hubungan antara xerostomia dengan

55
HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN COATED TONGUE PADA LANSIA DI PUSKESMAS MEDAN JOHOR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: RONA TSURAYYA SINAGA NIM: 150600094 Pembimbing: Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

COATED TONGUE PADA LANSIA DI PUSKESMAS

MEDAN JOHOR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

RONA TSURAYYA SINAGA

NIM: 150600094

Pembimbing:

Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

Page 2: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

Rona Tsurayya Sinaga,

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut

Tahun 2020

Hubungan antara Xerostomia dengan Coated Tongue pada Lansia di Puskesmas

Medan Johor

viii + 42 Halaman.

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, pada lansia

terjadi proses penuaan. Proses penuaan dapat menyebabkan perubahan pada rongga mulut

lansia salah satunya adalah xerostomia. Xerostomia menyebabkan mukosa mulut menjadi

kering dan mudah mengalami iritasi karena tidak adanya daya lubrikasi dan proteksi dari

saliva. Keadaan ini dapat menimbulkan coated tongue. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui hubungan antara xerostomia dengan coated tongue pada lansia. Jenis penelitian

ini merupakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional dengan melibatkan 41

lansia yang berkunjung ke Puskesmas Medan Johor. Pemilihan sampel pada penelitian ini

dengan menggunakan teknik non probability purposive sampling. Pengumpulan data

dilakukan di ruangan poli gigi, langkah pertama yaiu subjek yang sesuai dengan kriteria

inklusi diberitahu tentang tujuan penelitian dan diminta untuk menandatangani informed

consent. Kemudian peneliti membagikan kuisioner Fox untuk mendiagnosis xerostomia.

Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lidah untuk mengetahui ada atau tidaknya coated tongue.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa xerostomia lebih tinggi pada perempuan, sedangkan coated tongue

lebih banyak dialami oleh laki-laki. Berdasarkan kelompok usia, xerostomia dan coated

tongue terbanyak dialami oleh lansia berusia 60-74 tahun. Hasil uji statistik menunjukkan

nilai p=0,008 untuk hubungan antara xerostomia dengan coated tongue pada lansia. Dengan

demikian, dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara xerostomia dengan

coated tongue pada lansia di Puskesmas Medan Johor.

Daftar Rujukan: 38 (1988-2019)

Page 3: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

Di hadapan tim penguji

Medan, 3 November 2020

Pembimbing Tanda tangan

Sayuti Hasibuan, drg., Sp. PM ........................................

NIP : 19700915199701 1 001

Page 4: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 3 November 2020

TIM PENGUJI

Ketua : Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM

Anggota : 1. Nurdiana, drg., Sp.PM

2. Aida Fadhilla Darwis, drg., MDSc

Page 5: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih

yang setulus-tulusnya kepada ayahanda H. Dahlan Sinaga dan ibunda tercinta Hj. Irwada

Zulfa Lubis yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang, do’a, nasihat, semangat

dan dukungan yang tak henti-hentinya kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak. Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara.

2. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM., dosen pembimbing dan selaku Ketua Departemen

Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah

banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Darmayanti Siregar, drg., M.KM selaku dosen penasihat akademik yang telah

memberikan nasihat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara.

4. Tim dosen penguji saya Nurdiana, drg., Sp. PM dan Aida Fadhilla Darwis, drg.,

MDsc dan staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara atas segala masukan dan saran yang telah diberikan sehingga

skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang

telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalani masa

pendidikan.

6. Kepala Puskesmas Medan Johor yang telah memberikan izin penelitian kepada

v

Page 6: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

penulis.

7. Seluruh pasien di Puskesmas Medan Johor yang telah bersedia menjadi subjek

penelitian penulis.

8. Kepada sahabat-sahabat saya yaitu Elma, Christa, Mia, Elisa dan Ega yang selalu

memberikan dukungan, meluangkan waktu, pikiran, masukan dan semangat kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh teman seperjuangan skripsi di Departemen Ilmu Penyakit Mulut yaitu Indah,

Dini, Angga, Munifa, Meuthia dan Felicia yang telah memberikan saran dan dukungan

kepada penulis.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar ini. Akhir

kata dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun

untuk kesempurnaan penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan

pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Akhirnya tiada lagi yang dapat penulis ucapkan selain ucapan syukur sedalam-

dalamnya, semoga Allah SWT memberi ridho-Nya kepada kita semua.

Medan, November 2020

Penulis,

Rona Tsurayya Sinaga

NIM: 150600094

vi

Page 7: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ x

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3

1.4 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4

2.1 Lansia ......................................................................................................... 4 2.1.1 Definisi Lansia. ....................................................................................... 4

2.1.2 Kelainan Rongga Mulut Pada Lansia. ..................................................... 4

2.2 Xerostomia ................................................................................................. 5

2.2.1 Definisi .................................................................................................... 5

2.2.2 Etiologi .................................................................................................... 5

2.2.3 Dampak. .................................................................................................. 5

2.2.4 Diagnosis. ................................................................................................ 7

2.3 Coated Tongue ........................................................................................... 9

2.3.1 Definisi .................................................................................................... 9

2.3.2 Etiologi .................................................................................................... 9

2.3.3 Gambaran Klinis. .................................................................................. 10

2.3.4 Diagnosa banding. ................................................................................. 11

2.4 Hubungan antara xerostomia dengan coated tongue pada lansia ............. 11

2.5 Kerangka Teori ......................................................................................... 13

2.6 Kerangka Konsep. .................................................................................... 14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 15

3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 15

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 15

vii

3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................................... 15

Page 8: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................................... 15

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 15

3.4.1 Kriteria Inklusi ...................................................................................... 16

3.4.2 Kriteria Ekslusi ...................................................................................... 16

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ........................................................... 17

3.6 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 18

3.6.1 Alat ........................................................................................................ 18

3.6.2 Bahan ..................................................................................................... 19

3.7 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 19

3.8 Pengolahan dan Analisa Data ................................................................... 19

3.8.1 Data Univariat. ...................................................................................... 19

3.8.2 Data Bivariat.......................................................................................... 20

3.9 Etika Penelitian......................................................................................... 20

BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................................... 21

4.1 Distribusi dan frekuensi lansia xerostomia berdasarkan jenis

kelamin. ................................................................................................... 21

4.2 Distribusi dan frekuensi lansia xerostomia berdasarkan jenis kelamin

.............................................................................................................. 22

4.3 Distribusi dan frekuensi lansia dengan coated tongue berdasarkan jenis

kelamin .................................................................................................... 22

4.4 Distribusi dan frekuensi lansia dengan coated tongue berdasarkan

umur. ....................................................................................................... 22

4.5 Prevalensi coated tongue pada lansia ...................................................... 23

4.6 Hubungan antara xerostomia dengan coated tongue pada lansia ............. 23

BAB 5 PEMBAHASAN ............................................................................................ 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 27

6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 27

6.2 Saran ......................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 28

LAMPIRAN

viii

Page 9: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Coated tongue .................................................................................. 11

ix

Page 10: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kuisioner xerostomia ................................................................................... 7

2. Distribusi dan frekuensi lansia xerostomia berdasarkan jenis

kelamin ....................................................................................................... 21

3. Distribusi dan frekuensi lansia xerostomia berdasarkan umur................... 21

4. Distribusi dan frekuensi lansia dengan coated tongue berdasarkan

jenis kelamin. ............................................................................................. 22

5. Prevalensi coated tongue pada lansia ......................................................... 23

6. Hubungan antara xerostomia dengan coated tongue pada

lansia .......................................................................................................... 23

x

Page 11: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

3. Rekam Medik

4. Ethical clearance

5. Surat izin penelitian

6. Foto sampel penelitian

7. Rincian biaya penelitian

8. Hasil uji statistika

xi

Page 12: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Pada lansia

terjadi proses penuaan. Menua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan proses

yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif yang meliputi proses

menurunnya daya tahan tubuh menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.1

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2017), terdapat 23,66 jiwa penduduk lansia di

Indonesia (9,03%). Berdasarkan prediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08

juta), tahun 2025 (33,69 juta) tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta).2

Menurut Badan Pusat Statistik Sumut (2016) penduduk lansia di Medan sudah lebih

dari 6% populasi.3 Seiring bertambahnya usia, pada lansia juga terjadi beberapa

perubahan terhadap keadaan rongga mulutnya yaitu kehilangan gigi, xerostomia, dan

sebagainya.4

Xerostomia adalah keluhan subyektif terhadap mulut kering. Terdapat beberapa

faktor yang menyebabkan xerostomia seperti faktor fisiologis dan faktor patologis.

