hubungan program kerja wpa dengan stigma dan diskriminasi ...eprints.ums.ac.id/73616/1/naskah...

18
HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP ODHA PADA ANGGOTA WPA DI SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : NAILI CITRADI WIDAYATI J 410 150 048 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: duongtuong

Post on 10-Aug-2019

320 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN

DISKRIMINASI TERHADAP ODHA PADA ANGGOTA WPA DI

SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada

Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

NAILI CITRADI WIDAYATI

J 410 150 048

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

i

Page 3: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

ii

Page 4: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

iii

Page 5: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

1

HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN

DISKRIMINASI TERHADAP ODHA PADA ANGGOTA WPA DI

SURAKARTA

Abstrak

Di Surakarta jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS dari 2005 – Juni 2018 adalah 641

kasus yang terdiri dari 260 kasus HIV, 381 kasus AIDS. Terdapat 153 anggota WPA

di 5 Kecamatan. Munculnya stigma disebabkan karena kurangnya keterlibatan

masyarakat dalam setiap upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS seperti

penyuluhan kesehatan tentang HIV/AIDS. Salah satu upaya pengurangan stigma

yaitu pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dengan membentuk WPA (Warga

Peduli AIDS) yang mana WPA dapat melaporkan temuan-temuan yang ada,

berkoordinasi dengan puskesmas setempat, serta mengumpulkan warga lingkungan

agar mau untuk disosialisasikan HIV dan AIDS melalui forum warga yang telah ada.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan program kerja WPA dengan

stigma dan diskriminasi terhadap ODHA pada anggota WPA di Surakarta. Jenis

penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross

sectional. Populasi penelitian adalah anggota WPA (Warga Peduli AIDS) sebanyak

153 orang. Sampel diambil sebanyak 99 orang dengan menggunakan teknik Cluster

Random Sampling. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik

chi-square test . Derajat kepercayaan yang digunakan 95% dan taraf kesalahan 5%.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 April 2019 sampai 27 April 2019 di

Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara program kerja WPA dengan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA

(p=0,501) pada anggota WPA di Surakarta.

Kata Kunci : peran WPA, stigma, HIV/AIDS, ODHA

Abstract

In Surakarta the cumulative number of HIV/ AIDS cases from 2005 - June 2018 was

641 cases consisting of 260 HIV cases, 381 AIDS cases. The emergence of stigma is

due to a lack of community involvement in any HIV/ AIDS prevention and

prevention efforts such as health education on HIV/ AIDS. One effort to reduce

stigma is HIV/ AIDS prevention and control by forming WPA (Citizens Care for

AIDS) in which WPA can report on existing findings, coordinate with the local health

center, and gather environmental residents to want to be socialized by HIV and AIDS

through existing citizen forums. This study aimed to analyze the relationship between

WPA work programs and the stigma and discrimination against ODHA in WPA

members in Surakarta. The type of this research observational analytic with cross

sectional research design. The degree of trust used 95% and the level of error 5%.

This research was conducted on April 15, 2019 until April 27, 2019 in Surakarta. The

Page 6: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

2

results showed that there was no significant relationship between the WPA work

program and the stigma and discrimination against ODHA (pvalue 0.501) in WPA

members in Surakarta.

Keywords : the role of WPA, stigma, HIV / AIDS, ODHA

1. PENDAHULUAN

Stigma dan diskriminasi merupakan hambatan terbesar dalam upaya pencegahan dan

penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Stigma berasal dari pikiran individu yang

takut jika berada dekat dengan ODHA. Munculnya stigma dan diskriminasi dapat

disebabkan karena kurangnya keterlibatan masyarakat dalam setiap upaya

pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Akibatnya, banyak masyarakat yang

kurang mendapatkan informasi yang tepat mengenai HIV/AIDS, khususnya dalam

mekanisme penularan HIV/AIDS (Wati dkk, 2017).

Munculnya stigma dan diskriminasi dapat disebabkan karena kurangnya

keterlibatan masyarakat dalam setiap upaya pencegahan dan penanggulangan

HIV/AIDS seperti penyuluhan kesehatan tentang HIV/AIDS. Akibatnya, banyak

masyarakat yang kurang mendapatkan informasi yang tepat mengenai HIV/AIDS,

khususnya dalam mekanisme penularan HIV/AIDS. Perilaku diskriminatif pada

ODHA tidak hanya melanggar hak asasi manusia, melainkan juga sama sekali tidak

membantu upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS (Wati dkk, 2017).

