human papillomavirus pada kavitas rongga mulut anak
DESCRIPTION
oral medicineTRANSCRIPT
Human papillomavirus pada kavitas rongga mulut anak-anak
Tujuan: Tujuan dari tinjauan literature ini adalah untuk mengidentifikasi penelitian
yang dilakukan pada infeksi Human papillomavirus rongga mulut pada anak-anak.
Metode: Pencarian basis data elektronik dilakukan menggunakan istilah “oral HPV”
dan “anak-anak”. Peneltiian pada prevalensi HPV oral pada anak-anak diseluruh
dunia, penelitian deskriptif, laporan kasus, penelitian yang berhubungan dengan HPV
oral dan faktor resiko dan penularan HPV juga diikutsertakan.
Kesimpulan: Adanya HPV pada mukosa rongga mulut anak-anak harus diteliti
berdasarkan berbagai pentuk penularan dan kemungkinan kekerasan seksual
dihilangkan, dan juga kemungkinan hubungannya dengan patogenesa karsinoma
rongga mulut pada anak-anak.
Pendahuluan
Human papillomavirus merupakan virus DNA kecil (non-enveloped) keluarga
Papillomaviridae. Sampai saat ini lebih dari 100 tipe Human Papillomavirus (HPV)
telah diidentifikasi. Dalam kavitas rongga mulut, 24 tipe berhubungan dengan lesi
jinak (HPV tipe-1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 13, 16, 18, 30, 31, 32, 33, 35, 45, 52, 55, 57,
59, 69, 72, dan 73) dan 12 tipe (HPV tipe-2, 3, 6, 11, 13, 16, 18, 31, 33, 35, 52, dan
57) dengan lesi ganas. Diantara yang patologis berhubungan dengan HPV pada
kavitas rongga mulut, kita dapat menyebutkan squamous papilloma. Condyloma
acuminatum, dan focal epithelial hyperplasia. Selain itu, HVP telah diidentifikasi dan
berhubungan dengan lichen planus, pemphigus vulgaris, oral squamous cell
carcinoma dan verrucous carcinoma. Infeksi HVP oral pada anak-anak sehat juga
telah dijelaskan pada prevalensi yang bervariasi dari 12,3% sampai 48,1%.
Beberapa penelitian telah mengidentifikasi adanya DNA HPV pada anak-
anak, memberikan relevansi untuk penelitian seperti tinjauan literature ini pada HPV
yang berhubungan dengan etiopatogenesa infeksinya dan juga dengan peculiarities
yang berhubungan dengan pasien anak.
Metode
Pada penelitian ini, tinjauan literature HPV rongga mulut pada anak-anak dilakukan.
Kita mencari untuk penelitian pada HPV rongga mulut pada anak-anak diseluruh
dunia dan juga memasukkan penelitian deskriptif, laporan kasus, dan penelitian yang
berhubungan dengan HPV rongga mulut dengan penularannya. Penelitian basis data
elektronik menggunakan istilah “oral HPV” dan “anak-anak” dilakukan. Pencarian
terbatas pada bayi, anak-anak, anak-anak pra sekolah dan anak-anak sekolah atau
remaja.
Tinjauan literature
Genome
Human Papillomavirus merupakan anggota dari gen Papillomavirus yang dimiliki
oleh keluarga Papillomaviridae. Partikel virus dibentuk oleh non-enveloped capsid
icosaedric symmetry, dengan diameter sekitar 55 nm. Bentuknya adalah sirkular,
double-stranded DNA, berukuran dari 7500 sampai 8000 pasang basis, dan dengan
struktur fisik dan organisasi genetik yang telah banyak diketahui. Genomenya dibuat
oleh early gen (E) yang fungsi primernya replikasi episomal dan late gen (L), dimana
mengkodekan protein kapsid virus. Early gen tersebut (E) dibagi menjadi E1 sampai
E7 dan late gen adalah L1 dan L2. E1 dan E2 memodulasi replikasi DNA virus dan
meregulasi ekspresi gen, menghambat transkripsi E6 dan E7.
