hubungan antara pola asuh orang tua dan …/hubungan... · muh subhan hakim. k8406031. hubungan...

112
HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN PERGAULAN PEER GROUP DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI KARANGANOM KLATEN TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh: MUH. SUBHAN HAKIM NIM K8406031 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: dinhhanh

Post on 02-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN PERGAULAN

PEER GROUP DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA

SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI

KARANGANOM KLATEN

TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh:

MUH. SUBHAN HAKIM

NIM K8406031

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

ii

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN PERGAULAN

PEER GROUP DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA

SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI

KARANGANOM KLATEN

TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh:

MUH. SUBHAN HAKIM

NIM K8406031

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

ii

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di Hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Haryono, M.Si Dra. Siti Rochani, M.Pd

NIP. 1951 0101 198103 1 005 NIP. 1954 0213 198003 2 001

iii

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di Hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Soeparno, M. Si 1. _________

NIP. 1948 1210 197903 1 002

Sekretaris : Dra. Siti Chotidjah, M.Pd 2. __________

NIP. 1948 1214 198003 2 001

Anggota I : Drs. Haryono, M. Si. 3. _________

NIP. 1951 0101 198103 1 005

Anggota II : Dra. Siti Rochani, CH, M.Pd. 4. __________

NIP. 1954 0213 198003 2 001

Disyahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP. 1960 0727 198702 1 001

iv

v

ABSTRAK

Muh Subhan Hakim. K8406031. HUBUNGAN ANTARA

KEDISIPLINAN BELAJAR DAN PERGAULAN PEER GROUP DENGAN

PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X MAN

KARANGANOM KLATEN TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta,

Juni 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Hubungan antara

Kediplinan Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa kelas X MAN

Karanganom Klaten Tahun Ajaran 2010/2011; (2) Hubungan antara Pergaulan

Peer Group dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa kelas X MAN

Karanganom Klaten Tahun Ajaran 2010/2011; (3) Hubungan antara Kedisplinan

Belajar dan Pergaulan Peer Group dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa

kelas X MAN Karanganom Klaten Tahun Ajaran 2010/2011.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif

korelasional. Populasi penelitian ialah seluruh siswa kelas X MAN Karanganom

Klaten Tahun Ajaran 2010/2011, sejumlah 138 siswa. Sampel diambil dengan

teknik simpel random sampling sejumlah 58 siswa. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan teknik angket. Teknik analisis data yang

digunakan dengan menggunakan analisis statistik dengan teknik regresi ganda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) hipotesis 1 “Ada

hubungan positif antara Kedisplinan Belajar dengan prestasi belajar sosiologi

pada siswa kelas X MAN Karanganom Klaten Tahun Ajaran 2010/2011”,

diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan rx1y =

0,297 dan ρ = 0,023. (2) hipotesis 2 “Ada hubungan positif antara Pergaulan Peer

Group dengan prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas X MAN Karanganom

Klaten Tahun Ajaran 2010/2011”, diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis

data yang menunjukkan rx2y = 0,298 dan ρ = 0,023. (3) hipotesis 3 “Ada

hubungan positif antara Kedisiplinan Belajar dan Pergaulan Peer Group dengan

prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas MAN Karanganom Klaten Tahun

Ajaran 2010/2011”, diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang

menunjukkan Ry(x1,2) = 0,406 , ρ = 0,007 dan F = 5,441.

v

vi

ABSTRACT

Muh Subhan Hakim. K8406031. THE RELATIONSHIP BETWEEN

STUDY DISCIPLINARY AND ASSOCIATION PEER GROUP WITH THE

SOCIOLOGY LEARNING ACHIEVEMENT TO X GRADE STUDENT MAN

KARANGANOM KLATEN YEAR 2010/2011. Thesis, Surakarta: Faculty

of Teacher Training and Education Sebelas Maret University Surakarta, June

2011.

This research aims to determine: (1) relationship between learning

disciplinary and sociology’s learning achievement to X grade students MAN

Karanganom Klaten year 2010/2011; (2) relationship between peer group

association with sociology’s learning achievement to X grade students MAN

Karanganom Klaten year 2010/2011; (3) relationship between learning

disciplinary and peer group association with sociology’s learning achievement to

X grade students MAN Karanganom Klaten year 2010/2011.

Methods used in this research is quantitative descriptive correlational. The

research population is 138 students of X grade student in MAN Karanganom

Klaten year 2010/2011. Sample is taken by simple random sampling from 58

students. Data collecting technique is done using questioner technique. Data

analysis technique used in this research is statistic analysis by double regression

technique.

Based on qualification research concludes (1) hypothesis 1 “There are

positive relationship between disciplinary of study with sociology’s learning

achievement to X grade student in MAN Karanganom Klaten year 2010/2011”,

accepted. It is could be seen from data analysis result which shows rx1y = 0.297

and ρ = 0.023. (2) Hypothesis 2 “There are positive relationship between peer

group association with sociology’s learning achievement to X grade students of

MAN Karanganom Klaten year 2010/2011”, accepted. It can be seen through data

analysis result which shows rx2y = 0,298 and ρ = 0,023. (3) Hypothesis 3 “There

are positive relationship between learning disciplinary and peer group association

with sociology’s learning achievement to X grade students of MAN Karanganom

Klaten year 2010/2011”, accepted. It can be seen through data analysis result

which shows Ry(x1,2) = 0,406, ρ = 0,007 and F = 5,441.

vi

vii

MOTTO

”Ilmu adalah pemimpin, dan amal perbuatan adalah makmumnya”

(Mu’addz bin Jabal r.a)

”Sesuatu yang kemudian menjadi penting untuk dimiliki oleh setiap manusia

adalah pendidikan”

(Emile Durkheim)

”Memiliki sedikit pengetahuan namun dipergunakan untuk berkarya jauh lebih

berarti daripada memiliki pengetahuan luas namun mati fungsi”

(Kahlil Gibran)

vii

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk :

1. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu

memberi doa dan kasih sayang untukku

menikmati hidup.

2. Kakak dan adikku, kalian adalah

semangat bagiku.

3. Keluarga besarku, terima kasih atas

dukungannya.

4. Teman-temanku Pendidikan Sos-Ant ’06

terima kasih atas kebersamaan kalian.

5. Almamater

viii

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di lingkungan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menghadapi banyak hambatan.

Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka hambatan-hambatan tersebut

dapat peneliti atasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuan, peneliti menyampaikan

terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof.Dr.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta,

3. Drs. MH. Sukarno,M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi

Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta,

4. Drs. Haryono, M.Si, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,

dorongan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini sekaligus

Penasehat Akademik atas bimbingan dan nasihatnya.

5. Dra. Siti Rochani, CH, M.Pd, Pembimbing II yang telah memberikan

semangat, bimbingan, pengarahan serta saran-saran dalam penyusunan

skripsi ini.

6. Drs. H. Sriyana, Kepala MAN Karanganom yang telah memberikan ijin

untuk melaksanakan penelitian.

7. Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih atas bimbingan, do’a dan dukungannya

selama ini.

8. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

ix

x

Peneliti berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang terkait khususnya bagi kepentingan pendidikan terutama bidang

pengajaran Sosiologi Antropologi.