Adanya stigma pada ODHA akan mengakibatkan berbagai dampak seperti

isolasi sosial, penyebarluasan status HIV dan penolakan dalam berbagai lingkup

kegiatan kemasyarakatan seperti dunia pendidikan, dunia kerja, dan layanan

kesehatan. Tingginya penolakan masyarakat dan lingkungan akan kehadiran orang

yang terinfeksi HIV/AIDS menyebabkan sebagian ODHA harus hidup dengan

menyembunyikan status (Maman dkk, 2009). Salah satu penelitian di Iran

menemukan prevalensi stigma dan persepsi negatif terhadap ODHA berkisar 46-69%.

Penelitian Shaluhiyah, et al menunjukkan hampir separuh dari responden (49,7%)

memiliki sikap negatif terhadap ODHA (Situmeang, 2017).

Page 7: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

3

Warga Peduli AIDS (WPA) merupakan sebuah ikhtiar (usaha) dalam

pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di masyarakat, dan suatu gerakan

partisipasi masyarakat, sehingga target pencapaian tidak bias diukur dengan waktu

yang cepat, apa lagi ditarget dengan menggunakan sistem program yang biasa

dilakukan (KPAN, 2010). Kelompok masyarakat yang tergabung dalam WPA terdiri

dari masyarakat baik di tingkat Desa, Kelurahan, Rukun Warga (RW), Dusun, Blok

dan tingkatan sejenis.

Pencegahan dan penanggulangan berupa melaporkan temuan kasus HIV/AIDS,

sangat penting dilakukan mengingat kejadian kasus HIV/AIDS cukup tinggi.

Persebaran HIV secara merata di berbagai negara dengan kasus tertinggi berada pada

benua Afrika, yang menduduki peringkat pertama dengan jumlah 25,7 juta jiwa dan

kasus tertinggi kedua pada negara di Asia Tenggara dengan jumlah 3,5 juta jiwa.

Sedangkan jumlah terendah orang yang terinfeksi virus HIV terdapat di pasifik barat

dengan berjumlah 1,9 juta orang (WHO, 2017).

Indonesia menduduki peringkat pertama pada tahun 2017 yang diestimasikan

sebagai penyumbang ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) terbanyak di Asia Tenggara

yaitu sebesar 630.000 jiwa yang kemudian disusul oleh Thailand sebesar 440.000

jiwa. Jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 2005 - 2017 mengalami kenaikan

tiap tahunnya. Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan

Desember 2017 sebanyak 280.623 jiwa (Ditjen P2P kemenkes RI, 2018).

Provinsi Jawa Tengah saat ini menduduki peringkat ke-5 terbesar terkait

jumlah infeksi HIV di Indonesia yaitu sebesar 22.292kasus (7,9%) setelah DKI

Jakarta 51,981 kasus (18,5%), Jawa Timur sejumlah39.633 kasus (14,1%), Papua

29.083kasus (10,36%)dan Jawa Barat 28.964 kasus (10,32%). Kota Surakarta juga

menjadi penyumbang terbesar dalam kasus HIV/AIDS dengan jumlah kumulatif

kasus HIV tahun 2017 sebesar 404 jiwa(Ditjen P2P Kemenkes RI, 2017).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, jumlah kasus HIV

sebanyak 102 kasus di bulan Juni – Agustus 2018 (Dinkes, 2018). Jumlah kumulatif

Page 8: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

4

kasus HIV/AIDS di Surakarta dari 2005 – Juni 2018 adalah 641 kasus yang terdiri

dari 260 kasus HIV, 381 kasus AIDS (KPA Surakarta, 2018).

