restorasi resin komposit kavitas kelas i (teknik klinis yg baik)

71
RESTORASI RESIN KOMPOSIT KAVITAS KELAS I 1. DEFINISI KAVITAS KELAS I RESTORASI KOMPOSIT Kavitas kelas I merupakan kavitas yang dimulai dengan kerusakan pada pit dan fissura yang terdapat pada permukaan oklusal gigi molar dan premolar, permukaan bukal dan lingual/palatal semua gigi di daerah 2/3 ke arah oklusal atau incisal, dan foramen caecum gigi anterior atas. Pit dan fissura merupakan hasil perpaduan yang tidak lengkap dari enamel dan sangat rentan terhadap karies. Dengan menggunakan cairan resin viskositas rendah, daerah ini dapat ditutup dengan cara melakukan etsa asam pada dinding-dinding pit dan fissura serta beberapa milimeter permukaan enamel yang berbatasan dengan daerah tersenut. Penelitian klinis menunjukkan bahwa pit and fissura sealants merupakan metode yang aman sekaligus efektif dalam mencegah karies. Sealant yang paling efektif digunakan pada anak-anak, yaitu diaplikasikan pada pit dan fissura gigi posterior permanen segera setelah mahkota klinis erupsi. Orang dewasa juga dapat memperoleh manfaat dari penggunaan sealants jika individu rentan terhadap karies karena perubahan dalam diet mereka atau karena kondisi medis. Indikasi penggunaan sealant adalah untuk lesi karies pada permukaan email pit dan fissura yang belum meluas ke dentinoenamel junction (DEJ). 1

Upload: cindy-chronic

Post on 09-Aug-2015

250 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

tentang cara restorasi kavitas kela I

TRANSCRIPT

Page 1: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

RESTORASI RESIN KOMPOSIT KAVITAS KELAS I

1. DEFINISI KAVITAS KELAS I RESTORASI KOMPOSIT

Kavitas kelas I merupakan kavitas yang dimulai dengan kerusakan pada pit dan

fissura yang terdapat pada permukaan oklusal gigi molar dan premolar, permukaan bukal dan

lingual/palatal semua gigi di daerah 2/3 ke arah oklusal atau incisal, dan foramen caecum gigi

anterior atas. Pit dan fissura merupakan hasil perpaduan yang tidak lengkap dari enamel dan

sangat rentan terhadap karies. Dengan menggunakan cairan resin viskositas rendah, daerah ini

dapat ditutup dengan cara melakukan etsa asam pada dinding-dinding pit dan fissura serta

beberapa milimeter permukaan enamel yang berbatasan dengan daerah tersenut.

Penelitian klinis menunjukkan bahwa pit and fissura sealants merupakan metode

yang aman sekaligus efektif dalam mencegah karies. Sealant yang paling efektif digunakan

pada anak-anak, yaitu diaplikasikan pada pit dan fissura gigi posterior permanen segera

setelah mahkota klinis erupsi. Orang dewasa juga dapat memperoleh manfaat dari

penggunaan sealants jika individu rentan terhadap karies karena perubahan dalam diet mereka

atau karena kondisi medis. Indikasi penggunaan sealant adalah untuk lesi karies pada

permukaan email pit dan fissura yang belum meluas ke dentinoenamel junction (DEJ).

Gambar 1. Kavitas kelas 1. Gambar 2. Kavitas direstorasi Gambar 3. Tumpatan setelah 6 dengan Ceram-X bulan

1

Page 2: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

1. RESTORASI RESIN KOMPOSIT

2. INDIKASI RESTORASI KOMPOSIT

Resin komposit dapat digunakan pada sebagian besar aplikasi klinis. Secara umum,

resin komposit digunakan untuk:

1. Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI

2. Fondasi atau core buildups

3. Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif)

4. Prosedur estetis tambahan

1. Partial veneers

2. Full veneers

3. modifikasi kontur gigi

4. penutupan/perapatan diastema

5. Semen (untuk restorasi tidak langsung)

6. Restorasi sementara

7. Periodontal splinting

The American Dental Association (ADA) mengindikasikan kelayakan resin komposit

untuk digunakan sebagai pit and fissura sealant, resin preventif, lesi awal kelas I dan II yang

menggunakan modifikasi preparasi gigi konservatif, restorasi kelas I dan II yang berukuran

sedang, restorasi kelas V, restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika, dan

restorasi pada pasien yang alergi atau sensitif terhadap logam.

ADA tidak mendukung penggunaan komposit pada gigi dengan tekanan oklusal yang

besar, tempat atau area yang tidak dapat diisolasi, atau pasien yang alergi atau sensitif

terhadap material komposit. Jika komposit digunakan seperti yang telah disebutkan

sebelumnya, ADA menyatakan bahwa "ketika digunakan dengan benar pada gigi-geligi

desidui dan permanen, resin berbahan dasar komposit dapat bertahan seumur hidup sama

seperti restorasi amalgam kelas I, II, dan V.”

2

Page 3: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

8. KONTRAINDIKASI RESTORASI KOMPOSIT

Kontraindikasi utama dari penggunaan resin komposit sebagai material restorasi

adalah berhubungan dengan faktor-faktor yang muncul seperti isolasi, oklusi dan operator.

Jika gigi tidak dapat diisolasi dari kontaminasi cairan mulut maka resin komposit atau bahan

bonding lainnya tidak dapat digunakan. Hal ini terjadi karena resin komposit bersifat sangat

sensitif dan memerlukan ketelitian. Bila terkontaminasi cairan mulut, kemungkinan restorasi

akan lepas (Summitt dkk., 2006).

Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi maka resin komposit

sebaiknya tidak digunakan. Hal ini karena resin komposit kekuatan menahan tekanan oklusi

lebih rendah dibandingkan amalgam. Diperlukan memperkuat sisa struktur gigi yang tidak

dipreparasi dengan prosedur restorasi komposit. Adanya perluasan restorasi hingga mencapai

permukaan akar, menyebabkan adanya celah pada pertemuan komposit dengan akar.

Penggunaan liner pada area permukaaan akar dapat mengurangi kebocoran, celah dan

sekunder karies. Tumpatan menggunakan komposit pada gigi posterior akan cepat rusak pada

pasien dengan tenaga pengunyahan yang besar atau bruxism, karena bahan komposit mudah

aus. Pasien dengan insidensi karies tinggi serta kebersihan mulut tidak terjaga juga dianjurkan

untuk tidak menggunakan tumpatan resin komposit (Baum, et al., 1995).

9. FAKTOR ISOLASI

Agar restorasi komposit dapat berhasil (untuk memulihkan fungsi, tidak mengganggu

jaringan, dan retensi pada gigi), komposit harus berikatan dengan struktur gigi, yaitu email

dan dentin. Struktur gigi yang dibonding memerlukan lingkungan yang terisolasi dari

kontaminasi cairan mulut atau kontaminan lainnya. Kontaminasi tersebut akan menghalangi

pembentukan ikatan. Jika daerah operasi dapat diisolasi dengan baik, maka prosedur bonding

yang dilakukan akan berhasil. Hal ini berlaku untuk penggunaan restorasi komposit, bonded

amalgam, atau ionomer kaca, serta bonding restorasi tidak langsung dengan penggunaan agen

penyemenan yang tepat. Jika daerah operasi tidak dapat sepenuhnya dilindungi dari

kontaminasi, maka yang digunakan adalah sebuah restorasi nonbonded amalgam, karena

kehadiran cairan mulut tidak menyebabkan masalah klinis yang signifikan dengan amalgam.

3

Page 4: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

10. FAKTOR OKLUSAL

Material resin komposit kurang resisten dibandingkan dengan amalgam, namun

penelitian menyatakan bahwa daya resistensi resin komposit tidak jauh berbeda dengan

amalgam. Pada pasien dengan kekuatan oklusal yang besar, bruxism atau restorasi pada

seluruh permukaan oklusal penggunaan amalgam lebih baik dibandingkan dengan resin

komposit. Namun pada gigi dengan dengan tekanan oklusal yang normal dan kontak oklusal

normal pada struktur gigi penggunaan resin komposit baik sebagai bahan restorasinya.

11. KEMAMPUAN OPERATOR

Preparasi gigi untuk restorasi dengan resin komposit relatif mudah dan tidak

kompleks apabila dibandingkan dengan amalgam, namun dalam hal isolasi gigi, penempatan

etsa, primer dan bahan adhesif pada struktur gigi, insersi, finishing dan polishing dari resin

komposit lebih sulit dari restorasi amalgam. Dan menurut Jordan (1988), restorasi dengan

komposit lebih sulit digunakan pada gigi posterior, prosedur finishing yang lama, serta

proteksi pulpa menjadi lebih faktor kritis dibandingkan dengan amalgam karena komposit

merupakan material yang bersifat toksik. Dan waktu yang dibutuhkan untuk penambalan lebih

lama dan operator harus lebih berhati-hati (Baum, et al., 1995). Untuk itu operator harus

memberikan perhatian yang besar dan detail pada penyelesaian restorasi komposit secara

sempurna. Kemampuan dan pengetahuan dari penggunaan material dan keterbatasannya

sangat dibutuhkan oleh operator dalam menggunakan resin komposit sebagi bahan restorasi.

12. CLINICAL TECHNIQUE

1. Initial Clinical Procedure

Hal-hal yang diperlukan dalam tahap prosedur klinik adalah pemeriksaan lengkap,

diagnosis, dan rencana perawatan sebelum akan pasien dijadwalkan untuk menjalani suatu

operasi (dalam hal ini tidak termasuk kondisi gawat darurat).Sebelum melakukan prosedur

restorasi, hendaknya mempelajari kembali secara singkat mengenai rekam medis pasien,

rencana perawatan, dan ronsen foto yang ada.

4

Page 5: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

2. Preparation of the Operating Site

Jika prosedur komposit hanya membutuhkan sedikit preparasi atau bahkan tidak

melakukan preparasi pada gigi sama sekali, maka diperlukan pembersihan area operasi

dengan menggunakan slurry pumice untuk menghilangkan plak, pelikel, dan pewarnaan

superfisial. Menghilangkan kalkulus dengan beberapa instrumen juga diperlukan. Tahapan-

tahapan tersebut akan menciptakan area yang baik untuk dilakukan bonding. Prophy paste

terdiri dari flavoring agents, gliserin, atau fluoride yang berperan melawan kontaminan dan

sebaiknya diberikan untuk mencegah kemungkinan timbulnya masalah saat prosedur etsa

asam.