Human papillomavirus diklasifikasikan menjadi berbagai tipe dan sub-tipe
berdasarkan urutan nukleotida, dan dapat berupa genotip atau serotype. Selain itu,
HPV dapat diklasifikasikan berdasarkan urutan nukleotida gen E6, E7, dan L1.
Klasifikasi juga dapat dibuat berdasarkan hubungan mereka dengan genesis kanker
atau resiko onkogenik, dimana mungkin resiko tinggi/high risk (HR), intermediate
(IR)/sedang, atau resiko rendah/low risk (LR). Dari sudut pandang perubahan sel dan
karsinogenesis, regio E5, E6, dan E7 merupakan yang paling penting.
Early gen E6 dan E7 mempunyai kapasitas untuk tidak mematikan
keratinosit melalui inaktivasi gen penekan pertumbuhan tumor, mencegah evolusi sel
asli untuk apoptosis,. Urutan gen E6 membantu degradasi protein penekan tumor-
p53, sedangkan E7 mengikat pRb.
Bagian E4 membantu pembebasan partikel virus baru, melakukan
destabilisasi filament keratinosit pada epitel squamous. E5 berperan pada modulasi
pembelahan sel, dan mempunyai aktivitas mutagenic dengan menghubungkan
stimulasi mitogenik pada reseptor faktor pertumbuhan. Dan terakhir, pada regio late,
L1 dan L2 mengkodekan protein kapsid HPV. Gen L1 mengkodekan protein kapsid
utama dimana berhubungan dengan peningkatan hingga 80% masa virus sedangkan
L2 mengkodekan protein kapsid yang lebih kecil.
Mekanisme terjadinya infeksi
Papillomavirus menggunakan sel mamalia untuk mengembangkan siklus dan
replikasinya. HPV mempunyai kecenderungan alami untuk menginfeksi sel epitel,
apakah kutan atau pada mukosa, dan menginduksi pembentukan tumor atau
papillomatosis untuk menstimulasi replikasi mereka sendiri. Hal ini penting untuk
dicatat bahwa HPV dapat tetap berhubungan dengan host untuk periode waktu yang
alam, menyebabkan infeksi persisten. Tapi, pengaruhnya tidak serius untuk
orangisme, karena, pada sisi lain, infeksi tetap terlokalisir dan pada sisi lain, sel rusak
yang terinfeksi hilang.
Karena kapasitas HPV untuk menginfeksi epitel mukosa dan sel kutan
susunan berlapis jaringan epitel dan untuk menghasilkan virus bila sel tersebut
berdiferensiasi, siklus replikasinya dikenal sebagai differentiation-dependant viral
cycle. Infeksi HPV awal terjadi pada tanduk epitel atau sel basal, atau pada sel
dimana membelah sementara, terletak pada lapisan epitel berlapis bawah. Karena sel
epitel yang lebih dalam membelah, mereka bermigrasi dari lapisan basal dan
berdiferensiasi secara bertahap.
Infeksi human papillomavirus dimulai bila partikel virus berpenetrasi ke
dalam sel basal dan sel yang tidak berdiferensiasi dan pada bagian epitel. Pada sel
basal dan suprabasal, DNA virus mengalami replikasi standar dan hanya early gen
yang mengkodekan. Multiplikasi DNA luas dan transkripsi semua gen virus, selain
untuk pembentukan kapsid, terjadi pada lapisan suprabasal dan kapsid disusun pada
lapisan yang paling superficial. Virus secara eksklusfi direplikasi pada nukleus sel
yang terinfeksi. Tapi, manifestasi patologis berhubungan dengan HPV tidak terbatas
pada tempat dimana infeksi dimulai.
Seperti pada semua virus lain dari keluarga ini, bila gen papilloma adalah
pada nucleus sel host, hal ini tetap pada bentuk episomal dan menghubungkan dirinya
sendiri dengan histone selular, sama dengan apa yang terjadi pada nukleosom
kromatin, membentuk struktur mikrosomal. HPV-DNA episomal yang ditemukan
pada inti sel pada lesi jinak disebabkan oleh HPV. Tapi, pada dysplasia parah dan
kanker, HPV-DNA pada umumnya terintegrasi dengan rupture atau inaktivasi bagian
E1 dan E2 menyebabkan deregulasi E6 dan E7.
