hubungan pembinaan keagamaan dengan kemampuan...

158
HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN COPING REMAJA PADA LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK (LPKA) KELAS 1 TENGERANG BANTEN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun Oleh: Nely Lailatul Maghfiroh NIM: 1112052000013 JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

Upload: duongkhanh

Post on 24-Aug-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN

KEMAMPUAN COPING REMAJA PADA LEMBAGA

PEMBINAAN KHUSUS ANAK (LPKA) KELAS 1

TENGERANG BANTEN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh:

Nely Lailatul Maghfiroh

NIM: 1112052000013

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 2: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang
Page 3: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang
Page 4: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang
Page 5: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

i

ABSTRAK

Nely Lailatul Maghfiroh, 1112052000013, Hubungan Pembinaan Keagamaan

dengan Kemampuan Coping Remaja pada Lembaga Pembinaan Khusus Anak

(LPKA) Kelas 1 Tangerang Banten, di bawah bimbingan Artiarini Puspita

Arwan, M.Psi

Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang Banten adalah

salah lembaga pemasyarakatan yang berada di bawah Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang

merupakan lembaga pemasyarakatan yang khusus menangai anak usia remaja yang

berhadapan dengan hukum. Selama menjalani tahanan, mereka mendapatkan

pelayanan, pembinaan, dan pendidikan.

Salah satu kegiatan yang dilaksanakan di LPKA adalah pembinaan

keagamaan. Remaja yang berhadapan dengan hukum ini perlu mendapatkan suatu

pembinaan khusus terutama pembinaan keagamaan yang dilakukan secara intensif.

Melalui kegiatan pembinaan keagamaan yang intensif, diharapkan remaja memiliki

kemampuan mengelola stres; dan kemampuan pemecahan masalah. Istiqomah

Wibowo dk. dalam bukunya Psikologi Komunitas menyebutkan bahwa mekanisme

yang digunakan individu untuk menghadapi dan mengatasi masalah disebut dengan

coping. Remaja yang memiliki kemampuan coping yang baik, diharapkan dapat

memilih cara untuk penyelesaian masalah sesuai dengan ketentuan dan petunjuk

agama sehingga remaja tidak melakukan tindakan kriminal kembali yang melanggar

aturan, norma, terlebih pada norma agama.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pembinaan keagamaan

dengan kemampuan coping remaja pada Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)

Kelas 1 Tangerang Banten. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis korelasional, untuk mengetahui

kekuatan/arah hubungan variabel pembinaan keagamaan dengan kemampuan coping.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 47 orang remaja dengan menggunakan teknik

purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah uji koefisien korelasi.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan kuat antara variabel

pembinaan keagamaan dengan kemampuan coping dari remaja di LPKA yang

ditunjukkan dengan hasil korelasi sebesar 0,770 yang didukung oleh beberapa hal,

yaitu (1) aspek Problem Focused Coping (Y1) yang berhubungan nyata positif

dengan pembinaan keagamaan yaitu cukup berarti atau sedang dengan nilai korelasi

sebesar 0,633. (2) emotion focused coping (Y2) yaitu cukup berarti atau sedang

dengan nilai korelasi sebesar 0,642. Dan hubungan antara variabel pembinaan

keagamaan dengan religius focused coping (Y3) yaitu cukup berarti atau sedang

dengan nilai korelasi sebesar 0,508. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembinaan

keagamaan dengan kemampuan coping memiliki hubungan yang kuat.

Kata Kunci: Pembinaan Keagamaan, kemampuan Coping, Remaja.

Page 6: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

ii

KATA PENGANTAR

مــــــــــــــسم هللا الرحمن الرحيــــــــــــــب

Assalamu’alakum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat

yang Allah berikan kepada kita semua, karena berkat rahmat, hidayah serta taufiq-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan

Pembinaan Keagamaan Dengan Kemampuan Coping Remaja Pada Lembaga

Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang Banten”

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan kita

baginda Nabi Muhammad SAW. yang karena kemuliaannyalah kita berharap

syafaatnya di hari kiamat. Disamping itu shalawat dan salam semoga terlimpah

curahkan pula kepada keluarganya, sahabatnya serta pengikutnya yang setia

sampai akhir zaman.

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan

dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan

dan kemampuan penulis. Oleh karena itu dengan hati terbuka penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga penulis dapat

mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada

dikemudian hari.

Adapun dalam penyusunan penelitian ini tidak semata-mata hasil kerja

sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak yang

telah membantu, baik secara materi maupun secara spiritual. Untuk itu dalam

kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

Page 7: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

iii

menyelesaikan skripsi ini. Terutama kepada kedua orang tua penulis Bapak

Jamaluddin dan Ibu Sri Yanah atas perhatian, dukungan, do’a, kasih sayang,

pengorbanan dan ketulusan dalam mendampingi penulis sehingga penulis mampu

melewati semua kesulitan dalam penyusunan skripsi ini. Serta adik-adik penulis

(Evy Luthfiyana dan M. Naufal Bagus Sadewa) yang selalu memberikan do’a,

semangat, kasih sayang yang membuat penulis terus semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini. Selain itu tentu penulis juga sangat berterimakasih

kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian ini diantaranya

kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Suparto, M. Ed, Ph.D. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik,

Dr. Roudhonah, M.A selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, dan

Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. dan Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si. selaku

selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi selaku dosen pembimbing yang senantiasa

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada

penulis selama perkuliahan.

Page 8: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

iv

5. Teruntuk sahabat-sahabat penulis Ochin, Sifa, mas Sidiq, kak Cahya, bu

Yani, Ella, Cacih, Lilis, Lutfi, Indah, Bunga, yang selama ini memberikan

motivasi serta inspirasi bagi penulis serta perhatian, dukungan dan do’a

kepada penulis.

6. Teman-teman seperjuangan BPI 2012 yang selalu memberikan semangat,

saran, dan masukan kepada penulis. Terimaksih untuk kebersamaannya

selama ini dan telah menemani penulis baik suka maupun duka dan akan

selalu menjadi pengalaman yang tak kan pernah terlupakan dalam menggapai

impian sebagai penyuluh profesional.

7. Keluarga besar Bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Kementerian

Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang pendidikan

S1 hingga terselesaikan skripsi ini.

8. Keluarga besar ma’had UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih atas

waktu 2 tahun telah mengizinkan penulis tinggal dan menuntut agama lebih

mendalam, terimasih atas ilmu yang diberikan serta pengalaman yang

berkesan untuk penulis.

9. Seluruh Civitas Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yang telah membantu

dan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini.

10. Seluruh Civitas Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1

Tangerang Banten yang selalu senantiasa membantu dan mempermudah

penulis dalam penelitian di lapangan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

Page 9: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

v

11. Dan untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat,

penulis mengucapkan terimakasih.

Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan,

kelancaran dan kesuksesan kepada semua pihak yang telah memberikan segala

bantuan dan dukungannya kepada penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna Namun penulis

berharap adanya masukan, kritikan, dan saran yang membangun supaya menjadi

pembelajaran yang baik bagi penulis. Akhir kata semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan bagi segenap keluarga besar

jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Wassalamu’alakum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Januari 2018

Nely Lailatul Maghfiroh

Page 10: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................... 8

1. Batasan Masalah ......................................................... 8

2. Rumusan Masalah ...................................................... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 9

1. Tujuan Penelitian ........................................................ 9

2. Manfaat Penelitian ...................................................... 9

D. Tinjauan Pustaka ............................................................... 10

E. Sistematika Penulisan ........................................................ 15

BAB II KERANGKA TEORI ............................................................. 18

A. Pembinaan Keagamaan ..................................................... 18

1. Pengertian Pembinaan ................................................ 18

2. Pengertian Keagamaan ............................................... 19

3. Pengertian Pembinaan Keagamaan ............................ 20

4. Tujuan Pembinaan Keagamaan .................................. 21

Page 11: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

vii

5. Aspek-Aspek Pembinaan Keagamaan ........................ 23

6. Metode Pembinaan Keagamaan ................................. 25

7. Materi Pembinaan Keagamaan ................................... 29

B. Coping ............................................................................... 36

1. Pengertian Coping ...................................................... 36

2. Klasifikasi dan Bentuk Coping ................................... 37

C. Hubungan Pembinaan Keagamaan dengan Kemampuan

Coping ............................................................................... 45

D. Remaja ............................................................................... 47

1. Definisi Remaja .......................................................... 47

2. Ciri-Ciri Remaja ......................................................... 49

3. Klasifikasi Remaja ..................................................... 52

4. Pengertian dan Bentuk Kenakalan Remaja ................ 53

5. Faktor yang Menyebabkan Kenakalan Remaja .......... 55

E. Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) ................ 58

1. Definisi ABH ............................................................... 58

2. Kategori ABH .............................................................. 60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 61

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................ 61

1. Pendekatan Penelitian ................................................. 61

2. Jenis Penelitian ........................................................... 62

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 62

1. Tempat Penelitian ....................................................... 62

2. Waktu Penelitian ........................................................ 63

Page 12: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

viii

C. Sumber Data ...................................................................... 63

1. Data Primer .................................................................. 63

2. Data Sekunder ............................................................. 64

D. Populasi dan Sampel.......................................................... 64

1. Populasi ...................................................................... 64

2. Sampel ........................................................................ 64

E. Variabel dan Operasional Penelitian ................................. 66

1. Variabel Bebas............................................................. 66

2. Variabel Terikat ........................................................... 67

F. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 68

1. Observasi .................................................................... 68

2. Kuesioner .................................................................... 69

3. Dokumentasi ............................................................... 69

G. Uji Validitas....................................................................... 69

H. Uji Reliabilitas ................................................................... 71

I. Teknik Analisis Data ......................................................... 73

1. Pearson (Product Moment Correlation) ..................... 75

2. Uji Koefisien Korelasi ................................................ 76

J. Hipotesis Penelitian ........................................................... 77

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA .... 79

A. Gambaran Umum Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)

Kelas 1 Tangerang Banten................................................. 79

1. Sejarah Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1

Tangerang ................................................................... 79

Page 13: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

ix

2. Visi dan Misi Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)

Kelas 1 Tangerang ...................................................... 80

3. Motto Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1

Tangerang ................................................................... 80

4. Komitmen Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas

1 Tangerang ................................................................ 80

5. Struktur Organisasi Lembaga Pembinaan Khusus Anak

(LPKA) Kelas 1 Tangerang ....................................... 81

6. Data dan Fakta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)

Kelas 1 Tangerang ...................................................... 82

7. Program dan Jenis Kegiatan Lembaga Pembinaan Khusus

Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang .............................. 82

B. Kegiatan Pembinaan Keagamaan Lembaga Pembinaan Khusus

Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang ..................................... 82

C. Temuan dan Hasil Analisis Data ....................................... 85

1. Karakteristik Responden ............................................ 85

2. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................... 86

3. Gambaran Umum Kemampuan Coping Remaja ........ 102

4. Analisis Data .............................................................. 102

BAB V PENUTUP ................................................................................ 107

A. Kesimpulan ........................................................................ 107

B. Diskusi ............................................................................... 108

C. Saran .................................................................................. 110

Page 14: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Pembinaan Keagamaan .................................... 70

Tabel 2. Blue Print Skala Kemampuan Coping ........................................ 71

Tabel 3 Hasil Output Uji Reliabilitas Variabel X .................................... 72

Tabel 4. Hasil Output Uji Reliabilitas Variabel Y .................................... 73

Tabel 5. Skala Likert ................................................................................. 75

Tabel 6. Interval Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan ................ 77

Tabel 7. Jadwal Kegiatan Pembinaan Keagamaan ................................... 84

Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Kasus ............................. 85

Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ................................ 86

Tabel 10. Aspek Materi ............................................................................. 87

Tabel 11. Aspek Frekuensi Kegiatan ........................................................ 89

Tabel 12. Aspek Motivasi ......................................................................... 90

Tabel 13. Aspek Perhatian ........................................................................ 91

Tabel 14. Aspek Spirit of Change ............................................................. 93

Tabel 15. Aspek Efek ................................................................................ 95

Tabel 16. Aspek Problem Focused Coping .............................................. 96

Tabel 17. Aspek Emotion Focused Coping............................................... 98

Tabel 18. Aspek Religius Focused Coping ............................................... 100

Tabel 19. Kemampuan Coping Remaja .................................................... 102

Tabel 20. Koefisien Korelasi..................................................................... 103

Page 15: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

xi

Tabel 21. Korelasi X dan Y....................................................................... 103

Tabel 22. Koefisien Korelasi X dan Y ...................................................... 104

Tabel 23. Kekuatan Hubungan Variabel X dan Subvariabel Y ................ 104

Page 16: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa di mana remaja mengalami perubahan dan

perkembangan. Di dalam pikiran dan jasmaninya, remaja mewarnai dan

mengeksplorasi dunianya dengan penuh keberanian. Mereka mencoba

mengidentifikasikan diri mereka dengan orang lain, untuk menemukan sebuah jati

diri mereka sendiri. Dalam proses pencarian jati diri remaja membutuhkan

bimbingan dan arahan dalam hidupnya supaya tidak terjadi penyimpangan,

sehingga remaja bisa menjadi pribadi yang memiliki rasa tanggung jawab.1

Masa remaja menurut Stanley Hall dalam bukunya Agoes Dariyo2

dianggap sebagai masa topan-badai dan stres (strom and stres), karena mereka

telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Usia

perkembangan seperti ini, jika terarah dengan baik maka remaja akan menjadi

seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab. Akan tetapi, apabila tidak

terbimbing, maka remaja bisa menjadi seorang yang tidak memiliki masa depan

dengan baik. Remaja (adolesecence) adalah masa transisi/peralihan dari masa

kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek

fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar

antara usia 12/13 tahun sampai 21 tahun.3

1 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 15

2 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, h. 13

3 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, h. 14

Page 17: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

2

Terkait remaja, berbagai gejala yang melibatkan perilaku remaja akhir-

akhir ini tampak menonjol di masyarakat. “Perilaku-perilaku tersebut menonjol

baik dalam bentuk kenakalan biasa maupun kenakalan yang menjurus tindak

kriminal. Masyarakat pun secara langsung ataupun tidak langsung menjadi gelisah

dalam menghadapi hal tersebut.”4 Bahkan belakangan ini remaja menjadi topik

pembicaraan yang berkaitan dengan perilaku penyimpangan. Tidak sedikit remaja

yang melakukan tindakan yang melanggar norma-norma sosial ataupun norma-

norma agama. Perilaku menyimpang di kalangan remaja merupakan salah satu

problema lama yang senantiasa muncul di tengah-tengah masyarakat. “Masalah

tersebut hidup, berkembang, dan membawa akibat tersendiri sepanjang masa yang

sulit untuk dikaji ujung pangkalnya, sebab kenyataan perilaku menyimpang telah

merusak nilai-nilai susila, agama, dan hukum”.5 Seringkali terdengar berbagai

masalah yang disebabkan karena kenakalan remaja, seperti penyalahgunaan

narkoba, minuman keras, perkelahian, pencurian, pemerkosaan, bahkan

pembunuhan. Hal ini sangat erat hubungannya dengan tidak adanya ketenangan

jiwa dalam diri remaja.

Pengertian kenakalan remaja yang dirumuskan dalam Bakolak Inpres

No.6/1971 Pedoman 8, tentang Pola Penanggulangan Kenakalan Remaja adalah

“kelainan tingkah laku, perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosiasi

bahkan antisosial yang melanggar norma-norma sosial, agama serta ketentuan

hukum yang berlaku dalam masyarakat”.6

4 Paulus Hadisuprapto, Studi tentang Makna Penyimpangan Perilaku di Kalangan

Remaja, (Jurnal Kriminologi Indonesia, 2004), Vol. 3 No. III h. 9 5 M. Thoyibi dan M. Ngemron, Psikologi Islam, (Surakarta: Muhammadiyah University

Press, 2001), h. 155 6 Sofyan S. Willis, Remaja dan Masalahnya, Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan

Remaja seperti Narkoba, Free Sex, dan Pemecahanya, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 88-90.

Page 18: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

3

Kasus kenakalan yang dilakukan remaja yang lebih banyak menuju

tindakan kriminal, diantaranya yang dinyatakan dalam m.liputan6.com pada hari

Selasa tanggal 11 Oktober 2016,7 dalam situs tersebut diberitakan terdapat

sekelompok remaja perempuan menyiksa teman sekelasnya. Ironisnya penyiksaan

itu berujung aksi pembunuhan. Korban dipukul berkali-kali di kepala dengan

sebilah bambu. Kasus ini disebabkan karena pelaku cemburu terhadap korban

yang dianggap merampas kekasihnya. Korban yang berusia 14 tahun mengaku

diperdaya dengan dalih mengajak pergi ke pesta. Namun sesampaianya di tempat

sepi, korban disergap dan mulailah aksi penyiksaan.

Kenakalan remaja lainnya yaitu berjudi dan minuman keras juga banyak

ditemui dari para remaja. Dapat kita lihat juga remaja yang mengkonsumsi

minuman keras hingga meregang nyawa dalam sindonews.com pada hari Sabtu

tanggal 05 November 2016. Kasus ini terjadi di Purworejo, salah satu warga Desa

Wareng Kecamatan Butuh ditemukan tewas di rumah Mbah Naisa pada hari

Jum’a 04 November 2016. Menurut polisi, Adi Kurniawan tewas diduga setelah

menenggak minuman keras (miras) oplosan.8 Banyak sekali remaja kita yang

sering mengkonsumsi miras ketika merayakan keberhasilan dengan urak-urakan

dan mabuk-mabukan dengan minuman keras.

Berbagai fakta dan data di atas, yang cukup memprihatinkan para pelaku

tindakan amoral tersebut adalah remaja, penerus masa depan bangsa. Tidak

dipungkiri lagi, dalam hal ini terlihat dengan jelas dekadensi atau kemrosotan

7 m.liputat6.com “Cemburu, ABG Siksa Sahabatnya hingga Meregang Nyawa” oleh

Azwar Anas pada 11 Oktober 2016, 12:00 wib (diakses pada hari Rabu tanggal 09 November 2016

04:00 WIB) 8 www.daerah.sindonews.com “Dua Remaja Meregang Nyawa Diduga Konsumsi Miras

Oplosan” oleh Hary Priyanto pada 05 November 2016, 07:33 WIB (diakses pada hari Kamis

tanggal 10 November 2016, 20:00 WIB)

Page 19: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

4

moral tengah menjadi penyakit sosial yang menggejala dalam masyarakat

Indonesia. Salah satu yang menjadi faktor penyebabnya adalah rendahnya

pemahaman agama di tengah masyarakat kita yang secara perlahan ikut

melunturkan nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat sekitar serta dari pola

asuh orang tuanya di rumah yang tidak baik.

Ada beberapa sebab munculnya kenakalan yang dilakukan oleh remaja

baik faktor internal maupun eksernal. Faktor internal adalah faktor yang berasal

dari dalam diri remaja karena pilihan, motivasi atau kemauan sendiri untuk

melakukan kenakalan. Hal ini sesuai dengan pendapat Jensen dalam Sarwono

(2011) yaitu Teori Rational Choice yang menyatakan bahwa kenakalan yang

dilakukan oleh remaja terjadi kerena pilihannya sendiri, interes, motivasi atau

kemauannya sendiri.9 Sedangkan faktor eksternal adalah faktor penyebab

terjadinya kenakalan remaja yang berasal dari luar diri anak, seperti faktor

lingkungan keluarga/rumah dan lingkungan teman sebaya. Menurut Fuad Ihsan,

keluarga berperan meletakkan dasar pendidikan agama dan sosial.10

Akan tetapi

sebenarnya faktor yang paling mendasar yang mengakibatkan remaja dapat

melakukan tindakan kenakalan remaja adalah kurangnya pendidikan agama.

Pendidikan agama yang didapat di keluarga, di sekolah ataupun di lingkungan

masyarakat sangatlah kurang. Sehingga agama merupakan hal yang sangat

penting dan paling utama dalam upaya membina remaja yang telah melakukan

tindakan kenakalan agar tingkah laku, sikap, dan akhlaknya berubah menjadi yang

9 Ida Nor Shanty, Suyahmo, Slamet Sumarto, Faktor Penyebab Kenakalan Remaja pada

Anak Keluarga Buruh Pabrik Rokok Djarum Kudus, dalam Jurnal Politik dan Kewarganegaraan

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, (Semarang: UNNES, 2013), h. 6 10

Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 18

Page 20: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

5

lebih baik lagi, sehingga kelak mereka menjadi remaja yang taat pada norma-

norma dan aturan-aturan terlebih pada norma agama.

Rendahnya pemahaman agama pada setiap individu dalam masyarakat

secara langsung maupun tidak, ikut membentuk lingkungan yang tidak sehat

dalam perjalanan hidup seorang remaja. Selain itu juga dapat memicu terjadinya

banyak kesalahan dalam mencari jalan keluar atas permasalahan yang sedang

dihadapi. Dalam istilah psikologi, cara-cara pemecahan atau pengatasan masalah

disebut coping. 11

Kemampuan coping perlu untuk dimiliki seorang remaja.

Ketidakmampuan coping menjadi penyebab remaja bermasalah bahkan

berhadapan dengan hukum.

Remaja yang sudah terjerumus ke dalam kasus kenakalan remaja serta

berhadapan dengan hukum tersebut, perlu mendapatkan pembinaan khusus

terutama pembinaan agama yang dilakukan secara intensif. Dikarenakan usia

remaja masih mempunyai kesempatan untuk berkembang dan memperbaiki diri

agar dapat meraih cita-cita di masa depan. Melalui kegiatan pembinaan

keagamaan yang intensif dan sunguh-sungguh, seseorang akan memiliki

kepribadian yang sehat. Dengan kepribadian yang sehat, artinya seseorang

tersebut memiliki: kemampuan untuk bertahan hidup dan kemampuan untuk

berhasil mengadakan hubungan dengan lingkungan; kemampuan mengelola stres;

dan kemampuan pemecahan masalah.12

Remaja yang memiliki kemampuan

coping yang baik, diharapkan mereka memilih cara untuk penyelesaian masalah

11

Emma Indirawati, Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan Keecenderungan

Strategi Copyng, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, (Semarang: Fakultas Psikologi dan

Ilmu Sosial Budaya, 2006), Vol.3 No.2, h. 70. 12

Mujiati, Kegiatan Pembinaan Rohani Dalam Upaya Mengubah Perilaku Sosial Peserta

Rehabilitasi Narkoba Di Rumah Damai Desa Cepoko Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang,

(Skripsi S1: Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2015), h. 5.

Page 21: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

6

sesuai dengan ketentuan dan petunjuk agama sehingga remaja tidak menggunakan

jalan yang menyimpang dari ajaran agama.

Banyak pihak yang merasa prihatin dan peduli akan keadaan remaja yang

seperti itu, karena mereka adalah generasi penerus masa depan bangsa. Oleh sebab

itu, kenakalan remaja merupakan problema sosial yang perlu diatasi. Apalagi jika

kenakalan remaja tersebut sudah termasuk tindakan kriminal sehingga sampai

ranah hukum, sudah tidak lagi dinamakan dengan kenakalan remaja melainkan

tindakan pidana. Tindak pidana yaitu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan

hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi

barang siapa melanggar larangan tersebut.13

Remaja yang menjadi pelaku tindak

pidana disebut dengan Anak yang berhadapan dengan hukum (ABH). Anak yang

berhadapan dengan hukum yaitu mereka yang dapat menjadi pelaku, korban,

bahkan saksi.14

ABH tentu harus mendapatkan konsekuensi atas apa yang telah ia

perbuat agar mereka menjadi jera dan tidak kembali melakukan perbuatan

kriminal tersebut. Oleh karena itu pemerintah memberikan pembinaan khusus

kepada ABH agar mereka setelah menjalani pembinaan dapat hidup sesuai dengan

aturan dan norma yang ada.