3. Shade selection

Perhatian khusus harus kita berikan saat kita mencocokkan warna gigi dengan

komposit material. Umunya gigi berwarna putih dengan berbagai derajat variasi dari abu-

abu,kuning, atau orange. Juga berbeda-beda sesuai translusensi, ketebalan, serta distribusi

dari enamel dan dentin dan juga usia pasien. Faktor lain juga mempengaruhi seperti

fluorosis, efek tetrasiklin,dan perawatan endodontik.

Kebanyakan pabrik menyediakan shade guide untuk material yang spesifik, yang

pada umunya tidak dapat diganti dengan material dari pabrik lain. Beda pabrik akan beda

shade guidenya. Pencahayaan yang baik sangat dibutuhkan ketika melakukan pemilihan

warna. Pencahayaan alami lebih diutamakan disini. Ketika memilih warna yang tepat,

shade guide diletakkan dekat dengan gigi untuk menentukan warnanya secara umum.

Kemudian seseorang yang lain mencocokkan dengan label shade guide yang spesifik

disamping area yang direstorasi. Sebagian label shade sebaiknya diletakkan berdekatan

dengan bibir pasien untuk mendapatkan efek yang natural. Area servikal biasanya lebih

gelap daripada area incisal. Pemilihan warna sebaiknya dilakukan secepat mungkin.

Beberapa dokter kadang meminta bantuan asistennya untuk membantu menentukan warna

5

Page 6: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

yang tepat. Pemilihan warna final bisa dicek oleh pasien dengan menggunakan hand

mirror.

4. Isolasi dengan Cotton Roll

Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva, lidah

yang mengganggu penglihatan, dan gingiva yang berdarah adalah sedikit dari masalah-

masalah yang harus diatasi sebelum prosedur kerja yang teliti dan tepat dapat dilakukan.

Beberapa metode dapat dilakukan untuk mengisolasi daerah kerja, seperti penggunaan

rubber dam dan cotton roll (Baum dkk, 1995).

Absorben seperti cotton roll dapat digunakan untuk mengisolasi gigi sebelum

dilakukan perawatan. Penggunaan cotton roll merupakan alternatif, dan dilakukan apabila

penggunaan rubber dam dianggap tidak praktis, atau tidak dapat digunakan. Cotton roll

memungkinkan terjadinya kontrol kelembapan sehingga mendukung sifat bahan anastesi.

Penggunaan cotton roll bersama saliva ejector efektif dalam meminimalkan aliran saliva

(Roberson dkk, 2002). Isolasi daerah kerja dengan menggunakan cotton roll efektif dalam

menghasilkan isolasi jangka pendek, seperti dalam prosedur polishing, penempatan sealant,

dan aplilan topikal fluoride (Chandra & Chandra, 2008).

Cotton roll kering dijepit dengan cotton roll holder atau pinset, yang dipegang oleh

asisten dokter gigi. Apabila cotton roll telah dibasahi seluruhnya oleh saliva, asisten dokter

gigi bertanggung jawab untuk mengganti dengan cotton roll yang kering. Kadang-kadang,

saliva pada cotton roll yang telah basah dapat dihisap dengan suction, sehingga

penggantian cotton roll tidak perlu dilakukan. Beberapa produk untuk memegang cotton

roll dalam berbagai posisi telah tersedia di pasaran. Tetapi, cotton roll holder harus sering

dikeluarkan dari mulut untuk mengganti cotton roll yang telah basah, sehingga penggunaan

cotton roll holder ini dianggap tidak praktis dan membuang waktu, oleh karena itu cotton

roll holder jarang digunakan. Walaupun demikian, cotton roll holder mempunyai

keuntungan, yaitu dapat digunakan untuk meretraksi pipi dan lidah dari gigi, sehingga

menyediakan akses dan pandangan yang baik ke daerah operasi (Roberson, 2002).

6

Page 7: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Menempatkan cotton roll ukuran sedang pada vestibulum fasial dilakukan untuk

mengisolasi gigi rahang atas (Roberson, 2002). Menurut Anonim (1996), terdapat dua hal

penting yang perlu diperhatikan untuk memudahkan isolasi gigi rahang atas adalah:

1. Atur posisi pasien pada supine position dengan kepala dimiringkan ke belakang dan

dagu menghadap ke atas. Posisi ini meningkatkan kontrol kelembapan secara signifikan,

sekaligus memudahkan pandanghan ke daerah operasi.

2. Dengan menggunakan kaca mulut selama prosedur perawatan. Tempatkan kaca mulut

pada sisi distal dari gigi yang diisolasi, sehingga didapatkan finger rest yang tepat.

Selain memungkinkan adanya indirect vision, penempatan kaca mulut juga berperan

dalam menjaga agar lidah tetap jauh dari gigi. Kaca mulut juga menahan pasien,

sehingga pasien tidak dapat menutup mulut selama prosedur perawatan.

Untuk mengisolasi gigi pada rahang bawah, cotton roll ukuran sedang diletakkan

pada vestibulum fasial, dan cotton roll ukuran besar diletakkan diantara gigi dan lidah.

Penempatan cotton roll pada vestibulum dapat dilakukan dengan mudah, sedangkan

penempatan cotton roll pada lingual gigi mandibula lebih sulit untuk dilakukan.

Penempatan cotton roll pada lingual gigi mandibula dapat dilakukan dengan memegang

ujung mesial dari cotton roll dan menempatkan cotton roll pada daerah yang diinginkan.

Jari telunjuk atau jari pada sisi tangan yang lain digunakan untuk menekan cotton roll ke

arah gingiva sambil memutar cotton roll dengan penjepit ke arah lingual gigi.

Gigi lalu dikeringkan dengan menggunakan air syringe. Setelah cotton roll

ditempatkan, saliva ejector dimasukkan ke dalam mulut dan diatur posisinya. Perlu

diperhatikan bahwa sebelum mengeluarkan cotton roll dari mulut, sebaiknya cotton roll

dibasahi dengan air terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya perpindahan epitel pipi,

dasar mulut, dan bibir (Roberson, 2002).

3. TIPE-TIPE PREPARASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT

1. BEVELED CONVENTIONAL TOOTH PREPARATION

Preparasi gigi dengan menggunakan bevel mirip dengan preparasi gigi bentuk

konvensional dengan bentuk outline seperti box, tetapi pada margin enamel dibentuk

7

Page 8: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

bevel pada margin enamel. Preparasi ini dapat dibentuk dan disempurnakan dengan

menggunakan diamond atau stone bur.

Preparasi beveled conventional ini didesain untuk suatu gigi dimana gigi tersebut

sudah direstorasi (biasanya restorasi amalgam), tetapi restorasi tersebut akan diganti

dengan menggunakan resin komposit. Preparasi dengan desain ini lebih cocok digunakan

pada kavitas klas III, IV, dan V.

Keuntungan dari bevel pada margin enamel untuk restorasi resin komposit adalah

perlekatan resin pada enamel rods menjadi lebih baik. Selain itu, keuntungan lain adalah

ikatan antara resin dengan email menjadi lebih kuat yang berarti meningkatkan retensi,

mengurangi marginal leakage, dan mengurangi diskolorisasi pada bagian marginal. Bevel

pada bagian cavosurface dapat membuat restorasi tampak lebih menyatu dengan struktur

gigi sehingga tampak lebih estetik.

Walaupun memiliki beberapa keuntungan, ternyata bevel ini biasanya tidak

ditempatkan pada permukaan oklusal gig posterior atau permukaan lain yang berkontak

tinggi karena pada preparasi konvensional sudah didesain sedemikian rupa dimana

perlekatannya memanfaatkan enamel rods pada permukaan oklusal. Bevel juga tidak

ditempatkan pada bagian proksimal jika penggunaan bevel ini akan memperluas

cavosurface margin. Preparasi bevel conventional jarang digunakan untuk restorasi resin

komposit pada gigi posterior.

2. CONVENSIONAL TOOTH PREPARATION

Preparasi gigi konvensional dengan menggunakan resin komposit pada dasarnya

sama seperti preparasi menggunakan tumpatan amalgam. Bentuk outline diperlukan untuk

perluasan dinding eksternal memerlukan batasan yang benar, bentuk yang sama,

kedalaman dentin, membentuk dinding menjadi sebuah sudut 90 derajat dengan restorasi

materialnya. Pada preparasi gigi konvensional dengan amalgam, bentuk konfigurasi

marginal, retensi groove, dan perlekatan dentin mempunyai ciri-ciri berbeda. Desain

preparasi ini digunakan secara ekstensif pada restorasi amalgam dan komposit masa

lampau, dan desain ini bisa digabungkan ketika penggantian restorasi menjadi salah satu

8

Page 9: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

indikasinya. Kegunaan preparasi konvensional sebelumnya tidak hanya dibatasi pada

preparasi permukaan akar saja, namun bisa juga menjadi desain untuk kelas 3, 4 dan 5.

Indikasi utama untuk preparasi konvensional menggunakan restorasi komposit

adalah (1) preparasi terletak pada permukaan akar, (2) restorasi kelas 1 dan 2 sedang

sampai besar. Pada area akar desain preparasi kelas 1 ini akan memberikan bentuk

preparasi yang baik karena ada retensi groovenya. Desain ini memberikan perlindungan

yang baik antara komposit dan permukaan dentin atau sementum dan memberikan retensi

pada material komposit di dalam gigi.

Pada restorasi komposit kelas 1 dan 2 yang sedang sampai besar, dibutuhkan

bentuk resistensi yang cukup, seperti pada desain preparasi konvensional menggunakan

amalgam. Bur inverted cone ataupun bur karbid dibutuhkan untuk preparasi gigi,

menghasilkan desain preparasi yang sama seperti pada preparasi amalgam, tetapi luasnya

lebih kecil, perluasannya lebih sedikit, dan tanpa preparasi retensi sekunder. Bur inverted

cone akan membuat hasil preparasi yang kasar bila menggunakan diamond dan

menggunakan bentuk desain konservatif dari ekstensi oklusal fasiolingual.

