswa UIN Jakarta yang
kuliah sambil bekerja, ditemukan bahwa efek negatif dari kuliah sambil bekerja
diantaranya yaitu penurunan nilai, tugas dan jadwal kuliah yang terbengkalai, dan
jarang bergaul dengan teman dan stamina yang mudah lelah. Adapun gejala-gejala
stres akademik yang mereka rasakan diantaranya yaitu merasa bingung dengan
dua pilihan atau lebih, merasa terganggu dengan perubahan-perubahan yang
terjadi dalam waktu yang cepat, merasa tertekan dengan deadline kuliah, sering
merasa cemas ketika akan menghadapi ujian semester, sering mengkhawatirkan
berbagai hal, dan selalu berusaha untuk mencari solusi yang tepat terhadap
masalah pribadi. Untuk menangani dampak negatif tersebut, mereka berusaha
untuk merumuskan tujuan, mengatur jadwal dengan baik, dan menjaga kesehatan
agar tetap fit. Di samping itu, mereka menyatakan bahwa mereka memilki
karakter positif yang menjadi sumber kekuatan dalam diri mereka diantaranya
semangat, mandiri, rajin, pantang menyerah, easy going, ramah, mudah
memaafkan, banyak ide, senang menghadapi tantangan, ingin melakukan yang
terbaik, percaya diri, selalu ingin belajar, regulasi diri yang baik, tenang, sabar,
tanggung jawab, jujur dan lain-lain.
Stres akademik dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor internal
maupun faktor eksternal. Faktor eksternal dari stres dapat dilihat pada hasil
4
penelitian yang dilakukan oleh Agolla dan Ongori (2009) di Universitas Bostwana
yang menunjukkan bahwa sumber stres bagi para mahasiswa berkaitan dengan
manajemen waktu, tuntutan akademik, dan lingkungan akademik, diantaranya
beban akademik yang berlebihan, sumber daya yang terbatas, motivasi yang
rendah, performa buruk yang berkelanjutan, gedung kampus yang sangat ramai,
dan ketidakpastian mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Adapun faktor
internal yang dapat mempengaruhi stres akademik yaitu character strengths
(Park, 2004); temperamen positif, self esteem, kepercayaan diri, self efficacy,
kompetensi sosial, keterampilan memecahkan masalah, internal locus of control,
gender, dan lain-lain (Chung, 2008).
Penelitian ini menggunakan character strengths sebagai Independent
Variable (IV) di mana character strengths merupakan suatu topik yang
mengalami perkembangan teoretis yang kuat dalam bidang psikologi positif
(Peterson & Seligman dalam Avey et.al., 2012). Di samping itu, character
strengths merupakan sekumpulan karakter positif yang berada di dalam pikiran,
perasaan, dan perilaku sehingga character strengths dapat menggambarkan
kepribadian seseorang dengan lebih komperehensif.
Park (2004) menyatakan bahwa kekuatan karakter (character strengths)
merupakan salah satu faktor protektif yang dapat mengurangi efek negatif dari
stres, trauma dan gangguan psikologis. Character strengths merupakan sebuah
sistem klasifikasi mengenai berbagai karakter baik pada diri manusia yang telah
dirumuskan oleh Peterson dan Seligman (2004). Character strengths didefinisikan
sebagai “proses dan mekanisme yang mendasari dan menggambarkan kebajikan
5
seseorang, yang memungkinkan individu untuk berkembang dan memiliki
kehidupan yang baik”. Dalam sistem ini, setiap orang dapat memiliki enam
kebajikan yang utama di mana masing-masing kebajikan terdiri dari beberapa
kekuatan karakter yang mendasarinya.
Beberapa penelitian mengenai hubungan character strengths dengan
kepuasan hidup menyimpulkan bahwa character strengths dapat menjadi benteng
dalam menghadapi kehidupan yang negatif dan menjaga atau bahkan
meningkatkan kesejahteraan meskipun sulit (Park, 2009). Park (2004) dalam
jurnal Character Strengths and Positive Youth Development menyatakan bahwa
beberapa character strengths tertentu dapat menjadi faktor protektif yang dapat
menahan, mencegah, atau mengurangi pengaruh negatif dari stres. Lounsburry,
Fisher, Levy dan Welsh (2009) menyatakan bahwa kekuatan karakter dapat
mengurangi stres bagi mahasiswa melalui penilaian kognitif yang akan
mengarahkan pada mekanisme coping yang lebih positif terutama pada mahasiswa
yang memiliki harapan yang tinggi.
Hasil penelitian Chung (2008) dalam disertasinya yang berjudul
“Resiliency and Character Strengths Among College Students” menunjukkan
bahwa appreciation of beauty and excellence, gratitude, dan humility/modesty
memiliki hubungan yang signifikan dengan resiliensi terhadap stres akademik.
Sedangkan love tidak berhubungan secara signifikan dengan resiliensi terhadap
stres akademik namun tingkatan love pada mahasiswa yang resilien relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan mahasiswa dengan resiliensi yang rendah.
6
Sedangkan penelitian Avey et.al. (2012) dalam jurnal Impact of
Employees’ Character Strengths of Wisdom on Stress and Creative Performance
menunjukkan bahwa kekuatan karakter wisdom berkorelasi positif dengan kinerja
yang kreatif dan berkorelasi negatif dengan stress pada karyawan. Berdasarkan
penelitian ini, character strengths dapat menyediakan sumber daya psikologis
yang memungkinkan seseorang untuk melihat makna dari peristiwa yang mereka
alami sehingga meningkatkan pemahaman terhadap lingkungan kemudian dapat
mengurangi stres (Fredrickson, 2001; Peterson & Seligman, 2004).
French dan rekan-rekannya menyatakan bahwa sumber daya (resources)
dapat bermanfaat jika sumber daya tersebut tepat digunakan (fit) dengan tuntutan
lingkungan. Sumber daya memiliki efek yang berbeda dalam berbagai situasi.
Dengan kata lain, sumber daya yang sangat bernilai dalam sebuah situasi mungkin
saja tidak dapat digunakan dalam situasi lain (French, Caplan, & Van Harrison;
French, Rodgers & Cobb dalam Hobfoll, 2002).
Berdasarkan penjelasan French dan rekan-rekannya tersebut, penelitian ini
tidak menggunakan semua dimensi character strengths sebagai Independent
Variable (IV). Penelitian ini hanya menggunakan beberapa character strengths
yang memiliki pengaruh terhadap stres akademik berdasarkan beberapa jurnal
penelitian sebelumnya dan buku Character Strengths and Virtue: a Handbook and
Classification. Adapun character strengths yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu creativity, curiosity, bravery, persistence, vitality, love, self regulation, hope,
humor, dan spirituality.
7
Selain character strengths, aspek personal yang dapat mempengaruhi stres
akademik adalah gender. Penelitian mengenai pengaruh gender terhadap stres
akademik mahasiswa yang kuliah sambil bekerja belum ditemui oleh peneliti. Di
samping itu, beberapa penelitian yang menguji perbedaan gender terhadap stres
akademik menunjukkan hasil yang berbeda-beda sehingga hal ini perlu diteliti.
Penelitian yang dilakukan oleh Misra dan Castillo (2004) terhadap
mahasiswa Amerika dan internasional menunjukkan bahwa persepsi reaksi
terhadap stres pada wanita lebih besar dibandingkan pada pria. Pria mengalami
stres yang lebih tinggi berkaitan dengan konflik. Sedangkan wanita menunjukkan
reaksi perilaku dan fisik yang lebih kuat karena wanita cenderung untuk
mengekpresikan emosi mereka. Hal ini sejalan dengan penelitian Ahmed, Riaz
dan Ramzan (2013) yang dilakukan di Okara, Pakistan bahwa mahasiswa wanita
merasa lebih stres dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki.
Penelitian yang dilakukan oleh Hamaideh (2010) dan Busari (2012)
mengenai perbedaan gender dalam mempersepsikan stressor dan reaksi terhadap
stres menunjukkan hasil yang bertentangan. Pada penelitian Hamaideh (2010)
yang dilakukan terhadap mahasiswa Yordania, terdapat perbedaan signifikan
antara mahasiswa wanita dengan mahasiswa pria di mana mahasiswa wanita
memiliki stres yang lebih tinggi pada frustrasi, konflik, tekanan dan perubahan.
Berkaitan dengan reaksi terhadap stres, mahasiswa wanita melaporkan reaksi
emosi yang lebih tinggi, sementara mahasiswa pria melaporkan reaksi perilaku
dan kognitif yang lebih tinggi.
8
Di sisi lain, Busari (2012) yang melakukan penelitian terhadap mahasiswa
tingkat pertama di Nigeria tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan
antara mahasiswa pria dan mahasiswa wanita secara keseluruhan. Namun,
berdasarkan perbedaan skor mean, mahasiswa laki-laki memiliki skor stres yang
lebih tinggi berkaitan dengan frustrasi, konflik, tekanan, dan perubahan sedangkan
mahasiswa wanita memiliki skor yang lebih tinggi pada masalah keuangan dan
ekspektasi diri. Sedangkan berdasarkan reaksi terhadap stres, mahasiswa pria
memiliki skor reaksi fisik dan kognitif yang lebih tinggi di mana wanita memiliki
skor yang lebih tinggi pada reaksi emosi dan perilaku.
Hasil ini pun menunjukkan hasil yang bertentangan dengan penelitian
Thawabieh dan Qaisy (2012) yang menunjukkan bahwa masalah keuangan lebih
mempengaruhi mahasiswa pria dibandingkan mahasiswa wanita. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Kai-Wen (2009) menunjukkan bahwa mahasiswa
pria merasakan stres yang lebih besar dari faktor keluarga dibandingkan dengan
mahasiswa wanita.
Dengan melihat beberapa aspek dari character strengths dan gender
penulis ingin membuat penelitian yang berjudul “Pengaruh character strengths
dan gender terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang kuliah sambil bekerja”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Penelitian ini dibatasi hanya mengenai pengaruh dari variabel prediktor, yaitu
character strengths dan gender terhadap stres akademik mahasiswa UIN Jakarta
9
yang kuliah sambil bekerja. Adapun pengertian tentang konsep variabel yang
digunakan, yaitu:
1. Character strengths yang dimaksudkan di sini yaitu komponen psikologis,
baik proses maupun mekanisme, yang dapat menggambarkan virtue yakni
kebajikan utama pada manusia (Peterson & Seligman, 2004). Variabel-
variabel dari character strengths yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
creativity, curiosity, open-mindedness, bravery, persistence, vitality, love, self
regulation, hope, humor dan spirituality.
2. Stres akademik yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah suatu keadaan
di mana terdapat tuntutan akademik yang melebihi sumber daya yang tersedia
disertai dengan reaksi-reaksi fisik, emosi, kognitif dan tingkah laku yang
diarahkan untuk menghadapi peristiwa stres tersebut (Gadzella, 1991). Stres
akademik memiliki dua dimensi yaitu stressor akademik (terdiri dari frustrasi,
konflik, tekanan, perubahan, dan pemaksaan diri) dan reaksi terhadap stressor
akademik (terdiri dari reaksi fisik, emosi, perilaku, kognitif).
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini
adalah:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara character strengths dan gender
terhadap stres akademik pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara creativity pada character
strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang
kuliah sambil bekerja?
10
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara curiosity pada character
strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang
kuliah sambil bekerja?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara open mindedness pada
character strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah yang kuliah sambil bekerja?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara bravery pada character
strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang
kuliah sambil bekerja?
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara persistence pada character
strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang
kuliah sambil bekerja?
7. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara vitality pada character strengths
terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah
sambil bekerja?
8. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara love pada character strengths
terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah
sambil bekerja?
9. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara self regulation pada character
strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang
kuliah sambil bekerja?
11
10. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara hope pada character strengths
terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah
sambil bekerja?
11. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara humor pada character strengths
terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah
sambil bekerja?
12. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara spirituality pada character
strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang
kuliah sambil bekerja?
13. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara gender terhadap stres akademik
pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh character strengths
(terdiri atas dimensi creativity, curiosity, open-mindedness, bravery, persistence,
vitality, love, self regulation, hope, humor dan spirituality) dan gender terhadap
stres akademik yang dihadapi oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang kuliah sambil bekerja.
1.3.2 Manfaat teoritis
1. Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai data tambahan
mengenai pengaruh character strengths dan gender terhadap stres akademik
mahasiswa khususnya mahasiswa yang kuliah sambil bekerja.
12
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan
ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan dan psikologi kesehatan.
1.3.3 Manfaat praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengaruh dari character strengths dan gender terhadap stres akademik sehingga
mahasiswa khususnya yang kuliah sambil bekerja dapat mencegah atau
meminimalisir dampak negatif dari stres akademik.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini peneliti menguraikan tentang latar belakang dilakukannya penelitian
“Pengaruh character strengths dan gender terhadap stres akademik mahasiswa
UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja”, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuah serta manfaat dan sistematika penulisan.
Bab 2 Landasan Teori
Bab ini menguraikan sejumlah teori yang digunakan dalam penelitian, diantaranya
pengertian stres akademik, dimensi dari stres akademik terdiri dari faktor-faktor
penyebab stres akademik (stressor akademik) dan reaksi terhadap stres akademik,
pengukuran stres akademik, pengertian character strengths, dimensi dari
character strengths, faktor-faktor yang mempengaruhi character strengths,
pengukuran character strengths, kerangka berpikir serta hipotesis penelitian.
13
Bab 3 Metode Penelitian
Bab ini berisi uraian mengenai populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian,
definisi operasional variabel, instrumen pengumpulan data, pengujian validitas
konstruk, metode analisis data serta prosedur penelitian yang dilakukan.
Bab 4 Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan mengenai pengolahan semua data yang terkumpul dari
penelitian ini, meliputi gambaran subjek penelitian, pengolahan statistik dan hasil
analisis data.
Bab 5 Kesimpulan, Diskusi, Dan Saran
Bagian kesimpulan berisi jawaban terhadap permasalahan penelitian. Kesimpulan
dibuat berdasarkan analisis dan interpretasi data yang telah dijabarkan pada bab
sebelumnya. Bagian diskusi membahas mengenai hasil penelitian diantaranya
mengapa suatu hipotesis ditolak atau diterima, serta keterbatasan-keterbatasan
penelitian. Bagian saran berisi saran-saran metodologis untuk keperluan penelitian
selanjutnya serta saran-saran praktis sesuai dengan permasalahan dan hasil
penelitian.
Daftar Pustaka
Merupakan daftar dari sumber-sumber referensi yang dijadikan acuan dalam
penelitian ini.
Lampiran
Terdiri dari instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
serta syntax dan path diagram yang merupakan hasil dari uji validitas konstruk.
14
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Stres Akademik
Para peneliti mempelajari stres sebagai variabel yang terdiri atas stimulus
dan respon. Holmes dan Rahe (dalam Gadzella & Masten, 2005) mendefinisikan
stres sebagai sebuah stimulus. Mereka mengeksplorasi hubungan antara peristiwa
yang dapat menyebabkan stres dengan penyakit fisik. Menurut teori mereka,
perubahan yang terjadi di dalam hubungan pribadi, pekerjaan, keuangan dapat
menyebabkan stres walaupun mereka adalah peristiwa yang menyenangkan.
Selye (dalam Gadzella & Masten, 2005) mendefinisikan stres sebagai
sebuah respon (reaksi fisiologis) yang ditimbulkan oleh peristiwa eksternal
(stimulus). Menurutnya, terdapat hubungan antara stres dengan penyakit fisik
yang dialami oleh seseorang.
Adapun Lazarus dan Folkman (dalam Gadzella & Masten, 2005)
memandang stres sebagai transaksi antara stimulus dengan respon yang
mengancam individu. Stres bergantung pada bagaimana individu menilai situasi
dan beradaptasi untuk menghadapi situasi tersebut.
Baum (dalam Taylor, 2003) menjelaskan bahwa stres adalah pengalaman
emosional yang negatif disertai dengan perubahan biokimia tubuh, fisik, kognitif
dan perilaku yang diarahkan untuk mengubah atau menyesuaikan diri dengan
akibat dari peristiwa yang menyebabkan stres. Sedangkan Blonna (2005)
15
mendefinisikan stres sebagai transaksi yang holistik antara individu, penyebab
stres (stressor), dan lingkungan yang menghasilkan respon terhadap stres.
2.1.1 Pengertian stres akademik
Stress akademik berkaitan dengan segala sesuatu yang mempengaruhi kehidupan
akademik. Stres akademik menurut Grupta dan Khan (dalam Kadapatti &
Vijayalaxmi, 2012) adalah tekanan mental yang berkaitan dengan frutasi dengan
kegagalan akademik, ketakutan akan kegagalan tersebut bahkan kesadaran
terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan tersebut.
Stres akademik merupakan kombinasi dari persepsi mahasiswa terhadap
pengetahuan yang harus diperoleh secara ekstensif dengan ketidakcukupan waktu
untuk mengembangkannya (Carveth, Geese, & Moss dalam Misra, Crist, &
Burdant, 2003). Sedangkan Wilks (2008) menjelaskan bahwa stres akademik
merupakan hasil kombinasi dari tuntutan akademik yang melebihi sumber daya
individu yang tersedia untuk menghadapi tuntutan tersebut.
Gadzella (dalam Gadzella & Masten, 2005) memandang stres akademik
sebagai persepsi seseorang terhadap stressor akademik dan bagaimana reaksi
mereka yang terdiri dari reaksi fisik, emosi, perilaku dan kognitif terhadap
stressor tersebut.
Dari berbagai definisi mengenai stres di atas, peneliti menggunakan
definisi dari Gadzella (1991) sebagai pengertian dari stres akademik.
2.1.2 Dimensi stres akademik
Gadzella (1991) mengukur stres akademik dalam dua komponen yakni stressor
akademik dan reaksi terhadap stressor akademik.
16
2.1.2.1 Stressor akademik. Menurut Gadzella dan Masten (2005), stressor
akademik merupakan peristiwa atau situasi (stimulus) yang menuntut
penyesuaian diri di luar hal-hal yang biasa terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Stressor akademik terdiri dari 5 kategori sebagai berikut:
1. Frustrations (frustrasi), yang berkaitan dengan keterlambatan
dalam mencapai tujuan, kesulitan sehari-hari, kekurangan sumber
daya, kegagalan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
direncanakan, tidak diterima secara sosial, kekecewaan dalam
menjalani hubungan, dan melewatkan kesempatan.
2. Conflicts (konflik), berkaitan dengan pemilihan dua atau lebih
alternatif yang diinginkan, dua atau lebih alternatif yang tidak
diinginkan, dan antara alternatif yang diinginkan dan tidak diinginkan.
3. Pressures (tekanan), berkaitan dengan kompetisi, deadline, beban
kerja yang berlebihan.
4. Changes (perubahan), berkaitan dengan pengalaman yang tidak
menyenangkan, banyaknya perubahan dalam waktu yang bersamaan,
serta kehidupan dan tujuan yang terganggu.
5. Self-imposed (pemaksaan diri), berkaitan dengan keinginan
seseorang untuk berkompetisi, disukai oleh semua orang,
mengkhawatirkan segala hal, prokrastinasi, mempunyai solusi
terhadap masalah, dan kecemasan dalam menghadapi ujian.