Kepedulian terhadap ABH itu diantaranya diadakan pelayanan,

pembinaan, pembimbingan, pelatihan untuk remaja. Salah satu tempat khusus

yang menangani ABH yang berada di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

yaitu Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang. Salah satu

pembinaan yang diberikan untuk ABH di Lembaga Pembinaan Khusus Anak

13

Moeljanto, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h. 54 14

Laras Astuti, Perlindungan Hukum terhadap Anak yang Berhadapan dengan Hukum

dalam Kecelakaan Lalu Lintas, dalam jurnal Justitia Jurnal Hukum (Surabaya: Fakultas Hukum

Muhammadiyah Surabaya, 2017), h. 145

Page 22: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

7

(LPKA) adalah pembinaan keagamaan. Oleh karena itu, dengan adanya

pembinaan keagamaan kepada remaja yang berhadapan dengan hukum di

Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang, diharapkan

peserta pembinaan keagamaan mampu menghadapi permasalahan dan

menyelesaikan masalah yang ada dalam hidupnya sesuai dengan ketentuan dan

petunjuk agama.

Penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat setiap orang seharusnya

mempunyai kemampuan coping yang baik agar mereka mampu untuk menghadapi

setiap permasalahan yang mereka alami. Tetapi diantara mereka ada yang tidak

mempunyai kemampuan coping. Ketidakmampuan coping cenderung menjadi

penyebab orang-orang bermasalah bahkan berhadapan dengan hukum. Salah satu

usia yang paling rentan dalam hal menghadapi masalah adalah remaja. Hal ini

dibuktikan dengan adanya kasus kenakalan di kalangan remaja yang menjurus

pada tindakan kriminal yang melanggar hukum pidana. Oleh karena itu, remaja

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak/remaja yang berhadapan dengan

hukum (ABH) yang mana mereka memerlukan suatu pembinaan khusus terutama

pembinaan keagamaan.

Penelitian ini menarik untuk diteliti karena untuk mengetahui bagaimana

hubungan pembinaan keagamaan yang telah diberikan oleh pembimbing agama

yang berada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang

dengan kemampuan coping remaja (anak didik) yang berusia di bawah 18 tahun.

Seringkali pembimbing agama hanya memberikan pembinaan agama tanpa

mengetahui apakah dapat menimbulkan hasil yang positif kepada anak didik atau

tidak, dalam hal ini adalah remaja/anak yang berhadapan dengan hukum (ABH).

Page 23: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

8

Selain itu, penelitian menjadi lebih menarik karena lokasi penelitian di sini

merupakan tempat anak/remaja yang berhadapan dengan hukum (ABH) yang

mendapatkan pembinaan keagamaan, sehingga peneliti ingin mengetahui apakah

terdapat hubungan dari pelaksanaan kegiatan pembinaan keagamaan dengan

kemampuan coping remaja yang mana dampak yang diharapkan adalah ketika

mereka kembali pada keluarga dan masyarakat mereka memiliki kemampuan

dalam menyelesaikan masalahnya sehingga mereka tidak melakukan tindakan

kriminal kembali.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang.

Lembaga ini sama dengan lembaga pemasyarakatan lainya, perbedaannnya yaitu

di lembaga ini dikhususkan untuk ABH laki-laki yang berusia 12/13 tahun sampai

dengan 18 tahun. Maka penulis mengambil judul skripsi sebagai berikut

“Hubungan Pembinaan Keagamaan Dengan Kemampuan Coping Remaja

Pada Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang

Banten”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Batasan dari penelitian ini adalah:

a. Pembinaan Keagamaan dalam penelitian ini adalah pembinaan

agama Islam yang diberikan kepada remaja yang berhadapan

dengan hukum yang meliputi pembinaan akidah, ibadah, dan

akhlak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1

Page 24: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

9

Tangerang Banten berdasarkan tingkat pemahaman, banyaknya

masukan yang didapatkan oleh anak didik dari pembina agama.

b. Kemampuan Coping dalam penelitian ini adalah kemampuan

individu untuk mengelola dan menanggapi setiap masalah atau

tuntutan yang dihadapinya.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah

diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

Apakah terdapat hubungan pembinaan keagamaan dengan kemampuan

coping remaja di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1

Tangerang Banten?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pembinaan

keagamaan dengan kemampuan coping remaja di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang Banten.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan:

1) Memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan yang

meliputi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, dan khususnya pada

yang berkaitan dengan hubungan pembinaan keagamaan dengan

Page 25: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

10

kemampuan coping remaja di Lembaga Pembinaan Khusus Anak

(LPKA) Kelas 1 Tangerang.

2) Memberikan kontribusi positif bagi pengembangan keilmuan dan

kurikulum Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam khususnya

pada mata kuliah Psikologi Komunitas dalam mengembangkan

metode penanganan masalah pada komunitas remaja yang

berhadapan hukum. Selain itu bagi peneliti dapat menambah

khazanah keilmuan.

b. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan:

1) Untuk bahan evaluasi pembimbing agama dalam pelaksanaan

pembinaan keagamaan Islam di Lembaga Pembinaan Khusus

Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang.

2) Tempat penelitian dapat menjadi referansi mahasiswa jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam untuk mengadakan kerjasama

sebagai tempat praktikum.

3) Untuk mengetahui hubungan pembinaan keagamaan yang

diterima oleh remaja anak didik dengan kemampuan copingnya

setelah mengikuti pembinaan keagamaan di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang Pembinaan Keagamaan telah banyak dilakukan. Berikut

ini beberapa penelitian yang relevansinya dengan judul skripsi peneliti antara lain:

Page 26: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

11

1. Finti Fatimah Nur Saidah. NIM 109051000201. Program Studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014, dengan judul

skripsi “Analisis Pola Komunikasi Anak Pemulung Dengan Pembimbing

Dalam Upaya Pembinaan Keagamaan Di Yayasan Media Amal Islami

(YMAI) Lebak Bulus Jakarta Selatan. Masalah yang diangkat dalam

penelitian ini yaitu bagaimana pola komunikasi yang terjadi antara

pembimbing dengan anak-anak pemulung selama proses pembinaan

keagamaan di YMAI. Pembinaan keagamaan dalam penelitian ini yaitu

usaha yang dilakukan untuk memberikan pemahaman mengenai tata

keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta

lingkungannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

menggunakan metode deskriptif. Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa

proses pembinaan di Yayasan Media Amal Islami dilakukan dalam bentuk

Taman Pendidikan Al-Qur’an, sedangkan pola yang diterapkan dalam

pembinaan keagamaan di Yayasan Media Amal Islami adalah pola

komunikasi antarpribadi dan pola komunikasi kelompok. Dengan

menggunakan kedua pola tersebut pembimbing dapat berinteraksi secara

langsung (face to face) dengan anak-anak pemulung. Kelebihan dari

skripsi ini yaitu dijelaskan secara rinci bagaimana pelaksanaan pembinaan

keagamaan serta jadwal pelaksanaan pembinaan keagamaan di Yayasan

Media Amal Islami untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi yang

terjadi pada saat pembimbing melakukan pembinaan keagamaan.

Page 27: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

12

2. Nurhasanah. NIM 1111052000001. Program Studi Bimbingan dan

Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016, dengan judul penelitian

“Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Penerimaan Diri Warga Binaan

Sosial (WBS) Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung

Jakarta Timur”. Penelitian ini membahas tentang bagaimana pengaruh

pelaksanaan bimbingan agama terhadap penerimaan diri warga binaan

sosial dan faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan dri warga

binaan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tentang

bimbingan agama, teori ini berbeda dengan teori yang akan digunakan

peniliti dalam penelitian skripsi ini. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian survey. Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa bimbingan agama yang dilakukan di Panti Sosial

Bina Insan Bangun 2 Cipayung tidak ada pengaruh yang signifikan

terhadap penerimaan diri warga binaan sosial (WBS) baik bimbingan

agama dalam bentuk pengetahuan maupun bimbingan agama dalam

bentuk keterampilan. Kelebihan dari penelitian ini adalah respondennya

yaitu Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang terdiri dari

pengemis dan gelandangan, di mana mereka membutuhkan suatu

bimbingan terutama bimbingan agama. Kekurangan dari penelitian ini

adalah peneliti lebih fokus melihat hubungan antara dua variabel tidak

menjelaskan lebih rinci bagaimana pengaruh variabel bimbingan agama

terhadap penerimaan diri warga binaan sosial (WBS). Selain itu dalam

penelitian ini hanya menggunakan analisis regresi secara simultan saja

Page 28: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

13

tanpa menggunakan analisis regresi linear sederhana atau uji analisis linear

berganda.

3. Ilah Fadhilah. NIM 107052003319. Program Studi Bimbingan dan

Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidaytullah Jakarta tahun 2013, dengan judul skripsi “Hubungan

Antara Pembinaan Agama dengan Motivasi Kerja di Komunitas Pemulung

Jurang Mangu Barat”. Rumusan masalah dalam skripsi ini yaitu

bagimana proses pembinaan agama, bagaimana motivasi kerja pemulung

dan bagaimana hubungan antara keduanya. Aspek pembinaan agama yang

digunakan dalam skripsi ini menggunakan teori dari Deni Arisandi yang

mengkategorikan aspek pembinaan menjadi tiga yaitu aspek kognitif,

aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Penelitian ini bertujuan untuk

melihat dan mengetahui hubungan antara pembinaan agama dengan

motivasi kerja di komunitas pemulung Jurang Mangu Barat. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Sedangkan

pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling. Hasil dari

penelitian ini yaitu diperoleh korelasi antara pembinaan agama dengan

motivasi kerja sebesar 0,506. Kelemahan dari skripsi ini yaitu pembinaan

agama dijelaskan secara terpisah dan tidak adanya teori yang menjelaskan

pembinaan agama itu sendiri.

4. Abir. NIM 109052000003. Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan

Islam Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidaytullah Jakarta

tahun 2016, dengan judul skripsi “Evaluasi Bimbingan Agama Islam Bagi

Pengguna Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Anak Wanita

Page 29: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

14

Tangerang”. Skripsi ini mengangkat masalah tentang fenomena remaja,

dalam skripsi ini membahas tentang bagaimana pelaksanaan bimbingan

agama di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Anak Wanita Tangerang,

pengaruh bimbingan agama terhadap akhlak dan tata cara beribadah, dan

apa saja yang harus dievaluasi dari pelaksanaan bimbingan agama di

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Anak Wanita Tangerang. Teori

bimbinga agama dalam skripsi ini yaitu bahwa bimbingan agama Islam

adalah proses memberikan arahan dan bantuan yang membentuk ajaran-

ajaran Agama Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits. Hasil

penelitian dari skripsi ini yaitu terdapat hubungan antara bimbingan agama

dengan tata cara ibadah. Kelemahan dari skripsi ini yaitu antara judul

skripsi dengan rumusan masalah serta hasilnya kurang dijelaskan lebih

mendalam sehingga pembaca harus mencerna untuk tujuan dari penelitian

skripsi tersebut apakah evaluasi atau hubungan yang diteliti.

5. Herlin Widiani. NIM 103070029048. Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2011, dengan judl skripsi “Sumber Stres dan

Strategi Coping Pada Pelajar Atlet Bulutangkis”. Skripsi ini membahas

tentang bagaimana hubungan sumber stres dengan strategi yang digunakan

atlet bulutangkis dalam mengatasi permasalahan yang berhubungan

dengan keatletannya. Teori strategi coping yang digunakan dalam

penelitian ini peneliti menggunakan teori dari Doods (1993) yaitu bahwa

coping merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan individu untuk

mengurangi atau menghilangkan tekanan-tekanan psikologis atau stres

dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah. Untuk jenis coping yang

Page 30: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

15

digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori Xarver, Scheir,

dan Wetraub (1989). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

Dari semua tinjauan pustaka di atas penelitian yang akan dilaksanakan

memiliki perbedaan sebagai berikut:

a. Lokasi penelitian skripsi ini yaitu di Lembaga Pembinaan Khusus Anak

Kelas 1 Tangerang Banten. Lokasi penelitian ini berbeda dengan tinjauan

pustaka di atas.

b. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu kemampuan coping

dengan menggunakan teori dari Lazarus & Folkman, dan Pargament,

dengan responden remaja yang berada di Lembaga Pembinaan Khusus

Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang, sedangkan tinjauan pustaka di atas

menggunakan variabel strategi coping dengan responden pelajar atlet

bulutangkis.

c. Teknis analisis data penelitian ini yaitu menggunakan uji koefisien

korelasi, sedangkan tinjauan pustaka di atas menggunakan teknik analisis

regresi.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan skripsi ini peneliti mengacu pada pedoman penulisan

karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk.yang

diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun akademik

2013/2014.

Sistem penulisan dalam penelitian ini terbagi dalam lima bab yaitu:

Page 31: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

16

BAB I PENDAHULUAN

Isi dari bab ini membahas hal-hal yang menyangkut latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI

Bab ini menguraikan tentang pembinaan keagamaan yang

mencakup pengertian pembinaan, pengertian keagamaan,

pengertian pembinaan keagamaan, tujuan pembinaan keagamaan,

aspek-aspek pembinaan keagamaan, metode pembinaan

keagamaan, dan materi pembinaan keagamaan. Selanjutnya tentang

kemampuan coping yang mencakup pengertian coping, klasifikasi

dan bentuk coping. Sedangkan untuk remaja mencakup definisi

remaja, ciri-ciri remaja, klasifikasi remaja, faktor yang

mempengaruhi remaja, kenakalan remaja dan faktor yang

mempengaruhi kenakalan remaja.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai pendekatan dan jenis penelitian,

tempat dan waktu penelitian, sumber data, populasi dan sampel,

variabel dan operasional penelitian, teknik pengumpulan data, uji

validitas, uji reliabilitas, teknik analisis data, dan hipotesis

penelitian.

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA

Page 32: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

17

a. Gambaran umum Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)

Kelas 1 Tangerang Banten. Pada bab ini berisi tentang sejarah

Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1

Tangerang, visi misi Lembaga Pembinaan Khusus Anak

(LPKA) Kelas 1 Tangerang, motto Lembaga Pembinaan

Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang, struktur organisasi

Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1

Tangerang, dan jenis pembinaan bagi anak didik di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang.

b. Temuan dan analisis data tentang hubungan pembinaan

keagamaan dengan kemampuan coping remaja. Bab ini juga

menguraikan tentang data-data hasil penelitian, hasil angket,

klasifikasi responden, deskripsi hasil penelitian, dan analisis

data.

BAB V PENUTUP

Bab ini membahas secara singkat mengenai kesimpulan

berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian yang menjawab rumusan

masalah di Bab I, diskusi hasil penelitian dengan penelitian yang

sebelumnya dan saran-saran serta rekomendasi yang menjadi

penutup dari pembahasan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 33: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

18

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pembinaan Keagamaan

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara,

perbuatan membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan

kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil

yang lebih baik.1 Melalui suatu pembinaan yang dilakukan secara rutin dan

efisien manusia dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik dalam

kehidupan sehari-hari.

Pembinaan secara terminologi adalah suatu upaya, usaha kegiatan yang

terus menerus untuk mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan,

mengarahkan, mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar

sasaran pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam

sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,

maupun kehidupan sosial masyarakat.2

Pengertian pembinaan menurut para ahli adalah sebagai berikut:

a. Menurut Masdar Helmy. Pembinaan mencakup segala ikhtiar

(usaha-usaha), tindakan dan kegiatan yang ditujukan untuk

1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),

h. 152. 2 Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Dakwah Agama, Pembinaan Rohani pada

Dharma Wanita, (Jakarta: DEPAG, 1984), h. 8.

Page 34: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

19

meningkatkan kualitas bergama baik dalam bidang tauhid, bidang

peribadatan, bidang akhlak dan bidang kemasyarakatan.3

b. Menurut Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN. Pembinaan adalah

suatu usaha yang dilakukan dengan sabar, berencana, teratur dan

terarah serta bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian

dengan segala aspek-aspeknya.4

c. Menurut Jumhur dan Moh. Suryo. Pembinaan adalah suatu proses

yang membantu individu melalui usaha sendiri dalam rangka

menemukan dan mengambangkan kemampuannya agar dia

memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan soaial.5

Dengan demikian, menurut penulis pengertian pembinaan adalah suatu

bentuk kegiatan dan proses membantu individu melalui usahanya untuk

menjadi manusia yang lebih baik lagi dan mempunyai kemampuan untuk

menghadapi serta menyelesaikan masalah yang dihadapinya baik di

lingkungan keluarga maupun masyarakat. Oleh karena itu pembinaan penting

untuk setiap orang agar menjadi manusia yang lebih baik lagi.

2. Pengertian Keagamaan

Keagamaan berasal dari kata agama yang kemudian mendapat awalan

“ke” dan akhiran “an”. Sehingga membentuk kata baru yaitu “keagamaan”.

Adapun kata “agama” terdiri dari “a” yang berarti tidak dan “gama” yang

artinya pergi. Jadi agama mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau

3 Masdar Helmy, Peranan Dakwah dalam Pembinaan Umat, (Semarang: IAIN Semarang,

2001), h. 31. 4 Departemen Agama Republik Indonesia, Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN, (Jakarta:

Direktorat Pembina-Pembina Perguruan Tinggi Agama Islam, 1983), h. 2. 5 Jumhur dan Moh. Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV Ilmu,

1987), h. 25.

Page 35: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

20

diwarisi turun-temurun.6 Secara istilah agama adalah mempercayai adanya

yang Maha Mengetahui, Menguasai, Menciptakan dan Mengawasi alam

semesta dan yang telah menganugerahkan kepada manusia suatu watak

rohani.7 Jadi keagamaan di sini mempunyai arti “segenap kepercayaan

(kepada Tuhan) serta dengan ajaran kebaikan dan kewajiban-kewajiban

yang bertalian dengan kepercayaan itu”.8

Sedangkan keagamaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adalah

agama Islam yaitu agama samawi yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan

kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul di mana

ajarannya berisi mengenai berbagai aspek dari segi kehidupan manusia,

sebagai sumber dari ajaran tersebut adalah Al-Qur‟an dan Hadits.9 Oleh

karena itu agama merupakan petunjuk dan pedoman hidup bagi setiap

manusia dalam menjalani kehidupannya.

3. Pengertian Pembinaan Keagamaan

Pembinaan Keagamaan yaitu membimbing, mengarahkan, atau

membangun nilai-nilai yang sangat penting dan beragama bagi manusia, yaitu

nilai-nilai keagamaan berupa ajaran-ajaran agama kepada orang lain.

Sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan bagi orang tersebut.

Pembinaan agama merupakan proses masukan seperangkat keyakinan atau

6 Harun Nasution, ed, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1994), h. 9.

7 M. Razak, Dinul Islam, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1989), h. 60.

8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II

(Jakarta: Balai Pustaka, 1986), h. 10. 9 Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai Aspek, (Jakarta: UIN Press, 1985), h. 24.

Page 36: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

21

keimanan yang dipercayai kebenarannya mengenai segala sesuatu yang

berkaitan dengan ajaran atau paham agama terhadap orang lain.10

Pembinaan agama menurut M. Arifin adalah bantuan yang diberikan

kepada seseorang yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam

lingkaran hidupnya agar ia mampu mengatasi sendiri masalahnya karena

timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha

Esa sehingga pada dirinya timbul cahaya harapan kebahagiaan hidup.11

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, pembinaan keagamaan

adalah suatu kegiatan rutin agama Islam yang dilaksanakan secara sistematis

dan terarah oleh seorang pembina agama Islam kepada peserta didik sebagai

upaya untuk memperbaiki dan mengembangkan beberapa aspek yang

meliputi: aqidah, ibadah, dan akhlak agar mereka dapat menjalani

kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam.

Operasional pembinaan keagamaan dalam penelitian ini dikategorikan

menjadi dua, yaitu (1) berdasarkan tingkat pemahaman anak didik dari materi

yang sudah diterima, (2) berdasarkan waktu lamanya anak didik mengikuti

kegiatan pembinaan keagamaan.

4. Tujuan Pembinaan Keagamaan

Kegiatan pembinaan keagamaan pada dasarnya dilaksanakan untuk

memberikan bekal pengetahuan agama Islam kepada peserta pembinaan

dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. disertai dengan

perubahan tingkah laku dari peserta yang mengikuti kegiatan pembinaan

10

Djamaludin Anchok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2001), Cet. Ke - 4, h. 77. 11

H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,

(Jakarta: Bulan Bintang: 1985), h. 97.

Page 37: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

22

keagamaan. Menurut D, Marimbi, tujuan pembinaan keagamaan adalah untuk

mengarahkan manusia dalam mencapai kepribadian muslim.12

Sebagaimana dikutip oleh Abdul Mujib, tujuan pembinaan keagamaan

antara lain:

a. Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam.

b. Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan kebaikan.

c. Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir

secara logis dan membimbing proses pemikirannya.

d. Mengembangkan wawasan relasional dan lingkungan sebagaimana

yang dicita-citakan dalam Islam, dengan melatih kebiasaan baik.13

Sedangkan Hamdani Bakran Adz-Dzakiey menyatakan bahwa tujuan

pembinaan Agama Islam adalah sebagai berikut:

a. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan

kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, dan damai

(muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan mendapatkan

pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah).

b. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan

tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri,

lngkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial,

dan alam sekitarnya.

12

Ahmad D. Arimbi, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1989), h. 23 13

Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 82.

Page 38: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

23

c. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga

muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong

menolong, dan rasa kasih sayang.

d. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu,

sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat

kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta

ketabahan menerima ujian-Nya.

e. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu

individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik

dan benar, dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan

hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi

lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.14

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pembinaan

keagamaan adalah untuk membantu dan merubah pribadi seseorang menjadi

lebih baik sehingga tercapai perubahan yang melahirkan perilaku atau

perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

5. Aspek-Aspek Pembinaan Keagamaan

Menurut Abin Syamsuddin Makmun, aspek-aspek mengikuti pembinaan

Agama Islam adalah sebagai berikut:

a. Aspek Frekuensi kegiatan, yaitu seberapa sering kegiatan dilakukan

dalam periode waktu tertentu.

b. Aspek Motivasi, mempunyai peranan penting dalam melakukan

sesuatu. Oleh karena itu motivasi juga menjadi aspek dari intensitas

14

Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogjakarta: Fajar

Pustaka Baru, 2006), h. 221

Page 39: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

24

mengikuti. Apabila ada motivasi kuat untuk meraih tujuan tertentu

dan kondisi yang sesuai pun berkembang. Orang akan mencurahkan

kesungguhannya untuk mempelajari metode-metode yang kuat untuk

meraih tujuan tersebut. Motivasi dan nilai-nilai individu akan

mempengaruhi perhatian dan persepsinya. Kenyataan ini pun telah

ditunjukan Al-Qur‟an pada banyak tempat, ketika menerangkan

keimanan dapat membuat kaum mukminin siap dan penuh perhatian

untuk menyimak ayat-ayat Al-Qur‟an yang akan diturunkan. Mereka

memahaminya dengan penuh kesadaran dan pemahaman yang

akurat. Sebaliknya ayat-ayat yang sama tidak memberikan pengaruh

yang sama kepada orang-orang musyrik. Motivasi adalah suatu

kekuatan (power), tenaga (forces), daya (energy), atau suatu keadaan

yang kompleks (a complex state), dan kesiapsediaan (preparatory

set) dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik

disadari maupun tidak. Motivasi muncul dari dalam individu itu

sendiri dan juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan.

c. Aspek Perhatian, adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh

fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada sesuatu,

baik yang ada di dalam maupun yang ada di luar diri individu.