Bentuk marginal butt joint antara gigi dan komposit tidak dibutuhkan (dengan

amalgam wajib dilakukan). Sudut cavosurface pada area tepi dari preparasi bisa lebih dari

90 derajat. Sudut oklusal cavosurface tumpul, sehingga masih belum dapat membentuk

dinding yang konvergen. Penggunaan bur diamond menghasilkan permukaan yang kasar,

peningkatan area kontak, dan peningkatan retensi potensial, namun dapat menghasil

menghasilkan smear layer yang lumayan tebal. Efek ini menyebabkan perlunya

peningkatan agitasi dari primer ketika dilakukan bonding pada area yang kasar. Sistem

self-etching bonding bisa menyebabkan terjadinya efek negative pada smear layer, karena

asam yang dikandung semakin sedikit. Penggunaan istrumen putar tergantung keinginan

operator, yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilannya.

Karena persamaan preparasi konvensional kelas 1 dan 2 pada amalgam dan

restorasi komposit, banyak operator lebihmenggunakan restorasi komposit ketika

melakukan preparasi kelas 1 dan 2 pada kavitas posterior yang besar, atau untuk

membentuk kavitas yang lebih kecil. Karena pentingnya bentuk struktur gigi maka

restorasi komposit kelas 1 dan 2 konvensional harus dilakukan dengan sesedikit mungkin

9

Page 10: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

perluasan fasiolingual dan harus diperluas sampai area pit dan fisur pada permukaan

oklusal ketika sealant diperlukan.

3. MODIFIED TOOTH PREPARATION

Teknik preparasi ini tidak mempunyai spesifikasi bentuk dinding maupun

kedalaman pulpa atau aksial, yang utama adalah mempunyai enamel margin. Perbedaan

yang mencolok antara teknik preparasi konvensional dan modified adalah bahwa

preparasi modified ini tidak dipreparasi hingga kedalaman dentin. Perluasan margin dan

kedalaman pada teknik ini diperoleh dengan melebarkan (ke arah lateral) dan kedalaman

dari lesi karies atau kerusakan yang lain.

Tujuan disain preparasi ini adalah untuk membuang kerusakan sekonservatif

mungkin dan untuk mengandalkan ikatan komposit pada struktur gigi untuk

mempertahankan restorasi di dalam mulut. Round burs atau diamond stone dapat

digunakan untuk jenis preparasi ini, yang akan menghasilkan disain marginal yang serupa

dengan beveled preparation, struktur gigi yang dibuang sedikit.

4. BOX-ONLY

1. Indikasi:

Teknik ini hanya dipergunakan pada permukaan proksimal saja.

2. Instrument:

Inverted cone bur atau round diamond stone/bur.

3. Cara kerja:

1. Box proksimal dipreparasi dengan menggunakan inverted cone bur atau round diamond

stone/bur dengan posisi sejajar sepanjang axis mahkota gigi.

2. Preparasi diteruskan ke arah gingival hingga mencapai marginal ridge.

3. Kedalaman inisial proximal aksial dipreparasi sedalam 0,2 pada dentinoenamel junction.

4. FACIAL ATAU LINGUAL SLOT

5. Indikasi:

10

Page 11: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Modifikasi desain yang ketiga dalam merestorasi kavitas bagian proksimal pada gigi

posterior adalah dengan menggunakan preparasi fasial atau lingual slot. Pada kasus ini,

lesi terdapat pada permukaan proximal, namun operator yakin bahwa akses menuju

lesi tersebut dapat dicapai baik dari arah facial maupun lingual daripada arah oklusal.

6. Instrument:

Round diamond stone/bur.

7. Cara kerja:

1. Round diamond stone/bur diarahkan dengan tepat pada ketinggian occlusogingival.

2. Jalan masuk instrument berasal dari gigi yang berdekatan, pertahankan permukaan

lingual atau facial dari gigi terdekat tersebut.

3. Kedalaman inisial aksial 0,2 mm pada dentinoenamel junction.

Sudut pada oklusal, fasial, dan gingival cavosurface margin sebesar 90o atau

lebih. Preparasi dengan teknik ini hampir serupa dengan preparasi kelas III pada gigi

anterior.

4. PULPAL PROTECTION

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, proteksi pulpa untuk restorasi komposit

diindikasikan untuk prosedur pulp capping secara langsung. Walaupun beberapa penulis

menyarankan penggunaan resin-bonding agen, buku ini merekomendasikan penggunaan liner

dari kalsium hidroksida untuk pembukaan pulpa vital. Karena material komposit merupakan

bahan yang retentif dan kuat, maka penggunaan base pada preparasi yang dalam biasanya

tidak diperlukan.

5. Preliminary Steps for Enamel and Dentin Bonding

Teknik etsa asam dilakukan untuk mengoptimalkan hasil, termasuk isolasi dari cairan

seperti saliva dan cairan sulkus dengan menggunakan rubber dam atau gulungan kapas dan

alat retraksi. Etsa pada email mempengaruhi inti email dan bagian email yang

mengelilinginya. Etsa pada dentin mempengaruhi dentin intertubuler dan peritubuler,

menghasilkan pembukaan pada tubuler, menghilangkan permukaan hidroksiapatit dan

meninggalkan fibril kolagen yang betautan.

11

Page 12: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Cairan dan gel etsa sudah tersedia, konsentrasi asam fosforik sekitar 32% hingga

37%. Etsa likuid bisa digunakan untuk penetsaan permukaan yang luas, seperti pada sealant

dan full veneer. Thixotropic gels digunakan oleh banyak praktisi untuk dinding preparasi

termasuk bevel dan margin. Etsa dalam bentuk gel dapat digunakan dengan brush atau paper-

point endodontik dengan hati-hati, namun biasanya syringe digunakan untuk menginjeksikan

gel tersebut ke gigi yang sedang di preparasi. Permukaan yang dietsa tidak boleh

terkontaminasi oleh cairan yang ada di rongga mulut. Jika terkena, maka prosedur tersebut

harus diulang. Untuk preparasi yang melibatkan area proksimal dari gigi anterior, matriks

polyester diletakkan diantara gigi sebelum asam di aplikasikan untuk menghindari etsa pada

gigi yang berdekatan.

6. INSERSI RESIN KOMPOSIT

Restorasi komposit biasanya diaplikasikan dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu

aplikasi adesif bonding. Tahap kedua yaitu insersi material restorative. Saat ini terdapat dua

tipe komposit, yaitu self-cured dan light cured. Komposit tipe self cured tidak lagi digunakan

secara luas karena tipe light cured lebih memberikan beberapa keuntungan seperti

berkurangnya diskolorisasi, berkurangnya porositas, penempatan yang lebih mudah, dan

finishingnya pun lebih mudah.

Karena sumber sinar harus di aplikasikan pada komposit light cured agar

menyebabkan polimerisasi, maka material komposit harus diinsersikan pada preparasi gigi

dengan ketebalan 1-2 mm. hal ini akan menyebabkan sinar dapat mempolimerisasi komposit

dengan sebaik-baiknya dan akan mengurangi efek dari pengkerutan polimerisasi, terutama

pada sepanjang dinding gingival.

Baik instrumen tangan maupun alat syringe dapat digunakan untuk menginsersi

komposit light cured maupun self cured. Penggunaan instrument tangan lebih popular

digunakan karena lebih mudah dan cepat. Kekurangan dari penggunaan instrument tangan

yaitu udara dapat terperangkap pada preparasi gigi atau tidak dapat tercampur pada material

saat prosedur insersi. Teknik syringe digunakan karena dapat memberikan kenyamanan dalam

memindahkan material komposit ke preparasi gigidan mengurangi kemungkinan

terperangkapnya udara. Pada preparasi yang kecil, teknik syringe akan mendapatkan kesulitan

12

Page 13: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

karena ujung syringe yang terlalu besar sehingga sebaiknya tip syringe yang kosong

sebelumnya sudah dicobakan pada preparasi gigi. Komposit yang dapat diinjeksikan

tergantung pula pada viskositasnya. Beberapa komposit microfill tidak dapat diinjeksikan,

sehingga bahan-bahan material sebaiknya dievaluasi sebelum penggunaan klinis.

7. FINISHING DAN POLISHING COMPOSITE

Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan

polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat

dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3

menit setelah pengerasan awal. Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :

1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12 atau12b atau

specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized aluminium, atau

nikel titanium.

2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai tipe dari flexibe

disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan

pasta polishing.

3. Diamond dan carbide burs

Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin komposit dan dapat

digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan restorasi.

4. Discs

Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang abrasive dari disk dapat

mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk terdiri dari beberapa jenis dari

yang kasar sampai yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat melakukan

finishing dan polishing.

5. Impregnated rubber points dan cups

Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar digunakan untuk

mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang halus efektif untuk membuat

13

Page 14: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini

adalah dapat membuat permukaan yang terdapat ekses membentuk groove, membentuk

bentuk permukaan yang diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf pada lingual

gigi anterior

6. Finishing stips

Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin gingival untuk

membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan plastik. Untuk metal

biasa digunakan untuk mengurangi ekses yang besar namun dalam menggunakan alat ini

kita harus berhati-hati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin.

Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing. Juga tersedia

dalam beberapa jenis dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara berurutan.

Prosedur finishing dan polishing resin komposit:

1. sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses di area

proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari resin

komposit.

2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin komposit pada aspek

distal

3. alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk polishing

permukaan proksimal dari restorasi resin komposit.

4. finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal

5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk menghaluskan

permukaan oklusal restorasi

6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau polishing permukaan

proksimal untuk membuat kontak proksimal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk restorasi sesuai

dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal.

14

Page 15: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

2. kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti tactil, kontak dengan

gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi antagonisnya.

Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi seperti warna

permukaan, akumulasi plak, dan karakteristik resin komposit.

3. RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I DIREK

4. INDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I

1. Restorasi yang berukuran kecil dan sedang, terutama dengan margin email

2. Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama, terutama ketika

mempertimbangkan segi estetik

3. Restorasi yang tidak menyediakan seluruh kontak oklusal

4. Restorasi yang tidak memiliki kontak oklusal yang berat

5. Restorasi yang dapat diisolasi selama prosedur dilakukan

6. Beberapa restorasi yang dapat berfungsi sebagai landasan untuk mahkota

7. Sebagian besar restorasi yang digunakan untuk memperkuat sisa struktur gigi yang

melemah

8. Jarak faciolingual preparasi kavitas tidak melebihi 1/3 jarak intercuspal. (Summit dkk,

2001)

9. KONTRAINDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I

1. Ketika letak daerah yang akan ditumpat tidak dapat diisolasi

2. Ketika terjadi tekanan oklusal yang berat

3. Ketika seluruh kontak oklusal hanya terjadi pada komposit

4. Pada restorasi yang meluas ke permukaan akar. Kebanyakan, perluasan ke permukaan

akar dengan restorasi komposit akan terbentuk V-shaped gap (celah kontraksi) di antara

akar dan komposit. Celah ini muncul akibat dari penyusutan polimerisasi komposit lebih

besar daripada initial bond strength komposit terhadap dentin pada akar. V-shaped gap

terdiri atas komposit pada sisi restorasi dan denti yang terhibridisasi pada sisi akar. Efek

jangka panjang dari timbulnya celah tersebut masih belum diketahui

15

Page 16: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

5. Pasien yang memiliki kebiasaan grinding atau clenching

Gambar 4. Celah pada permukaan akar

6. KEUNTUNGAN RESTORASI KOMPOSIT KELAS I DIREK

Dibawah ini merupakan beberapa keuntungan restorasi menggunakan bahan

tumpatan resin komposit, yaitu:

1. estetik

2. pengurangan struktur gigi secara konservatif (pengurangan struktur gigi minimal)

3. mudah, preparasi gigi tidak terlalu kompleks/rumit

4. ekonomis (bila dibandingkan dengan mahkota dan restorasi gigi secara tidak langsung)

5. insulasi

6. keuntungan bonding

1. microleakage berkurang

2. mengurangi terjadinya karies sekunder

3. mengurangi sensitifitas post operative

4. meningkatkan retensi

5. meningkatkan kekuatan struktur gigi yang tersisa

6. mudah dipolish

7. tidak mengalami diskolorasi

16

Page 17: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

8. melekat pada permukaan gigi secara mekanis, yaitu melalui mikropit yang ada pada

permukaan email

9. KERUGIAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT

Beberapa kerugian restorasi dengan resin komposit adalah:

1. Kemungkinan besar penggunaannya terlokalisir

2. Adanya efek pengerutan polimerisasi (shrinkage polymerisation)

3. Tidak diketahuinya biokompatibilitas dari beberapa komponen

4. Membutuhkan waktu lebih untuk restorasi

5. Elastisitas rendah

6. Dapat terjadi fraktur pada marginal ridge

7. Adanya beberapa teknik yang sensitive, seperti:

1. etching, priming, penempatan bahan adhesif

2. penumpatan komposit

3. curing komposit

4. membentuk kontak proksimal

5. finishing dan polishing

6. Lebih mahal daripada restorasi amalgam

7. Dapat terjadi kebocoran tepi pada resin komposit

Kegagalan restorasi resin komposit dapat disebabkan oleh faktor berikut, perbedaan masing-

masing koefisien termal ekspansi diantara resin komposit, dentin dan enamel, penggunaan oklusi

dan pengunyahan yang normal, dan kesulitan karena adanya kelembaban, mikroflora yang ada,

lingkungan mulut bersifat asam, maka akibat kegagalan ini dapat terjadi kebocoran tepi pada

resin komposit.

8. Sifat iritasinya terhadap jaringan pulpa serta adaptasi yang tidak baik terhadap dinding

kavitas.

Sifat iritasi resin komposit erat hubungannya dengan sifat kimia bahan tersebut.

17

Page 18: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Sayegh menyatakan bahwa resin komposit merupakan bahan tumpat yang bersifat toksik

terhadap jaringan pulpa. Ini berarti resin komposit dapat mengiritasi serta mengakibatkan radang

pulpa. Namun lebih lanjut Brannstrom mengemukakan bahwa iritasi pulpa ini terutama di

sebabkan oleh kebocoran yang terjadi melalui tepi tumpatan serta diikuti oleh invasi

mikroorganisme dan cairan mulut melalui tubuli dentin. Kebocoran tersebut terutama disebabkan

oleh pengerutan yang terjadi selama polimerisasi resin komposit. Keadaan demikian dapat

mengakibatkan kegagalan adaptasi bahan tersebut terhadap dinding kavitas.

9. CLINICAL TECHNIQUE FOR DIRECT CLASS I COMPOSITE RESTORATIONS

1. Initial Clinical Procedures

Akhir-akhir ini semen komposit dianggap tidak lagi cocok untuk digunakan

merestorasi kavitas oklusal, tetapi untuk kavitas yang kecil yang berada ada permukaan

oklusal yang cukup sehat, tetap dapat dilakukan restorasi dengan komposit etsa asam

asalkan fisura yang masih ada juga direstorasi pada saat yang bersamaan. Dengan makin

membaiknya sifat fisik dari resin komposit, bahan ini dapat dipertimbangkan

kegunaannya untuk kavitas yang besar. Dewasa ini resin komposit hanya cocok

digunakan untuk restorasi kavitas lingual pada gigi yang sudah dirawat saluran akar.

Sama seperti prosedur preparasi umumnya, preparasi kelas I restorasi komposit

didahului dengan dan seleksi area yang akan dipreparasi. Diperlukan juga penilaian

terhadap hubungan oklusi dengan gigi antagonisnya untuk meminimilkan terjadinya

trauma oklusi. Isolasi pada daerah operasi pada umumnya tidak menjadi masalah, tetapi

sangat menentukan keberhasilan dari preparasi.

2. Tooth Preparation

Terdapat tiga tipe dalam preparasi komposit, yaitu konvensional, beveled

conventional, dan modifikasi. Konvensional preparasi dapat digunakan untuk

meningkatkan resistace form yang dapat meminimalkan terjadinya fraktur pada gigi dan 18

Page 19: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

bahan komposit pada saat selesai preparasi. Preparasi konvensional ini juga digunakan

pada gigi dengan area preparasi yang luas serta memiliki tekanan oklusal yang besar.

Desain bevel konvensional, preparasi konvensional, atau kombinasi keduanya, dasar

kavitas yang rata untuk menerima tekanan oklusal, kekuatan gigi, serta konfigurasi dari

permukaan restorasi merupakan unsure-unsur yang dapat membantu dalam menahan

kemungkinan frakturnya gigi dan restorasi.

Restorasi kavitas kecil hingga sedang preparasinya dapat menggunakan preparasi

modifikasi, yang biasanya tidak memiliki karakteristik resistance form pada preparasi

konvemsional. Preparasi jenis modifikasi ini memiliki pelebaran pada bagian cavosurvace

tanpa adanya bagian yang datar pada pulpa atau axial wall. Preparasi ini biasanya lebuh

membulat dan lebih kecil, sehingga lebih bersifat konservatif pada gigi. Pada preparasi

jenis ini dapat digunakan cutting instrument.

Berbagai tipe cutting instrument dapat digunakan pada preparasi kelas I, secara umun

ukurannya sesuai dengan lesi yang ada, dan ketajamannya dapat berguna dalam

pembentukan retensi dan resistensi yang diinginkan. Bila permukaan oklusal yang akan

direstorasi lebih luas, maka dapat kita gunakan disain boxlike preparation, preparasi ini

menghasilkan resistensi dan retensi yang besar terhadap terjadinya fraktur.

3. TEKNIK PREPARASI

1. CONVENSIONAL

Untuk preparasi kelas I yang besar dengan komposit, masukkan inverted cone

diamond lewat distal area pit pada permukaan oklusal, posisikan sejajar dengan sumbu

akar dan mahkota. Saat diantisipasi bahwa seluruh panjang mesiodistal dari sentral groove

yang akan dipreparasi, lebih mudah memasukkan bagian distal terlebih dulu dan

kemudian melintasi mesial.

Teknik ini memungkinkan penglihatan yang lebih baik untuk operator selama

melakukan preparasi. Siapkan pulpal floor untuk kedalaman inisiasi awal 1,5 mm, yang

19

Page 20: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

diukur dari sentral groove (Gb. 1) . Setelah daerah groove sentral dibuang, facial atau

lingual diukur kedalaman, ini akan lebih besar, biasanya sekitar 1,75 mm, tetapi

ini tergantung pada kecuraman dari kecondongan cuspal (Gb. 2). Biasanya kedalaman

awal ini adalah kira-kira 0,2 mm dalam (internal) di Dej. diamond dipindahkan ke mesial

(Gb. 3) untuk menyertakan sisa lain, mengikuti groove sentral, sebaik turun naiknya DEJ

(Gb. 4).

Perluasan permukaan bukal dan lingual dan lebar mengikuti karies, material

restorasi lama, atau kesalahan. Mempertahankan kekuatan cuspal dan marginal ridge

sebanyak mungkin. Meskipun ikatan akhir restorasi komposit akan membantu

memulihkan beberapa kekuatan melemah, permukaan yang tidak dipreparasi, lingual

mesial, atau distal struktur gigi, bentuk outline harus sebagai konservatif mungkin di

daerah ini. Perluasan pada cups harus seminimal mungkin. Perluasan sampai marginal

ridge harus menghasilkan kira-kira 1,6 mm ketebalan gigi sisa struktur (diukur dari

perluasan internal ke kontur proksimal) untuk premolar dan kira-kira 2 mm untuk

geraham (Gb. 5). Perluasan terbatas tergantung oleh dukungan dentin pada marginal ridge

email dan cups. Diamond berjalan sepanjang groove dan menghasikan Pulpal floor yang

datar dan mengikuti naik turunnya DEJ. Jika perluasan mengharuskan pengurangn cups,

ini sama kira-kira 1,5 mm kedalaman dipertahankan, biasanya menghasilkan pulpal floor

naik ke oklusal (Gb. 6).

