iad_perkembangan pola pikir manusia

21
PROSES PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA KURIOSITAS MANUSIA , MITOS , L AHIRNYA I LMU PENGETAHUAN, S IKAP I LMIAH, METODE I LMIAH, LANGKAH- LANGKAH I LMIAH Penyusun : M. F. Rhazes Avicenna Bayu Asmoro Panji Amin FAKULTAS AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH

Upload: rhazes-avicenna

Post on 19-Jun-2015

12.822 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

tanpa referensi

TRANSCRIPT

Page 1: IAD_Perkembangan Pola Pikir Manusia

PROSES PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA

KURIOSITAS MANUSIA, MITOS, LAHIRNYA ILMU PENGETAHUAN, SIKAP ILMIAH, METODE ILMIAH, LANGKAH-LANGKAH ILMIAH

Penyusun :

M. F. Rhazes Avicenna

Bayu Asmoro Panji

Amin

FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

ILMU ALAMIAH DASAR

2009

Page 2: IAD_Perkembangan Pola Pikir Manusia

SISTEMATIKA PEMBAHASAN

1. Pendahuluana. Nilai pentingb. kata kunci

2. Definisi judula. Proses perkembangan, beda dengan pertumbuhanb. Pola pikir manusia, perbandingan dengan hewanc. Kesatuan makna: ruang lingkup pembahasan

3. Pembahasana. Alasan awal lahirnya peradaban: Kuriositasb. Batu loncatan peradaban maju: Mitosc. Lahirnya Ilmu Pengetahuand. Metode dan Langkah-langkah Ilmiahe. Sikap Ilmiah sebagai moral positif

4. Kesimpulan

Page 3: IAD_Perkembangan Pola Pikir Manusia

1. PENDAHULUAN

A. NILAI PENTING PEMBAHASAN

Dalam alquran Surah an Nur ayat 55, dinyatakan bahwa orang yang beriman dan beramal

sholeh akan dipilih sebagai khalifah:

ن�وا ال�ذ�ين� الل�ه� و�ع�د� ن�ك�م� آم� ل�وا م� ات� و�ع�م� ال�ح� م� الص� ن�ه� ل�ف� ت�خ� ض� ف�ي ل�ي�س� ا األر� ل�ف� ك�م� ت�خ� ال�ذ�ين� اس�

م� م�ن� ب�ل�ه� ك,ن�ن� ق� ل�ي�م� م� و� م� ل�ه� ت�ض�ى ال�ذ�ي د�ين�ه� م� ار� م� ل�ه� ل�ي�ب�د,ل�ن�ه� م� ب�ع�د� م�ن� و� ه� و�ف� ن5ا خ� م�� ي�ع�ب�د�ون�ن�ي أ

ر�ك�ون� ال ي�ئ5ا ب�ي ي�ش� ر� و�م�ن� ش� أ�ول�ئ�ك� ذ�ل�ك� ب�ع�د� ك�ف� ون� ه�م� ف� ق� اس� (٥٥ )ال�ف�

“dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-

amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,

sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, . . . dan Dia benar-benar

akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa . . . “

Dan juga Surat Al Baqarah: 30

tentang penunjukan manusia sebagai

khalifah fil ard

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan

seorang khalifah di muka bumi.” . . . “

Tidak hanya ayat dalam Al-qur’an yang menyinggung kehebatan manusia membangun

peradaban di muka bumi, namun juga di berbagai referensi agama, dan filsuf, mengakui hal

tersebut. Manusia kerap menganggap dirinya sebagai spesies dominan di Bumi, dan yang paling

maju dalam kepandaian dan kemampuannya mengelola alam lingkungan. Kepercayaan ini juga

sangat kuat dalam kebudayaan barat, dan berasal dari bagian dalam cerita penciptaan di Alkitab

yang mana Adam secara khusus diberikan kekuasaan atas Bumi dan semua makhluk sehingga

saling berdampingan dengan anggapan manusia yang berkuasa. Kita sering menganggap ini agak

berlebihan karena tetap ada berbagai kelemahan dan singkatnya umur manusia. Dalam Kitab Suci

Page 4: IAD_Perkembangan Pola Pikir Manusia

Yahudi, misalnya, kekuasaan manusia dijanjikan dalam Kejadian 1:28, tetapi pengarang kitab

Pengkhotbah meratapi kesia-siaan semua usaha manusia, tetapi tentu saja tidak merubah fakta

sejarah berkuasanya manusia.