2.1.2.2 Reaksi terhadap stressor akademik. Selain stressor akademik,
komponen kedua untuk mengukur stres akademik yaitu reaksi
17
terhadap stressor akademik. Reaksi terhadap stres terdiri dari reaksi
fisik, emosi, perilaku dan kognitif. Reaksi terhadap stressor akademik
menurut Gadzella (1991) dapat dijelaskan sebagaimana berikut:
1. Physiological (reaksi fisik) diantaranya keluarnya keringat secara
berlebihan, berbicara dengan gagap, bergemetar, pergerakan yang
cepat, kelelahan, sakit perut, sesak napas, nyeri punggung, masalah
kulit, sakit kepala, radang sendi, pengurangan atau pertambahan berat
badan secara drastis.
2. Emotional (reaksi emosi) diantaranya rasa takut, marah, bersalah,
dan sedih.
3. Behavioral (reaksi perilaku) diantaranya menangis, menyakiti orang
lain, menyakiti diri sendiri, merokok secara berlebihan, mudah marah,
mencoba bunuh diri, menggunakan defense mechanism, dan
memisahkan diri dari orang lain.
4. Cognitive Appraisal (penilaian kognitif) diantaranya bagaimana
seseorang menilai situasi yang dapat menyebabkan stres dan
bagaimana seseorang dapat menggunakan strategi yang tepat untuk
mengatasi situasi yang menekan.
Taylor (2003) membahas respon terhadap stres, terutama respon fisiologis
dengan lebih rinci. Secara fisik, hal-hal yang dianggap berbahaya atau
mengancam diri seseorang dapat mengaktifkan sistem syaraf simpatis yang
berdampak pada meningkatnya tekanan darah, detak jantung, produksi keringat,
serta penyempitan pembuluh darah. Di samping itu, stres juga mengaktifkan
18
sistem HPA (Hypothalamic-Pituitary-Adrenocortical) di mana tubuh
mengeluarkan hormon-hormon stres. Dalam jangka panjang, hormon-hormon
stres seperti epineprin dan norepineprin dapat menurunkan fungsi kekebalan
tubuh, meningkatkan detak jantung, dan ketidakseimbangan biokimia tubuh
sehingga dapat menimbukan penyakit, baik penyakit fisik maupun kejiwaan. Hans
Selye menjelaskan aktifasi sistem HPA ini sebagai sindrom adaptasi umum
(general adaptation syndrome), yakni reaksi fisik nonspesifik dalam menanggapi
stres yang terdiri dari tiga tahap, yakni alarm, resistance dan exhaustion.
Alarm merupakan tahap pertama GAS di mana tubuh mengeluarkan
energi untuk menghadapi tuntutan dari penyebab stres. Pada tahap ini terjadi
respon fight-or-flight yaitu pilihan untuk menghadapi penyebab stress atau
menghindarinya. Resistance merupakan tahap kedua dari GAS di mana tubuh
mencoba untuk menjaga keseimbangan dalam menghadapi penyebab stress yang
kronis. Exhaustion merupakan tahap ketiga dari GAS di mana bagian atau sistem
tubuh mengalami kerusakan akibat tuntutan dari stres yang sangat kronis (Blonna,
2005).
Adapun respon kognitif meliputi proses penilaian terhadap stres yang
dianggap berbahaya atau mengancam diri, kekacauan pikiran, ketidakmampuan
untuk berkonsentrasi, atau munculnya pikiran-pikiran yang tidak sehat. Respon
kognitif juga meliputi aktivitas coping. Reaksi emosi terhadap stres diantaranya
perasaan takut, cemas, malu, marah, depresi, penyangkalan, bahkan sabar dan
tabah. Respon perilaku dapat berupa tindakan melawan penyebab stres atau
menghindar dari hal-hal yang mengancam (Taylor, 2003).
19
Banyak studi yang meneliti gejala dari stres akademik yang merupakan
respon terhadap stressor akademik (Malach-Pines & Keinan; Ongori & Angola;
dalam Angolla, 2009). Gejala stres akademik tersebut, diantaranya kekurangan
energi, ketergantungan dengan obat-obatan untuk mengobati penyakit, tekanan
darah yang tinggi, merasa depresi, selera makan yang meningkat/menurun,
kesulitan untuk berkonsentrasi, kurang istirahat, serta merasa tegang dan cemas.
2.1.3 Pengukuran stres akademik
Stres akademik dapat diukur dengan Gadzella’s Student-Life Stress Inventory
(1991) yang terdiri dari 51 item dalam format respon berupa skala Likert yang
berkisar antara 1 (tidak pernah) hingga 5 (hampir sepanjang waktu). Skala ini
disusun untuk mengukur lima kategori dari stressor akademik (diukur dengan
subskala frustrasi, konflik, tekanan, perubahan, dan pemaksaan diri) dan empat
kategori yang menjelaskan reaksi terhadap stressor yang diukur dengan subskala
fisiologis, emosi, perilaku, dan kognitif (Gadzella & Masten, 2005; Misra, Crist,
& Burant, 2003). Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Gadzella dan Masten
(2005) terhadap 336 mahasiswa, konsistensi internal terhadap SSI secara
keseluruhan yaitu 0.92. Pada masing-masing kategori, konsistensi internal
berkisar antara 0.61 (Self-Imposed) hingga 0.86 (Changes). Sedangkan,
berdasarkan analisis CFA yang dilakukan oleh Gadzella dan Baloglu pada 2001
terhadap 381 mahasiswa, konsistensi internal dari SSI yaitu 0.92 dengan 0.92
untuk laki-laki dan 0.92 untuk perempuan. Adapun konsistensi internal untuk
masing-masing kategori berkisar antara 0.63 (Self-Imposed) hingga 0.86 (Changes
dan Physiological).
20
Instrumen pengukuran stres akademis lainnya yaitu Academic Stress Scale
(ASS) yang disusun oleh Kohn dan Frazer (1986). ASS terdiri dari 35 item. ASS
mengukur kekhawatiran akademik dengan tiga subskala yakni fisik, psikologis
dan psikososial. Contoh dari stressor fisik meliputi suhu, pencahayaan, dan
keributan dalam kelas. Stressor psikologis yaitu keadaan emosi yang dihasilkan
oleh pekerjaan rumah yang berlebihan, tugas yang terlupakan, dan belajar untuk
menghadapi ujian. Sedangkan stressor psikososial hampir sama dengan stressor
psikologis yang meliputi interaksi interpersonal, memeriksa tugas teman, dan
persiapan untuk beraktivitas di dalam kelas. Respon item menggunakan format
Likert yang menggunakan 10 poin mulai dari 0 (not stressful) hingga 9 (extremely
stressful). Respon item dijumlahkan kemudian dihitung rata-ratanya. Nilai rata-
rata yang tertinggi mengindikasikan stres akademik yang lebih besar. Penelitian
sebelumnya (Burnett & Fanshawe, 1996; Kohn & Frazer, 1986) menemukan
reliabilitas internal yang tinggi sebesar 0.92 bagi pengukuran secara keseluruhan
dan antara 0.73 – 0.84 untuk masing-masing subskala dan faktor yang
menyarankan adanya validitas prediktif (Wilks, 2008).
Penelitian ini menggunakan Student-Life Stress Inventory yang telah
disusun oleh Gadzella (1991). Terdapat beberapa alasan dalam memilih inventori
ini. Alasan pertama yaitu inventori ini sering digunakan pada mahasiswa.
Inventori ini juga dapat mencerminkan kehidupan mahasiswa di dalam dan di luar
kampus sehingga sesuai untuk digunakan pada sampel mahasiswa yang kuliah
sambil bekerja. Selain itu, inventori ini mempunyai lingkup yang lebih luas dalam
mengukur stres akademik di mana inventori ini tidak hanya mengukur bagaimana
21
persepsi seorang mahasiswa terhadap stressor akademik tetapi juga mengukur
reaksi mereka terhadap stressor tersebut. Format respon terhadap item dalam
skala ini lebih sedikit dibandingkan dengan ASS yaitu 5 berbanding 9 juga
menjadi alasan dalam menggunakan inventori ini.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stres akademik
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi stres akademik sebagaimana yang
dikutip dari Kai-Wen (2009), yakni:
1) Faktor fisik
Sebagian besar remaja sangat memperhatikan penampilan fisik mereka.
Kebanyakan mereka tidak puas dengan penampilan fisik mereka (Siegel
dan Lane dalam Kai-Wen, 2009).
2) Faktor keluarga
Keluarga yang penuh dengan konflik ditandai dengan kurangnya
komunikasi antara orang tua dengan anak dan tidak saling memahami satu
sama lain. Hal ini dapat meningkatkan stress psikologis pada anak mereka
(Liu dan Chen dalam Kai-Wen, 2009).
3) Faktor sekolah
Chiang (dalam Kai-Wen, 2009) sebagian stres pada remaja berasal dari
lingkungan sekolah yakni tugas yang terlalu banyak, performansi
akademik yang tidak memuaskan, persiapan untuk tes, kurangnya minat
terhadap mata pelajaran/mata kuliah, dan hukuman dari guru. Harapan dari
orang tua, guru dan diri sendiri biasanya menjadi sumber stress akademik
(Cheng dalam Kai-Wen, 2009).
22
4) Faktor sosial
Seiring dengan perkembangan zaman dan beragamnya masyarakat, setiap
orang memiliki peran ganda. Di rumah, seorang mahasiswa juga berperan
sebagai seorang anak, kakak atau adik, suami atau istri. (Feng dalam Kai-
Wen, 2009).
Studi yang dilakukan oleh Agolla dan Ongori (2009) menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres akademik, diantaranya:
a) Performa akademik yang buruk secara terus menerus
b) Perlakuan tidak baik oleh teman
c) Beban akademik yang terlalu berat
d) Sumber yang tidak memadai untuk mengerjakan tugas
e) Ketidakpastian untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus
f) Kompetisi dengan teman
g) Gedung kuliah yang sesak
h) Harapan yang tinggi dari orang tua
i) Tidak menghadiri perkuliahan
j) Konflik dengan teman dan dosen
k) Motivasi yang rendah
Selain faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stres akademik,
terdapat faktor-faktor protektif yang dapat menunjang seseorang dalam
menghadapi peristiwa yang menyebabkan stres. Faktor protektif adalah sifat dari
seseorang atau konteks yang dapat memungkinkan terjadinya hasil yang lebih
baik di bawah kondisi yang beresiko tinggi (Masten & Reed, 2002 dalam Chung,
23
2008). Dengan pengertian lain, faktor protektif adalah karakteristik yang dapat
mengurangi atau menyangkal kesulitan atau resiko yang dihadapi oleh seorang
individu (Benard, 2007 dalam Chung, 2008). Dengan demikian, semakin tinggi
faktor protektif yang dimiliki seseorang, semakin rendah stres yang dialami.
Secara keseluruhan, faktor protektif terdiri dari dua macam yaitu
karakteristik personal individu dan karakteristik lingkungan (Chung, 2008).
Faktor protektif yang merupakan karakteristik personal individu, diantaranya:
a) Temperamen positif
b) Self esteem
c) Kepercayaan diri
d) Self efficacy
e) Kompetensi sosial
f) Keterampilan memecahkan masalah
g) Internal locus of control
h) Peran gender
Sedangkan faktor protektif yang berupa karakteristik lingkungan,
diantaranya:
a) Hubungan yang baik dengan orang lain
b) Authoritative Parenting
c) Dukungan sosial
d) Ekpektasi positif dari orang lain
e) Iklim keluarga yang positif
24
Di samping faktor protektif yang telah disebutkan oleh Chung (2008)
tersebut, Park (2004) menyatakan bahwa beberapa character strengths tertentu
dapat menjadi faktor protektif terhadap stres.
2.2 Character Strengths
2.2.1 Pengertian character strengths
Menurut Peterson dan Seligman (2004), ”character strengths are the
psychological ingredients-processes or mechanisms-that define the virtues”.
Sedangkan “virtue are the core characteristics valued by moral philosophers and
religious thinkers: wisdom, courage, humanity, justice, temperance, and
transcendence.
Berdasarkan penjelasan tersebut, character strengths adalah komponen
psikologis baik berupa proses maupun mekanisme yang dapat menggambarkan
kebajikan utama pada manusia. Menurut Peterson dan Seligman (2004), character
strengths dapat menjadi jalan untuk membedakan antara satu virtue dengan virtue
yang lain. Misalnya wisdom virtue terdiri dari beberapa karakter seperti creativity,
curiosity, love of learning, open-mindedness, dan perspective.
Menurut Aristoteles, kebajikan moral (moral virtue) merupakan karakter
individu yang dapat dipelajari dan diperoleh dengan membiasakannya. Sedangkan
menurut Aquinas, kebajikan (virtue) adalah sebuah kebiasaan yang dapat
dikembangkan oleh seseorang dengan memilih hal-hal yang baik dan secara
konsisten bertindak sesuai dengan kebaikan tersebut. Oleh karena itu, tidak seperti
pertimbangan moral yang hanya bersifat kognitif, karakter juga meliputi emosi
25
dan perilaku (Park, 2004). Park (2004) menambahkan bahwa character strengths
yaitu sekumpulan trait positif di dalam pikiran, perasaan, dan perilaku.
Adapun definisi dari character strengths pada penelitian ini adalah definisi
Peterson dan Seligman (2004) yaitu komponen psikologis berupa proses maupun
mekanisme yang dapat menggambarkan kebajikan utama pada manusia.
2.2.2 Klasifikasi character strengths
Menurut Peterson dan Seligman (2004) klasifikasi character strengths adalah
sebagai berikut:
1. Wisdom and Knowledge, yaitu kekuatan kognitif yang berkaitan dengan
perolehan dan penggunaan pengetahuan dalam membentuk kehidupan
yang baik, terdiri atas:
a. Creativity
Seseorang yang kreatif harus menghasilkan ide atau perilaku orisinil,
baru, mengejutkan atau tidak biasa. Tetapi, orisinil saja tidak dapat
mendefinisikan kreativitas secara utuh. Perilaku atau ide tersebut harus
bersifat adaptif dan memberikan kontribusi positif bagi kehidupan
orang tersebut dan kehidupan orang lain.
b. Curiosity
Keingintahuan mencakup keterbukaan terhadap pengalaman dan
fleksibilitas terhadap segala sesuatu yang tidak sesuai dengan konsepsi
awal. Orang-orang yang memiliki keingintahuan yang tinggi tidak
sekedar toleran terhadap ambiguitas atau tantangan, tetapi juga
menyukai dan tertarik untuk menghadapinya (Seligman, 2002).
26
c. Open mindedness
Keterbukaan pikiran adalah keinginan untuk secara aktif mencari
bukti-bukti yang mengarah pada keyakinan, rencana, tujuan dan
menimbang bukti secara adil. Memikirkan sesuatu dengan seksama
dan mengamatinya dari segala sisi. Tidak tergesa-gesa dalam
mengambil sebuah kesimpulan dan hanya bersandar pada bukti yang
kuat untuk mengambil keputusan. Dapat mengubah pikiran jika
terdapat bukti yang kuat. Menyaring informasi secara objektif dan
rasional untuk kepentingan diri sendiri dan orang lain (Seligman,
2002).
d. Love of learning
Love of learning berkaitan dengan bagaimana individu memperoleh
informasi dan keterampilan baru secara umum atau spesifik yang
mengarah kepada perkembangan pengetahuan individu mengenai
minat mereka. Individu dengan karakter love of learning akan
merasakan emosi positif ketika berada dalam proses perolehan
keterampilan, pemuasan rasa ingin tahu, atau pada saat mempelajari
sesuatu yang benar-benar baru bagi individu tersebut.
e. Perspective (wisdom)
Memiliki kemampuan untuk memberikan saran yang bijaksana kepada
orang lain. Memiliki cara pandang terhadap dunia yang dapat diterima
oleh orang lain. Perspective berbeda dengan intelegensi, dimana
perspective adalah taraf superior dari penguasaan ilmu, pertimbangan,
27
dan kapasitas untuk memberikan saran kepada orang lain. Perspective
memungkinkan individu untuk menjawab pertanyaan yang kompleks
dan sulit tentang kehidupan yang digunakan untuk mencapai
kesejahteraan diri sendiri dan orang lain.
2. Courage, yaitu kekuatan emosional yang mengandung keinginan yang
kuat untuk menyelesaikan tujuan walaupun terdapat halangan yang
bersifat eksternal maupun internal.
a. Bravery
Tidak takut terhadap ancaman, tantangan, kesulitan atau rasa sakit,
berani mengutarakan keinginan walaupun ada lawan, berani tampil
berbeda walaupun tidak popular, termasuk di dalamnya keberanian
secara fisik, tetapi tidak terbatas pada hal itu saja. Beberapa elemen
yang terkandung dalam bravery adalah tindakan harus bersifat
sukarela, terdapat pertimbangan terhadap resiko dan penerimaan
konsekuensi dari setiap tindakan, didahului oleh situasi bahaya,
kehilangan, situasi yang mengandung resiko, dan potensi dari kondisi
celaka.
b. Persistence
Persistence merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu
tindakan secara berkelanjutan dalam mencapai tujuan walapun terdapat
hambatan dan kesulitan. Individu yang memiliki karakter persistence
senang menyelesaikan tugas walaupun sulit tanpa banyak mengeluh
(Seligman, 2002).
28
c. Integrity
Orang yang memiliki integritas tinggi berbicara dan bertindak
berdasarkan kebenaran dan menampilkan diri mereka (baik keadaan
internal, perhatian ataupun komitmen) dengan tulus dan tanpa berpura-
pura walaupun dalam keadaan sendiri maupun berada dalam publik.
Mereka bertanggung jawab terhadap perasaan dan perilaku mereka
sendiri dan mendapatkan manfaat dari bertindak demikian.
d. Vitality
Melakukan pendekatan terhadap dunia dengan gairah dan energi,
mengerjakan sesuatu tidak setengah-setengah, hidup dengan penuh
tantangan, merasa hidup dan aktif. Vitality berhubungan secara
langsung baik dengan faktor somatik maupun psikologis. Secara
somatik, vitality dikaitkan dengan kesehatan fisik dan fungsi tubuh
optimal, seperti tidak mudah lelah dan jatuh sakit. Secara psikologis,
vitality merefleksikan kemauan, ketergugahan, dan integrasi diri baik
interpersonal maupun intrapersonal. Ketegangan psikologis, konflik,
dan stressor dapat dihadapi dengan mudah bila individu memiliki
vitality.
3. Humanity yaitu kekuatan interpersonal yang meliputi keinginan untuk
dekat dan bersahabat dengan orang lain.
a. Love
Menghargai hubungan dengan orang lain, saling berbagi dan
memperhatikan, dan mencoba untuk dekat dengan orang lain. Love
29
merepresentasikan sudut pandang terhadap orang lain yang meliputi
pikiran, tingkah laku dan emosi. Love merupakan sumber dari kasih
sayang, perlindungan dan perhatian. Kapasitas untuk mencintai dan
dicintai sebenarnya bersifat innate, tipikal seluruh makhluk hidup yang
mampu mengarahkan pada kesehatan fisik dan psikologis semua
makhluk hidup dari segala umur.
b. Kindness
Melakukan kebaikan, menolong dan menjaga orang lain. Empati dan
simpati merupakan komponen yang penting dalam kekuatan ini.
Individu yang memiliki karakter kindness biasannya akan tergerak
untuk membantu orang lain dan tidak pernah merasa disibukkan saat
menolong orang lain walaupun tidak mengenal orang yang ditolong
dengan baik (Seligman, 2002).
c. Social intelligence (emotional intelligence, personal intelligence)
Memiliki kesadaran akan motif dan perasaan orang lain maupun diri
sendiri, mengetahui bagaimana bersikap pada situasi yang berbeda,
mengetahui apa yang dilakukan untuk membuat orang lain tergugah.
Social intelligence mengarah kepada hubungan sosial yang diwarnai
dengan keintiman dan kepercayaan.
