makalah semhas nu
TRANSCRIPT
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 1/30
1
ANALISIS PENDAPATAN USAHA SAPI PERAH RAKYAT DI
KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI
Zaiful Anwar
H 0506092
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksiyang ada terhadap pendapatan usaha sapi perah rakyat di Kecamatan CepogoKabupaten Boyolali. Penelitian ini sudah dilaksanakan mulai bulan Agustussampai Nopember 2010 di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali.
Metode penelitian yang digunakan berdasar deskriptif denganmemperhatikan bahwa Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali memiliki populasiternak sapi perah tertinggi ketiga dibandingkan dengan kecamatan yang lain.Pelaksanaan penelitian menggunakan metode survai dan pengambilan sampel
peternak secara sengaja ( purposive sampling ) adalah 60 responden dengan pengambilan secara proporsional. Ternak yang digunakan dalam penelitian iniadalah sapi perah PFH (Peranakan Frisien Holstein) laktasi. Data primer yangdiperoleh kemudian dihitung untuk mengetahui pendapatan usaha dan dianalisisregresi linier berganda dilanjutkan dengan uji F dan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan peternak selamasatu tahun sebesar Rp. 9.701.708,33 atau Rp. 808.475,694/bulan. Hasil analisis
persamaan regresi berganda Ŷ = 0,275 + 0,076X1 + 0,093X2 + 0,015X3 – 0,004X4 + 0,829X5. Analisis regresi diuji menggunakan uji F diperoleh hasil bahwa variabel faktor biaya konsentrat (X1), biaya pakan hijauan (X2), biaya obat(X3), biaya tenaga kerja (X4) dan harga sapi perah (X5) secara bersama-samamempunyai pengaruh terhadap pendapatan usaha peternak sapi perah (Y).Demikian juga dengan analisis uji t diperolah hasil bahwa faktor-faktor produksiseperti biaya konsentrat, biaya pakan hijauan, biaya obat, biaya tenaga kerja tidak
berpengaruh terhadap pendapatan usaha tetapi lebih banyak dipengaruhi olehharga sapi perah.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penggunaan faktor-faktor produksisebagai variabel secara bersama-sama mempengaruhi pendapatan kecuali variabel
harga sapi perah berpengaruh dominan terhadap pendapatan usaha peternak sapi perah.
Kata kunci : Pendapatan Usaha, Faktor Produksi, Regresi Linier Berganda.
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 2/30
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan peternakan bertujuan untuk meningkatkan produksi
menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan
pendapatan peternak serta mensejahterakan rakyat. Untuk mencapai tujuan
tersebut, perlu pengembangan yaitu peternakan sapi perah.
Bustanul Arifin (2004) cit. Putranto (2006) menyatakan bahwa usaha
ternak sapi perah adalah suatu usaha yang secara selektif sudah menggunakan
teknologi peternakan sehingga secara proporsional mampu meningkatkan
produksi, tetapi peternak belum sepenuhnya memahami penggunaan
teknologi tersebut.
Tingkat konsumsi susu di Indonesia masih tergolong rendah
dibandingkan dengan negara lain. Rata-rata tingkat konsumsi susu secara
nasional sebanyak 6,5 liter/kapita/tahun, sedangkan tingkat konsumsi
masyarakat Boyolali sangat rendah, yakni 3,4 liter per orang per tahun(Anonimous, 2010).
Peternakan sapi perah yang diusahakan rakyat masih banyak
menghadapi kendala antara lain kecilnya skala usaha karena lemahnya
permodalan. Beberapa ciri umum usaha peternakan rakyat adalah rendahnnya
tingkat keterampilan peternak, belum digunakannya bibit unggul, dan cara
penggunaan ransum yang belum sempurna (Krisna et al., 2006).
Peternakan sapi perah rakyat merupakan suatu kegiatan usaha tingkatkeluarga yang bersifat statis, dengan skala usaha kecil dengan modal yang
kecil tanpa sepenuhnya mengikuti prinsip-prinsip ekonomi. Jenis usaha
peternakan rakyat sering disebut pula sebagai usaha ternak tradisional yang
masih memerlukan pembinaan, pengembangan dan pengawasan dari
pemerintah (Mukhtar, 2006).
Priyono (2008) menyatakan usaha ternak sapi perah rakyat umumnya
hanya dijadikan usaha sampingan selain bercocok tanam oleh para
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 3/30
3
petani/peternak dan jika sewaktu-waktu membutuhkan biaya yang cukup
besar dengan cara menjual ternak. Soekartawi (1986) menyatakan bahwa
untuk mengetahui pendapatan usaha peternak sapi perah diperlukan analisis
pendapatan yang menyatakan bahwa pendapatan merupakan selisih antara
penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah
yang potensial dalam pengembangan ternak sapi perah. Kecamatan Cepogo
merupakan salah satu Kecamatan yang memiliki populasi ternak sapi perah
tertinggi ketiga dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Tahun 2005
populasi ternak sapi perah sebanyak 58.792 ekor, jumlah ini terus mengalami
peningkatan menjadi 62.038 ekor pada tahun 2009. Secara relatif peningkatan
populasi tercatat sebesar 5,23% per tahun, dengan penyebaran populasi
terbesar sebanyak 11.303 ekor pada tahun 2009 di Kecamatan Cepogo. Disisi
lain produksi susu mengalami peningkatan sebesar 26,08%. Tercatat pada
tahun 2005 mencapai 26.541.286 ltr/th dan meningkat menjadi 35.910.000
ltr/th pada tahun 2009 (Disnakkan, 2009).