Melalui perhatian seseorang lebih mudah menerima sesuatu, dan

sebaliknya tanpa adanya perhatian, tiap asumsi-asumsi yang masuk,

baik dari dalam diri maupun dari luar akan sulit diterima.

d. Aspek spirit of change, yaitu semangat untuk berubah. Pribadi yang

memiliki semangat, sangat sadar bahwa tidak akan ada satu makhluk

Page 40: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

25

pun di muka bumi ini yang mampu mengubah dirinya kecuali

dirinya sendiri. Betapapun hebatnya seseorang untuk memberikan

motivasi, hal itu hanyalah kesia-siaan belaka bila pada diri orang

tersebut tidak ada keinginan untuk dimotivasi.

e. Aspek Efek, yaitu suatu perubahan hasil, atau konsekuensi langsung

yang disebabkan oleh suatu tindakan. Efek juga berarti resiko, ada

positif dan negatif. Sesuatu yang diterima setelah melakukan suatu

hal.15

Aspek-aspek tersebut penting untuk dimiliki oleh peserta didik di suatu

lembaga pembinaan khusus anak terutama untuk remaja yang berhadapan

dengan hukum agar kegiatan pembinaan keagamaan yang dilaksanakan sesuai

dengan tujuan diadakannya pembinaan keagamaan.

6. Metode Pembinaan Keagamaan

Metode adalah cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu

tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.16

Dalam Bahasa Arab, metode

dikenal dengan istilah “thariqah” yang berarti langkah-langkah strategis

dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.17

Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa metode adalah suatu cara yang ditempuh agar apa yang

disampaikan dapat diterima baik, mudah dan efisien agar dapat mewujudkan

tujuan tertentu. Metode ini bertujuan agar peserta pembinaan keagamaan

mengerti, menghayati, dan kemudian mengamalkan apa yang telah

disampaikan oleh pembimbing. Oleh karena itu, setiap pembina agama

15

Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran

Modul, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 45. 16

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),

h.99. 17

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 23.

Page 41: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

26

mempunyai metode tertentu yang digunakan dalam kegiatan pembinaan

keagamaan agar apa yang disampaikan mudah dipahami dan diterima oleh

peserta pembinaan keagamaan.

Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan pembinaan keagaamaan

antara lain:

a. Metode ceramah

Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan yang lazim

dipakai oleh seorang guru di sekolah (pembina).18

b. Metode dialog

Yang dimaksud dengan metode dialog di sini adalah mendiskusikan

materi dengan menggunakan argumentasi-argumentasi yang dapat

menambah wawasan dalam ajaran Islam.19

Menurut Sholahuddin metode

dialog adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah

untuk mengambil kesimpulan dengan cara menanyakan, memberi

komentar, saran, serta jawaban.20

Menurut H.M. Arifin, metode yang dapat digunakan dalam pembinaan

berupa kegiatan Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam, antara lain sebagai

berikut:

a. Wawancara

18

Basyiruddin Utsman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

2002), h. 34. 19

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.

141. 20

Mahfud Shalahuddin, dkk, Metodologi Penelitian Agama, (Surabaya: PT. Dua Ilmu,

1987, h. 40)

Page 42: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

27

Salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat

dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup

beragama pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.

b. Metode group guidance (bimbingan secara kelompok)

Bimbingan kelompok adalah pembinaan dengan cara pengungkapan

jiwa/batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok seperti

ceramah, diskusi, seminar, simposium, atau dinamika kelompok (group

dinamics). Dalam proses pembinaan kelompok ini pembina hendaknya

mengarahkan minat dan perhatian anak didik/peserta pembinaan tentang

kebersamaan dan saling tolong-menolong dalam memecahkan

permasalahan yang menyangkut kepentingan mereka bersama. Pembina

juga hendaknya mengendalikan dan mengamati setiap klien atau

penerima manfaat mengenai keaktifan dalam kegiatan kelompok.21

c. Metode non-directif (cara yang tidak mengarah)

Metode ini dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1) Metode client centered, yaitu pengungkapan tekanan batin yang

dirasakan menjadi penghambat mereka dalam belajar dengan

sistem pancingan yang berupa satu dua pertanyaan terarah.

Selanjutnya mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk

menceritakan segala uneg-uneg (tekanan batin) yang disadari

sebagai hambatan jiwanya. Pembina bersikap memperhatikan,

21

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.

Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 45.

Page 43: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

28

mendengarkan serta mencatat point-point penting yang dianggap

rawan untuk diberi bantuan.22

2) Metode educatif, yaitu cara mengungkapkan tekanan perasaan

yang menghambat perkembangan belajar dengan menggali

sampai tuntas perasaan yang menyebabkan hambatan dan

ketegangan, dengan cara client centered, yang diperdalam dengan

permintaan/pertanyaan yang motivatif dan persuasif

(meyakinkan) untuk mengingat serta mendorong agar berani

mengungkapkan perasaan tertekan sampai ke akar-akarnya. Pada

akhirnya, pembina memberikan petunjuk-petunjuk tentang usaha

apa sajakah yang baik dengan cara yang tidak bernada imperatif

(wajib). Akan tetapi hanya berupa anjuran-anjuran yang tidak

mengikat.23

3) Metode psikoanalitis (penganalisaan jiwa), yaitu menganalisa

gejala-gejala tingkah laku, baik melalui mimpi (kondisi tidak

sadar), ataupun melalui tingkah laku yang serba salah, dengan

menitikberatkan pada perhatian atas hal-hal apa sajakah perbuatan

salah itu terjadi berulang. Dengan demikian, maka akhirnya akan

diketahui bahwa masalah pribadi mereka akan terungkap dan

selanjutnya disadarkan kembali (dicerahkan) agar masalah

tersebut dianggap telah selesai dan tidak perlu dianggap suatu hal

yang memberatkan, dan sebagainya.24

22

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.

Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 47. 23

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, h. 47. 24

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, h. 48.

Page 44: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

29

Oleh karena itu nilai-nilai iman dan taqwa harus dibangkitkan

dalam pribadi peserta pembinaan atau anak didik, sehingga

terbentuklah dalam pribadinya yang mempunyai sikap, tingkah

laku yang sesuai dengan ajaran Islam serta mempunyai

kemampuan untuk menghadapi permasalahannya sendiri.

4) Metode direktif (metode yang bersifat mengarahkan). Metode ini

lebih bersifat mengarahkan kepada mereka untuk berusaha

mengatasi kesulitan (problem) yang dihadapi. Pengarahan yang

diberikan ialah dengan memberikan secara langsung jawaban-

jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab kesulitan.25

7. Materi Pembinaan Keagamaan

Materi yang dipakai dalam pembinaan agama Islam adalah semua yang

terkandung dalam Al-Qur‟an yaitu sebagai berikut:

a. Aqidah

Aqidah secara bahasa ialah sesuatu yang dipercaya oleh hati.

Sedangkan secara istilah aqidah ialah suatu perkara yang wajib

dibenarkan (dipercaya) oleh hati, dengan penuh kemantapan atau

keyakinan dalam kalbu (jiwa), sehingga terhindar dari keragu-raguan.

Aqidah ini dapat diidentikan dengan iman (kepercayaan).26

Aqidah menurut Zuhairi adalah bersifat I‟tikad batin, berfungsi

mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta,

25

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.

Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 49-50. 26

Noor Matdawam, Aqidah dan Ilmu Pengetahuan dalam Lintasan Sejarah Dinamika Budaya Manusi, (Yogyakarta: Yayasan Bina Karier, 1988), h. 1

Page 45: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

30

mengatur, dan meniadakan alam ini.27

Aqidah dalam Islam adalah

bersifat i’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat

hubungannya dengan iman kepada:

1) Iman kepada Allah

Kata “iman” berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya.

Sedangkan percaya berarti pengakuan terhadap adanya sesuatu

yang bersifat ghaib, atau sesuatu itu benar. Iman kepada Alah

berarti menyakini bahwa Allah adalah satu-satunya tempat

mengabdi, menghambakan diri, serta mengadu (tauhid al-

ibadah), dan Allah sebagai satu-satunya pembuat peraturan yang

sempurna (tauhid al-tasyri).

2) Iman kepada Malaikat-Nya

Iman kepada malaikat adalah meyakini malaikat adalah makhluk

Allah yang diciptakan dari nur (cahaya) dan bahwa malaikat

adalah makhluk yang paling taat dan tidak sekalipun berbuat

maksiat.

3) Iman kepada Kitab-KitabNya

Pengertian iman kepada kitab Allah adalah meyakini bahwa

kitab Allah itu benar datang dari Allah SWT kepada para nabi

atau rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada

seluruh umat manusia. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur‟an,

dengan membaca dan memahami isi Al-Qur‟an, maka manusia

27

Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),

h. 50.

Page 46: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

31

akan merasa dekat dengan Allah dan tenang dalam menghadapi

segala hal.

4) Iman kepada Rasul-RasulNya

Iman kepada Rasul adalah percaya dengan sepenuh hati bahwa

Rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah SWT

untuk menerima wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada

seluruh umat manusia agar menjadi pedoman hidup demi

memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

5) Iman kepada Hari Akhir

Hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah

telah menetapkan hari akhir sebagai tanda akhir dari kehidupan

di dunia dan awal dari kehidupan di akhirat. Karena itu, manusia

janganlah lengah, lupa diri ataupun terpesona dengan kehidupan

di dunia yang sifatnya hanya sementara.

6) Iman kepada Qadha dan Qadhar

Iman kepada Qadha dan Qadhar artinya percaya dan yakin

dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan segala

sesuatu bagi semua makhluk hidup.28

Dengan demikian dapat simpulkan bahwa aqidah merupakan

keyakinan seseorang terhadap Allah SWT yang diyakini secara hati,

lisan, maupun perbuatan.

b. Ibadah

28

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.

60.

Page 47: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

32

Ibadah yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung

dengan Allah SWT (ritual). Ibadah berarti mencakup semua perilaku

dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT.

yang dilakukan dengan ikhlas untuk mendapatkan ridho Allah SWT.29

Materi ibadah pada pokoknya yaitu rukun Islam. Sesuai dengan firman

Allah SWT dalam surat Luqman ayat 17:

Artinya: “Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia)

mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan

yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa

kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang

diwajibkan (oleh Allah)” (QS. Luqman: 17).30

c. Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata khalaqa yang

asalnya adalah khuluqun yang berarti perangai, tabiat, adat atau kholaqun

yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. 31

Terdapat beberapa pengertian akhlak menurut para ahli, yaitu:

1) Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah sifat yang tertanam

dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan

tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.32

29

Zakiah Daradjat dkk, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h.

253. 30

Zakiah Daradjat dkk, Dasar-dasar Agama Islam, h. 684 31

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), Cet.Ke-11,

h. 1.

Page 48: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

33

2) Menurut Imam Al-Ghazali yang dikenal sebagai Hujjatul Islam

(Pembela Islam) karena kepiawaianya dalam membela Islam

dari berbagai faham yang dianggap menyesatkan, Ia mengatakan

akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang

menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan

mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.33

3) Menurut Ibrahim Anis, akhlak merupakan sifat yang tertanam

dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan,

baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran atau

pertimbangan34

Dengan demikian, akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa

seseorang yang terbentuk mulai dari kebiasaan, yang dilakukan tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan sehingga melahirkan suatu

perbuatan yang tanpa disengaja, tanpa dibuat-buat atas kemauannya

sendiri dan telah menjadi kepribadiannya. Oleh karena itu dalam suatu

kegiatan pembinaan keagamaan sangat diperlukan materi tentang akhlak

agar terbentuk akhlak mulia pada pribadi peserta pembinaan.

Macam-macam akhlak menurut Mohammad Ardani yaitu, sebagai

berikut:

1) Akhlak Al-Karimah

32

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), Cet.,ke-11,

h. 3 33

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 3. 34

Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),

h. 60.

Page 49: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

34

Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya,

namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia

dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a) Akhlak terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa

tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian

Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan

menjangkau hakekatnya.

b) Akhlak terhadap diri sendiri

Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan

menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri

dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai

ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan

dengan sebaik-baiknya.

c) Akhlak terhadap sesama manusia

Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya

secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain.

Untuk itu, perlu bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan

orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara,

karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasakan kita, dan

merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat

Page 50: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

35

dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan,

pertolongan dan menghargainya.35

2) Akhlak Al-Mazmumah

Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan

atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut di atas. Dalam

ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar

dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara

menjauhinya.36

Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak

yang tercela, di antaranya:

a) Berbohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi

yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

b) Takabur atau sombong ialah merasa atau mengaku dirinya besar,

tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya

lebih hebat.

c) Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang

diperoleh orang lain.

d) Bakhil atau kikir ialah sukar baginya mengurangi sebagian dari

apa yang dimilikinya itu untuk orang lain.37

35

Hoirunnisa, Pengaruh Pembinaan Agama Islam terhadap Tingkat Rasa Percaya Diri

Warga Binaan Wanita pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur,

(Skripsi S1: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2016), h. 41. 36

Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet

ke-2, h. 49. 37

Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, h. 56.

Page 51: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

36

B. Coping

1. Pengertian Coping

Coping dalam kamus psikologi yaitu tingkah laku atau tindakan

penanggulangan; sembarang perbuatan; dalam mana individu melakukan

interaksi dalam lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan

masalahnya.38

Pengertian coping menurut para ahli adalah sebagai berikut:

a. Menurut Istiqomah Wibowo dkk. coping yaitu mekanisme yang

digunakan individu untuk menghadapi dan mengatasi masalah.39

b. Manurut Baron dan Byne, coping adalah respon individu untuk

mengatasi masalah, respon tersebut sesuai dengan apa yang

dirasakan dan dipikirkan untuk mengontrol, mentolerir, dan

mengurangi efek negatif dari situasi yang dihadapi.40

c. Menurut Parry (1992), coping adalah usaha yang dilakukan individu

untuk menguasai, meredakan, atau menghilangkan berbagai tekanan

yang dialaminya.41

d. Menurut Folkman & Lazarus (1980), mengatakan bahwa coping

suatu proses di mana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan

persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan

38

JP. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Alih bahasa. Kartini Kartono, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2004), cet. ke-9, h. 112. 39

Istiqomah Wibowo, Dicky C. Pelupessy, Erita Narhetali, Psikologi Komunitas, (Depok:

LPSP3 Fakultas Psikologi UI Depok, 2013), h. 38 40

Ismiati, Problematika dan Coping Stress Mahasiswa Dalam Menyusun Skripsi Jurnal

Al-Bayan/ VOL. 21 No. 32, (Banda Aceh: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry,

2015), h. 19. 41

Ridwan Saptoto, Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kemampuan Coping Adaptif

Jurnal Psikologi Vo.37 No.1 (Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 2010), h.

13.

Page 52: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

37

mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut (Lazarus & Folkman,

2005).42

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa coping

merupakan usaha individu untuk meredakan, menghilangkan, menghadapi

dan mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam hidupnya dengan

kemampuan mereka.

2. Klasifikasi dan Bentuk Coping

Lazarus & Folkman (Inawati. 1998) mengklasifikasikan coping menjadi

dua bagian, yaitu:

a. Approach Coping atau Problem Focused Coping, merupakan cara

mengatasi masalah yang memfokuskan pada masalah itu sendiri (actived

coping).43

Coping ini memiliki sifat analitiogis, mencari informasi, dan

berusaha untuk memecahkan masalah dengan penyesuaian yang positif.

Selanjutnya coping ini disingkat PFC.44

Terdapat dua bentuk Problem Focused Coping, yaitu:

1) Bentuk kognitif (problem focused cognitive). Coping dalam

bentuk kognitif, biasanya individu menganalisis informasi

terlebih dahulu kemudian merencanakan dan membuat keputusan

berdasarkan masalah yang ada.45

42

Ismiati, Problematika dan Coping Stress Mahasiswa Dalam Menyusun Skripsi Jurnal

Al-Bayan/VOL. 21 No. 32 (Banda Aceh: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry,

2015), h. 19. 43

Istiqomah Wibowo, Dicky C. Pelupessy, Erita Narhetali, Psikologi Komunitas, (Jawa

Barat: LPSP3 Fakultas Psikologi UI Depok, 2013), h. 38. 44

Ridwan Saptoto, Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kemampuan Coping Adaptif

Jurnal Psikologi Vo.37 No No.1 (Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 2010),

h. 14. 45

Istiqomah Wibowo, Dicky C. Pelupessy, Erita Narhetali, Psikologi Komunitas, h. 38.

Page 53: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

38

2) Coping dalam bentuk perilaku. Selain mencari informasi, bentuk

coping perilaku ini individu juga berusaha mencari jalan keluar

untuk mencapai tujuan. Ia berusaha mencari bantuan dan secara

asertif mendiskusikannya dengan orang lain yang

berkepentingan.46

Agar memperoleh hasil yang terbaik, seseorang dapat menggunakan

kedua bentuk tersebut dengan cara mengkombinasikannya.

Aldwin dan Revenson (Bukit, 1999) membagi Problem Focused

Coping menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Cautiousness (kehati-hatian) yaitu individu berpikir dan

mempertimbangkan beberapa alternatif pemecahan masalah yang

tersedia, meminta pendapat orang lain, berhati-hati dalam

memutuskan masalah serta mengevaluasi strategi yang pernah

dilakukan sebelumnya.

2) Instrumental Action (tindakan instrumental) adalah tindakan

individu yang diarahkan pada penyelesaian masalah secara

langsung, serta menyusun langkah yang akan dilakukannya.

3) Negotiation (negosiasi) merupakan beberapa usaha oleh

seseorang yang ditujukan kepada orang lain yang terlibat atau

46

Istiqomah Wibowo, Dicky C. Pelupessy, Erita Narhetali, Psikologi Komunitas, (Jawa

Barat: LPSP3 Fakultas Psikologi UI Depok, 2013), h. 38.

Page 54: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

39

merupakan penyebab masalahnya untuk ikut menyelesaikan

masalah.47

b. Avoidance Coping atau Emotion Focused Coping. Coping ini lebih

menekankan pada emosi atau perasaan.48

Coping ini memiliki ciri

represi, proyeksi, mengingkari, dan berbagai cara untuk meminimalkan

ancaman (Hollahan & Moos, 1987). Selanjutnya coping ini disingkat

EFC.49

Aldwin dan Revenson (Bukit, 1999) membagi Emotion Focused

Coping menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Escapism (melarikan diri dari masalah) ialah perilaku

menghindari masalah dengan cara membayangkan seandainya

berada dalam suatu situasi lain yang lebih menyenangkan;

menghindari masalah dengan makan ataupun tidur; bisa juga

dengan merokok ataupun meneguk minuman keras.

2) Minimization (menganggap masalah seringan mungkin) ialah

tindakan menghindari masalah dengan menganggap seakan-akan

masalah yang tengah dihadapi itu jauh lebih rengan daripada yang

sebenarnya.

3) Self Blame (menyalahkan diri sendiri) merupakan cara seseorang

yang menghadapi masalah dengan menyalahkan serta

47

Emma Indirawati, Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan

Strategi Copyng, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol. 3 No. 2 (Semarang: Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, 2006), h. 72. 48

Istiqomah Wibowo, Dicky C. Pelupessy, Erita Narhetali, Psikologi Komunitas, (Depok:

LPSP3 Fakultas Psikologi UI Depok, 2013), h.39. 49

Ridwan Saptoto, Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kemampuan Coping Adaptif

Jurnal Psikologi Vo.37 No No.1 (Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 2010),

h. 14.

Page 55: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

40

menghukum diri secara berlebihan sambil menyesali tentang apa

yang telah terjadi.

4) Seeking Meaning (mencari hikmah yang tersirat) adalah suatu

proses di mana individu mencari arti kegagalan yang dialami

bagi dirinya sendiri dan mencoba mencari segi-segi yang

menurutnya penting dalam hidupnya. Dalam hal ini individu coba

mencari hikmah atau pelajaran yang bisa dipetik dari masalah

yang telah dan sedang dihadapinya.50

c. Confrontatif Coping. Strategi ini meliputi tindakan agresif atau

tindakan pengambilan resiko. Strategi ini tidak dapat digolongkan ke

dalam PFC atau EFC. Selanjutnya disingkat CC.51

Secara umum berbagai penelitian yang ada menunjukkan bahwa strategi

PFC bertujuan untuk mengelola beberapa aspek dalam situasi yang penuh

tekanan atau stres, berhubungan dengan hasil yang lebih positif hanya jika

usaha tersebut secara nyata dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya untuk

stresor yang relatif tidak dapat dikontrol, strategi EFC yang berorientasi ke

arah pengaturan emosi atau penilaian kembali ancaman terlihat paling adaptif.

Stretegi terakhir, yaitu CC, tidak dapat digolongkan ke dalam PFC atau EFC,

50

Emma Indirawati, Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan

Strategi Copyng, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol. 3 No. 2 (Semarang: Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, 2006), h. 73. 51

Ridwan Saptoto, Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kemampuan Coping Adaptif

Jurnal Psikologi Vo.37 No No.1 (Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 2010),

h. 14.

Page 56: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

41

dan bersifat maladaptif tanpa memperhatikan apakah situasi yang dihadapi

dapat dikontrol atau tidak (Folkman et al., 1986).52

Menurut Hobfoll (dalam Dalton, 2001), terdapat dua bentuk coping

ketika menghadapi masalah hubungan interpersoanal, yaitu:

a. Pro-social coping. Dalam hal ini seseorang memberi perhatian pada

orang lain, mengungkapkan bentuk kepedulian, mencari dukungan atau

nasehat, dan meningkatkan kualitas hubungan interpersonal.

b. Anti-social coping. Dalam hal ini seseorang berperilaku agresif,

kurang memperhatikan orang lain, berperilaku impulsif, dan tidak

memperhatikan dampak dari tingkah lakunya bagi orang lain.53

c. Religius Focused Coping. Menurut Pargament religius focused

coping adalah upaya memahami dan mengatasi sumber-sumber stres

dalam hidup dengan melakukan berbagai cara untuk mempererat

hubungan individu dengan Tuhan.54

Terdapat tiga bentuk religius focused coping, yaitu55

:

1) Collaborative, yakni bentuk coping yang melibatkan Tuhan dan

indovidu dalam kerjasama memecahkan masalah individu.

2) Self-Directing, artinya seorang individu percaya bahwa dirinya

telah diberi kemampuan oleh Tuhan untuk memecahkan masalah.

52

Ridwan Saptoto, Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kemampuan Coping Adaptif

Jurnal Psikologi Vo.37 No No.1, h. 14. 53

Istiqomah Wibowo, Dicky C. Pelupessy, Erita Narhetali, Psikologi Komunitas, (Depok:

LPSP3 Fakultas Psikologi UI, 2013), h. 39. 54

Baiq Dwi Suci Anggraini, Religius Coping Stres pada Mahasiswa, (Jurnal Psikologi:

Universitas Malang, Vo. 02 No. 01, 2014), h. 142 55

Wendio Angganantyo, Coping Religius pada Karyawan Muslim Ditinjau dari Tipe

Kepribadian, (jurnal Psikologi: Universitas Muhammadiyah Malang Vol.2 No. 1, 2012), h. 49.

Page 57: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

42

3) Deffering, artinya individu bergantung sepenuhnya kepada Tuhan

dalam memberikan isyarat untuk memecahkan masalahnya.

