identifikasi brucellosis pada kambing dengan...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI BRUCELLOSIS PADA KAMBING DENGAN METODE
KULTUR BAKTERI DI BALAI BESAR VETERINER MAROS
TUGAS AKHIR
ADE ANDREW SAMUDRA PINONTOAN O121 16 004
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
i
IDENTIFIKASI BRUCELLOSIS PADA KAMBING DENGAN METODE KULTUR BAKTERI DI BALAI BESAR VETERINER MAROS
Tugas Akhir Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Dokter Hewan
Disusun dan Diajukan oleh :
TTD
Ade Andrew Samudra Pinontoan
O 121 16 004
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN 10 JANUARI 2018
ii
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Judul Tugas Akhir : Identifikasi Brucellosis pada Kambing dengan Metode
Kultur Bakteri di Balai Besar Veteriner Maros
Nama : Ade Andrew Samudra Pinontoan
NIM : O 121 16 004
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Akhir Dokter Hewan pada tanggal 10 Januari 2018 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk menyandang gelar Dokter Hewan (Drh)
Disetujui Oleh,
Pembimbing Utama
Drh. Muhammad Fadhlullah Mursalim, M.Kes NIP. 19880202 201404 1 001
Diketahui Oleh
Dekan Ketua Fakultas Kedokteran Program PPDH
Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp. BS Dr. Drh. Dwi Kesuma Sari NIP.19551019 198203 1 001 NIP. 19730216 199903 2 001 Tanggal Lulus : 10 Januari 2018
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Ade Andrew Samudra Pinontoan NIM : O 121 16 004 Program Studi : Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan Fakultas : Kedokteran Menyatakan dengan sebenarnya bahwa : a. Karya tugas akhir saya adalah asli b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari tugas akhir ini tidak asli atau
plagiasi, maka saya bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar, 10 Januari 2018
Ade Andrew Samudra Pinontoan
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kasih dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan dan merampungkan penulisan tugas akhir ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar dokter hewan.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, dan dalam penyusunan tugas akhir ini penulis mengalami kesulitan, hambatan, dan rintangan akan tetapi berkat bimbingan dan pengarahan serta dorongan dari berbagai pihak maka tugas akhir ini dapat tersusun. Melalui kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Drh. Dwi Kesuma Sari selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas Hasanuddin
2. Drh. Muhammad Fadhlullah Mursalim, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan segala petunjuk, saran, bimbingan dan waktu yang diluangkan untuk penulis selama menyusun tugas akhir ini.
3. Drh. Novi Susanty selaku penasihat akademik yang telah banyak membantu penulis dalam banyak hal khususnya selama penulis menempuh pendidikan sehingga penulis dapat menjalani Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan dengan baik
4. Ibunda tercinta dr. Margaretha serta kakak-kakak penulis, Syanne Pinontoan, Charles Pinontoan dan Vonny Fransiska Pinontoan yang selama ini telah banyak memberikan bantuan dukungan, semangat dan doa yang tak terhitung banyaknya untuk keberhasilan penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Seluruh dokter hewan, paramedik dan staf yang terlibat dalam bagian interna di Sinjai dan bagian reproduksi di Enrekang selama putaran pertama
6. Seluruh dokter hewan, paramedik dan staf yang terlibat dalam magang yang dilakukan oleh penulis selama putaran ketiga
7. Seluruh dosen Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas Hasanuddin atas ilmu pengetahuan yang diberikan kepada Penulis selama menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan
8. Teman-teman sekelompok di bagian bedah dan radiologi putaran pertama, Yaumil Ni’Mah, Ainin Arsylini dan Muhammad Yogi Wildan Pranoto
9. Sahabat seperjuangan selama menempuh pendidikan di Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan, Satrya Adi Pratama dan Ryan Payung
10. Teman-teman seangkatan yang telah menemani penulis dalam suka dan duka selama kuliah
v
Akhirnya dengan penuh kerendahan hati penulis persembahkan tugas akhir ini khususnya kepada ayahanda tercinta almarhum dr. Fransiskus Xaverius Pinontoan yang telah memberikan pendidikan moral dan kasih saying yang tak terhingga kepada kami sekeluarga. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas Hasanuddin. Saran dan kritik yang sifatnya konstruktif senantiasa penulis harapkan untuk menyempurnakan penulisan yang serupa di masa yang akan datang.