Ahli filsafat Yahudi, Pythagoras telah membuat pernyataan terkenal bahwa "Manusia adalah

ukuran dari segalanya; apa yang benar, benarlah itu; apa yang tidak, tidaklah itu". Aristoteles

mendeskripsikan manusia sebagai "Hewan Komunal", yaitu menekankan pembangunan masyarakat

sebagai pusat pembawaan alam manusia.

Secara umum, manusia memiliki sifat:

Dapat berfikir ( Homo Sapiens ), Manusia adalah makhluk cerdas dan bijaksana.

Dapat membuat alat ( Homo Fiber ), Manusia bisa membuat alat & menggunakannya.

Dapat Berbicara ( Homo Language ), Apa yang menjadi pemikiran dalam otaknya dapat

disampaikan melalui bahasa kepada manusia lain.

Dapat hidup bermasyarakat ( Homo Socius ), Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup

tanpa memerlukan selainnya.

Dapat mengadakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi ( Homo economicus ).

Memiliki kepercayaan ( Homo Religius ).

Dari sinilah keunggulan manusia yang sebegitu rupa pasti memiliki proses yang lama dan

bertahap. Peradaban manusia yang memiliki sistem hukum dan pemerintahan mapan seperti

sekarang dipelopori sejak ribuan tahun yang lalu. Berkembang oleh berbagai latar belakang pola

pikir dan hasil pikir para ilmuan yang lahir di tiap masa. Sehingga pembahasan ini ditujukan untuk

memuaskan rasa ingin tahu atau sebagai wawasan akan proses perkembangan pola pikir umat

manusia pada umumnya. Dan pada akhirnya akan membentuk suatu sikap atas pemahaman akhir

kita sehingga memiliki determinasi saat kita terjun di masyarakat kelak.

B. KATA KUNCI

Manusia, Kuriositas, Perkembangan, Mitos, Indera, Ilmu, Pengetahuan, Sikap, Ilmiah.

Page 5: IAD_Perkembangan Pola Pikir Manusia

2. DEFINISI JUDUL

A. PROSES PERKEMBANGAN, BEDA DENGAN PERTUMBUHAN

Proses yang dimaksud disini adalah urutan kejadian yang terjadi hingga menghasilkan perubahan sifat di bawah pengaruhnya. Pertumbuhan selalu berhubungan erat dengan perkembangan. Yang di bahas disini adalah pengertian secara umum:

1. TUMBUH

Tumbuh bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat kuantitatif. Perubahan ukuran dari kecil menjadi

besar.

2. BERKEMBANG Berkembang bersifat kualitatif. Bersifat tidak terukur, namun bisa di kenali. Berhubungan dengan

kematangan, kedewasaan.

Dalam makalah ini akan dibahas perubahan mendasar dari pola pikir manusia itu sendiri.

Sedangkan proses, merujuk pada stimulus apa yang menjadikan pola pikir manusia semakin

matang dan dewasa bila distandarkan pada masa sebelumnya, sehingga menghasilkan perbedaan

di tiap masa.

B. POLA PIKIR MANUSIA, PERBANDINGAN DENGAN HEWAN

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP:a. Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya

b. Mengadakan metabolisme atau pertukaran zat, (ada yang masuk dan keluar)

c. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar

d. Memiliki potensi untuk berkembang biak

e. Tumbuh dan bergerak

f. Berinteraksi dengan lingkungannnya

g. Sampai pada saatnya mengalami kematian

Page 6: IAD_Perkembangan Pola Pikir Manusia

Diantara ciri-ciri tersebut, ciri khas dari umat manusia adalah yang pertama, sedangkan

sisanya walaupun sama dimiliki oleh makhluk lainnya, tetapi tidak membuat manusia “setara”

dengan makhluk lainnya. Apakah otak kita berbahan dasar khusus sehingga kita beradab? Bukan

seperti itu yang dimaksud. Tetapi yang di maksud khusus adalah kemampuan otak manusia untuk

berfikir “mendalam”.