Dalam Islam, Allah telah mengatur dan memberi manusia berbagai cara

untuk mengatasi masalah dalam hidup. Sering kali ujian yang Allah turunkan

kepada manusia menimbulkan tekanan jiwa pada individu tersebut. Namun

sebenarnya Allah SWT telah memberikan solusi atau kunci untuk

memperoleh ketenangan jiwa tersebut sebagaimana dalam QS. Ar-Ra‟du ayat

28.56

:

Artinya: “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi

tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan

mengingat Allah hati menjadi tenang”

Quraish Shihab menafsirkan ayat ini adalah tentang dzikrullah atau

mengingat Allah yang melahiran ketenangan hati, bukan sekedar ucapan

lidah.57

Oleh karena itu, apabila masalah sedang menghampiri diri hendaknya

memperbanyak dzikir atau mengingat Allah agar dipermudah dalam

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

Menurut Bahreisy (1992) dalam Al-Qur‟an Allah telah mencantumkan

secara tersirat tahap-tahap yang harus dilalui seseorang untuk dapat

menyelesaikan masalahnya yakni pada QS. Al-Insyiroh ayat 1-8.58

56

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: CV. Penerbit

Jumanatul „Ali-Art, 2005), h. 253. 57

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,

(Ciputat: Lentera Hati, 2000), h. 272-274 58

Emma Indirawati, Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan

Strategi Coping, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol. 3 No. 2 (Semarang: Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, 2006), h. 73.

Page 58: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

43

Ada tiga langkah yang bisa dilakukan seseorang saaat menghadapi

permasalahan, yaitu:

a. Positive Thingking

Sebagaimana terjemahan ayat 1 sampai 6, Allah berfirman:

“Bukankah telah Kami lapangkan untukmu dadamu? Dan telah Kami

hilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan

Kami tinggikan bagimu sebutan namamu. Karena sesungguhnya sesudah

kesulitas ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan.”

Tafsir dari 6 ayat itu ialah janji dan kabar gembiran dari Allah bahwa

semua kesulitan dari setiap persoalan manusia selalu ada jalan keluarnya,

maka hadapilah masalah itu dengan hati yang lapang. Maka langkah

pertama saat mengalami masalah ialah melapangkan dada, selapang-

lapangnya sehingga lahirlah positive thingking terhadap masalah yang

ada. Itulah separuh dari penyelesaian dari masalah. Karena dengan

berpikir positif, otak manusia dapat berpikir secara jernih mengenai jalan

keluar dari permasalahan yang ada.

b. Positive Acting

Sebagaimana termaktub dalam ayat 7, Allah berfirman: “Maka

apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”

Dari ayat ini Allah memberikan langkah kedua dalam menyelesaikan

masalah, yaitu berusaha keras menyelesaikan persoalannya melalui

perilaku-perilaku nyata yang positif. Usaha konkrit ini adalah anjuran

Page 59: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

44

nyata dari Allah untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi

persoalan apapun. Perintah ini pun mengandung makna untuk tetap

mencoba meminta bantuan manusia lain sebagai perantara pertolongan

dari-Nya. Sebagaimana Allah jelaskan dalam ayat lain dalam Al-Qur‟an:

“Sesungguhnya penolong kamu hanya Allah, Rasul-Nya, dan orang-

orang yang beriman.” (QS. Al-Ma‟idah: 55)

c. Positive Hoping

Sebagaimana tercantum dalam ayat terakhir surah Al-Insyirah ini

yang berbunyi: “Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu

berharap.” Makna ayat di atas ialah setelah manusia berlapang dada

dengan masalah yang ada, lalu manusia mau dan mampu berusaha secara

optimal dalam rangka menyelesaikan masalahnya lalu usaha terakhir

yang tidak boleh ditinggalkan adalah berdo‟alah dan bertawakallah

kepada Allah SWT. mengenai hasil dari semua usaha yang telah

dilakukan itu.59

Sebagai terakhir dari tiga cara itu, ada cara lain yang dapat

memperkuat keyakinan manusia bahwa Islam benar-benar dapat

dijadikan pedoman bagi kebahagiaan dunia dan akhirat. Itulah rangkaian

cara penyelesaian masalah (coping) yang telah diatur dalam Islam.

Pada penelitian ini, aspek atau jenis coping yang digunakan adalah

problem focused coping, emotion focus coping dan religius focused coping.

Adapun bentuk problem focused coping yang digunakan yaitu bentuk

kognitif dan dalam bentuk perlaku. Sedangkan bentuk emotion focus coping

59

Emma Indirawati, Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan

Strategi Copyng, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol. 3 No. 2 (Semarang: Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, 2006), h. 73-74

Page 60: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

45

yaitu melarikan diri dari masalah, menganggap masalah seringan mungkin,

menyerahkan diri sendiri, dan mencari makna tersirat.

C. Hubungan Pembinaan Keagamaan dengan Kemampuan Coping

Agama sebagai salah satu sumber coping selain dua sumber coping lain

yaitu dukungan sosial dan kemampuan personal. Agama memberikan

keterampilan personal dan sosial bagi individu. Selain itu, agama merupakan

metode yang dapat dijadikan prediktor yang signifikan dari keberhasilan coping.

Dampak yang diketahui dari intervensi agama yaitu: (1) subyek menerima hal-hal

spiritual sebagai sesuatu yang dapat dipercaya dengan baik dan mencintai Tuhan,

(2) menjadikan orang rajin berdo‟a dan beribadah, (3) meningkatkan kesadaran

yang tumbuh baik dari pengalaman stres terhadap masalah.60

Orang yang beragama memiliki keyakinan kepada Dzat Yang Maha Esa

dan senantiasa bersikap pasrah (berserah diri) kepada-Nya. Sikap pasrah itu

memberi sikap optimis pada diri seseorang, sehingga muncul perasaan positif

seperti rasa bahagia, senang, tenang, nyaman, dan aman.61

Oleh karena itu,

rendahnya pemahaman agama pada individu dapat memicu terjadinya banyak

kesalahan dalam mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapai.

Dalam istilah psikologi, cara-cara pemecahan atau pengatasan masalah disebut

coping. 62

Dalam Islam, Allah telah mengatur dan memberikan langkah dalam

menyelesaikan masalah dalam hidup yang tertera pada QS. Al-Insyirah ayat 1-8

60

Istiqomah Wibowo, Dicky C. Pelupessy, Erita Narhetali, Psikologi Komunitas, (Depok:

LPSP3 Fakultas Psikologi UI Depok, 2013), h. 41 61

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h. 142 62

Emma Indirawati, Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan Keecenderungan

Strategi Copyng, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, (Semarang: Fakultas Psikologi dan

Ilmu Sosial Budaya, 2006), Vol.3 No.2, h. 70.

Page 61: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

46

yang terdapat tahap-tahap yang harus dilalui sesorang agar dapat menyelesaikan

masalahnya. Oleh karena itu, maka jelaslah bagaimana hubungan antara

pemahaman keagamaan individu dengan kemampuan coping yang dimiliki

memberikan dampak positif yaitu apabila pemahaman agama yang dimiliki

individu kuat maka kemampuan coping yang dimiliki individu pun tinggi begitu

sebaliknya jika pemahaman agama yang dimiliki rendah, maka kemampuan

coping yang dimilikinya pun rendah, karena agama itu sendiri adalah salah satu

sumber kekuatan coping seseorang.

Agama dan ritual ibadahnya bisa memberikan dampak yang positif bagi

seseorang yaitu menjadikan hidup manusia lebih baik lagi. Dalam penelitian ini

peneliti melakukan penelitian di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)

Kelas 1 Tangerang pada program pembinaan keagamaan. Untuk mencapai

pemahaman keagamaan yang tinggi pada remaja terutama remaja yang

berhadapan dengan hukum, maka diberikan suatu program pembinaan khusus

yaitu pembinaan keagamaan. Melalui pembinaan keagamaan yang dilakukan

secara intensif, seseorang akan memiliki kemampuan untuk berhasil mengadakan

hubungan dengan lingkungan; kemampuan mengelola stres; dan kemampuan

pemecahan masalah.63

Maka dari itu, dengan adanya treatmen atau intervensi

pembinaan keagamaan yang diberikan oleh pembina agama kepada remaja/anak

didik di LPKA diharapkan remaja/anak didik mampu menyelesaikan

permasalahan yang dihadapinya dan memilih cara untuk penyelesaian masalah

sesuai dengan ketentuan dan petunjuk agama.

63

Mujiati, Kegiatan Pembinaan Rohani Dalam Upaya Mengubah Perilaku Sosial Peserta

Rehabilitasi Narkoba Di Rumah Damai Desa Cepoko Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang,

(Skripsi S1: Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2015), h. 5.

Page 62: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

47

Kemampuan coping ini penting untuk dimiliki setiap orang agar mereka

mampu untuk menghadapi setiap permasalahan yang mereka alami terutama

untuk remaja yang rentan terhadap masalah terlebih pada remaja yang berhadapan

dengan hukum. Sehingga mereka perlu mendapatkan pembinaan khusus terutama

pembinaan keagamaan.

D. Remaja

1. Definisi Remaja

Istilah remaja atau adolescence berasal dari kata Latin adolescere yang

berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Sedangkan istilah

adolescence seperti yang digunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas,

mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini

dikemukakan oleh Piaget (121) dengan mengatakan: “Secara psikologis,

masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat

dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang

yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-

kurangnya dalam masalah hak.”64

Definisi remaja menurut para ahli yaitu:

a. Menurut Agoes Dariyo, menerangkan bahwa remaja (adolecence)

adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan

psikososial.65

64

Elizabeth B. Hurlock, Development Psychology, alih bahasa oleh Istiwidayanti dan

Soedjarwo dalam Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1980), h. 206 65

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h.

14

Page 63: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

48

b. WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), sebagaimana yang dikutip oleh

Sarlito Wirawan Sarwono, mendefinisikan bahwa remaja adalah suatu

masa di mana:

1) Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-

tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

seksualnya.

2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola

identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang

penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.66

c. Menurut G. Standley Hall, remaja merupakan masa pergolakan yang

dipenuhi oleh konflik dan perubahan suasana hati.67

d. Menurut Larson (2002) dalam Buku Adolescence, Eleventh Edition

karangan John W. Santrock remaja (adolescence) sebagai periode transisi

perkembangan masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan

perubah-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Tugas pokok

remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa.68

e. Menurut M. Alisut Sabri, menerangkan bahwa masa remaja

merupakan masa yang penting dalam rentan kehidupan. Masa ini dikenal

sebagai suatu periode peralihan, suatu masa perubahan usia bermasalah

66

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2000), Cet. Ke-

3, h. 6 67

John W. Santrock, Adolescence, Eleventh Edition, alih bahasa oleh. Benedictine

Widyasinta dalam Adolescence Perkembangan Remaja Edisi ketuju, (Jakarta: PT Gelora Aksara

Pratama, 2007), h. 6 68

John W. Santrock, Adolescence, Eleventh Edition, alih bahasa oleh. Benedictine

Widyasinta dalam Adolescence Perkembangan Remaja Edisi ketuju, h. 20

Page 64: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

49

saat di mana individu mencari identitas usia yang menakutkan, masa

yang tidak realistis dan masa ambang dewasa.69

Dari beberapa definisi di atas, dapat digaris besarkan bahwa remaja

adalah suatu masa transisi, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak menuju

dewasa yang di dalamnya mengalami suatu perkembangan yang akan terlihat

adanya perubahan, baik perubahan secara fisik, mental, maupun sosial.

Remaja dalam penelitian ini adalah remaja yang menjadi ABH (pelaku)

berdasarkan putusan pengadilan.

2. Ciri-Ciri Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan

periode sebelumnya dan sesudahnya. Adapun ciri-ciri tersebut adalah:70

a. Masa remaja sebagai periode yang penting. Pada periode remaja,

dikatakan penting karena baik akibat langsung maupun jangka panjang

berkaitan dengan sikap dan perilaku jangka panjang. Selain itu, ada

periode yang penting akiat perubahan fisik dan psikologis.

Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya

perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja.

Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan

perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan. Dalam periode peralihan,

status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang

69

M. Alisut Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan Anak dan Remaja,

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet. Ke-2, h. 160. 70

John W. Santrock, Adolescence, Eleventh Edition, alih bahasa oleh. Benedictine

Widyasinta dalam Adolescence Perkembangan Remaja Edisi ketuju, (Jakarta: PT. Gelora Aksara

Pratama, 1980), h. 207-209

Page 65: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

50

harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga

bukan orang dewasa.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan. Ada empat perubahan yang

sama dan hampir bersifat universal, yaitu:

1) Meningginya emosi

2) Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh

kelompok sosial, menimbulkan masalah baru.

3) Perubahan minat dan pola perilaku, maka nilai-nilaipun berubah.

4) Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap

perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan,

tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya

dan diragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi

tanggung jawab tersebut.

d. Masa remaja sabagai usia bermasalah. Setiap periode mempunyai

masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah remaja sering menjadi

masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan.

Terdapat dua alasan kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak,

masalah anak-anak diselesaikan oleh orang tua dan guru. Sehingga

remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena

remaja merasa diri mandiri. Sehingga mereka ingin mengatasi

masalahnya sendiri dan menolak bantuan orang tua dan guru. Karena

ketidakmampuan mereka untuk mengatasi masalahnya menurut cara

yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa

penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.

Page 66: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

51

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Pada tahun awal masa

remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak

laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan

identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan temannya

dalam segala hal, seperi sebelumnya.

f. Masa Remaja sebagai usia yang menimbulan ketakutan. Anggaan

stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang

tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak,

menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi

kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak

simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. Menerima stereotip ini

dan adanya keyakinan bahwa orang dewasa mempunyai pandangan yang

buruk tentang remaja, membuat peralihan ke masa dewasa menjadi sulit.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Remaja cenderung

memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat

dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan

sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Semakin tidak realistik

cita-citanya semakin ia marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa

apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil

mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Dengan semakin

mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah

untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan

Page 67: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

52

kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Oleh karena itu, remaja

mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status

dewasa.

3. Klasifikasi Remaja

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa

yakni 12 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan dari masa

peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit untuk menentukan

batas umurnya. Masa remaja mulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan

yang berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada umur 11

tahun atau 12 tahun pada wanita dan laki-laki yang lebih tua sedikit.71

Para ahli berbeda pendapat mengenai batasan umur kapan seorang anak

dapat dikatakan sudah memasuki usia remaja. Batasan usia remaja menurut

para ahli sebagai berikut:

a. Dari sudut pandang psikologi, yaitu batasan usia remaja lebih banyak

tergantung kepada keadaan masyarakat di mana remaja itu hidup, yang

dapat ditentukan dengan pasti adalah permulaannya, yaitu puber

pertama atau mulainya perubahan jasmani dari anak menjadi dewasa

kira-kira umur akhir 12 tahun atau permulaan 13 tahun.72

b. Dari sudut pandang hukum dan perundang-undangan, yaitu usia remaja

adalah di atas 12 tahun dan di bawah 18 tahun serta belum menikah.

Artinya apabila terjadi suatu pelanggaran hukum dari seseorang dalam

71

M. Alisut Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan Anak dan

Remaja,(Jakarta: Pedoman Imu Jaya, 1997), h. 12. 72

Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet. Ke-2, h. 10

Page 68: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

53

usia tersebut, maka hukuman baginya tidak sama dengan orang

dewasa.73

c. Dilihat dari analisa terhadap semua aspek perkembagan dalam usia

remaja, maka secara global masa remaja berlangsung antara umur 12

tahun hingga 21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun, masa

remaja awal, usia 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan usia 18-21

tahun masa remaja akhir.74

Dari beberapa pendapat di atas mengenai kapan seorang mulai

memasuki usia remaja terdapat kesamaan bahwa seorang dikatakan sudah

memasuki usia remaja apabila telah mencapai usia 12 tahun. Hal ini ditandai

dengan adanya perubahan-perubahan fisik. Dalam hal ini penulis

menyimpulkan bahwa batasan usia remaja adalah usia 12/13 tahun.

Sedangkan pembagian masa remaja yaitu remaja awal yang sudah mencapai

usia 12/13 tahun sampai 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 tahun sampai

18 tahun, dan masa remaja akhur yaitu 17/18 tahun sampai 21 tahun.

4. Pengertian dan Bentuk Kenakalan Remaja

a. Pengertian Kenakalan Remaja

Menurut Psikolog Bimo Walgito dan Fuad Hasan dalam bukunya

Sudarsono, Bimo Walgito mengemukakan bahwa “kenakalan remaja

adalah tiap perbuatan, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang

dewasa maka perbuatan itu merupakan kejahatan. Jadi merupakan

perbuatan yang melawan hukum, yang dilakukan oleh anak, khususnya

remaja”. Sedangkan Fuad Hasan merumuskan devinisi kenakalan remaja

73

Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, h. 36 74

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulya, 1983), cet.

Ke-5, h. 41

Page 69: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

54

dengan perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja bilamana

dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan.75

Dengan demikian kenakalan remaja dapat diartikan sebagai perbutan

menyimpang yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan

hukum, sosial, dan menyalahi norma.

b. Bentuk Kenakalan Remaja.

Bentuk kenakalan remaja yang tertuang dalam Bkolak Inpres 6/1971

antara lain adalah pencurian, perkelahian, perusakan, penganiayaan,

perampokan, narkotika, pelanggaran asusila, pelanggaran, pembunuhan,

dan kejahatan lain.76

Pihak kelopilisian mengidentifikasi ciri dari perilaku kenakalan

remaja sebagai berikut77

:

1) Bentuk-bentuk kenakalan remaja yang disebutkan di sini

merupakan inventarisasi sementara atas bentuk-bentuk yang

sudah terjadi dan diperkirakan akan atau mungkin terjadi.

2) Bentuk kenakalan remaja ini telah diidentifikasikan dan

dirumuskan oleh Team Kerja Penyusunan Pola Penanggulangan

Kenakalan Remaja di Indonesia tahun 1971 di mana penulis

sendiri menjadi anggotanya yang diselenggarakan oleh: Badan

Koordinasi Nasional untuk Kesejahteraan Keluarga dan Anak

dengan Pusat Pembinaan Tertib masyarakat, MABAK, RI.2

75

Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 11. 76

Sofyan S. Willis, Remaja dan Masalahnya, Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan

Remaja seperti Narkoba, Free Sex, dan Pemecahanya, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 91. 77

Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 11

Page 70: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

55

Bentuk kenakalan remaja dalam perumusan ini dapat

digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

a) Kenakalan yang tergolongan pelanggaran norma sosial dan

norma-norma lainnya yang tidak diatur dalam KUHP atau

undang-undang lainnya.

b) Kenakalan berupa kejahatan dan pelanggaran yang diatur

dalam KUHP atau undang-undang lainnya.

3) Kenakalan remaja yang tergolong pelanggaran norma-norma

sosial cukup diselesaikan dalam dan oleh keluarga, kecuali atas

permintaan pihak keluarga pelaku kenakalan atas pengaduan

orang lain atas permintaan masyarakat umum oleh pihak alat-

alat negara penegak hukum.

4) Kenakalan yang tergolong pelanggaran dan kejahatan yang

diatur dalam ketentuan hukum yang berlaku diselesaikan oleh

alat-alat negara penegak hukum.

5. Faktor yang Menyebabkan Kenakalan Remaja

Ada beberapa faktor yang menjadi sumber sebab kenakalan remaja.

Faktor tersebut adalah:

a. Faktor internal, yaitu hal-hal yang bersifat intern yang berasal dari

dalam diri remaja itu sendiri.

Faktor internal tersebut meliputi:

1) Lemahnya pertahanan diri, merupakan faktor yang ada dalam

diri untuk mengontrol dan mempertahankan diri terhadap

pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan. Jika ajakan untuk

Page 71: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

56

melakukan perbuatan negatif pertahanan diri yang lemah sering

tidak bisa menghindar dan mudah terpengaruh.78

2) Kurang kemampuan penyesuaian diri. Ketidakmampuan remaja

dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya dengan

tidak mempunyai daya pilih teman bergaul yang membantu

pembentukan perilaku positif, akan menyebabkan remaja kurang

pergaulan. Hal ini dapat dikarenakan anak terbiasa dengan

pendidikan kaku dan disiplin ketat di keluarga sehingga dalam

masa remajanya pun juga akan kaku dalam bergaul, dan tidak

pandai memilih teman yang bisa membuat dia berkelakukan

baik.79

3) Kurangnya dasar-dasar keimanan di dalam diri remaja. Saat ini

banyak orang-orang yang ingin agar para remaja menghiraukan

agamanya. Sebagian dari remaja sudah jauh dari agama karena

termakan kampanye Barat dengan meniru gaya hidup mereka

yang bebas terutama hubungan perempuan dengan laki-laki dan

juga mengkonsumsi alkohol maupun narkotika.80

Terkadang

orang tua tidak menyadari bahwa pendidikan agama sangat

penting diberikan kepada anak-anak karena yang demikian

adalah tanggung jawab mereka sehingga dasar keimanan pada

78

Sofyan S. Willis, Remaja dan Masalahnya, Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan

Remaja seperti Narkoba, Free Sex, dan Pemecahanya, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 95. 79

Sofyan S. Willis, Remaja dan Masalahnya, Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan

Remaja seperti Narkoba, Free Sex, dan Pemecahanya, h. 96. 80

Sofyan S. Willis, Remaja dan Masalahnya, Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan

Remaja seperti Narkoba, Free Sex, dan Pemecahanya, h. 98

Page 72: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

57

remaja belum tertanam. Oleh karena itu remaja mudah sekali

melakukan tindakan kenakalan.

b. Faktor ekternal, yaitu hal-hal yang mendorong timbulnya kenakalan

remaja yang bersumber dari luar diri pribadi remaja yang bersangkutan

yaitu, lingkungan sekitar, atau keadaan masyarakat.

Faktor eksternal yang berasal dari lingkungan keluarga antara lain:

1) Kurangnya mendapatnya kasih sayang dan perhatian orang tua.

2) Lemahnya keadaaan ekonomi orang tua.

3) Kehidupan keluarga yang kurang harmonis.81

Faktor eksternal yang berasal dari lingkungan masyarakat antara

lain:

1) Kurangnya pelaksanaan ajaran-ajaran agama secara konsekuen.

2) Masayarakat kurang memperoleh pendidikan.

3) Kurangnya pengawasan terhadap remaja.

4) Pengaruh norma-norma baru dari luar.82

Adapun menurut Zakiah Daradjat penyebab timbulnya kenakalan remaja

yang menonjol antara lain:

a. Kurangnya pendidikan agama.

b. Kurangnya pengertian orang tua tentang pendidikan.

c. Kurang teraturnya pengisian waktu.

d. Tidak stabilnya keadaan sosial, ekonomi, dan politik

e. Banyaknya film dan buku bacaan yang tidak baik

81

Ulfatun Khasanah, Pembinaan Keagamaan Bagi Anak Nakal di Panti Sosial Marsudi

Putra Antasena Magelang. (Skripsi S: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), h. 15-16. 82

Ulfatun Khasanah, Pembinaan Keagamaan Bagi Anak Nakal di Panti Sosial Marsudi

Putra Antasena Magelang, h. 17-18

Page 73: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

58

f. Kemerosotan moral dan mental orang dewasa.

g. Pendidikan di dalam sekolah yang kurang baik.83

Dalam masyarakat modern saat ini, banyak tingkah laku orang dewasa

yang tidak baik sehingga menjadi contoh dan teladan anak remaja. Mereka

akan dengan mudah mendapatkan contoh yang akan ditirunya dari

lingkungan di mana dia hidup.84

Faktor penting yang menimbulkan

kemrosotan moral adalah kurang tertanamnya jiwa agama dalam tiap-tiap

orang dan tidak dilaksanakannya agama dalam kehidupan sehari-hari baik

oleh individu maupun masyarakat.85

Oleh karena itu, disinilah letak

pentingnya agama bagi anak yang sudah terjerumus ke dalam masalah

hukum. Agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengurangi

dan menghilangkan kenakalan pada diri remaja.