Surakarta, Juni 2011

Peneliti

x

xi

DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................ i

PENGAJUAN ................................................................................................ ii

PERSETUJUAN ............................................................................................ iii

PENGESAHAN ............................................................................................. iv

ABSTRAK ................................................................................................ v

MOTTO ................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN .......................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................... 6

C. Pembatasan Masalah ...................................................... 6

D. Perumusan Masalah ....................................................... 7

E. Tujuan Penelitian ........................................................... 7

F. Manfaat Penelitian ......................................................... 8

BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................. 9

A. Tinjauan Pustaka ............................................................ 9

1. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar Sosiologi ........... 9

2. Tinjauan Tentang Kedisiplinan Belajar ................... 17

3. Tinjauan Tentang Pergaulan Peer Group ................. 23

B. Penelitian yang Relevan ................................................. 39

C. Keranga Berpikir ............................................................ 39

D. Hipotesis ........................................................................ 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 42

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................ 42

B. Populasi dan Sampel ...................................................... 43

xi

xii

C. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 52

D. Rancangan Penelitian ..................................................... 62

E. Teknik Analisis Data ...................................................... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................ 67

A. Deskripsi Lokasi ........................................................... 67

B. Deskripsi Data ................................................................ 72

C. Pengujian Persyaratan Analisis ..................................... 77

D. Pengujian Hipotesis ........................................................ 83

E. Pembahasan Hasil Analisis Data .................................... 90

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ........................ 93

A. Kesimpulan .................................................................... 93

B. Implikasi ......................................................................... 94

C. Saran ............................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 96

LAMPIRAN ................................................................................................ 99

xii

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Waktu Penelitian ...................................................................... 42

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kedisiplinan Belajar (X1) ................................. 74

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pergaulan Peer Group (X2) ............................... 75

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Sosiologi (Y) .......................... 77

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Normalitas X1 ................................................. 79

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Normalitas X2 ................................................. 80

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Y .................................................. 81

Tabel 8. Rangkuman Uji Linieritas X1 dengan Y ............................................. 83

Tabel 9. Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y ............................................. 83

Tabel 10.Matriks Interkorelasi Analisis Regresi ................................................ 84

Tabel 11.Koefisien Beta dan Korelasi Parsial ................................................... 86

Tabel 12.Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh........................................ 86

Tabel 13.Perhitungan Bobot Prediktor-Model Penuh ........................................ 89

xiii

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Uji Coba Angket Kedisiplinan Belajar ........................... 99

Lampiran 2. Soal Uji Coba Angket Kedisiplinan Belajar .................................. 100

Lampiran 3. Kisi-kisi Uji Coba Angket Pergaulan Peer Group ......................... 106

Lampiran 4. Soal Uji Coba Angket Pergaulan Peer Group ............................... 108

Lampiran 5. Soal Angket Kedsiplinan Belajar .................................................. 119

Lampiran 6. Soal Angket Pergaulan Peer Group ............................................... 123

Lampiran 7. Data Skor Uji Coba dan Analisis Kesahihan Butir

Soal Variabel Kedisiplinan Belajar .............................................. 130

Lampiran 8. Data Skor Uji Coba dan Analisis Kesahihan Butir Soal

Variabel Pergaulan Peer Group .................................................... 134

Lampiran 9. Tabel Data Skor Angket X1,X2 dan Ydan Garis Regresi X1,X2

dengan Y ....................................................................................... 140

Lampiran 10. Sebaran Frekuensi dan Histogram Kedisiplinan Belajar .............. 149

Lampiran 11. Sebaran Frekuensi dan Histogram Pergaulan Peer Group ........... 151

Lampiran 12. Sebaran Frekuensi dan Histogram Prestasi Belajar ...................... 152

Lampiran 13. Hasil Uji Normalitas X1,X2 dan Y ................................................ 154

Lampiran 14. Hasil Uji Linieritas X1 dengan Y dan X2 dengan Y ..................... 159

Lampiran 15. Hasil Analisis Regresi .................................................................. 162

Lampiran 16. Surat Perijinan .............................................................................. 165

Lampiran 17. Surat Keterangan Penelitian ......................................................... 169

Lampiran 18. Curriculum Vitae .......................................................................... 170

xiv

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia, sehingga dapat

mempengaruhi kelangsungan hidup manusia. Manusia tidak hanya tumbuh dan

berkembang atas dorongan saja, akan tetapi manusia juga memerlukan arahan dan

bimbingan dari luar dirinya. Pengarahan dan bimbingan tersebut dapat terjadi

melalui proses pendidikan, yang akhirnya akan menjadi arahan dan acuan manusia

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pendidikan pada dasarnya adalah proses yang bertujuan untuk

mengembangkan potensi yang ada dalam diri manusia. Melalui pendidikan,

manusia diharapkan mampu menjadi makhluk yang mampu menjalankan tugas

dan kewajibannya.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem

Pendidikan Nasional) Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara”.

Keberhasilan pelaksanaan pendidikan dapat dilihat melalui proses

penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah penilaian terhadap hasil belajar atau

prestasi belajar. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, baik

yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (internal), maupun faktor-faktor

yang berasal dari luar diri siswa (eksternal).

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa atau

bawaan. Yang termasuk faktor-faktor ini adalah panca indera, kecerdasan, bakat,

sikap, minat, motivasi, kebiasaan, kedisiplinan, kebutuhan, emosi, penyesuaian

diri, dan lain-lain.

1

2

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi diri siswa namun

timbulnya dari luar diri siswa, misalnya faktor sosial (lingkungan keluarga,

kelompok, lingkungan masyarakat), pendidikan di sekolah, dari orang tua atau

keluarga, adat istiadat, fasilitas belajar, ilmu pengetahuan serta teknologi, dan lain

sebagainya.

Menurut Soegeng Prijodarminto (1992 : 23) “ Disiplin adalah suatu

kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku

yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kesenian, keteraturan, dan atau

ketertiban”. Nilai-nilai dalam disiplin tersebut sangat menunjang dan penting

dalam menjalani suatu kehidupan bermasyarakat yang terdiri dari berbagai

kegiatan. Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam setiap kegiatan ataupun

perilaku, maka kita akan memperoleh hasil yang maksimal sesuai yang kita

inginkan. Tanpa adanya sikap disiplin dalam berperilaku, maka hidup yang kita

jalani akan berjalan dengan tidak teratur dan akhirnya kita tidak akan memperoleh

hasil seperti yang kita harapkan.

Semua orang tahu bahwa setiap orang yang berhasil dalam suatu pekerjaan

selalu berhubungan dengan kedisiplinan. Kedisiplinan sangat besar pengaruhnya

dalam meraih suatu keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dengan kedisiplinan

siswa akan melatih dirinya belajar mengendalikan diri, mudah menghormati,

menghargai dan mematuhi otoritas. Siswa diusahakan agar dapat melakukan hal-

hal yang mempengaruhi cara belajarnya, mengatur waktu belajar, bermain dan

beristirahat, agar dapat merubah dan meningkatkan prestasi belajarnya. Mulai dari

yang dianggap belum berhasil menjadi lebih baik, atau yang istilah sekarang lebih

berbobot atau berprestasi. Untuk itu orang tua dan guru diharapkan memberikan

motivasi kepada putra-putrinya atau anak didik, sehingga mereka mampu

mencapai tujuan yang seoptimal mungkin. Kedisiplinan siswa akan dapat

mencapai prestasi belajar yang maksimal.

Kedisiplinan belajar merupakan suatu tata tertib yang tercipta dan

terbentuk sebagai pola tingkah laku belajar yang diatur sedemikian rupa, menurut

ketentuan-ketentuan yang harus ditaati dan dipatuhi oleh semua pihak. Dengan

kedisiplinan dapat tercipta ketertiban dan keteraturan serta dapat menimbulkan

3

perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan

siswa. Seorang siswa yang mempunyai kedisiplinan belajar yang tinggi akan

mengikuti dan mentaati peraturan sekolah secara baik, dengan kesadaran diri

untuk melaksanakan peraturan tersebut, dan anak melaksanakan hukuman apabila

melakukan kesalahan. Kedisiplinan belajar tidak tumbuh dengan sendirinya,

melainkan adanya bantuan dari pendidikan, baik dari orang tua, guru maupun

masyarakat.