Contohnya sebatang pohon menunjukkan aktivitas pertumbuhan atau gerakan, namun

gerakan itu hanya untuk mempertahankan kelestarian hidupnya yang bersifat tetap. Akar bergerak

mencari sumber makanan dan air, daun bergerak menuju arah cahaya. Tentu saja kecenderungan

itu berlangsung sepanjang zaman. Tidak berkembang. Binatang seperti ikan, burung, harimau dan

binatang lain yang mempunyai tingkat eksplorasi yang lebih tinggi dari tumbuhan misalnya,

mereka semua melakukan aktivitas. Namun tentu saja hanya terbatas bertujuan untuk mencari

sumber makanan, menghindari sumber bahaya atau untuk melestarikan kehidupannya. Hal

semacam itu bisa dikategorikan kepada pengetahuan, namun sekedar pengetahuan yang tidak akan

bisa berkembang. Dengan kata lain tidak berubah dari masa ke masa. Hal seperti itu oleh Asimov

(1972) disebut dengan instink atau idle curiousity. Kemampuan ini hanya bekerja untuk tiga hal,

mencari makan, melindungi diri, dan berkembang biak.

Berbeda dengan umat manusia yang tidak hanya menerima pengetahuan, tetapi di kelola,

dicari persamaan dan perbedaan antara yang umum dan khusus, membentuk suatu hal baru sama

sekali, kesimpulannya berkembang di tiap masanya. Bahkan setelah ditemukannya metode ilmiah,

manusia mampu mengolah dari yang sekedar pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan.

C. KESATUAN MAKNA: RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

Pada prinsipnya, kita akan membahas tahapan perubahan pada tataran

kualitas cara berfikir umat manusia mulai peradaban awal sampai hari ini.

Jalan-jalan apa sajakah yang pernah ditempuh manusia seiring

perkembangan jamannya untuk memuaskan alam pikirannya akan ketidaktahuan

pada hal fisik (fenomena alam, materi penyusun dunia, flora fauna, langit dan bumi,

luar angkasa, bahkan dirinya sendiri )?

Page 7: IAD_Perkembangan Pola Pikir Manusia

3. PEMBAHASAN

A. TITIK AWAL LAHIRNYA PERADABAN: KURIOSITAS

Pada dasarnya manusia yang tidak mengetahui penjelasan akan suatu fenomena atau

gejolak baru akan merasakan ketidaknyamanan, bahkan ketakutan. Sehingga menjadi alamiah

bila manusia ingin menghilangkan ketakutan tersebut. Dengan jalan apa sehingga pikiran manusia

dapat terhindar dari ketidakpuasan tersebut? Dengan jalan memuaskan diri mencari penjelasan

dari berbagai data-data materi yang sudah terkumpul selama hidupnya tersimpan di ingatannya.

Dari data-data materi tersebut diolah oleh pikiran menjadi ide-ide. Sehingga ide atau pandangan

inilah yang mengamankan kegelisahan pikiran manusia dari ketidaktahuan. Setelah menjawab

pertanyaan apa? Akan dilanjutkan oleh pertanyaan mengapa? Dan Bagaimana? Dan seterusnya

sampai kepuasan akan pengetahuannya mencapai titik klimaks. Pengetahuan titik awal dari ilmu

pengetahuan, ilmu pengetahuan melahirkan teknologi, teknologi melahirkan peradaban.

B. BATU LONCATAN PERADABAN MAJU: MITOS

Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk

setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh

yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos pada umumnya menceritakan tentang

terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa,

kisah percintaan mereka dan sejenisnya.

