hubungan sanitasi dasar dengan insiden penyakit berbasis lingkungan...

56
HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN DI PERUMAHAN ADB I DESA RANTAU PANYANG TIMUR KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI Oleh: RUSNI NIM : 07C10104156 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR KABUPATEN ACEH BARAT MEULABOH 2013

Upload: others

Post on 18-Jul-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKITBERBASIS LINGKUNGAN DI PERUMAHAN ADB I DESARANTAU PANYANG TIMUR KECAMATAN MEUREUBO

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

Oleh:

RUSNINIM : 07C10104156

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMARKABUPATEN ACEH BARAT

MEULABOH2013

Page 2: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKITBERBASIS LINGKUNGAN DI PERUMAHAN ADB I DESARANTAU PANYANG TIMUR KECAMATAN MEUREUBO

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

RUSNINIM : 07C10104156

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMARKABUPATEN ACEH BARAT

MEULABOH2013

Page 3: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk

mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam

lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses

terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya (Dinkes, 2009).

Visi pembangunan kesehatan saat ini adalah Indonesia sehat 2014 untuk

mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dituangkan

kedalam empat misi salah satunya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat

melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani

(Depkes RI, 2009). Misi pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan

menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS). Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku

yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan

seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan

berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2009).

Menurut Notoatmodjo (2007), usaha kesehatan lingkungan merupakan

suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia

agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan optimum bagi

manusia yang hidup didalamnya.

Page 4: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

2

Lingkungan permukiman dan perumahan merupakan kebutuhan dasar

manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Hal ini

disebabkan hampir separuh hidup manusia akan berada di rumah, sehingga

kualitas rumah akan sangat berdampak terhadap kondisi kesehatannya (Depkes RI,

2002). Rumah seharusnya menjadi tempat yang bebas dari gangguan, rasa

kebersamaan. Rumah yang sehat mampu melindungi dari panas dan dingin yang

ekstrim, hujan dan matahari, angin, hama, bencana seperti banjir dan gempa bumi,

serta polusi dan penyakit (Wicaksono, 2009).

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka paling sedikit

yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar adalah: a). Pendidikan

kesehatan, b). Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi, c). Penyediaan

air minum dan sanitasi dasar, d). Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk

keluarga berencana, e). Imunisasi, dan f). Pengobatan dan pengadaan obat

(Hasanah, 2010).

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk

menyediakan lingkungan pemukiman sehat yang memenuhi syarat kesehatan

meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban/wc),

pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah (tempat sampah). Sarana sanitasi

ini merupakan prasarana pendukung untuk melakukan program Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) (Azwar, 1999).

Kejadian penyakit maupun gangguan kesehatan pada manusia, tidak

terlepas dari peran faktor lingkungan. Hubungan interaktif antara manusia serta

perilakunya dengan komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit,

juga dikenal sebagai proses kejadian penyakit. Sedangkan proses kejadian

Page 5: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

3

penyakit satu dengan yang lain masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri.

Dalam hal ini faktor lingkungan memegang peranan sangat penting. Interaksi

manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak antara kuman dengan

manusia. Sering terjadi kuman yang tinggal di tubuh host kemudian berpindah ke

manusia karena manusia tidak mampu menjaga kebersihan lingkungan. Hal ini

tercermin dari tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan yang masih

merupakan masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia. Untuk mengurangi

masalah kesehatan akibat penyakit-penyakit lingkungan adalah dengan

merencanakan dan melaksanakan suatu manajemen penyakit yang berbasis

wilayah (Depkes RI, 2002).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari 7 miliar penduduk

dunia masih ada sekitar 2,6 miliar orang yang tidak memiliki akses toilet dan

fasilitas sanitasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merangking negara-negara

dengan sanitasi terburuk di dunia dan Indonesia menduduki peringkat ke-3

(Wahyuningsih, 2011)

Di Indonesia terdapat 4 dampak kesehatan besar disebabkan oleh

pengelolaan air dan sanitasi yang buruk yakni diare, tipus, polio dan cacingan.

Hasil survei pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kejadian diare pada semua usia

di Indonesia adalah 423 per 1.000 penduduk dan terjadi satu-dua kali per tahun

pada anak-anak berusia dibawah lima tahun. (Elok, 2008).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh

Barat tahun 2012 tentang persentase rumah sehat, terdapat 42,091 (25,925%)

rumah tangga dengan jumlah rumah tangga yang diperiksa 25,925 (61,6%) rumah

tangga terdapat 13,307 (31,6) rumah tangga sehat di Kabupaten Aceh Barat.

Page 6: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

4

Cakupan sanitasi dasar persediaan air bersih 28,263 (57,9%) Kepala Keluarga

memiliki persediaan air bersih, yang memiliki jamban 12,693 (26,0%), yang

memiliki tempat sampah 4,525 (9,3%), pengelolaan air limbah 2,533 (5,2%).

Penyakit 10 besar dalam wilayah Kabupaten Aceh Barat, yang pertama penyakit

ISPA 25%, penyakit Hypertensi 22%, Infeksi Kulit (15%), Reumatik (14%),

Common Cold (8%), Diare (7%), Bronchitis dan Disentri masing – masing (3%).

(Profil Dinas Kesehatan Aceh Barat. 2012).

Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar di wilayah kerja

Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2012

Berdasarkan data yang diperoleh terdapat 4,725 Kepala Keluarga (KK) dengan

jumlah yang diperiksa 1.400 Kepala Keluarga (KK), terdapat persediaan air bersih

1,338 Kepala Keluarga memiliki persediaan air bersih, yang memiliki jamban

1,103, tidak ada yang memiliki tempat sampah dan pengelolaan air limbah.

Dengan keadaan pemukiman serta failitas sanitasi yang masih kurang tersebut,

menyebabkan masih tingginya angka penyakit ISPA dengan jumlah 2.047 kasus

yang menduduki peringkat 1 dalam 10 penyakit terbesar di Wilayah Kerja

Puskesmas Meureubo (Laporan Puskesmas Meureubo. 2012).

Selain sarana sanitasi dasar faktor perilaku juga merupakan faktor yang

sangat penting dalam usaha kesehatan masyarakat. Walaupun sarana sanitasi dasar

tersedia jika tidak didukung oleh perilaku hidup sehat dari masyarakat maka tujuan

pembangunan kesehatan tidak akan tercapai.

Hasil survei awal yang dilakukan penulis di perumahan ADB I Desa

Rantau Panyang Timur Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat didapati

bahwa jumlah penduduk sebanyak 699 jiwa dengan jumlah kepala keluarga

Page 7: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

5

sebanyak 130 KK, semua penduduk memiliki rumah permanen, penduduk

menggunakan air sumur bor sebagai sumber air bersih, umumnya rumah tangga

sudah mempunyai fasilitas WC/jamban, pengelolaan sampah di perumahan ADB I

masih kurang hal ini masih banyak di jumpai sampah rumah tangga yang tidak di

buang pada tempatnya. Sedangkan pembuangan air limbah rumah tangga masih

menggenagi di belakang rumah tangga di karenakan tersumbatnya saluran air yang

ada.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis

menetapkan rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimanakah hubungan sanitasi

dasar di perumahan ADB I Desa Rantau Panyang Timur Kecamatan Meureubo

Kabupaten Aceh Barat dengan insiden penyakit berbasis lingkungan?

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sanitasi dasar di perumahan ADB I Desa

Rantau Panyang Timur Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat dengan

insiden penyakit berbasis lingkungan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan sarana penyediaan air bersih terhadap insiden

penyakit berbasis lingkungan di perumahan ADB I Desa Rantau Panyang

Timur Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

2. Untuk mengetahui hubungan sarana pembuangan air limbah terhadap insiden

penyakit berbasis lingkungan di perumahan ADB I Desa Rantau Panyang

Timur Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

Page 8: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

6

3. Untuk mengetahui hubungan sarana pembuangan kotoran manusia terhadap

insiden penyakit berbasis lingkungan di perumahan ADB I Desa Rantau

Panyang Timur Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

4. Untuk mengetahui hubungan sarana pengelolaan sampah terhadap insiden

penyakit berbasis lingkungan di perumahan ADB I Desa Rantau Panyang

Timur Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Untuk mendapatkan tambahan wawasan tentang hubungan sanitasi dasar

dengan insiden penyakit berbasis lingkungan.