4. Justice, yaitu kekuatan publik yang mendasari kehidupan masyarakat yang
sehat. Justice berhubungan dengan interaksi yang optimal antar individu,
kelompok atau masyarakat.
a. Citizenship
30
Bekerja dengan baik pada situasi kelompok, setia pada kelompok, dan
berbagi dengan kelompok. Individu dengan karaker ini memiliki rasa
tanggung jawab terhadap tugas, bekerja untuk kepentingan kelompok
dibanding dengan kepentingan pribadi, setia terhadap teman, dan dapat
dipercaya. Mereka adalah teman satu tim yang menyenangkan.
b. Fairness
Memperlakukan setiap orang secara adil, tidak membiarkan perasaan
subjektif mempengaruhi keputusan yang menyangkut orang lain dan
memberikan kesempatan yang sama pada setiap orang. Fairness adalah
produk dari moral judgement, yaitu proses di mana individu menilai
hal-hal yang dianggap baik ataupun buruk secara moral dan apa yang
dilarang secara moral.
c. Leadership
Mendorong orang dalam kelompok untuk bekerja, menjaga hubungan
baik dengan anggota kelompok, menyiapkan aktivitas kelompok dan
mengevaluasinya. Leadership sebagai sebuah kualitas kepribadian
merupakan motivasi dan kapasitas seseorang untuk mempengaruhi,
membantu, mengarahkan dan memotivasi orang lain dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Individu dengan karakter leadership
memiliki peran yang dominan dalam hubungan sosial dalam mengatur
aktivitas pribadi dan orang lain dalam suatu sistem yang terintegrasi.
5. Temperance, yaitu kekuatan yang melindungi dari suatu tindakan yang
berlebihan.
31
a. Forgiveness and mercy
Memaafkan orang lain yang berbuat salah, memberikan kesempatan
bagi orang lain dan tidak mendendam. Pemberian maaf menimbulkan
sejumlah perubahan bermanfaat pada seseorang yang telah diganggu
atau disakiti oleh orang lain. Ketika individu memaafkan orang lain
yang telah menyakitinya, individu tersebut cenderung akan bertindak
mulia terhadap orang yang menyakitinya (Seligman, 2002).
b. Humility and modesty
Tidak menganggap diri lebih spesial dari orang lain dan tidak mencari
perhatian. Tangney (dalam Peterson dan Seligman, 2004)
mengidentifikasikan beberapa ciri-ciri dari humility, yaitu perasaan
yang akurat (tidak memandang rendah) terhadap kemampuan dan
prestasi, kemampuan untuk mengetahui kesalahan dan
ketidaksempurnaan individu, terbuka terhadap ide-ide baru, informasi
yang kontradiktif dan saran, menghargai kemampuan orang lain,
rendah hati terhadap kemampuan diri, dan mengapresiasi segala hal
sebagai sesuatu yang memberikan kontribusi bagi kehidupan.
c. Prudence
Berhati-hati dengan keputusan yang dibuat, tidak mengambil resiko
yang tidak semestinya dan tidak mengatakan atau melakukan sesuatu
yang tidak bertanggung jawab. Prudence merupakan orientasi kognitif
terhadap masa depan di mana individu berusaha untuk melakukan
penalaran dan manajemen diri untuk mencapai tujuan jangka panjang
32
secara efektif. Individu dengan prudence memperhatikan konsekuensi
dari setiap tindakan dan keputusan mereka, mampu menahan setiap
impuls yang akan menghambat pencapaian tujuan, menjalani hidup
secara fleksibel dan sederhana, serta berusaha untuk menyeimbangkan
tujuan dengan kenyataan.
d. Self- regulation (self-control)
Mengatur dan mengontrol perasaan, tingkah laku, disiplin, dan emosi.
Self regulation mengarah pada bagaimana individu mampu mengontrol
pikiran, emosi, impuls, performa, dan perilaku lainnya untuk mencapai
tujuan dan hidup sesuai dengan norma dan harapan sosial. Saat
berhadapan dengan peristiwa yang menyakitkan, individu mampu
meregulasi emosinya dan menetralkan perasaan negatif yang
dirasakan.
6. Transcendence, yaitu kekuatan yang dapat menciptakan hubungan dengan
lingkungan yang lebih luas dan memberi makna.
a. Appreciation of beauty and excellence
Menyadari dan menghargai keindahan, kesempurnaan, dan
keterampilan di dalam seluruh aspek kehidupan, mulai dari alam,
kesenian, matematika, sains hingga pengalaman sehari-hari. Karakter
ini merupakan kemampuan untuk merasakan kesenangan terhadap
kebaikan dan keindahan yang berada di dunia, baik dunia secara fisik
maupun dunia secara sosial. Individu dengan hati dan pikiran yang
terbuka terhadap keindahan dan kesempurnaan akan menjalani
33
kehidupan sehari-hari dengan senang hati, mampu menemukan makna
dalam kehidupan mereka, dan mampu berhubungan baik dengan
orang-orang di sekitar mereka.
b. Gratitude
Menyadari dan berterimakasih atas hal-hal baik yang terjadi;
menyediakan waktu untuk mengeskpresikan rasa bersyukur. Gratitude
dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni personal gratitude dan
transpersonal gratitude. Personal gratitude merupakan rasa terima
kasih kepada orang lain atas keuntungan yang individu dapatkan
melalui orang tersebut. Transpersonal gratitude merupakan rasa terima
kasih yang ditujukan kepada Tuhan. Fitzgerald (dalam Peterson dan
Seligman, 2004) mengatakan bahwa gratitude terdiri dari tiga
komponen, yakni apresiasi terhadap seseorang atau sesuatu, niat yang
baik kepada seseorang atau sesuatu dan kecenderungan untuk
bertingkah laku berdasarkan apresiasi dan niat baik.
c. Hope (optimism)
Mengharapkan yang terbaik untuk masa depan dan berusaha
mewujudkannya serta meyakini bahwa nasib bisa berubah dan masa
depan yang baik bisa dicapai. Hope, optimism, future-mindedness, dan
future-orientation meliputi pikiran, emosi, dan tingkah laku yang
tertuju pada masa depan. Berpikir mengenai masa depan,
mengharapkan hasil yang terbaik akan terjadi, dan merasa percaya diri
34
terhadap hasil dan tujuan sehingga dapat melakukan tindakan untuk
mendapatkan apa yang diinginkan dengan senang hati.
d. Humor
Senang tertawa, membuat orang lain tersenyum, melihat sisi terang dan
membuat gurauan. Secara keseluruhan, humor berarti pikiran yang
menyenangkan, pandangan yang membahagiakan yang memungkinkan
individu untuk melihat sisi positif dari sesuatu hal dan kemampuan
untuk membuat orang lain tersenyum dan tertawa.
e. Spirituality (religiousness)
Memiliki keyakinan yang besar tentang tujuan dan makna dari alam
semesta, menyesuaikan diri dengan sesuatu yang lebih besar, serta
memiliki keyakinan mengenai makna kehidupan yang membentuk
tingkah laku dan memberikan kenyamanan. Keyakinan ini bersifat
persuasif, pervasif, stabil, dan universal. Beberapa studi menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan antara spirituality dan religiousness.
Religiousness berasal dari bahasa Latin religio yang merujuk pada
keyakinan akan keberadaan Tuhan atau sesuatu kekuatan yang lebih
besar dari manusia dan ketaatan individu dalam menjalankan ibadah.
Sedangkan spirituality berasal dari kata spiritus yang berarti nafas dari
kehidupan. Spirituality merupakan hubungan yang bersifat pribadi
antara manusia dengan Tuhan yang menghasilkan kekuatan dan
keutamaan pada diri manusia.
35
Dari 24 variabel character strengths yang telah dijelaskan di atas, terdapat
11 variabel character strengths yang digunakan sebagai Independent Variable
(IV) yaitu creativity, curiosity, open mindedness, bravery, persistence, vitality,
love, self regulation, hope, humor, dan spirituality. Character strengths
merupakan sumber daya psikologis dalam menghadapi peristiwa yang menekan.
Sedangkan French dan rekan-rekannya menyatakan bahwa sumber daya
(resources) dapat bermanfaat jika sumber daya tersebut tepat digunakan (fit)
dengan tuntutan lingkungan. Sumber daya memiliki efek yang berbeda dalam
berbagai situasi. Dengan kata lain, sumber daya yang sangat bernilai dalam
sebuah situasi mungkin saja tidak dapat digunakan dalam situasi lain (French,
Caplan, & Van Harrison; French, Rodgers & Cobb dalam Hobfoll, 2002). Oleh
karena itu, berdasarkan penjelasan French dan rekan-rekannya tersebut, penelitian
ini tidak menggunakan semua dimensi character strengths sebagai Independent
Variable (IV). Penelitian ini hanya menggunakan beberapa character strengths
yang memiliki pengaruh terhadap stres akademik berdasarkan beberapa jurnal
penelitian sebelumnya dan buku Character Strengths and Virtue: a Handbook and
Classification.
2.2.3 Pengukuran character strengths
Character Strengths dapat diukur dengan menggunakan VIA Inventory of
Strengths yang dikembangkan oleh Christopher Peterson dan Martin E. Seligman
(2004). VIA Inventory of Strengths terdiri dari 240 item di mana setiap kekuatan
karakter dinilai oleh 10 item. Inventori biasanya dilakukan secara online
(www.viacharacter.org) sekitar 30 - 40 menit. Partisipan diinstruksikan untuk
36
memilih pernyataan yang sesuai dengan dirinya. Respon dinilai dengan
menggunakan skala model Likert 1 sampai 5 (dengan 1 = sangat tidak sesuai dan
5 = sangat sesuai). Skor dari masing-masing karakter berkisar antara 10 sampai
dengan 50 dengan skor yang lebih tinggi mengindikasikan besarnya sebuah
kekuatan karakter (Linley, 2007).
VIA Survey terdiri dari 3 versi yaitu full-length, VIA-120 dan VIA-72.
VIA-120 dikembangkan secara statistik dengan memilih 5 dari 10 pertanyaan
pada masing-masing skala yang memiliki korelasi item-skala yang paling tinggi.
Sedangkan VIA-72 dikembangkan dengan memiliki 3 dari 10 pertanyaan terbaik
dari versi aslinya (VIA Institute On Character, 2014a).
Konsistensi internal dari VIA Survey yaitu 0.83. Validitas inisial VIA
Survey dengan melihat pada Activities Questions (48 pertanyaan yang terdiri atas
dua lembar aktivitas bagi masing-masing character strengths) yaitu 0.55.
Sedangkan jika dibandingkan dengan Flourishing Scale (Diener, 2010), validitas
inisial bagi VIA Survey yaitu sebesar 0.43. Adapun Alpha bagi masing-masing
skala berkisar antara 0.68 hingga 0.91 (VIA Institute On Character, 2014a).
2.3 Kerangka Berpikir
Di dalam dunia akademik, mahasiswa dihadapkan pada berbagai tuntutan
akademik. Tuntutan ini terkadang terasa berat. Ditambah lagi tuntutan lain dari
rumah, aktivitas organisasi, masyarakat, atau dunia pekerjaan.
Mahasiswa yang kuliah sambil bekerja tentunya akan menghadapi tuntutan
yang lebih berat dibandingkan dengan teman-teman mereka yang hanya berkuliah.
37
Mereka harus menyeimbangkan waktu, tenaga, dan pikiran mereka agar dapat
berkuliah dan bekerja secara optimal.
Ketika mereka merasa bahwa mereka tidak dapat memenuhi tuntuan
akademik dengan baik mahasiswa tersebut mengalami stres akademik. Frustrasi,
konflik, tekanan, perubahan, dan pemaksaan diri yang mereka sering hadapi akan
menimbulkan reaksi yang berupa reaksi fisiologis, reaksi psikologis, reaksi
kognitif, dan reaksi perilaku.
Agar tetap bertahan dan beradaptasi dengan baik dalam menghadapi stress
akademik, mahasiswa membutuhkan faktor protektif yang dapat melindungi
seseorang dari efek-efek negatif yang ditimbulkan oleh peristiwa dan situasi yang
menekan dan dapat mengakibatkan hasil-hasil yang positif di bawah kondisi yang
penuh resiko (Masten & Reed; Benard dalam Chung, 2008).
Faktor protektif yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu character
strengths. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Park (2004), beberapa
character strengths tertentu dapat menjadi faktor protektif yang dapat menahan,
mencegah, atau mengurangi pengaruh negatif dari stres.
Creativity terdiri dari dua komponen penting yaitu menghasilkan ide baru
dan adaptif. Dengan memiliki creativity, individu akan menggunakan cara-cara
yang kreatif untuk beradaptasi secara efektif dengan tantangan dan stressor
(Peterson & Seligman, 2004).
Curiosity meliputi keingintahuan dan perasaan yang positif terhadap
pengalaman yang menarik dan tantangan. Curiosity memiliki hubungan yang
38
negatif dengan stres dan kebosanan (Cacioppo ; McCrae & Costa ; Zuckerman,
dalam Peterson & Seligman, 2004).
Individu yang memiliki kekuatan open-mindedness lebih terbuka terhadap
segala informasi dan penuh pertimbangan terhadap segala kemungkinan. Mereka
juga tidak akan mudah digoyahkan dengan sebuah peristiwa dan lebih kebal
terhadap saran dan manipulasi dibandingkan dengan orang-orang yang berpikiran
sederhana sehingga individu dengan open-mindedness lebih mampu untuk
mengakomodasi stres (Bieri ; Suedfeld & Piedrahita dalam Peterson & Seligman,
2004).
Bravery merupakan keberanian seseorang dalam menghadapi tantangan
dan ancaman. Bravery memiliki korelasi yang rendah dengan tingkatan
ketegangan di bawah tekanan (Cox, Hallam, O’Connor, & Rachman ; O’Connor,
Hallam & Rachman dalam Peterson & Seligman, 2004).
Persistence berkaitan dengan hardiness. Hardiness merupakan sebuah
karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber dari ketahanan seseorang
dalam menghadapi peristiwa yang menekan. Orang-orang yang memiliki
hardiness tinggi tidak akan mudah menyerah ketika mengalami kegagalan dan
kemunduran (Kobasa dalam Peterson & Seligman, 2004).
Vitality meliputi faktor somatis dan psikologis. Secara somatis, vitality
berhubungan dengan kesehatan fisik dan fungsi tubuh yang baik sehingga
seseorang tidak mudah lelah dan sakit. Sedangkan secara psikologis, vitality
menggambarkan kemauan dan integrasi diri secara interpersonal maupun
intrapersonal. Para ahli psikodinamika sepakat bahwa ketersediaan energi yang
39
besar di dalam diri (vitality) dapat mengurangi represi, stress dan konflik
(Peterson & Seligman, 2004).
Love merupakan sumber dari kasih sayang, perlindungan dan perhatian.
Dalam menghadapi stres, individu juga memerlukan sumber daya yang bersifat
sosial. Sarason (dalam Hobfoll, 2002) mengemukakan bahwa orang-orang yang
kehilangan daya psikologis untuk mendapatkan dukungan sosial lebih rentan
terhadap dampak dari stres.
Self regulation merupakan kekuatan karakter yang berfungsi untuk
meregulasi dan mengontrol diri dalam mencapai tujuan. Dengan self regulation,
seseorang akan dapat meregulasi emosi dan tingkah lakunya dalam mencapai
tujuan. Mereka dapat mengontrol impuls-impuls yang merugikan (Peterson &
Seligman, 2004).
Hope (optimisme) adalah salah satu kekuatan karakter yang secara
konsisten berhubungan dengan penyesuaian diri yang baik di antara anak-anak
dan pemuda. Individu yang berpikir positif cenderung menganggap stressor
sebagai hal yang tidak terlalu mengancam diri mereka (Park, 2004). Hal ini
sejalan dengan pernyataan Gilman, Dooley dan Florell (dalam Niemiec, 2013)
bahwa hope memiliki hubungan yang negatif dengan distress psikologis dan
ketidaksesuaian diri (maladjustment) di sekolah.
Humor merupakan kemampuan untuk menemukan hal-hal yang lucu
dalam hal-hal yang mengerikan dan dapat membuat diri sendiri dan orang lain
tertawa/terhibur. Kekuatan karakter humor dapat digunakan sebagai salah satu
strategi koping untuk mengurangi ketegangan dan stres (Kumpfer, 1999).
40
Spirituality juga memiliki pengaruh terhadap respon stres. Labbe dan
Fobes (2010) menemukan bahwa partisipan dengan skor spirituality yang lebih
tinggi melaporkan keadaan marah yang lebih sedikit dan menunjukkan respon
sistem syaraf simpatis yang lebih rendah ketika merespon penyebab stres
dibandingkan dengan partisipan dengan tingkat spiritual yang lebih rendah..
Berdasarkan penjelasan tersebut, character strengths dapat menjadi faktor
protektif dari stres akademik yang dapat menahan, mencegah, atau mengurangi
pengaruh negatif dari stres. Maka pada penelitian ini, semakin tinggi character
strengths maka semakin rendah stres akademik yang dialami oleh mahasiswa UIN
Jakarta yang kuliah sambil bekerja.
Selain itu, beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa gender juga
dapat mempengaruhi stress akademik. Namun, hasil penelitian tersebut berbeda-
beda. Ada yang menyebutkan bahwa wanita mengalami stres akademik yang lebih
tinggi daripada pria (Misra & Castillo, 2004; Hamaideh, 2010; Ahmed, Riaz &
Ramzan, 2013). Sebaliknya, ada yang menyatakan bahwa pria yang memiliki
tingkat stres akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita ( Kai-Wen,
2009; Thawabieh & Qaisy, 2012). Bahkan, ada juga penelitian yang menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkatan stres akademik pada
pria dengan tingkatan stres akademik pada perempuan (Busari, 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh gender
terhadap stres akademik mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja.
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah mahasiswa laki-
laki atau perempuan yang memiliki level stres akademik yang lebih tinggi.
41
Berdasarkan uraian di atas, character strengths dan gender memiliki
pengaruh terhadap stres akademik mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah sambil
bekerja, sebagaimana yang dapat terlihat pada kerangka berpikir berikut ini.
Character Strengths
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Creativity
Curiosity
Open Mindedness
Bravery
Persistence
Vitality
Love
Self Regulation
Hope
Humor
Spirituality
Gender
Stres
Akademik
42
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis Mayor:
Ada pengaruh yang signifikan antara character strengths dan gender terhadap
stres akademik Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah sambil bekerja.
Hipotesis Minor:
H1: Ada pengaruh yang signifikan antara creativity pada character strengths
terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah
sambil bekerja.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan antara curiosity pada character strengths
terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah
sambil bekerja.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan antara open mindedness pada character
strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang
kuliah sambil bekerja.
H4: Ada pengaruh yang signifikan antara bravery pada character strengths
terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah
sambil bekerja.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan antara persistence pada character strengths
terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah
sambil bekerja.
H6: Ada pengaruh yang signifikan antara vitality pada character strengths
terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah
sambil bekerja.
43
H7: Ada pengaruh yang signifikan antara love pada character strengths terhadap
stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah sambil
bekerja.
H8: Ada pengaruh yang signifikan antara self regulation pada character
strengths terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang
kuliah sambil bekerja.
H9: Ada pengaruh yang signifikan antara hope pada character strengths
terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah
sambil bekerja.
H10: Ada pengaruh yang signifikan antara humor pada character strengths
terhadap stres akademik aahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah
sambil bekerja.
H11: Ada pengaruh yang signifikan antara spirituality pada character strengths
terhadap stres akademik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah
sambil bekerja.
H12: Ada pengaruh yang signifikan antara gender terhadap stres akademik
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang kuliah sambil bekerja.