Faktor fisiologis dari xerostomia dapat berupa berolahraga, berbicara terlalu lama dan

usia. Faktor patologis terdiri dari merokok yang berlebihan, adanya penyakit atau

gangguan lokal pada kelenjar saliva, faktor-faktor sistemik yang mempengaruhi

fungsi kelenjar saliva, efek samping obat-obatan dan faktor psikis.5 Berdasarkan

penelitan Tawas, dkk., (2018), menemukan dari 35 subjek penelitiannya terdapat 30

orang (85,7%) yang menderita xerostomia.7 Xerostomia sangat berdampak pada

kehidupan penderitanya seperti gangguan mengunyah, gangguan bicara, gangguan

pengecapan dan kelainan lidah. Salah satu kelainan lidah yang timbul karena

xerostomia adalah coated tongue.8

Coated tongue adalah keadaan dimana permukaan dorsal lidah ditutupi selaput

berwarna putih atau berwarna lain yang merupakan tumpukan dari debris, sisa-sisa

makanan dan mikroorganisme.9 Beberapa faktor yang dapat menyebabkan coated

Page 13: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

2

tongue yaitu penggunaan obat-obatan baik lokal maupun sistemik, merokok,

edentulus, diet makanan lunak, oral hygiene buruk dan xerostomia.10

Menurut

Motallebnejad, dkk., (2008) pada penelitiannya di Iran menemukan bahwa coated

tongue merupakan kelainan lidah yang paling banyak ditemui dibanding kelainan

lidah lainnya yaitu sebesar 13,4 %.11

Aji, dkk., (2010) pada penelitiannya di Rumah

Sakit Cipto Mangunkusumo menemukan bahwa coated tongue merupakan kelainan

lidah yang paling banya ditemui yaitu sekitar 50%.12

Omor, dkk., (2015) dalam

penelitiannya tentang prevalensi dan faktor yang berhubungan dengan coated tongue

di Yordania menemukan sebesar 129 orang (36,5%) dari 353 subjek menderita coated

tongue.13

Nuraneny, dkk., (2016) pada penelitiannya tentang profil lesi mulut pada

kelompok lansia di Panti Sosial Tresna Wedha Senjarawi Bandung mengungkapkan

bahwa kelainan lidah yang paling banyak adalah coated tongue sebanyak 11 orang

(55%).14

Menurut Van Tornout (2012), laju aliran saliva adalah salah satu kunci yang

menyebabkan coated tongue, dan biasanya terjadi pada lansia. Pasien lansia lebih

rentan menderita coated tongue karena pola makannya yang lebih sering

mengonsumsi makanan lunak, penurunan pembersihan alami pada lidah, sulit

menjaga kebersihan rongga mulut, serta penurunan laju aliran saliva. Souza, dkk.,

(2011) pada penelitiannya mendapatkan prevalensi coated tongue sebanyak 28,7%

yang terjadi karena penurunan laju aliran saliva sehingga menyebabkan penurunan

self cleansing dan penurunan antimikroba pada saliva.16

Berdasarkan penelitian

sebelumnya menyatakan bahwa terdapat hubungan antara laju aliran saliva dengan

coated tongue. Jika penelitian sebelumnya telah meneliti hubungan laju aliran saliva

dengan coated tongue, maka pada penelitian ini akan meneliti tentang hubungan

antara xerostomia dengan coated tongue yang mana xerostomia tersebut akan

didiagnosis dengan menggunakan kuisioner Fox.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

3

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara xerostomia dengan coated tongue pada

lansia?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui adanya hubungan antara xerostomia dengan coated tongue

pada lansia.

1.4 Hipotesis

Ada hubungan antara xerostomia dengan coated tongue pada lansia.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan

ilmu pengetahuan kepada instansi kesehatan maupun menjadi bahan ajar yang

berguna bagi Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara mengenai hubungan antara xerostomia dengan coated tongue.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitian lebih

lanjut tentang hubungan antara xerostomia dengan coated tongue.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh dokter gigi dan tenaga kesehatan

lain sebagai usaha promotif dan preventif pada hubungan antara xerostomia dengan

coated tongue.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menimbulkan kesadaran pada

masyarakat penderita xerostomia khususnya lansia agar rajin membersihkan lidahnya

untuk mencegah timbulnya coated tongue.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia

2.1.1 Definisi Lansia

Lansia adalah istilah tahap akhir dari proses penuaan. Pada lansia akan

mengalami penurunan fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit yang dapat

mempengaruhi aktivitas lansia.1 Seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan fungsi

organ tubuh dan berbagai perubahan fisik. Salah satu perubahan tersebut yakni

kelainan rongga mulut pada lansia.4

WHO (World Health Organization) membagi lansia menjadi tiga kategori

antara lain usia 60-74 tahun disebut usia lanjut, kelompok usia 75-90 tahun disebut

usia tua dan kelompok usia diatas 90 tahun disebut usia sangat tua.1

2.1.2 Kelainan Rongga Mulut pada Lansia

Masalah kesehatan rongga mulut yang paling sering diderita oleh lansia adalah

karies, kehilangan gigi, penyakit periodontal dan xerostomia.11

1. Karies

Karies merupakan masalah gigi dan mulut yang menyebabkan tingginya

persentase terhadap kebutuhan perawatan restorasi. Karies merupakan suatu penyakit

jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas

suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Karies sering terjadi

pada lansia dikarenakan oleh kebiasaan makan, status nutrisi dan kesehatan rongga

mulut.20

2. Penyakit periodontal

Pada jaringan periodontal, perubahan ditandai dengan terjadinya deposisi

sementum dan resesi gingiva. Seiring bertambahnya usia, perlekatan gigi di daerah

servikal akan terlihat lebih turun ke arah apikal sehingga gigi terlihat lebih

memanjang. Penumpukan plak dalam jumlah besar merupakan awal mula

Page 16: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

5

terbentuknya penyakit periodontal yang destruktif. Kecepatan penimbunan plak

berkaitan dengan proses terjadinya gingivitis. Gingivitis adalah peradangan pada

gingiva yang disebabkan oleh bakteri plak yang terakumulasi antara gigi dan gingiva.

Gingivitis yang tidak dirawat akan berkembang mempengaruhi tulang alveolar,

ligamen dan sementum, kondisi tersebut dinamakan periodontitis. Jika periodontitis

tidak segera dirawat, maka akan terjadi resorpsi tulang secara progresif yang mana

dapat menyebabkan kehilangan gigi .21

3. Edentulus

Edentulus atau kehilangan gigi merupakan kelainan yang sering terjadi pada

rongga mulut lansia.4 Edentulus adalah suatu keadaan gigi tidak ada atau lepas dari

soket atau tempatnya sehingga gigi antagonisnya kehilangan kontak. Edentulus dapat

disebabkan oleh karies dan penyakit periodontal. Pada lansia, jaringan penyangga

gigi mengalami kemunduran sehingga gigi mobiliti dan mudah tanggal. Di Indonesia

sekitar 24% lansia berusia 65 tahun atau lebih mengalami kehilangan gigi.22

4. Xerostomia

Xerostomia adalah keluhan subjektif terhadap mulut kering. Lansia cenderung

menderita xerostomia karena adanya proses penuaan. Proses penuaan dapat

menyebabkaban terjadinya perubahan pada kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim

yang hilang akan digantikan oleh jaringan lemak. Keadaan ini dapat menyebabkan

pengurangan jumlah aliran saliva dan komposisinya.8

2.2 Xerostomia

2.2.1 Definisi

Xerostomia berasal dari kata Yunani yaitu xeros (kering) dan stoma (mulut).23

Xerostomia adalah keluhan subyektif terhadap mulut kering. Xerostomia dapat terjadi

dengan atau tanpa penurunan produksi saliva. Xerostomia yang disertai penurunan

laju alir saliva mencerminkan penurunan aliran saliva yang obyektif dan terukur.24