1.4.2 Aplikatif

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat

tentang sanitasi dasar perumahan ADB I Desa Rantau Panyang Timur

Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat sehingga masyarakat dapat

terhindar dari berbagai penyakit yang mungkin disebabkan oleh lingkungan

yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah

daerah tentang sanitasi dasar sehingga dapat mendukung tersedianya sarana

sanitasi dasar yang layak bagi masyarakat di perumahan ADB I Desa Rantau

Panyang Timur Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

Page 9: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan menurut WHO (World Health Organization) adalah

suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar

dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Ruang lingkup kesehatan lingkungan

meliputi : penyediaan air minum, pengelolaan air buangan dan pengendalian

pencemaran, pembuangan sampah padat, pengendalian vektor,

pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia, higiene

makanan termasuk higiene susu, pengendalian pencemaran udara, pengendalian

radiasi, kesehatan kerja, pengendalian kebisingan, perumahan dan pemukiman,

aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, perencanaaan daerah

perkotaan, pencegahan kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata, tindakan –

tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana

alam dan perpindahan penduduk, tindakan pencegahan yang diperlukan untuk

menjamin lingkungan. (Ghandi, 2010).

2.1.1 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan

hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan

dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap

timbulnya masalah kesehatan masyarakat.

Ruang lingkup Kesehatan lingkungan adalah :

Page 10: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

8

1. Menurut WHO

a. Penyediaan air minum

b. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran

c. Pembuangan sampah padat

d. Pengendalian vektor

e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

f. Higiene makanan, termasuk higiene susu

g. Pengendalian pencemaran udara

h. Pengendalian radiasi

i. Kesehatan kerja

j. Pengendalian kebisingan

k. Perumahan dan pemukiman

l. Aspek kesling dan transportasi udara

m. Perencanaan daerah dan perkotaan

n. Pencegahan kecelakaan

o. Rekreasi umum dan pariwisata

p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan

epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.

q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

2. Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3), ruang

lingkup kesehatan lingkungan sebagai berikut :

a. Penyehatan air dan udara

b. Pengamanan Limbah padat/sampah

c. Pengamanan Limbah cair

Page 11: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

9

d. Pengamanan limbah gas

e. Pengamanan radiasi

f. Pengamanan kebisingan

g. Pengamanan vektor penyakit

3. Menurut Kepmenkes RI Nomor HK.03.01/160/I/2010, ruang lingkup

kesehatan lingkungan sebagai berikut :

a. Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas

b. Persentase kualitas air minum yang memenuhi syarat

c. Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat

d. Persentase cakupan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat

e. Persentase cakupan tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat

f. Persentase cakupan rumah yang memenuhi syarat

g. Persentase penduduk stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

h. Cakupan daerah potensial yang melaksanakan strategi adaptasi dampak

kesehatan akibat perubahan iklim

i. Persentase provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan STBM sebesar

100% Kab/Kota

j. Persentase provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan kota sehat yang

sesuai standart 50%

k. Persentase Kab/Kota Kawasan yang telah melaksanakan

Kab/Kota/Kawasan sehat

Menurut Kusnoputranto ruang lingkup dari kesehatan lingkungan meliputi:

1. Penyediaan air minum.

2. Pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran air.

Page 12: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

10

3. Pengelolaan sampah padat.

4. Pengendalian vektor penyakit.

5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah.

6. Hygiene makanan.

7. Pengendalian pencemaran udara.

8. Pengendalian radiasi.

9. Kesehatan kerja, terutama pengendalian dari bahaya-bahaya fisik, kimia

dan biologis.

10. Pengendalian kebisingan.

11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan masyarakat dari

perumahan penduduk, bangunan-bangunan umum dan institusi.

12. Perencanaan daerah dan perkotaan.

13. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, laut dan darat.

14. Pencegahan kecelakaan.

15. Rekreasi umum dan pariwisata.

16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi,

bencana alam, perpindahan penduduk dan keadaan darurat.

17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar lingkungan

pada umumnya bebas dari resiko gangguan kesehatan (Kusnoputranto,

2003).

2.2 Penyakit Berbasis Lingkungan

Lingkungan tidak mungkin mampu mendukung jumlah kehidupan yang

tanpa batas dengan segala aktivitasnya. Karena itu, apabila lingkungan sudah tidak

mampu lagi mendukung kehidupan manusia, manusia akan menuai berbagai

Page 13: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

11

kesulitan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berdampak pada

kualitas daya dukung lingkungan, yang pada akhirnya akan merusak lingkungan

itu sendiri. Eksploitasi sumberdaya yang berlebihan akan berdampak buruk pada

manusia (Anies, 2006).

Pengaruh lingkungan dalam menimbulkan penyakit pada manusia telah

lama disadari, seperti dikemukakan Blum dalam Planing for health, development

and applicationof social change theory, bahwa factor lingkungan berperan sangat

besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya kondisi

kesehatan masyarakat yang buruk, termasuk timbulnya berbagai penyakit juga

dipengaruhi oleh lingkungan yang buruk (Anies, 2006).

Interaksi manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak antara

kuman dengan manusia. Sering terjadi kuman yang tinggal ditubuh host kemudian

berpindah kemanusia karena manusia tidak mampu menjaga kebersihan

lingkungannya. Hal ini tercermin dari tingginya kejadian penyakit berbasis

lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar masyarakat

Indonesia. Beberapa penyakit yang timbul akibat kondisi lingkungan yang buruk

seperti ISPA, diare, DBD, Malaria dan penyakit kulit (Depkes RI, 2002).

2.2.1 ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari,

yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah mulai dari hidung sampai

gelembung paru beserta organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga

tengah dan selaput paru (Depkes RI, 2001).

Page 14: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

12

ISPA disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia, hemophilhillus

influenza, asap dapur, sirkulasi udara yang tidak baik, tempat berkembang biaknya

disaluran pernapasan, ISPA dapat ditularkan melalui udara yang terkontaminasi

dengan bakteri ketika penderita batuk yang terhirup oleh orang sehat masuk

kesaluran pernafasannya (Depkes RI, 2001).

ISPA dapat dicegah dengan cara menjaga sirkulasi udara dalam rumah

dengan membuka jendela setiap hari, menghindari polusi udara di dalam rumah

seperti asap dapur dan asap rokok, tidak padat penghuni di kamar tidur, menjaga

kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya (Depkes RI, 2001).

2.2.2 Diare

Diare adalah buang air besar lembek sampai encer yang lebih dari 3 kali

dalam satu hari. Diare dapat disebabkan oleh bakteri/virus seperti : Rotavirus,

Escherrichia Coli Enterotoksigenik (ETEC), Shigella, Compylobacter Jejuni,

Cryptospondium (Depkes RI, 2001).

Diare karena bakteri Escherrichia Coli (E.Coli) disebabkan oleh bakteri

E.Coli, tempat berkembang biak bakteri ini adalah dalam tinja manusia, cara

penularan melalui makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang

dibawa oleh lalat yang hinggap pada tinja yang dibuang sembarangan, melalui

minum air yang terkontaminasi bakteri E.Coli yang tidak dimasak sampai

mendidih, melalui tangan yang terkontaminasi bakteri E.Coli karena sudah buang

air besar tidak mencuci tangan dengan sabun (Depkes RI, 2001).

Cara pencegahan diare dapat dilakukan antara lain : menutup makanan

agar tidak dihinggapi lalat, tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan

Page 15: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

13

dengan sabun sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air besar, mencuci

bahan makanan dengan air bersih, memasak air sampai mendidih dan

menggunakan air bersih yang memenuhi syarat (Depkes RI, 2001).