Berikut ini dibahas mengenai asal mula mitos. Pada awalnya manusia yang mempunyai rasa

ingin tahu terhadap rahasia fenomena alam mencoba menjawab dengan menggunakan akumulasi

data-data materi di ingatannya hingga merumuskan sendiri ide-idenya. Untuk memuaskan dirinya,

para manusia kuno yang pada zaman dahulu mempercayai mitos. Salah satunya disebabkan oleh

keterbatasan indera manusia, seperti:

Page 8: IAD_Perkembangan Pola Pikir Manusia

1. Penglihatan, terutama terhadap cepat atau lambatnya benda bergerak (riak air atau kecepatan

cahaya, atau penglihatan kita sewaktu naik kereta api yang disampingnya terdapat pohon)

2. Pendengaran, manusia mempunyai kemampuan pendengaran dengan kisaran frekuensinya

range 30 - 30.000 Hertz

3. Pengecapan dan pembauan, manusia selain mempunyai kemampuan tersebut juga mempunyai

keterbatasan pembauan dan pengecapan terhadap benda yang spesifik.

4. Indra kulit, manusia mampu membedakan antara panas dan dingin secara kasar, namun

manusia mempunyai keterbatasan sehingga penginderaan sering menimbulkan salah kesan dan

informasi, seperti perpindahan seseorang dari ruang panas ke dingin dibanding dengan orang

yang berada diruangan yang tidak begitu panas. Aka ada perbedaan tipis yang tidak terdeteksi.

Hal ini berpotensi menimbulkan salah tafsir informasi dan kesesatan berfikir. Usaha-

usaha yang telah dilakukan manusia adalah dengan menciptakan alat bantu dalam mengamati

fenomena alam ini. Sekalipun itu terbatas, namun tetap saja manusia tak akan berhenti hingga

mereka telah menduduki puncak kepuasan. Sejalan dengan kemajuan zaman, dengan

ditemukannya berbagai alat bantu untuk mengungkap fenomena alam itu, maka manusia sedikit

demi sedikit beranjak untuk mempotensikan lebih jauh akal mereka.

Jika kita hubungkan antara mitos yang ditafsirkan manusia, hal itu diperoleh karena

keterbatasan pengalaman dan penalaran, sehingga apa saja yang tidak dapat mereka temukan

jawabannya, itu adalah hal yang diluar  kuasa mereka. Yaitu apa saja yang dikuasai oleh kekuatan

ghaib di luar  daya mereka. Contohnya fenomena pelangi, manusia pada mulanya mengangap

pelangi adalah selendang bidadari. Fenomena gunung meletus dipercaya sebagai kemarahan

penunggu gunung tersebut. Walaupun tidak ilmiah, tetapi hal ini melahirkan hikmah pengetahuan

baru tentang keindahan dan kekuasaan yang sebelumnya belum ada dalam pikiran manusia.

Sehingga mitos merupakan batu loncatan pengetahuan manusia untuk masuk ke fase pola pikir

yang berikutnya. Perkembangan pola pikir yang sedemikian pesat hari ini dimulai dari mitos-mitos

manusia kuno pendahulu kita.

Jadi, mitos sempat terpakai oleh manusia kuno pada waktu itu karena:

• Keterbatasan pengetahuan akibat keterbatasan kemampuan indera maupun alat

bantunya.

• Keterbatasan lingkup pengalaman manusia pada masa itu.

•Hasrat ingin tahu sudah terpenuhi.

Page 9: IAD_Perkembangan Pola Pikir Manusia

Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia yaitu kira-kira 700-

600 SM. Orang Babilonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai

ruangan setengah bola dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan

langit dan bintang-bintang sebagai atapnya. Namun yang menakjubkan

mereka telah mengenal bidang ekleptika sebagai bidang edar matahari dan

menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar

ketempat semula, yaitu 365,25 hari. Pengetahuan dan ajaran tentang orang

Babilonia setengahnya merupakan dugaan, imajinasi, kepercayaan atau

mitos pengetahuan semacam ini disebut Pseudo science (sains palsu)Tokoh-

tokoh Yunani dan lainnya yang memberikan sumbangan perubahan

pemikiran pada waktu itu adalah :

Anaximander, langit yang kita lihat adalah setengah saja, langit dan isinya

beredar mengelilingi bumi ia juga mengajarkan membuat jam dengan

tongkat.