Prevalensi sub-tipe HPV pada kavitas rongga mulut pasien anak
Prevalensi HPV pada anak-anak sehat bervariasi dari 12,3% hingga 48,1%, dan ini
penting untuk dicatat bahwa tipe resiko tinggi jelas menyebabkan hasil yang lebih.
Rice dkk., pada penelitian 138 anak-anak, menemukan HPV-16 pada kavitas rongga
mulut 51,7% kelompok sampel. Pada penelitian lain dengan 77 anak-anak Jepang,
prevalensi HPV-16 pada kavitas rongga mulut adalah 29,7% sedangkan dengan tipe
lain seperti 1, 2 dan 75 adalah 16,2%. Ini terlihat bahwa anak-anak dengan gangguan
imun, seperti seseorang yang terinfeksi HIV, adalah lebih rentan terhadap infeksi
HPV; tapi, penelitian prevalensinya pada anak-anak tersebut masih sedikit. Pada
tahun 2003, jeftha dkk., menunjukkan, pada penelitian 55 anak-anak yang terinfeksi
HIV, bahwa 3,6% anak-anak tersebut mengalami koinfeksi dengan HPV.
Manifestasi rongga mulut klinis
Berbagai tipe HPV menyebabkan lesi dengan pertumbuhan terbatas dan penurunan
secara spontan dengan frekuensi, seperti kutil pada umumnya dan kutil pada
genital/kelamin atau condyloma. Manifestasi rongga mulut klinis infeksi HPV adalah
sebagai berikut: papilloma, condyloma acuminatum, kutil, focal epithelial
hyperplasia, dan kemungkinan perannya dalam karsinogenesis oral squamous cell
carcinoma. Temuan histopatologi paling umum (marker biologis) berhubungan
dengan adanya HPV seperti berikut: koilocytosis, dyskeratosis, papillomatosis,
hyperkeratosis, dan prominent keratohyalin granule.
Lesi rongga mulut yang berhubungan dengan HPV pada anak-anak adalah
tidak umum - beberapa penulis percaya bahwa adanya keadaan seperti condyloma
acuminatum berhubungan dengan kekerasan seksual.
Babich dkk., melaporkan kasus anak laki-laki usia 4 tahun yang memiliki
lesi pedikel pada bibir atas dengan aspek seperti bunga kol. Setelah eksisi bedah dan
pemeriksaan histopatologi, keadaan ini didiagnosa sebagai condyloma acuminatum.
Pada kasus yang sama, hibridisasi in situ dilakukan, menghasilkan positif tipe 6 dan
11. Sebuah penelitian untuk meneliti temuan histopatologi oral condyloma pada anak-
anak dengan ibu mereka, yang juga memiliki lesi condylomatous, dilakukan pada
sembilan anak-anak dengan diagnosa lesi condyloma acuminatum sebelumnya. Hasil
menunjukkan bahwa lesi tersebut terjadi dengan frekuensi lebih besar pada anak-anak
usia 3 tahun, palatum menjadi tempat yang paling sering terlibat. Diantara 9 ibu,
tujuh memiliki riwayat vulvar dan/atau oral condyloma selama kehamilan. Pada
penelitian yang sama ini, tipe 6, 11, 16, dan 18 HPV-DNA ditemukan, dengan lima
dari sembilan kasus mengalami koinfeksi/infeksi bersama dengan tipe 16 dan 18; satu
kasus dari tipe 6 dan 11 koinfeksi; satu dari 6, 16, dan 18; satu kasus HPV 6 dan satu
kasus tipe 11. Tipe HPV yang ditemukan pada ibu dan anak-anak mereka tidak
sesuai, oleh karena terlihat bahwa penularan virus ini terjadi karena kekerasan
seksual.
Penularan
Jalur penularan utama untuk HPV adalah dengan cara kontak seksual. Penularan
tersebut dapat terjadi setelah hubungan seksual tunggal dengan pasangan yang
terinfeksi. Wanita hamil yang terinfeksi dapat menularkan virus ke bayinya selama
kehamilan mereka atau pada saat melahirkan dan diantara anggota keluarga (orang
tua dan anak-cucu).