2.2.2 Etiologi

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan xerostomia yaitu:

Page 17: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

6

1. Penyakit Sistemik

Seiring bertambahnya usia, maka semakin tinggi pula insiden penyakit

sistemik. Beberapa penelitian menyatakan bahwa pada pasien-pasien diabetes tidak

terkontrol memperlihatkan terjadinya pengurangan aliran saliva. Pengurangan saliva

tersebut dipengaruhi oleh faktor angiopati, neuropati diabetik, perubahan pada

kelenjar parotis dan poliuri yang berat. Pada penderita gagal ginjal kronis juga

mengalami xerostomia. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan output pada

penderita gagal ginjal kronis. Agar keseimbangan cairan tetap terjaga, maka intake

cairan perlu dibatasi. Pembatasan intake cairan akan menyebabkan penurunan aliran

saliva dan saliva menjadi kental.5 Pada penderita HIV, xerostomia berhubungan

dengan infiltrasi sel CD8+ pada kelenjar saliva. Penggunaan obat-obatan

antiretroviral, misalnya didanosine dan penghambat protease dapat menyebabkan

xerostomia.25

2. Radioterapi kepala dan leher

Radioterapi kepala dan leher memiliki efek yang berbahaya pada rongga mulut,

termasuk hilangnya fungsi kelenjar saliva dan xerostomia.15

Keparahan dan

kerusakan jaringan kelenjar saliva tergantung pada dosis radiasi, lamanya penyinaran

dan luasnya jaringan yang terkena radiasi. Kerusakan dan apoptosis dapat timbul saat

terpapar dosis sebesar 60 Gy atau lebih.5,25

3. Obat – obatan

Penyebab paling umum dari xerostomia adalah obat-obatan. Telah diteliti

bahwa sebanyak 80% obat-obatan dapat menyebabkan xerostomia, lebih dari 400

jenis obat-obatan memiliki efek samping terhadap disfungsi kelenjar saliva. Seiring

bertambahnya usia, maka lansia lebih banyak mengonsumsi obat paling sedikit satu

resep obat. Oleh karena itu, prevalensi xerostomia pada lansia karena mengonsumsi

obat dapat dikatakan cukup tinggi.8 Obat-obatan dapat mempengaruhi saliva dengan

memicu aksi sistem saraf otonom atau secara langsung bereaksi pada proses selular

yang diperlukan untuk salivasi. Obat-obatan yang dapat menyebabkan xerostomia

antara lain antikovulsan, antihistamin, antihipertensi, antiparkinson, obat demam,

diuretik, ekspektoran, dan sedatif.5,8

Page 18: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

7

4. Usia

Pertambahan usia dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada kelenjar saliva,

dimana kelenjar parenkim yang hilang akan digantikan oleh jaringan lemak dan

jaringan ikat. Keadaan ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah aliran saliva dan

mengubah komposisinya.5

2.2.3 Dampak

1. Dampak xerostomia terhadap rongga mulut

Xerostomia dapat mempengaruhi rongga mulut penderitanya. Beberapa keluhan

yang dialami oleh penderita xerostomia yaitu kondisi mukosa oral kering dan sensitif,

mudah iritasi, kesulitan dalam mengunyah dan menelan makanan, kesulitan dalam

penggunaan gigi tiruan, meningkatnya jumlah karies dan kelainan lidah yakni coated

tongue.5,17,22

2. Dampak xerostomia terhadap sosial

Penderita xerostomia umumnya merasa terganggu karena penampilannya

menurun, mereka sering mengalami bibir pecah-pecah, serta timbulnya kemerahan

akibat rentan terjadi iritasi pada rongga mulut.5,22

3. Dampak xerostomia terhadap psikologis

Penderita xerostomia umumnya mengalami kesulitan dalam berbicara dan bau

mulut yang membuat penderita tersebut merasa kurang percaya diri sehingga menarik

diri dari lingkungan sekitar.22

2.2.4 Diagnosis

Xerostomia dapat didiagnosis dengan beberapa cara yaitu melalui anamnesis,

pemeriksaan klinis, dan pengukuran laju aliran saliva. Pada saat menganamnesis kita

perlu mengetahui riwayat kesehatan umum dan kesehatan gigi pasien tersebut.

Diagnosis melalui anamnesis dapat dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan dari

kuisioner. Terdapat beberapa kuisioner yang dapat digunakan untuk mendiagnosis

xerostomia antara lain kuisioner Fox dan Thomson.5 Respon positif dari beberapa

Page 19: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

8

pertanyaan yang diajukan dan berhubungan dengan penurunan aliran saliva, bahkan

pada pasien yang mengaku tidak menderita xerostomia.24

Tabel 1. Kuisioner xerostomia.

5

Peneliti Pertanyaan Jawaban/skor

Fox, dkk. 1. Apakah anda merasa air liur anda terlalu

sedikit, terlalu banyak atau anda tidak tahu

saliva anda sedikit atau banyak?

2. Apakah anda mempunyai masalah dalam

mengunyah?

3. Apakah mulut anda terasa kering saat

makan?

4. Apakah anda lebih memilih makanan yang

berkuah daripada makanan kering?

Ya/tidak

Thomson,

dkk.

1. Apakah anda merasa mulut kering?

2. Apakah anda kesulitan makan makanan

kering?

3. Apakah anda pernah merasa kehausan di

malam hari?

4. Apakah mulut anda terasa kering saat

makan?

5. Apakah anda pernah menambahkan air

saat mengunyah makanan?

6. Apakah anda sering mengunyah permen

karet agar mulut tidak kering?

7. Apakah anda merasa kesulitan mengunyah

beberapa jenis makanan?

8. Apakah kulit wajah anda terasa kering?

9. Apakah mata anda terasa kering?

10. Apakah bibir anda terasa kering?

Tidak pernah =

1

Pernah = 2

Kadang-

kadang = 3

Sering = 4

Selalu = 5

Page 20: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

9

Setelah dilakukan anamnesis, perlu dilakukan pemeriksaan rongga mulut secara

menyeluruh. Beberapa tanda dari xerostomia meliputi kemerahan pada mukosa, lidah

befisur atau berlobul, serta hilangnya aliran saliva di dasar mulut. Xerostomia juga

dapat didiagnosa dengan menggunakan kaca mulut.25

Xerostomia ditandai dengan

kaca mulut tersebut melekat ke mukosa bukal dan menunjukkan keadaan hiposalivasi.