Berdasarkan beberapa faktor di atas, peneliti menyimpulan bahwa faktor

kenakalan remaja dilihat dari aspek kehidupannya yaitu: (1) rendahnya

pengetahuan agama, (2) kurangnya perhatian orang tua, (3) lingkungan sosial

yang kurang baik, dan (3) kurangnya kesadaran moral.

E. Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH)

1. Definisi Anak yang Berhadapan dengan Hukum

Menurut UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,

yang dimaksud dengan anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang

berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak

yang menjadi saksi tindak pidana. Ketentuan ini disebutkan dalam Pasal nomor

83

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1978), h. 113-118 84

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, h. 118 85

Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung,

1978), h. 65.

Page 74: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

59

2.86

Berdasarkan definisi ini dapat disebutkan bahwa terdapat tiga kategori

anak yang berhadapan dengan hukum, yaitu:

a. Anak yang berkonflik dengan hukum. Maksudnya adalah anak-anak

sebagai pelaku tindak pidana.

b. Anak yang menjadi korban tindak pidana, yaitu anak yang mengalami

penderitaan fisik, mental, dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh

tindak pidana.

c. Anak yang menjadi saksi tindak pidana, yaitu anak yang dapat

memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang

didengar, dilihat, dan atau dialaminya sendiri.87

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpullkan bahwa anak yang

berhadapan dengan hukum (ABH) adalah anak yang berkaitan langsung

dengan tindak pidana baik yang menjadi pelaku, korban maupun saksi dalam

suatu tindak pidana. Adapun ABH yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu

ABH yang menjadi pelaku tindak pidana yang berusia 12/13 tahun sampai

dengan 18 tahun.

86

Analiansyah dan Syarifah Rahmatillah, Perlindungan Terhadap Anak Yang

berhadapan dengan Hukum, dalam jurnal Gender Equality; International Journal of Child and

Gender Studies (Banda Aceh: UIN Ar-Raniry, 2015), h. 54. 87

Analiansyah dan Syarifah Rahmatillah, Perlindungan Terhadap Anak Yang

berhadapan dengan Hukum, dalam jurnal Gender Equality; International Journal of Child and

Gender Studies, h. 54-55.

Page 75: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

60

2. Kategori Anak Berhadapan Hukum (ABH)

Menurut Herry E. Allen and Cliffon E. Simmonsen menjelaskan bahwa

ada dua kategori perilaku anak yang membuat anak harus berhadapan dengan

hukum, yaitu:88

a. Status Offence adalah pelaku kenakalan anak yang apabila dilakukan

oleh orang dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan, seperti tidak

menurut, membolos sekolah, atau kabur dari rumah.

b. Juvenile Deliquence adalah prilaku kenakalan anak yang apabila

dilakukan oleh orang dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran

hukum.

88

Muhammad Joni dan Zulchaina Z. Tanamas, Aspek Perlindungan Anak dalam

Perspektif Konvensi Hak Anak, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999), h. 83

Page 76: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

61

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif,

karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah

perhitungan yang tepat. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada populasi tertentu, teknik pengambilan sampel pada

umumnya dilakukan secara random, pengambilan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif statistis dengan

tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian kuantitatif

sifatnya objektif, sehingga kita bisa melihat langsung sebuah keadaan.1

Penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu

dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Variabel-variabel ini diukur

sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan

prosedur statistik.2

Adapun alasan peneliti menggunakan penelitian kuantitatif adalah

penelitian kuantitatif bersifat mutlak sesuai dengan tata cara perhitungan

statistik yang terukur dan peneliti ingin menguji teori tentang pembinaan

keagamaan dan kemampuan coping, menunjukkan hubungan antar

1 Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R & D,

(Bandung: Alfabeta, 2008), h.14. 2 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian; Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah,

(Jakarta: Kencana, 2011), h. 38.

Page 77: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

62

variabel pembinaan keagamaan dengan kemampuan coping untuk

mendapatkan tingkat objektivitas dan memberikan deskripsi statistik.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

korelasional, yaitu penelitian yang mempelajari hubungan antara dua

variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel

berhubungan dengan variasi dalam variabel lain.3

Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti berusaha mengambil

sampel dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui hubungan

pembinaan keagamaan dengan kemampuan coping remaja pada Lembaga

Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Adapun lokasi penelitian skripsi ini yaitu Lembaga Pembinaan Khusus

Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang, Jl. Daan Mogot No. 29 C Tangerang,

Banten Indonesia. Merupakan lembaga pembinaan khusus untuk anak yang

berhadapan dengan hukum (ABH) yang berada di bawah Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan.

Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi

penelitian ini adalah:

3 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian; Skripsi, Tesis, Disertasi & Karya Ilmiah,

(Jakarta: Kencana, 2011), h. 40.

Page 78: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

63

a. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang

memiliki kegiatan pembinaan keagamaan yang dilaksakan rutin setiap

minggunya.

b. Peneliti belum menemukan hasil penelitian tentang hubungan

pembinaan keagamaan dengan kemampuan coping remaja penerima

manfaat pada Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1

Tangerang.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan April sampai Oktober 2017

dengan melakukan survey lokasi, penyerahan surat izin penelitian, penyerahan

surat penelitian dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, persetujuan Lembaga

Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang untuk melakukan

penelitian skripsi, serta mentor untuk peneliti. Selanjutnya peneliti melakukan

penelitian lanjutan, yaitu menggali data mengenai program pembinaan

keagamaan.

C. Sumber Data

Menurut Arikunto (2002: 107) sumber data adalah subyek dari mana data

itu diperoleh. Berdasarkan sumber pengambilan, data penulisan dibagi menjadi

dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun penjelasannya

sebagai berikut:

1. Data Primer,

Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama

di lokasi penelitian atau objek penelitian.4 Sumber data pertama dalam

4 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 122.

Page 79: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

64

penelitian ini yaitu remaja ABH di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)

Kelas 1 Tangerang.

2. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

sekunder dari data yang kita butuhkan.5 Data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu berupa dokumen-dokumen, catatan-catatan dan buku-buku.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yaitu keseluruhan subjek penelitian untuk keperluan penelitian.

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi “Pupulasi adalah jumlah

keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga”.6 Sesuai judul

penelitian diatas, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ABH

penerima manfaat yang beragama Islam yang mengikuti kegiatan pembinaan

keagamaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang

yang berjumlah 90 orang.

2. Sampel

Sedangkan sampel adalah bagian dari kumpulan objek penelitian

(populasi) yang dipelajari dan diamati.7 Penentuan sampel penelitian ini harus

dilakukan sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan

dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

5Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 122.

6 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES,

1991), h. 152. 7 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

1994), h. 78.

Page 80: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

65

Berdasarkan populasi di atas maka penetapan sampel dilakukan dengan

teknik purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan). Dalam

teknik ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota sampel diserahkan pada

pertimbangan pengumpulan data yang menurut dia sesuai dengan maksud dan

tujuan penelitian.8 Teknik ini dapat dilakukan dengan kriteria yang kita

inginkan.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:

a. Beragama Islam

b. Mengikuti pembinaan keagamaan Islam minimal 3 bulan di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang.

Menurut Suharsimi Arikunto sampel bisa menggunakan teknik purpossive

sampling. Pengambilan sampel dengan teknik ini cukup baik karena sesuai

dengan pertimbangan peneliti sendiri sehingga dapat mewakili populasi.

Purpossive sampling mengambil sampel 50% dari nilai populasi yang ada, karena

kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak sampel, atau semakin

besar persentase sampel dari populasi, hasil penelitian akan semakin baik.9

Pada penelitian ini, peneliti mengambil seluruh anak didik yaitu ABH di

Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang yang berusia

12/13 atau yang sedang menempuh pendidikan SD, SMP, dan SMA yang

berjumlah 47 orang yang sesuai dengan kriteria di atas. Sampel sesuai dengan

data anak di LPKA dan atas izin dari pihak Lembaga.

8 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial; Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. ke-

1, h. 63. 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penellitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2010), h. 177

Page 81: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

66

E. Variabel Dan Operasional Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen

sebagai variabel X dan variabel dependen sebagai variabel Y.

1. Variabel Bebas (Independent variable) (X)

Variabel independen atau juga disebut variabel bebas merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen.10

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu pembinaan keagamaan.

Definisi konseptual pembinaan keagamaan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah suatu kegiatan rutin agama Islam yang dilaksanakan secara sistematis

dan terarah oleh seorang pembina agama Islam kepada peserta didik sebagai

upaya untuk memperbaiki dan mengembangkan beberapa aspek yang meliputi:

aqidah, ibadah, dan akhlak agar mereka dapat menjalani kehidupannya sesuai

dengan ajaran Islam.

Operasional pembinaan keagamaan dalam penelitian ini terdiri dari

beberapa aspek yang meliputi:

a. Aspek materi, yaitu tingkat pemahaman materi yang sudah diterima

oleh remaja/anak didik yang terdiri dari materi aqidah, ibadah, dan

akhlak.

b. Aspek Frekuensi kegiatan, yaitu seberapa sering mengikuti kegiatan

pembinaan keagamaan.

c. Aspek Motivasi, yaitu motivasi yang dimiliki remaja/anak didik untuk

mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan.

10

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2009), h. 39

Page 82: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

67

d. Aspek Perhatian, yaitu perhatian remaja/anak didik ketika mengikuti

kegiatan pembinaan keagamaan.

e. Aspek spirit of change, yaitu semangat yang dimiliki remaja/anak

didik untuk berubah.

f. Aspek Efek, yaitu suatu perubahan hasil, seberapa besar pembinaan

kegamaan memberikan efek potitif terhadap remaja/anak didik.

2. Variabel Terikat (dependent variable) (Y)

Variabel dependen atau sering juga disebut variabel terikat adalah variabel

yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.11

Variabel terikat dari penelitian ini adalah kemampuan coping.

Kemampuan coping yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kemampuan

individu untuk meredakan, menghilangkan, menghadapi dan mengatasi

berbagai masalah yang menekan dalam hidupnya. Sedangkan definisi

operasional variabel kemampuan coping dalam penelitian ini adalah skor total

dari skala kemampuan coping remaja yang disusun peneliti berdasarkan teori

Lazarus & Folkman (Inawati. 1998) mengklasifikasikan coping menjadi dua

dimensi yaitu:

a. Problem focused coping, yang meliputi problem focused cognitive

(coping dalam bentuk kognitif) dan coping dalam bentuk perilaku.

b. Emotion focused coping, yang meliputi:

1) Escapism, yaitu melarikan diri dari masalah.

2) Minimization, yaitu menganggap masalah seringan mungkin.

3) Self Blame, yaitu menyalahkan diri sendiri.

11

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D , (Bandung: Alfabeta,

2009), h h. 39

Page 83: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

68

4) Seeking Meaning, yaitu mencari hikmah yang tersirat.

c. Religius focused coping. Untuk jenis coping yang ketiga ini peneliti

menggunakan teori Pargament. Menurut Pargament religius focused

coping adalah upaya memahami dan mengatasi sumber-sumber stres

dalam hidup dengan melakukan berbagai cara untuk mempererat

hubungan individu dengan Tuhan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data,

antara lain sebagai berikut:

1. Observasi atau pengamatan

Observasi atau pengamatan merupakan susunan proses pengamatan dan

ingatan baik biologis maupun psikologis.12

Semua bentuk penelitian psikologis,

baik kualitatif maupun kuantitatif mengandung aspek observasi di dalamnya

yang diarahkan pada kegiatan memerhatikan secara akurat, mencatat fenomena

yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek fenomena

tersebut.13

Adapun observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati

secara langsung kegiatan pembinaan keagamaan yang dilakukan pembimbing

agama terhadap remaja ABH di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)

Kelas 1 Tangerang.

2. Kuesioner

12

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet.

Ke-14, h. 145 13

E. Kristi Perwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Perilaku Manusia, (Depok: LPSP3-

UI, 2011), Cet. Ke-4, h. 134

Page 84: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

69

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya.14

Kuesioner digunakan oleh peneliti untuk

memperoleh data dari responden, yakni remaja ABH pada Lembaga

Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.15

Peneliti mendokumentasikan

kegiatan pembinaan keagamaan, serta mencari dokumen-dokumen tertulis lain

yang relevan dengan kebutuhan penelitian.

G. Uji Validitas

Uji validitas berguna untuk mengukur ketepatan instrumen penelitian.

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur.16

Suatu hasil penelitian dikatakan valid apabila instrumen yang

digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tersebut valid. Sehingga uji

validitas sangat penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

ketepatan/kebenaran suatu instrumen untuk dijadikan sebagai alat ukur.

Pendekatan yang digunakan untuk uji validitas dalam penelitian ini adalah

construct validity, yaitu untuk mengukur construct tertentu sesuai dengan yang

14

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2014), Cet. Ke-20, h. 142 15

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h. 236 16

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h 121

Page 85: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

70

diharapkan.17

Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas penelitian ini

adalah rumus korelasi Pearson Product Moment dan menggunakan program SPSS

for Windows versions 22.0.

Berdasarakan hasil uji validitas pada skala pembinaan keagamaan yang

dilakukan pada 30 responden pada taraf siginifikan 5% dengan teknik product

moment, dari 32 item butir pernyataan yang diuji cobakan terdapat 5 item butir

pernyataan yang tidak valid. Dari 5 item butir pernyataan yang tidak valid

terdapat 1 butir yang telah diperbaiki sehingga terdapat 4 item butir pernyataan

yang tidak valid. Banyaknya item yang tidak valid ini dikarenakan pernyataan

yang kurang jelas atau kurang dipahami oleh responden. Sehingga item yang valid

atau yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya adalah sebanyak 28 butir

pernyataan seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Blue Print Skala

Pembinaan Keagaamaan (setelah diuji)

No

Dimensi

Pembinaan

Keagamaan

Favorable

Revisi

Favorable Unfavorable Jumlah

1. Materi 1,3,4,5,6,7,8,9,10,11 12,13 12

2. Frekuensi

Kegiatan

14 16 2

3. Motivasi 17,18 19,20 4

4. Perhatian 21,22 24 3

5. Spirit Of

change

25,26 2

6. Efek 28,29,30 27 31 5

Total Item 28

17

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2014), Cet., Ke-20, h. 121

Page 86: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

71

Adapun hasil uji validitas pada skala kemampuan coping yang dilakukan

pada 30 responden pada taraf siginifikan 5% dengan teknik product moment, dari

29 item butir pernyataan yang diuji cobakan terdapat 11 item butir pernyataan

yang tidak valid. Dari 11 item butir pernyataan yang tidak valid terdapat satu butir

pernyataan yang telah diperbaiki sehingga terdapat 10 butir pernyataan yang tidak

valid. Banyaknya item yang tidak valid ini dikarenakan pernyataan yang kurang

jelas atau kurang dipahami oleh responden. Sehingga item yang valid atau yang

dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya adalah sebanyak 18 butir pernyataan

seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Blue Print Skala

Kemampuan Coping

No. Dimensi

Kemampuan Coping Favorable

Revisi

Favorable Unfavorable Jumlah

1. Problem focused

coping 4,7 2 5,9 5

2. Emotion focused

coping 10,11,14,16 19,21 6

3. Religius focused

coping

22,23,24,25,

26,27,28,29 8

Total item 19

H. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya dan diandalkan.18

Uji reliabilitas bertujuan untuk

menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisiten, apabila

pengukuran diulang dua kali atau lebih. Jadi, dengan kata lain Teknik perhitungan

18

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian ; Skripsi, Tesis, Disertasi & Karya Ilmiah,

(Jakarta: Kencana, 2011), h. 131

Page 87: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

72

reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah reability analysiz dengan

metode Cronbach Alpha dengan bantuan program SPSS for windows versions

22.0. Cronbach Alpha adalah koefisien kehandalan yang menunjukkan seberapa

baiknya item atau butir dalam suatu kumpulan secara positif berkorelasi satu sama

lain.19

Item instrument dikatakan reliabel atau mempunyai kehandalan yang

tinggi apabila diperoleh nilai alfa cronbach > 0.60.20

Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam

pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitain akan menjadi valid dan

reliabel. Jadi, instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk

mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

Adapun hasil uji reliabilitas variabel pembinaan keagamaan berdasarkan

perhitungan dengan bantuan SPSS for windows versions 22.0 diperoleh tabel hasil

output sebagai berikut:

Tabel 3

Hasil Output Uji Reliabilitas Variabel X (Pembinaan Keagamaan)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.911 28

Dengan demikian dapat kita lihat dari hasil output tabel 3. Hasilnya dapat

diketahui nilai Cronbach Alpha untuk variabel pembinaan keagamaan sebesar

0,911.

19

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian ; Skripsi, Tesis, Disertasi & Karya Ilmiah,

(Jakarta: Kencana, 2011), h. 165. 20

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian ; Skripsi, Tesis, Disertasi & Karya Ilmiah, h.

165.

Page 88: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

73

Adapun hasil uji reliabilitas variabel kemampuan coping berdasarkan

perhitungan dengan bantuan program SPSS for windows versions 22.0 diperoleh

tabel hasil output sebagai berikut:

Tabel 4.

Hasil Output Uji Reliabilitas Variabel Y (Kemampuan Coping)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.810 19

Dengan demikian dapat kita lihat dari hasil output tabel 3. Hasilnya dapat

diketahui nilai Cronbach Alpha untuk variabel kemampuan coping sebesar 0,810.

Dari kedua tabel hasil output hasil uji reliabilitas dapat dilihat bahwa uji

reliabilitas variabel pembinaan keagamaan mendapatkan nilai tertinggi yaitu

0,911 dibandingkan uji reliabilitas variabel kemampuan coping dengan nilai

0,810. Hasilnya dapat diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha untuk kedua

variabel dikatakan sempurna (reliabel), karena diperoleh nilai Cronbach Alpha >

0.60.

I. Teknik Analisis Data

Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga diperoleh

kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalaan yang

diajukan dalam penelitian. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan

Page 89: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

74

analisis kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan kemudian diolah

melalui tiga tahap yaitu editing, coding dan tabulating.21

1. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah

dikumpulkan karena kemungkinan data yang telah dikumpulkan tidak

logis dan meragukan. Tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-

kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.

2. Coding yaitu pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk

dalam kategori yang sama. Pemberian kode pada data dimaksudkan

untuk menterjemahkan data ke dalam kode-kode yang biasanya dalam

bentuk angka.22

3. Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi

kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

Untuk mengetahui hubungan pembinaan keagamaan dengan kemampuan

coping, dilakukan dengan menggunakan alat ukur skala likert yaitu untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden terhadap suatu obyek.

Selanjutnya untuk mempermudah mengolah data, item-item yang tersusun mulai

dari indikator yang ada diberikan skor dengan menggunakan skala Likert. Skala

likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi, seseorang atau

kelompok tentang kejadian atau gejala sosial.23

Penggunaan skala likert dipilih

karena dapat mempermudah subyek penelitian.

21

Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),

hal. 24. 22

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakarta: Penerbit

Graha Ilmu, 2006), Cet.Ke-1, h. 136. 23

Umi Zulfa, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Cahaya Ilmu, 2011), h.80.

Page 90: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

75

Pernyataan dalam penelitian ini terdiri dari pernyataan favorable dan

unfavorable. Di mana setiap skala disusun menggunakan empat pilihan jawaban.

Adapun 4 kategori jawaban dalam Skala Likert adalah sebagai berikut24

:

Tabel 5. Skala Likert

Pilihan Jawaban Skor

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Tidak Setuju (TS) 2

Setuju (S) 3

Sangat Setuju (SS) 4

Keuntungan menggunakan skala likert dari tingkat kepentingan dan tingkat

pelaksanaan yaitu adanya keragaman skor sebagai akibat penggunaan skala 1-4,

dengan dimensi yang tercermin dalam daftar pertanyaan mereka. Dari segi

statistik, skala dengan empat tingkatan (1-4) lebih tinggi keadaannya

dibandingkan dua tingkatan “ya” atau “tidak”.

Selanjutnya data yang telah diperoleh melalui kuisioner, akan dianalisis

dengan analisis korelasi Pearson (Product Moment Correlation) dan kemudian

hasilnya dideskripsikan.

1. Pearson (Product Moment Correlation)

Analisis Pearson ialah suatu analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel

bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau

tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas

atau lebih dengan satu variabel terikat. Persamaan korelasi pearson product

moment dirumuskan:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

24

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES,

1995), h. 110

Page 91: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

76

Keterangan:

= Korelasi produk momen

N = Jumlah Responden

X = Sikap tiap item pertanyaan

Y = Skor total responden

XY = Skor setiap item pertanyaan dikali skor total responden

∑XY = Jumlah hasil perkiraan skor tiap item dengan skor total

responden

∑X = Jumlah seluruh skor tiap item pertanyaan

∑Y = Jumlah seluruh skor total responden

2. Uji Koefisien Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mencari arah dan kuatnya hubungan

antara dua variabel atau lebih, baik hubungan yang bersifat simetris, kausal,

dan reciprocal.25

Uji koefesien korelasi dilakukan dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan arah hubungan

antara variabel independen yaitu pembinaan keagamaan dan variabel

dependen kemampuan coping. Untuk mengetahui kekuatan hubungan kedua

variabel tersebut yaitu dengan cara menginterpretasikan nilai yang diperoleh

dari uji koefesien korelasi dengan berpedoman pada ketentuan berikut:

25

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivarians dengan Program SPSS, (Semarang:

UNDIP, 2003), h. 260

Page 92: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

77

Tabel 6 Interval Koefesien Korelasi dan Kekuatan Hubungan26

No Interval Nilai Kekuatan Hubungan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

KK = 0,00

0,00 < KK < 0,20

0,20 < KK < 0,40

0,40 < KK < 0,70

0,70 < KK < 0,90

0,90 < KK < 1,00

KK = 1,00

Tidak ada

Sangat rendah atau lemah sekali

Rendah atau lemah tapi pasti

Cukup berarti atau sedang

Tinggi atau kuat

Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan

Sempurna

Untuk menentukan besarnya koefesien korelasi bisa juga digunakan

rumus deviasi sebagai berikut:27

√∑

Keterangan:

= Korelasi antara variabel X dan Y

x = Selisih nilai X dengan rata-rata variabel X ( ̅ )

y = Selisih nilai Y dengan rata-rata variabel Y ( ̅ )

J. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap

suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus diuji

secara empiris.28

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka

hipotesis yang akan dijawab dan dibuktikan dalam penelitian ini adalah:

26

Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h.

44 27

Sugiyono, Statistik untuk penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 228

28 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h. 31

Page 93: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

78

: Tidak ada hubungan signifikan pembinaan keagamaan dengan

kemampuan coping remaja pada Lembaga Pembinaan Khusus Anak

(LPKA) Kelas 1 Tangerang..

: Ada hubungan signifikan pembinaan keagamaan dengan kemampuan

coping remaja pada Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas

1 Tangerang.

Dengan ketentuan sebagai berikut:

Sig < 0,05 maka ditolak dan diterima

Sig > 0,05 maka diterima dan ditolak.

Page 94: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

79

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas

1 Tangerang

1. Sejarah Lembaga pembinaan khusus anak (LPKA) kelas 1

Tangerang.

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Pria

secara adminitratif di jalan daan mogot No.29 C, kota Tangerang, Provinsi

Banten. Bangunan tersebut berbatasan dengan Masjid Al azhom di sebelah

selatan, Taman Makam Pahlawan Taruna di sebelah barat, jalan Daan Mogot di

sebelah utara, dan jalan Satria sudirman di sebelah timur.