Orang tua sangat berperan penting dalam pembinaan kedisiplinan belajar

anak dirumah yaitu dengan memberikan teladan yang baik bagi anak dan

berttanggung jawab mencukupi kebutuhan anak. Apabila dari kecil anak sudah

diajarkan untuk berlaku disiplin dalam segala hal, semakin lama anak akan dapat

memahami dan menjiwai arti dari disiplin tersebut. Penanaman kedisiplinan

secara dini kepada anak adalah sangat baik, karena anak tersebut semakin besar

semakin kuat rasa kedisiplinannya, dan khususnya rasa disiplin dalam hal belajar

disekolah maupun dirumah. Disiplin belajar dalam hal ini tidak hanya dalam taat

dengan waktu belajar yang sudah ditentukan, tetapi juga termasuk dengan

pemanfaatan waktu luang yang ada untuk belajar. Secara otomatis, semakin sering

anak belajar maka pelajaran yang telah diajarkan akan semakin dimengerti oleh

anak tersebut. Perilaku disiplin belajar tersebut tidak hanya berlaku dalam

lingkungan sekolah namun juga berlaku dalam lingkungan keluarga dan

masyarakat.

Guru berperan dalam menanamkan kedisiplinan belajar disekolah yaitu

dengan menerapkan berbagai peraturan dalam hal belajar disekolah seperti masuk

sekolah sebelum bel berbunyi, mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan

guru dengan baik, mengerjakan tugas tepat waktu, dan mengerjakan pekerjaan

rumah. Kedisiplinan belajar dapat tumbuh juga dengan bantuan masyarakat,

apabila kondisi masyarakat sekitar mempunyai tingkat kedisiplinan belajar yang

tinggi, maka dengan sendirinya akan berpengaruh pada anak tersebut, demikian

pula sebaliknya.

Dengan disiplin belajar yang tinggi, diharapkan dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa. Prestasi yang baik dan maksimal tidak dapat diperoleh

4

dengan cara yang instan, tetapi harus dengan usaha yang keras dan tidak kenal

lelah. Dengan prestasi yang tinggi, seseorang dapat lebih dihargai oleh orang-

orang di sekitarnya. Begitu juga dengan siswa sekolah, dengan prestasi yang baik

dan tinggi, maka dia akan dipandang lebih tinggi daripada siswa yang lainnya.

Dengan prestasi yang tinggi pula, siswa sekolah dapat memperoleh kesempatan

yang lebih besar untuk dapat mencapai keinginannya dan masa depan yang lebih

cerah. Seperti halnya mendapat kesempatan yang lebih besar untuk melanjutkan

ke jenjang sekolah yang lebih tinggi dan lebih baik kualitasnya. Karena dalam

masa-masa sekarang, prestasi belajar dan tingkat sekolah yang lebih baik dapat

menunjang masa depan yang lebih baik. Selain dengan adanya peer group

tersebut, prestasi belajar yang maksimal hanya bisa diraih dengan kedisiplinan

belajar yang baik.

Selain dengan adanya kedisiplinan tersebut, prestasi belajar yang

maksimal juga bisa diraih dengan membentuk kelompok sebaya atau peer group.

Usia - usia remaja merupakan masa transisi dalam mencari jati dirinya. Remaja ini

merasa ingin diakui atau ingin menunjukkan siapa dirinya sendiri kepada orang

lain dan ingin terlihat lebih baik dari teman-temannya, atau ingin terlihat lebih

menonjol. Kelompok-kelompok ini biasanya terbentuk karena persamaan tujuan,

persamaan pemikiran antara anggota-anggotanya dan sebagian besar terbentuk di

lingkungan sekolahan.

Kelompok teman sebaya mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam

perkembangan remaja / anak tersebut, baik perkembangan fisik maupun batin.

Peer group dapat memberikan pengaruh yang baik pada para anggotanya, seperti

dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih baik,untuk berprestasi lebih baik.

Kelompok juga dapat memberikan pengaruh yang buruk terhadap anggotanya,

misalnya ; karena teman-temannya merokok dan tidak ingin dikatakan “cemen”,

anak yang sebelumnya tidak merokok berubah menjadi seorang perokok.

Disisi lain peer group mempunyai peranan yang sangat penting dalam

perkembangan remaja yang dapat berfungsi sebagai persiapan bagi kehidupann

dimasa yang akan datang, dan dapat berpengaruh terhadap pola perilaku dan

pandangannya. Di dalam peer group remaja dituntut untuk belajar sosial, bergaul,

5

memberi dan menerima pergaulan dengan sesama temannya. Menurut Syamsu

Yusuf LN (2004: 60) menyebutkan bahwa peranan kelompok teman sebaya bagi

remaja adalah memberikan kesempatan untuk belajar tentang:

(1) Bagaimana berinteraksi dengan orang lain. (2) Mengontrol tingkah laku sosial.

(3) Mengembangkan keterampilan dan minat yang relevan dengan usianya. (4)

Saling bertukar perasaan dan masalah.

Alangkah baiknya bila peer group yang ada di sekolah merupakan

kelompok yang dapat memberikan pengaruh yang positif bagi anggotanya yaitu

para siswa - siswa dari sekolah tersebut. Semua pihak termasuk orang tua dan

guru pasti berharap dengan adanya kelompok-kelompok tersebut dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa, meski kelompok tersebut merupakan

kelompok yang “ilegal” atau terbentuk tidak secara resmi.

Kelompok teman sebaya atau peer group yang baik adalah dimana

anggota-anggotanya mendapatkan pengaruh yang positif dari teman-temannya

dalam kelompok tersebut. Pengaruh tersebut dapat berupa semangat yang lebih

besar dan lebih baik untuk dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Biasanya

dalam kelompok seperti itu anak-anak merasa tidak canggung atau malu untuk

bertanya kepada temannya dari pada bertanya kepada guru.

MAN Karanganom merupakan salah satu sekolah yang mempunyai

prestasi, hal ini terlihat dari banyaknya piagam dan penghargaan yang dicapai

oleh siswa-siswanya. MAN Karanganom merupakan sekolah keagamaan yang

mempunyai kedisiplinan tinggi terhadap siswa, misalnya siswa harus datang pukul

06.30 sampai 07.00 untuk membaca Al-Qur’an. Siswa - siswa mempunyai

kelompok bermain sendiri-sendiri sehingga terlihat sekali kesenjangan antara

kelompok yang rajin dengan kelompok yang sering melanggar aturan.

Berdasar latar belakang diatas, masalah kedisiplinan dan pergaulan peer

group serta prestasi belajar siswa sangat menarik diteliti. Oleh karena itu penulis

mengangkat penelitian dengan judul “Hubungan Antara Kedisiplinan Belajar Dan

Pergaulan Peer Group Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas X MAN

Karanganom, Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011”

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang

muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Keberhasilan pendidikan salah satunya ditentukan oleh lingkungan pergaulan

anak.

2. Faktor penentu keberhasilan pendidikan adalah faktor intern dan faktor extern.

3. Lingkungan pergaulan tidak selalu positif, maka anak perlu diberikan

pendidikan untuk bergaul agar anak bermental sepiritual untuk

mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk.

4. Guru sebagai salah satu penentu pendidikan, keberhasilan pendidikan tidak

selalu ditentukan oleh kemampuan guru saja, tetapi juga ditentukan cara guru

menumbukan kedisiplinan pada anak.

5. Sikap dan perilaku siswa sangat penting terhadap keberhasilan pendidikan,

yaitu sikap positif berdisiplin dalam menghadapi proses pembelajaran.

C. Pembatasan masalah

Agar penelitian ini berjalan terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan,

maka masalah dibatasi pada :

1. Kedisiplinan belajar yang dimaksud adalah kedisiplinan siswa di dalam

menggunakan waktu belajar sehari-hari untuk mencapai prestasi yang

diinginkannya.