Penelitian ini diuji menggunakan analisis statistik. Hipotesis yang akan diuji
adalah hipotesis nihil, yaitu “Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
character strengths dan gender terhadap stres akademik mahasiswa UIN Jakarta
yang kuliah sambil bekerja”.
44
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang kuliah sambil bekerja. Sampel dalam penelitian ini yaitu mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang kuliah sambil bekerja sebanyak 252 orang.
Sampel diambil dengan menggunakan teknik non-probability sampling
yaitu pengambilan sampel di mana setiap objek penelitian yang diambil tidak
memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Sampel yang
diambil adalah sampel yang telah memenuhi kriteria atau tujuan yang telah
ditentukan peneliti yaitu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang aktif
kuliah sambil bekerja. Peneliti menggunakan teknik non probability sampling
dengan alasan tidak adanya data mengenai daftar keseluruhan mahasiswa UIN
Jakarta yang kuliah sambil bekerja. Selain itu, keterbatasan waktu juga menjadi
alasan bagi peneliti dalam menggunakan teknik non-probability sampling.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah dimensi-dimensi dari character strengths
(creativity, curiosity, open mindedness, bravery, persistence, vitality, love, self
regulation, hope, humor, spirituality), gender, dan stres akademik (terdiri dari
stressor akademik dan reaksi terhadap stressor akademik). Dimensi-dimensi dari
character strength dan gender dijadikan sebagai independent variable (IV).
Sedangkan stress akademik dijadikan sebagai dependent variable (DV).
45
3.2.1 Definisi operasional variabel penelitian
Definisi operasional pada penelitian ini ditentukan berdasarkan definisi
konseptual yang telah dijelaskan pada bab teori. Adapun definisi operasional dari
variabel penelitian ini adalah:
1. Stres akademik
Stres akademik adalah suatu keadaan di mana mahasiswa yang kuliah
sambil bekerja sering menghadapi banyaknya tuntutan akademik dan
sering mengalami reaksi-reaksi fisik, emosi, kognitif dan tingkah laku
yang diarahkan untuk menghadapi peristiwa stres tersebut. Stres akademik
terdiri dari dua aspek, yaitu stressor akademik dan reaksi terhadap stressor
akademik. Skor stres akademik diperoleh dengan memodifikasi Student-
Life Stress Inventory yang dikembangkan oleh Gadzella (1991).
2. Character strengths
Character strengths adalah tingkatan dari komponen psikologis yang
dapat menggambarkan kebajikan utama (virtue) pada mahasiswa yang
kuliah sambil bekerja, yakni creativity, curiosity, open mindedness,
bravery, persistence, vitality, love, self regulation, hope, humor, dan
spirituality. Skor character strengths diperoleh dengan memodifikasi VIA
Inventory of Strengths yang dikembangkan oleh Christopher Peterson dan
Martin E. Seligman (2004).
3.3 Alat Ukur Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan alat ukur pengumpulan data yang terdiri dari:
46
1. Biodata subjek penelitian. Berisi pertanyaan mengenai biodata responden,
seperti nama, usia, jenis kelamin, semester, fakultas/jurusan, pekerjaan,
pendapatan, jam kerja per minggu dan alasan/motivasi kuliah sambil bekerja.
2. Kuisioner terdiri dari 83 pernyataan dan dibagi menjadi 2 skala untuk
mengukur variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Skala I yaitu
alat ukur yang digunakan untuk mengukur stres akademik. Skala II yaitu alat
ukur yang digunakan untuk mengukur Character Strength.
3.3.1 Skala stres akademik
Skala stres akademik ini diadaptasi dan dimodifikasi dari Student-Life Stress
Inventory yang dikembangkan oleh Gadzella (1991). Modifikasi skala dilakukan
dengan cara memilih item lalu menerjemahkan item-item terpilih dengan bahasa
Indonesia yang disesuaikan untuk kepentingan penelitian.
Pada skala ini, responden menilai masing-masing item yang menggunakan
skala Likert yakni tidak pernah (skor = 1), jarang (skor = 2), sering (skor = 3) dan
selalu (skor = 4). Skor untuk aspek kognitif (item 2 dan 22) di-reverse karena item
bersifat unfavorable. Skor total dari skala ini diperoleh dengan menjumlahkan
skor dari sembilan aspek yang terdiri dari lima kategori dari stressor akademik
yakni frutrasi, konflik, tekanan, perubahan, dan pemaksaan diri dan empat
kategori dari reaksi terhadap stressor akademik yakni reaksi fisik, emosi, tingkah
laku, dan kognitif (Gadzella & Masten, 2005).
47
Tabel 3.1
Blue Print Skala Stres Akademik
No Aspek Indikator Item Jumlah
1. Stressor
akademik
Frustrations Keterlambatan mencapai
tujuan
Kegagalan dalam mencapai
tujuan
Merasa terasing dalam
lingkungan masyarakat
5, 8, 15
3
Conflicts Konflik antara dua pilihan
yang menyenangkan
Konflik antara sisi positif dan
sisi negatif dari sebuah pilihan
Konflik antara dua pilihan
yang tidak menyenangkan
4, 7, 13 3
Pressures Harapan dari keluarga atau
orang lain
Beban tugas kuliah yang
terlalu banyak
Deadline tugas kuliah
6, 10, 19 3
Changes Perubahan yang sangat cepat
Banyak perubahan dalam
waktu bersamaan
Perubahan hidup yang
mengganggu kehidupan
individu
3, 9, 14 3
Self-imposed Memaksa diri menjadi
pemenang
Kecemasan menghadapi ujian
Prokrastinasi
1, 11, 12 3
2. Reaksi
terhadap
stressor
akademik
Physiological Keluarnya keringat secara
berlebihan
Bolak-balik ke toilet
Makan secara berlebihan
Merasa sakit atau nyeri di
salah satu atau beberapa
bagian tubuh
16, 21,
27, 28
4
Emotional Merasa takut
Merasa depresi
Merasa kesal/marah
17, 23, 25 3
Behavioral Menangis
Mudah tersinggung
Menyakiti diri sendiri
Menyakiti orang lain
18, 20,
24, 26
4
Cognitive Memikirkan dan menganalisa
strategi yang paling efektif
Menganalisa masalah yang
dialami
2, 22 2
48
3.3.2 Skala character strengths
Skala character strengths ini diadaptasi dan dimodifikasi dari Values in Actions
(VIA) Inventory yang dikembangkan oleh Christopher Peterson dan Martin E.
Seligman (2004). VIA Inventory of Strengths memiliki 3 versi. Selain versi
lengkap yang terdiri dari 240 pertanyaan, terdapat versi 120 pertanyaan dan versi
72 pertanyaan. VIA Inventory of Strengths ini tersedia secara on-line (VIA
Institute, 2014b).
Dalam membuat skala, peneliti melakukan adaptasi dan modifikasi
terhadap versi 120 di mana setiap dimensi terdiri dari lima item. Menurut peneliti,
jumlah item ini tepat karena tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Namun
karena terdapat beberapa item yang kurang sesuai dengan tujuan penelitian,
peneliti mencari item-item lain pada versi 240 yang lebih sesuai. Selain itu, hanya
item-item yang mengukur dimensi creativity, curiosity, bravery, persistence,
vitality, love, self regulation, hope, humor, dan spirituality yang dipilih.
Selanjutnya, item-item yang terpilih diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Masing-masing dimensi dari character strengths terdiri dari lima item.
Karena pada penelitian ini, terdapat 11 dimensi character strengths, maka total
item untuk mengukur character strengths yaitu 55 item.
Pada skala ini, responden diinstruksikan untuk memilih pernyataan yang
sesuai dengan dirinya. Respon dinilai dengan menggunakan skala Likert dengan
skor 1 sampai 4 (dengan skor 1 = sangat tidak sesuai, skor 2 = tidak sesuai, skor 3
= sesuai, skor 4 = sangat sesuai). Adapun skor total pada skala ini diperoleh
dengan menjumlahkan skor yang diperoleh dari masing-masing dimensi.
49
Tabel 3.2
Blue Print Skala Character Strength
No Dimensi Indikator Item Jumlah
1. Creativity Memiliki imajinasi yang tinggi
Berpikir produktif
Berpikir sesuatu yang baru
8, 16, 35, 41, 51 5
2. Curiosity Memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi terhadap topik-topik yang
menarik
Memiliki minat yang besar dalam
melakukan pengalaman yang
menarik
3, 15, 18, 47, 52 5
3. Open-
mindedness Berpikir secara kritis, terbuka
Berpikir dari segala sudut
pandang
Berhati-hati dalam mengambil
kesimpulan
Menimbang semua kemungkinan
dengan adil
7, 32, 34, 40, 48 5
4. Bravery Tidak takut terhadap ancaman,
tantangan, kesulitan atau rasa
sakit
Berani mengungkapkan
kebenaran walaupun ada yang
menentang
Berani tampil berbeda
9, 17, 23, 29, 39 5
5. Persistence Mampu menyelesaikan tugas
hingga tuntas
Tekun dalam mengerjakan tugas
1, 28, 36, 42, 43 5
6. Vitality Bersemangat, antusias
Aktif, berenergi
Melakukan sesuatu sepenuh hati
2, 10, 19, 27, 50 5
7. Love Dapat berbagi perasaan dengan
orang lain
Saling mengasihi dan menyayangi
4, 11, 22, 31, 49 5
8. Self-
regulation Mampu mengendalikan emosi
Disiplin dalam mencapai tujuan
5, 21, 38, 53, 54 5
9. Hope Memiliki harapan yang baik
Memiliki keyakinan akan masa
depan yang lebih cerah
13, 25, 30, 37, 44 5
10. Humor Senang tertawa dan bercanda
Mampu menghibur orang lain
12, 24, 26, 46, 55 5
11. Spirituality Memiliki keyakinan mengenai
makna kehidupan
Memiliki keyakinan yang kuat
terhadap Tuhan
Mengamalkan ajaran agama
6, 14, 20, 33, 45 5
50
3.4 Pengujian Validitas Konstruk
3.4.1 Uji validitas konstruk stres akademik
Sebelum melakukan uji validitas dari stres akademik yang merupakan dependent
variable (DV) pada penelitian ini, peneliti melakukan uji validitas terhadap
masing-masing dimensi dari stres akademik terlebih dahulu yaitu stressor
akademik dan reaksi terhadap stressor akademik. Dimensi stressor akademik
terdiri dari lima belas item sedangkan dimensi reaksi terhadap stressor akademik
terdiri dari tiga belas item.
3.4.1.1 Uji validitas konstruk stressor akademik
Peneliti menguji apakah lima belas item yang digunakan bersifat unidimensional
atau tidak, artinya apakah benar hanya mengukur stressor akademik. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
Chi-Square = 541.85, df = 90, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.141. Oleh sebab
itu, peneliti perlu melakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 77.84, df = 60, P-value = 0.06059,
RMSEA =0.034. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value >0.05 (tidak signifikan),
yang artinya model dengan satu faktor (unindimensional) bahwa seluruh item
mengukur satu faktor saja yaitu stressor akademik.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
51
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3
Muatan Faktor Stressor Akademik
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.82 0.06 14.84 V
2 0.60 0.06 9.26 V
3 0.25 0.07 3.61 V
4 0.68 0.06 11.72 V
5 0.81 0.06 14.24 V
6 0.74 0.06 13.08 V
7 0.53 0.06 8.24 V
8 0.38 0.06 6.02 V
9 0.26 0.07 3.92 V
10 0.64 0.06 10.96 V
11 0.53 0.06 8.37 V
12 0.74 0.06 13.08 V
13 0.08 0.07 1.19 X
14 0.37 0.06 5.79 V
15 0.40 0.06 6.39 V
Keterangan : tanda V = Signifikan (t >1,96) ; X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.3, nilai t bagi koefisien muatan faktor sebagian besar
item signifikan karena t > 1.96 kecuali pada item 13. Selanjutnya melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif, maka diketahui tidak
terdapat item yang muatan faktornya negatif.
3.4.1.2 Uji validitas konstruk reaksi terhadap stressor akademik
Peneliti menguji apakah 13 item yang digunakan bersifat unidimensional atau
tidak, artinya apakah benar hanya mengukur reaksi terhadap stressor akademik.
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-Square = 412.06, df = 65, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.146.
Oleh sebab itu, peneliti perlu melakukan modifikasi terhadap model dimana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
52
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 54.28, df = 43, P-value =
0.11610, RMSEA = 0.032. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value >0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unindimensional) bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu reaksi terhadap stressor akademik.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4
Muatan Faktor Reaksi terhadap Stressor Akademik
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.39 0.06 6.19 V
2 0.60 0.07 9.11 V
3 0.51 0.06 8.30 V
4 0.68 0.06 10.63 V
5 0.38 0.07 5.80 V
6 0.56 0.07 8.53 V
7 0.46 0.06 7.35 V
8 0.64 0.06 10.25 V
9 0.61 0.06 10.23 V
10 0.55 0.06 8.44 V
11 0.75 0.07 11.53 V
12 0.22 0.07 3.39 V
13 -0.08 0.06 -1.30 X
Keterangan : tanda V = Signifikan (t >1,96) ; X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.4, nilai t bagi koefisien muatan faktor sebagian besar
item signifikan karena t > 1.96 kecuali pada item 13. Selanjutnya melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif, maka diketahui hanya item
13 yang memiliki muatan faktor negatif.
53
Setelah melakukan uji validitas pada dua dimensi stres akademik,
diketahui bahwa terdapat item yang harus di drop yaitu item 13 pada dimensi
stressor akademik dan item 13 pada dimensi reaksi terhadap stressor akademik.
Karena terdapat dua item yang didrop, peneliti melakukan uji validitas terhadap
26 item yang tidak didrop.
Peneliti menguji apakah 26 item yang digunakan bersifat unidimensional
atau tidak, artinya apakah benar hanya mengukur stress akademik. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
Chi-Square = 2597.60, df = 299, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.175. Oleh
sebab itu, peneliti perlu melakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 191.98, df = 164, P-value = 0.06666,
RMSEA = 0.026. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value >0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unindimensional) bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu stres akademik.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5 berikut.
54
Tabel 3.5
Muatan Faktor Stress Akademik
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.82 0.05 15.58 V
2 0.72 0.06 12.89 V
3 0.23 0.07 3.51 V
4 0.47 0.06 7.38 V
5 0.77 0.06 14.00 V
6 0.73 0.05 13.42 V
7 0.50 0.06 8.02 V
8 0.45 0.06 7.60 V
9 0.32 0.06 5.24 V
10 0.62 0.06 10.48 V
11 0.47 0.06 7.87 V
12 0.74 0.05 13.51 V
13 0.43 0.06 7.31 V
14 0.49 0.06 8.22 V
15 0.14 0.06 2.30 V
16 0.37 0.06 5.98 V
17 0.24 0.07 3.64 V
18 0.24 0.06 3.76 V
19 0.41 0.06 6.62 V
20 0.48 0.06 7.97 V
21 0.48 0.06 7.92 V
22 0.04 0.06 0.66 X
23 0.38 0.06 6.13 V
24 0.44 0.06 7.27 V
25 0.51 0.06 8.82 V
26 0.26 0.06 4.12 V
Keterangan : tanda V = Signifikan (t >1,96) ; X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.5, nilai t bagi koefisien muatan faktor sebagian besar
item signifikan karena t > 1.96 kecuali pada item 22. Selanjutnya melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif, maka diketahui item 22
memiliki muatan faktor negatif. Secara keseluruhan, item 22 harus didrop karena
memiliki nilai t <1.96 dan memiliki muatan faktor negatif. Dengan demikian
terdapat 25 item yang akan dimasukkan dalam analisis regresi.
55
3.4.2 Uji validitas konstruk character strengths
3.4.2.1 Uji validitas konstruk creativity
Peneliti menguji apakah 5 item yang digunakan bersifat unidimensional atau
tidak, artinya apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu creativity.
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-Square = 20.03, df = 5, P-Value = 0.00123, RMSEA = 0.109.
Oleh sebab itu, peneliti perlu melakukan modifikasi terhadap model dimana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 1.22, df = 4, P-value =
0.87432, RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value >0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unindimensional) bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu creativity.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6
Muatan Faktor Creativity
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.50 0.07 6.83 V
2 0.59 0.07 8.16 V
3 0.57 0.07 7.85 V
4 0.61 0.08 8.15 V
5 0.64 0.07 8.62 V
Keterangan : tanda V = Signifikan (t >1,96) ; X = Tidak Signifikan
56
Berdasarkan tabel 3.6, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang bermuatan negatif, maka diketahui tidak terdapat item yang muatan
faktornya negatif.
3.4.2.2 Uji validitas konstruk curiosity
Peneliti menguji apakah 5 item yang digunakan bersifat unidimensional atau
tidak, artinya apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu curiosity.
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit,
dengan Chi-Square = 4.04, df = 5, P-Value = 0.54328, RMSEA = 0.000. Nilai
Chi-Square menghasilkan P-value >0.05 (tidak signifikan), yang artinya model
dengan satu faktor (unindimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor
saja yaitu curiosity.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7
Muatan Faktor Curiosity
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.73 0.06 11.22 V
2 0.52 0.07 7.65 V
3 0.68 0.07 10.32 V
4 0.54 0.07 8.05 V
5 0.54 0.07 8.09 V
Keterangan : tanda V = Signifikan (t >1,96) ; X = Tidak Signifikan
57
Berdasarkan tabel 3.7, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang bermuatan negatif, maka diketahui tidak terdapat item yang muatan
faktornya negatif.
3.4.2.3 Uji validitas konstruk open mindedness
Peneliti menguji apakah 5 item yang digunakan bersifat unidimensional atau
tidak, artinya apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu open
mindedness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,
ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 14.59, df = 5, P-Value = 0.01224, RMSEA
= 0.087. Oleh sebab itu, peneliti perlu melakukan modifikasi terhadap model
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 7.52, df = 4, P-value
= 0.11101, RMSEA = 0.059. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value >0.05
(tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unindimensional)
bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu open mindedness.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8 berikut.
58
Tabel 3.8
Muatan Faktor Open Mindedness
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.39 0.07 5.20 V
2 0.50 0.07 7.11 V
3 0.60 0.07 8.53 V
4 0.62 0.07 8.96 V
5 0.70 0.07 9.95 V
Keterangan : tanda V = Signifikan (t >1,96) ; X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.8, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang bermuatan negatif, maka diketahui tidak terdapat item yang muatan
faktornya negatif.
3.4.2.4 Uji validitas konstruk bravery
Peneliti menguji apakah 5 item yang digunakan bersifat unidimensional atau
tidak, artinya apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu bravery. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit, dengan
Chi-Square = 10.20, df = 5, P-Value = 0.06980, RMSEA = 0.064. Nilai Chi-
Square menghasilkan P-value >0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan
satu faktor (unindimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu
bravery.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 berikut.
59
Tabel 3.9
Muatan Faktor Bravery
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.72 0.06 11.33 V
2 0.61 0.07 9.36 V
3 0.62 0.07 9.56 V
4 0.69 0.06 10.67 V
5 0.37 0.07 5.31 V
Keterangan : tanda V = Signifikan (t >1,96) ; X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.9, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang bermuatan negatif, maka diketahui tidak terdapat item yang muatan
faktornya negatif.
3.4.2.5 Uji validitas konstruk persistence
Peneliti menguji apakah 5 item yang digunakan bersifat unidimensional atau
tidak, artinya apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu persistence.
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-Square = 27.39, df = 5, P-Value = 0.00005, RMSEA = 0.134.