Anaximenes, (560-520) mengatakan unsur-unsur pembentukan semua

benda adalah air, seperti pendapat Thales. Air merupakan salah satu bentuk

benda bila merenggang menjadi api dan bila memadat menjadi tanah.

Herakleitos, (560-470) pengkoreksi pendapat Anaximenes, justru apilah

yang menyebabkan transmutasi, tanpa ada api benda-benda akan seperti

apa adanya.

Pythagoras (500 SM) mengatakan unsur semua benda adalah empat : yaitu

tanah, api, udara dan air. Ia juga mengungkapkan dalil Pythagoras C2 = A2 +

B2, sehubungan dengan alam semesta ia mengatakan bahwa bumi adalah

bulat dan seolah-olah benda lain mengitari bumi termasuk matahari.

Demokritos (460-370) bila benda dibagi terus, maka pada suatu saat akan

sampai pada bagian terkecil yang disebut Atomos atau atom, istilah atom

tetap dipakai sampai saat ini namun ada perubahan konsep.

Empedokles (480-430 SM) menyempurnakan pendapat Pythagoras, ia

memperkenalkan tentang tenaga penyekat atau daya tarik-menarik dan

Page 10: IAD_Perkembangan Pola Pikir Manusia

data tolak-menolak. Kedua tenaga ini dapat mempersatukan atau

memisahkan unsur-unsur.

Plato (427-345) yang mempunyai pemikiran yang berbeda dengan orang

sebelumnya, ia mengatakan bahwa keanekaragaman yang tampak ini

sebenarnya hanya suatu duplikat saja dari semua yang kekal dan immatrial.

Seperti serangga yang beranekaragam itu merupakan duplikat yang tidak

sempurna, yang benar adalah idea serangga.

Aristoteles (348-322 SM) merupakan ahli pikir, ia membuat intisari dari

ajaran orang sebelumnya ia membuang ajaran yang tidak masuk akal dan

memasukkan pendapatnya sendiri. Ia mengajarkan unsur dasar alam yang

disebut Hule. Zat ini tergantung kondisi sehingga dapat berwujud tanah, air,

udara atau api. Terjadi transmutasi disebabkan oleh kondisi, dingin, lembah,

panas dan kering. Dalam kondisi lembab hule akan berwujud sebagai api,

sedang dalam kondisi kering ia berwujud tanah. Ia juga mengajarkan bahwa

tidak ada ruang yang hampa, jika ruang itu tidak terisi suatu benda maka

ruang itu diisi oleh ether. Aristoteles juga mengajarkan tentang klasifikasi

hewan yang ada dimuka bumi ini.

Ptolomeus (127-151) SM, mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya

(geosentris), berbentuk bulat diam seimbang tanpa tiang penyangga.

Menurut august comte (1798-1857) M, dalam sejarah perkembangan

peradaban manusia, baik sebagai individu maupun keseluruhan,

berlangsung dalam tiga tahap:

1. Tahap teologi/fiktif, dalam tahap ini manusia berusaha untuk mencari

dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan akhir dari segala sesuatu.

Tentu saja semua itu dihubungkan kepada kekuatan ghaib diluar

kemampuan mereka sendiri. Mereka meyakini adanya kekuatan yang maha

hebat yang menguasai semua fenomena alam entah itu dewa atau kekuatan

ghaib lainya.

Page 11: IAD_Perkembangan Pola Pikir Manusia

2. Tahap filsafat/fisik/abstrak, tahap ini hampir sama dengan tahap

sebelumnya. Hanya saja mereka mendasarkan semua itu pada kemampuan

akalnya sendiri, akal yang mampu untuk melakukan abstraksi untuk

menemukan hakikat sesuatu.

3. Tahap positif/ilmiah riil, merupakan tahap di mana manusia mampu

untuk melakukan aktivitas berfikir secara positif atau riil. Kemampuan ini

didapatkan melalui uasaha pengamatan, percobaan, dan juga

perbandingan.