Lapas Anak Pria Tangerang dibangun Pemerintah Hindia Belanda pada

tahun 1925 di atas tanah seluas area 12.150 m2 dengan kapasitas 220 anak.

Secara historis sejak tahun 1934 pengelolaan diserahkan kepada Pro Juventute

untuk mengasingkan anak keturunan Belanda yang berbuat nakal. Tahun 1945

berubah menjadi Markas Resimen IV Tangerang. Tahun 1957 sampai 1961

dikelola oleh Jawatan Kepenjaraan dan namanya dirubah menjadi pendidikan

Negara dan kemudian pada tahun 1964 diserahkan kepada Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang. Berdasarkan UU No.11 tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak diubah menjadi Lembaga Pembinaan

Khusus Anak (LPKA).1

1 Diolah berdasarkan data Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang

tahun 2016 berupa dokumen lembaran.

Page 95: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

80

2. Visi dan Misi Lembaga pembinaan khusus anak (LPKA) kelas 1

Tangerang.

Visi Lembaga pembinaan khusus anak (LPKA) kelas 1 Tangerang yaitu

“Menjadikan institusi terpercaya dalam memberikan pelayanan, perlindungan,

pembimbingan, pembinaan, dan pendidikan anak didik pemasyarakatan”.2

Adapun misi Lembaga pembinaan khusus anak (LPKA) kelas 1

Tangerang yaitu:

a. Mewujudkan sistem perilaku kreatif yang menumbuhkan rasa aman,

nyaman, ramah, dan layak huni.

b. Melaksanakan perawatan pelayanan, pendidikan, pembinaan, dan

pembimbingan untuk kepentingan terbaik bagi anak.

c. Membentuk jiwa sportivitas dan cinta ilmu pengetahuan bagi anak.

d. Menumbuh kembangkan ketaqwaan, kesantunan, kecerdasan, rasa

percaya diri dan keceriaan anak.

e. Memberikan perlindungan, pelayanan, dan pemenuhan hak-hak

anak.

3. Motto Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) kelas 1

Tangerang yaitu:

“Melayani, melindungi, membimbing, dan mendidik dengan hati”

4. Komitmen Pelayanan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)

kelas 1 Tangerang

a. Bebas pungli

2 Diolah berdasarkan data Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang

tahun 2016 berupa dokumen lembaran.

Page 96: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

81

b. Adil

c. Santun dan ramah

d. Tanggung jawab

e. Bermartabat.

5. Struktur Organisasi Lembaga pembinaan khusus anak (LPKA)

kelas 1 Tangerang.

Berikut merupakan struktur organisasi yang berada di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang berdasarkan Permen

Hukum dan HAM RI Tahun 2015.

Bagan 1.

Struktur Organisasi Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1

Tangerang

KA. Subag Umum

Yuleha, SH.,MH

Kepala LPKA Kelas 1 Tangerang

Yuli Niartini, Bc.I.P, SH.MH

Kaur Keuangan

Rahmat Setiawan,

SH.,MH

Sugiyati, SH.M.Si

Kaur Kepegawaian

dan Tata Usaha

Ni Wayan Ernawati,

S.IP

Kasi Perawatan

Agung Jayadi,

SH.,MH

Kasi Pembinaan

Herti Hartati,

Amd.IP.,SH.,M.Si

Kasi Registrasi dan

Klarifikasi

Yatiman,S.IP.,M.Si

Kasi Pengawasan

dan Penegakan

Disiplin

Rino Sholeh S,

Amd.IP.,SH

Page 97: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

82

6. Data Dan Fakta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1

Tangerang

Petugas LPKA Tangerang berjumlah 96 orang. Terdiri dari 30 petugas

regu jaga, 66 staff yang diantaranya terdiri dari 2 orang dr.gigi, 5 orang

perawat, dan 1 orang psikolog.

Dengan kapasitas 220 orang anak. Usia 12 tahun sampai dengan 18

tahun. Dengan latar belakang pelanggaran hukum yang dilakukan:

a. Penyalahgunaan narkoba

b. Pelanggaran asusila

c. Pencurian

d. Penganiayaan dan pelanggaran hukum lainnya.

7. Program dan Jenis Kegiatan Lembaga Pembinaan Khusus Anak

(LPKA) Kelas 1 Tangerang

a. Pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMK, dan PKBM istimewa (Paket

A, B, dan C).

b. Pondok Pesantren Tarbiyatul Aulad

c. Ketrampilan Latihan Kerja, yang terdiri dari rumah pintar, pramuka,

komik curhat, pelatihan komputer, penjahitan, pengelasan,

perkebunan, perikanan, budidaya lele, sablon, kerajinan batok kelapa,

dan steam motor.

d. Olahraga dan Seni, yang terdiri dari badminton, sepakbola, volly ball,

catur, tenis meja, senam, futsal, band, marawis, dan angklung.

Page 98: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

83

e. Pembinaan Keagamaan. Adapun kegiatannya adalah Majelis Ta’lim,

Baca Tulis Al-Qur;an, dan kebaktian. Menurut salah satu pembina

Agama Islam mengungkapkan bahwa tujuan utama pembinaan

keagamaan Islam di LPKA yang diungkapkan saat wawancara yaitu:

“Secara teknik memang tujuan utama dari pelaksanaan pembinaan

di LPKA terutama pembinaan keagamaan Islam yang diberikan dari

pembina kepada anak didik di LPKA adalah agar anak didik mampu

menghadapi persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya, mampu

menyelesaikan atau mengatasi persoalan dalam hidupnya. Hal ini

relevan dengan misi LPKA yaitu memberikan pembinaan terbaik

untuk kepentingan anak ke depannya nanti serta menumbuh

kembangkan ketaqwaan anak. Memang untuk secara tertulis belum

ada untuk tujuan utama ini. Tetapi dalam pelaksanan pembinaan

keagamaan yang kami berikan kepada anak didik memang diarahkan

untuk itu. Ikonnya itu dari yang tidak baik menjadi baik, dari yang

tidak berani menjadi berani, dari yang tidak mampu menyelesaikan

persolan pribadinya menjadi mampu. Sistem yang kami gunakan

yaitu kami melakukan pendampingan terhadap anak baik melalui

tanya jawab, face to face, diskusi kelompok maupun dalam bentuk

ceramah supaya mereka dapat menyerap dengan baik materi

pembinaan agar tujuan yang utama tadi tercapai. Setelah mereka

mendapatkan pembinaan keagamaan di LPKA yang kami (pembina

agama) harapkan mereka mampu mandiri menyelesaikan persoalan

tanpa bergantung kepada orang lain.”3

f. Rekreasi.

g. Pelayanan kesehatan dan kegiatan sosial. Adapun kegiatannya yaitu

kunjungan keluarga, kunjungan sosial, dan kunjungan akademis.

B. Kegiatan Pembinaan Keagamaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak

(LPKA) Kelas 1 Tangerang.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pembinaan keagamaan adalah

suatu kegiatan rutin keagamaan Islam yang dilakukan oleh seorang pembina

agama Islam untuk memberi bekal kepada peserta didik dan mengembangkan

3 Wawancara pribadi melalui telepon dengan ustadz Muhammad, salah satu pembina

agama di LPKA, Tangerang 28 Maret 2018

Page 99: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

84

beberapa aspek yang meliputi; aspek akidah, ibadah dan akhlak agar mereka dapat

menjalani kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam.

Pembinaan keagamaan dilakukan untuk anak didik LPKA di Masjid

LPKA. Kegiatan pembinaan keagamaan ini juga bekerjasama dengan beberapa

pembimbing yang berasal dari tiga yayasan, yaitu Yayasan Gerakan Peduli

Remaja, Yayasan ESQ, dan yayasan Al-Azhar.

Adapun jadwal kegiatan pembinaan keagamaan di LPKA adalah sebagai

berikut:

Tabel 7. Jadwal Kegiatan Pembinaan Keagamaan

Waktu Hari

Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at

09.00-

12.00

Pembinaan

keagamaan

dari

Gerakan

Peduli

Anak

Remaja

Pembinaan

Keagamaan

dari

Yayasan

ESQ

Pembinaan

keagamaan

dari yayasan

Al-Azhar

13.00-

16.00

Pembinaan

Keagamaan

dari LPKA

Pembinaan

Keagamaan

dari LPKA

Pembinaan

Keagamaan

dari LPKA

Pembinaan

Keagamaan

dari LPKA

Pembinaan

Keagamaan

dari

Kementrian

Agama Kota

Tangerang.

Materi pembinaan keagamaan yang disampaikan oleh ketiga yayasan

tersebut sama, yaitu tentang ibadah, aqidah, akhlak yang dikemas dengan cara

yang berbeda. Materi pembinaan keagamaan yang diterima oleh remaja di LPKA

selain berasal dari ketiga yayasan tersebut, mereka juga mendapatkan materi

pembinaan keagamaan dari LPKA itu sendiri yang diberikan oleh pembina agama

LPKA yang dilaksanakan setiap hari Senin sampai dengan hari Kamis pada pukul

Page 100: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

85

13.00-16.00 dan pembina agama dari Kementrian Agama Kota Tangerang pada

hari Jum’at.

C. Temuan dan Hasil Analisis Data

1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah remaja/anak yang berhadapan

dengan hukum (ABH) di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1

Tangerang sebanyak 47 orang yang dipilih melalui teknik sampel Purposive

Sample.

Dari hasil analisis mengenai profil responden diperoleh data mengenai

responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini, antara lain: karakteristik

responden berdasarkan kasus, usia, pendidikan terakhir dan lama mengikuti

pembinaan keagamaan Islam. Selanjutnya akan dijelaskan dalam bentuk tabel

antara lain:

a. Karakteristik Responden berdasarkan Kasus

Berikut merupakan karakteristik responden berdasarkan kasus:4

Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Kasus

No Kasus Jumlah Presentase (%)

1 Kriminal 39 responden 83%

2 Narkotika 8 responden 17%

Jumlah 47 responden 100%

4 Diolah berdasarkan data hasil kuesioner anak didik Lembaga Pembinaan

Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang tahun 2017

Page 101: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

86

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa karakteristik

responden berdasarkan kasus adalah sebanyak 8 responden pada kasus

narkotika dan sebantak 39 responden pada kasus kriminal.

Berdasarkan jumlah tersebut, maka sebagian besar responden dalam

penelitian ini memiliki kasus kriminal.

b. Karakteristik Responden berdasarkan Usia

Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No. Klasifikasi Remaja Usia Frekuensi Presentase

%

1 Remaja Awal 12-15 tahun 2 4%

2 Remaja Pertengahan 16-18 tahun 45 96%

3 Remaja Akhir 18-21 tahun 0 0%

Jumlah 47 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas

responden berusia kisaran 16-18 tahun dengan presemtase 96 persen, yaitu

sebanyak 45 responden. Sedangkan remaja akhir jumlahnya adalah 0. Hal

ini dikarenakan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1

Tangerang hanya menerima anak didik di bawah usia 18 tahun.

2. Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini membahas tentang hubungan variabel

pembinaan keagamaan dengan kemampuan coping. Dalam pengambilan data

peneliti menggunakan angket yang disebar kepada responden anak didik di

Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang yang sesuai

dengan kriteria responden.

Page 102: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

87

Setelah data-data yang masuk dalam angket dioleh melalui editing dan

skoring, maka langkah berikutnya menyajikan data tersebut dalam bentuk tabel

dengan menggunakan rumus presentase. Berikut ini peneliti sajikan hasil

angket berdasarkan presentase jawaban. Dari hasil penelitian diperoleh data

sebagai berikut:

a. Variabel pembinaan keagamaan

Berikut merupakan tabel variabel pembinaan keagamaan pada aspek

materi. Tabel 10. Aspek Materi

No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking

1.

Saya mengetahui bahwa

iman kepada malaikat

adalah rukun iman yang

kedua

33 14 0 0 174 2

2.

Saya mengetahui Al-

Qur’an dapat menjadi

penyejuk hati dan jiwa.

40 6 1 0 180 1

3. Iman kepada Rasul adalah

rukun iman yang keempat. 33 9 3 2 161 7

4. Sholat lima waktu

hukumnya wajib. 39 8 0 0 180 1

5. Saya mengetahui tata cara

sholat beserta bacaannya. 34 11 2 0 173 3

6. Ibadah puasa di bulan

ramadhan hukumnya wajib 32 13 1 1 170 5

7. Ibadah haji merupakan

rukun Islam yang kelima. 36 9 1 1 174 2

8.

Dzikir merupakan salah

satu sarana/cara

mendekatkan diri kepada

Allah.

39 8 0 0 180 1

9.

Islam mengajarkan untuk

menjadikan akhlak Rasul

sebagai teladan.

31 14 1 1 169 6

10.

Saya mengetahui batasan

aurat laki-laki dan

perempuan.

31 16 0 0 172 4

11. Saya tidak percaya adanya

takdir. 10 14 12 11 117 9

12. Saya tidak mengetahui

manfaat dari puasa. 16 12 8 11 127 8

Page 103: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

88

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 180

pada pernyataan saya mengetahui Al-Qur’an dapat menjadi penyejuk

hati dan jiwa, Sholat lima waktu hukumnya wajib, Dzikir merupakan

salah satu sarana/cara mendekatkan diri kepada Allah. dalam aspek

materi pada variabel pembinaan keagamaan dengan menempati

rangking 1.

Berdasarkan skor tersebut diketahui jumlah jawaban pada

pernyataan saya mengetahui Al-Qur’an dapat menjadi penyejuk hati

dan jiwa, sangat setuju (SS) sebanyak 40, jumlah jawaban setuju (S)

sebanyak 6, dan tidak setuju (TS) sebanyak 1 dan sisanya 0 sangat

tidak setuju (STS). Pada pernyataan Sholat lima waktu hukumnya

wajib dan dzikir merupakan salah satu sarana/cara mendekatkan diri

kepada Allah memiliki jumlah skor yang sama pada setiap jawaban

yaitu sangat setuju (SS) sebanyak 39, setuju (S) sebanyak 8, dan 0

sisanya untuk jawaban tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).

Sedangkan skor terendahnya adalah 117 pada pernyataan saya

tidak percayaaadanya takdir. Responden yang menjawab sangat setuju

(SS) sebanyak 10, jawaban setuju (S) sebanyak !4, tidak setuju (TS)

sebanyak !2 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 11.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden lebih mengetahui

bahwa responden memahami manfaat membaca Al-Qur’an, manfaat

dzikir dan memahami hukum untuk melaksanakan sholat. Hal ini

Page 104: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

89

sejalan dengan program yang dijalankan di LPKA yaitu mewajibkan

anak didik untuk selalu mengikuti sholat jamaah di Masjid yang

mungkin memberikan efek dan kesadaran bagi anak didik bahwasanya

hukum sholat adalah wajib. Sedangkan untuk skor terendah yaitu

tentang taqdir yang mendapatkan skor paling rendah. Hal ini

menunjukkan bahwa anak didik di LPKA percaya adanya taqdir dan

memahami materi yang disampaikan pembina agama tentang

keimanan.

Berikut merupakan tabel variabel pembinaan keagamaan pada

aspek frekuensi kegiatan

Tabel 11. Aspek Frekuensi Kegiatan

No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking

1.

Saya selalu rutin

mengikuti kegiatan

pembinaan keagamaan.

29 12 2 4 160 1

2.

Dalam satu minggu saya

sering kali tidak mengikuti

kegiatan pembinaan

keagamaan.

13 11 11 12 119 2

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu

160 pada pernyataan saya selalu rutin mengikuti pembinaan

keagamaan, dalam aspek frekuensi kegiatan dengan menempati

rangking 1, dari jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat

setuju (SS) sebanyak 29, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak 12, tidak

setuju (TS) sebanyak 2 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 4.

Sedangkan skor terendahnya adalah 119 pada pernyataan dalam satu

Page 105: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

90

minggu saya sering kali tidak mengikuti kegiatan pembinaan

keagamaan yang menempati rangking kedua. Responden yang

menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 11, jawaban setuju (S)

sebanyak 11, tidak setuju (TS) sebanyak !2 dan sangat tidak setuju

(STS) sebanyak 5.

Hal tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak yang

rajin mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan dibanding

meninggalkan kegiatan pembinaan keagamaan.

Berikut merupakan tabel variabel pembinaan keagamaan pada

aspek motivasi.

Tabel 12. Aspek Motivasi

No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking

1.

Saya termotivasi untuk

selalu mengikuti kegiatan

pembinaan keagamaan.

30 13 2 2 165 2

2.

Saya mengikuti kegiatan

pembinaan keagamaan

dengan senang hati.

33 10 0 4 166 1

3.

Saya tidak suka mengikuti

kegiatan pembinaan

keagamaan

20 16 5 6 144 4

4.

Saya mengikuti pembinaan

keagamaan karena

terpaksa.

27 12 4 4 156 3

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 166

pada pernyataan saya mengikuti pembinaan keagamaan dengan

senang hati yang menempati rangking 1, dari jumlah skor tersebut

diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 33, jumlah

Page 106: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

91

jawaban setuju (S) sebanyak 10, tidak setuju (TS) 0 dan sangat tidak

setuju (STS) sebanyak 4. Sedangkan skor terendahnya adalah 144

pada pernyataan saya tidak suka mengikuti kegiatan pembinaan

keagamaan yang menempati rangking 4. Responden yang menjawab

sangat setuju (SS) sebanyak 20, jawaban setuju (S) sebanyak 16, tidak

setuju (TS) 5 dan sangat tidak setuju (STS) sebanyak 6.

Hal tersebut menunjukkan bahwa responden mempunyai motivasi

yang tinggi untuk mengikuti pembinaan keagamaan yaitu dari hati

mereka sendiri karena responden mengikuti pembinaan keagamaan

dengan senang hati. Hal tersebut responden memahami untuk

mengikuti pembinaan keagamaan harus didasarai dari motivasi dalam

diri bukan karena paksaan dari siapa pun.

Berikut merupakan tabel variabel pembinaan keagamaan pada

aspek perhatian.

Tabel 13. Aspek perhatian

No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking

1.

Saya memperhatikan apa

yang disampaikan oleh

pembimbing agama.

29 17 0 1 168 1

2.

Saya merasa rugi apabila

tidak mengikuti

pembinaan keagamaan.

30 12 4 1 165 2

3.

Saya merasa jenuh ketika

sedang mengikuti kegiatan

pembinaan keagamaan.

16 17 8 6 137 3

Pada tabel di atas, dapat dikethaui bahwa skor tertinggi yaitu 168

pada pernyataan saya memperhatikan apa yang disampaikan oleh

Page 107: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

92

pembimbing agama dalam aspek perhatian dengan menempati

rangking 1. Dari jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban

sangat setuju (SS) sebanyak 29, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak

17, tidak setuju (TS) 0 dan sangat tidak setuju (STS) 1. Sedangkan

skor terendahnya adalah 101 pada pernyataan saya merasa jenuh

ketika sedang mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan dengan

menempati rangking 3. Responden yang menjawab sangat setuju (SS)

sebanyak 16, jawaban setuju (S) sebanyak !7, tidak setuju (TS)

sebanyak 8 dan sangat tidak setuju (STS) 6.

Hal tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak yang

memperhatikan apa yang disampaikan oleh pembimbing agama

meskipun ada yang beberapa yang merasa jenuh ketika sedang

mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan. Hal tersebut diduga karena

tidak semua responden yang mengikuti pembinaan keagamaan adalah

mereka yang tidak mempunyai kegiatan lain. Misalnya ada yang

mendapatkan jadwal piket dan waktu pembinaan yang diduga kurang

tepat yaitu sebelum jam makan siang. Dengan adanya responden yang

lebih banyak memperhatikan materi pembinaan maka, maka apa yang

disampaikan oleh pembina agama akan diterima dengan baik.

Menurut Syamsudin dan Makmun, aspek perhatian adalah

keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan

dalam pemusatannya kepada sesuatu, baik yang ada di dalam maupun

yang ada di luar diri individu. Melalui perhatian seseorang lebih

mudah menerima sesuatu, dan sebaliknya tanpa adanya perhatian, tiap

Page 108: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

93

asumsi-asumsi yang masuk, baik dari dalam diri maupun dari luar

akan sulit diterima.5

Berikut merupakan tabel variabel pembinaan keagamaan pada

aspek spirit of change.

Tabel !4. Aspek spirit of change.

No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking

1.

Saya bertekad untuk

berubah menjadi lebih

baik lagi.

36 10 1 0 176 1

2.

Saya ingin memiliki

pengetahuan agama yang

lebih baik lagi setelah

mengikuti pembinaan

keagamaan.

36 10 1 0 176 1

3.

Saya mengikuti kegiatan

pembinaan keagamaan

hanya untuk

menggugurkan kewajiban.

10 17 10 10 121 2

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 176

yang menempati rangking 1 pada pernyataan saya bertekad untuk

berubah menjadi lebih baik lagi dan pada pernyataan Saya ingin

memiliki pengetahuan agama yang lebih baik lagi setelah mengikuti

pembinaan keagamaan. Dari jumlah skor tersebut diketahui jumlah

jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 36, jumlah jawaban setuju (S)

sebanyak 10, dan sisanya 0 pada jawaban tidak setuju (TS) dan sangat

tidak setuju (STS) . Sedangkan skor terendahnya adalah 121 pada

pernyataan saya mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan hanyak

5 Syamsudin Abin, Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran

Modul, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 45

Page 109: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

94

untuk menggugurkan kewajiban dengan menempati rangking 2.

Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak !0, jawaban

setuju (S) sebanyak 17, tidak setuju (TS) sebanyak 10 dan sangat tidak

setuju (STS) 10.

Hal tersebut menunjukkan bahwa responden mempunyai tekad

yang kuat untuk berubah menjadi lebih baik lagi dan mempunyai

semangat untuk menjadi lebih baik lagi setelah mengikuti pembinaan

keagamaan. Tetapi tidak semua responden mempunya spirit of change

yang tinggi. Hal tersebut karena responden yang mengikuti pembinaan

keagamaan hanya untuk menggugurkan kewajiban bukan atas dasar

kesadarannya sendiri.

Menurut Syamsudin dan Makmun aspek spirit of change, yaitu

semangat untuk berubah. Pribadi yang memiliki semangat, sangat

sadar bahwa tidak akan ada satu makhluk pun di muka bumi ini yang

mampu mengubah dirinya kecuali dirinya sendiri. Betapapun hebatnya

seseorang untuk memberikan motivasi, hal itu hanyalah kesia-siaan

belaka bila pada diri orang tersebut tidak ada keinginan untuk

dimotivasi.6

Berikut merupakan tabel variabel pembinaan keagamaan pada

aspek efek

6 Syamsudin Abin, Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran

Modul, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 45

Page 110: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

95

Tabel 15. Aspek efek

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 176

pada pernyataan saya menjadi lancar membaca Al-Qur’an setelah

mengikuti pembinaan keagamaan dengan menempati rangking 1. Dari

jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban sangat setuju (SS)

sebanyak 36, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak !0, dan jawaban

tidak setuju (TS) sebanyak 1 dan sisanya 0 sangat tidak setuju (STS) .

Sedangkan skor terendahnya adalah 118 pada pernyataan saya Saya

merasa biasa saja dan tidak ada perubahan setelah mengikuti

pembinaan keagamaan dengan menempati rangking 4. Responden

yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak !2, jawaban setuju (S)

sebanyak 13, tidak setuju (TS) sebanyak 9 dan sangat tidak setuju

(STS) 13 pada pernyataan saya merasa biasa saja dan tidak ada

perubahan apapun setelah mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan.

No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking

1.

Saya merasa menjadi lebih

baik setelah mengikuti

pembinaan keagamaan.

35 9 3 0 173 3

2.

Hati saya menjadi lebih

tenang setelah

mengamalkan apa yang

diajarkan pembimbing

agama.