Pengukuran laju aliran saliva adalah metode yang paling objektif untuk menilai

fungsi saliva dan menentukan jumlah saliva dengan atau tanpa stimulasi. Laju aliran

saliva dalam keadaan tidak distimulasi sekitar 0,3-0,4 ml/menit. Sedangkan, laju

aliran saliva yang distimulasi sekitar 1,5-2,5 ml/menit. Saliva dapat diukur dengan

beberapa metode antara lain draining, spitting, suction, dan swab.24

2.3 Coated Tongue

2.3.1 Definisi

Coated tongue adalah keadaan dimana permukaan dorsal lidah ditutupi selaput

berwarna putih atau berwarna lain yang merupakan tumpukan dari debris, sisa-sisa

makanan dan mikroorganisme. Coated tongue merupakan lapisan pada dorsal lidah

yang jika dikerok tidak meninggalkan daerah eritema.9,15

2.3.2 Etiologi

Etiologi coated tongue tidak diketahui secara jelas, namun terdapat beberapa

faktor risiko yang dapat menyebabkan coated tongue, yaitu:

a. Usia

Coated tongue lebih sering terjadi pada lansia dibanding usia muda. Pasien

lansia lebih rentan menderita coated tongue karena pola makannya yang lebih sering

mengonsumsi makanan lunak, penurunan pembersihan alami pada lidah, sulit

menjaga kebersihan rongga mulut, serta penurunan laju alir saliva.9,15

b. Merokok

Pada perokok, temperatur yang tinggi pada saat merokok dan berbagai jenis

toksin yang terdapat dalam rokok dapat memberikan efek berbahaya pada jaringan

Page 21: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

10

lunak mulut. Merokok dapat membuat mulut kering dan menghambat saliva untuk

menyingkirkan bakteri. Hal ini dapat menyebabkan coated tongue.26

c. Kebersihan rongga mulut

Kebersihan rongga mulut memiliki dampak terbesar dalam pembentukan

coated tongue.10

Pembersihan lidah adalah cara sederhana yang dapat menghilangkan

organisme dan debris dari lidah.15

d. Penyakit sistemik

Penyakit yang dapat menyebabkan coated tongue antara lain gangguan saluran

pencernaan dan gangguan lambung. Selain itu, penggunaan obat-obatan ataupun

sistemik dapat menyebabkan perubahan pada flora normal rongga mulut. Termasuk

penggunaan antibiotik sistemik, agen topikal yang berisifat mengoksdiasi seperti

hidrogen peroksida dan perborat, serta penggunaan klorheksidin dan obat kumur.10

e. Xerostomia

Xerostomia atau mulut kering dapat menyebabkan berkurangnya lubrikasi dan

proteksi dari saliva. Penurunan lubrikasi dan proteksi saliva dapat menyebabkan

penumpukan bakteri pada rongga mulut sehingga mudah menimbulkan coated

tongue.17

2.3.3 Gambaran Klinis

Coated tongue terlihat seperti lidah yang ditutupi oleh selaput berwarna putih,

coklat, atau hitam. Umumnya, coated tongue melibatkan 2/3 posterior bagian dorsum

lidah. Pada keadaan ini, keratin lidah tidak terdeskuamasi dan terakumulasi di papilla

filiformis. Oleh karena itu, lidah tampak tebal dan berselaput.10

Coated tongue dapat dinilai dari beberapa indeks yaitu indeks Miyazaki dan

Winkel. Miyazaki et al. menentukan coated tongue berdasarkan distribusi daerah

yang dilapisi, yaitu skor 0, tidak ada; 1, kurang dari 1/3 permukaan dorsum lidah; 2,

kurang dari 2/3; dan 3, lebih dari 2/3. Winkel et al. membagi dorsal lidah menjadi

enam area, yakni tiga daerah pada posterior dan tiga daerah pada anterior lidah.

Coated tongue pada setiap sektan dinilai masing-masing dengan skor 0, tidak ada

lapisan; 1, lapisan sedikit; dan 2; lapisan yang parah. Perubahan warna pada lidah

Page 22: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

11

dinilai masing-masing sektan dengan skor 0 = tidak ada perubahan warna, 1 = sedikit

perubahan warna dan 2 = perubahan warna yang parah.9,10,15

Gambar 3. Coated tongue.27

2.3.4 Diagnosis Banding

a. Candidiasis pseudomembran

Candidiasis pseudomembran merupakan jenis kandidiasis yang sering muncul.

Gambaran klinis dari candidiasis pseudomembran dapat berupa bercak putih di lidah,

palatum dan bukal. Jika dikerok akan meninggalkan daerah eritema bahkan dapat

menimbulkan perdarahan.34

b. Hairy tongue

Hairy tongue adalah keadaan dimana terjadi pemanjangan abnormal papilla

filiformis. Pemanjangan papilla filiformis pada hairy tongue lebih dari 3 mm.

Perbedaannya dengan coated tongue yakni pada tingkat akumulasi keratin. Jumlah

akumulasi keratin pada coated tongue lebih sedikit dibanding dengan hairy tongue.35

2.4 Hubungan antara Xerostomia dengan Coated Tongue pada Lansia

Xerostomia adalah keluhan subjektif berupa mulut kering. Populasi xerostomia

diperkirakan sebesar 5,5%-46%, dan biasanya terjadi pada lansia.24

Xerostomia

menyebabkan mukosa mulut menjadi kering, mudah mengalami iritasi yang dapat

disebabkan oleh tidak adanya daya lubrikasi dan proteksi dari saliva.9 Fungsi utama

dari saliva yaitu menjaga keadaan flora normal pada rongga mulut.17

Penurunan

sekresi saliva memiliki hubungan dengan perubahan flora normal dalam rongga

Page 23: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

12

mulut dan menjadi penyebab kelainan pada rongga mulut.3 Souza pada tahun 2011

mendapatkan prevalensi coated tongue yang tinggi sebanyak 28,7% pada penderita

diabetes melitus tipe 2 yang diduga diakibatkan karena penurunan aliran dan

peningkatan kekentalan saliva yang menyebabkan penurunan kemampuan self

cleansing dan penurunan antimikroba pada saliva.1 Avcu, dkk., (2005) pada

penelitiannya mengenai kelainan rongga mulut dan status kesehatan lansia di rumah

sakit dengan keterbatasan fungsi, mengemukakan bahwa pada penderita xerostomia

ditemui coated tongue sebesar 20%.29

Coated tongue sering terjadi pada lansia, hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu kebersihan rongga mulut dan perubahan pola makan. Umumnya, pada

lansia kemampuan fisik menurun.14

Hal ini dapat menyebabkan lansia sulit untuk

membersihkan lidahnya sehingga mengakibatkan akumulasi sisa-sisa makanan dan

bakteri pada dorsal lidah yang menimbulkan adanya coated tongue.37

Selain itu,

lansia mengalami perubahan pola makan dikarenakan sebagian besar lansia telah

mengalami kehilangan gigi, oleh karena itu lansia lebih sering mengonsumsi

makanan lunak yang mana menyebabkan keratin tidak dapat terangsang untuk

mengelupas sehingga terbentuk coated tongue.36,37

Page 24: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

13

Lansia

Kelainan Rongga Mulut pada Lansia

Edentulus Penyakit

periodontal

Xerostomia Karies

Kelainan lidah

Coated Tongue

2.5 Kerangka Teori

Page 25: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

14

Lansia yang mengalami

xerostomia dan tidak xerostomia Coated tongue

2.6 Kerangka Konsep

Page 26: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

15

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan pendekatan cross

sectional atau potong lintang, yaitu jenis penelitian yang pengukuran terhadap

variabelnya dilakukan hanya satu kali dan pada satu waktu.29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Medan Johor dengan alasan tempat ini

memiliki populasi lansia yang memadai karena puskesmas tersebut mengadakan

kegiatan rutin untuk lansia setiap minggunya. Lokasi pemeriksaan dilakukan pada

ruangan poli gigi.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan Desember 2019 – Februari 2020.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang

berkunjung ke Puskesmas Medan Johor. Pemilihan sampel dalam penelitian ini

adalah pasien lansia yang berkunjung ke Puskesmas Medan Johor. Metode

pengambilan sampel ini adalah non probability purposive sampling yaitu subjek

dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dapat terpilih yang

didasari oleh kriteria yang ditentukan peneliti. Besar sampel dalam penelitian ini

menggunakan uji hipotesis satu proporsi populasi:29

{Zα√P0 (1 − P0) + ��√Pa(1 − Pa) }² � =

(Pa − P0)2

Page 27: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

16

N = Besar sampel

P0 = Proporsi lansia xerostomia yang mengalami coated tongue (89%)

Pa = Proporsi lansia xerostomia yang mengalami coated tongue yang

diharapkan (74%)

Z1-α = Nilai Z derajat kemaknaan yang dikehendaki adalah 5% (1,96)

Z1-α = Nilai Z derajat kekuatan uji yang dikehendaki adalah 10% (1,28)

Pa-P0 = Selisih proporsi coated tongue yang diduga (15%)

� = {1,96√0,89 (1 − 0,89) + 1,28√0,74(1 − 0,74) }²

(0,15)2

= 38

Nilai yang dipakai pada rumus di atas berdasarkan penelitian Oloan, diketahui

prevalensi pasien coated tongue yang berhubungan dengan xerostomia sebesar 0,89

dan proporsi pasien xerostomia yang mengalami coated tongue diharapkan sebesar

0,74.30

Berdasarkan perhitungan, sampel yang didapat sebanyak 38 orang. Untuk

menghindari terjadinya drop out, sampel ditambah 10%. Maka, besar sampel menjadi

41 orang.