Identifikasi pengaruh faktor-faktor produksi oleh peternak dalam
usaha pemeliharaan sapi perah diduga sebagai penyebab rendahnya
pendapatan peternak di Boyolali. Untuk itu diperlukan analisis faktor-faktor
produksi untuk mengetahui faktor produksi yang diutamakan sebagai prioritas
oleh peternak agar mendapatkan keuntungan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian usaha peternakan
sapi perah rakyat khususnya pemeliharaan sapi perah laktasi di Kecamatan
Cepogo Kabupaten Boyolali perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat
pendapatan peternak.
B. Perumusan Masalah
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten dan
belum berorientasi ekonomi. Pendapatan yang rendah dalam mengusahakan
sapi perah disebabkan kurangnya modal, pengetahuan/keterampilan peternak
yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan konsentrat dan hijauan,
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 4/30
dan jumlah sapi laktasi yang dipelihara.
Penelitian ini bertujuan bahwa hasil produksi usaha sapi perah rakyat
di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali ini dapat dijelaskan faktor-faktor
produksinya yaitu pakan hijauan dan konsentrat, obat-obatan, tenaga kerja,
serta sapi perah.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Usaha sapi perah rakyat di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali
menguntungkan berdasar tingkat pendapatan.
2. Mengetahui faktor-faktor produksi manakah yang paling berpengaruh
terhadap pendapatan usaha sapi perah rakyat di Kecamatan Cepogo
Kabupaten Boyolali.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-
faktor produksi dalam usaha peternakan sapi perah rakyat, yang meliputi
faktor pakan konsentrat, faktor pakan hijauan, faktor obat-obatan, faktor tenaga kerja dan faktor sapi perah terhadap pendapatan usaha sapi perah di
Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali.
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi peternak sebagai acuan dalam
menentukan dan mengembangkan usaha ternak sapi perah guna meningkatkan
pendapatan dengan menganalisis faktor-faktor produksi yang
mempengaruhinya. Selain itu penelitian ini dapat memberikan informasi
dimasa mendatang, terutama bagi para pengambil keputusan dan para
pembuat kebijakan agar sesuai dengan kondisi daerah bersangkutan.
Disamping itu juga dapat menjadi acuan dalam rangka pembangunan
peternakan sapi perah di wilayah Boyolali.
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 5/30
5
HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Usaha sapi perah rakyat
di Kecamatan Cepogo
Kabupaten Boyolali
diduga menguntungkan
berdasar tingkat
pendapatan.2. Faktor produksi seperti
biaya pakan konsentrat,
pakan hijauan, obat-
obatan, upah tenaga
kerja, dan sapi laktasi
diduga berpengaruh
terhadap pendapatan
usaha sapi perah rakyat di
Kecamatan Cepogo
Kabupaten Boyolali.
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 6/30
4
II. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini sudah dilaksanakan mulai bulan Agustus - November
2010 di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Pengambilan
sampel untuk penelitian ini ditentukan secara purposive dengan
memperhatikan alasan bahwa daerah tersebut memiliki sentra produksi susu
dan jumlah populasi ternak sapi perah yang ada.
B. Desain Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survai ( survey
method) dimana usaha tani ternak sapi perah sebagai unit analisisnya.
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pra survai dan tahap survai.
Tahap pra survai dilakukan untuk menentukan lokasi penelitian dan
menentukan responden, sementara tahap survai bertujuan untuk mendapatkan
data primer dan sekunder melalui wawancara langsung dengan responden.
Penelitian survai merupakan penelitian yang mengambil sampel dari
satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data
yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1995).
C. Teknik Penentuan Sampel
Metode penentuan lokasi penelitian di Kecamatan Cepogo,
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 7/30
5
7
Kabupaten Boyolali ditentukan secara sengaja dengan lokasi penelitian di
tiga desa yaitu Jelok, Cepogo, dan Paras.
Metode pengambilan sampel peternak secara sengaja ( purposive
sampling ) yaitu dipilih peternak yang dikelompokkan sampel memiliki
ternak sapi perah minimal satu ekor sapi laktasi. Jumlah sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah 60 responden dengan pengambilan
secara proporsional.
Mardikanto (2001) cit . Satyawan (2006), pengambilan sampel bagi
masing-masing desa dilaksanakan secara proporsional dengan
menggunakan rumus:
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 8/30
60 x N
Nk Ni =
Keterangan :
Ni : Jumlah sampel peternak sapi perah pada desa ke-i.
Nk : Jumlah peternak sapi perah dari masing-masing desa.
N : Jumlah peternak sapi perah dari semua desa.
Tabel 1. Jumlah Responden
Nama DesaPemilik Ternak
(Nk)Responden
(Ni)
Jelok 506 29Cepogo 416 24Paras 133 7
Jumlah (N) 1055 60Sumber: data yang terolah tahun 2010.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan
responden dan menggunakan kuesioner tentang identitas peternak, biaya
faktor-faktor produksi, dan penerimaan usaha peternakan.2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kantor, instansi dalam hal ini
adalah Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali, Kecamatan Cepogo,
Kantor Kepala Desa dan UPT Pertanian Dinas Peternakan Cepogo
Kabupaten Boyolali seperti data peternak, profil peternak, gambaran
umum daerah penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Observasi lapangan, yaitu melakukan pengamatan langsung
terhadap lokasi atau daerah yang menjadi obyek lapangan.