Terdapat 153 anggota WPA dengan penguatan legalitas dari Kepala Kelurahan

di Surakarta yang mana terdapat 50% anggota WPA yang masih aktif dalam

melaksanakan tugasnya sebagai apresiasi terhadap program pencegahan yang

berbasis pada masyarakat. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) sudah membuat

program meliputi penyuluhan dan pelatihan kepada anggota WPA untuk mengurangi

stigma, namun program tersebut masih belum efektif dikarenakan masih ada anggota

WPA yang melakukan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA (KPA Surakarta,

2018).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan KPA Surakarta dengan membagikan

kuesioner kepada anggota WPA didapatkan hasil 80% anggota WPA yang sudah

mengetahui pengetahuan dasar HIV tetapi masih melakukan stigma dan diskriminasi,

sedangkan 20% anggotaWPA belum mengetahui pengetahuan dasar HIV dan masih

melakukan stigma dan diskriminasi. Bentuk stigma dan diskriminasi yang dilakukan

oleh anggota WPA yaitu tidak memperbolehkan ODHA tinggal dilingkungan sekitar

mereka, dikarenakan mereka takut tertular (KPA, Surakarta 2018).

Berjalannya program yang telah dilakukan, KPA memegang harapan besar

akan keberlanjutan program pencegahan, meningkatkan kerjaWPA serta mampu

menurunkan angka stigma terhadap ODHA di Surakarta. Oleh karena itu peneliti

tertarik untuk meneliti tentang hubungan program kerja WPA dengan stigma dan

diskriminasi terhadap ODHA pada anggota WPA di Surakarta.

2. METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan menggunakan

pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada 15 April – 27 April 2019,

dan tempat penelitian dilakukan di 3 Kecamatan yaitu Banjarsari, Jebres dan Pasar

Kliwon yang terdiri dari 33 Kelurahan di Kota Surakarta. Populasi dalam penelitian

ini adalah anggotaWPA yang berjumlah 153 yang tersebar di 5 kecamatan di

Page 9: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

5

Surakarta. Teknik atau pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Cluster Random Sampling. Diperoleh sampel 3 Kecamatan penelitian

sebanyak 99 anggota WPA. Analisis data yang dilakukkan untuk mendeskripsikan

variabel independen yang diteliti yaitu program kerja WPA dengan Stigma dan

Diskriminasi pada ODHA, serta variable dependen menggunakan uji statistik chi

square test.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden WPA dengan Stigma dan

diskriminasi pada ODHA di Surakarta tahun 2019

Stigma dan diskriminasi

terhadap ODHA

Karakteristik Rendah Tinggi Total

n % n % N %

Umur

20-30 Tahun 0 0,0 6 8,1 6 100

31-40 Tahun 2 8,0 8 10,8 10 100

41-50 Tahun 8 32,0 27 36,5 35 100

51-60 Tahun 11 44,0 19 25,7 30 100

61-70 Tahun 3 12,0 12 16,2 15 100

71-80 Tahun 1 4,0 2 2,7 3 100

Rata-rata 50,24

Minimum 20 Tahun

Maximum 72 Tahun

Jenis Kelamin

Laki-laki 5 20,0 25 33,8 30 100

Perempuan 20 80,0 49 66,2 69 100

Pendidikan

Tamat SMP 1 3,4 1 1,4 2 100

Tamat SMA/SMK 22 75,9 38 54,3 60 100

Tidak tamat SMA/SMK 1 3,4 2 2,9 3 100

Tamat D1/D3 3 10,3 8 11,4 11 100

Tamat D4/S1-S3 2 6,9 21 30,0 23 100

Karakteristik

Stigma dan diskriminasi

terhadap ODHA

Total Rendah Tinggi

Page 10: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

6

n % n % N %

Pekerjaan

Swasta 7 24,1 25 35,7 32 100

Wiraswasta 8 27,6 16 22,9 24 100

PNS/TNI/BUMN/

BUMD

3 10,3 4 5,7 7 100

Buruh 1 3,4 1 1,4 2 100

Lainnya 10 34,5 24 34,3 34 100

Lama Menjadi Anggota

0-3 Tahun 14 48,3 27 38,6 41 100

>3 Tahun 15 51,7 43 61,4 58 100

Mengikuti Pelatihan

Iya 11 11,2 87 88,8 98 100

Tidak 1 33,3 2 66,7 3 100

Mengikuti Penyuluhan

Iya 11 11,2 87 88,8 98 100

Tidak 1 100 0 0 1 100

Memberikan Info

Iya 29 100 70 100 99 100

Tidak 0 0 0 0 0 0

Total 99 100

Berdasarkan Tabel 1 karakteristik responden, kelompok umur dengan stigma dan

diskriminasi tinggi terhadap ODHA pada umur 41-50 tahun sebanyak 27 orang

(36,5%) dengan rata-rata umur responden sebesar 50,24 tahun. Umur termuda pada

umur 20 tahun dan umur tertua pada umur 72 tahun. Responden berstigma tinggi

terhadap ODHA berjenis kelamin perempuan sebanyak 49 orang (66,2%).