Infeksi Human papillomavirus juga dapat terjadi secara perinatal. Bayi baru
lahir lebih mudah terpapar oleh infeksi HPV selama kelahiran, bila mereka melalui
saluran lahir yang terinfeksi. Karena HPV ditemukan pada anak-anak setelah lahir
cesar, cara infeksi perinatal lain harus dipertimbangkan. Bukti ilmiah melalui meta-
analisis menunjukkan bahwa penularan perinatal HPV terjadi dan terdapat resiko
terpaparnya virus yang lebih besar bila bayi yang baru lahir lahir melewati vagina
daripada setelah pembukaan cesar. Dan selain itu kejadian HPV-DNA setelah
kelahiran ini tidak dapat berarti infeksi produktif, ini hanya dapat menunjukkan
kontaminasi oleh sel ibu yang telah terinfeksi. Sebagai contohnya, infeksi
transplacenta atau penularan dengan cairan amniotic harus dipertimbangkan.
Rombaldi dkk., pada tahun 2008 menyatakan tipe spesifik HPV yang diidentifikasi,
dari regio genital ibu, plasenta, dan bayi baru lahir (apakah melalui aspirasi orofaring,
kerokan mulut atau tubuh atau darah arteri) untuk menjelaskan paparan terhadap HPV
dan penularan plasentalnya pada bayi baru lahir pada 12,2% kasus. Sebaliknya,
penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda, dimana menjelaskan kemungkinan
penularan vertical HPV, seperti yang telah dijelaskan oleh Smith dkk., bila ibu yang
terdeteksi HPV positif, resiko penularan pada bayi baru lahir meningkat dengan besar
3,6 (odd ratio (OR)); 95% confidence interval (CI): 0,6-22,0). Pada penelitian lain
oleh Smith dkk., diantara 574 ibu-ibu dan bayi baru lahir mereka, hanya lima yang
positif untuk HPV-DNA pada kavitas rongga mulut, hanya mencakup satu ibu positif
pada sampelnya dari kavitas rongga mulut.
Jalur lain yang mungkin untuk penularan virus telah ditunjukkan dalam
literature yaitu air susu ibu, tanpa mengabaikan keuntungan yang telah diketahui dan
bermanfaat dari menyusui untuk kesehatan anak dan ibu telah dijelaskan diseluruh
dunia. Tapi HPV-DNA ditemukan pada 4,5% dari 223 sampel air susu ibu yang
dikumpulkan 3 hari setelah kelahiran, dan HPV-16 DNA ditemukan menggunakan
polymerase chain reaction (PCR) pada sembilan sampel tersebut. Pada sisi lain,
mengabaikan fakta bahwa payudara digunakan sebagai alat untuk kesenangan seksual
meningkatkan paparan terhadap virus epitheliotropik ini pada regio melalui kontak
oroseksual, mulut, tangan dan genital/kelamin, seperti yang telah dilaporkan bahwa
HPV dapat ditemukan pada jaringan puting payudara dan areola pasien dengan
karsinoma payudara (prevalensi paling banyak adalah tipe 11).
Setelah periode perinatal, mekanisme lain yang telah diketahui untuk infeksi
kavitas rongga mulut HPV mecakup inokulasi sendiri cairan kutan atau genital dan
kekerasan seksual. Beberapa penulis tetap menyatakan bahwa penularan HPV dapat
terjadi melalui alat yang digunakan untuk makan, pakaian dan mainan atau dengan
kontak intim orang dengan orang seperti mencium, walupun ini frekuensinya jarang.
Roman dan Fife (1986) dalam menganalisa adanya HPV-DNA
menggunakan teknik hibridisasi blot pada tujuh puluh mainan anak-anak menemukan
bahwa 4% sampel terkontaminasi dengan HPV, dengan dua menunjukkan DNA
HPV-16 dan satu dengan HPV-6, sehingga menunjukkan bahwa perlunya untuk
penelitian retrospektif pada ibu anak-anak mereka.