C. LAHIRNYA ILMU PENGETAHUAN

Dari mana asal usul ilmu pengetahuan? Awal mulanya “evolusi” pengetahuan didorong

oleh 2 faktor: pertama untuk memuaskan diri, yang bersifat non praktis atau teoritis guna

memenuhi kuriositas dan memahami hakekat alam dan isinya (fenomena alam). Kedua, dorongan

praktis yang memanfaatkan pengetahuan itu untuk menyelesaikan masalah keterbatasan sumber

daya alam dan persaingan. Faktor pertama melahirkan Ilmu Pengetahuan Murni (Pure Science)

sedang faktor kedua melahirkan Ilmu Pengetahuan Terapan (Aplied Science). Pengalaman dapat

diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya. Berlangsungnya perkembangan pengetahuan

tersebut lebih mendapatkan momentumnya karena ditunjang akan kemampuan bertukar

informasi dengan melakukan aktivitas komunikasi dengan sesama.

Dorongan seperti apakah yang melahirkan Ilmu Pengetahuan Murni (Pure Science) ?

Panca indera akan memberikan tanggapan terhadap semua stimulus (fenomena alam), dimana

tanggapan itu menjadi suatu pengalaman (sensasi). Pengalaman yang diperoleh terakumulasi oleh

karena adanya kuriositas manusia. Karena manusia berkemampuan mengembangkan

pengetahuannya. Dengan kemampuan inilah manusia dapat mendayagunakan pengetahuannya

yang terdahulu dan kemudian menggabungkan dengan pengetahuannya yang diperoleh sekarang

hingga menghasilkan pengetahuan yang baru. Pengalaman baru tersebut merupakan salah satu

bentuk pengetahuan, yakni berupa kumpulan fakta-fakta. Pada titik klimaksnya, manusia akan

membuat dugaan-dugaan hingga mampu berteori. Fenomena petir dapat dijelaskan dengan

Page 12: IAD_Perkembangan Pola Pikir Manusia

teori fisika, fenomena bernafas dapat dijelaskan dengan teori biologi, fenomena energi dapat

dijelaskan dengan teori kimia, dst.

Lantas dorongan yang bagaimanakah yang melahirkan Ilmu Pengetahuan Terapan (Aplied

Science)? Faktanya, kurositas manusia tidak terbatas pada sekedar fenomena alam, tetapi juga

pemenuhan kebutuhan dan keinginan. Manusia memiliki kebutuhan dan keinginan yang tak

terbatas bila dibandingkan dengan sumber daya alam yang ada. Sumber daya alam yang terbatas

ini akan diperebutkan oleh berbagai peradaban yang menjamur di muka bumi ini hingga

melahirkan persaingan. Persaingan dalam mencari dan mengelola sumber daya yang terbatas

itulah sebuah masalah utama untuk bertahan hidup atau lebih jauh lagi menguasai peradaban

lainnya (dominate).

Sejarah membuktikan bahwa peradaban yang kalah dalam persaingan adalah yang tidak

menguasai ilmu pengetahuan atau tidak cukup daya upaya untuk mengimplementasikannya

dalam pembangunan. Sebaliknya, peradaban yang menang yang dapat bertahan sampai sekarang

bahkan mendominasi peradaban yang selainnya adalah peradaban dengan kebudayaan ilmu

pengetahuan yang maju. Masalah pangan diselesaikan dengan ilmu biologi terapan, masalah

pertambangan diselesaikan dengan ilmu kimia terapan, masalah pelayaran diselesaikan

dengan ilmu fisika terapan. Setelah menyelesaikan masalah lama, timbul masalah baru menunggu

untuk dipecahkan dengan ilmu terapan baru.