Pada tingkat pendidikan responden dengan stigma dan diskriminasi tinggi

terhadap ODHA paling banyak adalah tamat SMA/SMK, yaitu sebanyak 38 orang

(54,3%) dan berstigma rendah pada tamat SMP sebanyak 1 orang (1,4%). Pekerjaan

responden dengan stigma dan diskriminasi tinggi terhadap ODHA paling banyak

adalah Swasta, sebanyak 25 orang (35,7%). Responden yang telah bergabung menjadi

anggota WPA berstigma tinggi terhadap ODHA yaitu anggota WPA yang > 3 tahun

lamanya menjadi anggota WPA sebanyak 43 orang (61,4%).

Pada bentuk kegiatan yang telah diberikan oleh KPA kepada anggota WPA

yang sudah mengikuti kegiatan pelatihan dan masih melakukan stigma dan

Page 11: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

7

diskriminasi terhadap ODHA sebanyak 87 orang (88,8%). Bentuk kegiatan berupa

penyuluhan yang sudah di ikuti oleh anggota WPA dan masih melakukan stigma dan

diskriminasi tinggi terhadap ODHA sebanyak 87 orang (88,8%). Responden yang

sudah memberikan info kepada masyarakat mengenai HIV/AIDS dan masih

melakukan stigma dan diskriminasi tinggi terhadap ODHA sebanyak 70 orang

(100%).

3.2 Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan uji statistik untuk menggambarkan karakteristik

responden program kerja anggota WPA dengan stigma dan diskriminasi terhadap

ODHA pada anggota WPA ditampilkan pada table 2.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi program kerja anggota WPA dengan stigma dan

diskriminasi terhadap ODHA pada anggota WPA.

Variabel Penelitian Frekuensi

(n)

Persen

(%)

Peran WPA

Baik 74 74,7

Kurang Baik 25 25,3

Stigma

Tinggi 70 70,7

Rendah 29 29,3

Total 99 100

Tabel 2 menunjukan, hasil tersebut menunjukkan bahwa karakteristik

responden di Kota Surakarta sebagian besar program kerja WPA baik sebanyak 74

orang (74,7%), serta program kerja WPA yang kurang baik sebanyak 25 orang

(25,3%) dan memiliki stigma dan diskriminasi yang tinggi sebanyak 70 orang

(70,7%).

3.3 Analisi Bivariat

Analisis bivariat menunjukkan hasil uji statistik hubungan program kerja anggota

WPA dengan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA pada anggota WPA di

Surakarta di tampilkan pada table 3.

Page 12: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

8

Tabel 3. hubungan program kerja anggota WPA dengan stigma dan diskriminasi

terhadap ODHA pada anggota WPA di Surakarta.

Variabel

Penelitian

Stigma Terhadap ODHA

Total

P

value

Koefisien

phi

Rendah Tinggi

N % n % n %

Peran WPA

Baik 23 79,3 51 52,3 74 100 0,501 0,506

Kurang

Baik

6 20,7 19 27,1 25 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa, berdasarkan hasil analisis hubungan antara

variabel program kerja WPA dengan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA

menunjukkan p value sebesar 0,501 > 0,05 yang berarti bahwa Ho diterima yaitu

tidak ada hubungan antara pram kerja anggota WPA dengan stigma dan diskriminasi

terhadap ODHA pada anggota WPA. Program kerja WPA baik memiliki stigma dan

diskriminasi tinggi lebih besar dari pada program kerja WPA yang kurang baik ini di

tunjukkan dengan presentase sebesar 52,3% dibandingkan dengan 27,1%. Nilai

koefisien phi adalah 0,506 sehingga memiliki keeratan hubungan yang sedang.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Chi-Square dengan nilai p value

sebesar 0,501 yang berarti bahwa program kerja WPA tidak memiliki hubungan

dengan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA di Surakarta tahun 2019.