Gb. 1. Diamond is moved mesially to include all faults

20

Page 21: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Gb. 2. Mesiodistal initial pulpal depth preparation follows DEJ. A, Mesiodistal cross-section of premolar. B, Move cutting instrument mesially. C, Follow contour of DEJ.

21

Page 22: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Gb.3. Mesiodistal extension. Preserve dentin support of marginal ridge enamel. A, Molar. B, Premolar.

22

Gb. 4. Faciolingual extension. Maintain initial 1.5-mmpulpal depth up cuspal inclines.

Page 23: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Gb. 5. Groove extension. A, Cross-section through facial and lingual groove area. B, Extension through cusp ridge at 1.5 mm initial pulpal depth; facial wall depth is 0.2 mm inside the DEJ. C, Facial view.

Gb. 6. Beveling a facial groove extension. Coarse diamond creates a 0.5-mm bevel width at a 45-degree angle. A, Facial view. B, Occlusal view.

2. MODIFIED

Preparasi indirek dilakukan bagi mendapatkan ketebalan yang cukup untuk bahan

restoratif. Semua margin harus mempunyai butt-joint cavosurface angle 90º untuk

23

Page 24: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

mendapatkan kekuatan marginal bagi bahan restorasi. Semua line dan point angles harus

dibuat membulat untuk mengelakkan stress pada restorasi dan gigi, sekaligus mengurangi

potensi untuk pecah.

Bur carbide atau diamond yang digunakan untuk preparasi gigi haruslah

berbentuk tapered supaya dinding fasial dan lingual divergen ke arah oklusal. Bentuk

divergen ini membolehkan insersi pasif untuk restorasi. Ujung mata bur haruslah bulat

supaya sudut yang dibentuk tidak tajam sehingga dapat mengurangi stress internal.

Derajat divergensi di antara 2º-5º pada setiap dinding. Sepanjang preparasi, instrument

potong untuk membuat dinding vertikal digerakkan segaris biasanya pada axis panjang

mahkota gigi.

Preparasi pada oklusal dengan kedalaman 1,5-2 mm. Kebanyakan komposit dan

keramik memerlukan isthmus dan groove dengan kelebaran 1,5mm untuk mengurangi

fraktur pada restorasi. Dinding fasial dan lingual dipreparasi sehingga cusps datar dan

halus. Idealnya, tidak boleh ada undercut yang menghalangi insersi bahan restorasi. Jika

ada undercut yang kecil, bisa di tutupi dengan menggunakan liner semen ionomer.

Dinding pulpa juga harus rata dan halus. Jika sisa karies atau bahan restorasi yang

sebelumnya mahu dibuang, dindingnya direstorasi dengan liner/base light-cured semen

ionomer. Margin gingival dikurangi seminimal mungkin karena margin pada enamel

lebih sering digunakan untuk bonding.

Apabila bagian dari dinding fasial atau lingual mempunyai karies atau defek,

prpearasi dilebarkan (dengan gingival shoulder) disepanjang transitional line angle

supaya kerusakan dapat dihilangkan. Dinding aksial pada pelebaran ini di preparasi untuk

mendapatkan ketebalan restorasi yang mencukupi. Cusp haruslah di capping jika

preparasi melebihi 2/3 atau lebih dari groove primer ke ujung cusps. Jika cusps di

capping, preparasi dikurangi 1,5-2mm dan mempunyai cavosurface angle 90º. Apabila

cusps dikapping, terutama centric cusps, shoulder haruslah dibuat dengan cavosurface

margin fasial dan lingual menjauhi dari kontak gigi antagonis.

1. TEKNIK RESTORASI

24

Page 25: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Matrix tidak di perlukan pada preparasi restorasi karena konturnya dapat dikontrol

secara langsung pada saat material komposit dimasukan ke dalam preparasi seperti pada

restorasi klas V. Hal ini benar terutama pada pemakaian lightcured material dimana

mempunyai working time yang lebih lama, sehingga operator dapat membuat kontur pada

restorasi apabila material restorasi masih berada dalam keadaan yang belum terpolimerisasi.

2. ETCHING, PRIMING DAN PENEMPATAN ADHESIVE

1. TEKNIK ETSA

2. Tujuan:

Pengerutan polimerisasi terjadi ketika resin metakrilat mengeras, oleh karena itu

kebocoran tepi restorasi lebih mungkin terjadi pada restorasi resin dibandingkan bahan

jenis lain. Bahan komposit yang ada saat ini tidak memiliki kemampuan untuk

menahan kebocoran tepi, sehingga kebocoran cairan mulut sering terjadi pada bagian

yang berdekatan dengan restorasi. Secara singkat tujuan etsa asam adalah

meningkatkan perlekatan mekanis dan menutup tepi. Prosedur ini memperluas

penggunaan bahan restorasi berbasis resin karena memberikan ikatan yang kuat antara

resin dan email serta memecahkan masalah yang dihadapi oleh restorasi berbasis resin

yaitu perubahan warna di bagian tepi karena kebocoran tepi restorasi yang berhadapan.

3. Penggunaan

Teknik etsa asam membentuk basis bagi kebanyakan prosedur inovatif kedokteran

gigi, seperti retensi logam berikatan resin, vinir berlapis porselen dan braket

ortodontik.1 Secara sistematis, ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan

etsa asam : metode, waktu, konsentrasi asam, dan tipe asam yang digunakan.

4. Metode

Asam fosforik dapat diaplikasikan dalam bentuk gel dengan menggunakan kuas atau

injeksi. Kuas lebih dianjurkan karena ujung yang baik dari kuas akan mengikatkan

asam ke enamel pada preparasi chamfer-shoulder dan bulu kuas yang halus akan

mencegah gosokan kasar yang nantinya akan menghasilkan penurunan retensi akibat

fraktur dari enamel interstitial yang mengelilingi pori-pori yang sangat kecil

(micropore).

25

Page 26: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

5. Waktu.

Waktu yang digunakan untuk etsa asam fosforik tidaklah lama, normalnya 10-60

detik.3 Waktu yang lebih lama tidak akan menambah kekuatan ikatan. Namun,

lamanya pemberian etsa bervariasi tergantung riwayat gigi yang dietsa. Aplikasi dapat

lebih lama (1 menit atau lebih) pada gigi susu dan gigi yang mengalami fluorosis

karena keduanya bersifat melawan prosedur etsa.

6. Konsentrasi asam.

Konsentrasi 30%-50% adalah yang paling efektif dan banyak terdapat di pasaran.1,3

Konsentrasi 37% merupakan konsentrasi terbanyak di pasaran. Konsentrasi lebih dari

50% dapat menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat monohidrat pada

permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut.

7. Tipe asam yang digunakan.

Ada 2 macam tipe asam yang dapat digunakan untuk etsa yaitu gel dan larutan encer.

Tipe larutan encer mudah untuk digunakan tetapi sangat sulit untuk mengontrol flow

cairan.2,3 Gel fosforik dengan viskositas tinggi seperti Caulk Gel Etchant atau

Ultradent Etching Gel lebih mudah untuk dikontrol secara klinis.2 Dalam

pembuatannya, gel tersebut seringkali dibuat dengan menambah silika koloidal atau

butiran polimer ke dalam asam.

Pada umumnya etsa dipasok dalam bentuk gel agar peletakan bahan dapat lebih

dikendalikan. Selama peletakan usahakan agar gelembung udara antara kedua bahan tidak

masuk karena jika ada gelembung udara daerah tersebut tidak dapat teretsa. Setelah

dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik, kemudian enamel dikeringkan.

Tanda keberhasilan etsa tampak pada permukaan enamel yang berwarna putih salju.

Enamel ini harus dijaga agar tetap kering sampai resin diletakkan, tujuannya untuk

membentuk ikatan yang baik. Kontak dengan saliva atau darah misalnya, walaupun hanya

sebentar dapat menghalangi pembentukan resin tag yang efektif dan mengurangi

kekuatan ikatan. Jika terjadi kontaminasi, kontaminan harus segera dibersihkan, enamel

dikeringkan serta dietsa kembali selama 10 detik (lebih singkat dari waktu etsa awal).

26

Page 27: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

8. TEKNIK PRIMER

Primer harus diaplikasikan pada semua struktur gigi yang dipreparasi dengan

menggunakan microbrush atau applicator. Pabrik akan menentukan lama aplikasi bahan

primer serta lama penyinaran. Apabila sudah dilapisi dengan primer maka dentin

seharusnya mengkilap secara rata, dan jika terdapat bagian yang kering maka harus diberi

lapisan primer lagi.

9. PENEMPATAN ADHESIF

Jika sistem bonding tidak menyatukan primer dan adhesive, maka bonding

adhesive diaplikasikan. Microbrush atau applicator digunakan untuk mengaplikasikan

bahan adhesive semua bagian atau struktur gig yang telah di etsa dan di primer. Harus

diperhatikan agar bahan adhesive tidak mengalir ke bagian yang lain. Apabila sudah

diaplikasikan, bahan adhesive dipolimerisasi dengan penyinaran cahaya. Setelah

polimerisasi material komposit akan terikat secara langsung dengan bahan adhesive

tersebut.

10. INSERSI DAN CURING THE COMPOSITE

Self cured atau light cured komposit dapat diinsersi dengan instrument tangan atau

syringe. Komposit self-curing jarang digunakan untuk restorasi klas V karena light-curing

mempunyai banyak kelebihan dibanding self-curing. Diusapakan campuran komposit self-

cured pada preparasi dengan menggunakan instrument tangan sambil vibrasi. Ujungnya dapat

dilubrikasi dengan bonding adhesive. Biasanya prosedur ini dilakukan dua kali supaya

preparasi terisi penuh atau lebih. Kemudian eksesnya dibersihkan dimulai dari gingival

cavosurface margin dengan menggunakan eksplorer NO. 2 atau dengan menggunakan blade

pada instrument komposit, seterusnya pada bagian struktur gigi yang tidak dipreparasi,

gingival dan terakhir pada bagian yang dipreparasi. Jika komposit mulai mengeras, maka

konturing harus dihentikan.