Makassar, 10 Januari 2018
Penulis
vi
ABSTRAK
ADE ANDREW SAMUDRA PINONTOAN. O 121 16 004. Identifikasi Brucellosis pada Kambing dengan Metode Kultur Bakteri di Balai Besar Veteriner Maros. Dibimbing oleh MUHAMMAD FADHLULLAH MURSALIM
Brucellosis adalah penyakit hewan menular yang secara primer menyerang sapi, kambing, babi dan sekunder menyerang berbagai jenis hewan lainnya serta bersifat zoonosis atau dapat menular ke manusia. Kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh brucellosis sangat besar, walaupun mortalitasnya kecil. Pada ternak, kerugian dapat berupa keluron, anak hewan yang dilahirkan lemah kemudian mati, terjadinya gangguan alat-alat reproduksi yang mengakibatkan kemajiran temporer atau permanen. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi bakteri Brucella sp. yang menyebabkan brucellosis pada kambing dengan menggunakan metode kultur bakteri. Pada tanggal 13 Maret 2017 telah dilakukan diagnosa dan identifikasi Brucella sp pada kambing Suspect Brucellosis berumur 3 tahun. Temuan klinis yang diperoleh yaitu kambing mengalami abortus dengan umur fetus yang diperkirakan sudah mulai memasuki fase akhir masa kebuntingan karena fetus tersebut sudah memiliki organ tubuh yang lengkap. Sampel yang digunakan dalam kegiatan ini adalah plasenta, kotiledon, hati, limpa dan isi perut. Sampel yang diperoleh kemudian dilanjutkan dengan uji labroratorium berupa kultur bakteri dengan menggukan media TSA (Trypticase Soy Agar) untuk Brucella sp. Hasil pengujian menunjukkan hasil positif terhadap Brucella sp. Hal ini berdasarkan penagamatan koloni yang terbentuk pada media serta hasil pewarnaan gram yang diamati melalui mikroskop yang menunjukkan ditemukannya bakteri Brucella sp.
Kata kunci: Kambing, Reproduksi, Brucellosis, Kultur Bakteri, Brucella sp.
vii
ABSTRACT
ADE ANDREW SAMUDRA PINONTOAN. O 121 16 004. Identification of Brucellosis in Goat with Bacterial Culture Method at Center of Veterinary Maros. Supervised by MUHAMMAD FADHLULLAH MURSALIM
Brucellosis is an infectious disease that primarily attacks cows, goats, pigs and for secondary attacks other animals and zoonotic or can be transmitted to humans. The economic losses caused by brucellosis are enormous, although the mortality is small. In livestocks, losses can be keluron, a weakly born calf and then die, the occurrence of reproductive organs disorder that results in infertility or sterility. The purpose of this activity is to identify the bacteria Brucella sp. which causes brucellosis in goats by using bacterial culture method. On March 13, 2017 has been made diagnosis and identification of Brucella sp. on 3 year old goat with suspected Brucellosis. Clinical findings obtained were goat had abortus with fetus age which estimated have started entering phase final of pregnancy period because the fetus already have complete organs. The samples used in this activity were placenta, cotyledon, liver, spleen and stomach contents. The obtained samples were then continued with laboratory tests of bacterial culture by using TSA (Trypticase Soy Agar) for Brucella sp. Test results showed positive results on Brucella sp. This is based on colony observations formed on the media as well as the results of gram stains observed through a microscope showing the discovered Brucella sp.
Keywords: Goat, Reproduction, Brucellosis, Bacterial Culture, Brucella sp.