Pada prinsipnya, Pengetahuan (knowledge) masuk kategori Ilmu Pengetahuan

(Science knowledge), bila kriteria berikut dipenuhi yakni :

sistematis

berobyek

Bermetode

berlaku secara universal

D. METODE DAN LANGKAH-LANGKAH ILMIAH

Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses yang dinamakan metode

ilmiah. Ada berbagai variasi metode ilmiah yang telah di temukan oleh filsuf pada masa

sebelumnya yang masih valid di pakai hingga sekarang. Beberapa metode yang bermunculan sesuai

Page 13: IAD_Perkembangan Pola Pikir Manusia

dengan bidang keilmuannya diantaranya phytagoras mengembangkan metode perhitungan

matematika, democritus dengan mengajukan konsep mekanisme. Dan metode ilmiah akhirnya

menjadi sebuah tahapan yang bervariasi sesuai dengan disiplin ilmu yang dihadapi. Metode

tersebut umum digunakan untuk meneliti fenomena yang muncul pada suatu obyek yang dikaji.

Namun pada prinsipnya seperti berikut:

1. Penginderaan, merupakan suatu aktivitas melihat, mendengar, merasakan, mengecap

terhadap suatu objek tertentu. Dengan kata lain mengenali masalah atau keadaan yang

tidak menentu.

2. Problema, menemukan masalah dengan mengemukakan pertanyaan apa dan bagaimana

bisa juga di artikan mengklasifikasi keadaan tak menentu sebagai satu masalah dengan

menggunakan definisi sederhana.

3. Hipotesis, Menformulasi solusi yang mungkin dilakukan.

4. Eksperimen, mengumpulkan keterangan-keterangan dan informasi, baik secara teori

maupun data-data fakta terkait.

5. Teori, Memverifikasi dan memformulasikan sebagai sesuatu yang penting dilakukan untuk

menerima atau menolak hipotesis dan atau penyelesaian masalah tersebut.

{contoh fenomena hujan . . .}

Dengan metode tersebut, peradaban manusia mulai mendapat pencerahan. Dengan

ditemukannya metode ilmiah ini, manusia mulai meninggalkan mitos karena dianggap keliru

sehingga tidak memuaskan lagi. Tahu yang memuaskan manusia adalah tahu yang benar. Tahu yang

tidak benar disebut keliru atau sesat. Jika suatu pengetahuan yang terdahulu mengalami kekeliruan

maka seyogyanya akan di evaluasi suatu kebenaran sesudahnya. Kekeliruan tentunya akan

memberikan dampak yang negatif bagi manusia sehingga mereka meninggalkan suatu kekeliruan.

Segera setelah metode ilmiah di temukan di bidangnya masing-masing, maka metode ilmiah

tersebut akan segera menggantikan mitos-mitos di bidang terkait.

Metode ilmiah seperti apapun juga tetap terbatas, memiliki jangkauan hingga ada tempat

dimana ia tidak berlaku lagi. Maksudnya sebagai berikut:

1. Hipotesa tentang keberadaan tuhan merupakan konsep yang tidak bisa menggunakan

metode ilmiah dan apabila menggunakan konsep ini bisa menyebabkan orang Atheis atau

Agnotis.

2. Tujuan metode ilmiah, untuk membentuk dan menggunakan teori. Ia hanya dapat

mengemukakan bukti kebenaran sementara. Dengan kata lain untuk kebenaran sementara

Page 14: IAD_Perkembangan Pola Pikir Manusia

adalah "Teori". Karena tidak ada sesuatu Ilmu pengetahuan yang mutlak tetapi terus

mengalami perubahan (contoh teori bentuk bumi).

3. Ilmu pengetahuan yang dihasilkan bersifat bebas nilai, tidak menentukan moral atau nilai

suatu keputusan. Manusia pemakai ilmu pengetahuanlah yang menilai apakah hasil ilmu

tersebut baik atau sebaliknya. Contoh penemuan mesiu atau bom atom.

E. SIKAP ILMIAH SEBAGAI MORAL POSITIF

Sebuah buku prosedur berkebun menyebutkan agar si tukang kebun memiliki sikap

keberanian terhadap hal kotor, karena akan berhadapan dengan bermacam tanah, lumpur, dan

pupuk. Memiliki ketelatenan karena merawat tanaman membutuhkan waktu yang lama. Memiliki

ketilitian dalam memilah-milih agar tidak salah takaran atau memilih kecocokan pupuk. Berfisik

mumpuni karena berkebun bukan pekerjaan yang ringan. Walaupun pada akhirnya tidak ada

manusia yang sempurna, namun manusia dapat menuju kearah kesempurnaan. Bila salah satu

sikap dalam buku berkebun tersebut tidak dipenuhi, maka dampaknya bisa diperkirakan. Hasil dari

berkebun yang dilakukan tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Semakin banyak sikap penting

yang ditanggalkan, semakin jauh dari kesempurnaan hasil yang diharapkan. Kira-kira seperti itulah

analogi nilai penting sebuah sikap dalam mendayagunakan sebuah alat.