2. Wawancara, yaitu mengadakan tatap muka langsung dengan
responden untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan
menggunakan kuesioner.
3. Pencatatan, yaitu metode pengumpulan data dengan mencatat
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 9/30
9
berbagai informasi yang dibutuhkan di kantor ataupun instansi
yang terkait.
F. Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
1. Tingkat pendapatan (π), adalah merupakan selisih antara penerimaan dengan
biaya total input tetap dan biaya tidak tetap.
2. Biaya pakan konsentrat (X1), adalah merupakan jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk membeli pakan konsentrat dalam satu masa usaha sapi
perah rakyat yang di normalkan dengan harga output.
3. Biaya pakan hijauan (X2), adalah merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan
untuk membeli pakan hijauan dalam satu masa usaha sapi perah rakyat
yang di normalkan dengan harga output.
4. Biaya obat (X3), adalah merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
membeli obat-obatan dalam satu masa usaha sapi perah rakyat yang di
normalkan dengan harga output.
5. Biaya tenaga kerja (X4), adalah biaya rata-rata tenaga kerja yang dikeluarkan
oleh peternak yang dinyatakan dalam rupiah per satu masa usaha sapi
perah rakyat dibagi dengan harga output, diukur dalam satuan rupiah.
6. Harga sapi perah (X5), adalah merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan
untuk membeli sapi perah dalam satu masa usaha sapi perah rakyat yang di
normalkan dengan harga output.
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Hipotesis Pertama
Analisis terhadap hipotesis pertama ini untuk mengetahui usaha
peternakan sapi perah di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali
menguntungkan berdasar tingkat pendapatan. Tujuan utama usaha secara
umum adalah memperoleh laba maksimal.
Soekartawi (2003) menyatakan bahwa kondisi usaha dapat
diketahui dengan mendiskripsikan seberapa besar tingkat penerimaan total
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 10/30
P = Py.Y – (Px1. X1+Px2. X2+Px3. X3+Px4. X4+Px5. X5)
dan biaya-biaya yang dikeluarkan dengan rumus sebagai berikut:
P = Pr.T – B
= Pr.T – (BT + BTT)
Keterangan :
P = Pendapatan
Pr.T = Penerimaan Total
BT = Biaya Tetap
BTT = Biaya Tidak Tetap
Biaya produksi adalah banyaknya input dikalikan harganya, maka
tingkat keuntungan dari usaha peternakan tersebut dapat dihitung sebagai
berikut:
Keterangan:
P = Pendapatan bersih
Py = Harga jual sapi perah dan pedet jantan (Rp)
Y = Produksi susu sapi perah (ltr/Rp) dan penjualan feses (Rp)
Px1 = Harga pakan konsentrat (Rp)
X1 = Jumlah pakan konsentrat (Kg)
Px2 = Harga pakan hijauan (Rp)
X2 = Jumlah pakan hijauan (Kg)
Px3 = Harga obat-obatan (Rp)
X3 = Jumlah obat-obatan (Set)
Px4 = Harga upah tenaga kerja ( Rp)
X4 = Jumlah tenaga kerja (JOK)
Px5 = Harga sapi perah (Rp)
X5 = Jumlah sapi perah (ekor)
Jika K < 0, maka usaha peternakan sapi perah tidak menguntungkan.
Jika K > 0, maka usaha peternakan sapi perah menguntungkan.
2. Analisis Hipotesis Kedua
Analisis hipotesis kedua diuji dengan menggunakan fungsi
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 11/30
11
keuntungan dengan teknik Unit Output Price (UOP) Cobb-Douglass
Profit Function (OUP-CDPF) melalui analisis regresi berganda.
Soekartawi (2003) menyatakan bahwa fungsi Cobb-Douglass
adalah suatu fungsi atau persamaaan yang melibatkan dua atau lebih
variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel terikat yang
dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel bebas yang menjelaskan (x).
Secara matematis, fungsi Cobb-Douglass dapat dituliskan sebagai
berikut:
Log π = log A + b1logX1 + b2logX2 + b3logX3 + b4logX4 + b5logX5 + e
Keterangan :
π = Tingkat pendapatan (Rp/tahun) X4 = Biaya tenaga kerja
A = intersep X5 = Harga sapi perah
X1 = Biaya pakan konsentrat bi = Koefisien regresi (i = 1-5)
X2 = Biaya pakan hijauan e = kesalahan pengganggu
X3 = Biaya obat-obatan
Setelah didapat koefisien dari masing-masing variabel, selanjutnyadilakukan uji asumsi klasik untuk menguji apakah model penelitian ini
dapat digunakan atau tidak sehingga akan menghasilkan koefisien regresi
yang tidak bias, dan uji statistik yang menentukan tingkat signifikan. Uji
yang digunakan adalah:
a. Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini menghitung koefisien regresi menggunakan
metode kuadrat terkecil (OLS = Ordinary least Square), Gujarati(1999) menyatakan bahwa untuk melihat apakah regresi bermasalah
atau tidak serta menghasilkan koefisien regresi yang tidak bias harus
dipenuhi beberapa asumsi klasik yaitu multikolinieritas dan
heterokedastisitas.