viii
DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengajuan i Halaman Pengesahan ii Pernyataan Keaslian iii Prakata iv Abstrak vi Abstract vii Daftar Isi viii Daftar Gambar viii Daftar Tabel ix Daftar Lampiran ix Bab 1. Pendahuluan 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 1 1.3. Tujuan Penelitian 2 1.4. Manfaat Penelitian 2 1.5. Ruang Lingkup Penelitian 2 Bab 2. Tinjauan Pustaka 3 2.1. Etiologi 3 2.2. Sumber Penularan 3 2.3. Gejala Klinis 4 2.4. Patogenesis 4 2.5. Diagnosa 5 2.6. Pengobatan dan Pencegahan 5 Bab 3. Materi dan Metode Penelitian 7 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 7 3.2. Materi 7 3.2.1. Alat dan Bahan Kultur Bakteri Brucella sp. 7 3.2.2. Alat dan Bahan Pewarnaan Gram 7 3.3. Metode 7 3.3.1. Anamnesa 7 3.3.2. Signalment 7 3.3.3. Metode Pengambiilan Sampel 8 3.3.4. Metode Kerja 8 Bab 4. Hasil dan Pembahasan 9 Bab 5. Penutup 11 5.1. Kesimpulan 11 5.2. Saran 11 Daftar Pustaka 12 Lampiran 13
DAFTAR GAMBAR
1. Fetus Kambing yang Abortus 9 2. Koloni Bakteri Brucella sp. yang berasal dari sampel yang diperiksa 9 3. Bakteri Brucella sp. dengan pewarnaan gram yang berasal dari koloni 10
media dengan perbesaran 100x
ix
DAFTAR TABEL
1. Reservoa alami spesies Brucella dan penyebaran penyakit secara 4 geografis pada manusia 2. Cara penularan beberapa spesies Brucella beserta hospes dan simptomnya 4
DAFTAR LAMPIRAN
Dokumentasi 13
1
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Brucellosis adalah penyakit hewan menular yang secara primer menyerang sapi, kambing, babi dan sekunder menyerang berbagai jenis hewan lainnya serta manusia. Sedangkan pada manusia menyebabkan demam yang bersifat undulans dan disebut "Demam Malta". Bruce pada tahun 1887 mengisolasi jasad reniknya yang disebut Micrococcus melitensis dan kemudian disebut Brucella melitensis. Kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh brucellosis sangat besar, walaupun mortalitasnya kecil. Pada ternak kerugian dapat berupa keluron, anak hewan yang dilahirkan lemah kemudian mati, terjadinya gangguan alat-alat reproduksi yang mengakibatkan kemajiran temporer atau permanen. Kerugian pada sapi perah berupa turunnya produksi air susu. Menurut perhitungan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, kerugian akibat penyakit ini ditaksir mencapai lebih dari 5 milyar rupiah per tahun. Penyakit ini bersifat zoonosis dapat menular dari hewan ke manusia, dan biasanya sulit diobati sehingga sampai saat ini brucellosis merupakan penyakit zoonosis penting dan strategis (Pudjiatmoko, 2014).
Meskipun telah ada kemajuan besar dalam pengendalin kasus ini di beberapa negara, tetapi masih saja terdapat daerah dimana infeksinya berlanjut ke hewan domestik dan akibatnya, transmisi ke populasi manusia seringkali terjadi. Penyakit ini bisa sangat berbahaya dan dapat muncul dalam berbagai bentuk atipikal. Pada banyak pasien, gejala klinisnya seringkali ringan, oleh karena itu, diagnosispun sulit ditegakkan. Bahkan pasien dengan infeksi berat sekalipun, penentuan diagnosanya masih sulit. Penerapan prosedur laboratorium yang terkontrol baik dan interpretasi hasil yang cermat akan sangat membantu dalam proses penegakan diagnosa untuk kasus ini (WHO, 2006).
Kultur bakteri merupakan metode gold standard yang digunakan untuk mendeteksi brucellosis karena spesifik. Akan tetapi, disamping memiliki spesifitas yang tinggi, kultur Brucella sp cukup sulit. Brucella sp merupakan bakteri yang memerlukan media yang kaya nutrisi sebagai kultur utamanya. Selanjutnya, isolasi tersebut memerlukan sejumlah besar bakteri yang layak untuk menjadi sampel klinis, penyimpanan yang tepat, dan pengiriman yang cepat ke laboratorium diagnostik.
Kontaminasi sampel klinis merupakan salah satu faktor yang mempersulit isolasi bakteri. Oleh karena itu penggunaan media kaya nutrisi dengan penambahan antibiotik (Polymixin B 5,000 UI/L; bacitracin 25,000 UI/L; cyclohexamide 100 mg/L; nalidixic acid 5 mg/L; nystatin 100,000 UI/L and vancomycin 20 mg/L) digunakan untuk menghambat pertumbuhan kontaminan yang dapat menghambat isolasi bakteri Brucella sp. (Geresu dan Kassa, 2016).
1.2. Rumusan Masalah
Apakah kambing tersebut positif terinfeksi brucellosis bila sampelnya diuji dengan menggunakan metode kultur bakteri?
2
1.3. Tujuan Kegiatan
Untuk mengidentifikasi bakteri Brucella sp. yang menyebabkan brucellosis pada kambing dengan menggunakan metode kultur bakteri.