2.2.3 Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan

oleh nyamuk Aedes Aegypti, dengan cara seseorang yang dalam darahnya

mengandung virus Dengue bila digigit nyamuk akan terhisap masuk ke dalam

lambung nyamuk dan berkembang biak, kemudian masuk ke dalam kelenjar air

liur nyamuk setelah satu minggu di dalam tubuh nyamuk, bila nyamuk menggigit

orang sehat akan menularkan virus Dengue, virus ini tetap berada di dalam tubuh

nyamuk sehingga dapat menularkan kepada orang sehat lainnya (Depkes RI,

2001).

Nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di dalam dan di luar rumah

seperti ember, drum, tempayan, tempat penampungan air bersih, vas bunga, kaleng

bekas yang berisi air bersih bak mandi, lubang pohon, lubang batu, pelepah daun,

tempurung kelapa, potongan bambu yang dapat menampung air (Depkes RI,

2001).

Upaya praktis yang dapat dilakukan dalam pengendalian vector dan

pemberantasan penyakit DBD adalah sebagai berikut (Anies, 2006) :

1. Menguras tempat penyimpanan air seperti bak mandi, drum, gantilah air di vas

bunga serta di tempat minum burung sekurang-kurangnya seminggu sekali.

2. Menutup rapat tempat penampungan air seperti drum dan tempayan agar

nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak.

3. Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti

kaleng bekas, ban bekas, botol bekas.

Page 16: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

14

4. Tutuplah lubang pagar pada pagar bambu dengan tanah atau adukan semen.

5. Jangan meletakkan pakaian digantungan di tempat terbuka misalnya di

belakang pintu kamar agar nyamuk tidak hinggap.

6. Untuk tempat penampungan air yang sulit dikuras taburkan bubuk abate ke

dalam genangan air tersebut, untuk membunuh jentik-jentik nyamuk, ulangi

hal ini setiap 2-3 bulan sekali. Takaran penggunaan bubuk abate, untuk 10

liter air cukup dengan 1 gram bubuk abate.

7. Perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk misalnya dengan menggunakan

anti nyamuk dan memakai kelambu yang diberi intektisida pada saat tidur.

2.2.4 Malaria

Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus

Plasmodium yang termasuk golongan protozoa, yang penularannya melalui vector

nyamuk Anopheles spp, dengan gejala demam, pening, lemas, pucat, nyeri otot,

menggigil, suhu bias mencapai 40ºC terutama pada infeksi Plasmodium

falcifarum. Di Indonesia terdapat 4 spesies Plasmodium yaitu (Achmadi, 2008) :

1. Plasmodium vivax, memiliki distribusi geografis terluas, termasuk wilayah

beriklim dingin, subtropik hingga daerah tropic. Demam terjadi setiap 48 jam

atau setiap hari ketiga, pada waktu siang atau sore. Masa inkubasi

Plasmodium vivak antara 12 hingga 17 hari dan salah satu gejala adalah

pembengkakan limpa atau splenomegali.

2. Plasmodium falciparum, merupakan penyebab malaria tropika secara klinik

berat dan dapat menimbulkan berupa malaria cerebral dan fatal. Masa

inkubasi malaria tropika sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri kepala, pegal

linu, demam tidak begitu nyata serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal.

Page 17: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

15

3. Plasmodium ovale, masa inkubasi malaria dengan penyebab Plasmodium

ovale adalah 12 hngga 17 hari, dengan gejala setiap 48 jam, relatif ringan dan

sembuh sendiri.

4. Plasmodium malariae merupakan penyebab malaria guartana yang

memberikan gejala demam setiap 72 jam, malaria jenis ini umumnya terdapat

pada daerah gunung dataran rendah pada daerah tropic. Biasanya berlangsung

tanpa gejala dan ditemukan secara tidak sengaja namun malaria jenis ini

sering mengalami kekambuhan.

Beberapa faktor ligkungan sangat berperan dalam berkembangbiaknya

nyamuk sebagai vector penular malaria, faktor-faktor tersebut antara lain,

lingkungan fisik seperti suhu udara, suhu udara mempengaruhi panjang pendeknya

masa inkubasi ekstrinsik yaitu pertumbuhan fase sporogoni dalam perut nyamuk.

Kelembaban udara yang rendah, akan memperpendek umur nyamuk, hujan yang

diselingi panas semakin besar kemungkinan perkembangbiakannya (Achmadi,

2008).

Tempat berkembangbiak nyamuk Anopheles antara lain : kolam ikan yang

tidak dipakai lagi, bekas galian tanah atau pasir yang terisi air hujan, batang bambu

yang dapat menampung air hujan, kaleng bekas, ban bekas yang dapat menampung

air hujan serta saluran air yang tidak mengalir (Depkes RI, 2001).

Lingkungan biologi juga berperan dalam perkembangbiakan vector

penular malaria, misalnya ada lumut, ganggang berbagai tumbuhan air yang

membuat Anopheles sundaicus merasa nyaman untuk membesarkan anak

keturunannya berupa telur dan larva (Achmadi, 2008).

Penyakit malaria dapat menular dengan cara nyamuk malaria menggigit

dan menghisap darah orang yang sakit malaria, parasit di dalam tubuh manusia

Page 18: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

16

masuk ke dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut berkembangbiak dalam tubuh

nyamuk dan menjadi matang dalam waktu 10-14 hari, setelah parasit matang, jika

nyamuk menggigit manusia sehat maka parasit malaria akan masuk ke dalam

tubuh orang yang sehat, maka orang yang sehat akan menjadi sakit (Depkes RI,

2001).

Malaria dapat dicegah dengan membasmi tempat perindukan nyamuk

seperti menyebarkan ikan pemakan jentik, membersihkan semak belukar di sekitar

rumah, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan,

membersihkan tempat air minum burung dan vas bunga secara teratur, menimbun

atau mengalirkan air yang tergenang, membersihkan tambak, empang serta saluran

irigasi dari tumbuhan air (Depkes RI, 2001).

Pencegahan malaria juga dapat dilakukan dengan memasang kasa nyamuk

dan jendela, memasang kelambu yang berinsektisida waktu tidur pada malam hari,

menggunakan anti nyamuk, jangan bergadang pada malam hari serta menutup

seluruh badan jika diluar rumah pada malam hari (Depkes RI, 2001).

2.2.5 Penyakit Kulit

Penyakit kuliat atau sering disebut dengan kudis/scabies/gudik/budukan

yang disebabkan oleh tungau atau sejenis kutu yang sangat kecil (Sarcoptes

Scabies), tempat berkembangbiaknya adalah dilapisan tanduk kulit dan membuat

terowongan dibawah kulit sambil bertelur.

Penularannya dapat melalui kontak langsung dengan penderita dan dapat

pula ditularkan melalui perantara seperti baju, handuk, sprei yang digunakan

penderita kemudian digunakan oleh orang sehat, pencegahan dapat dilakukan

Page 19: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

17

dengan menghindar menukar baju, handuk, lingkungan tidak terlalu padat,

menjaga kebersihan lingkungan dan personal hygiene (Depkes RI, 2001).

2.3 Upaya Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya

status kesehatan yang optimal pula (Soekidjo, 2007).

Adapun tujuan dilakukannya upaya kesehatan lingkungan adalah untuk

menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga

faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor resiko timbulnya

penyakit menular dimasyarakat (Muninjaya, 2004).

Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk

menciptakan lingkungan sehat telah dipilih beberapa indikator, yaitu persentase

rumah sehat, persentase keluarga yang memiliki akses air bersih dan air minum,

jamban sehat, saluran pembuangan air limbah, tempat pembuangan sampah serta

Tempat-Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TTUPM). Beberapa upaya

untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh

berbagai instansi terkait seperti pembangunan sarana sanitasi dasar, pemantauan

dan penataan lingkungan, pengukuran dan pengendalian kualitas lingkungan

(Dinkes Dumai, 2008).