Responden yang memiliki stigma dan diskriminasi terhadap ODHA tinggi program

kerja WPA baik lebih besar dari responden yang memiliki stigma dan diskriminasi

tinggi program kerja WPA kurang baik. Ditunjukkan dengan persentase sebesar

52,3% dibandingkan dengan 27,1%.

Hal ini sejalan dengan penelitian Wati (2017) menyebutkan bahwa usia

(p=0,642), jenis kelamin (konstan), pendidikan terakhir (p=0,144), pekerjaan

(p=0,695), lama bergabung dengan WPA (p=1,000), dan dukungan kelompok kerja

WPA (p=0,120) tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku

Page 13: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

9

diskriminatif pada ODHA (p≥0,05). Akan tetapi, penelitian ini bertentangan dengan

Latifah (2011) yang menyatakan masyarakat madani berperan besar dalam mengatasi

persoalan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Hasil studi kasus di lndramayu

menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap ODHA tidak lagi negatif berkat

peran dari tokoh agama yang menyosialisasikan bahwa penyakit tersebut bukan

kutukan dari Tuhan serta penelitian Sasono (2017) yang menyatakan bahwa nilai p

value < 0,005 yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna sebelum dan

sesudah ODHA bergabung mengikuti kegiatan WPA Cahaya Care Turen di Wilayah

Kerja Puskesmas Turen Kabupaten Malang sebanyak 17 orang (74%).

Menurut Paryati, dkk (2011) faktor lain yang dapat mempengaruhi peran WPA

terhadap stigma adalah tingkat pengetahuan, persepsi, pendidikan dan lama bekerja

ini mempengaruhi terjadinya stigma dan diskriminasi karena seseorang yang sudah

lama bekerja cenderung mempunyai wawasan yang lebih luas dan pengalaman yang

lebih banyak, dimana hal ini memegang peranan penting dalam perubahan perilaku

seseorang. Latar belakang pendidikannya mempengaruhi skor stigma dan

diskriminasi terhadap ODHA (Mahendra, 2006).

Program Kerja WPA mengenai HIV/AIDS sangat mempengaruhi individu

tersebut dalam melakukan stigma dan diskrimiasi terhadap ODHA. Ini dikarenakan

faktor lain seperti pengetahuan kurang (62,7%), persepsi negatif tidak pernah

berinterakti dengan ODHA (92%), status ekonomi keluarga rendah (58%) dan orang

yang berjenis kelamin perempuan (67,9%) (Febrianti, 2016), Akan tetapi, dari hasil

analisis yang telah dilakukan ada atau tidaknya program kerja WPA dalam

penanggulangan HIV/AIDS tidak mengurangi stigma dan diskriminasi yang terjadi

pada ODHA, padahal stigma dan perilaku diskriminatif merupakan penghalang

terbesar dalam upaya pencegahan dan penularan HIV/AIDS. Sehingga, salah satu

upaya untuk mengurangi stigma dan diskriminasi masyarakat pada ODHA adalah

dengan memberikan informasi yang lengkap mengenai HIV/AIDS, khususnya

mengenai stigma dan diskriminasi baik melalui penyuluhan maupun konseling (Wati,

2017).

Page 14: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

10

Hal itu terlihat dari jawaban kuesioner tentang stigma dan diskriminasi

terhadap ODHA tinggi pada pertanyaan nomor 3 dan 6, di dapatkan responden belum

paham perihal ciri-ciri orang yang terkena HIV/AIDS yaitu pada pertanyaan Orang

yang terkena HIV/AIDS memiliki badan yang sangat kurus sebanyak 42 orang

(2,1%) padahal belum tentu orang yang terkena HIV/AIDS yang memiliki badan

sangat kurus dan mereka beranggapan bahwa Jika saya tinggal bersama Orang yang

terpapar HIV/AIDS saya akan tertular HIV/AIDS sebanyak 75 orang (0,75%).