1.4. Manfaat Kegiatan
Hasil dari tugas akhir ini diharapkan mahasiswa calon dokter hewan dapat melakukan diagnosis dengan metode kultur bakteri dengan baik, benar dan secara lege artis. Melatih keterampilan dan kemampuan mahasiswa calon dokter hewan dalam bidang diagnostik lab khususnya dalam metode kultur bakteri, serta sebagai bahan kepustakaan.
1.5. Ruang Lingkup Penulisan
Penelitian ini dibatasi lingkupnya pada hasil diagnosis dengan menggunakan metode kultur bakteri dan pewarnaan gram.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Etiologi
Bakteri brucella untuk pertama kali ditemukan oleh Bruce pada tahun 1887 pada manusia dan dikenal sebagai Micrococcus melitensis. Kemudian Bang dan Stribolt pada tahun 1897 mengisolasi jasad renik yang serupa dari sapi yang menderita keluron menular. Jasad renik tersebut diberi nama Bacillus abortus bovis. Penemuan selanjutnya menunjukkan bahwa kedua jasad renik tersebut termasuk dalam genus Brucella.
Bakteri brucella bersifat Gram negatif, berbentuk batang halus, mempunyai ukuran panjang 0,5-2,0 mikron dan lebar 0,4-0,8 mikron, tidak bergerak, tidak berspora dan bersifat aerob. Brucella merupakan bakteri intraseluler, dan dapat diwarnai dengan metode Stamp atau Koster. Pada saat ini genus Brucella diketahui mempunyai 6 species yaitu Brucella melitensis, B.abortus, B.suis, B.neotomae, B.ovis dan B.canis. Brucellosis yang menimbulkan masalah pada ternak terutama disebabkan oleh 3 species yaitu B.melitensis yang menyerang kambing, B.abortus yang menyerang sapi dan B.suis yang menyerang babi dan sapi (Pudjiatmoko, 2014).
Brucellosis merupakan penyakit pada hewan yang disebabkan oleh bakteri Brucella sp. yang hidup dalam sel dan menimbulkan demam. Penyakit ini dapat menular dari hewan ke manusia (zoonosis) tetapi tidak menular dari manusia ke manusia. Brucellosis merupakan salah satu penyakit zoonosis yang tersebar di seluruh bagian dunia dan masih bersifat endemik bagi sebagian besar negara berkembang, termasuk di Indonesia (Doganay & Aygen 2003).
Bakteri dari genus Brucella, berbentuk kokobasili dengan panjang 0,6-1,5 μm dan lebar 0,5-0,7 μm, ditemukan secara tunggal dan terkadang berpasangan dengan morfologi yang konstan, bersifat Gram negatif, non-motil, tidak berkapsul, tidak membentuk spora dan anaerobik fakultatif. Dalam media biakan, koloni berbentuk seperti setetes madu bulat, halus, permukaan cembung dan licin, mengkilap serta tembus cahaya dengan diameter 1 – 2 mm. Secara biokimia dapat mereduksi nitrat, menghidrolisis urea, dan tidak membentuk sitrat tetapi membentuk H2S. Pertumbuhan kuman memerlukan temperatur 20 – 40 oC dengan penambahan karbondioksida (CO2) 5 - 10 % (Sulaiman dan Pormadjaya 2004). Bakteri ini adalah parasit intraseluler atau parasit obligat karena berduplikasi di dalam sel dan berkemampuan untuk menginvasi semua jaringan hewan sehingga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi (Todar 2008). Brucella apabila masuk kedalam sel epitel akan dimakan oleh neutrofil dan sel makrofag masuk ke limfoglandula. Bakteriemia muncul 1 – 3 minggu setelah infeksi apabila sistem tubuh tidak mampu mengatasi. Biasanya Brucella terlokalisir pada sistem reticuloendothelial seperti hati, limpa dan sumsum tulang belakang dan membentuk granuloma (Noor, 2006).