2.4 Perumahan Sehat

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.

Perumahan yang baik terdiri dari kumpulan rumah yang dilengkapi dengan

berbagai fasilitas pendukungnya seperti sarana jalan, saluran air kotor, tempat

Page 20: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

18

sampah, sumber air bersih, lampu jalan, dan lain-lain. Standar arsitektur bangunan

terutama untuk perumahan umum pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan

rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak dan luas ruangan, serta

fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi

persyaratan rumah tinggal yang sehat dan menyenangkan (Budiman, 2006).

Adapun kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residential

Environment dari WHO (2004) antara lain :

1. Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin dan berfungsi sebagai

tempat istirahat.

2. Mempunyai tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus dan kamar

mandi.

3. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.

4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.

5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh, dan dapat melindungi penghuninya

dari gempa, keruntuhan dan penyakit menular.

6. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang asri.

Sementara itu, kriteria rumah menurut Winslow antara lain :

1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis.

Terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan didalam pemenuhan

kebutuhan fisiologis yang berkaitan dengan perumahan, diantaranya :

a. Suhu ruangan. Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah.

Suhu sebaiknya tetap berkisar antara 18-20ºC. Suhu ruangan ini sangat

dipengaruhi oleh : suhu udara luar, pergerakan udara, kelembaban udara,

suhu benda-benda yang ada disekitarnya.

Page 21: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

19

b. Penerangan. Rumah harus cukup mendapatkan penerangan baik pada siang

maupun malam hari. Idealnya, penerangan didapat dengan bantuan listrik.

Setiap ruangan diupayakan mendapat sinar matahari terutama dipagi hari.

c. Ventilasi. Pertukaran udara yang cukup menyebabkan udara tetap segar

(cukup mengandung oksigen). Dengan demikian, setiap rumah harus

memiliki jendela yang memadai. Luas jendela secara keseluruhan kurang

dari 15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga

udara dapat mengalir bebas jika jendela dan pintu dibuka.

d. Jumlah ruangan atau kamar. Ruang atau kamar diperhitungkan berdasarkan

jumlah penghuni atau jumlah orang yang tinggal bersama didalam satu

rumah atau sekitar 5 m per orang.

2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis.

Disamping kebutuhan fisiologis, terdapat kebutuhan psikologis yang harus

dipenuhi dan diperhatikan berkaitan dengan sanitasi rumah. Kebutuhan tersebut,

antara lain :

a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa

keindahan sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah

tangga yang sehat.

b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup bagi setiap anggota keluarga yang

tinggal dirumah tersebut.

c. Untuk setiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa, harus

memiliki ruangan sendiri sehingga privasinya tidak terganggu.

d. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, seperti ruang untuk

menerima tamu.

Page 22: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

20

3. Dapat menghindarkan dari terjadinya kecelakaan atau kebakaran.

Ditinjau dari faktor bahaya kecelakaan ataupun kebakaran, rumah yang

sehat dan aman harus dapat menjauhkan penghuninya dari bahaya tersebut.

Adapun kriteria yang harus dipenuhi dari perspektif ini, antara lain :

a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak

mudah runtuh.

b. Memiliki sarana pencegahan kasus kecelakaan di sumur, kolam dan

tempat-tempat lain terutama untuk anak-anak.

c. Bangunan diupayakan terbuat dari material yang tidak mudah terbakar.

d. Memiliki alat pemadam kebakaran terutama yang menggunakan gas.

e. Lantai tidak boleh licin dan tergenang air.

4. Dapat menghindarkan dari terjadinya penularan penyakit.

Rumah atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung

terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan, seperti : infeksi saluran

nafas, infeksi pada kulit, infeksi saluran pencernaan, kecelakaan, dan gangguan

mental.

2.5 Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk

menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang

menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi

derajat kesehatan manusia. (Azwar,1999).

Sanitasi adalah suatu upaya pencegahan penyakit yang menitik beratkan

kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Kualitas

Page 23: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

21

lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang

membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia, melalui pemukiman

antara lain rumah tinggal dan asrama atau yang sejenisnya, lingkungan kerja antara

perkantoran dan kawasan industri atau sejenis. Sedangkan upaya yang harus

dilakukan dalam menjaga dan memelihara kesehatan lingkungan adalah obyek

Sanitasi meliputi seluruh tempat kita tinggal/bekerja seperti: dapur, restoran,

taman, publik area, ruang kantor, rumah dan sebagainya.

2.5.1 Penyediaan Air Bersih

Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, juga manusia selama

hidupnya selalu memerlukan air. Dengan demikian semakin naik jumlah penduduk

dan laju pertumbuhannya semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air.

Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang semakin meningkat

diperlukan industrialisasi yang dengan sendirinya akan meningkatkan lagi aktivitas

penduduk serta beban penggunaan sumber daya air. Beban pengotoran air juga

akan bertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan. Sebagai akibatnya

saat ini sumber air minum dan air bersih semakin langka (Soemirat, 2007).

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air

bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih

yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit dimasyarakat. Volume rata-rata

kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter. Kebutuhan air

tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan dan

kebiasaan masyarakat.

Bagi manusia air minum adalah salah satu kebutuhan utama, manusia

mengunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, cuci, kakus, produksi

Page 24: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

22

pangan, papan dan sandang. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa

oleh air kepada manusia pada saat memanfaatkannya, maka tujuan utama

penyediaan air minum/bersih bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit

bawaan air. Dengan demikian diharapkan, bahwa semakin banyak liputan

masyarakat dengan air bersih, semakin turun morbiditas penyakit bawaan air ini

(Soemirat, 2007).

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara

langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air

disebut sebagai waterborne disease atau water-related disease. Berdasarkan cara

penularannya, mekanisme penularan penyakit terbagi menjadi empat, yaitu :

1. Waterborne mechanism, didalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air

yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia

melalui mulut atau sistem pencernaan.

2. Waterwashed mechanism, mekanisme penularan semacam ini berkaitan

dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga

cara penularan, yaitu : (a) infeksi melalui alat pencernaan, (b) infeksi melalui

kulit dan mata dan (c) penularan melalui binatang pengerat.

3. Water-based mechanism, penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini

memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya didalam

tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup didalam air.

4. Water-related insect vector mechanism, agen penyakit ditularkan melalui

gigitan serangga yang berkembang biak didalam air.

Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya

diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidak-tidaknya

Page 25: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

23

diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai

persyaratan sebagai berikut :

1. Syarat fisik. Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah tidak

berwarna, tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya. Cara mengenal

air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.

2. Syarat bakteriologis. Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas

dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara ini untuk mengetahui

apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen, adalah dengan

memeriksa sampel (contoh) air tersebut.

3. Syarat kimia. Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu

dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat

kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.

Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus

memenuhi standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum, selalu

memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan kepada pelanggan. Karena air

baku belum tentu memenuhi standart, maka seringkali dilakukan pengolahan air

untuk memenuhi standart air minum (Soemirat, 2007).

Pengolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks,

tergantung dari kualitas air bakunya. Apabila air bakunya baik, maka mungkin

tidak diperlukan pengolahan sama sekali. Apabila hanya ada kontaminasi kuman,

maka desinfeksi saja cukup. Dan apabila air baku semakin jelek kualitasnya maka

pengolahan harus lengkap, yakni melalui proses koagulasi, sedimentasi, filtrasi

dan desinfeksi (Soemirat, 2007).

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan

tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan

Page 26: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

24

segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat

kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan

dapat merugikan secara ekonomis (Soemirat, 2007).

2.5.2 Pengelolaan Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)

Ekskreta manusia yang terdiri atas feses dan urine merupakan hasil akhir

dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan

dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak

dibutuhkan oleh tubuh tersebut berbentuk tinja dan air seni (Budiman, 2007).

Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area

pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi

kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah

yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (feses) adalah

sumber penyebaran penyakit yang multikompleks (Soekidjo, 2007).