3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Lansia yang berusia 60 tahun keatas.

2. Lansia yang bersedia menjadi subjek penelitian.

3. Lansia yang dapat membuka rongga mulut dengan baik.

3.4.2 Kriteria Ekslusi

1. Lansia yang tidak kooperatif.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

17

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel bebas : lansia yang menderita xerostomia dan tidak xerostomia.

2. Variabel terikat : coated tongue

Variabel Definisi

operasional

Cara Ukur Hasil ukur Skala

ukur

Lansia Seseorang yang

telah mencapai

usia 60 tahun ke

atas

Melakukan

wawancara dengan

calon subjek

penelitian.

1. Usia lanjut

(60-74) tahun

2. Usia tua

(75-90)

tahun1

Kategorik

Xerostomia Keluhan berupa

mulut kering

yang dirasakan

secara subjektif

oleh penderita,

dan dapat

diidentifikasi

melalui daftar

pertanyaan atau

kuisioner.5,22

Xerostomia diukur

menggunakan

kuisioner Fox.

Kuisioner Fox

terdiri dari empat

pertanyaan, yaitu:

1. Apakah anda

merasa air liur anda

terlalu sedikit,

terlalu banyak atau

anda tidak

menyadarinya?

2. Apakah anda

mempunyai masalah

Apabila

sampel

menjawab

“ya” pada

salah satu

dari empat

pertanyaan

yang

diajukan,

maka pasien

didiagnosis

menderita

xerostomia.

Apabila

Kategorik

Page 29: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

18

dalam mengunyah? sampel

3. Apakah mulut menjawab

anda “tidak” pada

terasa kering saat keempat

makan? pertanyaan

4. Apakah anda yang

lebih memilih diajukan,

makanan berkuah maka pasien

daripada makanan didiagnosis

kering?22

tidak

menderita

xerostomia.

Coated Lapisan pada Pemeriksaan klinis. Ya/Tidak Nominal

tongue dorsal lidah

yang berwarna

putih atau warna

lain yang dapat

dikerok dan

tidak

meninggalkan

daerah

eritema.9,15

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

3.6.1 Alat

1. Alat tulis

2. Alat scraping (tongue scraper)

Page 30: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

19

3.6.2 Bahan

1. Masker

2. Sarung tangan

3. Desinfektan

4. Lembar pemeriksaan/ kuisioner

3.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di poli gigi Puskesmas Medan Johor. Pertama,

pasien yang memenuhi kriteria inklusi diberi informasi tentang tujuan penelitian dan

setelah itu pasien diminta untuk menandatangani informed consent. Kemudian,

peneliti mencatat data pasien (nama, umur, dan jenis kelamin). Setelah itu, peneliti

membagikan kuisioner kepada subjek penelitian. Kuisioner yang digunakan pada

penelitian ini adalah kuisioner Fox yang berguna untuk mendiagnosis xerostomia.

Setelah melakukan pengisian kuisioner, dilakukan pemeriksaan lidah untuk melihat

ada atau tidaknya coated tongue pada subjek penelitian. Pemeriksaan dilakukan

dengan menggunakan alat diagnostik berupa tongue scraper dengan cara mengerok

dorsum lidah subjek penelitian. Kemudian, hasil pemeriksaan tersebut dicatat pada

lembar pemeriksaan.

3.8 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang dikumpulkan dari lembar hasil pemeriksaan pasien kemudian

dianalisis sesuai dengan sifatnya. Analisis data statistik pada penelitian ini terdiri dari

analisis univariat dan bivariat.30

3.8.1 Data Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik satu variabel

penelitian.30

Pengelolaan data dilakukan secara manual. Kemudian disajikan dalam

bentuk tabel meliputi:

1. Distribusi dan frekuensi lansia xerostomia berdasarkan jenis kelamin.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

20

2. Distribusi dan frekuensi lansia xerostomia berdasarkan umur.

3. Distribusi dan frekuensi coated tongue pada lansia berdasarkan jenis

kelamin.

4. Distribusi dan frekuensi coated tongue pada lansia berdasarkan umur.

5. Prevalensi coated tongue pada lansia.

3.8.2 Data Bivariat

Data bivariat dapat diolah dengan cara komputerisasi.30

Data bivariat meliputi:

1. Hubungan antara xerostomia dengan coated tongue pada lansia xerostomia

berdasarkan usia di Puskesmas Medan Johor menggunakan uji Chi Square.

Berdasarkan uji statistik tersebut dapat disimpulkan:

Menolak H0 jika diperoleh nilai p ≤ α (0,05)

Menerima H0 jika diperoleh nilai p > α (0,05)

3.9 Etika Penelitian

Etika penelitian mencakup hal sebagai berikut:

1. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

Peneliti mengajukan surat permohonan atas kelayakan etik disertai dengan

proposal penelitian yang ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran

(KEPK) di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Peneliti meminta izin dan menjelaskan tujuan dari penelitian kepada pasien di

Puskesmas Medan Johor yang termasuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi untuk

meminta agar berpartisipasi dalam penelitian. Bagi responden yang setuju dimohon

untuk menandatangani persetujuan penelitian.

3. Kerahasiaan (Confidentially)

Sampel pada penelitian ini akan diberi jaminan atas data yang diberikan agar

identitas subjek pada sampel penelitian ini dapat dirahasiakan dan tidak akan

dipublikasikan tanpa izin dari subjek penelitian.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

21

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Distribusi dan Frekuensi Lansia Xerostomia Berdasarkan Jenis

Kelamin

Tabel 1 menunjukkan distribusi dan frekuensi lansia yang menderita xerostomia

berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Medan Johor. Jumlah lansia yang menderita

xerostomia sebanyak 27 orang dimana subjek laki-laki 12 orang (63,2%) dan

perempuan 15 orang (68,2%).

Tabel 1. Distribusi dan Frekuensi Lansia Xerostomia Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Xerostomia Jumlah

Ya Tidak N %

N % N %

Laki- laki 12 63,2 7 36,8 19 100

Perempuan 15 68,2 7 31,8 22 100

Total 27 65,9 14 34,1 41 100

4.2 Distribusi dan Frekuensi pada Lansia Xerostomia Berdasarkan Umur

Tabel 2 menunjukkan distribusi dan frekuensi pasien lansia berdasarkan umur

dengan xerostomia. Lansia yang menderita xerostomia dengan rentang usia 60-74

tahun adalah 80% (23 orang) dan lansia dengan rentang usia 75-90 tahun adalah

61,1% (4 orang).

Page 33: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

22

Tabel 2. Distribusi dan Frekuensi Lansia Xerostomia Berdasarkan Umur

Umur Xerostomia Jumlah

Ya Tidak N %

N % N %

60-74 tahun 23 80 13 20 36 100

75-90 tahun 4 61,1 1 36,1 5 100

4.3 Distribusi dan Frekuensi Lansia dengan Coated Tongue Berdasarkan

Jenis Kelamin

Tabel 3 menunjukkan distribusi dan frekuensi lansia dengan coated tongue

berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Medan Johor. Jumlah lansia yang menderita

coated tongue sebanyak 26 orang dimana laki-laki 73,7% (14 orang) dan perempuan

54,5% (12 orang).