2.2. Sumber Penularan Pada hewan, Brucella sp. terdapat pada fetus, plasenta, dan lendir vagina
(dapat ditemukan pada minggu ke-4 sampai minggu ke-6 setelah abortus), semen, urin, air liur, cairan dari rongga hidung dan mata, susu serta feses. Pada sapi, kambing, domba dan babi penularannya terjadi per oral dan melalui perkawinan. Dapat ditularkan melalui fetus, selaput fetal setelah aborsi dan stillbirth (lahir
4
dalam keadaan mati), serta melalui veneral transmission (hubungan kelamin). Brucella masuk kedalam tubuh melalui mulut, saluran reproduksi, oronasal, mukosa konjunctiva, luka terbuka dan melalui transfuse darah (Arut et al., 2010). Faktor predisposisi penularan penyakit biasanya karena sanitasi yang kurang baik, dan hewan berdesak-desakan sehingga memudahkan terjadinya penularan dari hewan yang telah terinfeksi. Brucellosis merupakan penyakit berisiko sangat tinggi, oleh karena itu alat-alat yang telah tercemar bakteri brucella sebaiknya didesinfeksi agar tidak menjadi sumber penularan ke hewan atau manusia (Pudjiatmoko, 2014).
Tabel 1. Reservoar alami spesies Brucella dan penyebaran
penyakit secara geografis pada manusia (Noor, 2006)
2.3. Gejala Klinis Penyebab utama brucellosis pada ternak ditentukan oleh umur hewan ketika terpapar infeksi dan tingkat keparahan infeksi yang ditentukan oleh jumlah bakteri serta tingkat virulensinya (Soeharsono, 2002). Gejala dominan pada kambing dan domba yang terinfeksi yaitu aborsi, stillbirth dan keturunan yang lahir lemah. Hewan yang aborsi akan menyisakan plasenta. Domba dan kambing biasanya hanya abortus sekali, akan tetapi infeksi berulang pada uterus dapat terjadi pada kebuntingan berikutnya. Orchitis akut dan epididymitis dapat terjadi pada hewan jantan dan dapat berakibat infertil. Artritis kadang-kadang terlihat pada semua jenis kelamin. Banyak kambing dan domba yang tidak bunting yang menunjukkan gejala asimptomatik (Iowa State University, 2009).
Tabel 2. Cara penularan beberapa spesies Brucella beserta hospes dan
simptomnya (Noor, 2006)
2.4. Patogenesis Brucella spp. adalah bakteri yang patogen terhadap manusia dan hewan, juga diketahui sangat baik beradapatasi terhadap tubuh hostnya. Brucella adalah bakteri patogen intraselular fakultatif, yang hidup dan memperbanyak diri dalam sel-sel sistem retikuloendotelial. Bakteri dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara
5
menelan, inhalasi, penetrasi kulit utuh, lecet, maupun melalui mukosa pada konjungtiva (Doganay & Aygen, 2003). Bakteri juga dapat masuk dalam tubuh melalui penetrasi mukosa saluran pencernaan, mulut, saluran reproduksi. Setelah berhasil menembus mukosa, bakteri akan terbawa ke dalam sistem peredaran limfatik dan bersarang di dalam kelenjar pertahanan terdekat dengan lokasi masuknya, mengaktifkan komplemen sebagai sistem alternatif yang menghambat kematian sel. Setelah bakteri bereplikasi di dalam retikulo endoplasma, Brucella sp. dilepaskan dengan bantuan hemolisin dan menginduksi nekrosa sel. Bakteri ini mempunyai kemampuan yang unik untuk bertahan dari sel fagosit dan non fagosit kemudian bertahan di lingkungan intraseluler dengan menghindari sistem kekebalan dengan cara yang berbeda. Bakteri akan terlepas dari limfonodus dan menyebabkan septikemia, jika Brucella sp. tidak hancur atau tetap berada di dalam limfonodus. Bakteri akan pindah ke organ lympho-reticular yang lain, seperti limpa, sumsum tulang, hati dan testes, untuk selanjutnya menghasilkan granuloma atau abses. Hal inilah yang menyebabkan brucellosis bersifat sistemik dan dapat melibatkan hampir seluruh organ. Bakteri yang berhasil lolos dari sistem pertahanan tubuh ini selanjutnya akan tersebar ke jaringan tubuh lainnya, seperti kelenjar ambing, melalui sistem peredaran darah (Dewi, 2009). 2.5. Diagnosa
Uji diagnostik terbgi ke dalam dua kategori, yaitu uji yang menunjukkan kehadiran organismenya dan uji yang mendeteksi respon imun terhadap antigen tersebut. Isolasi brucella merupakan bukti definitif bahwa hewan tersebut terinfeksi, tetapi tidak semua hewan yang terinfeksi memberikan pengujian kultur yang positif, metode, alat dan bahan yang digunakan juga tidak selalu tersedia (WHO, 2006). Diagnosis definitif bisa dibuat jika B. melitensis dikultur dari hewan. Brucella spp. dapat diisolasi pada berbagai media biasa, atau media selektif seperti media Farrell atau menengah dimodifikasi Thayer-Martin. Teknik pengayaan juga dapat digunakan (Iowa State University, 2009).