Oleh sebab itu, peneliti perlu melakukan modifikasi terhadap model dimana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 1.56, df = 4, P-value =
0.81648, RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value >0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unindimensional) bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu persistence.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
60
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Persistence
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.54 0.07 7.40 V
2 0.39 0.07 5.29 V
3 0.68 0.07 9.16 V
4 0.64 0.07 8.66 V
5 0.36 0.07 4.77 V
Keterangan : tanda V = Signifikan (t >1,96) ; X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.10, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang bermuatan negatif, maka diketahui tidak terdapat item yang muatan
faktornya negatif.
3.4.2.6 Uji validitas konstruk vitality
Peneliti menguji apakah 5 item yang digunakan bersifat unidimensional atau
tidak, artinya apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu vitality. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,
dengan Chi-Square = 31.59, df = 5, P-Value = 0.00001, RMSEA = 0.146. Oleh
sebab itu, peneliti perlu melakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 1.29, df = 3, P-value = 0.73158,
RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value >0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unindimensional) bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu vitality.
61
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.11 berikut.
Tabel 3.11
Muatan Faktor Vitality
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.83 0.10 8.65 V
2 0.47 0.07 6.30 V
3 0.44 0.07 6.03 V
4 0.65 0.10 6.57 V
5 0.36 0.07 4.81 V
Keterangan : tanda V = Signifikan (t >1,96) ; X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.11, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang bermuatan negatif, maka diketahui tidak terdapat item yang muatan
faktornya negatif.
3.4.2.7 Uji validitas konstruk love
Peneliti menguji apakah 5 item yang digunakan bersifat unidimensional atau
tidak, artinya apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu love. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,
dengan Chi-Square = 36.82, df = 5, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.159. Oleh
sebab itu, peneliti perlu melakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 2.53, df = 3, P-value = 0.46984,
RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value >0.05 (tidak
62
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unindimensional) bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu love.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.12 berikut.
Tabel 3.12
Muatan Faktor Love
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.21 0.08 2.81 V
2 0.81 0.10 8.11 V
3 0.54 0.08 6.51 V
4 0.50 0.08 6.03 V
5 0.43 0.08 5.70 V
Keterangan : tanda V = Signifikan (t >1,96) ; X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.12, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang bermuatan negatif, maka diketahui tidak terdapat item yang muatan
faktornya negatif.
3.4.2.8 Uji validitas konstruk self regulation
Peneliti menguji apakah 5 item yang digunakan bersifat unidimensional atau
tidak, artinya apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu self
regulation. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,
ternyata tidak fit, dengan Chi-Square =20.18, df = 5, P-Value = 0.00116, RMSEA
= 0.110. Oleh sebab itu, peneliti perlu melakukan modifikasi terhadap model
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
63
sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 0.98, df = 3, P-value
= 0.80569, RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value >0.05
(tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unindimensional)
bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu self regulation.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.13 berikut.
Tabel 3.13
Muatan Faktor Self Regulation
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.64 0.08 8.07 V
2 0.69 0.08 9.06 V
3 0.40 0.08 4.86 V
4 0.43 0.07 5.95 V
5 0.45 0.07 6.17 V
Keterangan : tanda V = Signifikan (t >1,96) ; X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.13, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang bermuatan negatif, maka diketahui tidak terdapat item yang muatan
faktornya negatif.
3.4.2.9 Uji validitas konstruk hope
Peneliti menguji apakah 5 item yang digunakan bersifat unidimensional atau
tidak, artinya apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu hope. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,
dengan Chi-Square = 38.58, df = 5, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.164. Oleh
64
sebab itu, peneliti perlu melakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 2.45, df =3, P-value =0.48348, RMSEA
= 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value >0.05 (tidak signifikan), yang
artinya model dengan satu faktor (unindimensional) bahwa seluruh item
mengukur satu faktor saja yaitu hope.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.14 berikut.
Tabel 3.14
Muatan Faktor Hope
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.17 0.08 2.20 V
2 0.81 0.09 8.67 V
3 0.52 0.08 6.78 V
4 0.44 0.08 5.68 V
5 0.49 0.08 6.38 V
Keterangan : tanda V = Signifikan (t >1,96) ; X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.14, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang bermuatan negatif, maka diketahui tidak terdapat item yang muatan
faktornya negatif.
3.4.2.10 Uji validitas konstruk humor
Peneliti menguji apakah 5 item yang digunakan bersifat unidimensional atau
tidak, artinya apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu humor. Dari
65
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,
dengan Chi-Square = 14.46, df = 5, P-Value = 0.01296, RMSEA = 0.087. Oleh
sebab itu, peneliti perlu melakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 4.89, df = 4, P-value = 0.29888,
RMSEA = 0.030. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value >0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unindimensional) bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu humor.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.15 berikut.
Tabel 3.15
Muatan Faktor Humor
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.65 0.06 10.79 V
2 0.82 0.06 12.90 V
3 0.59 0.06 9.59 V
4 0.59 0.06 9.66 V
5 0.89 0.06 14.78 V
Keterangan : tanda V = Signifikan (t >1,96) ; X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.15, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang bermuatan negatif, maka diketahui tidak terdapat item yang muatan
faktornya negatif.
66
3.4.2.11 Uji validitas konstruk spirituality
Peneliti menguji apakah 5 item yang digunakan bersifat unidimensional atau
tidak, artinya apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu spirituality.
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-Square = 86.68, df = 5, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.255.
Oleh sebab itu, peneliti perlu melakukan modifikasi terhadap model dimana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 1.82, df = 3, P-value =
0.60957, RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value >0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unindimensional) bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu spirituality.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.16 berikut.
Tabel 3.16
Muatan Faktor Spirituality
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.51 0.06 8.01 V
2 0.51 0.06 7.88 V
3 0.82 0.06 14.23 V
4 0.64 0.06 10.57 V
5 0.84 0.06 14.56 V
Keterangan : tanda V = Signifikan (t >1,96) ; X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.16, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item
signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah
67
ada yang bermuatan negatif, maka diketahui tidak terdapat item yang muatan
faktornya negatif.
3.5 Metode Analisis Data
Untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh Character Strengths dan
gender terhadap stres akademik mahasiswa yang kuliah sambil bekerja, peneliti
mengolah data dengan menggunakan Multiple Regression Analysis (analisis
regresi berganda). Teknik analisis regresi berganda ini digunakan untuk
menentukan ketepatan prediksi dan ditujukan untuk mengetahui besarnya
pengaruh dari variabel bebas (IV), yaitu creativity, curiosity, open mindedness,
bravery, persistence, vitality, love, self regulation, hope, humor, spirituality, dan
gender. Regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan untuk
membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependent; respon; Y)
dengan lebih dari satu variabel bebas (independent; predictor; X)
Persamaan regresi penelitian adalah :
Keterangan:
Y : nilai prediksi Y (Stres Akademik)
a : Konstan (intercept)
b : Koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X
X1 : Creativity
X2 : Curiosity
X3 : Open Mindedness
X4 : Bravery
X5 : Persistence
X6 : Vitality
X7 : Love
X8 : Self Regulation
X9 : Hope
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10
+ b11X11 + b12X12 + e
68
X10 : Humor
X11 : Spirituality
X12 : Gender
e : Residu
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien
korelasi berganda antara creativity, curiosity, open mindedness, bravery,
persistence, vitality, love, self regulation, hope, humor, spirituality, dan gender.
Besarnya stres akademik mahasiswa yang kuliah sambil bekerja yang disebabkan
faktor-faktor yang telah disebutkan tadi ditunjukkan oleh koefisien determinasi
berganda atau R². R² menunjukkan variasi atau perubahan variabel terikat (Y)
disebabkan variabel bebas (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) atau merupakan
perkiraan proporsi varians dari intense yang dijelaskan oleh creativity, curiosity,
open mindedness, bravery, persistence, vitality, love, self regulation, hope, humor,
spirituality, dan gender. Untuk mendapatkan nilai R², digunakan rumusan sebagai
berikut :
Selanjutnya R² diuji untuk membuktikan apakah regresi Y pada X
signifikan atau tidak, maka diujikanlah uji F untuk membuktikan hal tersebut
menggunakan rumus :
( ) ( )
R2 =
69
Dimana k adalah jumlah independen variabel dan N adalah jumlah sampel.
Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variabel-variabel
independen yang diujikan memiliki pengaruh terhadap dependen variabel.
Kemudian dilanjutkan dengan uji t dimana ini digunakan untuk melihat
apakah pengaruh yang diberikan variabel bebas (X) signifikan terhadap variabel
terikat (Y) secara sendiri-sendiri atau parsial. Uji ini digunakan untuk menguji
apakah sebuah variabel bebas (X) benar-benar memberikan kontribusi terhadap
variabel terikat (Y), oleh karenanya sebelum didapat t dari tiap IV, harus didapat
dahulu nilai standart error estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan
melalui akar mean square dibagi SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa
dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri.
Uji t akan dilakukan sebanyak 12 kali sesuai dengan hipotesis nihil yang
hendak diujikan. Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
bS
bt
Dimana b adalah koefisien regresi dan sb adalah standart error dari b. Hasil uji t
ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti.
3.6. Prosedur Penelitian
Penelitian merupakan sebuah proses yang terdiri dari tahapan-tahapan yang harus
dilalui dengan baik agar mendapatkan hasil penelitian yang baik pula. Dalam
melakukan penelitian ini, terdapat beberapa tahap yang dilalui peneliti yaitu:
70
1. Merumuskan masalah dan menentukan variabel-variabel yang akan diteliti.
2. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teoritis yang tepat mengenai variabel penelitian.
3. Menentukan metode yang akan digunakan dalam penelitian.
4. Menyusun alat pengumpulan data yang terdiri dari data diri subjek, skala stres
akademik, dan skala character strengths.
5. Melakukan pengujian di lapangan. Peneliti menyebarkan data kepada subjek
penelitian yakni mahasiswa UIN Jakarta yang aktif kuliah sambil bekerja.
Sebelum memberikan angket, peneliti memastikan bahwa responden sesuai
dengan karakteristik sampel yang telah ditentukan.
6. Melakukan skoring terhadap data-data yang telah terkumpul.
7. Melakukan analisis statistik yakni uji validitas konstruk dengan menggunakan
Lisrel 8.70 dan uji regresi dengan menggunakan SPSS 16.0.
8. Melakukan interpretasi dan membahas hasil yang didapat berdasarkan teori
9. Membuat kesimpulan dan saran baik metodologis maupun praktis terhadap
penelitian selanjutnya
10. Menyusun laporan akhir penelitian.
71
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab empat peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah
dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu analisis deskriptif dan
pengujian hipotesis penelitian.
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan subyek
penelitian 252 mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Berikut ini gambaran
umum mengenai subyek penelitian berdasarkan gender, usia, semester, fakultas,
jenis pekerjaan, pendapatan, jam kerja per minggu, dan alasan atau motivasi
kuliah sambil bekerja.
4.1.1 Responden berdasarkan gender
Peneliti akan memaparkan distribusi populasi berdasarkan gender, yaitu
sebagaimana yang tertera pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Gender
Jenis Kelamin Frekuensi Persen
Laki-laki 89 35.32 %
Perempuan 163 64.68 %
Total 252 100%
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah perempuan lebih banyak
daripada jumlah laki-laki. Jumlah laki-laki 89 orang (35.32 %), sementara jumlah
perempuan 163 orang (64.68%).
72
4.1.2 Responden berdasarkan usia
Rentang usia subjek dalam penelitian ini berkisar dari 17 sampai 24 tahun. Untuk
memudahkan perhitungan peneliti mengkategorikan usia ke dalam 2 kategori
yaitu usia 17-20 tahun dan usia 21-24 tahun sebagaimana yang dapat dilihat pada
tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persen
17 - 20 tahun 149 59.13 %
21 - 24 tahun 103 40.87 %
Total 252 100%
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa 149 orang (59.13%) responden
berusia 17-20 tahun sedangkan 103 orang (40.87 %) responden berusia 21-24
tahun.
4.1.3 Responden berdasarkan fakultas
Untuk memudahkan perhitungan distribusi fakultas menjadi dua kelompok yaitu
fakultas agama dan fakultas umum. Fakultas agama terdiri dari Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Fakultas Ushuluddin, Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi (FIDKOM), Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) dan Fakultas Syariah
dan Hukum (FSH). Sedangkan fakultas umum terdiri dari Fakultas Psikologi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Sains dan Teknologi (FST),
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), dan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik (FISIP). Ditsribusi responden berdasarkan fakultas dapat dilihat pada tabel
4.3.
73
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Fakultas
Fakultas Frekuensi Persen
Fakultas Agama:
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK),
Fakultas Ushuluddin, Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi (FIDKOM), Fakultas Dirasat
Islamiyah (FDI) dan Fakultas Syariah dan Hukum
(FSH)
181 71.83 %
Fakultas Umum:
Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
(FEB), Fakultas Sains dan Teknologi (FST),
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK),
dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP)
71 28.17 %
Total 252 100 %
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sampel yang berasal dari fakultas-
fakultas agama sebanyak 181 orang (71.83%) sedangkan sampel yang berasal dari
fakultas-fakultas umum sebanyak 71 orang (28.17%).
4.1.4 Responden berdasarkan pekerjaan
Gambaran umum responden berdasarkan prestasi dijelaskan pada tabel 4.4
berikut.
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Persen
Wirausaha 36 14.29 %
Mengajar/Privat 152 60.32 %
Freelance 43 17.06 %
Lain-lain 21 8.33 %
Total 252 100%
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pekerjaan responden dibagi
menjadi 4 kelompok yaitu wirausaha, mengajar, freelance, dan lain-lain.
Sebanyak 14.29 % ( 36 orang) responden bekerja di bidang wirausaha. 60.32%
(152 orang) responden bekerja dengan menjadi pengajar/guru privat. 17.06% (43
74
orang) responden bekerja di bidang freelance dan sisanya yaitu sebanyak 8.33 %
(21 orang) responden bekerja di bidang yang lain (diantaranya menjadi karyawan,
membantu usaha orang tua, menjadi akuntan).
4.1.5 Responden berdasarkan pendapatan per bulan
Gambaran umum responden berdasarkan pendapatan dijelaskan pada tabel 4.5
berikut.
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan per Bulan
Pendapatan Frekuensi Persen
< Rp. 500.000,00 154 61.11 %
Rp. 500.000,00 s/d Rp. 1.000.000,00 61 24.21 %
>Rp. 1.000.000,00 37 14.63 %
Total 252 100%
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pendapatan responden per bulan dibagi
menjadi 3 kelompok. Responden yang memiliki pendapatan kurang dari Rp.
500.000,00 berjumlah 61.11 % (154 orang). Selanjutnya, terdapat 24.21 % (61
orang) responden yang memiliki pendapatan antara Rp. 500.000,00 hingga Rp
1.000.000,00. Adapun kelompok responden yang memiliki pendapatan lebih dari
Rp. 1.000.000,00 terdiri dari 14.63 % (37 orang) responden.
4.1.6 Responden berdasarkan jam kerja per minggu
Gambaran umum responden berdasarkan jumlah jam kerja per minggu dijelaskan
pada tabel berikut.
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Jam Kerja per Minggu
Jam Kerja per Minggu Frekuensi Persen
<5 jam 122 48.41 %
5-10 jam 99 39.29 %
>10 jam 31 12.30 %
Total 252 100%
75
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa jam kerja responden per minggu
dibagi menjadi 3 kelompok. Responden yang bekerja kurang dari 5 jam per
minggu berjumlah 122 orang ( 48.41%). Selanjutnya, responden yang bekerja
antara 5 sampai dengan 10 jam per minggu berjumlah 99 orang (39.29 %).
Sedangkan responden yang bekerja lebih dari 10 jam per minggu berjumlah 31
orang ( 12.30 %).
4.1.7 Responden berdasarkan alasan/motivasi kuliah sambil bekerja
Gambaran umum responden berdasarkan alas am/motivasi kuliah sambil bekerja
dijelaskan pada tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Alasan/Motivasi Kuliah sambil Bekerja
Alasan/Motivasi Kuliah sambil Bekerja Frekuensi Persen
Membiayai kuliah 14 5.55 %
Menambah pengalaman 96 38.09 %
Menambah uang saku 67 26.59 %
Disuruh/dipaksa orang tua/pihak lain 2 0.79 %
Lain-lain 17 6.75 %
Lebih dari dua alasan 55 21.83 %
Total 252 100%
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa alasan/motivasi responden
untuk kuliah sambil bekerja yang paling tinggi adalah untuk menambah
pengalaman yaitu sebanyak 38.09 % ( 96 orang). Selanjutnya, sebanyak 26.59 %
(67 orang) responden bekerja di samping kuliah untuk menambah uang saku.
Sebaliknya, hanya 0.79 % (2 orang) responden yang kuliah sambil bekerja karena
dipaksa oleh orang tua atau pihak lain. Sebanyak 5.55 % (14 orang) responden
melakukan kuliah sambil bekerja untuk membiayai kuliah. Sebanyak 6.75% (17
orang) responden memiliki alasan lain diantaranya untuk meringankan beban
orang tua, menabung, mengaktualisasikan ilmu, dan mengembangkan diri. Selain
76
itu, terdapat 55 orang (21.83%) responden yang memiliki lebih dari satu
alasan/motivasi untuk kuliah sambil berkerja.
4.2 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian
Data skor akademik dan character strengths diperoleh melalui angket yang
disebar kepada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang kuliah sambil
bekerja.
Tabel 4.8
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
STRESS 252 31.67 75.86 50.0000 9.43665
CREATIVITY 252 27.96 70.29 50.0000 8.75225
CURIOSITY 252 26.67 66.16 50.0000 8.17452
OPEN 252 31.14 69.62 50.0000 7.93016
BRAVERY 252 29.37 69.10 50.0000 8.31831
PERSISTENCE 252 34.95 69.00 50.0000 7.70046
VITALITY 252 30.61 68.11 50.0000 7.84871
LOVE 252 13.35 64.49 50.0000 8.18418
REGULATION 252 21.09 68.21 50.0000 7.68571
HOPE 252 30.93 61.43 50.0000 7.82994
HUMOR 252 24.85 64.66 50.0000 8.73386
SPIRITUALITY 252 25.66 60.36 50.0000 8.45353
GENDER 252 .00 1.00 .3532 .47891
Valid N (listwise) 252
Berdasarkan tabel 4.8, dapat diketahui skor terendah stres akademik (DV)
adalah 31.67 dan skor tertinggi adalah 75.86. Skor terendah dari creativity yaitu
27.96 dan skor tertinggi yaitu 70.29. Selanjutnya, skor terendah curiosity adalah
26.67 dan skor tertingginya adalah 66.16. Kemudian skor terendah open
mindedness adalah 31.14 dan skor tertinggi adalah 69.62. Skor terendah bravery
adalah 29.37dan skor tertinggi adalah 69.10. Pada variabel persistence, skor
77
terendah adalah 34.95 dan skor tertinggi adalah 69.00. Pada variabel vitality, skor
terendah adalah 30.61 dan skor tertinggi adalah 68.11. Pada variabel love, skor
terendah adalah 13.35 dan skor tertinggi adalah 64.49. Pada variabel self
regulation, skor terendah adalah 21.09 dan skor tertinggi adalah 68.21. Pada
variabel hope, skor terendah adalah 30.93 dan skor tertinggi adalah 61.43. Pada
variabel humor, skor terendah adalah 24.85 dan skor tertinggi adalah 64.66.
Sedangkan skor terendah pada variabel spirituality adalah 25.66 dan skor
tertingginya adalah 60.36.