Tabel 3. Distribusi dan Frekuensi Lansia dengan Coated Tongue Berdasarkan Jenis

Kelamin

Jenis kelamin Coated tongue Jumlah

Ada Tidak ada n %

N % n %

Laki- laki 14 73,7 5 26,3 19 100

Perempuan 12 54,5 10 45,5 22 100

Total 26 63,4 15 36,6 41 100

Umur

4.4 Distribusi dan Frekuensi Lansia dengan Coated Tongue Berdasarkan

Tabel 4 menunjukkan distribusi dan frekuensi lansia dengan coated tongue

berdasarkan umur. Lansia yang menderita coated tongue dengan rentang usia 60-74

Page 34: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

23

tahun sebanyak 80% (22 orang) sedangkan usia 75-90 tahun sebanyak 61,1% (4

orang).

Tabel 4. Distribusi dan Frekuensi Lansia dengan Coated Tongue Berdasarkan Umur

Umur Coated Tongue Jumlah

Ya Tidak N %

N % n %

60-74 tahun 22 80 14 38,9 36 100

75-90 tahun 4 61,1 1 20 5 100

4.5 Prevalensi Coated Tongue pada Lansia

Tabel 5. Menunjukkan prevalensi coated tongue pada lansia di Puskesmas

Medan Johor. Lansia yang menderita coated tongue sebanyak 63,4% (26 orang)

sedangkan yang tidak menderita coated tongue sebanyak 36,6% (15 orang).

Tabel 5. Prevalensi Coated Tongue pada Lansia

Coated tongue Jumlah Persentase

Ya 26 63,4

Tidak 15 36,6

Total 41 100

4.6 Hubungan antara Xerostomia dengan Coated Tongue pada Lansia

Tabel 6 menunjukkan pada uji Chi-Square, nilai p yang diperoleh adalah 0,008.

Maka, artinya terdapat hubungan yang bermakna antara xerostomia dengan coated

tongue.

Page 35: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

24

Tabel 6. Hubungan antara Xerostomia dengan Coated Tongue pada Lansia

Xerostomia Coated tongue Jumlah P value

Ya Tidak

N % n %

Ya 21 77,8 6 22,2 27 100 0,008

Tidak 5 35,9 9 64,3 14 100

Page 36: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

25

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini menunjukkan data jumlah pasien lansia xerostomia dengan

jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan pasien lansia xerostomia

jenis kelamin laki-laki, yaitu sebesar 68,2% dan 63,2% (Tabel 1). Hasil ini sama

dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah, dkk., (2015) yang menemukan

pasien lansia dengan jenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki,

yaitu sebesar 56,25% dan 43,75%.31

Salampessy, dkk., (2015) pada penelitiannya

menemukan bahwa xerostomia lebih tinggi pada lansia berjenis kelamin perempuan

yaitu sebesar 29 orang (96,7%) dibandingkan dengan jumlah lansia laki-laki yaitu

sebanyak 2 orang (6,25%).34

Xerostomia sering terjadi pada perempuan yang sudah

lanjut usia, karena pada perempuan lansia akan mengalami menopause. Perempuan

yang telah memasuki masa menopause akan mengalami penurunan produksi hormon

estrogen. Hormon estrogen berfungsi untuk mengatur maturasi sel epitel pada organ.

Salah satunya adalah sel epitel kelenjar saliva. Oleh karena itu, penurunan hormon

estrogen pada perempuan yang telah mengalami menopause dapat menyebabkan

atrofi epitel kelenjar saliva sehingga sekresi saliva menjadi berkurang dan dapat

menyebabkan xerostomia.32,34

Hasil penelitian ini menunjukkan persentase lansia xerostomia lebih tinggi pada

subjek dengan kelompok usia 60-74 yaitu sebanyak 23 orang (80%) sedangkan pada

kelompok usia 75-90 tahun sebanyak 4 orang (63,9%) (Tabel 3). Umumnya,

prevalensi xerostomia pada lansia cukup tinggi. Lansia cenderung menderita

xerostomia karena pada lansia mengalami proses penuaan. Proses penuaan dapat

menyebabkan terjadinya perubahan pada kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim

yang hilang akan digantikan oleh jaringan lemak. Keadaan ini dapat menyebabkan

pengurangan jumlah aliran saliva dan mengubah komposisinya.8

Page 37: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

26

Hasil penelitian ini menunjukkan persentase lansia dengan coated tongue

berdasarkan jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan yaitu

sebesar 73,7% dan 54,5% (Tabel 2). Hal ini sama dengan penelitian Bhattacharya,

dkk., 2016 menunjukkan bahwa lansia dengan coated tongue paling tinggi pada jenis

kelamin laki-laki yaitu sebesar 52,9% dan perempuan sebesar 47,1%.33

Motallebnejad, dkk.,2008 pada penelitiannya menemukan bahwa pasien coated

tongue berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi dibanding dengan pasien coated tongue

berjenis kelamin perempuan. Pasien coated tongue laki-laki sebanyak 16,7%

sedangkan perempuan sebanyak 11,2%.11

Coated tongue lebih banyak dialami oleh

laki-laki karena beberapa faktor antara lain kebiasaan merokok dan kurang

memelihara kesehatan rongga mulut. Merokok dapat menyebabkan perubahan panas

pada jaringan mukosa mulut. Perubahan panas karena merokok dapat menyebabkan

vaskularisasi dan sekresi saliva yang membuat mulut terasa kering. Mulut yang

kering akan mempermudah terjadinya penumpukan bakteri, dimana penumpukan

bakteri pada lidah akan menimbulkan coated tongue. Selain itu, coated tongue dapat

terjadi pada laki-laki karena kurang memelihara kesehatan rongga mulut, berbeda

halnya dengan perempuan yang lebih sering mencari layanan kesehatan dan lebih

sadar akan kesehatan rongga mulutnya.13,36

Hasil penelitian ini menunjukkan coated tongue pada lansia, yang mana paling

banyak pada usia 60-74 tahun sebanyak 22 orang (80%) sedangkan yang berusia 75-

90 tahun sebanyak 4 orang (61,1%) (Tabel 4). Hasil penelitian ini menunjukkan

prevalensi coated tongue pada lansia di Puskesmas Medan Johor yakni 26 orang

(63,4%) sedangkan yang tidak coated tongue sebanyak 15 orang (36,6%) (Tabel 5).

Nur’aeny, dkk., (2016) pada penelitiannya tentang profil lesi mulut pada kelompok

lansia di Panti Sosial Tresna Wreda Senjarawi Bandung menunjukkan prevalensi

coated tongue sebanyak 55%. Lansia lebih cenderung terkena coated tongue

dibandingkan dengan usia muda. Coated tongue banyak terjadi pada lansia karena

kemampuan fisik yang menurun dapat menyebabkan lansia sulit untuk membersihkan

lidahnya sehingga mengakibatkan akumulasi sisa-sisa makanan dan bakteri pada

dorsal lidah yang menimbulkan adanya coated tongue. Selain itu, lansia mengalami

Page 38: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

27

perubahan pola makan dikarenakan sebagian besar lansia telah mengalami kehilangan

gigi, oleh karena itu lansia lebih sering mengonsumsi makanan lunak yang mana

menyebabkan keratin tidak dapat terangsang untuk mengelupas sehingga terbentuk

coated tongue.36,37

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi Square maka didapatkan p value

sebesar 0,008 (p <0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

xerostomia dengan coated tongue pada lansia (Tabel 6). Hasil penelitian ini

menunjukkan persentase lansia xerostomia dengan coated tongue sebesar 77,8%,

sedangkan yang tidak mengalami xerostomia dengan coated tongue sebesar 35,9%.

Souza, dkk., pada penelitiannya mengatakan bahwa prevalensi coated tongue yang

tinggi berkaitan dengan adanya xerostomia.35

Xerostomia menyebabkan mukosa

mulut menjadi kering dan mudah mengalami iritasi karena tidak adanya daya

lubrikasi dan proteksi dari saliva. Kondisi tersebut dapat menyebabkan penumpukan

bakteri pada rongga mulut. Keadaan ini menyebabkan timbulnya kelainan lidah, salah

satunya adalah coated tongue.38

Page 39: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

28

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara xerostomia dengan coated tongue pada lansia di Puskesmas Medan

Johor.