2.6. Pengobatan dan Pencegahan Pengobatan Belum ada pengobatan yang efektif terhadap brucellosis karena kasus brucellosis tidak berespon baik terhadap pengobatan pada hewan (Pudjiatmoko, 2014; Soeharsono, 2002).
Pencegahan
Bakteri ini sangat sensitif terhadap desinfektan (larutan hipoklorite, etanol 70 %, isopropanol, fenolik, formaldehide, glutaraldehide dan xylene), mudah mati pada pemanasan basah (suhu 121 oC selama 15 menit) dan pemanasan kering (suhu 160 - 170 OC) selama satu jam (Iowa State University, 2009).
Apabila ada ternak yang didiagnosis brucellosis harus segera dipisahkan dan jika ada kejadian abortus, fetus dan membran fetus harus segera dikirim ke Laboratorium. Tempat terjadinya abortus harus didisinfeksi dan
6
semua material yang terkontaminasi harus dibakar atau dipendam dalam tanah (Noor 2006).
Hindarkan perkawinan antara pejantan dengan betina yang mengalami keluron. Apabila pejantan mengawini betina tersebut, maka penis dan preputium disucihamakan, anak yang lahir dari induk penderita brucellosis sebaiknya diberi susu dari ternak lain yang sehat. Kandang ternak penderita dan peralatannya harus dicucihamakan serta ternak pengganti jangan segera dimasukkan. Pengawasan Ialu lintas ternak harus dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit ke daerah lain yang lebih luas (Pudjiatmoko, 2014).
7
BAB 3. MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13-17 Maret 2017. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Bakteriologi Balai Besar
Veteriner (BBVet) Maros.
3.2 Materi 3.2.1 Alat dan Bahan Kultur Bakteri Brucella sp.
Alat yang digunakan yaitu :
1. Cawan petri
2. Botol broth
3. Ose
4. Bacticenerator atau Bunsen
5. Biosafety Cabinet (BSC)
6. Inkubator
7. Stomacher
8. Pipet tetes
9. Anaerobic jar
Bahan yang digunakan yaitu
1. Media trypticase soy broth
2. Media TSA (Trypticase Soy Agar) untuk Brucella sp.
3. Sampel dari suspect brucellosis
4. Larutan PBS (phosphate buffer saline)
3.2.2 Alat dan Bahan Pewarnaan Gram
Alat yang digunakan yaitu :
1. Ose
2. Object glass
3. Bunsen
4. Pinset
5. Biosafety Cabinet (BSC)
6. Mikroskop
7. Pipet tetes
Bahan yang digunakan yaitu :
1. Media agar hasil kultur bakteri
2. Aquadest
3. Pewarna Kristal violet
4. Pewarna safranin
5. Lugol
6. Larutan iodin aseton
7. Minyak emersi
3.3 Metode
3.3.1 Anamnesa Seekor kambing berumur 3 tahun yang ada di kandang percobaan BBVet pernah melahiran 4 kali dengan dua kelahiran terakhirnya terjadi abortus dan secara fisik kambing tersebut dalam kondisi yang tampak sehat. 3.3.2 Signalment Nama Hewan : - Jenis Hewan : Kambing Umur : ± 3 tahun
8
Ras / Breed : Kacang Jenis Kelamin : Betina
3.3.3 Metode Pengambilan Sampel Beberapa organ dari fetus kambing yang abortus seperti plasenta, kotiledon, hati, limpa dan isi perut. Sampel yang diambil kemudian dimasukkan terpisah ke tiap stomacher bag lalu dimasukkan ke dalam coolbox untuk dibawa ke laboratorium. 3.3.4 Metode Kerja a. Kultur Bakteri Brucella sp.