Material light-cured direkomendasikan umumnya untuk preparasi klas V disebabkan

oleh working time yang lebih lama dan kontur yang dapat dikontrol sebelum terjadi

27

Page 28: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

polimerisasi. Hal ini sangat berguna pada restorasi dengan preparasi yang besar atau pada

preparasi dengan merginnya yang terletal pada cementum, karena instrument rotasi dapat

merusakan struktur gigi.

11. KONTURING DAN POLISHING KOMPOSIT

Konturing dapat dimulai denagn segera setelah penyinaran light-cured materi

komposit selesai polimerisasinya atau 3 menit sesudah pengersan materi self-cured.

Permukaan oklusal dibentuk dengan round ataud oblong, 12-bladed carbide finishing bur atau

bentuk yang serupa untuk finishing diamond. Special carbide-tipped carvers (crbide

carvers;brasseler USA, Savannah,Ga) digunakan untuk menghilangkan kelebihan komposit

yang panjang di daerah tepi oklusal. Finishing dilakukan dengan piloshing cups atau point

atau keduanya setelah oklusi diperoleh. Setelah itu dilakukan pembentukan anatomi oklusal

komposit gigi sehingga juga diperoleh seni dalam insersinya .

Tahapan:

28

Page 29: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

29

1. Diamond fine 8274-016 (red band) digunakan untuk membuat kontur dan meperbaikii morfologi oklusal gigi. Ujung cups, kemiringan instrument diletakkan dengan benar pada fossa dari arah bukal atau lingual

2. Diamond ET 6 Fine (red band) digunakan untuk membuat kontur dan antomi oklusal gigi. Ujung instrument ditempatkan dengan tepat di tengah fossa dan diarahkan daru bukal maupun sisi lingual. Bisa digunakan untuk fossa sebelah mesial maupun distal.

3.ET6UF(30 blade white band) carnide digunakan untuk finishing restorsai komposit. Instrumen ini digunakan untuk restorasi komposit dan menfinishing bagian magin gigi.

4.H274uf-016 (30 blade white band) digunakan untuk menfinishing, dan membuat kontur dari oklusal gigi agar sesuai dengan anatomi.

Page 30: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

.

30

5.Ujung diamond imprehnated(green)DC1M digunakan untuk mengawali polishing yang ditempatkakn pada tengah fossa dan diarahkan dari bukal maupun lingual.

6 Pada akhir polishing, maka digunakn ujung dari fine (gray)polishing sehingga dapat diproduksi kilau yang bagus pada gigi

Page 31: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Tujuan melakukan polishing:

1. supaya tahan dari stain

2. supaya tahan daro formasi plak dan kalkulus

3. mudah dibersihkan

4. meminimalkan iritasi dari jaringan lunak

5. dapat meningkatkan ketahanan restorasi.

31

7 cup DC3M (medium) digunakan untuk menghilangkan kotoran dan membuat hasil restorasi baik

8.Hasil akhir dari Poloshing, sehingga restorasi komposit terlihat mengkilat

Page 32: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

6. RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

1. INDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

Indikasi untuk restorasi indirect tooth-colored yang dihubungkan dengan kombinasi

tuntutan estetik dan ukuran restorasi sebagai berikut:

1. Estetik: restorasi indirect tooth-colored diindikasikan utuk restorasi kelas I dan II yang

berlokasi di daerah yang penting estetiknya bagi pasien.

2. Kerusakan yang luas atau sudah direstorasi sebelumnya: restorasi Indirect tooth-colored

dapat dipertimbangkan untuk merestorasi kerusakan pada kelas I dan II atau dapat

digunakan juga untuk mengganti restorasi yang luas, khususnya pada bagian faciolingual

dan disarankan untuk menutup cups/tonjol. Restorasi yang luas paling baik direstorasi

dengan restorasi adhesive sehingga lebih memperkuat struktur gigi. Materi restorasi

Indirect tooth-colored dapat lebih tahan lama dibading dengan direct komposit jika

ditempatkan pada restorasi yang luas pada bagian oklusal posterior, khususnya dalam

mempertahankan permukaan oklusal dan kontak oklusal. Resistensi yang didapatkan dari

materi indirect khususnya pada restorasi luas bagian posterior melibatkan semua kontak

oklusal. Tanpa bagian terbesar yang mencukupi, maka keberadaan restorasi komposit/

indirect keramik akan mudah fraktur terutama pada bagian molar.

3. Faktor ekonomi:beberapa pasien menginginkan perawatan dental yang terbaik dengan

tanpa memperhatikan biayanya. Untuk pasien yang seperti ini, maka restorasi indirect-

tooth colored diindikasikan tidak hanya untuk restorasi yang luas, tetapi juga untuk

restorasi dengan ukuran yang sedang (biasanya dapat direstorasi dengan materi restorasi

direct , misalnya komposit).

4. KONTRAINDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

Kontraindikasi untuk tumpatan sewarna gigi metode indirek adalah sebagai berikut:

1. Tekanan oklusal yang besar

32

Page 33: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Tumpatan ceramic dapat retak/fraktur ketika mendapat tekanan oklusal yang besar,

misalnya pada pasien dengan kebiasaan buruk mengerot gigi (bruxism). Pada pasien

bruxism sebagian besar giginya mengalami atrisi karena lapisan enamelnya menipis.

2. Area terlalu kering

Tumpatan indirek membutuhkan bahan adhesive untuk merekatkan restorasi dengan gigi.

Bahan adhesive ini memerlukan kelembaban untuk menjaga keawetan restorasi tersebut.

Oleh sebab itu, pada area yang terlalu kering, penumpatan dengan teknik ini harus

dihindari karena keawetan restorasi tidak akan optimal.

3. Preparasi subgingiva yang terlalu dalam

Preparasi dengan batas subgingiva yang terlalu dalam harus dihindari sebab akan

menimbulkan kesulitan saat dilakukan pencetakan.

4. KEUNTUNGAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

Keuntungan tumpatan sewarna gigi metode indirek adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan sifat fisik

Tumpatan indirek memiliki sifat fisik yang lebih baik dibandingkan tumpatan resin

komposit metode direk karena tumpatan indirek dibuat dibawah kondisi laboratoris yang

ideal.

2. Teknik dan material dapat bermacam-macam

Tumpatan indirek dapat menggunakan resin komposit maupun ceramic yang dibuat dengan

bermacam-macam proses laboratorium atau dengan metode CAD/CAM.

3. Keawetan

Tumpatan ceramic lebih tahan lama pemakaiannya dibandingkan tumpatan resin komposit

merode direk, khususnya pada penumpatan regio oklusal yang luas pada gigi posterior.

4. Mengurangi pengekerutan saat polimerisasi

Pengkerutan saat polimerisasi merupakan kelemahan terbesar dari tumpatan resin komposit

metode direk. Dengan metode indirek, sebagian besar preparasi terisi oleh tumpatan dan

tekanan dapat berkurang karena hanya sedikit semen yang digunakan saat sementasi.

5. Memperkuat struktur gigi pendukung

33

Page 34: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Struktur gigi yang lemah oleh karena karies, trauma, maupun preparasi dapat diperkuat

dengan bonding adhesive pada tumpatan indirek.

6. Memiliki kontur dan kontak yang lebih baik

Tumpatan indirek biasanya memiliki kontur (khususnya kontur proksimal) dan kontak

oklusal yang lebih baik dibandingkan tumpatan direk. Hal ini dikarenakan pembuatan di

luar rongga mulut akan memudahkan akses dan penglihatan.

7. Biokompatibel dan respon jaringan yang baik

Ceramic merupakan material inert dengan biokompatibiltas yang sempurna dan respon

jaringan yang baik.

8. KEKURANGAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

1. Waktu dan biaya yang lebih banyak

Sebagian besar teknik indirek, kecuali metode CAD-CAM, membutuhkan dua kali kunjungan

pasien, serta pembuatan restorasi sementara. Faktor ini, ditambah dengan biaya laboratorium,

berkontribusi pada lebih mahalnya biaya restorasi indirek dibanding restorasi direk. Meskipun

inlay dan onlay indirek lebih mahal dibanding restorasi direk (amalgam dan komposit), inlay

dan onlay ini lebih murah dibanding mahkota all ceramic atau porcelain fused to metal.

2. Sensitivitas teknik

Restorasi yang dibuat dengan teknik indirek membutuhkan ketrampilan operator yang tinggi.

Ketrampilan ini penting saat preparasi, mengukir model, sementasi, dan finishing restorasi.

3. Kegetasan keramik

Restorasi keramik dapat pecah bila hasil preparasi tidak menghasilkan ketebalan yang adekuat

untuk melindungi dari tekanan oklusal atau bila restorasi tidak didukung oleh media semen dan

preparasi yang baik. Pecahnya keramik juga dapat terjadi selama try in atau setelah sementasi,

yang biasa terjadi pada pasien dengan tekanan oklusal yang tinggi.

4. Kontak berlebih antara gigi antagonis dan restorasi antagonisnya

34

Page 35: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Material keramik dapat menyebabkan pemakaian yang berlebih pada gigi atau restorasi

antagonisnya.

5. Perlekatan resin dengan resin yang sulit

Restorasi komposit harus diabrasi secara mekanik atau diberi bahan kimia untuk memfasilitasi

adhesi semen. Ikatan antara restorasi komposit indirek dan semen komposit sangat lemah.

6. Kemungkinan kecil dapat diperbaiki

Restorasi indirek, terutama inlay atau onlay keramik, sulit untuk diperbaiki meski hanya pecah

sebagian. Bila pecah terjadi pada restorasi, inlay atau onlay kompist dapat diperbaiki

menggunakan sistem adesif dan resin komposit aktivasi sinar. Kekuatan ikatan restorasi

komposit indirek dan direk relative sama. Namun jika sebuah inlay atau onlay keramik pecah,

perbaikannya tidak sama dengan inlay atau onlay komposit. Karena inlay atau onlay keramik

diindikasikan untuk daerah yang terkena tekanan oklusal tinggi serta estetik yang diutamakan,

perbaikan dengan komposit direk tidak dianjurkan karena komposit tidak sesuai untuk area yang

terlihat dari luar.

7. Try in dan polishing yang sulit

Restorasi komposit dapat dipolish intraoral dengan instrument dan material yang sama untuk

memolish restorasi komposit direk, meski beberapa area tepi sulit untuk dipolish. Namun,

keramik lebih sulit dipolish karena dapat terjadi marginal gap dan kekerasan permukaan

keramik.