Rintala dkk., melakukan penelitian kohort prospektif yang meneliti dinamika
penularan HPV antara orang tua dan bayi. Pengerokan genital dan oral berurutan dari
76 keluarga, mencakup ibu, ayah, dan bayi, dan sampel semen dikumpulkan selama 2
tahun follow-up, dianalisa menggunakan nested PCR, dan dikonfirmasi dengan
hibridisasi dengan 12 tipe HPV resiko tinggi/high-risk (HR) . Profil HPV paling
umum adalah HR HPV pada semua anggota keluarga (29%), diikuti dengan HPV-
positif pasangan ibu-bayi (26%). HPV-positif pasangan ayah-bayi adalah lebih jarang
(11%) dan pada enam (8%) keluarga, hanya bayi dengan positif HR HPV. Prevalensi
genital HR HPV pada orang tua berkisar dari 13 sampai 25% dan bahwa oral HPV
berkisar dari 8 hingga 34% . Pada bayi, HPV-DNA ditemukan pada 15% genital dan
10% sampel oral pada kelahiran, mencapai puncak 18 dan 21%, berturut-turut, pada 6
bulan, dan menurun menjadi 105 pada 24 bulan. HPV persisten pada ibu merupakan
faktor resiko untuk oral HPV pada bayi (OR, 5,69; 95% CI, 1,5-21,3), sedangkan oral
HPV pada ibu pada 6 bulan merupakan faktor resiko untuk genital HR HPV (OR,
6,38; 95% CI, 1,15-35,32). Tidak ada resiko bebas yang dapat berperan terhadap
HPV subklinis pada ayah. HPV servikal maternal persisten dan HPV oral subklinis
mempengaruhi resiko HPV bayi.
Karsinogenesis anak-anak dan HPV
Mekanisme karsinogenesis yang berhubungan dengan adanya HPV adalah masih
kurang jelas. Hal ini dipercaya bahwa terdapat integrasi resiko tinggi HPV (HR-HPV)
dengan DNA host selular, menyebabkan disintegrasi protein E6 dan E7, yang
merupakan protein virus yang betanggung jawab untuk inaktivasi gen penekan tumor
pRb. Tipe virus onkogenik paling umum adalah adalah 16 dan 18, yang dapat atau
tidak dapat menyebabkan jinak atau ganas, neoplasia oral dan genital.
Hubungan antara infeksi HPV dan karsinoma servikal invasif telah
dijelaskan dan secara statistic terbukti. Penelitian menunjukkan bahwa tipe onkogenik
HPV-DNA mempunyai prevalensi 99,7% kasus kanker servikal (uterine cervix).
Di sisi lain, data saat ini menunjukkan kemungkinan hubungan HPV dengan
karsinoma spinoselular mulut, dan hal itu menggambarkan 95% tumor ganas yang
mengenai kavitas rongga mulut. Tinjauan berbagai penelitian HPV-DNA pada
karsinoma spinocellular (CEC), dilakukan oleh Praetorius (1977) menyimpulkan
bahwa mungkin terdapat 0-100% variasi pada prevalensi CEC HPV-DNA, walaupun
mayoritas penelitian menunjukkan rata-rata prevalensi antara 25% dan 75%.
Chow dkk., membuktikan adanya HPV-DNA pada dua pasien muda dengan
karsinoma rongga mulut. Walaupun HR-HPV 16 dan 18 sangat berhubungan dengan
karsinoma servikal pada wanita, hubungannya dengan karsinoma rongga mulut masih
tidak pasti. Di sisi lain, peningkatan prevalensi tipe karsinoma tertentu seperti tonsilar
squamous cell carcinoma, menunjukkan peningkatan yang sama pada perbandingan
kasus HPV-positif. Prevalensi HPV tampak meningkat pada banyak komunitas,
sering terjadi dengan HPV resiko tinggi menyebar sebagai epidemic tiba-tiba pada
wanita muda. Walaupun sejumlah kecil ditunjukkan pada penelitian mereka, Chow
dkk., menyimpulkan bahwa HPV dapat berhubungan dengan karsinogenesis rongga
mulut, khususnya pada individu yang terkena radiasi. Keterlibatan infeksi HPV pada
etiologi oral squamous cell carcinoma dan lesi rongga mulut praganas telah diketahui
dan berhubungan dengan faktor resiko lain sepreti tembakau dan alcohol dalam
konteks multifaktorial. Oleh karena itu, untuk menjelaskan hubungan ini dievaluasi
49 pasien dengan lesi rongga mulut praganas dengan hibridisasi blot Southern,
immunohistokimia dan hibridisasi “in situ” untuk mendeteksi HPV tipe 16. Adanya
tipe virus ini pada verrucous leucoplakia (62,5%), erythoplakia (50,0%) dan
homogenous leucoplakia (45,5%) diantaranya yang paling sering ditemukan. Tapi,
pada semua pasien tersebut, mereka yang mengalami kanker selama periode 4-12
tahun, secara keseluruhan adalah positif untuk HPV tipe 16.