1. Sampel ditambah dengan PBS lalu dihomogenkan dengan menggunakan
stomacher
2. Sampel yang sudah hancur dengan stomacher diambil cairannya tanpa
mengambil supernatantnya dengan menggunakan pipet tetes
3. Cairan dari sampel dicampur dengan media broth dimasukkan dalam
anaerobic jar lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 2 hari dengan
menggunakan inkubator
4. Media broth yang telah diinkubasi dibawa ke BSC lalu diambil sebagian
kecil dengan menggunakan pipet tetes lalu disubkultur pada media agar
dalam cawan petri dengan metode streak menggunakan ose sambil
disterilkan dengan menggunakan bacticenerator atau bunsen
5. Media agar yang sudah distreak dimasukkan kembali dalam anaerobic jar
lalu diinkubasi kembali pada suhu 37oC selama 2 hari dengan
menggunakan incubator
b. Pewarnaan Gram 1. Ambil media agar hasil kultur ke BSC lalu ambil sebagian koloni dengan
menggunakan ose steril lalu ditaruh ke object glass yang sudah ditetesi
aquadest
2. Homogenkan koloni dengan aquadest yang ada di object glass lalu disebar
merata
3. Fiksasi dengan menggunakan Bunsen hingga kering
4. Tetesi preparat bakteri dengan pewarna Kristal violet lalu diamkan selama
satu menit lalu bilas dengan aquadest
5. Tetesi preparat dengan menggunakan lugol lalu diamkan selama satu menit
lalu bilas dengan aquadest
6. Tetesi preparat dengan menggunakan iodin aseton lalu bilas dengan
aquadest
7. Tetesi preparat dengan pewarna safranin lalu diamkan selama 45 detik lalu
bilas dengan menggunakan aquadest
8. Preparat ditetesi dengan minyak emersi lalu diamati dengan menggunakan
mikroskop pada perbesaran object glass 100x
9
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Infeksi brucellosis pada kambing sangat mirip dengan infeksi brucellosis pada sapi. Salah satunya yaitu menyebabkan abortus pada trimester terakhir pada kambing dan domba (OIE, 2009; Dewi, 2009). Berdasarkan temuan yang diperoleh, kambing tersebut mengalami abortus dengan umur fetus yang diperkirakan sudah mulai memasuki fase akhir masa kebuntingan karena fetus tersebut sudah memiliki organ tubuh yang lengkap.
Gambar 1. Fetus kambing yang abortus
Koloni Brucella biasanya menjadi terlihat setelah pertumbuhan dua hari.
Setelah empat hari inkubasi, koloni bulat dan sekitar 1-2 mm dengan margin halus. Ketika cawan dilihat di siang hari melalui media transparan, koloni nampak translusen dengan warna madu pucat. Dari atas, nampak cembung dan membentuk mutiara putih (Iowa State University, 2009). Namun jika tidak terbentuk koloni maka masa inkubasi ditambah dan diamati hingga 20 hari, apabila tidak terbentuk koloni maka hasilnya negatif Brucella karena hal ini berdasarkan pada masa inkubasi bakteri Brucella pada hewan maupun manusia (Scientific Committee on Animal Health and Animal Welfare, 2001). Berdasarkan hasil isolasi bakteri yang dilakukan terlihat jelas bahwa koloni bakteri yang terbentuk nampak translusen dengan warna madu pucat.
Gambar 2. Koloni bakteri Brucella sp. yang berasal dari sampel yang diperiksa
10
Bakteri gram positif menyerap warna kristal violet setelah diberi mordant karena memiliki komposisi dinding sel yang lebih tebal dan sulit dilunturkan setelah diwarnai sehingga preparat bakteri akan terlihat berwarna ungu saat diamati melalui mikroskop. Sedangkan Bakteri gram negatif menyerap warna safranin yang digunakan sebagai counterstain karena memiliki komposisi dinding sel bakteri yang tipis dan mudah dilunturkan setelah diwarnai kristal violet, sehingga preparat bakteri akan terlihat berwarna merah saat diamati melalui mikroskop (Cappuccino dan Sherman, 2014). Karena bakteri Brucella merupakan gram negatif maka preparatnya akan terlihat berwarna merah dengan bentuk kokobasili.
Gambar 3. Bakteri Brucella sp. dengan pewarnaan gram yang
berasal dari koloni media dengan perbesaran 100x
11
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut maka kesimpulan dari penelitian ini yaitu kambing tersebut positif terkena penyakit brucellosis hal ini berdasarkan pada 3 hal yaitu :
Berdasarkan pemeriksaan fisik pada fetus terlihat jelas bahwa kambing tersebut mengalami abortus pada fase akhir masa kebuntingan
Bentuk dan warna koloni yang terbentuk yaitu nampak translusen dengan warna madu pucat
Berdasarkan hasil pewarnaan gram diketahui bahwa koloni bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif
5.2. Saran
Untuk dapat mendeteksi lebih cepat dapat dilakukan pemeriksaan serologis sebagai berikut :
RBT (Rose Bengal Test) CFT (Complement Fixation Test) atau ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent Assay)
12
DAFTAR PUSTAKA
Arut, A.F., K., Maghfiroh, D., Saputra, T., Ariyanti, R., Octaviani, N., Rahma, dan
G.N., Afrilia. 2010. Booklet Beberapa Penyakit Zoonosa: Brucellosis.