2. Pergaulan peer group adalah hubungan social remaja dengan teman-teman

sebayanya di lingkungan dimana dia berada. Proses ini terjadi dimana individu

salaing bertemu dan berinteraksi satu sama lain dengan jangka waktu yang

bias membentuk jalinan pertemanan dan persahabatan. Interaksi ini terjadi

dalam kelompok yang terdiri dari sejumlah individu yang sama, yaitu mereka

yang mempunyai usia, minat, dan perasaan yang sama.

3. Prestasi belajar sosiologi yang dimaksud adalah hasil belajar mata pelajaran

sosiologi yang dicapai siswa yang dinyatakan dalam bentuk skor dan nilai.

7

D. Perumusan masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dibuat perumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar

sosiologi siswa kelas X MAN Karanganom Klaten tahun pelajaran

2010/2011?

2. Apakah ada hubungan antara pergaulan teman sebaya dengan prestasi belajar

sosiologi siswa kelas X MAN Karanganom Klaten tahun pelajaran

2010/2011?

3. Apakah ada hubungan secara bersama antara kedisiplinan belajar dan

pergaulan peer group dengan prestasi belajar siswa kelas X MAN

Karanganom Klaten tahun pelajaran 2010/2011?

E. Tujuan penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui Hubungan antara kedisiplinan belajar dengan prestasi

belajar sosiologi siswa kela X MAN Karanganom Klaten tahun pelajaran

2010/2011.

2. Untuk mengetahui hubungan antara pergaulan peer group dengan prestasi

belajar sosiologi siswa kelas X MAN Karanganom Klaten tahun pelajaran

2010/2011.

3. Untuk mengetahui hubungan secara bersama antara kedisiplinan belajar dan

pergaulan peer group dengan prestasi belajar siswa kelas X MAN

Karanganom Klaten tahun pelajaran 2010/2011.

8

F. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan pada umumnya dan proses

belajar pada khususnya bidang ilmu Sosiologi.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Orang Tua

1) Sebagai sumbangan pemikiran bagi orang tua dalam mengasuh,

membesarkan, dan memberikan pendidikan bagi anak dan melatih

anak

2) Melatih anak disiplin belajar di dalam rumah tangga dan pergaulan

agar dapat meningkatkan prestasi belajar.

b) Bagi Masyarakat

Memberikan sumbangan bagi masyarakat dalam memberikan penddikan

pada anak-anaknya.

c) Bagi Sekolah

Memberikan wawasan bagi pendidik untuk memberikan pengertian

tentang pentingnya kedisiplinan belajar dan pergaulan Peer Group.

d) Bagi Guru

Sebagai bahan informasi dan tindak lanjut tentang hubungan antara

kedisiplinan belajar dan pergaulan Peer Group dengan prestasi belajar.

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Prestasi Belajar Sosiologi

a. Pengertian Prestasi Belajar Sosiologi

Pada dasarnya belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang,

baik anak-anak, orang dewasa ataupun orang tua. Belajar adalah setiap

perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu

hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar merupakan serangkaian tahapan

untuk mencapai perubahan keseluruhan perilaku individu yang relatif tetap

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

proses kognitif dan afektif yang merupakan hasil dari proses kematangan,

kemudian diwujudkan dalam prestasi belajar. Dalam kategori Bloom terdapat

tiga ranah utama pada proses belajar, yaitu ranah kognitif (pikiran), ranah

afektif (emosi), dan ranah psikomotorik (perilaku).

Menurut Zainal Arifin (1990:3) “Prestasi adalah kemampuan,

keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Jadi

kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam melakukan suatu usaha.

Kemampuan dan ketrampilan itulah yang disebut prestasi. Sedangkan menurut

Poerwodarminta ( 2002 : 787 ) “Prestasi adalah penguasaan atas keterampilan

yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan

nilai test berupa angka yang diberikan oleh guru”. Maksudnya siswa mampu

menguasai ketrampilan atau materi yang diberikan oleh seorang pengajar dan

biasanya seorang guru mengukurnya dengan mengadakan test.

Menurut Slameto (2005: 2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksinya dengan lingkungan”. Maksud dari pengertian tersebut adalah

usaha seseorang untuk mendapatakan pengetahuan dalam berinteraksi di

lingkunganya. Sedangkan menurut A Suhaenah Suparno (2000: 2) “Belajar

9

10

merupakan suatu aktifitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen

sebagai akibat dari perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan faktor-

faktor kelelahan, kematangan atau karena mengkonsumsi obat-obatan

terlarang”. Jadi suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang

diperoleh dari latihan dan pengalamannya dalam interaksinya dengan

lingkungan.

Prestasi belajar merupakan perwujudan dari hasil belajar. Syaiful Bahri

Djamaroh (2002: 23), “prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa

kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil

dari aktivitas belajar”. Jadi dalam aktivitas belajar akan mengakibatkan

perubahan dalam perilaku maupun kecakapan. Perubahan perilaku inilah yang

disebut sebagai hasil belajar atau prestasi belajar.

Menurut Sutratinah Tirtonegoro ( 2001: 43), “Prestasi belajar adalah

penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,

angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah

dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Maksudnya penilaian hasil

belajar yang telah dicapai oleh setiap anak dapat diukur secara semester atau

periode waktu yang telah ditentukan dan diwujudkan melalui simbol, angka,

huruf dan kalimat.

Menurut Van dorm & C.J.Lammers dalam Soerjana Soekanto,

2001:21) Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan

proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.”. dari pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan sosial yang

mempelajari tentang struktur – struktur dan proses –proses yang terjadi di

dalam masyarakat yang mempunyai sifat stabil, artinya tidak berubah-ubah.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (2001:21)

menyatakan sosiologi ialah ilmu yang mempunyai struktur sosial dan proses-

proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial”. Dari pengertian tersebut

dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu sosial yang mempelajari

11

lapisan-lapisan di dalam masyarakat dan proses-proses sosial lainya serta

perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat tersebut.

Jadi prestasi belajar sosiologi adalah hasil usaha dari individu di dalam

mempelajari sosiologi setelah dilakukan evaluasi menurut kemampuannya

masing-masing yang diperoleh melalui proses belajar di bangku sekolah dan

hasil tersebut berupa nilai tertuang di dalam raport.

b. Fungsi Prestasi Belajar

Keberhasilan manusia dalam meraih prestasi belajar, pada tingkat dan

jenis ilmu pengetahuan tertentu dapat memberikan kepuasan pada manusia

khususnya yang ada pada bangku sekolah. Oleh karena itu, prestasi mempunyai

beberapa fungsi. Adapun fungsi prestasi belajar menurut Zainal Arifin (1990 :

3), antara lain :

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern suatu institusi

pendidikan. Indikator intern berarti bahwa prestasi belajar dijadikan

indikator tingkat pendidikan atau produktivitas suatu institusi

pendidikan. Indikator ekstern bahwa rendahnya prestasi belajar

dapat dijadikan indikator kesuksesan anak didik dalam masyarakat.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap

(kecerdasan) anak didik.