8. INLAY DAN ONLAY KOMPOSIT YANG DIPROSES SECARA LABORATORIS

Inlay dan onlay komposit yang diproses secara laboratoris lebih resisten terhadap

tekanan oklusal daripada resin komposit direk, terutama pada area kontak bagian oklusal.

Restorasi ini mudah disesuaikan, memberi sedikit tekanan pada dentin, estetik yang baik, dan

dapat diperbaiki.

35

Page 36: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Gambar 5. Onlay dan inlay komposit pada working model (Alex, 2003)

Gambar 6. Onlay dan inlay komposit pada gigi (Alex, 2003)

Restorasi ini diindikasikan ketika :

1. Wear resistance yang maksimum dibutuhkan

2. Kontur dan area kontak yang baik sulit didapatkan melalui restorasi lain

3. Restorasi keramik merupakan kontraindikasi karena biaya yang besar atau khawatir

terjadi keausan pada gigi antagonis

Restorasi inlay dengan menggunakan bahan komposit pada gigi molar diketahui

memiliki tingkat kegagalan 50%, hal ini mengindikasikan bahwa bahan restorasi komposit

lebih baik digunakan pada gigi molar (Roberson dkk.,2002) .

Keuntungan menggunakan teknik indirek restorasi komposit adalah diperoleh tooth

reinforcement, menjaga stuktur gigi, integritas tepi yang tepat, dan wear resistance yang mirip

dengan enamel. Restorasi ini juga memberikan wear compatibility yang sesuai dengan gigi

36

Page 37: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

antagonis, kontak proksimal yang tahan lama, dan morfologi dan estetik gigi yang tepat

(Terry dan Touati, 2001).

Berikut ini merupakan fabrikasi inlay/onlay komposit menurut Roberson dkk. (2002):

1. Restorasi komposit indirek pertama-tama dibentuk pada working model gigi yang

dipreparasi.

2. Penempatan komposit dilakukan per lapisan, tiap lapisan disinar dengan light curing unit

untuk polimerisasi.

3. Apabila sudah didapatkan bentuk yang sesuai, restorasi tersebut dilapisi gel khusus untuk

mengeluarkan udara dan menghindari terbentuknya lapisan permukaan oxygen-inhibited.

37

Page 38: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

4. Curing akhir dilakukan dengan menginsersi inlay pada alat seperti oven.

5. Dilakukan trimming, finishing dan polishing.

6. PREPARASI KELAS I INDIREK

            Restorasi gigi indirek adalah restorasi gigi yang dibuat di laboratorium, di mana sebelumnya 

gigi dan rahang pasien sudah dicetak oleh dokter gigi kemudian hasil cetakan tersebut dikirim ke 

laboratorium. Umumnya indirect restorations berupa logam tuang yang akan disemenkan pada gigi 

38

Page 39: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

yang telah dipreparasi, dan pengerjaannya membutuhkan lebih dari satu kali kunjungan. Material 

yang   lazim digunakan  adalah  porcelain,   logam paduan emas,  atau   logam paduan dasar.   Indirect 

restoration   umumnya   diindikasikan   pada   gigi   belakang   (premolar  maupun  molar).  Macam   dari 

indirect restorations diantaranya adalah : Inlay, Onlay, dan Crown atau mahkota tiruan.

Inlay   serupa   dengan  onlay,   yaitu   tambalan  dari   logam   tuang   yang   dibuat   di   dental   lab 

kemudian dicekatkan ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi. Umumnya gigi yang dibuatkan 

inlay atau onlay adalah gigi yang karies dan sudah berlubang besar atau gigi dengan tambalan yang 

kondisinya sudah buruk dan harus diganti, bila ditambal secara direct dengan amalgam ataupun resin 

komposit dikhawatirkan tambalan tersebut tidak akan bertahan lama karena patah atau lepas.

Teknik preparasi gigi untuk onlay dan inlay berbeda karena langkah-langkah pembuatannya 

juga berbeda. Permukaan gigi premolar & molar tidak rata melainkan ada tonjol-tonjol (cusps). Inlay 

adalah   tambalan   yang   berada   di   antara   cusp,   sehingga   ukurannya   biasanya   tidak   begitu   luas. 

Sementara onlay biasanya lebih luas dan menutupi salah satu atau lebih tonjol gigi tersebut. Dapat 

dikatakan onlay adalah merekonstruksi kembali gigi yang kerusakannya sudah sangat luas.

Sebelum memulai  proses  preparasi,  dokter  gigi   sebaiknya  benar-benar  memastikan   jenis 

restorasi apa yang akan dikerjakan sesuai dengan indikasi yang terdapat pada kasus gigi tersebut. 

Pada kunjungan pertama, langkah awal yang harus dilakukan adalah menganestesi dan mengisolasi 

pasien, misalnya dengan rubber dam. Gigi pasien yang mengalami karies dibersihkan, atau tambalan 

lama dibongkar.  Karies, undercut, dan email yang tidak didukung dentin harus dihilangkan dari gigi 

tersebut.  Kemudian gigi diasah/dipreparasi untuk kedudukan inlay/onlay, setelah preparasi selesai 

gigi pasien dicetak. Hasil cetakan akan dibawa ke dental lab untuk diproses selanjutnya. Gigi pasien 

39

Page 40: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

lalu   ditutup   dengan   tambalan   sementara.   Pada   kunjungan   kedua,   inlay/onlay   dicobakan   dan 

direkatkan ke gigi secara permanen. Dinding-dinding direstorasi sampai mencapai bentuk yang ideal 

dengan bantuan liner/base material restorasi komposit atau  light-cured glass-ionomer.

Tujuan dasar dari preparasi onlay dan inlay adalah menghasilkan ketebaan yang

adequate untuk menampung material restoratif  dan pola insersi yang pasif.  Dinding-dinding

kavitas membentuk sudut 90°  dan sejajar satu sama lain.

            Bur  yang digunakan adalah bur carbide atau diamond yang berbentuk tapered yang

dapat membentuk dinding facial dan lingual divergen ke oklusal. Bentuk ini dapat

memudahkan terciptanya insersi dan removal hasil restorasi ssecara pasif. Sudut divergensi

yang optimal tidak diketahui secara pasti, tapi dapat diprkirakan sebesar  2°-5°

            Komposit dan keramik menganjurkan agar luas isthmus dan pemanjangan groove

minimal 1,5 mm untuk mengurangi kemungkinan tejadinya fraktur pada restorasi. Lantai

pulpa harus halus dan rata. Garis cavosurface sebaiknya membentuk sudut 90° karena inley

komposit dan keramik sifatnya mudah retak. Jika pada permukaan facial ataupun lingual gigi

terdapat karies ataupun kerusakan lainnya, maka pelebaran preparasi harus dilakukan dengan

penambahan gingival shoulder. Jika tonjol-tonjl gigi harus ditutup, maka harus dilakukan

pengurangan terhadap tonjol tersebut sebesar 1,5-2 mm dengan sudut cavosurface sebesar 

90°.

            Aksiopulpal line angle dibuat tajam, dan aksiogingival line angle diberi groove(alur).

Dinding-dinding dibuat tegak atau sedikit divergen ke arah oklusal untuk memudahkan afdruk

malam atau pemasangan inley. Retensi dan resistensi diperoleh dengan membentuk dinding-

dinding kavitas sejajar satu dengan yang lain, dinding-dinding yang lurus, dasar yang datar

dan sudut-sudut yang tajam.

Contoh kasus pembuatan restorasi onlay :

40

Page 41: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Gambar 7. The lower left first molar with an open distal contact and subgingival carious lesion.

Gambar 8. The facial amalgam is easily removed using a Fissurotomy bur.

Gambar 9. The preparation is restored using a flowable composite resin.

Gambar 10. Amalgam removal is initiated, and the onlay prepared simultaneously.

41

Page 42: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Gambar 11. Continued removal of the remaining occlusal core and completion of the truing of the axial walls.

Gambar 12. This same bur is used to remove the most distal portion of the remaining defective amalgam and decay

while continuing to create an inlay box preparation.

Gambar 13. The occlusion is reduced.

Gambar 14. The nearly completed onlay preparation prior to removal of any remaining unsupported enamel.

42

Page 43: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Gambar 15. The laboratory-fabricated ceramic polymer onlay immediately following resin bonding.

7. IMPRESSION

Sistem tooth-colored indirect inlay/onlay mengharuskan preparasi gigi dan gigi-gigi

disebelahnya tercetak sesuai dengan interoklusal gigi-gigi yang dicetak, barulah restorasi

tersebut boleh diproses di laboratorium.

Setelah gigi selesai dipreparasi sesuai bentuknya, pencetakan harus segera dilakukan

agar mendapat bentuk cetakan preparasi gigi yang akurat. Material (bahan) cetak harus

mampu mencetak semua permukaan gigi yang telah dipreparasi. Hal ini tidak selalu dapat

dicapai jika gingiva yang mengelilingi gigi yang telah dipreparasi tersebut menghalangi

material (bahan) cetak untuk mencapai seluruh permukaan gigi. Oleh karena itu, retraksi

gingiva sering dilakukan dengan tujuan untuk membuka perlekatan gingiva dari bagian

serviks gigi secara sementara. Tahap dari retraksi gingiva yaitu sebagai berikut : (1) pastikan

bagian gigi yang akan dicetak dalam kondisi kering dan bersih, dapat menggunakan cotton

rolls, dri-angles, dan saliva ejector jika diperlukan. (2) Tempatkan benang retraksi gingiva

mengelilingi gigi yang telah dipreparasi. (3) Tunggu kurang lebih 4 menit. (4) Kemudian cuci

dan keringkan daerah gigi yang akan dicetak.

Tahap pencetakan gigi setelah dilakukan retraksi gingival, yaitu :

1. Semprotkan material cetakan dengan menggunakan syringe dengan hati-hati hanya

mengelilingi gigi yang telah dipreparasi.

43

Page 44: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

2. kemudian segera masukkan sendok cetak yang juga telah diberi material cetakan agar

dapat mencetak keselurahan gigi dalam 1 rahang.