Peranan tinja di dalam penyebaran penyakit sangat besar, disamping dapat

langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya, juga air,

tanah, serangga dan bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja-tinja

tersebut (Soekidjo, 2007).

Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya

pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit yang

ditularkan melalui tinja. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja

manusia antara lain : tifus, disentri, kolera, schistosomiasis dan sebagainya

(Soekidjo, 2007).

Untuk mencegah dan mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan

maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya

Page 27: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

25

pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu

jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-

persyaratan sebagai berikut (Soekidjo, 2007) :

1. Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut

2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya

3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya

4. Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang-

binatang lainnya

5. Tidak menimbulkan bau

6. Mudah digunakan dan dipelihara

7. Sederhana desainnya

8. Murah

9. Dapat diterima oleh pemakainya

Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah

tentu berbeda dengan teknologi jamban di daerah perkotaan. Oleh karena itu,

teknologi jamban di daerah pedesaan disamping harus memenuhi persyaratan

jamban sehat juga harus didasarkan pada sosiobudaya dan ekonomi masyarakat

pedesaan (Soekidjo, 2007).

Pengelolaan tinja manusia dapat dilakukan didalam septik tank. Di dalam

septik tank tinja akan dikonversi sacara anaerobik menjadi biogas (campuran gas

Carbindioksida dan gas Metan). Diharapkan dengan penyedian jamban yang sehat

dan pengelolaan tinja secara tepat, angka kejadian penyakit bawaan air dapat

diminimalkan (Ricki, 2005).

Page 28: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

26

2.5.3 Pengelolaan air limbah

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari

rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan

manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air

limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah

pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air

tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Kusnoputranto, 2003).

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air

yang sisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain

seperti industri, perhotelan dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun

volumenya besar, karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-

kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor

(tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan akan

digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola atau

diolah secara baik (Soekidjo, 2007).

Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat

dikelompokkan menjadi :

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga, yaitu air limbah yang

berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri

dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi,

dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.

2. Air buangan industri, yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses

produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai

Page 29: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

27

dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri. Oleh sebab

itu pengolahan jenis air limbah ini agar tidak menimbulkan polusi

lingkungan menjadi lebih rumit.

3. Air buangan kotapraja, yaitu air buangan yang berasal dari daerah :

perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat

ibadah dan sebagainya. Pada umumnya zat yang terkandung dalam jenis air

limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak

buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut

antara lain : gangguan kesehatan, penurunan kualitas lingkungan, gangguan

terhadap keindahan dan gangguan terhadap kerusakan benda (Ricki, 2005).

Pada awalnya tujuan dari pengolahan air limbah adalah untuk

menghilangkan bahan-bahan tersuspensi dan terapung, pengolahan bahan organik

biodegradable serta mengurangi organisme patogen. Namun sejalan dengan

perkembangannya, tujuan pengelolaan air limbah sekarang ini juga terkait dengan

aspek estetika dan lingkungan (Ricki, 2005).

Pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan

bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya dilakukan

dengan bantuan kolam stabilisasi. Kolam stabilisasi sangat direkomendasikan

untuk pengolahan air limbah di daerah tropis dan negara berkembang sebab biaya

yang diperlukan untuk membuatnya relatif murah tetapi membutuhkan area yang

luas.

Kolam stabilisasi yang umumnya digunakan adalah kolam anaerobik

(anaerobic pond), kolam fakultatif (facultative pond) dan kolam maturasi

Page 30: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

28

(aerobic/maturation pond). Kolam anaerobik biasanya digunakan untuk mengolah

air limbah dengan kandungan bahan organik yang sangat pekat, sedangkan kolam

maturasi biasanya digunakan untuk memusnahkan mikroorganisme patogen di

dalam air limbah (Ricki, 2005).

Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Di dalam IPAL, biasanya proses

pengolahan dikelompokkan sebagai pengolahan pertama (primary treatment),

pengolahan kedua (secondary treatment) dan pengolahan lanjutan (tertiary

treatment) (Ricki, 2005).

Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan

teknis sebagai berikut:

1. Tidak mencemari sumber air bersih

2. Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk

3. Tidak menimbulkan bau

4. Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak

menyenangkan (DepKes RI, 1993).

2.5.4 Pengelolaan Sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai

lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu

kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat membuat batasan

sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak

disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak

terjadi dengan sendirinya (Soekidjo, 2007).

Page 31: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

29

Agar dapat mempermudah pengelolaannya, sampah dapat dibedakan atas

dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sebagai berikut (Soemirat, 2006):

1. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun,

pertanian dan lainnya.

2. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam

dan lainnya.

3. Sampah yang berupa debu atau abu.

4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah

berasalkan industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis

berbahaya.

Sampah ini dalam bahasa inggris disebut garbage, yaitu yang mudah

membusuk karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya

menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam

pembuangannya. Bagi lingkungan sampah jenis ini relatif kurang berbahaya

karena dapat terurai dengan sempurna menjadi zat-zat organik yang berguna bagi

fotosintesa tumbuh-tumbuhan.

Sampah yang tidak membusuk, dalam bahasa inggris disebut refuse.

Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang sehingga dapat

bermanfaat kembali baik melalui suatu proses ataupun secara langsung. Apabila

tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan proses untuk memusnahkannya, seperti

pembakaran.

Sampah berupa debu atau abu hasil pembakaran, baik pembakaran bahan

bakar ataupun sampah tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk

mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yang beracun,

maka abu ini pun tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan masyarakat.

Page 32: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

30

Yang dimaksud dengan sampah berbahaya (B3) adalah sampah yang

karena jumlahnya, atau konsentrasinya, atau karena sifat kimiawi, fisika dan

mikrobiologinya dapat (a) meningkatkan mortalitas dan morbiditas secara

bermakna atau menyebabkan penyakit yang tidak reversible, (b) berpotensi

menimbulkan bahaya sekarang maupun di masa yang akan datang terhadap

kesehatan ataupun lingkungan apabila tidak diolah, ditransport, disimpan dan

dibuang dengan baik.

Sampah, baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh

berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara

lain adalah:

1. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak

penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun

berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

2. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi

masyarakat, semakin banyak jumlah per kapita sampah yang dibuang.

Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk.

Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia,

peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan

persampahan.

3. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun

kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam.

Penyakit bawaan sampah sangat luas dan dapat berupa penyakit menular

dan tidak menular, dapat juga berupa akibat kebakaran, keracunan dan lain-lain.

Oleh sebab itu dapat dipahami bahwa pengelolaan sampah perlu didasarkan atas

berbagai pertimbangan, yaitu : untuk mencegah terjadinya penyakit, konservasi

sumber daya alam, mencegah gangguan estetika, memberi intensif untuk daur

ulang atau pemanfaatan, dan bahwa kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat

(Soemirat, 2006).

Page 33: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

31

Untuk dapat mengatasi dan mengurangi produksi sampah kita dapat

melakukan teknik pembuangan sampah. Teknik pembuangan sampah dapat dilihat

mulai dari sumber sampah sampai pada tempat pembuangan akhir sampah. Baik

dari segi kualitas maupun kuantitas dengan meningkatkan pemeliharaan dan

kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi sampah, meningkatkan efisiensi

pengunaan bahan baku, dan meningkatkan pengunaan bahan yang dapat terurai

secara alamiah. Semua usaha ini memerlukan kesadaran masyarakat serta peran

sertanya (Soemirat, 2006).

Selanjutnya pengelolaan ditujukan pada pengumpulan sampah mulai dari

produsen sampai pada tempat pembuangan akhir (TPA) dengan membuat tempat

penampungan sampah sementara (TPS), transportasi yang sesuai lingkungan dan

pengelolaan pada TPA. Sebelum dimusnahkan, sampah dapat pula diolah dahulu

baik untuk memperkecil volume, untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali.