Sedangkan menurut Cronbach dalam bukunya Zainal Arifin (1990:4)

mengemukakan bahwa kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, bergantung

kepada ahli dan versinya masing-masing. Namun diantaranya adalah sebagai

berikut :

1) Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar

2) Untuk keperluan diagnostik

3) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan

4) Untuk keperluan seleksi

5) Untuk keperluan penempatan dan penjurusan

6) Untuk menentukan isi kurikulum

7) Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi prestasi

belajar adalah sebagai indikator untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

12

proses belajar mengajar, serta sebagai dorongan bagi siswa untuk

meningkatkan belajarnya. Selain itu prestasi juga berguna sebagai tolok ukur

keberhasilan guru dan lembaga pendidikan dalam mengantarkan anak didik

menyelesaikan belajarnya.

c. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang anak merupakan hasil

interaksi antara berbagai faktor yang saling berhubungan baik yang ada dalam

diri ( faktor intern ) maupun dari luar diri ( faktor ekstern ) anak. Menurut

Slameto (2003: 54) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang, yang dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1) Faktor intern, yang meliputi :

a) Faktor jasmani

b) Faktor psikologis

c) Faktor kelelahan

2) Faktor ekstern, terdiri :

a) Faktor keluarga

b) Faktor sekolah

c) Faktor masyarakat

Sebagai penjelasan penulis akan uraikan di bawah ini :

1) Faktor intern

a) Faktor jasmani

Kesehatan organ tubuh akan berpengaruh besar pada prestasi belajar.

Kondisi otak yang prima akan mudah menerima dan menyerap materi

maupun informasi.

b) Faktor psikologis

(1) Faktor intelegensi

Intelegensi yang tinggi akan mudah menyerap informasi yang

disampaikan dan seseorang akan mudah mencapai prestasi.

(2) Faktor perhatian

Perhatian yang terpusat akan lebih mudah menyerap informasi dan

memperoleh prestasi yang tinggi daripada

13

(3) Faktor Minat

Minat siswa pada suatu kegiatan atau mata ajar yang positif akan

mempermudah dalam menjalani proses belajar.

(4) Faktor bakat

Bakat merupakan aspek psikis yang kuat dalam jiwa siswa yang

memungkinkan berpotensi jika dioptimalkan dengan baik.

(5) Faktor motivasi

Motivasi merupakan dorongan dari luar siswa yang dapat

menimbulkan semangat belajar. Bisa dari guru atau orang tua.

(6) Faktor kematangan

Siswa yang matang akan menyadari kekurangan dan kelebihannya.

Ia akan menutupi kekurangannya dengan giat belajar dan

mengoptimalkan kelebihannya.

(7) Faktor kesiapan

Kesiapan siswa dalam kondisi siap akan mudah merespon

informasi dengan optimal, baik secara fisik dan mental.

c) Kelelahan

(1) Kelelahan jasmani

Siswa yang lelah jasmani, seperti lapar, mengantuk, kecapean akan

mengganggu proses belajar sehingga prestasi belajar menjadi

rendah atau turun

(2) Kelelahan rohani

Siswa yang lelah rohani akan menghambat informasi yang masuk

dalam pikiran. Hal ini bisa disebabkan oleh tekanan metal, masalah

takut yang dihadapi dan stress.

2) Faktor ekstern

a) Faktor keluarga

(1) Cara mendidik orang tua terhadap anak. Baik yang otoriter maupun

demokratis sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

(2) Suasana rumah yang menyenangkan atau membosankan.

14

(3) Hubungan antar anggota keluarga yang kurang baik atau harmonis.

(4) Pemenuhan ekonomi dan fasilitas yang mencukupi untuk

menunjang prestasi belajar.

(5) Perhatian orang tua yang cukup terhadap anak.

(6) Latar belakang budaya dimna anak bertempat tinggal.

b) Faktor sekolah

(1) Metode mengajar guru yang relevan dan variatif akan mendorong

pencapaian prestasi belajar yang tinggi dibanding dengan metode

monoton.

(2) Hubungan guru dan murid yang demokratis, terbuka dan

menyenangkan akan membuat siswa dekat dan mudah dalam

memecahkan masalah.

(3) Hubungan siswa dengan siswa yang kooperatif dan kompetitif

secara sehat akan menciptakan suasana belajar yang baik.

(4) Waktu belajar yang tepat akan berhubungan erat dengan tingkat

respon siswa. Misalnya pagi hari akan lebih efektif daripada siang

hari.

(5) Ukuran ruangan yang standar, sehingga siswa akan merasa nyaman

didalamnya.

(6) Metode belajar yang sesuai dengan keunikan masing-masing

menentukan penguasaan materi.

(7) Tugas rumah yang merangsang keaktifan belajar di luar sekolah.

(8) Kurikulum yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

(9) Disiplin belajar siswa yang tinggi.

(10) Standar pengajaran yang sesuai dengan kapasitas.

(11) Alat pengajaran yang memadai dan digunakana secara optimal.

c) Faktor masyarakat

(1) Kegiatan siswa di masyarakat memberikan dampak berarti bagi

prestasi belajar di sekolah. Keaktifan di organisasi kemasyarakatan

akan mempengaruhi pola perilaku yang teratur dan disiplin serta

cerdas dalam memecahkan masalah.

15

(2) Teman bergaul yang positif akan mendukung siswa mencapai

prestasi. Khususnya hubungan yang berkaitan dengan kepentingan

belajar.

(3) Kebiasaan yang berlaku di masyarakat dimana siswa tinggal.

Masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak

akan menetapkan aturan baik lisan maupun tertulis bagi warganya

yang mendukung penciptaan kondisi yang kondusif. Misalnya

aturan jam wajib belajar warganya.

Ditambahkan pula oleh Muhhibin Syah (2006: 132-138) bahwa faktor

jasmaniah / fisiologis meliputi kesehatan indera dan pendengaran, faktor

psikologis meliputi intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi, faktor

lingkungan sosial sekolah meliputi guru, staf dan teman-teman, faktor non-

sosial meliputi gedung, rumah, alat belajar, cuaca, dan waktu belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa

banyak dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan yang

berasal dari luar diri siswa yaitu yang disebut faktor internal dan faktor

eksternal, faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian keberhasilan prestasi

belajar siswa. Apabila siswa mempunyai kondisi fisik, intelektual, minat,

bakat, perhatian, motivasi, kedisiplinan, dan sudah siap menerima suatu

kecakapan tertentu (dalam hal ini sosiologi), maka akan sangat membantu

untuk mencapai suatu prestasi belajar yang tinggi. Dalam diri siswa tidak

semua faktor tersebut secara bersama-sama dapat mendukung siswa dalam

mempelajari pelajaran sosiologi, karena adanya pengaruh dari perbedaan sifat

individu, maupun karakteristik individu yang berbeda-beda.

d. Penilaian Prestasi Belajar

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa maka perlu diadakan tes,

seperti yang diungkapakan oleh Saifuddin Azwar (2002: 8) bahwa “tujuan

dilakukan tes adalah untuk mengungkap keberhasilan seseorang dalam

belajar”. Begitu juga dengan perubahan tingkah laku akibat proses belajar

dapat diketahui seberapa hasilnya terhadap seseorang dengan alat uji tes.

Menurut Suharsimi Arikunto dalam Dimyati & Mudjiono (2002 : 211),

16

”Bentuk tes ada dua yakni tes objektif dan tes esai (tes subjektif) berdasarkan

bentuk pertanyaan dalam tes”.

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

1) Tes Objektif

Tes objektif merupakan tes yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat

dijawab dengan memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah

alternatif yang tersedia, atau dengan mengisi jawaban yang benar dengan

beberapa perkataan atau simbol. Bentuk dari tes objektif ini antara lain : tes

benar salah, tes pilihan ganda, tes menjodohkan dan sebagainya.

2) Tes Subjektif atau Esai

Tes subjektif merupakan tes yang terdiri dari satu pertanyaan atau perintah

yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata

yang relatif panjang.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006: 205-206), ada 4 cara

menilai prestasi belajar berupa tes yang dibuat sendiri antara lain :

1) Cara pertama meneliti secara jujur soal-soal yang sudah di susun,

kadang-kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah

atau bahasa, taraf kesukaran, dan lain-lain keadaan soal tersebut.

2) Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis

soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan

informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang

disusun.

3) Cara ketiga adalah mengadakan checking validitas. Validitas yang

paling penting dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler (content

validity). Untuk mengadakan checking validitas kurikuler, harus

merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas

sehingga setiap soal dapat dijodohkan dengan setiap tujuan khusus.