6.2 Saran

1. Dokter gigi memberi edukasi kepada lansia mengenai pentingnya menjaga

kebersihan rongga mulut terutama kebersihan lidah untuk menghindari timbulnya

coated tongue. Kerjasama antara dokter gigi dengan tenaga kesehatan lainnya

diperlukan untuk melakukan tindakan promotif, preventif dan kuratif dalam

mengatasi coated tongue pada lansia.

2. Pada penelitian ini oral hygiene tidak diperiksa, oleh karena itu pada

penelitian selanjutnya diharapkan melakukan pemeriksaan oral hygiene.

3. Pada penelitian ini diet lunak atau kebiasaan makan tidak diperiksa, oleh

karena itu pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk memeriksa kebiasaan makan

pasien.

Page 40: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

29

DAFTAR PUSTAKA

1. Kholifah S. Keperawatan gerontik. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia

Kesehatan, 2016: 3-9.

2. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Analisis lansia di

Indonesia, 2017: 1-2.

3. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. Statistik penduduk lanjut usia Sumatera

Utara. Medan 2016: 21.

4. Gill-Montoya JA, de Mello ALF, Barrios R, Gonzalez-Moles MA, Bravo M.

Oral health in the elderly patient and its impact on general well being: a

nonsystematic review. Clinical Interventions in Aging 2015; 10: 461-7.

5. Hasibuan S, Sasanti H. Xerostomia: Faktor etiologi, etiologi dan

penanggulangan. JKGUI 2000; 7: 242-5.

6. Hopcraft Ms, Tan C. Xerostomia: an update for clinicians. Aus Dent J 2010;

55: 238-44.

7. Tawas S, Mintjlengungan C, Pangemanan D. Xerostomia pada usia lanjut di

Kelurahan Malayang Satu Timur. J Eg 2018; 6: 18-21.

8. Ship J, Pillemer S, Baum BJ. Xerostomia and the geriatric patient. J Am Geriatr

Soc 2002; 50: 535-43.

9. Tornout M, Dadamio J, Coucke W, Quirynen M. Tongue coating: related

factors. J Catholic University Leuven 2012; 33: 3-5.

10. Greenberg, MS., M.Glick. Burket’s Oral Medicine: Diagnosis and Treatment.

11th Ed. London: BC Decker Inc. 2008. 79-81.

11. Motallebnejad M, Babaee N, Sakhdari S. An epidemiologic study of tongue

lesions in 1901 Iranian dental outpatients. The Journal of Contemp Dent Pract.

2008; 9(7): 1-17.

12. Kurniawan A, Wimardhani YS, Rahmayanti F. Oral health and salivary profiles

of geriatric outpatients in Cipto Mangunkusumo general hospital. Ina J Dent

Res 2010; 17: 54-6.

Page 41: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

30

13. Omor R, Arabeyat M, Hiasat A, Ajarmeh M, Fanas H. Prevalence and factors

related to tongue coating among a sample of Jourdanian Royal Medical

Services dental outpatients. JRSM 2015; 22(1): 35-40.

14. Nur’aeny N, Sari K. Profil lesi mulut pada kelompok lanjut usia di Panti Sosial

Tresna Wreda Senjarawi Bandung. Maj Ked Gi 2016; 2(2): 74-9.

15. Danser M, Mantilla S, Van G. Tongue coating and tongue brushing. Int J Dent

Hygiene 2003; 1: 151-3.

16. Kikutani et al. The degree of tongue-coating reflects lingual motor function in

the elderly. J Comp gerodontology Assoc 2009; 26: 291-6.

17. Koshimune S, Awano S, Gohara K, Kurihara E, Ansai T, Takehara T. Low

salivary flow and volatile sulfur compounds in mouth air. Oral Surg Oral Med

Oral Pathol Radiol Endod 2003; 96: 38-41.

18. Herwanda, Rahmayani L, Nurmalia S. Gambaran kebutuhan perawatan gigi dan

mulut pasien di Posyandu Lansia Puskesmas. Cakradonya Dent J 2014; 6(1):

640-3.

19. Notohartojo I, Andayasari L. Nilai kebersihan gigi dan mulut pada karyawan

industri pulo gadung di Jakarta. Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan

Epidemiologi Klinik, Kementerian Kesehatan, 2013: 169.

20. Anwar A. Hubungan antara status kesehatan gigi dengan kualitas hidup lansia

pada manula di Kecamatan Maili, Luwu Timur. Dentofasial 2014; 13: 160-4.

21. Stipetic M. Xerostomia – Diagnosis and treatment. Rad 514 Med Sciences

2012; 38: 69-91.

22. Yoanna N, Thomson W. Dry mouth – an overview. J Dent Sing 2015; 36 :12-7.

23. Millsop J, Wang E, Fazel N. Etiology, evaluation, and management of

xerostomia. J Clin Dermatol 2017; (35): 468-76.

24. Singh M, Lubis W. Hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya coated

tongue pada pegawai non-akademik Universitas Sumatera Utara. E-J Dent

2013; 2(1): 33.

Page 42: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

31

25. Shinde SB, Sheikh NN, SR Ashwinirani, Nayak A, KA Kamla, Sande A.

Prevalence of tongue lesions in western population of Maharasastra. IJADS

2017; 3(3): 104-6.

26. Avcu N, Kanli A. The prevalence of tongue lesions in 5150 Turkish dental

outpatients. Oral Diseases Journal. 2003; 9: 188-95

27. Ralph W. Hygiene of the tongue. J Dent Australian 1988; 3: 169-70.

28. Surahman, Rachmat M, Supardi S. Metodelogi penelitian. Jakarta: Pusdik SDM

Kesehatan, 2016: 86-7.

29. Oloan R. 2019. “Prevalensi coated tongue pada lansia di Puskesmas Pancur

Batu” (Skripsi). Medan: Fakultas Kedokteran Gigi USU.

30. Abdullah M. Prevalence of xerostomia in patients attending Shorish dental

speciality in Sulaimani city. J Clin Exp Dent 2015; 7(1): 45-53.

31. Nogalcheva A, Konstatinova D, Nogalcher K. Scripta Scientifica Medicinae

Dentalis. 2017; 3(1): 32-5.

32. Salampessy G, Mariati NW, Mintjleungan C. Gambaran xerostomia pada

kelompok lansia yang menggunakan gigi tiruan di Kabupaten Minahasa. e-Gigi

2015; 3(1); 2-3.

33. Pinatih M, Pertiwi N, Wihandani D. Hubungan karakteristik pasien diabetes

mellitus dengan kejadian xerostomia di RSUP Sanglah Denpasar. BDJ 2019;

3(2): 79-84.

34. Darwazeh AMG, Almelaih AA. Tongue lesions in a Jordanian population.

Prevalence, symptomps, subject’s knowledge and treatment provided. Med Oral

Patol Oral Cir Burcal 2011; 16(6): 745-9.

35. Souza E, Stuchi B, Helena L,Pereira A, Humberto J, Regina I. Oral adverse

effects of head and neck radiotherapy. J Appl Oral Sci 2011; 19: 448-54.

36. American Academy of Oral and Maxillofacial Pathology. Diagnosis, treatment

education & research. http://www.aaomp.org/public/docs/hairy-tounge.pdf (17

Juli 2018).

37. Seerangaiyan K, Juch F, Winkel G. Tongue coating: its characteristics and role

intra-oral halitosis and general health. J of Breath Research 2017; 1: 4-6.

Page 43: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

32

38. Grace W. Gambaran xerostomia pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di

Poliklinik Endokrin RSUP. Prof. dr. R. D. Kondou Manado. Journal e-Gigi

2015; 3: 1-5.

Page 44: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Salam sejahtera,

Saya Rona Tsurayya Sinaga, mahasiwa yang sedang menjalani pendidikan

dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ingin melakukan

penelitian. Bersama ini saya saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi

sebagai subjek penelitian saya dalam judul:

“Hubungan antara Xerostomia dengan Coated Tongue pada Lansia di

Puskesmas Medan Johor”

Xerostomia adalah keluhan subjektif berupa mulut kering, keadaan ini

merupakan hal yang sering terjadi pada lansia. Xerostomia dapat disebabkan oleh

penyakit sistemik, pemakaian obat-obatan dan radioterapi kepala dan leher. Akibat

dari xerostomia tersebut bisa menyebabkan kelainan pada lidah yakni coated tongue.