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 12/30
b. Uji statistik
1) Uji F (Fisher Test)
Digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat secara signifikan atau tidak.
Adapun prosedurnya menurut Gomes (1995) sebagai berikut.
a) Menentukan F hitung
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 13/30
13
F hitung =1)-K -(N/)R -(1
/K R 2
2
Keterangan :
R 2 : koefisien determinasi
N : jumlah data perlakuan
K : jumlah peubah
2) R 2 ( Koefisien Determinasi)
R 2 digunakan untuk menunjukkan seberapa besar variansi
variabel bebas yang dapat dijelaskan oleh variansi dari variabel terikat. Nilai R 2 dapat dihitung (Gomes, 1995) dengan rumus sebagai berikut :
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 14/30
R 2 = JKTotal
RegresiJK
3) Uji t
Uji t digunakan untuk menguji signifikan pengaruh masing-
masing bebas. Langkah - langkahnya menurut Sudjana (1996) sebagai
berbagai berikut:
a) Rumus
t hitung = biSe(bi)
Keterangan :
bi : koefisien regresi i ( 1-5)
Se (bi) : standar eror dari bi
b) Nilai t tabel
tα (N – K)
2Keterangan :α : derajat signifikan
N : Jumlah data diobservasi
K : Jumlah peubah dalam model termasuk intersep
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 15/30
15
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari 19 Kecamatan dan 267
Desa/Kelurahan. Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah lebih kurang
101.510.096,5 ha atau kurang dari 4,5% luas Propinsi Jawa Tengah. Wilayah
Boyolali terletak antara 1100 22’ BT - 110050’ BT dan 7036’ LS - 7071’LS
dengan ketinggian antara 100-1.500 m dpl.
Wilayah Kabupaten Boyolali pada sebelah Timur dan Selatan
merupakan daerah dataran rendah, sedangkan wilayah pada Sebelah Utara dan
Barat merupakan daerah pegunungan. Kabupaten Boyolali berbatasan dengan:
Sebelah Utara: berbatasan dengan wilayah Kabupaten Semarang dan
Kabupaten Grobogan.
Sebelah Timur: berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sragen,
Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta, dan Kabupaten Sukoharjo.
Sebelah Selatan: berbatasan dengan wilayah Kabupaten Klaten dan
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 16/30
12
D.I.Yogyakarta.
Sebelah Barat: berbatasan dengan wilayah Kabupaten Magelang dan
Kabupaten Semarang.
Daerah yang digunakan sebagai penelitian yaitu Kecamatan Cepogo
berbatasan dengan : sebelah Utara Kecamatan Ampel, sebelah Timur
Kabupaten Boyolali, sebelah Selatan Kecamatan Musuk dan sebelah Barat
Kecamatan Selo (Dinas Peternakan Kabupaten Boyolali, 2008).
Kecamatan Cepogo memiliki luas lahan 5.299.800 ha yang terdiri dari
lahan pertanian/sawah seluas 55,8 ha; tanah tegal/ladang seluas 3.118,6 ha;
padang rumput 55,5 ha lainnya 357 ha dan sisanya lahan kosong dan lahan
perkebunan.
B. Karakteristik Peternak Sapi Perah
Tabel 2. Karakteristik Peternak Sapi Perah
Karakteristik Jumlah Responden(n= 60)
Persentase (%)
a. Umur (tahun)25-40 5 8,341-60 48 80> 61 7 11,7
b. Pendidikan FormalTamat SD 41 68,3Tamat SMP 8 13,3Tamat SMA 10 16,7
Perguruan Tinggi 1 1,7Tidak sekolah 0 0c. Pekerjaan utama
Petani ternak 42 70Buruh tani 8 13,3Pedagang, lainnya 10 16,7
d. Pengalaman beternak 1-10 tahun 11 18,311-20 tahun 32 53,3> 20 tahun 17 28,3Sumber: data primer terolah tahun 2010.
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 17/30
17
Karakteristik responden peternak bedasarkan umur, pendidikan,
pengalaman beternak dan pekerjaan. Pada tabel 2 menunjukkan bahwa umur
peternak sebagian besar masih produktif yaitu umur 41-60 tahun (80,0%).
Siregar (2009) mengemukakan dalam penelitiannya, faktor umur tidak
mendorong peternak dalam usaha mengembangkan ternak sapi perahnya.
Chamdi (2003) menyatakan bahwa, faktor umur biasanya diidentikkan dengan
produktivitas kerja, dan jika tergolong usia produktif ada kecenderungan
produktivitasnya juga tinggi. Tingkat pendidikan SD adalah yang terbesar
yaitu mencapai 68,3%, sedangkan tingkat pendidikan perguruan tinggi hanya
mencapai 1,7%. Mata pencaharian sebagai petani ternak (70%), buruh tani
(13,3%), dan pedagang/lainnya (16,7%). Sesuai dengan penelitian Siregar
(2009) peternak yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi seharusnya
dapat meningkatkan pendapatannya namun tidak demikian dilapangan yang
pada umumnya peternak tergolong berpendidikan rendah.