4) Cara keempat adalah dengan mengadakan checking reliabilitas. Salah

satu indikator untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah

bahwa kebanyakan dari soal-soal tes itu mempunyai daya pembeda

yang tinggi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan belajar yang

berwujud prestasi belajar dapat dilihat dari proses belajar mengajar. Prestasi

belajar yang dicapai siswa dapat dilihat dari nilai yang menunjukkan

kemampuan dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan

oleh guru dilakukan melalui tes prestasi belajar pada waktu-waktu tertentu.

17

2. KEDISIPLINAN BELAJAR

a. Pengertian Kedisiplinan Belajar

Banyak ahli yang mendefinisikan mengenai pengertian kedisiplinan.

Tiap-tiap ahli memberikan definisi mengenai pengertian kedisiplinan menurut

pandangan masing-masing. Dengan demikian bukan tidak mungkin akan

terjadi perbedaan pendapat.

Menurut Elizabeth B Hurlock yang dikutip oleh Med Meitasari

Tjandrasa (2005:82) “ disiplin berasal dari kata disciple, yakni seorang yang

belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin”. Kedisiplinan

adalah cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui oleh

kelompok dimana mereka berada. Displin mempunyai tujuan untuk

membentuk perilaku anak sehingga sedemikian rupa hingga anak sesuai

peran-peran yang ditetapkan oleh budaya yang mereka tempati.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:12) menjelaskan

“Kedisiplinan adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan

pribadi dan kelompok”. Tata tertib merupakan hasil cipta, rasa dan karsa

manusia, yang mana dalam hal ini manusia berperan sebagai pembuat dan

pelaku. Tata tertib sengaja dibuat untuk mengatur tatanan kehidupan, baik

pribadi maupun kelompok agar dapat berjalan sesuai dengan norma yang

berlaku. Dengan demikian segala macam tindakan dan perilaku yang

tercermin dalam kehidupan sehari-hari dapat terkontrol dan terkendali dengan

baik sebagaimana mestinya.

Menurut Soegeng Prijodarminto (1992: 23) “Disiplin adalah suatu

kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku

yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan

atau ketertiban”. Kedisiplinan tidak dapat muncul secara tiba-tiba, melainkan

harus melalui suatu proses yang pada akhirnya akan membentuk kedisiplinan.

Kedisiplinan tercermin dalam kehidupan masyarakat apabila kedisiplinan itu

telah ditanamkan pada seluruh anggota masyarakat, yaitu melalui proses

sosialisasi. Apabila proses sosialisasi terjadi secara sempurna maka

18

kedisiplinan itu sendiri akan mendarah daging dalam pribadi masing-masing

anggota masyarakat, sehingga dalam kehidupan sehari-harinyapun seluruh

anggota masyarakat juga akan memperlihatkan serangkaian perilaku yang

menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan

ketertiban sebagai bentuk dari sifat kedisiplinan yang mereka miliki.

Jadi dari pendapat-pendapat para ahli diatas mengandung unsur

pokok sebagai berikut :

1. Dengan disiplin akan menciptakan ketertiban dan keteraturan dalam

belajar.

2. Kedisiplinan belajar merupakan salah satu syarat yang dapat menentukan

keberhasilan prestasi belajar.

3. Kedisiplinan menciptakan perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari

dapat terkontrol dan terkendali dengan baik

b. Fungsi Kedisiplinan

Belajar disiplin dari kecil, akan mendapat keuntungan di masa depan

dengan persaingan kehidupan yang semakin ketat. Dengan disiplin kita akan

mendapat banyak keuntungan dalam pergaulan dimasyarakat. Fungsi utama

disiplin adalah untuk mengajarkan pengendalian diri secara baik, menghormati

dan mematuhi peraturan. Sedangkan bentuk dari perilaku disiplin anak

sekolah dalam belajar antara lain anak mematuhi peraturan yang berlaku,

mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu, belajar secara teratur dan

mematuhi jadwal belajar yang telah ditetapkan. Menurut D. Gunarsa dan

Singgih D. Gunarsa (1992: 136) berpendapat ”Fungsi utama kedisiplinan

adalah untuk belajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati, dan

mematuhi otoritas”. Maksudnya dengan disiplin individu akan dengan mudah

dan sadar untuk melakukan segala aturan yang berlaku dalam masyarakat dan

selalu dapat menghormati waktu dan tata tertib.

Elizabeth B. Hurlock (1993:97) menyebutkan ”fungsi disiplin dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu :

19

1). Fungsi yang bermanfaat

Fungsi yang bermanfaat ini meliputi : (a) untuk mengajar anak yaitu

bahwa perilaku tertentu selalu diikuti hukuman, namun yang lain akan

diikuti dengan pujian, (b) untuk mengajar anak tentang suatu tingkatan

penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan, (c)

untuk membantu anak mengembangkan hati nurani mereka.

2). Fungsi yang tidak bermanfaat

Fungsi yang tidak bermanfaat ini meliputi: (a) untuk menakut-nakuti anak,

(b) sebagai pelapisan agresi orang yang mendisiplin.

Dari pengertian di atas disiplin dapat memberikan pengertian kepada

anak hal-hal yang berguna bagi kehidupannya untuk bertingkah laku baik dan

meninggalkan tingkat laku yang tidak baik, belajar mengendalikan keinginan

dan berbuat sesuatu tanpa ada unsur paksaan atau secara suka rela, tidak

mementingkan diri sendiri. Kebebasan anak akan bertambah sesuai dengan

kemampuannya dan kesanggupannya bertanggung jawab, ini diwujudkan

dengan mengambil keputusan-keputusan tetapi di sertai pengarahan dan

bimbingan. Dalam pengawasan dan bimbingan itulah anak bertingkah laku

sesuai dengan aturan yang berlaku, supaya tingkah laku anak yang mulanya

tidak teratur, melalui saran-saran dan pengarahan maka anak mencapai

tingkah laku yang wajar dan serasi.

c. Cara Menanamkan Disiplin pada anak

Orang tua dalam menanamkan disiplin pada anak harus sesuai

dengan tingkat perkembangan anak. Menanamkan disiplin pada anak harus

dimulai sejak kecil. Menurut Hurlock (1999: 93), terdapat beberapa cara

menanamkan disiplin kepada anak, yaitu :

1). Cara disiplin yang otoriter

Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang

diinginkan menandai semua jenis disiplin yang otoriter. Disiplin otoriter

berarti mengendalikan kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman terutama

hukuman badan sehingga anak kehilangan kesempatan untuk

mengendalikan perilaku mereka sendiri. Dalam cara ini, anak kehilangan

20

kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku mereka

sendiri. Disiplin otoriter selalu berarti mengendalikan melalui kekuatan

eksternal dalam bentuk hukuman, terutama hukuman badan.

2). Cara disiplin yang permisif

Biasanya disiplin yang permisif ini tidak membimbing anak untuk

berperilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman.

Anak diberi kebebasan dan diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri

dan berbuat sekehendak mereka sendiri. Cara ini membiarkan ana meraba-

raba dalam situasi yang terlalu sulit untuk ditanggulangi sendiri tanpa

bimbingan atau pengendalian.

3). Cara disiplin yang demokratis

Dalam hal ini, metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan

penalaran sehingga dapat membantu anak dalam memahami alasan-alasan

perilaku tersebut diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif

dan kedisiplinan dari pada aspek hukumannya. Disiplin demokratis

biasanya menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan penekanan

yang lebih besar pada penghargaan.

Sikap disiplin ini akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan,

pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan

tertentu yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, mulai pada

masa kanak-kanak dan terus berkembang sehingga menjadi bentuk disiplin

yang semakin kuat. Karena dengan dimulai dari masa kecil, anak akan terbiasa

dengan sikap disiplin di masa yang akan datang atau masa perkembangannya.