2.6 Landasan Teori

Soemirat, 2007 Sarana Penyediaan Air

Bersih Sarana Pengelolaan Sampah

Penyebab penyakit(pederita)

Kuman

Makanan

Soekidjo, 2007 Sarana Pembuangan Air

Limbah Sarana Pembuangan Kotoran

Manusia

Perilaku

OrangSehat

Anies, 2006PenyakitBerbasis

Lingkungan

SanitasiLingkungan

Page 34: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

32

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan sarana penyediaan air bersih terhadap insiden penyakit berbasis

lingkungan di perumahan ADB I.

2. Ada hubungan sarana pembuangan air limbah terhadap insiden penyakit

berbasis lingkungan di perumahan ADB I

3. Ada hubungan sarana pembuangan kotoran manusian terhadap insiden

penyakit berbasis lingkungan di perumahan ADB I

Ada hubungan sarana pengelolaan sampah terhadap insiden penyakit berbasis

lingkungan di perumahan ADB I

Sarana Penyediaan Air Bersih

Sarana Pembuangan Air Limbah

Sarana Pengelolaan Sampah

Sarana Pembuangan KotoranManusia

Penyakit BerbasisLingkungan

Page 35: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

7

Page 36: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

7

Page 37: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif suatu

pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adannya (Notoatmodjo,

2005).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perumahan ADB I Desa Ranto Panyang

Timur Kecamatan Meureubo pada tanggal 14 Juni sampai dengan 21 Juni 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah semua penduduk

diperumahan ADB I yang berjumlah 699 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi penelitian yang besarnya

ditentukan dengan memakai rumus Slovin :

n = 1 + (d )Keterangan:

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Penyimpangan terhadap populasi/derajat ketepatan yang diinginkan

(0,1).

Page 38: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

34

n = 6991 + 699 (0,1 )n = 87Dari rumus di atas diperoleh sampel minimal yaitu sebanyak 87 orang.

Tehnik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling

yaitu mengambil sampel yang ada, tersedia dan memenuhi kriteria. Sampel dalam

penelitian ini adalah kepala keluarga di perumahan ADB I.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui pengisian

kuesioner oleh responden yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kantor kepala Desa,

puskesmas Meureubo, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat dan literatur

kepustakaan.

3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

No. Variabel KeteranganVariabel Independen1. Penyediaan Air

BersihDefinisi Sarana untuk mendapatkan air bersih

yang digunakan untuk memenuhikebutuhan sehari-hari

Cara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur - Baik

- Kurang

Skala ukur Ordinal

Page 39: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

35

2. Pembuangan AirLimbah

Definisi Sarana pembuangan air sisa darikegiatan manusia, baik kegiatanrumah tangga maupun kegiatan lain

Cara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur - Baik

- KurangSkala ukur Ordinal

3. PembuanganKotoran Manusia(Jamban)

Definisi Sarana yang digunakan untukpembuangan feses dan urinemerupakan hasil akhir dari prosesyang berlangsung dalam tubuhmanusia

Cara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur - Baik

- KurangSkala ukur Ordinal

4. Pengelolaan Sampah Definisi Sarana pembuangan sesuatu bahanatau benda padat yang sudah tidakdipakai lagi oleh responden

Cara ukur Penyebaran KuesionerAlat ukur KuesionerHasil ukur - Baik

- KurangSkala ukur Ordinal

Variabel Dependen6. Penyakit Berbasis

LingkunganDefinisi Penyakit yang timbul akibat kondisi

lingkungan yang burukCara ukur WawancaraAlat ukur KuesionerHasil ukur - Baik

- KurangSkala ukur Ordinal

3.6. Aspek Pengukuran Variabel

3.6.1 Penyediaan Air Bersih

Baik : jika responden mendapatkan nilai > 15 dari total skor.

Kurang : jika responden mendapatkan nilai < 15 dari total skor

Page 40: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

36

3.6.2 Pembuangan Air Limbah

Baik : jika responden mendapatkan nilai > 6 dari total skor.

Kurang : jika responden mendapatkan nilai < 6 dari total skor

3.6.3 Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)

Baik : jika responden mendapatkan nilai > 9 dari total skor.

Kurang : jika responden mendapatkan nilai < 9 dari total skor

3.6.4 Pengelolaan Sampah

Baik : jika responden mendapatkan nilai > 4,5 dari total skor.

Kurang : jika responden mendapatkan nilai < 4,5 dari total skor

3.6.5 Penyakit Berbasis Lingkungan

Baik : jika responden mendapatkan nilai > 7,5 dari total skor.

Kurang : jika responden mendapatkan nilai < 7,5 dari total skor

3.7. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut :

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Data hasil

penelitian dideskripsikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan narasi untuk

megevaluasi besarnya proporsi masing-masing faktor yang ditemukan pada sampel

untuk masing-masing variabel yang diteliti.

3.7.1 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan

hipotesis dua variabel. Dalam penelitian ini digunakan uji Chi-Square dengan

Coefficient Contingency untuk menghubungkan variabel terikat dengan variabel

bebas.

Page 41: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

37

Analisa data dilakukan dengan pengujian statistik untuk melihat adanya

hubungan antara variable bebas dan variable terikat dalam penelitian. Uji statistik

yang digunakan perangkat lunak komputer..

Page 42: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perumahan ADB I Gampong Rantau Payang Timur

Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat

Perumahan ADB I terletak di Gampong Rantau Payang Timur Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat yang mempunyai luas 3 ha. Perumahan ADB I

sampai sekarang jumlah penduduk perumahan ADB I sebanyak 699 jiwa dengan

jumlah kepala keluarga sebanyak 130 KK dengan kepala dusun ADB I adalah

Bapak Irwan Sunardi.

Perumahan ADB I Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat

mempunyai jarak 3 Km dari ibu kota kecamatan dan 8 Km dari Ibu kota Kabupaten

Aceh Barat dengan bentuk wilayahnya berbentuk daratan. Secara administrasi

perumahan ADB I yang di batasi oleh:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Lueng Bako

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Jalan Gedung Pramuka

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Jalan

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jalan Alpen

4.1.2 Hasil Penelitian Analisa Univariat

Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner

melalui wawancara yang meliputi umur, penyediaan air bersih, pembuangan air

limbah, pembuangan kotoran manusia, pengelolaan sampah dan penyakit berbasis

lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 43: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

39

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur di Perumahan ADB I DesaRantau Panyang Timur Kecamatan Meureubo Kabupaten AcehBarat

No Umur Frekuensi (n) Persentase (%)1. < 41 Tahun 49 56,32. > 41 Tahun 38 43,7

Total 87 100

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut umur

yang terbanyak adalah berumur < 41 tahun yaitu sebanyak 49 responden (56,3%)

dan yang paling sedikit adalah berumur > 41 tahun yaitu 38 responden (43,7%).

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Penyediaan Air Bersih diPerumahan ADB I Desa Rantau Panyang Timur KecamatanMeureubo Kabupaten Aceh Barat

No Penyediaan Air Bersih Frekuensi (n) Persentase (%)1. Baik 74 85,12. Kurang 13 14,9

Total 87 100

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut

penyedian air bersih yang terbanyak adalah penyedian air bersih yang baik yaitu

sebanyak 74 responden (85,1%), dan penyedian air bersih kurang yaitu 13

(14,9%).

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pembuangan Air Limbah diPerumahan ADB I Desa Rantau Panyang Timur KecamatanMeureubo Kabupaten Aceh Barat

No Pembuangan Air Limbah Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Baik 52 59,82. Kurang 35 40,2

Total 87 100

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut

pembuangan air limbah adalah yang baik yaitu sebanyak 52 responden (59,8%)

Page 44: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

40

dan yang kurang sebanyak 35 responden (40,2%).

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pembuangan Kotoran Manusia diPerumahan ADB I Desa Rantau Panyang Timur KecamatanMeureubo Kabupaten Aceh Barat

No Pembuangan Kotoran Manusia Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Baik 65 74,72. Kurang 22 25,3

Total 87 100

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut

pembuangan kotoran manusia adalah yang baik yaitu 65 responden (74,7%) dan

yang kurang sebanyak 22 responden (25,3%).

Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Pengelolaan Sampah di PerumahanADB I Desa Rantau Panyang Timur Kecamatan MeureuboKabupaten Aceh Barat

No Pengelolaan Sampah Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Baik 48 55,22. Kurang 39 44,8

Total 87 100

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut

pengelolaan sampah yang baik adalah sebanyak 48 responden (55,2%) dan yang

kurang adalah 39 responden (44,8%).

Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Penyakit Berbasis Masyarakat diPerumahan ADB I Desa Rantau Panyang Timur KecamatanMeureubo Kabupaten Aceh Barat

No Penyakit Berbasis Masyarakat Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Baik 33 37,92. Kurang 54 62,1

Total 87 100

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut

Page 45: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

41

penyakit berbasis masyarakat yang baik adalah sebanyak 33 responden (37,9%)

dan yang kurang adalah 54 responden (62,1%).

4.2 Analisa Bivariat

4.2.1 Hubungan Penyediaan Air Bersih dengan Penyakit Berbasis

Lingkungan

Tabel 4.7 Hubungan Penyediaan Air Bersih dengan Penyakit BerbasisLingkungan di Perumahan ADB I Desa Rantau Panyang TimurKecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat

NoPenyediaan Air

Bersih

Penyakit BerbasissLingkungan Total

OR P ValueBaik Kurang

n % n % n %1. Baik 21 28,4 53 71,6 74 100 0,033 0,0012. Kurang 12 92,3 1 7,7 13 100

Jumlah 33 54 87

Dari data tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa variabel penyediaan air bersih,

persentase penyediaan air bersih yang baik yang penyakit berbasis lingkungan

yang baik sebanyak 21 orang (28,4%). Bila dibandingkan dengan responden yang

penyediaan air bersih kurang yang penyakit berbasis lingkungan yang baik

sebanyak 21 orang (92,3%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 0,001 yang berarti lebih

kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

hubungan antara penyediaan air bersih dengan penyakit berbasis lingkungan. Dari

hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar 0,03 yang artinya

responden yang mempunyai penyediaan air bersih yang baik mempunyai peluang

Page 46: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

42

0,033 kali untuk terhindar dari penyakit berbasis lingkungan dibandingkan

responden yang kurang mempunyai penyediaan air bersih.

4.2.2 Hubungan Pembuangan Air Limbah dengan Penyakit Berbasis

Lingkungan

Tabel 4.8 Hubungan Pembuangan Air Limbah dengan Penyakit BerbasisLingkungan di Perumahan ADB I Desa Rantau Panyang TimurKecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat

NoPembuangan Air

Limbah

Penyakit BerbasisLingkungan Total

OR P ValueBaik Kurang

n % n % n %1. Baik 10 19,2 42 80,8 52 100 0,124 0,0012. Kurang 23 65,7 12 34,3 35 100

Jumlah 33 54 87

Dari data tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa variabel pembuangan air

limbah, persentase pembuangan air limbah baik yang penyakit berbasis masyarakat

baik sebanyak 10 orang (19,2%). Bila dibandingkan dengan pembuangan air

limbah yang penyakit berbasis lingkungan yang kurang sebanyak 23 orang

(65,7%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 0,001 yang berarti lebih

kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

hubungan antara pembuangan air limbah dengan penyakit berbasis lingkungan.

Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar 0,124 yang

artinya responden yang mempunyai pembuangan air limbah yang baik mempunyai

peluang 0,124 kali untuk terhindar dari penyakit berbasis lingkungan dibandingkan

responden yang kurang mempunyai pembuangan air limbah.

Page 47: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

43

4.2.3 Hubungan Pembuangan Kotoran Manusia dengan Penyakit Berbasis

Lingkungan

Tabel 4.9 Hubungan Pembuangan Kotoran Manusia dengan PenyakitBerbasis Lingkungan di Perumahan ADB I Desa Rantau PanyangTimur Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat

NoPembuangan

Kotoran Manusia

Penyakit BerbasisLingkungan Total

OR P ValueBaik Kurang

n % n % n %1. Baik 15 23,1 50 76,9 65 100 0,067 0,0012. Kurang 18 81,8 4 18,2 22 100

Jumlah 33 54 87

Dari data tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa variabel pembuangan kotoran

manusia, persentase pembuangan kotoran manusia yang baik yang penyakit

berbasis lingkungan yang baik sebanyak 15 orang (23,1%). Bila dibandingkan

dengan responden yang pembuangan kotoran manusia kurang yang penyakit

berbasis lingkungan yang baik sebanyak 18 orang (81,8%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 0,001 yang berarti lebih

kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

hubungan antara pembuangan kotoran manusia dengan penyakit berbasis

lingkungan. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar

0,067 yang artinya responden yang mempunyai pembuangan kotoran manusia yang

baik mempunyai peluang 0,067 kali untuk terhindar dari penyakit berbasis

lingkungan dibandingkan responden yang kurang mempunyai pembuangan

kotoran manusia.

Page 48: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

44

4.2.4 Hubungan Pengelolaan Sampah dengan Penyakit Berbasis Lingkungan

Tabel 4.10 Hubungan Pengelolaan Sampah dengan Penyakit BerbasisLingkungan di Perumahan ADB I Desa Rantau Panyang TimurKecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat

NoPengelolaan

Sampah

Penyakit BerbasisLingkungan Total

OR P ValueBaik Kurang

n % n % n %1. Baik 1 2,1 47 97,9 48 100 0,005 0,0012. Kurang 32 82,1 7 17,9 39 100

Jumlah 33 54 87

Dari data tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa variabel pengelolaan sampah,

persentase pengelolaan sampah baik yang penyakit berbasis masyarakat baik

sebanyak 1 orang (2,1%). Bila dibandingkan dengan pengelolaan sampah yang

penyakit berbasis masyarakat yang kurang sebanyak 32 orang (82,1%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 0,001 yang berarti lebih

kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

hubungan antara pengelolaan sampah dengan penyakit berbasis lingkungan. Dari

hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar 0,005 yang artinya

responden yang mempunyai pengelolaan sampah yang baik mempunyai peluang

0,005 kali untuk terhindar dari penyakit berbasis lingkungan dibandingkan

responden yang kurang mempunyai pengelolaan sampah.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hubungan Penyediaan Air Bersih dengan Penyakit Berbasis

Lingkungan

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa penyediaan air bersih

memberikan hubungan dengan penyakit berbasis lingkungan. Dengan kata lain ada

Page 49: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

45

hubungan antara penyediaan air bersih dengan penyakit berbasis lingkungan di

perumahan ADB I Desa Rantau Panyang Timur Kecamatan Meureubo Kabupaten

Aceh Barat, masyarakat di perumahan ADB I Desa Rantau Panyang Timur

Kecamatan Meureubo telah memiliki penyediaan air bersih yang cukup memadai

yang penyediaan air bersih telah memenuhi syarat kesehatan secara fisik yaitu tidak

berbau, tidak berwarna, tidak berasa. Hail ini merupakan suatu hal yang cukup baik

mengigat telah terpenuhinya persyaratan dasar suatu penyehatan penyediaan air

bersih untuk kebutuhan sehari hari serta mengindentifikasi bahwa tingkat kesehatan

dalam penggunaan penyediaan air bersih telah cukup baik, sementara itu masih

ada juga masyarakat yang penyediaan airbersih tidak memenuhi persyaratan

kesehatan yang baik, kualitas air secara fisik yaitu berbau, berasa, dan berwarna.

Apalagi air merupakan sumber dan media yang paling cocok dalam penularan

berbagai macam penyakit.

Menurut Juli Soemirat S, (2007) air mempunyai hubungan yang erat dengan

kesehatan. Air merupakan hal yang paling esensial bagi kesehatan, tidak hanya

dalam upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi domestik dan pemanfaatannya

(minum masak, mandi, dan lain-lain). Persentase yang meningkat dari penyakit –

penyakit infeksi yang bisa mematikan maupun merugikan kesehatan ditularkan

melalui air yang sudah tercemar. Sebagian penyakit yang berkaitan dengan air yang

bersifat menular, penyakit-penyakit tersebut umumnya diklasifikasikan menurut

berbagai aspek lingkungan yang dapat di intervensi oleh manusia (Sanropie, 2001).