4.2.1 Kategorisasi skor variabel penelitian
Dengan menggunakan standar deviasi dan mean dari skala T ini, maka dapat
ditetapkan kategori skor seperti yang tertera pada tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9
Norma Skor
Norma Interpretasi
X < Mean Rendah
X > Mean Tinggi
Setelah kategorisasi tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai
persentasi kategori untuk stres akademik dan character strengths (creativity,
curiosity, open mindedness, bravery, persistence, vitality, love, self regulation,
hope, humor, spirituality) mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
kuliah sambil bekerja.
4.2.2. Kategorisasi skor stres akademik
Berikut ini adalah hasil penghitungan kategorisasi skor stres akademik.
78
Tabel 4.10
Hasil Kategorisasi Skor Stres Akademik
No. Kategorisasi Frekuensi Persentase
1 Rendah 133 52.78 %
2. Tinggi 119 47.22 %
Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat
stres akademik yang rendah berjumlah 133 orang (57.28 %) sedangkan responden
yang memiiliki tingkat stres akademik yang tinggi berjumlah 119 orang (47.22%).
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat persentase yang cukup seimbang antara
responden yang memiliki stres akademik yang rendah dengan reponden yang
memiliki stres akademik yang tinggi.
4.2.3 Kategorisasi skor character strengths
Berikut ini adalah hasil penghitungan kategorisasi skor character strengths yang
terdiri dari creativity, curiosity, open mindedness, bravery, persistence, vitality,
love, self regulation, hope, humor, spirituality.
Tabel 4.11
Hasil Kategorisasi Skor Character Strengths
Dimensi Kategorisasi Frekuensi Persentase
1. Creativity Rendah
Tinggi
106
146
42.06 %
57.94 %
2. Curiosity Rendah
Tinggi
128
124
50.79 %
49.21 %
3. Open Mindedness Rendah
Tinggi
139
113
55.16 %
44.84 %
4. Bravery Rendah
Tinggi
149
103
59.13 %
40.87 %
5. Persistence Rendah
Tinggi
147
105
58.33 %
41.67 %
6. Vitality Rendah
Tinggi
137
115
54.37 %
45.63 %
7. Love Rendah
Tinggi
126
126
50 %
50 %
8. Self Regulation Rendah
Tinggi
132
120
52.38 %
47.62 %
9. Hope Rendah 116 46.03 %
79
Tinggi 136 53.97 %
10. Humor Rendah
Tinggi
140
112
55.56 %
44.44 %
11. Spirituality Rendah
Tinggi
95
157
37.70 %
62.30 %
Berdasarkan tabel 4.11, responden yang memiliki creativity yang rendah
berjumlah 106 orang ( 42.06 %). Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan
responden yang memiliki creativity tinggi yaitu 146 orang (57.94 %). Selanjutnya,
sebanyak 128 orang (50.79 %) responden memiliki curiosity yang rendah
sedangkan 124 orang (49.21 %) responden memiliki curiosity yang tinggi. Untuk
variabel open mindeness terdapat 139 orang (55.16%) responden untuk kategori
yang rendah dan 113 orang (44.84 %) responden untuk kategori yang tinggi.
Pada variabel bravery terdapat 149 orang ( 59.13 %) responden untuk kategori
yang rendah dan 103 orang ( 40.87 %) responden untuk kategori yang tinggi.
Untuk variabel persistence, sebanyak 147 orang (58.33 %) responden
berada pada kategori yang rendah sedangkan 105 orang (41.67%) responden
berada pada kategori yang tinggi. Sebanyak 137 orang (54.37%) responden berada
pada kategori vitality yang rendah sedangkan responden yang berada pada
kategori vitality yang tinggi berjumlah 115 orang (45.63%). Pada variabel love
terdapat 126 orang (50 %) responden untuk kategori yang rendah dan 126 orang
(50%) responden untuk kategori yang tinggi.
Pada variabel self regulation, terdapat 132 orang (52.38%) responden yang
berada pada kategori rendah sedangkan 120 orang (47.62%) responden berada
pada kategori yang tinggi. Selanjutnya, sebanyak 116 orang (46.03%) responden
memiliki hope yang rendah sedangkan 136 orang (53.97%) responden memiliki
80
hope yang tinggi. Untuk variabel humor, responden yang termasuk pada kategori
rendah berjumlah 140 orang (55.56%) sedangkan responden yang termasuk pada
kategori tinggi berjumlah 112 orang (44.44%). Selanjutnya, sebanyak 95 orang
(37.70%) responden memiliki spirituality yang rendah sedangkan 157 orang
(62.30%) responden memiliki spirituality yang tinggi.
4.3 Uji Hipotesis Penelitian
4.3.1 Analisis regresi variabel penelitian
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda dengan menggunakan SPSS seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3.
Dalam regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu melihat R square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians Dependent Variable (DV) yang dijelaskan oleh
Independent Variable (IV), kedua apakah secara keseluruhan Independent
Variable (IV) berpengaruh secara signifikan terhadap Dependent Variable (DV),
kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-
masing Independent Variable (IV).
Langkah pertama peneliti menganalisis seberapa besar sumbangan yang
diberikan oleh seluruh Independent Variable (IV) terhadap Dependent Variable
(DV). Tabel R square dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.12
Tabel Model Summary
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .406a .165 .123 8.83622
a. Predictors: (Constant), GENDER, SPIRITUALITY, LOVE, CREATIVITY,
REGULATION, HUMOR, PERSISTENCE, BRAVERY, HOPE, OPEN, CURIOSITY,
VITALITY
b. Dependent variable : STRESS
81
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa perolehan R Square sebesar
0.165 atau 16.5%. Artinya 16.5% variasi dari stres akademik dapat dijelaskan oleh
variasi dari seluruh Independent Variable (IV) yaitu creativity, curiosity, bravery,
persistence, vitality, love, self regulation, hope, humor, spirituality dan gender.
Adapun 83.5% sisanya dipengaruhi oleh variabel di luar penelitian ini.
Langkah kedua yaitu menganalisis dampak atau pengaruh dari seluruh
variabel independen terhadap stres akademik. Adapun hasil uji F dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 4.13
Tabel ANOVA
ANOVAb
Model Sum of
Square
Df Mean
Square
F Sig.
1 Regression 3690.818 12 307.568 3.939 .000a
Residual 18660.817 239 78.079
Total 22351.635 251
a. Predictors: (Constant), GENDER, SPIRITUALITY, LOVE, CREATIVITY,
REGULATION, HUMOR, PERSISTENCE, BRAVERY, HOPE, OPEN, CURIOSITY,
VITALITY
b. Dependent variable : STRESS
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dijelaskan bahwa signifikansinya adalah 0.00
(sig < 0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
signifikan dari seluruh Independent Variable (IV) yakni creativity, curiosity,
bravery, persistence, vitality, love, self regulation, hope, humor, spirituality dan
gender terhadap stres akademik ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan
dari Character Strengths dan gender terhadap stres akademik.
Langkah selanjutnya adalah melihat koefisien regresi tiap independent
variable. Hal ini dapat dilihat pada kolom paling kanan. Jika nilai sig<0.05 maka
koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa Independent Variable
82
(IV) tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap stres akademik. Adapun
penyajiannya ditampilkan pada tabel 4.14 berikut.
Tabel 4.14
Tabel Koefisien Regresi
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std.Error Beta T Sig.
1 (Constant) 70.362 5.101 13.793 .000
CREATIVITY .159 .088 .147 1.795 .074
CURIOSITY .121 .102 .105 1.181 .239
OPEN -.004 .102 -.004 -.042 .967
BRAVERY -.210 .098 -.185 -2.154 .032
PERSISTENCE -.249 .102 -.203 -2.441 .015
VITALITY -.157 .113 -.131 -1.390 .166
LOVE -.030 .081 -.026 -.374 .709
REGULATION -.147 .098 -.120 -1.502 .134
HOPE .069 .101 .057 .678 .498
HUMOR .114 .084 .105 1.355 .177
SPIRITUALITY -.092 .083 -.082 -1.109 .269
GENDER 3.017 1.279 .153 2.359 .019
a. Dependent Variable: STRESS
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.14, dapat disimpulkan bahwa
persamaan pada stres akademik adalah:
Stres akademik = 70.362 + 0.159 creativity + 0.121 curiosity - 0.004 open
mindedness - 0.210 bravery* - 0.249 persistence* - 0.157
vitality - 0.030 love - 0.147 self regulation + 0.069 hope + 0.114
humor - 0.092 spirituality + 3.017 gender*
Keterangan : Signifikan (*)
Dari tabel 4.14, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi
yang dihasilkan, kita cukup melihat nilai Sig pada kolom yang paling kanan, jika
83
P < 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap
stres akademik dan sebaliknya. Dari hasil diatas, koefisien bravery, persistence,
dan gender signifikan pengaruhnya terhadap stres akademik, sedangkan yang
lainnya tidak. Hal ini berarti bahwa dari 12 hipotesis minor terdapat 3 variabel
yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-
masing Independent Variable (IV) adalah sebagai berikut :
1. Variabel creativity: Diperoleh nilai koefisiensi regresi sebesar 0.159 dengan
signifikansi 0.074, yang berarti bahwa variabel creativity secara positif tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap stres akademik.
2. Variabel curiosity : Diperoleh nilai koefisiensi regresi sebesar 0.121 dengan
signifikansi 0.239, yang berarti bahwa variabel curiosity secara positif tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap stres akademik.
3. Variabel open mindedness : Diperoleh nilai koefisiensi regresi sebesar -0.004
dengan signifikansi 0.967, yang berarti bahwa variabel open mindedness
secara negatif tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap stres akademik.
4. Variabel bravery : Diperoleh nilai koefisiensi regresi sebesar -0.210 dengan
signifikansi 0.032, yang berarti bahwa variabel bravery secara negatif
mempengaruhi secara signifikan terhadap stres akademik, artinya semakin
tinggi bravery maka semakin rendah stres akademik.
5. Variabel persistence: Diperoleh nilai koefisiensi regresi sebesar -0.249
dengan signifikansi 0.015, yang berarti bahwa variabel persistence secara
negatif mempengaruhi secara signifikan terhadap stres akademik, artinya
semakin tinggi persistence maka semakin rendah stres akademik.
84
6. Variabel vitality: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.157 dengan
signifikansi 0.166, yang berarti bahwa variabel vitality secara negatif tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap stres akademik.
7. Variabel love: Diperoleh nilai koefisiensi regresi sebesar -0.030 dengan
signifikansi 0.709, yang berarti bahwa variabel love secara negatif tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap stres akademik.
8. Variabel self regulation : Diperoleh nilai koefisiensi regresi sebesar -0.147
dengan signifikansi 0.134, yang berarti bahwa variabel self regulation secara
negatif tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap stres akademik.
9. Variabel hope : Diperoleh nilai koefisiensi regresi sebesar 0.069 dengan
signifikansi 0.498, yang berarti bahwa variabel hope secara positif tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap stres akademik.
10. Variabel humor : Diperoleh nilai koefisiensi regresi sebesar 0.114 dengan
signifikansi 0.177, yang berarti bahwa variabel humor secara positif tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap stres akademik.
11. Variabel spirituality : Diperoleh nilai koefisiensi regresi sebesar -0.092
dengan signifikansi 0.269, yang berarti bahwa variabel spirituality secara
negatif tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap stres akademik.
12. Variabel gender : Diperoleh nilai koefisiensi regresi sebesar 3.017 dengan
signifikansi 0.019 dan signifikan yang berarti bahwa ada perbedaan stres
akademik yang signifikan antara laki-laki dan perempuan di mana laki-laki
memiliki tingkat stres akademik yang lebih tinggi dibandingkan perempuan.
85
Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat tiga variabel yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap stres akademik. Variabel pertama yaitu bravery dengan
koefisien regresi sebesar -0.210 dan signifikansi 0.032. Variabel kedua yaitu
persistence dengan koefisien regresi sebesar -0.249 dan signifikansi 0.015.
Variabel ketiga yaitu gender dengan koefisien regresi sebesar 3.017 dan
signifikansi 0.019. Adanya pengaruh gender terhadap stres akademik
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan
perempuan dalam bervariasinya stres akademik.
4.3.2 Pengujian proporsi varians
Selanjutnya peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians
dari masing-masing Independent Variable (IV) terhadap stres akademik. Pada
tabel 4.15, kolom pertama adalah Independent Variable (IV) yang dianalis satu
per satu, kolom kedua merupakan penambahan varians Dependent Variable (DV)
dari tiap Independent Variable (IV) yang dimasukkan secara satu per satu, kolom
ketiga merupakan nilai murni varians Dependent Variable (DV) dari tiap
Independent Variable (IV) yang dimasukkan secara satu per satu, kolom keempat
adalah nilai F hitung bagi Independent Variable (IV) yang bersangkutan. Kolom
df adalah derajat bebas bagi Independent Variable (IV) yang bersangkutan pula,
yang terdiri dari numerator dan denumerator yang telah ditentukan sebelumnya,
nilai kolom inilah yang akan dibandingkan dengan nilai F hitung. Apabila F
hitung lebih besar daripada F tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom
signifikansi. Besarnya proporsi varians pada stres kerja dapat dilihat pada tabel
4.15 berikut:
86
Tabel 4.15
Proporsi Varians Independent Variable
Model Summary
Model
R R Square Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df 1 df 2 Sig. F
Change
1 .035a .001 .001 .303 1 250 .582
2 .069b .005 .004 .881 1 249 .349
3 .161c .026 .021 5.378 1 248 .021
4 .240d .058 .032 8.308 1 247 .004
5 .329e .108 .051 13.980 1 246 .000
6 .348f .121 .013 3.638 1 245 .058
7 .352g .124 .003 .821 1 244 .366
8 .364h .132 .008 2.253 1 243 .135
9 .366i .134 .001 .417 1 242 .519
10 .376j .141 .007 3.959 1 241 .000
11 .382k .146 .005 1.289 1 240 .257
12 .406l .165 .019 5.563 1 239 .019
a. Predictors: (Constant), Creativity
b. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity
c. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness
d. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery
e. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery, Persistence
f. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery, Persistence,
Vitality
g. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery, Persistence,
Vitality, Love
h. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery, Persistence,
Vitality, Love, SelfRegulation
i. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery, Persistence,
Vitality, Love, SelfRegulation, Hope
j. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery, Persistence,
Vitality, Love, SelfRegulation, Hope, Humor
k. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery, Persistence,
Vitality, Love, SelfRegulation, Hope, Humor, Spirituality
l. Predictors: (Constant), Creativity, Curiosity, OpenMindedness, Bravery, Persistence,
Vitality, Love, SelfRegulation, Hope, Humor, Spirituality, Gender
Tabel 4.15 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Creativity: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.001 dan nilai Sig. F
Change sebesar 0.582>0,05 (p>0,05). Hal ini berarti variabel Creativity
87
memberikan sumbangan sebesar 0,1 % bagi bervariasinya stres akademik dan
tidak signifikan.
2. Variabel Curiosity: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.004 dan nilai Sig. F
Change sebesar 0.349>0,05 (p>0,05). Hal ini berarti variabel Curiosity
memberikan sumbangan sebesar 0.4 % bagi bervariasinya stres akademik dan
tidak signifikan.
3. Variabel Open Mindedness: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.021 dan
nilai Sig. F Change sebesar 0.021<0,05 (p<0,05). Hal ini berarti variabel
Open Mindedness memberikan sumbangan sebesar 2,1 % bagi bervariasinya
stres akademik dan signifikan.
4. Variabel Bravery: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.032 dan nilai Sig. F
Change sebesar 0.004<0,05 (p<0,05). Hal ini berarti variabel Bravery
memberikan sumbangan sebesar 3,2 % bagi bervariasinya stres akademik dan
signifikan.
5. Variabel Persistence: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.051 dan nilai Sig.
F Change sebesar 0.000<0,05 (p<0,05). Hal ini berarti variabel Persistence
memberikan sumbangan sebesar 5,1 % bagi bervariasinya stres akademik dan
signifikan.
6. Variabel Vitality: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.013 dan nilai Sig. F
Change sebesar 0.058>0,05 (p>0,05). Hal ini berarti variabel Vitality
memberikan sumbangan sebesar 1,3 % bagi bervariasinya stres akademik dan
tidak signifikan.
88
7. Variabel Love: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.003 dan nilai Sig. F
Change sebesar 0.366>0,05 (p>0,05). Hal ini berarti variabel Love
memberikan sumbangan sebesar 0,3 % bagi bervariasinya stres akademik dan
tidak signifikan.
8. Variabel Self Regulation: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.008 dan nilai
Sig. F Change sebesar 0.135>0,05 (p>0,05). Hal ini berarti variabel Self
Regulation memberikan sumbangan sebesar 0,8 % bagi bervariasinya stres
akademik dan tidak signifikan.
9. Variabel Hope: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.001 dan nilai Sig. F
Change sebesar 0.519>0,05 (p>0,05). Hal ini berarti variabel Hope
memberikan sumbangan sebesar 0,1 % bagi bervariasinya stres akademik dan
tidak signifikan.
10. Variabel Humor: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.007 dan nilai Sig. F
Change sebesar 0,00<0,05 (p<0,05). Hal ini berarti variabel Humor
memberikan sumbangan sebesar 0,7 % bagi bervariasinya stres akademik dan
signifikan.
11. Variabel Spirituality: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.005 dan nilai Sig.
F Change sebesar 0.257>0,05 (p>0,05). Hal ini berarti variabel Spirituality
memberikan sumbangan sebesar 0,5 % bagi bervariasinya stres akademik dan
tidak signifikan.
12. Variabel gender: Diperoleh nilai R2 Change sebesar 0.019 dan nilai Sig. F
Change sebesar 0.019<0,05 (p<0,05). Hal ini berarti variabel gender
89
memberikan sumbangan sebesar 1.9 % bagi bervariasinya stres akademik dan
signifikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat lima variabel yang
memberikan sumbangan terhadap bervariasinya stres akademik secara signifikan,
yaitu open mindedness (2,1%), bravery (3,2%), persistence (5,1%), humor
(0,7%), dan gender (1,9%).
90
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan mendapatkan hasil serta menganalisis hasil-
hasil yang didapat, maka pada bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil dari
penelitian. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari permasalahan penelitian.
Peneliti akan memaparkannya pada penjelasan berikut ini.
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian ini adalah “ada pengaruh yang signifikan dari character
strengths dan gender terhadap stres akademik mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah
sambil bekerja”. Kemudian berdasarkan hasil uji hipotesis minor yang menguji
signifikansi masing-masing koefisien regresi Independent Variable (IV) terhadap
Dependent Variable (DV), diperoleh bahwa variabel bravery, persistence, dan
gender memberikan pengaruh signifikan terhadap stres akademik.
5.2 Diskusi
Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa character strengths dan
gender memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik mahasiswa
UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan
pernyataan Park (2004) menyatakan bahwa beberapa character strengths tertentu
dapat menjadi faktor protektif yang dapat menahan, mencegah, atau mengurangi
pengaruh negatif dari stres. Jika dikaitkan dengan teori yang dikemukakan oleh
Fredrickson (2001), character strengths memungkinkan seseorang untuk melihat
91
makna dari peristiwa yang mereka alami yang kemudian mempengaruhi cara yang
mereka yang pilih untuk mengurangi stres dan membangun resiliensi.
Dari hasil penelitian ini, dua dimensi character strengths yang termasuk
dalam courage virtue yaitu bravery dan persistence memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap stres akademik. Courage merupakan kekuatan emosional yang
mengandung keinginan yang kuat untuk menyelesaikan tujuan walaupun terdapat
halangan yang bersifat eksternal maupun internal.