Sedangkan menurut pendapat Singgih D Gunarsa ( 1993 : 82)

penanaman disiplin oleh orang tua terdapat tiga cara, yaitu :

1) Cara otoriter

Pada cara ini orang tua menentukan aturan-aturan dan batasan-

batasan yang mutlak harus ditaati. Anak-anak harus tunduk dan patuh serta

tidak ada penilaian lain yang sesuai dengan kemampuan atau pendapatnya

sendiri. Jika anak tidak memenuhi aturan yang ditetapkan orang tua, ia

akan diancam dan mendapat hukuman.

21

2) Cara bebas

Pada cara ini orang tua membiarkan anak mencari dan

menentukan tata cara yang memberikan batasan-batasan dari tingkah

lakunya sendiri. Hanya pada hal-hal yang dianggap sudah melebihi batas,

orang tua akan bertindak. Pada cara ini pengawasan menjadi longgar.

Anak terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya

baik.

3) Cara demokratis

Pada cara ini orang tua memperhatikan dan menghargai

kebebasan anak, namun kebebasan yang tidak mutlak dan bimbingan yang

penuh pengertian kepada kedua belah pihak, anak dan orang tua.

Keinginan dan pendapat anak diperhatikan dan kalau sesuai dengan

norma-norma menurut orang tua, maka yang disetujui akan dilakukan.

d. Cara Mengukur Kedisiplinan

Dalam penelitian ini variabel kedisiplinan akan diukur dengan

menggunakan angket. Namun sebelum angket disusun, harus dibuat

indikator-indikatornya, yaitu sebagai berikut:

1) Disiplin menggunakan waktu belajar

2) Disiplin mengerjakan tugas

3) Disiplin mengikuti pelajaran

4) Disiplin saat ulangan

5) Disiplin menaati tata tertib sekolah.

Indikator-indikator tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Disiplin Menggunakan Waktu Belajar.

Belajar merupakan kewajiban bagi setiap siswa. Belajar

merupakan proses bagi siswa untuk dapat mempersiapkan materi yang

akan di pelajari di sekolah. Di samping penjelasan dari guru siwa juga

harus membiasakan diri untuk dapat menggunakan waktunya dalam

belajar. Kedisiplinan siswa dalam menggunakan waktu belajarnya

sangat penting sebab dengan demikian siswa akan lebih mudah

memahami penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh guru.

22

2) Disiplin Mengerjakan Tugas

Mengerjakan tugas merupakan salah satu rangkaian kegiatan

dalam belajar yang dilakukan di dalam maupun di luar jam pelajaran

sekolah. Tujuan dalam pemberian tugas biasanya untuk menunjang

pemahaman dan penguasaan materi pelajaran yang disampaikan di

sekolah agar siswa berhasil dalam belajarnya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Nana Syaodih Sukmadinat (2003: 163) yang mengatakan,

“keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh keterampilan-

keterampilan yang dimilikinya, seperti : keterampilan membaca,

berdiskusi, memecahkan masalah, mengerjakan tugas dan lain-lain”.

Pendapat di atas dapat dikatakan bahwa mengerjakan tugas

dapat berupa mengerjakan ulangan ujian yang diberikan guru,

membuat dan mengerjakan latihan yang telah diajarkan. Jadi yang

dimaksud disiplin siswa dalam mengerjakan tugas adalah disiplin yang

mencakup keteraturan, mengerjakan tugas, bertanggung jawab dalam

mengerjakan dan sekaligus mengerti serta memahami materi yang

dipelajari.

3) Disiplin Mengikuti Pelajaran

Siswa yang memiliki disiplin belajar dapat dilihat dari

keteraturan dan ketekunan belajarnya. Disiplin siswa dalam mengikuti

pelajaran di sekolah menuntut adanya keaktifan, keteraturan,

ketekunan dan ketertiban dalam mengikuti pelajaran yang terarah pada

suatu tujuan belajar. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah

(2002: 100) mengemukakan “ Anak-anak tidak bisa masuk dan pulang

sesuka hati, juga tidak dibenarkan mengabaikan tugas yang diberikan

oleh guru. Berbicara sesuka hati ketika menerima pelajaran adalah

perilaku anak yang harus dikendalikan”.

Seorang siswa hendaknya mengetahui apa-apa yang harus

dipersiapkan dalam mengikuti suatu pelajaran di sekolah agar dapat

menerima penjelasan yang disampaikan oleh guru. Dari uraian di atas

yang dimaksud disiplin mengikuti pelajaran mencakup kesiapan siswa

23

dalam mengikuti pelajaran, keaktifan dalam mengikuti pelajaran

dengan mencatat hal-hal penting yang diajarkan oleh guru serta

menanyakan hal-hal yang kurang jelas sehingga siswa yang

bersangkutan benar-benar mengerti dan memahami materi pelajaran.

4) Disiplin Saat Ulangan

Seorang siswa wajib mengikuti setiap ulangan yang di adakan

oleh guru. Ulangan yang di adakan oleh guru biasanya bertujuan untuk

mengukur kemampuan penguasaan materi oleh siswa. Kemampuan

penguasaan oleh siswa biasanya di adakan oleh guru setiap materi

mendekati habis dan biasanya dilakukan dalam kurun waktu berapa

kali sekali. Sehingga siswa harus disiplin mengikuti ulangan ulangan

untuk mengetahui seberapa besar mampu menyerap materi yang di

sampaikan guru.

5) Disiplin Mentaati Tata Tertib Sekolah

Dalam hal ini tata tertib sekolah merupakan peraturan yang

mengikat semua personal yang ada di sekolah agar proses belajar dapat

berjalan lancar. Tata tertib juga merupakan pendukung dalam usaha

pembentukan disiplin belajar bagi siswa. Setiap siswa wajib mentaati

peraturan atau tata tertib sekolah yang telah ditentukan. Siswa dituntut

untuk berbuat disiplin, sehingga semua tindakannya senantiasa taat dan

sesuai dalam menjalankan tata tertib atau peraturan di sekolah.

3. Pergaulan Peer Group

a. Pengertian Pergaulan Peer Group

Pergaulan adalah proses terjadinya hubungan atau interaksi antar

individu satu dengan yang lain, individu dengan kelompok maupun

kelompok dengan kelompok, dengan kata lain pergaulan adalah hidup untuk

berteman, kebersamaan atau hidup bermasyarakat. Pergaulan adalah istilah

yang sering disebut-sebut orang untuk menjelaskan tentang segala hal yang

berkenaan dengan hal-hal yang berhubungan dengan teman atau pertemanan.

24

Para ahli psikologi dan sosiologi mengemukakan pengertian dari

pergaulan menurut cara pandang mereka masing-masing. Adapun definisi

pergaulan menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1) Menurut Soedomo Hadi (2005:63), "Pergaulan adalah kontak

langsung antara individu satu dengan individu yang lain, termasuk

didalamnya antar pendidik dan anak didik". Dalam hal ini pergaulan

meliputi tingkah laku individu yang saling berinteraksi satu sama lain

dalam jangka waktu tertentu. Dalam pergaulan tersebut akan terjadi

interaksi sosial dimana interaksi sosial tersebut berasal dari semua

kehidupan sosial, sehingga tanpa interaksi sosial tidak akan ada

kehidupan bersama.

2) Menurut Daliman (1997:14) "Pergaulan adalah kontak antara orang yang

satu dengan lainnya atau interaksi antara person dengan person lain".

Dalam pergaulan sehari-hari terjadi kontak antara satu orang dengan

orang lain maupun interaksi sosial antara person satu dengan person lain

dan dalam interaksi tersebut tidak lepas adanya proses saling

mempengaruhi. Pergaulan merupakan hubungan antar individu maupun

kelompok secara langsung sehingga akan memberi pengaruh bagi

remaja dalam bertingkah laku dalam kehidupan.