36 10 0 1 175 2

3.

Saya menjadi lancar

membaca Al-Qur’an

setelah mengikuti

pembinaan keagamaan.

36 10 1 0 176 1

4.

Saya merasa biasa saja dan

tidak ada perubahan

setelah mengikuti

pembinaan keagamaan.

12 13 9 13 118 4

Page 111: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

96

Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembinaan keagamaan yang

diberikan oleh pembimbing agama di LPKA Tangerang memberikan

efek yang positif kepada anak didik terutama untuk memahami

bagaimana cara membaca Al-Qur’an. Artinya, kegiatan pembinaan

keagamaan yang diberikan oleh pembina agama memberikan efek

positif untuk anak didik di LPKA.

Menurut Syamsudin Abin dan Makmun, aspek efek, yaitu suatu

perubahan hasil, atau konsekuensi langsung yang disebabkan oleh

suatu tindakan. Efek juga berarti resiko, ada positif dan negatif.

Sesuatu yang diterima setelah melakukan suatu hal.7

b. Variabel Kemampuan Coping

Berikut merupakan tabel variabel kemampuan coping pada aspek

problem focused coping

Tabel 16. aspek problem focused coping

No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking

1.

Saya memikirkan langkah

terbaik untuk

menyelesaikan masalah

yang sedang saya hadapi.

30 17 0 0 171 1

2.

Saya berusaha mengambil

keputusan yang tepat

untuk menyelesaikan

masalah saya.

29 17 1 0 169 2

3. Saya tidak memikirkan

masalah yang saya hadapi. 8 17 10 12 115 4

4.

Saya mendiskusikan

masalah yang sedang saya

hadapi dengan orang lain

20 24 2 1 157 3

7 Syamsudin Abin, Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran

Modul, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 45.

Page 112: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

97

untuk mendapatkan jalan

keluar.

5.

Saya tidak meminta

pendapat/saran dari orang

lain untuk mencari jalan

keluar dari masalah yang

saya hadapi.

7 14 13 13 110 5

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 171

pada pernyataan saya memikirkan langkah terbaik untuk

menyelesaikan masalah yang sedang saya hadapi dengan menempati

rangking 1. Dari jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban

sangat setuju (SS) sebanyak 30, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak

!7, dan sisanya 0 pada jawaban tidak setuju (TS) dan sangat tidak

setuju (STS). Sedangkan skor terendahnya adalah 110 pada

pernyataan saya tidak meminta pendapat/saran dari orang lain untuk

mencari jalan keluar dari masalah yang aya hadapi dengan menempati

rangking 5. Responden yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 7,

jawaban setuju (S) sebanyak 14, tidak setuju (TS) sebanyak !3 dan

sangat tidak setuju (STS) 13.

Hal ini menunjukkan bahwa responden menyadari ketika

responden sedang dihadapkan suatu masalah mereka harus

memikirkan jalan terbaik untuk menyelesaikannya. Pada skor terendah

menunjukkan bahwa responden diduga responden menyadari bahwa

dalam menyelesaikan masalah responden meminta pendapat orang

lain untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang mereka

hadapi. Oleh karena itu, dalam hal ini responden menggunakan dua

Page 113: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

98

bentuk problem focused coping, yaitu dalam bentuk kognitif dan

perilaku.

Menurut Istiqomah Wibowo, dkk., problem focused coping

mempunyai dua bentuk yaitu (1) Bentuk kognitif (problem focused

cognitive). Coping dalam bentuk kognitif, biasanya individu

menganalisis informasi terlebih dahulu kemudian merencanakan dan

membuat keputusan berdasarkan masalah yang ada. (2) Coping dalam

bentuk perilaku. Selain mencari informasi, bentuk coping perilaku ini

individu juga berusaha mencari jalan keluar untuk mencapai tujuan. Ia

berusaha mencari bantuan dan secara asertif mendiskusikannya

dengan orang lain yang berkepentingan.8

Berikut merupakan tabel variabel kemampuan coping pada aspek

emotion focused coping:

Tabel 17. aspek emotion focused coping

No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking

1.

Saya butuh waktu sejenak

untuk melupakan masalah

yang sedang saya hadapi.

20 23 4 0 155 3

2.

Menurut saya, pergi

bersama teman akan

membuat saya lebih

tenang ketika saya sedang

menghadapi masalah

tertentu.

16 26 5 0 152 4

3. Saya menghadapi masalah

dengan tenang. 26 18 2 1 163 2

4.

Saya yakin setiap masalah

itu pasti ada jalan

keluarnya.

33 9 3 2 167 1

8 Istiqomah Wibowo, Dicky C. Pelupessy, Erita Narhetali, Psikologi Komunitas, (Jawa

Barat: LPSP3 Fakultas Psikologi UI Depok, 2013), h. 38.

Page 114: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

99

5.

Saya menyalahkan orang

lain sebagai penyebab

masalah yang saya alami.

13 12 9 13 119 5

6.

Saya tidak memikirkan

hikmah atau pelajaran dari

masalah yang saya hadapi.

12 13 9 13 118 6

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 167

pada pernyataan saya yakin setiap masalah itu pasti ada jalan

keluarnya pada aspek emotion focused coping dengan menempati

rangking 1. Dari jumlah skor tersebut diketahui jumlah jawaban

sangat setuju (SS) sebanyak 33, jumlah jawaban setuju (S) sebanyak

9, dan sisanya 3 pada jawaban tidak setuju (TS) dan sangat tidak

setuju (STS) sebanyak 2. Sedangkan skor terendahnya adalah 118

pada pernyataan saya tidak memikirkan hikmah atau pelajaran dari

masalah yang saya hadapi dengan menempati rangking 6. Responden

yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 12, jawaban setuju (S)

sebanyak 13, tidak setuju (TS) sebanyak 9 dan sangat tidak setuju

(STS) 13.

Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki keyakinan

bahwa setiap masalah itu mempunyai jalan keluar. Oleh karena itu,

responden akan berusaha menghadapi masalahnya dengan tenang.

Menurut Ridwan Saptoto, dalam jurnal psikologi mengatakan

bahwa emotion focused coping lebih menekankan pada emosi atau

perasaan.9 Coping ini memiliki ciri represi, proyeksi, mengingkari,

9 Istiqomah Wibowo, Dicky C. Pelupessy, Erita Narhetali, Psikologi Komunitas, (Depok:

LPSP3 Fakultas Psikologi UI Depok, 2013), h.39.

Page 115: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

100

dan berbagai cara untuk meminimalkan ancaman (Hollahan & Moos,

1987). Selanjutnya coping ini disingkat EFC.10

Berikut merupakan tabel variabel kemampuan coping pada aspek

religius focused coping

Tabel 18. aspek religius focused coping

No Pernyataan SS S TS STS Skor Rangking

1.

Saya lebih rajin

menjalankan ibadah ketika

saya sedang menghadapi

masalah.

27 11 6 2 157 8

2.

saya melaksanakan sholat

tahajjud agar dimudahkan

dalam menyelesaikan

masalah saya.

26 16 4 1 160 7

3.

Saya memperbanyak

membaca Al-Qur’an

ketika saya sedang

menghadapi suatu

masalah.

29 14 4 0 166 5

4.

Saya memperbanyak

dzikir ketika saya sedang

menghadapi masalah.

28 14 3 2 162 6

5.

Saya berdo’a kepada Allah

agar dimudahkan untuk

menyelesaikan masalah

yang sedang saya hadapi.

41 6 0 0 182 1

6.

Saya sabar dan ikhlas

ketika saya sedang

menghadapi suatu

masalah.

33 12 2 0 172 4

7.

Saya berserah diri kepada

Allah ketika sedang

menghadapi masalah

34 12 1 0 174 3

8.

Menurut saya, adanya

masalah adalah ujian dari

Allah.

38 8 0 1 177 2

10

Ridwan Saptoto, Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kemampuan Coping Adaptif

Jurnal Psikologi Vo.37 No No.1 (Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 2010),

h. 14.

Page 116: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

101

Berdasarakan tabel di atas diketahui bahwa skor tertinggi yaitu

182 pada pernyataan saya berdo’a kepada Allah agar dimudahkan

untuk menyelesaikan masalah yang sedang saya hadapi yang

menempati rangking 1. Adapun jumlah jawaban sangat setuju (SS)

sebanyak 41, jawaban setuju (S) sebanyak 6, dan sisanya 0 untuk

jawaban tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Sedangkan

skor terendah yaitu 157 pada pernyataan saya lebih rajin menjalankan

ibadah ketika saya sedang menghadapi masalah dengan menempati

rangking 8. Jumlah jawaban sangat setuju (SS) sebanyak 27, setuju (S)

sebanyak 11, tidak setuju (TS) sebanyak 6 dan snagat tidak setuju

(STS) sebanyak 1.

Hal tersebut menunjukkan bahwa responden menyadari bahwa

ketika sedang dihadapkan suatu masalah mereka hendaknya berdo’a

kepada Allah agar dimudahkan untuk menyelesaikan masalahnya.

Tetapi tidak semua responden melakukannya.

Dalam Islam, Allah telah mengatur dan memberi manusia

berbagai cara untuk mengatasi masalah dalam hidup. Menurut

Bahreisy (1992) dalam Al-Qur’an Allah telah mencantumkan secara

tersirat tahap-tahap yang harus dilalui seseorang untuk dapat

menyelesaikan masalahnya yakni pada Q.S Al-Insyirah ayat 1-8.11

Setelah manusia mau dan mampu berusaha secara optimal dalam

rangka menyelesaikan masalahnya lalu usaha terakhir yang tidak

11

Emma Indirawati, Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan

Strategi Copyng, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol. 3 No. 2 (Semarang: Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, 2006), h. 73

Page 117: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

102

boleh ditinggalkan adalah berdo’alah dan bertawakallah kepada Allah

SWT. mengenai hasil dari semua usaha yang telah dilakukan itu.12

3. Gambaran Umum Kemampuan Coping Remaja

Gambaran umum responden berdasarkan kemampuan coping sebagai

berikut:

Tabel 19. kemampuan coping remaja

No Kategori

Kemampuan Coping

Jumlah skor

jawaban

Responden

Frekuensi Persentase

1. Rendah 19-37 0 0%

2. Sedang 38-56 6 13%

3. Tinggi 57-76 41 87%

Jumlah 47 100%

Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

kemampuan coping tinggi sebanyak 41 orang, kemampuan coping sedang

sebanyak 6 orang, dan sebanyak 0 responden yang memiliki kemampuan

coping rendah. Tingginya kemampuan coping yang dimiliki responden

didukung oleh beberapa aspek yaitu problem focused coping, emotion

focused coping, dan religius focused coping.

4. Analisis Data

a. Uji Korelasi

Uji koefisien korelasi dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan

untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan arah hubungan antar

variabel independen yaitu pembinaan keagamaan dan variabel

dependen yaitu kemampuan coping anak didik di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang. Uji tersebut untuk

12

Ibid., h. 73-74

Page 118: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

103

mengetahui kekuatan hubungan yaitu dengan cara

menginterpretasikan nilai yang diperoleh dari uji koefisien korelasi

dengan berpedoman pada tabel interval koefisien atau kekuatan

hubungan.

Hasil koefisien korelasi dalam pengolahan data menggunakan

SPSS 22.0 for Windows adalah sebagai berikut:

Tabel 20. koefisien korelasi

Correlations

PEMBINAAN_KEAGA

MAAN

KEMAMPUAN_COP

ING

PEMBINAAN_KEAGA

MAAN

Pearson

Correlation 1 .770

**

KEMAMPUAN_COPIN

G

Pearson

Correlation .770

** 1

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 21. korelasi X dan Y

Korelasi Nilai Kekuatan Hubungan

X dengan Y 0,77 Tinggi atau kuat

Berdasarkan tabel 21 dapat diketahui bahwa variabel pembinaan

kegamaan dengan variabel kemampuan coping mempunyai hubungan

postif yang tinggi atau kuat yaitu sebesar 0,770 pada taraf signifikasi

0,01 (1%).

Berikut merupakan hasil koefisien korelasi dalam pengolahan

data menggunakan SPSS 20.0 for Window adalah sebagai berikut:

Page 119: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

104

Tabel 22. Koefisien Korelasi X dan Y

X_Pembinaan

Keagamaan

Y1_PFC Y2_EFC Y3_RFC

Pearson

Correlation

X_Pembinaa

n Keagamaan 1,000 0,633 0,642 0,508

Y1_PFC 0,633 1,000 0,632 0,135

Y2_EFC 0,642 0,632 1,000 0,312

Y3_RFC 0,508 0,135 0,312 1,000

Adapun hasil korelasi antara variabel pembinaan keagamaan (X)

dengan subvariabel pada variabel kemampuan coping (Y) sebagai

berikut:

Tabel 23. Kekuatan Hubungan Variabel X dan Aspek variabel Y

Korelasi Nilai Kekuatan Hubungan

X dengan Y1_PFC 0,633 Cukup berarti atau sedang

X dengan Y2_EFC 0,642 Cukup berarti atau sedang

X dengan Y3_RFC 0,508 Cukup berarti atau sedang

Berdasarkan tabel 23 dapat kita ketahui bahwa terdapat

hubungan positif dan signifikan antara variabel pembinaan keagamaan

dengan kemampuan coping yang didukung oleh beberapa hal, yaitu

(1) aspek Problem Focused Coping (Y1) yang berhubungan nyata

positif dengan pembinaan keagamaan yaitu cukup berarti atau sedang

dengan nilai korelasi sebesar 0,633. (2) emotion focused coping (Y2)

yaitu cukup berarti atau sedang dengan nilai korelasi sebesar 0,642.

Dan hubungan antara variabel pembinaan keagamaan dengan religius

focused coping (Y3) yaitu cukup berarti atau sedang dengan nilai

korelasi sebesar 0,508. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembinaan

Page 120: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

105

keagamaan dengan kemampuan coping memiliki hubungan yang kuat

dan signifikan.

Adanya kemampuan coping yang tinggi pada responden

disebabkan oleh komitmen LPKA dalam memberikan pembinaan

keagamaaan kepada anak didik yang meliputi berbagai bentuk

kegiatan pembinaan keagamaan seperti bimbingan baca Al-Qur’an,

ceramah agama, dan juga pesantren di LPKA yang telah diberikan

oleh pembimbing agama kepada responden untuk membekali

responden ilmu agama serta mengembangkannya.

Adanya pembinaan keagamaan di LPKA membuat responden

menyadari akan kesalahannya sehingga menjadikan kesalahan itu

sebagai pembelajaran. Responden mampu memahami materi

pembinaan yang disampaikan oleh pembina agama sehingga

kedepannya memungkinkan untuk mereka meningkatkan kemampuan

coping yang positif.

Dalam kaitannya dengan pembinaan keagamaan, untuk

meningkatkan kemampuan coping responden, yang perlu ditangani

adalah bagaimana cara meningkatkan kemampuan coping terutama

pada religius coping agar responden menyadari permasalahan yang

dihadapinya dan mampu berusaha mencari solusi terbaiknya sesuai

dengan petunjuk agama sehingga mereka tidak lagi kembali

melakukan perbuatan yang melanggar norma hukum dan norma

agama dalam menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi

Page 121: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

106

Para pembimbing agama yang menyampaikan materi

keagamaan yakni berasal dari yayasan Gerakan Peduli Remaja,

yayasan Al-Azhar, yayasan ESQ, dan pembina agama yang berasal

dari lembaga itu sendiri. Selain itu, materi ESQ yang disampikan oleh

pembina agama turut memberikan dukungan kuat kepada responden

untuk meningkatkan kecerdasan spiritual dan emosi agar responden

dapat menjalani kehidupannya sesuai dengan ajaran agama Islam

sehingga memberikan peluang kepada responden untuk lebih

meningkatkan kemampuan copingnya. Dengan memiliki kemampuan

coping yang baik serta pemahaman materi pembinaan keagamaan bagi

para anak didik di lembaga yaitu usia remaja tentunya turut

memberikan sumbangan kepada responden agar tidak terjerumus

kepada hal-hal yang melanggar hukum.

Page 122: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

107

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang Banten mengenai “Hubungan

Pembinaan Keagamaan dengan Kemampuan Coping Remaja Pada Lembaga

Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang Banten” maka kesimpulan

yang didapat adalah:

1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara variabel pembinaan

keagamaan dengan kemampuan coping remaja di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak (LPKA) Tangerang Banten dengan nilai korelasi sebesar

0,77 pada taraf siginifikasi 0,01 atau kurang dari 0,05. Hal tersebut

dikarenakan responden memahami materi pembinaan keagamaan yang

berupa materi aqidah, ibadah, dan akhlak yang diberikan oleh pembina

agama. Oleh karena itu, semakin memahami serta mengaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari materi dari kegiatan pembinaan

keagamaan, maka semakin besar pula kemampuan coping yang

dimiliki remaja anak didik tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya

kemampuan coping yang dimiliki responden dengan kategori tinggi

sebanyak 41 responden dengan presentase 87% dan sisanya 6

responden dengan presentase 13 % dengan kategori sedang. Tingginya

kemampuan coping yang dimiliki responden didukung oleh beberapa

aspek yaitu problem focused coping, emotion focused coping, dan

religius focused coping.

Page 123: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

108

B. Diskusi

Berdasarakan hasil penelitian diperoleh data bahwa secara umum

kelompok usia mayoritas remaja yang menjadi ABH adalah pada tahap remaja

pertengahan dengan rentang usia 16-17 tahun (96%) yaitu sebanyak 45 orang dan

sisanya 2 orang dengan kategori remaja awal. Kartono (2002) menyebutkan

bahwa angka tertinggi untuk kejahatan pada remaja berada pada usia 15-19

tahun.1 Pemahaman agama yang dimiliki oleh remaja turut memberikan peran

penting dalam pembentukan sikap dan perilaku sehari-hari remaja. oleh karena itu

pembinaan keagamaan sangat perlu diberikan kepada remaja dalam upaya

membina remaja yang telah melakukan tindakan kriminal agar tingkah laku,

sikap, dan akhlaknya berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi, sehingga

kelak mereka menjadi remaja yang taat pada norma-norma dan aturan-aturan

terlebih pada norma agama. Melalui kegiatan pembinaan kegamaan yang intensif,

seseorang akan memiliki kepribadian yang sehat. Dengan kepribadian yang sehat,

artinya seseorang tersebut memiliki: kemampuan untuk bertahan hidup dan

kemampuan untuk berhasil mengadakan hubungan dengan lingkungan;

kemampuan mengelola stres; dan kemampuan pemecahan masalah.2

Remaja merupakan salah satu masa transisi dengan tingkah laku anti sosial

disertai dengan pergolakan hati. Rendahnya pemahaman agama di tengah

masyarakat kita yang secara perlahan ikut melunturkan nilai-nilai moral yang

berlaku di masyarakat sekitar serta dari pola asuh orang tuanya di rumah yang

1 Kartini Kartono, Patologi Sosial 2;Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2002), h. 3. 2 Mujiati Kegiatan Pembinaan Rohani Dalam Upaya Mengubah Perilaku Sosial Peserta

Rehabilitasi Narkoba Di Rumah Damai Desa Cepoko Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang,

(Skripsi S1: Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2015), h. 5.

Page 124: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

109

tidak baik. Maka segala kejahatan yang muncul pada usia ini merupakan salah

satu akibat dari proses perkembangan pribadi anak.

Selanjutnya, pada penelitian ini diperoleh data bahwa kasus kriminalitas

menjadi kasus mayoritas pada anak didik remaja dengan jumlah 39 orang (83%).

Anak usia remaja memang paling rawan untuk melakukan tindak kejahatan.

Karena pada masa ini adalah masa pencarian jati diri. Remaja selalu ingin tahu

dan ingin mencoba hal baru yang sebelumnya belum pernah mereka lakukan.

Berdasakan kategori skor variabel di LPKA diketahui bahwa anak didik

remaja di LPKA cenderung memiliki kemampuan coping yang tinggi yaitu

sebanyak 41 orang dan sisanya 6 dengan kategori kemampuan coping sedang. Hal

ini menunjukkan bahwa pembinaan keagamaan yang diterima oleh remaja di

LPKA memberikan efek yang baik dalam menigkatkan kemampuan coping

remaja yang ditunjukkan oleh hasil korelasi antara variabel pembinaan keagamaan

dengan kemampuan coping sebesar 0,770 yang berarti memliki hubungan yang

kuat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi variabel pembinaan

keagamaan dengan variabel kemampuan coping pada aspek religius focused

coping sebesar 0,508 yang berarti cukup berarti atau sedang. Hasil ini merupakan

hasil terendah jika dibandingkan dengan korelasi pembinaan keagamaan dengan

aspek problem focused coping dan emotion focused coping, yaitu sebesar 0,633

dan 0,642. Materi pembinaan keagamaan yang diterima oleh seseorang memiiki

hubungan yang sangat erat dan memberikan dampak yang positif pada sikap

keagamaan mereka. Orang yang beragama memiliki keyakinan kepada Dzat yang

Maha Esa dan senantiasa bersikap pasrah (berserah diri) kepadaNya. Sehingga

Page 125: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

110

muncul rasa bahagia, senang, tenang, nyaman, dan aman.3 Dalam penelitian yang

dilakukan oleh McMahon dan Biggs membuktikan bahwa seseorang yang

memiliki tingkat spiritual atau religiusitas yang tinggi dan menggunakan religius

focused coping dalam kehidupannya maka individu tersebut akan lebih tenang dan

tidak cemas dalam menghadapi masalah hidup.4

Dari hasil penelitian di atas terdapat perbedaan pendapat dari penelitian

sebelumnya mengenai religius focused coping. Untuk itu diperlukan penelitian

lebih lanjut mengenai hubungan pembinaan keagamaan dengan religius focused

coping pada remaja di LPKA agar dapat memberikan gambaran yang lebih dalam.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah

dilakukan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang

Banten diharapkan untuk terus meningkatkan pelaksanaan kegiatan

pembinaan keagamaan dan menjadikannya sebagai wadah para anak

didik yaitu remaja agar menjadi remaja yang berakhlak mulia,

beriman, dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-sehari

terutama dalam meningkatkan kemampuan coping agar remaja anak

didik taat pada aturan, hukum, terlebih taat pada ajaran agama Islam.

2. Untuk peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian di

lokasi yang sama, disarankan lebih memperdalam mengenai

kemampuan coping pada aspek religius focused coping karena dari

3 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), h.142.

4 Wendio Angganantyo, Coping Religius pada Karyawan Muslim Ditinjau dari Tipe

Kepribadian,(jurnal Psikologi: Universitas Muhammadiyah Malang Vol.2 no 1, 2012), h. 51.

Page 126: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

111

hasil penelitian ini peneliti menemukan bahwa hubungan pembinaan

keagamaan dengan kemampuan coping pada aspek religius focused

coping masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan aspek lain

pada variabel religius focused coping. Sehingga penelitian yang

selanjutnya bisa lebih mengembangkan pernyataan pada aspek

tersebut.

3. Untuk anak didik LPKA sebaiknya memanfaatkan kesempatan yang

diberikan di LPKA untuk mengikuti pembinaan keagamaan sehingga

dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari serta

menyadari akan kesalahannya dan tidak mengulanginya kembali.

4. Untuk Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta diharapkan dapat dijadikan tempat Mahasiswa

untuk melakukan Praktikum Mikro di LPKA Kelas 1 Tangerang

karena sangat dibutuhkan pembina agama yang memahami

karakteristik remaja sehingga kegiatan pembinaan keagamaan menjadi

lebih menarik.

Page 127: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

DAFTAR PUSTAKA

Anchok, Djamaludin dan Fuat Nashori Suroso. Psikologi Islam. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. 2001.

Ardani, Mohammad. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama. 2005.

Arifin, H.M. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama.

Jakarta: Bulan Bintang. 1986.

__________. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta:

PT. Golden Tera yon Press. 1998.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penellitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta. 2010.

Arimbi, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Al-Ma‟arif. 1989.

Bakran Adz-Dzakiey, Hamdani. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogjakarta:

Fajar Pustaka Baru. 2006.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. 2010.

Chaplin, JP. Kamus Lengkap Psikologi, Alih bahasa. Kartini Kartono. Jakarta:

PT. RajaGrafindo Persada. 2004.

Daradjat, Zakiah. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung. 1978.

_____________. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung

Agung. 1978

_____________. Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang. 1976.

Daradjat, Zakiah. Dkk. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1984.

Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. 2004.

Departemen Agama RI. Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN. Jakarta: Direktorat

Pembina-Pembina Perguruan Tinggi Agama Islam. 1983.

Page 128: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

____________________. Al-Qur’an dan Terjemahan. Bandung: CV. Penerbit

Jumanatul „Ali-Art. 2005.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi

II. Jakarta: Balai Pustaka. 1986.

Elizabeth B. Hurlock. Development Psychology, alih bahasa oleh Istiwidayanti

dan Soedjarwo dalam Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Gelora

Aksara Pratama. 1980.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivarians dengan Program SPSS. Semarang:

UNDIP. 2003.

Gunarsa, Singgih D. Psikologi Remaja. Jakarta: PT.BPK Gunung Mulya. 1983.

Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

2004.

Helmy, Masdar. Peranan Dakwah dalam Pembinaan Umat. Semarang: IAIN

Semarang. 2001.

Ihsan, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2001.

Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 1996.

Joni, Muhammad dan Zulchaina Z. Tanamas. Aspek Perlindungan Anak dalam

Perspektif Konvensi Hak Anak. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 1999.

Matdawam, Noor. Aqidah dan Ilmu Pengetahuan dalam Lintasan Sejarah

Dinamika Budaya Manusi. Yogyakarta: Yayasan Bina Karier. 1988.

Moeljanto. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Bina Aksara. 1987.

Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. 2006.

Nasution, Harun. Islam ditinjau dari berbagai Aspek. Jakarta: UIN Press. 1985.

_____________. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan. 1994.

Page 129: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian; Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya

Ilmiah. Jakarta: Kencana. 2011.

Perwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif untuk Perilaku Manusia. Depok:

LPSP3-UI. 2011.

Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah Dakwah Agama. Pembinaan Rohani

pada Dharma Wanita. Jakarta: DEPAG. 1984.

Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. 1994.

Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2005.

Razak, M. Dinul Islam. Bandung: Al-Ma‟arif. 1989.

Sabri, M. Alisut. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan Anak dan

Remaja. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. 1997

Santrock, John W. Adolescence, Eleventh Edition, alih bahasa oleh. Benedictine

Widyasinta dalam Adolescence Perkembangan Remaja Edisi ketuju.

Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. 2007

Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta:

Penerbit Graha Ilmu. 2006.

Shalahuddin, Mahfud. Dkk. Metodologi Penelitian Agama. Surabaya: PT. Dua

Ilmu. 1987.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an.

Ciputat: Lentera Hati. 2000

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survey. Jakarta:

LP3ES. 1991.

Page 130: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial; Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. 2008.

Sudarsono. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. 1995.

Sugiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R & D.

Bandung: Alfabeta. 2008.

_______. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta. 2009.

_______. Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. 2012

Suryo, Moh dan Jumhur. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV

Ilmu. 1987.

Syamsudin Makmun, Abin. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem

Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2000.

Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 1983.

Thoyibi, M. dan M. Ngemron. Psikologi Islam. Surakarta: Muhammadiyah

University Press. 2001.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta:

Balai Pustaka. 2005.

Utsman, Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat

Press. 2002.

Wibowo, Istiqomah. dkk. Psikologi Komunitas. Depok: LPSP3 Fakultas Psikologi

UI Depok. 2013.

Page 131: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

Willis, Sofyan S. Remaja dan Masalahnya, Mengupas Berbagai Bentuk

Kenakalan Remaja seperti Narkoba, Free Sex, dan Pemecahanya.

Bandung: Alfabeta. 2005.

Wirawan Sarwono, Sarlito. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press. 2000.

Zuhairi. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Surabaya: Usaha Nasional.

1983.

Zulfa, Umi. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Cahaya Ilmu. 2011.

DAFTAR PUSTAKA JURNAL

Analiansyah dan Syarifah Rahmatillah. “Perlindungan Terhadap Anak Yang

berhadapan dengan Hukum”, Jurnal Gender Equality; International

Journal of Child and Gender Studies. Banda Aceh: UIN Ar-Raniry. 2015:

h. 54

Angganantyo, Wendio. “Coping Religius pada Karyawan Muslim Ditinjau dari

Tipe Kepribadian”. jurnal Psikologi: Universitas Muhammadiyah Malang

Vol.2 No. 1. 2012: h. 49.

Anggraini, Baiq Dwi Suci. “Religius Coping Stres pada Mahasiswa”. Jurnal

Psikologi: Universitas Malang, Vo. 02 No. 01, 2014: h. 142.

Astuti, Laras. “Perlindungan Hukum terhadap Anak yang Berhadapan dengan

Hukum dalam Kecelakaan Lalu Lintas”. Jurnal Justitia Jurnal Hukum.

Surabaya: Fakultas Hukum Muhammadiyah Surabaya. 2017.

Page 132: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

Hadisuprapto, Paulus. Studi tentang Makna Penyimpangan Perilaku di Kalangan

Remaja, (Jurnal Kriminologi Indonesia, 2004), Vol. 3 No. III h. 9

Indirawati, Emma. “Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan

Kecenderungan Strategi Copyng”. Jurnal Psikologi Universitas

Diponegoro, Vol. 3 No. 2. Semarang: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial

Budaya. 2006: h. 72.

Ismiati. “Problematika dan Coping Stress Mahasiswa Dalam Menyusun Skripsi”.

Jurnal Al-Bayan/ VOL. 21 No. 32. Banda Aceh: Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Ar-Raniry. 2015: h. 19.

Saptoto, Ridwan. “Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kemampuan Coping

Adaptif”. Jurnal Psikologi Vo.37 No.1. Yogyakarta: Fakultas Psikologi

Universitas Gadjah Mada, 2010: h. 13.

Shanty, Ida Nor. dkk. “Faktor Penyebab Kenakalan Remaja pada Anak Keluarga

Buruh Pabrik Rokok Djarum Kudus”. Jurnal Politik dan Kewarganegaraan

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Semarang: UNNES,

2013: h. 6

DAFTAR PUSTAKA SKRIPSI

Hoirunnisa. Pengaruh Pembinaan Agama Islam terhadap Tingkat Rasa Percaya

Diri Warga Binaan Wanita pada Rumah Tahanan Negara Kelas II A

Pondok Bambu Jakarta Timur. Skripsi S1: Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Jakarta. 2016.

Mujiati. Kegiatan Pembinaan Rohani Dalam Upaya Mengubah Perilaku Sosial

Peserta Rehabilitasi Narkoba Di Rumah Damai Desa Cepoko Kecamatan

Page 133: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

Gunung Pati Kota Semarang. Skripsi S1: Fakultas Pendidikan Universitas

Negeri Semarang. 2015.

Khasanah, Ulfatun. Pembinaan Keagamaan Bagi Anak Nakal di Panti Sosial

Marsudi Putra Antasena Magelang. Skripsi S1: Fakultas Tarbiyah UIN

Sunan Kalijaga. 2009.

DAFTAR PUSTAKA INTERNET

Anas, Azwar. Cemburu, ABG Siksa Sahabatnya hingga Meregang Nyawa. Dalam

m.liputat6.com. artikel diakses pada hari tanggal 09 November 2016.

Priyanto, Hary. Dua Remaja Meregang Nyawa Diduga Konsumsi Miras Oplosan

dalam www.daerah.sindonews.com. Artikel diakses pada tanggal 10

November 2016.

Page 134: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

LAMPIRAN

Page 135: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang
Page 136: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang
Page 137: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang
Page 138: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang
Page 139: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang
Page 140: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang
Page 141: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji Uji Validitas Variabel X (Pembinaan Keagamaan)

No. R hitung R Tabel Validitas

1. 0,425 0,361 VALID

2. 0,357 0,361 TDK VALID

3. 0,747 0,361 VALID

4. 0,546 0,361 VALID

5. 0,796 0,361 VALID

6. 0,635 0,361 VALID

7. 0,715 0,361 VALID

8- 0,678 0,361 VALID

9. 0,538 0,361 VALID

10. 0,513 0,361 VALID

11. 0,583 0,361 VALID

12. 0,458 0,361 VALID

13. 0,413 0,361 VALID

14. 0,378 0,361 VALID

15. 0,248 0,361 TDK VALID

16. 0,427 0,361 VALID

17. 0,660 0,361 VALID

18. 0,622 0,361 VALID

19. 0,377 0,361 VALID

20. 0,440 0,361 VALID

21. 0,529 0,361 VALID

22. 0,538 0,361 VALID

23. 0,145 0,361 TDK VALID

24. 0,611 0,361 VALID

25. 0,685 0,361 VALID

26. 0,767 0,361 VALID

27. 0,353 0,361 TDK VALID

28. 0,723 0,361 VALID

29. 0,607 0,361 VALID

30. 0,597 0,361 VALID

31. 0,602 0,361 VALID

32. 0,245 0,361 TDK VALID

JUMLAH ITEM VALID 27

JUMLAH ITEM TIDAK VALID 5

TOTAL ITEM 32

Page 142: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

Uji Validitas Variabel Y (Kemampuan Coping)

No. R hitung R table Validitas

1. 0,168 0,361 TDK VALID

2. 0,340 0,361 TDK VALID

3. 0,283 0,361 TDK VALID

4. 0,386 0,361 VALID

5. 0,397 0,361 VALID

6. 0,136 0,361 TDK VALID

7. 0,391 0,361 VALID

8. 0,214 0,361 TDK VALID

9. 0,503 0,361 VALID

10. 0,390 0,361 VALID

11. 0,477 0,361 VALID

12. 0,171 0,361 TDK VALID

13. 0,001 0,361 TDK VALID

14. 0,421 0,361 VALID

15. 0,314 0,361 TDK VALID

16. 0,396 0,361 VALID

17. 0,277 0,361 TDK VALID

18. -0,319 0,361 TDK VALID

19. 0,538 0,361 VALID

20. 0,274 0,361 TDK VALID

21. 0,519 0,361 VALID

22. 0,443 0,361 VALID

23. 0,653 0,361 VALID

24. 0,498 0,361 VALID

25. 0,411 0,361 VALID

26. 0,365 0,361 VALID

27. 0,588 0,361 VALID

28. 0,623 0,361 VALID

29. 0,619 0,361 VALID

JUMLAH ITEM VALID 18

JUMLAH ITEM TIDAK VALID 11

TOTAL 29

Page 143: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

Blue Print Variabel Pembinaan Keagamaan (X) dan Kemampuan Coping (Y)

Pembinaan Kegamaan (X)

Dimensi Item

Favorable Unfavorable

1. Aspek meteri. 1. Saya mengetahui

bahwa iman kepada

malaikat adalah rukun

iman yang kedua.

2. Saya mengetahui Al-

Qur’an dapat menjadi

penyejuk hati dan jiwa.

3. Iman kepada Rasul

adalah rukun iman

yang keempat.

4. Sholat lima waktu

hukumnya wajib.

5. Saya mengetahui tata

cara sholat beserta

bacaannya.

6. Ibadah puasa di bulan

Ramadhan hukumnya

wajib.

7. Ibadah haji

merupakan rukun

Islam yang kelima.

8. Saya mengetahui

bahwa dzikir dapat

membuat hati

menjadi tenang.

9. Islam mengajarkan

untuk menjadikan

akhlak Rasul sebagai

teladan.

10. Saya mengetahui

batasan aurat laki-

laki dan perempuan.

1. Saya tidak percaya

adanya takdir.

2. Saya tidak mengetahui

manfaat dari puasa.

2. Aspek Frekuensi

kegiatan.

Saya selalu rutin

mengikuti kegiatan

pembinaan keagamaan.

1. Dalam satu minggu

saya sering kali tidak

mengikuti kegiatan

pembinaan

keagamaan.

3. Aspek Motivasi. 1. Saya termotivasi untuk

selalu mengikuti

kegiatan pembinaan

keagamaan.

1. Saya tidak suka

mengikuti kegiatan

pembinaan keagamaan.

2. Saya mengikuti

Page 144: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

2. Saya mengikuti

kegiatan pembinaan

keagamaan dengan

senang hati.

pembinaan keagamaan

karena terpaksa.

4. Aspek Perhatian 1. Saya memperhatikan

apa yang disampaikan

oleh pembimbing

agama.

2. Saya merasa rugi

apabila tidak

mengikuti pembinaan

keagamaan.

1. Saya merasa jenuh

ketika sedang

mengikuti kegiatan

pembinaan keagamaan.

5. Aspek spirit of

change.

1. Saya bertekad untuk

berubah menjadi lebih

baik lagi.

2. Saya ingin memiliki

pengetahuan agama

yang lebih baik lagi

setelah mengikuti

pembinaan keagamaan.

1. Saya mengikuti

kegiatan pembinaan

keagamaan hanya

untuk menggugurkan

kewajiban.

6. Aspek Efek. 1. Saya merasa menjadi

lebih baik setelah

mengikuti pembinaan

keagamaan.

2. Hati saya menjadi

lebih tenang setelah

mengamalkan apa

yang diajarkan

pembimbing agama.

3. Saya menjadi lancar

membaca Al-Qur’an

setelah mengikuti

pembinaan keagamaan.

1. Saya merasa biasa saja

dan tidak ada

perubahan setelah

mengikuti pembinaan

keagamaan.

Total Item 20 8

Page 145: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

Kemampuan Coping (Y)

Dimensi Item

Favorable Unfavorable

1. Problem focused

coping.

a. problem focused

cognitive (coping

dalam bentuk

kognitif).

1. Saya memikirkan

langkah terbaik untuk

menyelesaikan

masalah yang saya

hadapi.

2. Saya berusaha

mengambil keputusan

yang tepat untuk

menyelesaikan

masalah saya.

1. Saya tidak

memikirkan masalah

yang saya hadapi.

b. coping dalam bentuk

perilaku.

1. Saya mendiskusikan

masalah yang sedang

saya hadapi dengan

orang lain untuk

mendapatkan jalan

keluar.

1. Saya tidak meminta

pendapat/saran dari

orang lain untuk

mencari jalan keluar

dari masalah yang

saya hadapi.

2. Emotion focused

coping, yang meliputi:

a. Escapism

(melarikan diri dari

masalah)

1. Saya butuh waktu

sejenak untuk

melupakan masalah

yang sedang saya

hadapi.

2. Menurut saya, pergi

bersama teman akan

membuat saya lebih

tenang ketika saya

sedang menghadapi

masalah tertentu.

b. Minimization

(menganggap

masalah seringan

mungkin)

1. Saya menghadapi

masalah dengan

tenang.

2. Saya yakin setiap

masalah itu pasti ada

jalan keluarnya.

c. Self Blame

(menyalahkan diri

sendiri)

Saya menyalahkan

orang lain sebagai

penyebab masalah yang

saya alami.

d. Seeking Meaning

(mencari hikmah

yang tersirat)

Saya tidak memikirkan

hikmah atau pelajaran

yang bisa diambil dari

masalah yang saya

hadapi.

Page 146: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

3. Spiritual Focused

Coping.

1. Saya lebih rajin

menjalankan ibadah

ketika saya sedang

menghadapi masalah.

2. Saya melaksanakan

sholat tahajjud agar

dimudahkan untuk

menyelesaikan

masalah yang sedang

saya hadapi.

3. Saya memperbanyak

membaca Al-Qur’an

ketika saya sedang

menghadapi suatu

masalah.

4. Saya memperbanyak

dzikir ketika saya

sedang menghadapi

masalah.

5. Saya berdo’a kepada

Allah agar

dimudahkan untuk

menyelesaikan

masalah yang sedang

saya hadapi.

6. Saya sabar dan ikhlas

ketika saya sedang

menghadapi suatu

masalah.

7. Saya berserah diri

kepada Allah ketika

sedang menghadapi

masalah.

8. Menurut saya, adanya

masalah adalah ujian

dari Allah.

Total Item 15 4

Page 147: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

DAFTAR KUESIONER

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan ini saya “Nely Lailatul Maghfiroh” mahasiswa Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bermaksud untuk

melaksanakan penelitian dalam rangka tugas akhir karya ilmiah (skripsi) yang

berjudul “Hubungan Pembinaan Keagamaan Dengan Kemampuan Coping

Remaja Pada Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1

Tangerang Banten”, berkenaan dengan hal ini saya berharap kesediannya untuk

mengisi kesioner ini dengan sebenar-benarnya sebagai data yang akan digunakan

dalam penelitian. Jawaban ini tidak dilihat benar atau salah. Atas perhatian dan

perkenaanya, saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

A. Identitas Responden

1. Nama : ………………………..............

2. Kasus :...................................................

3. Usia :..................................................

4. Pendidikan Terakhir :smk.....................

5. Mengikuti pembinaan keagamaan :……..bulan

B. Petunjuk Pengisian

1. Bacalah setiap pernyataan dengan baik dan teliti

2. Isilah dengan jujur dan benar

3. Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberikan ceklis ( √

) dari setiap pernyataan yang dianggap paling tepat dengan menggunakan

skala berikut:

SS = Sangat setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tudak Setuju

Page 148: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

A. Daftar pernyataan pembinaan keagamaan

No Pernyataan SS S TS STS

Materi

1. Saya mengetahui bahwa iman kepada malaikat adalah rukun iman

yang kedua

2. Saya mengetahui Al-Qur’an dapat menjadi penyejuk hati dan jiwa.

3. Iman kepada Rasul adalah rukun iman yang keempat.

4. Sholat lima waktu hukumnya wajib.

5. Saya mengetahui tata cara sholat beserta bacaannya.

6. Ibadah puasa di bulan ramadhan hukumnya wajib

7. Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima.

8. Dzikir merupakan salah satu sarana/cara mendekatkan diri kepada

Allah.

9. Islam mengajarkan untuk menjadikan akhlak Rasul sebagai

teladan.

10. Saya mengetahui batasan aurat laki-laki dan perempuan.

11. Saya tidak percaya adanya takdir.

12. Saya tidak mengetahui manfaat dari puasa.

Frekuensi Kegiatan

13. Saya selalu rutin mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan.

.14

.

Dalam satu minggu saya sering kali tidak mengikuti kegiatan

pembinaan keagamaan.

---

Motivasi

15. Saya termotivasi untuk selalu mengikuti kegiatan pembinaan

keagamaan.

16. Saya mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan dengan senang

hati.

17. Saya tidak suka mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan

18. Saya mengikuti pembinaan keagamaan karena terpaksa.

Page 149: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

Perhatian

19.

Saya memperhatikan apa yang disampaikan oleh pembimbing

agama.

20. Saya merasa rugi apabila tidak mengikuti pembinaan keagamaan.

21.

Saya merasa jenuh ketika sedang mengikuti kegiatan pembinaan

keagamaan.

Spirit Of Change

22. Saya bertekad untuk berubah menjadi lebih baik lagi.

23.

Saya ingin memiliki pengetahuan agama yang lebih baik lagi

setelah mengikuti pembinaan keagamaan.

24.

Saya mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan hanya untuk

menggugurkan kewajiban.

Efek

25.

Saya merasa menjadi lebih baik setelah mengikuti pembinaan

keagamaan.

26. Hati saya menjadi lebih tenang setelah mengamalkan apa yang

diajarkan pembimbing agama.

Page 150: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

27. Saya menjadi lancar membaca Al-Qur’an setelah mengikuti

pembinaan keagamaan.

28. Saya merasa biasa saja dan tidak ada perubahan setelah mengikuti

pembinaan keagamaan.

Page 151: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

B. Daftar Pernyataan Kemampuan Coping

No Pernyataan SS S TS STS

Problem focused coping

1. Saya memikirkan langkah terbaik untuk menyelesaikan masalah

yang saya sedang saya hadapi.

2. Saya berusaha mengambil keputusan yang tepat untuk

menyelesaikan masalah saya.

3. Saya tidak memikirkan masalah yang saya hadapi.

4. Saya mendiskusikan masalah yang sedang saya hadapi dengan orang

lain untuk mendapatkan jalan keluar.

5. Saya tidak meminta pendapat/saran dari orang lain untuk mencari

jalan keluar dari masalah yang saya hadapi.

Emotion focused coping

6. Saya butuh waktu sejenak untuk melupakan masalah yang sedang

saya hadapi.

7. Menurut saya, pergi bersama teman akan membuat saya lebih tenang

ketika saya sedang menghadapi masalah tertentu.

8. Saya menghadapi masalah dengan tenang.

9. Saya yakin setiap masalah itu pasti ada jalan keluarnya.

10. Saya menyalahkan orang lain sebagai penyebab masalah yang saya

alami.

11. Saya tidak memikirkan hikmah atau pelajaran dari masalah yang

saya hadapi.

Religius Focused Coping

12. Saya lebih rajin menjalankan ibadah ketika saya sedang menghadapi

masalah.

13. Saya melaksanakan sholat tahajjud agar dimudahkan dalam

menyelesaikan masalah saya.

14. Saya memperbanyak membaca Al-Qur’an ketika saya sedang

Page 152: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

menghadapi suatu masalah.

15. Saya memperbanyak dzikir ketika saya sedang menghadapi masalah.

16. Saya berdo’a kepada Allah agar dimudahkan untuk menyelesaikan

masalah yang sedang saya hadapi.

17. Saya sabar dan ikhlas ketika saya sedang menghadapi suatu masalah.

18. Saya berserah diri kepada Allah ketika sedang menghadapi masalah

!9. Menurut saya, adanya masalah adalah ujian dari Allah.

Uji Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.911 28

Page 153: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

Tabel korelasi antara pembinaan keagamaan dengan kemampuan coping

Correlations

Pembinaan_kea

gamaan PPC EPC RPC

Pembinaan_keagamaan Pearson Correlation 1 .633** .642

** .508

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 47 47 47 47

PPC Pearson Correlation .633** 1 .632

** .135

Sig. (2-tailed) .000 .000 .366

N 47 47 47 47

EPC Pearson Correlation .642** .632

** 1 .312

*

Sig. (2-tailed) .000 .000 .033

N 47 47 47 47

RPC Pearson Correlation .508** .135 .312

* 1

Sig. (2-tailed) .000 .366 .033

N 47 47 47 47

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 154: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK (LPKA) KELAS 1 TANGERANG

BANTEN

Kegiatan Pembinaan keagamaan oleh Pembimbing Agama Islam

di Masjid LPKA Tangerang setelah menunaikan sholat Dzuhur berjamaah

Page 155: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

Anak didik mengisi kuesioner

Page 156: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

Kegiatan Pembinaan keagamaan oleh Pembimbing Agama Islam

di Masjid LPKA Kelas 1 Tangerang Banten setelah melaksanakan sholat

dzuhur berjamaah

Page 157: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

Foto bersama salah satu Pembimbing Agama

Page 158: HUBUNGAN PEMBINAAN KEAGAMAAN DENGAN KEMAMPUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40793/1/NELY... · Agama RI. Berkat beasiswa inilah penulis bisa menempuh jenjang

FOTO SIDANG SKRIPSI

KAMIS, 22 MARET 2018 PUKUL 10:00-11:00 LT.7B FIDKOM