Coated tongue adalah lapisan pada dorsal lidah yang ditutupi warna putih atau warna

lain yang merupakan tumpukan dari debris, sisa makanan dan mikroorganisme yang

jika dikerok tidak meninggalkan daerah eritema(kemerahan). Tujuan penelitian ini

dilakukan adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara xerostomia dengan

coated tongue pada lansia di Puskesmas Medan Johor. Penelitian ini melibatkan 41

subjek penelitian. Pada penelitian ini, saya akan memeriksa langsung keadaan rongga

mulut Bapak/Ibu. Pertama-tama, saya akan mencatat identitas Bapak/Ibu (nama, usia

dan jenis kelamin). Setelah itu mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab

kuisioner yang dibagikan. Kuisioner tersebut berisi beberapa pertanyaan yang

berhubungan dengan mulut kering. Kemudian, kuisioner tersebut dapat dikembalikan

ke saya. Kemudian, saya akan melakukan pemeriksaan pada lidah dengan cara

dilakukan hapusan menggunakan sikat lidah.

Pada saat proses penelitian, risiko yang mungkin terjadi ketidaknyamanan

sewaktu melakukan pemeriksaan lidah dan pengisian kuisioner, tetapi saya akan

berusaha melakukan prosedur ini sebaik mungkin. Manfaat penelitian ini dapat

Page 45: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

digunakan oleh dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai usaha

promotif dan preventif pada hubungan antara xerostomia dengan coated tongue.

manfaat lainnya yakni untuk menimbulkan kesadaran pada masyarakat khususnya

lansia agar rajin membersihkan lidah demi mencegah lapisan pada lidah.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini tidak dipungut biaya dan bersifat

sukarela. Pada penelitian ini, identitas Bapak/Ibu disamarkan. Hanya dokter gigi

peneliti dan tenaga peneliti yang bisa melihat datanya. Kerahasiaan data Bapak/Ibu

akan dijamin sepenuhnya. Sebagai ucapan terima kasih, maka Bapak/Ibu akan

mendapat souvenir yaitu sikat gigi.

Jika selama penelitian Bapak/Ibu mengalami keluhan silahkan hubungi saya:

Peneliti : Rona Tsurayya Sinaga

Telp : 082165599245

Demikian keterangan yang dapat saya berikan. Atas bantuan, partisipasi dan

kesediaan waktu Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2019

Peneliti,

(Rona Tsurayya Sinaga)

Page 46: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian dan paham akan apa yang

dilakukan, diperiksa dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:

“Hubungan Antara Xerostomia dengan Coated Tongue pada Lansia di

Puskesmas Medan Johor”

Dengan ini menyatakan setuju menjadi subjek pada penelitian ini secara sadar

tanpa paksaan.

Saksi Medan, 2019

Subjek penelitian

( ) ( )

Mahasiswa Peneliti

(Rona Tsurayya Sinaga)

Page 47: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

Lampiran 3

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nomor :

Tanggal :

REKAM MEDIS

DATA DEMOGRAFI

A. Nama :

B. Umur :

C. Jenis kelamin : a. Laki-laki

b. Perempuan

PEMERIKSAAN XEROSTOMIA (Fox, dkk.)

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar.

1. Apakah anda merasa air liur anda terlalu sedikit, terlalu banyak atau tidak

menyadari sedikit atau banyak?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah anda mempunyai masalah dalam mengunyah?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah mulut anda terasa kering saat makan?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah anda lebih memilih makanan yang berkuah dari pada makanan

kering?

Page 48: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

a. Ya

b. Tidak

PEMERIKSAAN KLINIS COATED TONGUE

Klinis : ...................................................

Coated tongue : Ada/ tidak ada.

Page 49: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

Lampiran 4

Page 50: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

Lampiran 5

Page 51: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

Lampiran 6

1. Peneliti memberikan

penjelasan pada subjek

penelitian

2. Peneliti melakukan hapusan pada

lidah sampel dengan menggunakan

tongue depressor

3.Coated tongue

Page 52: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

Lampiran 7

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

1. Bahan Habis Pakai (ATK)

a. Kertas A4 (1 rim) : Rp 45.000,-

b. Kertas Kuarto (1 rim) : Rp 45.000,-

c. Tinta Printer : Rp 200.000,-

d. Desinfektan : Rp 30.000,-

e. Masker : Rp 30.000,-

f. Sarung tangan : Rp 30.000,-

g. Tongue scraper : Rp. 10.000,-

2. Biaya Fotocopy Kuesioner : Rp 200.000,-

3. Biaya Penjilidan dan penggandaan laporan : Rp 150.000,-

4. Biaya inducement @42 x Rp 8.000,- : Rp. 336.000,-

Total : Rp 1.076.000,-

Page 53: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

Lampiran 8

Crosstabs

Xerostomia * CoatedTongue Crosstabulation

CoatedTongue

Total Ada Tidak Ada

Xerostomia Xerostomia Count 21 6 27

% within Xerostomia 77,8% 22,2% 100,0%

% of Total 51,2% 14,6% 65,9%

Tidak Xerostomia Count 5 9 14

% within Xerostomia 35,7% 64,3% 100,0%

% of Total 12,2% 22,0% 34,1%

Total

Count 26 15 41

% within Xerostomia 63,4% 36,6% 100,0%

% of Total 63,4% 36,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Value

df

Asymptotic

Significance (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7,031a 1 ,008

,015

,011

Continuity Correctionb 5,335 1 ,021

Likelihood Ratio 6,997 1 ,008

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

6,860

1

,009

N of Valid Cases 41

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,12.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 54: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

Crosstabs

Umurk * CoatedTongue Crosstabulation

CoatedTongue

Total Ada Tidak Ada

Umurk 60-74 thn Count 22 14 36

% within Umurk 61,1% 38,9% 100,0%

% of Total 53,7% 34,1% 87,8%

75-90 thn Count 4 1 5

% within Umurk 80,0% 20,0% 100,0%

% of Total 9,8% 2,4% 12,2%

Total

Count 26 15 41

% within Umurk 63,4% 36,6% 100,0%

% of Total 63,4% 36,6% 100,0%

JK * CoatedTongue Crosstabulation

CoatedTongue

Total Ada Tidak Ada

JK Laki-laki Count 14 5 19

% within JK 73,7% 26,3% 100,0%

% of Total 34,1% 12,2% 46,3%

Perempuan Count 12 10 22

% within JK 54,5% 45,5% 100,0%

% of Total 29,3% 24,4% 53,7%

Total

Count 26 15 41

% within JK 63,4% 36,6% 100,0%

% of Total 63,4% 36,6% 100,0%

Crosstabs

Umurk * Xerostomia Crosstabulation

Xerostomia

Total Xerostomia Tidak Xerostomia

Umurk 60-74 thn Count 23 13 36

% within Umurk 63,9% 36,1% 100,0%

% of Total 56,1% 31,7% 87,8%

Page 55: HUBUNGAN ANTARA XEROSTOMIA DENGAN

75-90 thn Count 4 1 5

% within Umurk 80,0% 20,0% 100,0%

% of Total 9,8% 2,4% 12,2%

Total Count 27 14 41

% within Umurk 65,9% 34,1% 100,0%

% of Total 65,9% 34,1% 100,0%

JK * Xerostomia Crosstabulation

Xerostomia

Total Xerostomia Tidak Xerostomia

JK Laki-laki Count 12 7 19

% within JK 63,2% 36,8% 100,0%

% of Total 29,3% 17,1% 46,3%

Perempuan Count 15 7 22

% within JK 68,2% 31,8% 100,0%

% of Total 36,6% 17,1% 53,7%

Total

Count 27 14 41

% within JK 65,9% 34,1% 100,0%

% of Total 65,9% 34,1% 100,0%