4.3.2 Hubungan Pembuangan Air Limbah dengan Penyakit Berbasis

Lingkungan

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa pembuangan air limbah

Page 50: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

46

memberikan hubungan dengan penyakit berbasis lingkungan. Dengan kata lain ada

hubungan antara pembuangan air limbah dengan penyakit berbasis lingkungan di

perumahan ADB I Desa Rantau Panyang Timur Kecamatan Meureubo Kabupaten

Aceh Barat,

Berdasarkan hasil observasi di perumahan ADB I Desa Rantau Panyang

Timur Kecamatan Meureubo, air limbah dialirkan kesaluran air limbah yang

tertutup dan terbuka. Saluran yang terbuka sering menimbulkan bau dan aroma

tidak sedap. Selain itu saluran ini mudah tercemar dengan benda lain selain air

limbah, sehingga terjadi penggenangan air yang dapat memunculkan bibit penyakit.

Saluran terbuka ini berada sekitar 10 meter dari jarak terdekat perumahan.

Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat

menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat

menjadi tempat berkembangbiaknya mikroorganisme patogen, larva nyamuk

ataupun serangga lainnya yang dapat menjadi media transmisi penyakit, terutama

penyakit-penyakit yang penularannya melalui air yang tercemar seperti kolera,

tipus abdominalis, disentri dan sebagainya (Kusnoputranto,H, 2003).

4.3.3 Hubungan Pembuangan Kotoran Manusia dengan Penyakit Berbasis

Lingkungan

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa pembuangan kotoran manusia

memberikan hubungan dengan penyakit berbasis lingkungan. Dengan kata lain ada

hubungan antara pembuangan kotoran manusia dengan penyakit berbasis

lingkungan di perumahan ADB I Desa Rantau Panyang Timur Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya berbagai

Page 51: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

47

penyakit diantaranya tipus, kolera, disentri, poliomyelitis, ascariasis, dan

sebagainya. Kotoran manusia merupakan buangan padat yang selain menimbulkan

bau, mengotori lingkungan, juga merupakan media penularan penyakit pada

masyarakat. Oleh sebab itu perlu sekali menjaga kebersihan jamban dan kamar

mandi, sehinggan tidak terjadi penularan penyakit yang diakibatkan oleh tinja

(Azwar, A, 1999).

4.3.4 Hubungan Pengelolaan Sampah dengan Penyakit Berbasis Lingkungan

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa pengelolaan sampah

memberikan hubungan dengan penyakit berbasis lingkungan. Dengan kata lain ada

hubungan antara pengelolaan sampah dengan penyakit berbasis lingkungan di

perumahan ADB I Desa Rantau Panyang Timur Kecamatan Meureubo Kabupaten

Aceh Barat,

Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa di perumahan ADB I

Kecamatan Meureubo kurang terdapat sarana pembuangan sampah sementara

maupun akhir, yang ada hanya tempat pengumpulan sampah saja. Tempat

sampahnya berupa keranjang sampah yang disediakan di setiap rumah. Biasanya

dibersihkan oleh masing-masing orang setiap hari. Sampah berserakan dan tumpah

dari tempatnya. Hal ini bisa menyebabkan dan tempat yang baik bagi bibit penyakit

untuk tumbuh dan berkembang biak.

Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik

jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit, serta

sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebarluasnya suatu penyakit.

Syarat lain yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari

udara, air atau tanah, tidak menimbulka bau (segi estetis), tidak menimbulkan

Page 52: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

48

kebakaran dan lain sebagainya (Azwar, A, 1999).

Menurut Kusnoputranto Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar

pembuangan sampah sembarangan dapat menyebabkan gangguan terhadap

kesehatan masyarakat. pembuangan sampah sembarangan dapat menjadi tempat

berkembangbiaknya mikroorganisme patogen, larva nyamuk ataupun serangga

lainnya yang dapat menjadi media transmisi penyakit, terutama penyakit-penyakit

yang penularannya melalui air yang tercemar seperti kolera, tipus abdominalis,

disentri dan sebagainya (Kusnoputranto,H, 2003).

Page 53: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Adanya hubungan antara penyediaan air bersih dengan penyakit berbasis

lingkungan dengan nilai p=0,001 yang bearti lebih kecil dari α = 0,05.

2. Adanya hubungan antara pembuangan air limbah dengan penyakit berbasis

lingkungan dengan nilai p=0,001 yang bearti lebih kecil dari α = 0,05.

3. Adanya hubungan antara pembuangan kotoran manusia dengan penyakit

berbasis lingkungan dengan nilai p=0,001 yang bearti lebih kecil dari α = 0,05

4. Adanya hubungan antara pengelolaan sampah dengan penyakit berbasis

lingkungan dengan nilai p=0,001 yang bearti lebih kecil dari α-value 0,05

5. Kondisi penyakit berbasis lingkungan di perumahan ADB I Kecamatan

Meureubo yang baik 37,9% dan yang kurang adalah 62,1%

5.2 Saran

1. Diharapkan bagi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat agar

memberikan pembinaan dan penuluhan tentang sarana penyediaan air bersih,

pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusa/jamban keluarga dan

pengelolaan sampah sehingga masyarakat mau mampu menyediakan fasilitas

tersebut dengan cara sendiri-sendiri maupun gotong royong.

2. Diharapkan bagi pihak pukesmas Kecamatan Meureubo agar meningkatkan

pengetahuan dengan memberikan bimbingan, arahan maupun informasi tentang

kesehatan lingkungan umunya dan informasi rumah sehat sehingga terjadi

perubahan hidup masyarakat ke arah yang sesuai dengan kesehatan.

3. Diharapkan bagi masyarakat di perumahan ADB I agar tetap memelihara

kebersihan lingkungan agar terhindar dari berbagai penyakit yang berbasis

lingkungan

Page 54: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

50

Page 55: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

50

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul, 1999. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara SumberWidya. Jakarta.

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit BukuKedokteran. Jakarta.

Depkes RI. 1990. Permenkes No. 416/Menkes/SK/VIII/1990 tentangPemantauan Kualitas Air Minum, Air Bersih, Air Kolam Renang dan AirPemandian Umum. Jakarta.

___________. 1993, Persyaratan Kesehatan Tempat-Tempat Umum, DirektoratJendral PPM & PLP, Jakarta.

___________. 2000. Prinsip-prinsip Higiene dan Sanitasi Makanan, Jakarta

___________. 2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, DirektoratJenderal PPM & PL, Jakarta.

___________. 2005. Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-2009.Jakarta.

Hadi, Sudharto P, 2000, Manusia dan lingkungan. Semarang : Badan penerbitUniversitas Diponegoro.

Hernowo B., 2007, Kiat Kerja Sanitasi di Lingkungan Kumuh. Bappenas. Jakarta.

Kusnnoputranto, H., 2003. Kesehatan lingkungan. Fakultas kesehatanMasyarakat. Universitas Indonesia. Jakarta

Notoadmodjo S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. .Jakarta.

____________. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Rineka Cipta.Jakarta.

____________. 2003. Ilmu Kesehatan Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta

Sastra M Suparno, Endi Marlina. 2005. Perencanaan dan PengembanganPerumahan. : Andi. Yogyakarta.

Slamet, Juli Soemirat. 2007. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.

Page 56: HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN INSIDEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN …repository.utu.ac.id/246/1/BAB I_V.pdf · 2017-09-17 · 11. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan

51

Sanropie, Djasio, 2001, Penyedian Air Bersih, Depkes RI.

Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Andi Offset. Yogyakarta.

Wardhana, Wisnu Arya, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta

Wicaksono, A. 2009. Menciptakan Rumah Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta.