hubungan kepemimpinan guru dan hasil belajar siswa kelas x di ma nu limpung

Upload: safiraadnina

Post on 13-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU KIMIA KELAS X DENGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI MA SE-KABUPATEN BATANGProposalDisusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah : Metodologi Penelitian Dosen pengampu: Ratih Rizqi Nirwana, S. Si, M. Pd

Disusun oleh:

Khulliyah113711002

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGOSEMARANG2013

Hubungan Kepemimpinan Guru dan Hasil Belajar Siswa Kelas X di MA NU LimpungI. Latar BelakangProses pembelajaran yang terjadi di sekolah memiliki peranan penting untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Interaksi antara seorang guru dengan siswa sangat berpengaruh dalam menciptakan sistem belajar-mengajar yang efektif. Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kompetensi siswa adalah kemampuan guru dalam mengelola kelas agar menciptakan kondisi kelas yang kondusif. Kepemimpinan guru merupakan suatu proses untuk mempengaruhi orang lain yang di dalamnya berisi tindakan atau perilaku terhadap individu tertentu. Kepemimpinan guru tidak hanya sebatas pada peran guru dalam konteks kelas pada saat berinteraksi dengan siswa tetapi juga peran guru dalam berinteraksi dengan kepala sekolah dan rekan guru, dengan tetap mengacu pada tujuan akhir yang sama yaitu terjadinya peningkatan proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk mengidentifikasi hasil belajar siswa perlu diketahui mengenai hubungan dengan kepemimpinan seorang guru. Dengan menguasai kompetensi guru akan mengarahkan siswa mengembangkan potensinya. Sehingga akan didapatkan hasil belajar yang maksimal pada tahap evaluasi. Oleh karena itu dalam proposal ini akan dijelaskan hubungan yang melatarbelakangi kepemimpinan guru dengan hasi belajar siswa pada materi hidrolisis.II. Rumusan MasalahA. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi pedagogik guru kimia kelas x dengan rata-rata hasil belajar peserta didik di MA se-Kabupaten Batang.III. PembahasanA. Hakikat Pendidikan1. Konsepsi Dasar Pendidikan2. Pendidikan Hanya Berlaku bagi Manusia3. Manusia Perlu dididik (Memperoleh Pendidikan)4. Pendidikan sebagai Suatu Proses Transformasi Nilai5. Tujuan Pendidikan6. Pendidikan Berlangsung Sepanjang HayatB. Belajar dan Pembelajaran1. Pengertian BelajarBelajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Jadi, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.Biggs dalam pendahuluan Teaching for Learning mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu rumusan kuantitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif. Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa.Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari.Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekililing siswa. belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.[footnoteRef:2] [2: Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2010), hlm. 87-90]

2. Pengertian PembelajaranC. Konsep Dasar Mengajar1. Guru Teladan TerdekatSeseorang yang memiliki profesi tertentu harus melalui pendidikan khusus yang mempunyai tujuan utama memberikan layanan sebaik-baiknya kepada anggota yang masyarakat membutuhkannya. Pada sisi lain, profesi tidak semata-mata mencari keuntungan pribadi secara berlebihan, tidak memandang kaya atau miskin, dan musuh atau teman. Sebagai contoh, seorang dokter akan tetap memberikan layanan kesehatan atau pengobatan kepada seorang tentara musuh yang terluka dalam pertempuran. Hal ini dapat terjadi, karena orang yang mempunyai profesi tersebut berpegang atau patuh kepada kesusilaan atau etika baku yang berisi ketentuan bahwa orang tersebut harus menjaga dan menjamin mutu layanannya secara bertanggung jawab kepada masyarakat. Mengenai hal ini, Richey (1968:2007) menyatakan bahwa:As professional person you may find it difficult at times to differentiate among young professional services in teaching, your personal life, and your work in the activities of the profession itsef. Perhaps this sense of dedication is one of the distinguishing characteristics of a professional person.Pernyataan Richey di atas terdapat dalam kehidupan sehari-hari dengan segala akibatnya. Seorang guru atau dosen yang bertindak secara profesional dalam bidangnya telah melaksanakan tugas menguji siswa atau mahasiswa dalam suatu ujian. Karena yang diuji adalah anak kandungnya, yang berdasarkan persyaratan objektif tidak memenuhi syarat untuk lulus, maka terjadi pergumulan antara akal sehat dengan perasaannya. Ia akan berfikir dan merasakan antara mematuhi etika profesi ataukah sayang anak. keputusan terakhir memang terletak pada guru atau dosen tersebut.Profesi merupakan bidang kegiatan yang harus dijalankan seseorang dengan kunci keberhasilannya terletak pada taraf kemahiran dan kearifan orang yang menjalankannya. Taraf kemahiran ini dapat diperoleh melalui proses belajar dan berlatih dalam menjalankan tugasnya sampai tingkat kematangan yang tinggi sesuai dengan yang dipersyaratkan. 2. Mengajar sebagai ProfesiTugas mengajar adalah pekerjaan khusus yang dilakukan guru atau dosen. Pekerjaan ini berwujud rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan melaksanakan proses mengatur dan mengorganisasi kegiatan belajar sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.Pekerjaan yang bersifat profesional merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan persiapan yang mantap melalui pendidikan dan latihan, yang dilakukan berlaandaskan keilmuan, seni, atau improvisasi dan keahlian khusus, serta memerlukan wadah dan peraturan atau kode etik untuk mengembangkan karir sebagai guru.Pada hakikatnya, mengajar adalah proses yang dilakukan pleh guru dalam mengembangkan kegiatan belajar siswa (Witherington, 1952). Hal ini mengandung pengertian bahwa proses mengajar oleh guru menghadirkan proses belajar pada pihak siswa yang berwujud perubahan tingkah laku, meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Dalam konsep ini, peranan guru bukan saja sebagai pengajar, melainkan sebagai pembimbing belajar, pemimpin belajar, dan fasilitator belajar.3. Wawasan Etika Mengajar bagi Calon Gurua. Etika MengajarEtika adalah bagian dari filsafat yang meliputi hidup baik, menjadi orang baik, berbuat baik, dan menginginkan hal-hal yang baik dalam hidup. Pengertian umum etika dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.Dari pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya yang oleh Bertens disebut kode etik yang menyangkut etika terapan.Dalam praktik pendidikan, etika mengajar adalah suatu disiplin ilmu yang membahas tentang sistem nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi pengajar dalam mengatur tingkah lakunya untuk melaksanakan pengajaran.b. Kegunaan Etika Mengajar bagi Calon GuruTugas dan tanggung jawab guru bukan hanya mentransformasikan ilmu pengetahuan semata, tapi guru harus mampu menginternalisasikan nilai-nilai moral yang bersumber pada nilai-nilai ajaran Islam. Agar guru dapat mengajar dengan baik, diperlukan pertolongan, bantuan, dan layanan yang dilandasi etika mengajar. Bantuan etika mengajar mencakup deskripsi perilaku yang mecerminkan hak, kewajiaban, wewenangdan tanggung jawab guru dalam melaksanakan interaksi dengan siswa. Perilaku mengajar yang ditampilkan guru mempunyai tujuan untuk menolong, melayani, membimbing, mengarahkan, mengembangkan potensi laten, mengembangkan kemampuan umum, serta mempersiapkan dan membentuk kepribadian siswa seutuhnya.

Dalam pekerjaannya guru mempunyai tiga fungsi tugas utama, yaitu :1) Menumbuhkan kreativitas2) Menanamkan nilai3) Mengembangkan kemampuan produktif. Fungsi tersebut menunjukkan bahwa perilaku pendidik dalam mengajar bukanlah perilaku yang bebas, melainkan perilaku yang diatur dan dikendalikan oleh norma-norma pendidikan yang berciri khas agama Islam. Norma tersebut mengendalikan segala perilaku pendidik baik di sekolah maupun di luar sekolah dalam konteks melayani kebutuhan peserta didik untuk tumbuh berkembang ke arah kedewasannya. Rangkaian norma pendidikan yang menjadi pengendali dan pedoman perilaku pendidik dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar disebut kode etik mengajar, yang berwujud rangkaian norma baik tertulis maupun tidak tertulis.Menurut Strike & Soltis (1985: 5), pendidik menggunakan cara berfikir etis, yaitu dengan menggunakan rasa kejujuran pribadinya dan kewajiban profesionalnya dengan memberikan perlakuan sama terhadap siswa mengenai penerapan hukuman dan kebebasan intelektual.c. Perwujudan Etika Mengajar di SekolahMengajar mewujudkan rangkaian kegiatan yang mengorganisasi lingkungan belajar sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Dengan melaksanakan tugas pokoknya, guru diharapkan dapat mengacu kepada tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana dikemukakan oleh Armstrong (dalam Sudjana, 1988: 148) yang digolongkan menjadi lima jenis:1) Tanggung jawab dalam pengajaran.2) Tanggung jawab dalam memberikan bimbingan.3) Tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum.4) Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi.5) Tanggung jawab dalam mengembangkan hubungan dengan masyarakat.

4. Jati Diri Guru dalam Pendidikan dan PengajaranPendidikan sekolah diartikan sebagai pemberian bekal pengetahuan dan keterampilan kepada anak didik yang dapat digunakan untuk menghadapi hidup dan tantangan masa depan. Pendidikan sekolah menjadi tumpuan harapan untuk dapat mencerdaskan kehidupan bangsa, karena pendidikan yang berlangsung di sekolah keberadaannya disengaja, diniati, direncanakan, serta diatur sedemikian rupa melalui tata cara dan mekanisme yang sesuai dengan perundang-undangan.Guru sangat berperan dalam pembelajaran di sekolah, karena komunikasi guru dan siswa merupakan kegiatan praktis dan terikat dalam suatu situasi pengaruh-memengaruhi serta terarah kepada suatu tujuan pendidikan.Guru adalah komponen utama dalam system pendidikan sekolah. Relasi antara guru dan siswa merupakan relasi kewibawaan, artinya suatu relasi yang dilandasi saling percaya, bahwa siswa percaya guru akan mengarahkan siswa menjadi manusia yang baik, dan guru juga percaya bahwa siswa juga dapat diarahkan menjadi manusia yang baik.5. Kompetensi KeguruanKemampuan mengajar guru akan lebih baik kalau didukung oleh beberapa aspek yang meliputi kemampuan:a. Profesi.b. Penguasaan bahan pembelajaran.c. Prinsip, strategi dan teknik keguruan dan kependidikan.d. Perancangan peran secara situasional.e. Penyesuian pelaksanaan yang bersifat transaksional.Pembentukan dan pengembangan kemampuan mengajar dan keguruan agar dapat menampakkan kemampuan-kemampuan di atas membuat pola pengalaman belajar siswa / mahasiswa diarahkan pada penguasaan sepuluh kompetensi dasar keguruan, yang meliputi:a. Penguasaan bahan pengajaran.b. Penguasaan landasan kependidikan.c. Penguasaan pengelolaan program belajar mengajar.d. Penguasaan pengelolaan interaksi belajar mengajar.e. Mampu mengelola kelas.f. mampu meenggunakan media/sumber belajar.g. Mampu menilai prestasi belajar siswa.h. Mengenai fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.i. Mengenal dan mampu menyelenggarakan administrasi sekolah.j. Memahami priinsip-prinsip serta menafsirkan hasil penelitian (Tisna Amidjaja).[footnoteRef:3] [3: Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2009), hlm. 33-55]

D. Kepemimpinan GuruKepemimpinan guru memfokuskan pada 3 dimensi pengembangan, yaitu:1. Dimensi pengembangan individu merupakan dimensi utama yang berkaitan dengan peran dan tugas guru dalam memanfaatkan waktu di kelas bersama siswa. Disini guru dituntut untuk menunjukkan keterampilan kepemimpinannya dalam membantu siswa agar dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya, sejalan dengan tahapan dan tugas-tugas perkembangannya. Melalui keterampilan kepemimpinan yang dimilkinya, diharapkan dapat menghasilkan berbagai inovasi pembelajaran, sehingga pada gilirannya dapat tercipta peningkatan kualitas prestasi belajar siswa. 2. Dimensi pengembangan tim menunjuk pada upaya kolaboratif untuk membantu rekan sejawat dalam mengeksplorasi dan mencobakan gagasan-gagasan baru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran, melalui kegiatan mentoring, coaching, pengamatan, diskusi, dan pemberian umpan balik yang konstruktif. Dimensi yang kedua ini berkaitan upaya pengembangan profesi guru. 3. Dimensi organisasi menunjuk pada peran guru untuk mendukung kebijakan dan program pendidikan di sekolah (dinas pendidikan), mendukung kepemimpinan kepala sekolah (administrative leadership) dalam melakukan reformasi pendidikan di sekolah serta bagian dari peran serta guru dalam upaya mempertahankan keberlanjutan (sustanability) sekolah.[footnoteRef:4] [4: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/05/02/kepemimpinan-guru-teacher-leadership/ Diakses pada 10/28/2013. pukul 12.00]

E. Gaya Belajar Peserta Didik1. Visual(Visual Learners)Gaya Belajar Visual(Visual Learners)menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.2. Audiotori (Auditory Learners)Gaya belajar Auditori (Auditory Learners)mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik gaya belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.3. Kinestetik (Kinesthetic Learners)Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners)mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.[footnoteRef:5] [5: Anonim/belajarpsikologi.com/macam-macam-gaya-belajar/. Diakses pada 10/29/2014. pukul 10:25]

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil BelajarUntuk memahami kegiatan belajar, perlu dilakukan analisis untuk menemukan persoalan-persoalan yang terlibat dalam kegiatan belajar itu. Dengan pendekatan sistem, kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut:;

INSTRUMENTAL INPUT

OUTPUTRAW INPUTTEACHING LEARNING PROCESS

ENVIRONMENTAL INPUT

Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu diolah, dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar (teaching-learning process). Di dalam proses belajar-mengajar dipengaruhi sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environmental input), dan berfungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output). Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu. Di samping itu, masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang, sebagai berikut:[footnoteRef:6] [6: M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011), hlm. 106-107]

IV. Hipotesis Terdapat hubungan antara kepemimpinan guru dengan hasil belajar siswa kelas X di MA NU Limpung.

1