Berdasarkan pernyataan responden, penyakit HIV/AIDS dan ODHA sudah sering

didengar, akan tetapi yang mereka dapatkan hanya sekedar pemahaman mengenai

HIV/AIDS saja tidak mendalam menjelaskan ciri, penularan, gejala dan lain

sebagainya. Penyuluhan yang sering diberikan oleh kader kesehatan adalah tentang

perilaku hidup bersih dan sehat serta tentang kesehatan lingkungan, pemberian materi

mengenai HIV/AIDS kepada anggota WPA hanya sebatas pengertian dan bahayanya

saja sehingga perlu adanya perhatian dan pemberian materi yang lengkap kepada

anggota WPA agar mereka tidak salah persepsi terhadap ODHA.

Pemahaman di tentukan oleh niat dan niat berperilaku dipengaruhi oleh sikap

dan norma subjektif yang merefleksikan pengaruh sosial, serta control subjektif

terhadap perilaku (Kusumaningrum, 2012).

4. PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan karakteristik umur, responden yang berstigma tinggi terhadap ODHA

terdapat pada umur 41-50 tahun sebanyak 27 orang (36,5%). Berdasarkan karaktristik

pendidikan, responden yang memiliki stigma tinggi adalah berpendidikan tamat

SMA/SMK sebanyak 38 orang (54,3%). Berdasarkan Program Kerja WPA baik

memiliki stigma tinggi sebesar 52,3%. Tidak ada hubungan program kerja WPA

dengan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA pada anggota WPA di Surakarta (p

value = 0,501).

Page 15: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

11

4.2 Saran

Anggota WPA rutin untuk mengikuti pelatihan maupun penyuluhan tentang

HIV/AIDS dan berupaya aktif menggali informasi mengenai HIV/AIDS kepada

tenaga kesehatan maupun melalui media internet agar tidak memberikan stigma

terhadap ODHA.

Di harapkan petugas kesehatan maupun KPA memberikan pelatihan dan

penyuluhan kepada pengurus maupun anggota WPA secara rutin dan lebih

menekankan penjelasan tentang cara penularan maupun pencegahan HIV/AIDS dan

dapat juga selalu memberikan informasi kepada pengurus atau anggota WPA melalui

grup di media sosial seperti whatsapp. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

pengurus WPA maupun anggota WPA di setiap kelurahan agar penyebaran informasi

merata dan dapat mengurangi stigma terhadap ODHA.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

Rineka Cipta.

Castro, A. Farmer, P. (2005). Understanding And Addresing AIDS-Related Stigma

:From Anthropological Theory To Clinical Practis In Haiti . Am J Public

Health Jan. 95(1) 53-9.

Demartoto. Argyo. (2018). Warga Peduli AIDS Wujud Peran Serta Masyarakat

Dalam Penanggulangan HIV/AIDS. Jurnal Analisa Sosiologi, Vol.7, No.1,

2018.

Dinas Kesehatan Surakatra. (2018). Jumlah Kasus HIV di Surakarta. Surakarta :

Dinas Kesehatan Surakarta.

Ditjen P2P Kemenkes RI. (2018). Jumlah Kasus HIV/AIDS tahun 2017

Surakarta. Dinas Kesehatan Surakarta.

Fajar, P.P, Elizabeth and Sofro, Muchlis. A.U. (2013). Hubungan Antara Stadium

Page 16: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

12

Klinis, Viral Load Dan Jumlah Cd4 Pada Pasien Human Immunodeficiency

Virus (Hiv) / Acquired Immunodeficiency Syndrom (Aids) Di Rsup Dr.

Kariadi Semarang. Undergraduate Thesis : Diponegoro University.

Febrianti. (2016). Factor-faktor yang berhubungan dengan stigma terhadap

orang dengan HIV dan AIDS (ODHA). jurnal Endurance 2 (2) Juni

2017(158-167).

Fiorillo, A., U. Volpe dan D. Bhugra. (2016). Psychiatry In Practice. Italy :

Oxford University Press.

Hidayat, S,S . (2011). Metode Penelitian. Bandung : Mandar Maju.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Pedoman Manajemen

Program Pencegahan Penularan HIV Dan Sifilis Dari Ibu Ke Anak. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Komisi Penanggulangan AIDS. (2010). Warga Peduli AIDS Perwujudan

Partisipasi Masyarakat Dalam Penanggulangan HIV Dan AIDS. Komisi

Penanggulangan AIDS Nasional.

Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta. (2018). Data Kasus HIV/AIDS di

Surakarta 2018. Komisi Penanggulangan AIDS.

Komisi Penanggulangan AIDS Kota Surakarta. (2018). Jumlah WPA di Surakarta

tahun 2018. Komisi penanggulangan AIDS.

Kusumaninggrum, Tanjung A.I. (2012). Perilaku Ibu Terhadap Pemberian

Pemahaman Kesehatan Reproduksi Pada Anak Putra Tunagrahita (Studi

Kualitatif Pada Ibu Dari Siswa Sdlb-C Di Slb Negeri Wonogiri). [Skripsi].

Universitas Diponegoro.

Latifa, Ade dan Sri Sunarti P. (2011). Peran Masyarakat Madani dalam

Mengurangi Stigma dan Diskriminasi Terhadap Penderita HIV & AIDS.

Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. VI, No. 2, 2011. Jakarta : LIPI Press.

Maharani, Rini. (2014). Stigma dan Diskriminasi Orang dengan HIV/AIDS

(ODHA) pada Pelayanan Kesehatan di Kota Pekanbaru. Pekanbaru : STIKes

Hang Tuah Pekanbaru.

Page 17: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

13

Ma’arif, Achmad Wisnu. (2017). Diskriminasi orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

[Skripsi]. Yogjakarta : Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam

Negri Sunan Kalijaga Yogjakarta.

Notoadmodjo. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Paryati, Tri dkk. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi stigma dan

Diskriminasi kepada ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) Oleh petugas

Kesehatan. Bandung: Fakultas Kedokteran Padjajaran Bandung.

Pedoman Nasional. (2011). Tatalaksana Klinis Infeksi HIV Dan Terapi

Antirerroviral Pada Orang Dewasa. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

2012.

Peraturan Menteri Kesehatan. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 87 tahun 2014 tentang pedoman pengobatan antiretroviral.

Kementerian Kesehatan RI.

Pickett G, John J.H. (2009). Kesehatan Masyarakat Administrasi dan Praktik.

Jakarta: EGC.

Retnowati, Misrina. (2017). Hubungan Pendidikan dan Kepercayaan dengan Stigma

Tokoh Agama Terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) Di Kabupaten

Banyumas. (Online) http://www.ojs.akbidylpp.ac.id. Di akses pada 15 April

2019.

Richardson, D. (2002). Perempuan Dan AIDS. Yogyakarta : Media Presindo.

Sari, D.M. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang HIV/AIDS

Dengan Stigma Masyarakat Terhadap ODHA di Kecamatan Banjarsari Kota

Surakarta. [skripsi]. UMS.

Sasono , Tri Nurhudi. (2017). Peran Warga Peduli AIDS Cahaya Care Turen

Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup. Malang : Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan.

Setyoadi dan Endang Triyanto.(2012). Strategi Pelayanan Keperawatan Bagi

Penderita AIDS. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung :

Page 18: HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ...eprints.ums.ac.id/73616/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · 1 HUBUNGAN PROGRAM KERJA WPA DENGAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP

14

Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Susila dan Suyanto. (2015). Metodelogi Penelitian Cross Sectional. Klaten : Boss

Scrip.

Shaluhiyah Z, Musthofa B, Widjanarko B. (2015). Stigma Masyarakat Terhadap

Orang Dengan HIV-AIDS. [Skripsi]. Semarang : Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Diponegoro.

Wati, Novi Sulistia, dkk. (2017). Pengaruh Peran Warga Peduli AIDS Terhadap

Perilaku Diskriminatif Pada ODHA. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 5,

No. 2 , 2017 : 2356-3346.

Wirahayu, A.Y. (2014). Prevention of HIV/AIDS in Indonesia Navy Views of

Knowledge, Atitude anad Practice. Jurnal Berkala Epidemiologi Vol. 2, No.

2, 2014 : ISSN.

WHO . (2017). HIV/AIDS. http://www.who.int/features/qa/71/en/. Diakses pada

tanggal 28 September 2018.

Yuliandra Y, Ulfa Syafli N, dkk. (2017). Terapi antiretroviral pada pasien

HIV/AIDS di RSUP Dr. M. Djamil Padang : Sains Farmasi & Klinis : ISSN.