C. Sistem Pemeliharaan Sapi Perah
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa jarak kandang dari
rumah peternak kira-kira 1 - 5 m. Sistem pemeliharaan sapi perah dilakukan
dengan cara dikandangkan. Peternak sapi perah di lokasi penelitian belum
memiliki standar yang jelas dalam mengatur pola pakan ternak, hanya
berdasarkan kira-kira atau hanya kebiasaan dan tidak didasarkan kebutuhan
ternak. Banyaknya pemberian pakan serta mutu pakan merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dan berpengaruh terhadap jumlah produksi dan
kualitas susu (Soetarno,2003).
Hasil penelitian hanya menggunakan perhitungan dengan jumlah
pemeliharaan rata-rata 3,4 ekor sapi perah laktasi atau produktif. Pakan
hijauan yang diberikan berasal dari lahan milik sendiri berupa tegalan atau
pekarangan. Jenis hijauan yang diberikan antara lain rumput Gajah
( Penisetum hibrida), rumput Kolonjono ( Panicum muticum), rumput
lapangan, sedangkan pakan konsentrat berupa konsentrat tambahan,
gandum/wheat bran, ubi kayu, bekatul, ampas tahu, dan sisa limbah hasil
pertanian. Peternak akan membeli pakan hijauan seperti rumput jika pada saat
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 18/30
terjadi musim kering atau kekurangan persediaan pakan hijauan. Menurut Adi
Sudono, et al (2004) cit. Putranto (2006) standar pemberian pakan hijauan
untuk sapi perah per ekor 50 kg/hari, pakan tambahan/konsentrat 6 kg/hari,
ampas tahu 3 kg/hari, tenaga kerja 8 jam/hari.
Masa pemeliharaan yang umum di lakukan di lokasi penelitian hingga
umur laktasi ke 3 - 5. Rata-rata per ekor sapi laktasi dapat memproduksi susu
sekitar diatas 10 liter. Penjualan pedet di lokasi penelitian lebih diutamakan
pada pedet jantan karena peternak tidak suka memelihara pedet jantan karena
akan lebih banyak memakan biaya pemeliharaan. Harga satu ekor pedet
sekitar Rp. 1.500.000,00 sampai Rp. 2.000.000,00 tergantung pada kondisi
pedet, baik dilihat dari penampakan dan performa pedet itu sendiri. Rata-rata
pedet yang dijual adalah pedet yang berumur 3 - 4 bulan atau pada saat pedet
tidak lagi menyusu induknya.
Penjualan induk juga merupakan salah satu penerimaan pada usaha
ternak perah. Penerimaan penjualan induk tidak dapat secara teratur setiap
tahunnya karena menunggu pedet menjadi besar dan beranak kembali.
Berdasarkan perhitungan dari data penelitian, maka dapat diasumsikan bahwa
seekor sapi betina dapat dijual setelah CI dan S/C sebesar rata-rata CI 13,03
bulan dan S/C adalah 1,57. Pudiarifinanto (2006) mengemukakan dalam
penelitiannya bahwa penerimaan penjualan induk tidak langsung diterima oleh
peternak menunggu anak/pedet lahir hingga lepas sapih.
Penjualan feses sapi merupakan salah satu hasil produk samping dari
usaha peternakan sapi perah. Feses sapi perah yang dapat dimanfaatkan dan
diolah untuk dijadikan pupuk serta biogas. Peternak memanfaatkan feses
dengan cara dijual per rit Rp. 200.000,00 dengan asumsi penjualan feses
dihitung empat kali selama satu tahun dengan penerimaan rata-rata sebesar
Rp. 800.000,00/tahun.
Tenaga kerja yang digunakan oleh peternak biasanya dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga
kerja non keluarga atau upahan. Dalam penelitian ini pekerja kandang tetap
diasumsikan terbayar oleh peternak secara harian yang umumnya
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 19/30
19
mengeluarkan biaya sebesar Rp 15.000 per hari/orang.
Penyakit yang dapat menyerang pada induk adalah mastitis jika dalam
hal pada saat dilakukan pemerahan tidak dijaga kebersihan di sekitar ambing
dan proses pemerahan yang salah, tetapi penyakit yang menyerang pada sapi
perah di lokasi penelitian jarang terjadi. Biaya rata-rata obat-obatan dalam
pemeliharaan diasumsikan selama satu tahun sebesar Rp. 102.000,00/tahun.
D. Analisis Data
1. Analisis Pendapatan Usaha Peternak Sapi Perah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor produksi berpengaruhterhadap pendapatan usaha peternakan sapi perah. Kondisi ini dapat
diketahui dengan mendiskripsikan besarnya penerimaan total dan biaya
yang dikeluarkan.
Tabel 3. Analisis Usaha Sapi Perah Dengan Rata-Rata Skala Usaha 3,4ekor laktasi/tahunKriteria Biaya Harga Satuan
rata-rata (Rp)Jumlah (Rp)
a. Biaya tetap
Tenaga kerja (X4) 15.000 1.260.000 b. Biaya variabel
Pakan konsentrat (X1) 2424,167 9.909.600Pakan hijauan (X2) 250 2.416.500Obat (X3) 6.958,33 102.000Pembelian sapi perah (X5) 9.708.333 33.0808.333
c. Penerimaan (Y)Produksi susu 2850 19.532.475Penjualan pedet 2.651.666,67 9.015.666,67Penjualan induk 7.891.666,7 27.050.000Penjualan feses 200.000 800.000Pendapatan kotor (c) 56.398.141,67Total biaya (a+b) 46.696.433,33Pendapatan bersih/tahun 9.701.708,33Pendapatan bersih/bulan 808.475,694c/(a+b) = 1,21 atau K > 0Sumber : data primer terolah tahun 2010.