Bravery merupakan keberanian terhadap ancaman, tantangan, kesulitan
atau rasa sakit. Bravery memiliki pengaruh secara negatif yang signifikan
terhadap stres akademik di mana semakin tinggi bravery maka semakin rendah
stres akademik. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan
hasil bahwa bravery memiliki korelasi yang rendah dengan tingkatan ketegangan
di bawah tekanan (Cox, Hallam, O’Connor, & Rachmanm ; O’Connor, Hallam &
Rachman dalam Peterson & Seligman, 2004). Menurut peneliti, bravery juga akan
mendorong seseorang untuk menghadapi (fight) tantangan yang harus dihadapi
sehingga akan membantu dalam mengurangi tekanan.
Sama seperti bravery, persistence juga memiliki pengaruh yang negatif
dan signifikan terhadap stres akademik di mana semakin tinggi persistence maka
semakin rendah stres akademik. Persistence merupakan kecenderungan untuk
melakukan suatu tindakan secara berkelanjutan dalam mencapai tujuan walapun
terdapat hambatan dan kesulitan. Individu yang memiliki karakter persistence
senang menyelesaikan tugas walaupun sulit tanpa banyak mengeluh (Seligman,
2002). Di samping itu. persistence berkaitan dengan hardiness. Orang-orang yang
92
memiliki hardiness tinggi tidak akan mudah menyerah ketika mengalami
kegagalan dan kemuduran (Kobasa dalam Peterson & Seligman, 2004).
Variabel gender berpengaruh signifikan terhadap signifikan terhadap stres
akademik mahasiswa yang kuliah sambil bekerja artinya ada perbedaan stres
akademik antara mahasiswa dan mahasiswi yang kuliah sambil bekerja. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang menunjukkan hasil bahwa terdapat
perbedaan stres akademik yang signifikan antara laki-laki dan perempuan (Misra
& Castillo, 2004; Hamaideh, 2010; Ahmed, Riaz, & Ramzan, 2013; Kai-Wen,
2009; Thawabieh & Qaisy, 2012).
Selanjutnya, jika dilihat dari proporsi varians, terdapat variabel yang tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik namun memiliki
sumbangan yang signifikan terhadap bervariasinya stres akademik. Variabel
tersebut adalah open mindedness dan humor.
Open-mindedness tidak mempengaruhi stres akademik secara signifikan.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa
individu dengan open mindedness yang tinggi lebih mampu untuk
mengakomodasi stres (Bieri ; Suedfeld & Piedrahita dalam Peterson & Seligman,
2004). Pada masa kini dimana teknologi informasi dan komunikasi telah
berkembang pesat, mahasiswa bisa mendapatkan informasi dan melakukan
komunikasi terhadap orang lain dengan mudah. Hal ini dapat mendukung
keterbukaan pikiran dari mahasiswa. Namun, open mindedness tidak hanya
meliputi keterbukaan pikiran namun juga meliputi pertimbangan seseorang
93
terhadap informasi tersebut di mana seseorang dapat memilih dan memilah
informasi yang bermanfaat atau yang merusak.
Humor juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres
akademik. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Shaunessy dan Suldo (dalam
Kuiper, 2012) yang menunjukkan hasil bahwa siswa yang dapat menggunakan
humor mereka dengan lebih efektif dapat merasakan emosi yang lebih positif
ketika melakukan persiapan ujian. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan
penelitian Martin dan Lefcourt (dalam Kuiper, 2012) yang menunjukkan bahwa
bahwa individu dengan level humor yang tinggi dapat lebih kebal terhadap
dampak negatif dari stressor dalam kehidupan mereka dibandingkan dengan
individu dengan level humor yang rendah. Namun, hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Gilham et al. (dalam Kuiper, 2012) yang
juga menggunakan Value In Action-Inventory Strengths (VIA-IS) namun tidak
menemukan adanya pengaruh humor terhadap well being atau life satisfaction.
Kuiper (2012) menjelaskan bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh cara
mendefinisikan dan mengukur humor. VIA-IS hanya mengukur aspek positif
dalam humor sedangkan humor merupakan sebuah konstruk yang terdiri dari
aspek positif yang bersifat adaptif dan aspek negatif yang bersifat maladaptif.
Selain itu, mungkin mahasiswa yang kuliah sambil bekerja tidak mempunyai
banyak waktu atau kesempatan untuk menjaga atau meningkatkan sense of humor
mereka.
Tidak sesuai dengan hipotesis penelitian, beberapa variabel character
strengths lainnya yaitu creativity, curiosity, vitality, love, self regulation, hope,
94
dan spirituality tidak memiliki pengaruh dan tidak memberikan sumbangan yang
signifikan terhadap stres akademik mahasiswa yang kuliah sambil bekerja.
Creativity tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres
akademik. Hal ini sejalan dengan penelitian Asad dan Khan (2003) yang tidak
menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara kreativitas seorang karyawan
dengan stres kerja. Hasil penelitian Avey et.al (2012) menunjukkan bahwa stres
seseorang berkorelasi negatif dengan kinerja seseorang yang membutuhkan
kreativitas di mana semakin rendah stres maka semakin tinggi kinerja yang
kreatif. Sedangkan Dominguez (2013) menemukan bahwa dalam keadaan yang
penuh dengan stressor, maka kreativitas seseorang meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa kreativitas tidak mempengaruhi stres. Sebaliknya, stres dapat
mempengaruhi kreativitas seseorang.
Curiosity tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres
akademik. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa Curiosity memiliki hubungan yang negatif dengan stres dan kebosanan
(Cacioppo; McCrae & Costa; Zuckerman, dalam Peterson & Seligman, 2004). Hal
ini juga tidak sejalan dengan penelitian Avey et al. (2012) yang menunjukkan
bahwa curiosity berkorelasi secara negatif dengan stres. Curiosity merupakan
keingintahuan, minat, dan perasaan yang positif terhadap pengalaman yang
menarik dan tantangan. Sedangkan kegiatan akademik dan bekerja mungkin telah
menjadi suatu hal yang rutin dan kurang menarik sehingga mengurangi rasa ingin
tahu, minat dan perasaan yang positif terhadap kegiatan tersebut.
95
Vitality merupakan dimensi yang termasuk ke dalam courage virtue
namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik. Hal ini
tidak sesuai dengan kesepakatan para ahli psikodinamika bahwa ketersediaan
energi yang besar dan memadai (vitality) berhubungan dengan resolusi dari
konflik psikologis dan pelepasan diri dari represi, stres dan konflik. Vitality
memiliki dua komponen yaitu komponen fisik dan komponen psikologis di mana
kedua hal ini saling mempengaruhi satu sama lain. Mungkin tuntutan dan
tanggung jawab yang dihadapi oleh mahasiswa yang kuliah sambil bekerja dapat
menguras vitality mahasiswa baik secara fisik maupun psikologis sehingga tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik.
Tidak adanya pengaruh love terhadap stres akademik sesuai dengan
penelitian Chung (2008). Orang-orang yang memiliki kekuatan love biasanya
memiliki seseorang yang dekat dan dapat menjaga kesejahteraan (well being)
mereka. Penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Chung (2008)
menggunakan mahasiswa sebagai responden dimana mahasiswa biasanya
memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk memiliki seseorang yang benar-
benar spesial bagi mereka.
Self regulation tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres
akademik. Penelitian yang dilakukan oleh Daulay dan Rola (2012) menunjukkan
hasil bahwa self regulated learning pada mahasiswa yang bekerja lebih rendah
dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak bekerja. Mungkin karena fokus,
pikiran, dan tenaga telah digunakan untuk kuliah dan bekerja, maka hal ini
mengurangi regulasi diri mereka.
96
Hope tidak memiliki pengaruh terhadap stres akademik. Hal ini tidak
sejalan dengan penelitian Gilman, Dooley, dan Florell (dalam Niemiec, 2013)
yang menunjukkan hasil bahwa hope berkorelasi negatif dengan distress
psikologis dan ketidaksesuaian diri (maladjustment) di sekolah. Menurut peneliti,
hope tidak berpengaruh terhadap stres akademik karena hope dalam sisi negatif
justru dapat menjadi stressor yakni self-imposed dimana seseorang memaksa
dirinya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Spirituality juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres
akademik. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Labbe dan Fobes (2010) yang
menunjukkan bahwa partisipan dengan spirituality yang lebih tinggi menunjukkan
respon sistem syaraf simpatis yang lebih rendah ketika merespon penyebab stres
dibandingkan dengan partisipan dengan spirituality yang lebih rendah. Spirituality
merupakan sebuah hal yang kompleks dan meliputi beberapa aspek namun
sebagian besar item yang digunakan untuk mengukur spirituality dalam penelitian
ini hanya mengukur spirituality dalam aspek keyakinan. Mungkin pengukuran
spirituality dalam penelitian ini kurang komprehensif sehingga spirituality tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres akademik.
Berdasarkan kategorisasi, sebagian besar mahasiswa UIN Jakarta yang
kuliah sambil bekerja dalam penelitian ini memiliki tingkatan stres akademik yang
rendah. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya yang
menyatakan bahwa mahasiswa yang kuliah sambil bekerja memiliki tingkatan
stres akademik yang tinggi karena mereka harus membagi waktu, tenaga dan
97
pikiran mereka terhadap kuliah dan pekerjaan (Gadzella & Masten, 2005; Wilks,
2008; Daulay & Rola, 2012).
Data National Center for Education Statistics (Papalia, 2001)
menunjukkan bahwa para mahasiswa yang bekerja 15 jam lebih per minggu atau
bekerja di pagi sekali atau di waktu yang tidak menetap cenderung menunjukkan
prestasi yang kurang baik dalam bidang akademik dibandingkan dengan
mahasiswa yang tidak bekerja. Pada penelitian ini, hanya 31 (12,30 %) mahasiswa
yang bekerja di atas 10 jam. Selain itu, dilihat dari jenis pekerjaannya, sebagian
besar mahasiswa yaitu sebanyak 152 (60,32 %) orang bekerja sebagai pengajar
privat di mana mereka memiliki jadwal yang dapat diatur dengan baik. Hal ini
mungkin menyebabkan tingkatan stres akademik yang dialami oleh mahasiswa
UIN Jakarta yang kuliah sambil bekerja tidak terlalu tinggi.
Tingkatan stres akademik yang tidak tergolong tinggi ini mungkin juga
berkaitan dengan bagaimana mahasiswa yang kuliah sambil bekerja dapat
menghadapi tuntutan-tuntutan (stressor) perkuliahan maupun pekerjaaannya yang
dipengaruhi oleh keyakinannya mengenai kemampuan dalam menghadapi stressor
dan cara yang dipilih untuk menghadapi stressor tersebut. Ed Boenisch dan
Michele Haney (1998) menambahkan bahwa pengelolaan stres berhubungan
dengan kebermaknaan, keseimbangan dan kesehatan. Dengan melakukan kuliah
sambil bekerja, mahasiswa berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
mereka tetapkan sehingga mereka dapat merasakan hidup mereka lebih bermakna.
Dengan menyeimbangkan antara tuntutan dalam kuliah dan bekerja, stres dapat
dikelola dengan baik sehingga stres akademik mahasiswa tidak berada dalam
98
tingkatan yang terlalu tinggi. Dengan menjaga kesehatan baik fisik dan psikologis,
maka mahasiswa memiliki energi yang memadai untuk menghadapi tuntutan-
tuntutan yang dihadapi, dalam hal ini tuntutan dalam perkuliahan dan pekerjaan.
Sarafino (2011) menyatakan bahwa faktor protektif akan memiliki
pengaruh yang signifikan sebagai jika seseorang mengalami stres yang tinggi.
Dalam penelitian ini, responden yang memiliki stres akademik yang rendah lebih
banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki stres akademik yang
tinggi sehingga besarnya pengaruh karakter sebagai faktor protektif terhadap stres
akademik tidak terlalu besar. Selain itu, adanya faktor-faktor yang lain yang
berpengaruh terhadap stres akademik juga turut mempengaruhi besarnya pengaruh
dari character strengths sebagai Independent Variable (IV) terhadap stres
akademik sebagai Dependent Variable (DV).
Di samping itu, Masten dan Herbers (2009) menyatakan bahwa faktor-
faktor protektif, termasuk character strengths merupakan sebuah variabel
kontinum yang memiliki kutub positif dan negatif sehingga character strengths
tidak hanya memiliki efek buffering terhadap stres. Sebaliknya, character
strengths dalam sisi yang negatif dapat menjadi sebuah titik kerawanan
(vulnerability) terhadap permasalahan psikologis. Hal ini mungkin perlu ditinjau
lebih jauh agar mendapatkan sebuah pemahaman teoritik yang lebih utuh dan
mendalam.
Selain itu, jika dilihat dari kategorisasi, sebagian besar responden memiliki
tingkatan character strengths yang rendah. Hal ini mungkin menyebabkan
variabel-variabel tersebut tidak dapat memberikan sumbangan yang signifikan
99
terhadap bervariasinya stres akademik mahasiswa UIN Jakarta yang kuliah sambil
bekerja.
Bagaimanapun, ketidaksesuaian atau perbedaan hasil penelitian ini dengan
hasil penelitian terdahulu mungkin disebabkan oleh beberapa faktor penting
seperti sampling error, perbedaan penggunaan alat ukur psikologis, background
sample, serta hal lain yang tidak ikut diteliti dalam penelitian ini. Selain itu, latar
belakang kultur yang berbeda antara penelitian terdahulu dan penelitian ini juga
dapat menyebabkan perbedaan hasil.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan didalamnya. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran untuk
bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya yang terkait
dengan penelitian serupa, yaitu saran metodologis dan saran praktis.
5.3.1 Saran metodologis
1. Peneliti selanjutnya dapat meneliti variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi stres akademik seperti goal setting, motivation, positive
thinking, psychological well being, dan hubungan yang baik dengan keluarga,
teman atau dosen.
2. Peneliti selanjutnya dapat meneliti pengaruh character strengths lainnya yang
mungkin berpengaruh terhadap stres akademik namun tidak diteliti dalam
penelitian ini, diantaranya love of learning, integrity, social intelligence,
prudence, dan gratitude.
100
3. Penelitian selanjutnya dapat meneliti stres akademik pada mahasiswa yang
memiliki jam kerja lebih dari 10 jam per minggu dan/atau membandingkan
stres akademik antara mahasiswa yang berkuliah saja dengan mahasiswa yang
kuliah sambil bekerja.
5.3.2 Saran praktis
1. Bagi mahasiswa, terutama yang kuliah sambil bekerja, agar dapat
meningkatkan bravery dan persistence karena kedua variabel ini memiliki
pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap stres akademik.
2. Bagi mahasiswa, terutama yang kuliah sambil bekerja diharapkan dapat
memperhatikan kebermaknaan, keseimbangan, dan kesehatan diri mereka
serta humor yang sehat karena beberapa hal ini diperlukan untuk mengelola
stres secara efektif.
3. Bagi orang-orang terdekat dari mahasiswa yang kuliah sambil bekerja,
diharapkan dapat memberikan dukungan sosial agar mahasiswa yang kuliah
sambil bekerja tersebut dapat meningkatkan bravery, persistence, dan
kekuatan karakter lainnya sehingga dapat mengurangi dan mempertahankan
diri dari stres akademik.
4. Bagi fakultas, agar dapat memfasilitasi dengan memberikan seminar atau
training kepada mahasiswa pada umumnya dan mahasiswa yang kuliah
sambil bekerja pada khususnya untuk meningkatkan bravery, persistence dan
kekuatan karakter lainnya yang dapat menjadi faktor protektif dari stres
akademik.
103
DAFTAR PUSTAKA
Agolla, J.E., & Ongori, H. (2009). An assesment of academic stress among
undergraduate students. Edu. Res. Rev., 4(2), 063-070.
Ahmed, U., Riaz, A., & Ramzan, M. (2013). Assesment of stress & stressors : A
study on management students. Interdisciplinary Journal of Contemporary
Research in Business, 4(9), 687-699.
Asad, N., & Khan, S. (2003). Relationship between job-stress and burnout:
Organizational support and creativity as predictor variables. Pakistan
Journal of Psychological Research, 18(3-4), 139-149.
Avey, J.B, Luthans, F., Hannah, S.T., Sweetman, D., and Peterson, C. (2012).
Impact of employee’ character strengths of wisdom on stress and creative
performance. Human Resource Management Journal, 22 (2), 165-181.
Begum, N. J. (2013). pengaruh character strengths terhadap kebahagiaan pada
mahasiswa uin jakarta. Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Blonna, R. (2005). Coping with stress in a changing world. 3rd
Edition. New
York: McGraw-Hill.
Boenisch, E. & Haney, C.M. (1998). The stress owner’s manual: Meaning,
balance & health in your life. Menggapai keseimbangan hidup. Joehana
Oka (terj). 2005. Jakarta: Grasindo.
Busari, A. O. (2012). Identifying difference in perceptions of academic stress and
reactions to stressors based on gender among first year university students.
International Journal of Humanities and Social Science, 2 (14), 138-146.
Chung, H. (2008). Resiliency and character strengths among college students.
Dissertation: University of Arizona.
Daulay, S.F. & Rola, F. (2012). Perbedaan self regulated learning antara
mahasiswa yang bekerja dan yang tidak bekerja. Diunduh pada 27 Mei 2014
dari http://fpsi.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/jurnal-
fastirola.ok_.pdf.
Dominguez, E.S. (2013). Work stressors and creativity. Management, 16 (4), 469-
504.
Fredrickson, B. L. (2001). The role of positive emotions in positive psychology:
The broaden-and-build theory of positive emotions. American
Psychological Association, 56 (3), 218-226.
104
Gadzella, B. M. & Baloglu, M. (2001). Confirmatory factor analysis and internal
consistency of the student-life stress inventory. Journal of Instructional
Psychology, 28 (2), 84-94.
Gadzella, B. M. & Masten, W. G. (2005). An analysis of the categories in the
student-life stress inventory. American Journal of Psychological Research,
1 (1), 1-10.
Hamaideh, S. H. (2010). Gender differences in stressors and reactions to stressors
among jordanian university students. International Journal of Social
Psychiatry, 58 (1), 26-33.
Hobfoll, S.E. (2002). Social and psychological resources and adaptation. Review
of General Psychology, 6 (4), 307-324.
Kadapatti, M.G., & Vijayalaxmi, A.H.M. (2012). Stressors of academic stress: A
study on pres-university students. Indian J. Sci. Res, 3 (1), 171-175.
Kai-Wen, C. (2009). A study of stress sources among college students in taiwan.
Journal of Academic and Business Ethics.
Kuiper, N.A. (2012). Humor and resiliency: Towards a process model of coping
and growth. Europe’s Journal of Psychology, 8 (3), 475-491.
Kumpfer, K. L. (1999). Factors and processes contributing to resilience : The
resilience framework. In M. D. Glantz & J. L. Johnson (Eds.), Resilience
and Development: Positive Life Adaptations (179-224). New York: Kluwer
Academic/Plenum.
Labbe, E.E. & Fobes, A. (2010). Evaluating the interplay between spirituality,
personality, and stress. Appl Psychophysiol Biofeedback, 35, 141-146.
Linley, P.A., Maltby, J., Wood, A.M., Joseph, S., Harrington, S., Peterson, C.,
Park, N., Seligman, M.E.P. (2007). Character strengths in the united
kingdom: The via inventory of strengths. Personality and Individual
Differences, 43, 341-351.
Lounsburry, J.W., Fisher, L.A., Levy, J.J. & Welsh, D.P. (2009). An investigation
of character strengths in relation to the academic success of college students.
Individual Differences Research, 7 (1), 52-69.
Masten, A.S. & Herbers, J.E. (2009). Protective factor. Dalam Shane J. Lopez
(ed). The Encyclopedia of Positive Psychology (793-837). UK: Blackwell
Publishing Ltd.
Misra, R. & Castillo, L. G. (2004). Academic stress among college students:
Comparison of american and international students. International Journal of
Stress Management, 11 (2), 132-148.
105
Misra, R., Crist, M., & Burant, C.J. (2003). Relationships among life stress, social
support, academic stressors, and reactions to stressors of international
students in the united states. International Journal of Stress Management,
10 (2), 137-157.
Motte, A. & Schwartz, S. (2009). Are student employment and academic success
linked? Canada: Millennium Research Note. Diakses pada 27 Mei 2014 dari
http://www.millenniumscholarships.ca/images/Publications/090415_Student
_Employmet_RN9.pdf.
Niemiec, R.M. (2013). VIA character strengths – research and practice : The first
10 years. Cross Cultural Advancements in Positive Psychology.
Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2008). Human Development. Ed
10th.
Perkembangan Manusia. Brian Marwensdy (terj). 2009. Jakarta:
Salemba Humanika.
Park, N. (2004). Character strengths and positive youth development. The
ANNALS of the American Academy of Political and Social Science, 591, 40.
Park, N. (2009). Character strengths (VIA). Dalam Shane J. Lopez (ed). The
Encyclopedia of Positive Psychology (135-141). UK: Blackwell Publishing
Ltd.
Peterson, C. & Seligman, M.E.P. (2004). Character strengths and virtues: a
handbook and classification. New York: Oxford University Press.
Sarafino, E.P. & Smith, T.W. (2011). Health psychology : Biopsychological
interaction, 7th
ed. Danvers, MA : John Wiley & Sons.
Seligman, M. E.P. (2002). Authentic hapiness: Using the new positive psychology
to realize your potential for lasting fulfillment. Authentic Happiness:
Menciptakan Kebahagiaan dengan Psikologi Positif. Eva Yulia Nukman
(terj). 2005. Bandung: Mizan
Taylor, S. E. (2003). Health psychology. New York: Mc Graw-Hill.Inc
Thawabieh, A.M., & Qaisy, L.M. (2012). Assesing stress among university
students. American International Journal of Contemporary Research, 2(2),
110-116.
VIA Institute On Character. (2014a). New shorter VIA surveys: Psychometrics.
Diakses pada 7 Oktober 2014 dari
https://www.viacharacter.org/www/Research/Psychometric-Data#nav.
VIA Institute On Character. (2014b). Take the first step: Take the free character
strengths test. Diakses pada 7 Oktober 2014 dari
https://www.viacharacter.org/Survey/Account/Register.
106
Wilks, S.E. (2008). Resilience amid academic stress: The moderating impact of
social support among social work students. Advances in Social Work, 9 (2),
106-125.
107
LAMPIRAN
108
Lampiran 1
Instrumen Pengumpulan Data
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Saya mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang
melaksanakan penelitian skripsi. Saya meminta kesediaan Anda untuk mengisi
kuesioner di bawah ini. Saya harap hasil dari partisipasi Anda dapat membantu
perkembangan Ilmu Psikologi. Oleh karena itu, saya mohon Anda untuk
menggambarkan diri Anda sejujur-jujurnya karena segala informasi yang Anda
berikan beserta jawaban Anda bersifat RAHASIA dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi
dan kerja sama Anda.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Hormat saya,
Hanna Maryama
109
DATA RESPONDEN
Nama/ Inisial
Usia
Jenis Kelamin*)
1. Laki-laki
2. Perempuan
Semester*)
1. 1 – 3
2. 4 – 6
3. 7 - 9
Fakultas/Jurusan
Pekerjaan Responden*)
1. Wiraswasta
2. Mengajar/Privat
3. Freelance
4. Lain-lain. Sebutkan ...................
Pendapatan Responden*)
1. < Rp. 500.000,00
2. Rp. 500.000,00 – Rp.1.000.000,00
3. > Rp 1.000.00,00
Jumlah jam kerja per minggu*)
1. > 5 jam
2. 5 jam – 10 jam
3. > 10 jam
Alasan/ tujuan/ motivasi kuliah
sambil bekerja*)
1. Membiayai kuliah
2. Menambah pengalaman
3. Menambah uang saku
4. Disuruh/dipaksa oleh orang tua/orang
lain
5. Lain-lain. Sebutkan ................. *)
Lingkari pilihan yang sesuai
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi.
_______________________
(tanda tangan)
110
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Baca dan pahami baik-baik setiap
pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyatan-pernyatan
tersebut sesuai dengan diri Anda sebenarnya dengan cara memberi tanda checklist
() pada salah satu dari lima pilihan yang tersedia. Pastikan tidak ada nomor yang
terlewat.
Contoh :
No Pernyataan Tidak
pernah
Jarang Sering Selalu
00 Saya sering merasa lelah
SKALA 1
No Pernyataan Tidak
pernah
Jarang Sering Selalu
1. Saya suka berkompetisi dan menjadi pemenang
2. Saya memikirkan dan menganalisa strategi yang
paling efektif ketika mengalami masalah kuliah
3. Saya mengalami perubahan yang tidak
menyenangkan begitu cepat saat kuliah sambil
bekerja
4. Saya bingung untuk memilih di antara dua
pilihan yang menyenangkan antara kuliah dan
bekerja
5. Saya mengalami frustasi karena pencapaian
tujuan kuliah saya terhambat
6. Harapan dari keluarga terhadap diri saya
membuat saya merasa tertekan
7. Saya mengalami konflik karena tujuan saya
dalam kuliah sambil bekerja memiliki sisi positif
dan sisi negatif yang bertentangan
8. Saya gagal dalam mencapai tujuan kuliah yang
telah saya rencanakan
9. Saya mengalami banyak perubahan dalam waktu
yang bersamaan saat kuliah sambil bekerja
10. Saya merasa tertekan dengan beban tugas kuliah
yang terlalu banyak
111
11. Saya merasa cemas menjelang ujian
12. Saya suka menunda-nunda dalam menyelesaikan
tugas kuliah
13. Saya bingung untuk menentukan pilihan di
antara dua hal yang tidak menyenangkan antara
kuliah dan bekerja
14. Perubahan-perubahan yang saya alami saat
kuliah sambil bekerja mengganggu kehidupan
saya
15. Saya tidak diterima dalam lingkungan sosial
kampus
16. Ketika mengalami situasi yang menekan di
kampus, saya mengeluarkan banyak keringat
17. Saya merasa takut ketika mengalami masalah
kuliah yang berat.
18. Dalam menghadapi situasi yang menekan di
kampus, saya menangis
19. Deadline tugas kuliah membuat saya merasa
tertekan
20. Dalam menghadapi situasi yang menekan di
kampus, saya menjadi mudah tersinggung
21. Ketika mengalami situasi yang menekan di
kampus, saya bolak-balik ke toilet
22. Saya memikirkan dan menganalisa masalah yang
saya alami di kampus
23. Saya merasa depresi ketika mengalami masalah
kuliah yang berat.
24. Dalam menghadapi situasi yang menekan di
kampus, saya menyakiti diri sendiri
25. Saya merasa kesal ketika mengalami masalah
kuliah yang berat.
26. Dalam menghadapi situasi yang menekan di
kampus, saya cenderung menyakiti orang lain
27. Ketika mengalami situasi yang menekan di
kampus, saya makan secara berlebihan
28. Ketika mengalami situasi yang menekan di
kampus, saya merasa sakit atau nyeri di salah
satu atau beberapa bagian tubuh
112
PETUNJUK PENGISIAN SKALA 2
Pada skala di bawah ini terdapat empat pilihan jawaban, yaitu:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Anda diminta untuk memberi tanda checklist () pada salah satu dari lima pilihan
yang tersedia. Pastikan tidak ada nomor yang terlewat. TIDAK ADA JAWABAN
BENAR ATAU SALAH sehingga jawablah sesuai dengan keadaan diri anda yang
sebenarnya.
Contoh:
No Pernyataan SS S TS STS
00 Saya seorang pekerja keras
SKALA 2
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya adalah orang yang pantang menyerah
2. Saya adalah orang yang penuh semangat.
3. Saya memiliki banyak minat.
4. Saya mudah berbagi perasaan dengan orang lain
5. Saya dapat mengendalikan emosi dengan baik
6. Keimanan saya menguatkan diri saya selama masa-masa sulit
7. Saya memiliki kemampuan untuk berpikir kritis.
8. Imajinasi saya melebihi imajinasi teman-teman saya
9. Saya tidak takut dalam menghadapi tantangan
10. Saya memiliki banyak energi untuk melakukan berbagai hal.
11. Saya selalu merasakan kehadiran cinta dalam hidup saya.
12. Saya memiliki rasa humor yang baik
113
13. Saya berusaha untuk melihat segala sesuatu dari sisi positif.
14. Keimanan saya membentuk diri saya
15. Saya sering menyibukkan diri dengan sesuatu yang menarik
16. Saya suka memikirkan cara-cara baru dalam melakukan
sesuatu.
17. Saya berani tampil berbeda
18. Saya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap banyak hal
19. Saya tidak pernah mengerjakan sesuatu dengan setengah hati
20. Saya yakin bahwa Tuhan akan selalu menolong saya
menghadapi segala kesulitan.
21. Saya dapat menetralkan perasaan negatif yang saya rasakan
22. Ada orang-orang dalam kehidupan saya yang peduli terhadap
saya sebagaimana mereka mempedulikan diri mereka sendiri
23. Saya tidak pernah ragu-ragu untuk mengemukakan pendapat
24. Saya senang mencerahkan hari dengan tawa dan canda.
25. Saya memiliki gambaran yang jelas di dalam pikiran tentang
apa yang saya inginkan di masa depan
26. Kebanyakan orang merasa senang bersama dengan saya.
27. Saya menantikan hari-hari baru dengan antusias
28. Saya tidak berhenti mengerjakan tugas sebelum semuanya
selesai.
29. Saya dapat menghadapi rasa takut
30. Jika saya mendapatkan nilai yang buruk, saya fokus pada
kesempatan berikutnya dan berencana untuk berbuat lebih
baik
31. Ada orang-orang yang dapat menerima kekurangan saya
32. Teman-teman saya menghargai pertimbangan saya
33. Saya berusaha untuk mengamalkan ajaran agama saya
34. Mempertimbangkan fakta-fakta tentang sesuatu dengan cara
yang terorganisir dan menyeluruh merupakan bagian dari diri
114
saya
35. Ketika seseorang mengatakan tentang cara mengerjakan
sesuatu kepada saya, secara otomatis saya memikirkan cara-
cara lain untuk mengerjakan hal yang sama
36. Saya bekerja keras untuk mendapatkan apa yang saya
inginkan
37. Meskipun terdapat tantangan, saya tetap berharap bahwa saya
akan memiliki masa depan yang cerah
38. Saya tidak menginginkan hal-hal yang mengakibatkan efek
buruk dalam jangka panjang walaupun menimbulkan
kenikmatan sementara.
39. Saya berusaha bertahan menghadapi pihak yang bertentangan
dengan saya
40. Saya mencoba untuk memiliki alasan yang baik dalam
membuat keputusan yang penting.
41. Mampu menghasilkan ide-ide baru dan berbeda merupakan
salah satu kelebihan saya.
42. Saya berusaha menyelesaikan suatu pekerjaan meskipun
terdapat rintangan dalam menyelesaikannya.
43. Saya adalah orang yang disiplin
44. Saya yakin bahwa saya akan berhasil mencapai tujuan yang
saya cita-citakan
45. Keyakinan saya terhadap Tuhan membuat hidup saya
bermakna
46. Saya tidak akan membiarkan situasi yang suram
menghilangkan rasa humor saya.
47. Saya dapat menemukan sesuatu yang menarik dalam situasi
apapun
48. Saya mempertimbangkan sesuatu dari berbagai sudut
pandang.
115
49. Saya dapat mengungkapkan kasih sayang kepada orang lain.
50. Saat bangun tidur pada pagi hari, saya merasa gembira dengan
segala kemungkinan pada hari itu.
51. Teman-teman saya mengatakan bahwa saya memiliki banyak
ide-ide baru dan berbeda.
52. Saya senang melakukan beberapa kegiatan yang berbeda-beda
53. Saya memegang teguh keputusan saya untuk melakukan suatu
perbuatan.
54. Saya berusaha untuk mengatur diri saya dalam mencapai
tujuan
55. Saya mencoba untuk menambahkan beberapa humor terhadap
apapun yang saya lakukan.
Terima kasih atas partisipasinya
116
Lampiran 2
Syntax Stressor Akademik
UJI VALIDITAS KONSTRUK STRESSOR AKADEMIK
DA NI=15 NO=252 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15
PM SY FI=STRESSOR.COR
MO NX=15 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
STRESSOR
FR TD 9 8 TD 6 4 TD 11 10 TD 5 2 TD 10 7 TD 5 3 TD 7 5
FR TD 14 9 TD 14 8 TD 2 1 TD 15 2 TD 15 6 TD 12 6 TD 8
6
FR TD 14 11 TD 7 3 TD 12 9 TD 3 2 TD 5 1 TD 10 9 TD 4 3
FR TD 7 4 TD 12 2 TD 12 3 TD 13 11 TD 11 7 TD 11 3 TD
11 1
FR TD 7 2 TD 13 2
PD
OU SS TV MI
Analisis Konfirmatorik Faktor dari Variabel Stressor Akademik
117
Lampiran 3
Syntax Reaksi terhadap Stressor Akademik
UJI VALIDITAS KONSTRUK REAKSI TERHADAP STRESSOR
DA NI=13 NO=252 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13
PM SY FI=REAKSI.COR
MO NX=13 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
REAKSI
FR TD 11 10 TD 11 2 TD 13 12 TD 11 8 TD 7 6 TD 5 1
FR TD 2 1 TD 11 6 TD 6 4 TD 4 2 TD 13 2 TD 10 1 TD 5 3
FR TD 7 5 TD 6 5 TD 8 5 TD 7 2 TD 10 7 TD 10 6 TD 7 3
FR TD 11 4 TD 12 8
PD
OU SS TV MI
Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Reaksi terhadap
Stressor Akademik
118
Lampiran 4
Syntax Stres Akademik
UJI VALIDITAS KONSTRUK STRESS AKADEMIK
DA NI=26 NO=252 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15
X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26
PM SY FI=STRESS.COR
MO NX=26 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
STRESS
FR TD 9 8 TD 25 24 TD 25 11 TD 23 9 TD 6 4 TD 25 16
FR TD 22 16 TD 19 15 TD 21 20 TD 16 15 TD 19 13 TD 11
10
FR TD 23 22 TD 24 20 TD 23 2 TD 24 2 TD 16 3 TD 24 19
FR TD 5 3 TD 24 22 TD 12 6 TD 23 18 TD 25 17 TD 17 1
FR TD 20 13 TD 17 12 TD 20 19 TD 5 2 TD 25 6 TD 22 4
FR TD 25 14 TD 10 4 TD 21 19 TD 21 13 TD 6 2 TD 14 6
FR TD 22 9 TD 16 8 TD 13 8 TD 13 9 TD 18 3 TD 22 18
FR TD 18 16 TD 9 7 TD 7 5 TD 20 6 TD 17 3 TD 17 13
FR TD 13 11 TD 22 10 TD 23 5 TD 24 3 TD 25 3 TD 15 2
FR TD 10 5 TD 5 4 TD 4 3 TD 26 11 TD 26 10 TD 22 19
FR TD 19 9 TD 7 1 TD 23 7 TD 10 7 TD 18 9 TD 25 8 TD 12
8
FR TD 10 9 TD 25 10 TD 16 5 TD 21 17 TD 20 17 TD 20 18
FR TD 18 15 TD 22 15 TD 24 15 TD 19 10 TD 11 7 TD 21 10
FR TD 20 15 TD 21 12 TD 17 16 TD 26 5 TD 26 24 TD 26 14
FR TD 26 18 TD 18 12 TD 18 10 TD 16 10 TD 17 2 TD 19 11
FR TD 25 23 TD 23 16 TD 23 4 TD 14 5 TD 4 1 TD 11 4
FR TD 12 3 TD 23 17 TD 7 3 TD 24 14 TD 14 1 TD 23 3
FR TD 16 1 TD 22 1 TD 22 13 TD 15 3 TD 3 2 TD 25 15
FR TD 19 3 TD 20 3 TD 21 16 TD 16 11 TD 26 4 TD 24 11
FR TD 24 21 TD 19 5 TD 21 5 TD 22 20 TD 24 9 TD 19 1
FR TD 12 4 TD 22 21 TD 24 13 TD 24 16 TD 17 4 TD 22 17
FR TD 18 17 TD 25 18 TD 25 22 TD 24 18 TD 5 1 TD 24 17
FR TD 17 15 TD 21 15
PD
OU SS TV MI
119
Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Stres Akademik
120
Lampiran 5
Syntax Creativity
UJI VALIDITAS KONSTRUK CREATIVITY
DA NI=5 NO=252 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=CRE.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
CREATIVITY
FR TD 5 4
PD
OU SS TV MI
Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Creativity
121
Lampiran 6
Syntax Curiosity
UJI VALIDITAS KONSTRUK CURIOSITY
DA NI=5 NO=252 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=CUR.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST
LK
CURIOSITY
PD
OU SS TV MI
Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Curiosity
122
Lampiran 7
Syntax Open Mindedness
UJI VALIDITAS KONSTRUK OPEN MINDEDNESS
DA NI=5 NO=252 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=OPEN.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
OPEN
FR TD 3 1
PD
OU SS TV MI
Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Open Mindedness
123
Lampiran 8
Syntax Bravery
UJI VALIDITAS KONSTRUK BRAVERY
DA NI=5 NO=252 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=BRAVE.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST
LK
BRAVERY
PD
OU SS TV MI
Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Bravery
124
Lampiran 9
Syntax Persistence
UJI VALIDITAS KONSTRUK PERSISTENCE
DA NI=5 NO=252 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=PERSIST.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
PERSISTENCE
FR TD 5 2
PD
OU SS TV MI
Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Persistence
125
Lampiran 10
Syntax Vitality
UJI VALIDITAS KONSTRUK VITALITY
DA NI=5 NO=252 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=VITA.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
VITALITY
FR TD 5 4 TD 4 1
PD
OU SS TV MI
Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Vitality
126
Lampiran 11
Syntax Love
UJI VALIDITAS KONSTRUK LOVE
DA NI=5 NO=252 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=LOVE.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
LOVE
FR TD 4 3 TD 5 1
PD
OU SS TV MI
Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Love
127
Lampiran 12
Syntax Self Regulation
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF REGULATION
DA NI=5 NO=252 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=SELF.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SELF
FR TD 5 4 TD 3 1
PD
OU SS TV MI
Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Self Regulation
128
Lampiran 13
Syntax Hope
UJI VALIDITAS KONSTRUK HOPE
DA NI=5 NO=252 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=HOPE.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
HOPE
FR TD 5 4 TD 3 1
PD
OU SS TV MI
Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Hope
129
Lampiran 14
Syntax Humor
UJI VALIDITAS KONSTRUK HUMOR
DA NI=5 NO=252 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=HUMOR.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
HUMOR
FR TD 5 2
PD
OU SS TV MI
Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Humor
130
Lampiran 15
Syntax Spirituality
UJI VALIIDITAS KONSTRUK SPIRITUALITY
DA NI=5 NO=252 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI= SPIRIT.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SPIRITUALITY
FR TD 2 1 TD 4 2
PD
OU SS TV MI
Analisis Konfirmatorik Model Satu Faktor dari Variabel Spirituality