Metode ilmiah yang dibahas sebelumnya tidak lain hanya sekedar alat untuk mencapai

kebenaran yang memuaskan. Alat tersebut akan berfungsi maksimal bila yang orang yang

menggunakan memiliki kompetensi sikap untuk menggunakan. Alat tersebut tidak akan berfungsi

sama sekali bila tidak digunakan dengan sikap yang dibutuhkan, tidak mungkin alat tersebut akan

menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan tujuan diciptakannya alat tersebut.

Sikap selalu berkaitan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan

perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan

yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana

diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek. Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan

bahwa :”Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka

melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan”.

Pada hakikatnya seseorang yang menggunakan metode ilmiah dalam meneliti sebuah

fenomena atau masalah disebut ilmuan (Scientist). Ilmuan menggunakan sikap-sikap tertentu

(Scientific attitudes) dalam mendayagunakan alat bernama metode ilmiah supaya hasil yang ada

Page 15: IAD_Perkembangan Pola Pikir Manusia

sesuai harapan. Sikap ilmiah yang dimaksud adalah sikap moral positif yang dapat mengaktualkan

nilai positif terhadap proses saat menggunakannya, maupun hasil yang nantinya diperoleh.

Ada banyak versi dalam menjabarkan sikap ilmiah sebagai moral positif tersebut. Versi luar

negeri dan versi dalam negeri. Yang kami punya kebetulan versi dalam negeri, berikut beberapa

sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) antara lain :

1. Sikap ingin tahu : Apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya, maka akan

beruasaha mengetahuinya, senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa,

kebiasaan menggunakan alat indera  sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah,

memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.

2. Sikap kritis :  Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat,

kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan,  tidak merasa

paling benar yang harus diikuti oleh orang lain, bersedia mengubah pendapatnya

berdasarkan bukti-bukti yang kuat.

3. Sikap obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan unsur pribadi

dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri, dengan kata lain mereka dapat mengatakan

secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.

4. Sikap ingin menemukan :  Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru,

kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif,

selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.

5. Sikap menghargai karya orang lain : Tidak akan mengakui dan memandang karya orang

lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau

bangsa lain.

6. Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang

hasilnya meragukan tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum

selesai terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya, berusaha bekerja dengan teliti.

7. Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan

apa yang diketahuinya, terbuka menerima kritikan dan respon negatif terhadap

pendapatnya.

Page 16: IAD_Perkembangan Pola Pikir Manusia

5. KESIMPULAN

Hikmah yang dapat diambil disini, bila dihubungkan dengan nilai penting yang dibahas di

bagian sebelumnya menurut pemahaman kami. Bahwa yang dimaksud oleh Allah SWT

“mengerjakan amal-amal sholeh” disini bisa dimaknai sebagai “menegakkan sikap-sikap ilmiah”

sebagai moralitas positif dalam mencapai perintah khalifah fil ard. Mana mungkin bisa menjadi

khalifah (pemimpin) di muka bumi, bila tidak menguasai ilmu pengetahuan untuk menundukkan

alam semesta supaya dapat dikelola dan diambil manfaatnya. Mana mungkin menguasai ilmu

pengetahuan, bila masih percaya mitos. Mana mungkin menguasai ilmu pengetahuan, bila masih

menganggap metode ilmiah sebagai racun umat. Mana mungkin menguasai ilmu pengetahuan bila

masih bersikap tertutup, acuh tak acuh, malas, subyektif, pasrah, ikut-ikutan berlawanan dengan

sikap-sikap ilmiah.