Perhitungan pada tabel 3 menunjukkan total dari pengeluaran yang
berasal dari biaya tetap yaitu biaya tenaga kerja sebesar Rp.15.000,00 per
hari ditambah dengan biaya variabel yaitu biaya pakan konsentrat rata-rata
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 20/30
sebesar Rp. 9.909.600,00 per 3,4 skala rata-rata kepemilikan per peternak,
pakan hijauan rata-rata sebesar Rp. 2.416.500,00 per 3,4 skala kepemilikan
per peternak, obat-obatan rata-rata sebesar Rp. 102.000,00 dan pembelian
sapi perah dengan harga rata-rata Rp. 9.708.333,00. Total biaya sebesar
Rp. 46.696.433,33. Usaha ternak sapi perah dengan jumlah pemeliharaan
rata-rata 3,4 ekor sapi perah laktasi dapat memperoleh pendapatan kotor
rata-rata sebesar Rp. 56.398.141,67/tahun dari hasil penjualan susu,
penjualan pedet, penjualan induk dan penjualan feses dan mendapatkan
pendapatan bersih rata-rata selama satu tahun sebesar Rp. 9.701.708,33
atau Rp. 808.475,694/bulan dan K > 0 yang artinya usaha ternak sapi
perah di lokasi penelitian menguntungkan dan bisa dipertahankan sebagai
sumber pendapatan dalam kesejahteraan peternak.
2. Analisis Regresi Berganda
Analisis kedua diuji dengan menggunakan fungsi keuntungan
dengan teknik Unit Output Price (UOP) Cobb- Douglas Profit Function
(OUP-CDPF) melalui analisis regresi linier berganda dengan
menggunakan program analisis SPSS 16. Sehingga diperoleh hasil regresi
linier ganda sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Analisa Regresi Linier BergandaVariabel Β t hitung Prob(α=0,
05)Biaya konsentrat (X1) 0,076 1,372 0,176Biaya hijauan (X2) 0,093 1,030 0,308
Biaya obat (X3) 0,015 0,278 0,782Biaya tenaga kerja (X4) - 0,004 - 0,614 0,542Harga sapi perah (X5) 0,829 8,976 0,000Konstanta 0,275F hitung 39,309Adjust R 2 0,765R square (R 2) 0,784r 0,886Variabel terikat = Y (pendapatan usaha)Sumber : data primer terolah tahun 2010.
Persamaan regresi linier berganda :
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 21/30
21
Ŷ = 0,275 + 0,076X1 + 0,093X2 + 0,015X3 – 0,004X4 + 0,829X5
Persamaan regresi linier berganda, konstanta menunjukkan angka
sebesar 0,275 yang berarti bahwa variabel biaya konsentrat (X1), biaya
hijauan (X2), biaya obat (X3), biaya tenaga kerja (X4) dan harga sapi perah
(X5) sama dengan nol, maka nilai pendapatan usaha peternak sapi perah
(Y) akan terjadi peningkatan sebesar 0,275.
Selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik untuk menguji penelitian
ini dapat digunakan atau tidak sehingga akan menghasilkan koefisien
regresi yang tidak bias, dan uji statistik yang menentukan tingkatsignifikan.
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Asumsi Klasik MultikolinieritasTabel 5. Multikolinieritas Pearson Correlation
Y X1 X2 X3 X4 X5
Y 1,000 0,224 0,140 0,355 0,620 0,877X1 0,224 1,000 0,082 0,210 0,025 0,141X2 0,140 0,082 1,000 0,024 0,126 0,082X3 0,355 0,210 0,024 1.000 0,227 0,367X4 0,620 0,025 0,126 0,227 1.000 0,742X5 0,877 0,141 0,082 0,367 0,742 1.000
Sumber: data primer terolah tahun 2010.Hasil penelitian menunjukkan bahwa antar variabel tidak terjadi
multikolinieritas karena koefisien korelasi antar variabel bebas lebih
kecil dari 0,60 (r < 0,60). Gujarati (1999) menyatakan bahwa, tidak
terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas
lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r < 0,60).
2) Uji Asumsi Klasik Heterokedastisitas
Hasil analisis penelitian tidak terjadi heterokedastisitas karena
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 22/30
residualnya mempunyai varians yang sama sehingga terjadi
homokedastisitas.
Gambar 1. Scatterplot antara ZPRED dan SRESID
Homoskedastisitas terjadi pada scatterplot titik – titik hasil
pengolahan data antara ZPRED diperoleh nilai minimum -1.423 dan
nilai maksimum 3.725 sedangkan SRESID diperoleh nilai minimum
-1.680 dan nilai maksimum 3.939 menyebar dibawah ataupun diatas
titik origin (angka 0) pada sumbu Y tidak mempunyai pola yang teratur.
b. Uji Statistik
1) Uji F (Fisher test)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel faktor
produksi terhadap pendapatan usaha peternak sapi perah. Hasil analisis
data yang diolah menggunakan program analisis SPSS 16.
Tabel 6. Anova Hasil Data.