(3) Tunggu kurang lebih 5 menit sampai material cetakan mengeras.

(4) Lepaskan sendok cetak.

(5) Lepaskan benang retraksi gingiva yang sebelum telah dipasangkan.

Material cetakan yang sering digunakan untuk pencetakan restorasi indirek yaitu

material cetakan silicon atau polyvinylsiloxane. Ketepatan pencetakan sangat menentukan

keberhasilan restorasi indirek.

3. TAHAP PRE-ELIMINASI

Penggunaan rubber-dam sangat dianjurkan untuk menghindari kontaminasi

kelembaban dari dari gigi yang dipreparasi atau permukaan restorasi saat sementasi dan untuk

meningkatkan akses serta memudahkan penglihatan saat pengerjaan restorasi. Setelah

penghilangan restorasi sementara, seluruh semen sementara dibersihkan dari dinding

preparasi.

4. TRY-IN RESTORASI DAN PENYESUAIAN KONTAK PROKSIMAL

44

Page 45: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Inlay atau onlay diletakkan dalam preparasi menggunakan tekanan ringan untuk

mengevaluasi ketepatannya. Jika restorasi tidak pas, biasanya penyebab utama hal ini adalah

permukaan proksimal yang overkontur. Gunakanlah kaca mulut jika diperlukan, embrasur

harus diamati dari permukaan fasial, lingual, dan oklusal untuk menentukan di mana kontur

proksimal perlu penyesuaian untuk menentukan penempatan akhir restorasi ketika

menciptakan posisi yang tepat dan membentuk kontak. Melewatkan dental-floss tipis

melewati kontak dapat digunakan untuk mengetahui ketebalan dan posisi, menunjukkan

kepada operator yang telah berpengalaman di mana letak dan derajat ekses kontak. Kertas

artikulasi juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kontak proksimal yang terlalu tebal.

Abrasive disk digunakan untuk menyesuaikan kontur proksimal dan hubungan kontak. Ketika

menyesuaikan intensitas dan lokasi kontak proksimal, successively finer grits dari abrassive

disk digunakan untuk memoles permukaan proksimal karena daerah ini tidak dapat dipoles

setelah sementasi.

Jika kontur proksimal tidak overkontur, dan restorasi masih tetap tidak pas, preparasi

harus dicek kembali untuk residual material sementara atau debris. Jika preparasi bersih,

interferensi internal atau marginal juga dapat mencegah restorasi untuk pas pada tempatnya.

Ketika interferensi telah diidentifikasi menggunakan inspeksi visual yang teliti pada margin

atau menggunakan material ”fit-checker”, harus dilakukan penyesuaian pada restorasi, pada

preparasi, atau pada keduanya. Interferensi jarang terjadi karena keakuratan material impresi

kontemporer dan sistem keramik, dan laboratorium biasanya menggunakan die-spacer pada

aspek internal dari preparasi untuk menghindari kesulitan pada saat penempatan restorasi. Jika

terjadi diskrepansi yang besar antara preparasi dengan inlay atau onlay, cetakan baru harus

dibuat.

Ketepatan marginal dicek kembali setelah keseluruhan restorasi telah ditempatkan.

Sedikit ekses kontur dapat dihilangkan, jika akses memungkinkan, dengan menggunakan

instrumen fine-grit diamond atau bur 30-fluted carbide finihing. Penyesuaian ini dilakukan

setelah restorasi disemenkan untuk menghindari fraktur marginal. Kebanyakan restorasi

sewarna gigi indirek mempunyai jarak marginal yang lebih besar daripada restorasi dari emas.

5. SEMENTASI

45

Page 46: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Untuk menghasilkan bonding yang baik, maka permukaan internal dari inlay/onlay

harus diberikan perlakuan tertentu lebih dulu. Teknik dan material yang digunakan bervariasi

tergantung pada sistem restorasi yang digunakan. Untuk inlay/onlay komposit, matriks dari

resin telah terpolimerisasi sehingga bonding site pada permukaan internal restorasi telah siap

untuk berikatan secara kimiawi dengan semen komposit. Untuk meningkatkan perlekatan

semen dengan restorasi komposit, beberapa sistem memerlukan penggunaan pelarut sebelum

melakukan sementasi untuk membuat permukaan dalam dari restorasi menjadi lebih halus.

Sistem lain merekomendasikan air abrading / sandblasting dengan menggunakan partikel

aluminium oxide yang abrasif pada permukaan internal restorasi. Hal ini dapat meningkatkan

kekasaran permukaan dan meningkatkan luas permukaan area untuk bonding.

Asam hidrofluoric biasa digunakan untuk mengetsa permukaan internal dari

inlay/onlay keramik. Asam tersebut meningkatkan dukungan permukaan, meningkatkan luas

permukaan untuk berikatan dan menghasilkan ikatan mikromekanis semen komposit dengan

restorasi keramik. Etsa dengan menggunakan asam hidrofluoric biasanya dilakukan di

laboratorium. Operator harus memperhatikan permukaan internal dari restorasi untuk

memastikan bahwa proses etsa sudah berhasil dengan baik, yang terlihat dari adanya suatu

penampakan putih yang opaque serupa dengan penampakan email setelah dietsa. Pengetsaan

keramik yang langsung dilakukan dihadapan pasien biasanya memerlukan waktu selama 2

menit untuk mengaplikasikan asam hidrofluoric pada permukaan internal inlay/onlay. Setelah

dietsa, diberikan silane coupling agent untuk memfasilitasi perikatan kimiawi pada semen

komposit.

Prosedur sementasi yang biasanya dilakukan adalah dengan menggunakan strip

matriks yang dapat dibuat dari plastik bening yang dipotong kecil-kecil dan diaplikasikan

pada masing-masing sisi proksimal gigi dan dengan menggunakan wedge (perlu diketahui

juga bahwa penggunaan matriks ini bukan merupakan suatu keharusan). Setelah itu dapat

dilakukan try-in inlay/onlay untuk melihat ketepatan ukuran. Dilakukan pengetsaan pada

permukaan preparasi, setelah itu dilakukan bonding pada email atau dentin. Pada umumnya,

langkah terakhir dalam bonding (misalnya unfilled resin) juga diaplikasikan pada permukaan

internal restorasi yang telah sebelumnya dietsa dan diberikan silane (self-adhesive, semen

yang berbasis semen). Komposit dual-core biasanya dicampur dan diinsersikan pada preparasi

46

Page 47: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

dengan menggunakan syringe atau instrument yang berbentuk paddle. Setelah itu, permukaan

internal dari restorasi dilapisi dengan semen komposit lalu inlay dapat segera diinsersikan

pada gigi yang telh dipreparasi dengan tekanan yang tidak begitu keras. Untuk menempatkan

inlay dengan tepat pada restorasi biasanya digunakan ball burnisher yang digetarkan dengan

lembut sedikit demi sedikit. Jika terdapat kelebihan pada semen komposit dapat dikurangi

dengan menggunakan thin-bladed composite instrument, brushes atau eksplorer. Perlu

diperhatikan oleh operator untuk berhati-hati dalam menghilangkan komposit dari permukaan

marginal antara gigi dengan inlay. Setelah pas, dilakukan proses light-curingdari arah oklusal,

fasial, dan lingual masing-masing selama 60 detik. Namun dapat juga disesuaikan dengan

rekomendasi pabrik. Untuk lebih jelasnya mengenai langkah-langkah dalam melakukan

sementasi dapat dilihat dari gambar 1-4 yang ada di bawah ini.

Gambar 16. aplikasi asam hydrofluoric pada permukaan internal sebuah inlay keramik

Gambar 17. strip matriks yang berupa plastik bening ditempatkan pada bagian proksimal gigi (gambar kiri) dan

inlay diinsersikan pada gigi (gambar kanan)

47

Page 48: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Gambar 18. A terlihat enamel dan dentin yang dietsa dengan menggunakan asam fosfor

B Semen komposit diaplikasikan pada inlay

C Setelah itu dilakukan aplikasi dengan sistem adhesif

D Inlay keramik diinsersikan pada gigi

Gambar 18 E dan F sebelum dilakukan proses light cure, kelebihan semen komposit dihilangkan dengan menggunakan eksplorer, brushes atau IPC carver. Lalu pada gambar F dilakukan proses light-cure dari sisi oklusal,

fasial dan lingual

6. FINISHING DAN POLISHING RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK48

Page 49: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

Kelebihan (ekses) restorasi resin komposit dapat dihilangkan dengan surgical blade.

Setelah ekses dihilangkan, dilakukan pengecekan oklusi dan bila perlu dilakukan

penyesuaian. Kontak prematur dapat dikoreksi dengan instrumen fine-grid diamond,

dilanjutkan dengan 30-fluted carbide finishing burs, bila penyesuaian dilakukan pada

restorasi. Pada beberapa kasus, penyesuaian oklusi dilakukan pada gigi antagonis dari gigi

yang direstorasi. Hal ini hanya dilakukan jika dibutuhkan penyesuaian oklusi untuk

mengkoreksi dataran oklusal (occlusal plane) dari gigi antagonis atau untuk mengurangi

tonjol gigi antagonis agar tidak terjadi trauma oklusal (Roberson dkk., 2002).

Setelah penyesuaian oklusi dilakukan, restorasi harus dipoles. Pemolesan restorasi

resin komposit indirek menggunakan alat dan bahan yang sama dengan restorasi resin

komposit direk. Pada pemolesan digunakan polishing cups atau polishing points. Dalam

penggunaan instrumen putar harus selalu disertai aliran air dan pemakaian dengan tekanan

kecil. Hasil restorasi yang mengkillap bisa didapatkan dengan mengaplikasikan pasta poles

yang mengandung pumice, silca, alumina, atau tinoxide dengan bantuan sikat (brushes),

rubber cups, atau dental tapes. Setelah pemolesan akhir, restorasi resin komposit dapat diberi

lapisan tipis glaze untuk meningkatkan kehalusan permukaan (Chandra dkk., 2007).

Gambar 19. Finishing dengan egg-shaped 30-bladed Gambar 20. Polishing dengan silicone carbide bur

tungsten fine finishing bur

49

Page 50: Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)

50