HPV rongga mulut pada anak-anak yang terinfeksi HIV
Kutil rongga mulut berhubungan dengan pengurangan jumlah HIV, menunjukkan
hubungan antara kutil dan perubahan kembali/rekonstitusi imun. Penelitian kontrol
kasus dilakukan untuk meneliti tingkat dan faktor resiko untuk kutil rongga mulut
pada kohort pasien seropositif HIV. Dari tahun 1997-1999, 56 pasien dengan kutil
rongga mulut diidentifikasi pada 2914 pasien seropositif HIV yang mendatangi pusat
kesehatan rongga mulut kota (prevalensi, 2,6%). Insiden kasus kutil rongga mulut
adalah lebih mungkin untuk didiagnosa pada tahun 1999 daripada mereka pada tahun
1997-1998 (P = 0,001).
Terdapat beberapa penelitian pada HPV rongga mulut pada anak-anak yang
terinfeksi HIV. Pada anak-anak, Jeftha menemukan prevalensi 3,6% dan Pinheiro
pada tahun 2009 prevalensi 13,9%. Penelitian lain menemukan prevalensi HPV 3,3%
pada seseorang yang berusia antara 16 dan 30 tahun dan 2,5% pada anak-anak
dibawah usia 1 tahun; sampel dikumpulkan dari kavitas rongga mulut dan orofaring
pada total 1235 anak-anak dan remaja dievaluasi, dimana tipe virus ini ditemukan
dengan PCR.
Kesimpulan
Adanya HPV pada mukosa rongga mulut anak-anak harus diteliti mengenai berbagai
bentuk penularan, mencakup kemungkinan kekerasan seksual dan kemungkinan
hubungannya dengan (patogenesa) kanker rongga mulut.
Pada sisi lain, deteksi HPV-DNA saja pada mukosa rongga mulut pasien
yang diteliti adalah tidak cukup untuk membuktikan hubungannya dengan karsinoma,
karena tingkat tingggi virus ini, meliputi tipe 16 dan 18 onkogenik, juga ditemukan
pada mukosa rongga mulut normal, termasuk pada anak-anak dan remaja.
Adanya HPV pada rongga mulut anak-anak dan remaja masih rendah. Peran
vaksinasi untuk menyusui atau anak-anak yang sangat muda masih tidak jelas; tapi
paling efektif, vaksin perlu diberikan sebelum terpapar virus dan oleh karena itu,
idealnya, sebelum orang muda menjadi aktif secara seksual. Vaksinasi pasien muda
sebelum mulai aktivitas seksualnya dapat dilakukan bila vaksinasi lain diberikan pada
anak-anak, berpotensi meningkatkan jumlah orang yang divaksinasi. Program
vaksinasi HPV harus lebih dijelaskan dan orang harus lebih terorientasi mengenai
pengenalan program macam ini yang tampak diterima karena lebih mampu diterima
dan perlu untuk vaksinasi HPV. Tindakan vaksinasi HPV ini berfokus pada
penurunan tingkat prevalensi infeksi HPV pada generasi selanjutnya dan pada
pendidikan perilaku seksual populasi, untuk melakukan ide bahwa pasti vaksinasi
HPV tidak “mendorong” persetubuhan pada anak muda.