Sv df KT F hitung 0,05 0,01JkR 1,418 5 0,284 39,309 2,386 3,377JkE 0,390 54 0,007Total 1,708 59
Sumber : data primer terolah tahun 2010.
Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa F hitung sebesar
39,309 > F tabel sebesar 2, 386 yang berarti bahwa pada taraf
nyata α = 0,05 variabel faktor biaya konsentrat (X1), biaya
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 23/30
23
pakan hijauan (X2), biaya obat (X3), biaya tenaga kerja (X4) dan harga
sapi perah (X5) secara bersama-sama mempunyai pengaruh
terhadap pendapatan usaha peternak sapi perah (Y)
dapat diterima atau teruji pada taraf α = 0,05.
Diperlukan uji lanjut jika probabilitas < α maka variabel
bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat, dengan demikian hipotesis
pertama teruji secara statistik.
2) Uji R 2
Hasil analisis penelitian dan perhitungan menggunakan program
analisis SPSS 16 diperoleh R square (R 2) = 0,784 berarti hanya 78,4%
variabel terikat dapat diterangkan oleh fungsi linier variabel bebas yang
ditentukan. Hal ini berarti variabel-variabel dalam penelitian dapat
mempengaruhi secara dominan, sedangkan sisanya sebesar 31,6% dari
variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh regresi.
3) Uji tPengujian lanjut dari uji F menggunakan uji t dalam penelitian ini
melihat besarnya masing-masing nilai t hitung dari variabel bebas
seperti pada tabel sebagai berikut :
Tabel 7. Hasil Uji t hitung dengan Taraf Signifikan (α = 5%)Variabel t hitung t tabel KeteranganBiaya konsentrat (X1) 1,372 2,0049 Tidak signifikanBiaya hijauan (X2) 1,030 2,0049 Tidak signifikanBiaya obat (X3) 0,278 2,0049 Tidak signifikan
Biaya tenaga kerja (X4) -0,614 2,0049 Tidak signifikanHarga sapi perah (X5) 8,976 2,0049 Signifikan
Sumber: data primer terolah 2010.
Hasil uji t pada tabel 7 dapat diketahui hasil koefisien t hitung
menunjukkan bahwa:
1. Variabel biaya pakan konsentrat (X1) mempunyai
nilai t hitung 1,372 < t tabel 2,0049 atau dapat
diartikan biaya pakan konsentrat (X1) tidak
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 24/30
berpengaruh terhadap pendapatan usaha peternak sapi
perah (Y). Hasil analisis t hitung variabel biaya pakan
konsentrat (X1) tidak signifikan artinya adanya
variabel ini menunjukkan bahwa pembiayaan dalam
pembelian pakan konsentrat kurang dominan
disebabkan pakan konsentrat yang diberikan oleh
peternak ke ternak sebagian besar berasal dari kebun
sendiri seperti ubi kayu dan juga ampas sisa hasil
limbah pertanian/produksi seperti ampas tahu,onggok. Selain itu, diberikan pakan konsentrat
tambahan dari pabrik hanya sebagian kecil sesuai
dengan penelitian Siregar (2009) hanya ada sebagian
kecil peternak memberikan pakan konsentrat
tambahan karena harganya yang relatif mahal
sehingga peternak mengurangi biaya konsentrat dan
dalam pemberian pakan hanya dikira-kira atau sesuai
kebiasaan tidak sesuai dengan kebutuhan ternak yang
dipelihara.
2. Variabel biaya pakan hijauan (X2) mempunyai t
hitung 1,030 < t tabel 2,0049 atau dapat diartikan
biaya pakan hijauan (X2) tidak berpengaruh terhadap
pendapatan usaha peternak sapi perah (Y). Hasil
analisis t hitung variabel biaya pakan hijauan (X2)tidak signifikan artinya adanya variabel ini
menunjukkan bahwa pembiayaan dalam pembelian
pakan hijauan kurang dominan disebabkan pembelian
pakan hijauan hanya pada saat musim kering atau
pakan hijauan berkurang. Sesuai dengan Siregar
(2009) pakan hijauan yang diberikan untuk pakan
ternak sapi perah berasal dari lahan sendiri baik dari
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 25/30
25
tegalan atau pekarangan.
3. Variabel biaya obat (X3) mempunyai t hitung 0,278 <
t tabel 2,0049 atau dapat diartikan biaya obat (X3)
tidak berpengaruh terhadap pendapatan usaha
peternak sapi perah (Y). Hasil analisis t hitung
variabel biaya obat (X3) tidak signifikan artinya
adanya variabel ini menunjukkan bahwa pembiayaan
dalam pembelian obat kurang dominan disebabkan
dalam penelitian ini tidak didapatkan masalah penyakit yang serius yang menyerang ternak sapi
perah yaitu mastitis pada saat pemerahan. Menurut
Siregar (2009), apabila ternak sakit pertama kali yang
dilakukan peternak memberikan pengobatan
tradisional dengan ramuan alami.
4. Variabel biaya tenaga kerja (X4) mempunyai t hitung
-0,614 < t tabel 2,0049 atau dapat diartikan biayatenaga kerja (X4) tidak berpengaruh terhadap
pendapatan usaha peternak sapi perah (Y). Hasil
analisis t hitung variabel biaya tenaga kerja (X4) tidak
signifikan artinya adanya variabel ini menunjukkan
bahwa pembiayaan tenaga kerja kurang dominan
disebabkan sebagian besar peternak yang
mengusahakan ternak < 3 ekor menggunakan tenagakerja yang berasal dari kelurga sendiri. Sedangkan,
peternak yang mengusahakan ternaknya > 3 ekor
membutuhkan tenaga kerja sewa untuk mengurus
ternak, memerah sapi dan juga mengambil rumput.