Bogor (ID) : Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Cappuccino J.G., dan Sherman, N. 2014. Microbiology a Laboratory Manual 10th
Edition. Upper Saddle River (US) : Pearson Education, Inc.
Dewi, A.K. 2009. Kajian Brusellosis pada Sapi dan Kambing Potong yang
Dilalulintaskan di Penyebrangan Merak Banten [Tesis]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor
Doganay, Mehmet, dan Aygen, B. 2003. Brucellosis in Human: an overview.
International journal of Infectious Disease 7(3) : 173-176.
Geresu, M.A., dan Kassa, G.M. 2016. A Review on Diagnostic Methods of
Brucellosis. J Veterinar Sci Techno 7(3) : 1-8
Iowa State University. 2009. Brucellosis. Ames (US) : College of Veterinary
Medicine Iowa State University
Iowa State University. 2009. Ovine and Caprine Brucellosis. Ames (US) : College of
Veterinary Medicine Iowa State University
Noor, S.M. 2006. Brucellosis : Penyakit Zoonosis yang belum banyak dikenal di
Indonesia. Wartazoa 16 : 31-39.
OIE. 2009. Caprine and Ovine Brucellosis (excluding Brucella ovis). OIE Terrestrial
Manual Chapter 2.7.2
Pudjiatmoko. 2014. Manual Penyakit Hewan Mamalia. Jakarta (ID) : Kementrian
Pertanian
Scientific Committee on Animal Health and Animal Welfare. 2001. Brusellosis in
Sheeps and Goats. Brussels (BEL) : European Commission Health and
Consumer Protection Directorate-General
Soeharsono. 2002. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia volume 1.
Yogyakarta (ID) : Penerbit Kanisius
Sulaiman, I., Poermadjaya, B. 2004. Paper : Uji Lapang Keamanan Vaksin Brucella
abortus strain RB51 pada Sapi Perah di Kecamatan Cisarua, Bogor.
Pertemuan Evaluasi Pemberantasan Brucellosis dan Pengawasan
Lalulintas Ternak dan Daging Propinsi DKI Jakarta di Cianjur.
Todar, K. 2008. Textbook of Bacteriology. http://www.textbookofbacteriology.net
[Diakses pada tanggal 25 Maret 2017].
World Health Organization. 2006. Brucellosis in Humans and Animals. Geneva
(SWI) : WHO Press
13
LAMPIRAN
Dokumentasi
Foto Kegiatan Keterangan
Gambar 1: Kambing suspect terinfeksi
Brucellosis
Gambar 2: Fetus kambing yang abortus
Gambar 3: Sampel dibawa ke
laboratorium dengan menggunakan
coolbox
14
Gambar 7: Stomacher untuk
menghomogenkan sampel dengan larutan
PBS
Gambar 8: Media broth
Gambar 9: Kultur Bakteri
15
Gambar 10: Dimasukkan dalam incubator
dengan menggunakan anaerobic jar
Gambar 11. Pembuatan preparat bakteri
dan pewarnaan gram
Gambar 12. Pengamatan preparat melalui
mikroskop
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Juli 1992 di Ujung Pandang dari ayahanda dr. F. X. Pinontoan dan ibunda dr. Margaretha. Penulis merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Penulis memasuki pendidikan formal sekolah dasar di SD Katolik Santo Joseph Rajawali Makassar dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Rajawali Makassar dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Katolik Cendrawasih Makassar dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun
tersebut penulis melanjutkan pendidikan kejenjang perguruan tinggi Universitas Hasanuddin Fakultas Kedokteran Program Studi Kedokteran Hewan dan lulus pada tahun 2015. Penulis melanjutkan pendidikan profesinya di Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas Hasanuddin pada tahun 2016. Selama perkuliahan penulis aktif dalam organisasi internal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (HIMAKAHA) FKUH menjabat sebagai koordinator divisi Informasi dan Komunikasi pada periode 2011-2012.