Menurut Siregar (2009), penambahan jumlah tenaga
kerja menyebabkan penurunan tingkat pendapatan
namun tidak berpengaruh signifikan terhadap
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 26/30
pendapatan peternak.
5. Variabel harga sapi perah (X5) mempunyai t hitung
8,976 > t tabel 2,0049 atau dapat diartikan harga sapi
perah (X5) berpengaruh terhadap pendapatan usaha
peternak sapi perah (Y). Hasil analisis t hitung
variabel harga sapi perah (X5) signifikan dan
dominan, hal ini disebabkan pembiayaan untuk
pembelian sapi perah yang baru untuk menggantikan
sapi perah yang sudah tidak produktif atau afkir untuk menghasilkan susu.
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 27/30
27
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Usaha ternak sapi perah di lokasi penelitian menguntungkan dan
bisa dipertahankan sebagai sumber pendapatan dalam
kesejahteraan peternak.
2. Variabel faktor-faktor produksi yang diduga mempengaruhi
pendapatan usaha peternak sapi perah ternyata hanya satu
variabel faktor produksi yang bermakna yaitu harga sapi perah
laktasi berpengaruh terhadap pendapatan usaha peternak sapi
perah. Hal ini berarti pembelian sapi perah laktasi yang baru
untuk menggantikan sapi perah yang tidak produkif lagi atau
afkir.
B. Saran
Hasil analisis penelitian dan kesimpulan diatas saran yang dapat
disampaikan adalah dalam penelitian ini variabel biaya biaya konsentrat (X1),
biaya pakan hijauan (X2), biaya obat (X3), biaya tenaga kerja (X4) tidak berpengaruh terhadap pendapatan usaha peternak sapi perah. Meskipun begitu,
usaha ternak sapi perah di lokasi penelitian bisa dipertahankan sebagai sumber
pendapatan dalam kesejahteraan peternak.
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 28/30
23
DAFTAR PUSTAKA
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 29/30
24
29
Anonimous, 2010. Konsumsi Susu Nasional Sangat Rendah. www.kompas.com.Diakses pada tanggal 7 Juli 2010. Surakarta.
Chamdi, A.N., 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing DiKecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Bogor 29-30 September 2003.Bogor. Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.
Dinas Peternakan dan Perikanan. 2009. Data Statistik . Kabupaten Boyolali.
Gomes, K.A. dan Arturo A.G. 1995. Prosedur Statistik untuk Pertanian.Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Gujarati, D., 1999. Basic Econometrics.Penerbit PT Erlangga. Jakarta.
Krisna, R. dan Endjang Manshur, 2006. Tingkat Pemilikan Sapi (Skala Usaha)Peternakan Dan Hubungannya Dengan Keuntungan Usaha Tani Ternak Pada Kelompok Tani Ternak Sapi Perah Di Desa Tajur Halang Bogor.
Jurnal Penyuluhan Pertanian. Jurusan Penyuluhan Peternakan STPPBogor .
Mukhtar, A., 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah. UNS Pers. Surakarta.
Priyono, 2008. Studi Keterkaitan Antara Ikatan Sosial Dengan Pendapatan danEfisiensi Ekonomi Usaha Ternak Sapi Potong di Kabupaten Banjarnegara.Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Soedirman. Purwokerto.
Pudiarifinanto, M.R., 2006. Analisis Finansial Usaha Tani Ternak Sapi Perah
Berdasarkan Pola Usaha di Desa Glagaharjo Kecamatan CangkringanKabupaten Sleman. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Putranto, E.H., 2006. Analisis Keuntungan Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat DiJawa Tengah. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.Semarang.
Satyawan, H., 2006. Hubungan Faktor-faktor Intrinsik dan Ekstrinsik Petanidengan Motivasi Petani dalam Usaha Budidaya Ikan Bandeng (Chanos-
chanos Forsk) Di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Skripsi. FakultasPertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Singarimbun, M dan Effendi, S., 1995. Metode Penelitian Survai. LP3EI. Jakarta.
Siregar, S.A., 2009. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di KecamatanStabat Kecamatan Langkat. Skripsi. Fakultas Pertanian UniversitasSumatera Utara. Medan.
Soedjana, T., 2005. Prevelensi Usaha Ternak Tradisional Dalam Prespektif Peningkatan Produksi Ternak Nasional. Jurnal Litbang Pertanian. BalaiPenelitian Ternak, Kotak Pos 221, Bogor 16002.
Soekartawi, 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani
Kecil . K Press, Jakarta.
, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
5/8/2018 Makalah Semhas Nu - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-semhas-nu 30/30
, 2003. Teori Ekonomi Produksi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soetarno,T., 2003. Manajemen Budidaya Sapi Perah. Edisi Khusus KenanganPurna Tugas 03 September 2003 Laboratorium Ternak Sapi Perah FakultasPeternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sudjana, 1996. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. PenerbitTarsito. Bandung.
Sunyoto, D., 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Media Pressindo.Yogyakarta.