Dari pendapat-pendapat diatas mengaandung unsur pokok :

a) Pergaulan meliputi tingkah laku individu yang saling berinteraksi

satu sama lain.

b) Dalam pergaulan akan terjadi interaksi sosial sehingga menciptakan

kehidupan bersama.

c) Pergaulan merupakan hubungan antar individu maupun kelompok

secara langsung sehingga akan memberi pengaruh bagi remaja

dalam bertingkah laku.

Pada hakekatnya manusia disamping sebagai makhluk individu juga

sebagai makhluk sosial yang dituntut adanya saling berhubungan antara

sesama dalam kehidupannya. Individu dalam kelompok sebaya (peer group)

25

merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti dibidang usia,

kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu.

Peer group atau kelompok sebaya merupakan suatu proses penting

artinya bagi proses pendewasaan remaja. Hal ini disebabkan kelompok sebaya

merupakan wadah untuk tumbuh dan berkembangnya suatu kepentingan atau

masalah bersama mengembangkan kecakapan-kecakapan dan pengetahuan-

pengetahuan tertentu. Remaja juga memperoleh kesempatan menguji

kecakapan dan menambah pemahaman tentang dirinya sendiri

1) Menurut Slamet Santoso (1999:81), "Peer group adalah suatu kelompok

yang anggotanya mempunyai persamaan usia dan status atau posisi

sosial”. Remaja akan masuk dalam lingkungan kelompok yang memiliki

usia, status dan posisi sosial yang sama. Kesamaan ini akan membuat

seorang remaja lebih mudah dalam merasakan, mengerti, dan

menumbuhkan rasa toleransi antara anggota satu dengan yang lain.

Mereka juga akan saling bertukar pengalaman yang dimiliki antara satu

dengan yang lainnya.

2) http://www.google.co.id/peer group, 20:30, 25 April 2010, “Peer group

adalah suatu kelompok orang yang mempunyai kesamaan umur, status

sosial, dan minat untuk mengembangkan hubungan dengan anggota dan

untuk menemukan kecocokan antar anggota dalam kelompok”.

Seorang remaja akan mengembangkan hubungan sosialisasi lebih

intensif dengan sesama anggota kelompok untuk menemukan

persamaan atau kecocokan dalam bidang umur, status sosial, dan

minat dalan kelompoknya, setelah menemukan persamaan atau

kecocokan tersebut maka remaja akan bersikap dan bertingkah laku

sesuai dengan nilai-nilai dan aturan yang berlaku dalam kelompok

tersebut.

Sehingga uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peer group adalah

suatu kelompok orang yang memiliki umur, status, dan minat serta perasaan

yang sama. Di antara anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab

atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya. Di dalam peer group atau

26

kelompok sebaya ini, individu merasa menemukan dirinya (pribadi) serta

dapat mengembangkan rasa sosial sejalan dengan perkembangan

kepribadiannya.

Jadi yang dimaksud pergaulan peer group adalah proses dimana

individu saling bertemu dan saling berinteraksi satu sama lain dengan jangka

waktu yang bisa membentuk jalinan persahabatan atau pertemanan dalam

suatu kelompok orang yang memiliki umur, status, dan minat serta perasaan

yang sama.

b. Latar Belakang Terbentuknya Peer Group

Peer group merupakan suatu kelompok yang dibentuk oleh individu-

individu yang mempunyai persamaan usia dan status sosial. Peer group ini

muncul karena setiap anggotanya mempunyai kebutuhan dan keinginan yang

sama. Hal ini akan mendorong seorang anak untuk dapat memenuhi kebutuhan

tersebut dengan membuat suatu kelompok baik itu teman sekolah, teman

bermain bahkan anak kerabat. Karena mereka merasa bahwa hanya teman-

teman dalam kelompoknya saja yang dapat mengerti, memahami dan

merasakan apa yang sedang dialami.

Menurut Slamet Santoso (1999:83) “Latar belakang munculnya peer

group yaitu : “(1) Adanya perkembangan proses sosialisasi (2) Kebutuhan

untuk menerima penghargaan (3) Perlu perhatian dari orang lain (4) Ingin

menemukan dunianya”.

Latar belakang tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1) Adanya perkembangan proses sosialisasi

Pada usia remaja (usia anak SMP dan SMA), individu mencoba

bersosialisasi dalam lingkungan. Dalam usia remaja ini mereka sedang

belajar memperoleh kemantaban dalam mempersiapkan diri untuk menjadi

orang dewasa yang baru. Sehingga individu mencari kawan yang memiliki

perasaan, keinginan dan kebutuhan yang sama. Dalam kelompok individu

dapat saling berinteraksi satu sama lain, berusaha mengerti dan memahami

satu sama lain agar dapat diterima dalam kelompok tersebut.

27

2) Kebutuhan untuk menerima penghargaan

Secara psikologis, individu membutuhkan penghargaan dari orang lain

agar mendapatkan kepuasan dari apa yang telah dicapainya. Oleh karena

itu individu bergabung dengan teman sebayanya, yang mempunyai

kebutuhan psikologis yang sama yaitu ingin dihargai. Dengan begitu

individu merasakan adanya kebersamaan atau kekompakan dalam

kelompok teman sebayanya.

3) Perlu perhatian dari orang lain

Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian, dari lingkungannya,

berusaha mendapatkan status dan peranan seperti dalam kegiatan

organisasi remaja di kampung-kampung. Mereka menginginkan

keberadaannya diakui dalam kelompok. Individu memerlukan perhatian

dari orang lain terutama yang merasa senasib dengan dirinya. Hal ini dapat

ditemui dalam kelompok sebaya di mana individu merasa sejajar dengan

yang lain, mereka tidak merasakan adanya perbedaan status seperti jika

mereka bergabung dalam dunia orang dewasa.

4) Ingin menemukan dunianya

Dalam peer group individu dapat menemukan dunia sendiri yang berbeda

dengan dunia orang dewasa. Mereka mempunyai persamaan pembicaraan

dalam segala bidang, misalnya pembicaraan tentang masalah pacar,

pendidikan, kegemaran dan hal-hal yang menarik lain yang tidak dapat

mereka bicarakan dengan orang tua atau orang dewasa lain.

Syamsu Yusuf LN (2004:60) telah mengkaji persahabatan dikalangan

kelompok teman sebaya dan menyebutkan factor utama yang menentukan

daya tarik hubungan interpersonal diantara para remaja pada umumnya adalah

adanya kesamaan dalam: minat,nilai-nilai, pendapat dan sifat-sifat

kepribadian”.

c. Ciri-ciri Peer Group

Peer Group merupakan suatu kelompok yang dibentuk oleh individu-

individu yang mempunyai persamaan usia dan status sosial. Peer group atau

kelompok sebaya mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan

28

dengan jenis kelompok lain. Ciri-ciri dari peer group menurut Slamet Santosa

(1999:87) yaitu : “(1) Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas (2)

Bersifat sementara (3) Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan

yang luas (4) Anggotanya adalah individu yang sebaya”.

Ciri-ciri peer group tersebut dijelaskan berikut ini :

1) Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas

Peer group atau Kelompok sebaya terbentuk secara spontan. Kelompok ini

tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas karena semua anggota

mempunyai kedudukan dan fungsi yang sama, tetapi tetap ada satu orang

di antara anggota dianggap sebagai seorang pemimpin yaitu anak yang

paling disegani dan paling mendominasi dalam kelompok.

2) Bersifat sementara

Peer group ini bukanlah merupakan suatu organisasi resmi dan

kemungkinan tidak dapat bertahan lama karena tidak ada struktur

organisasi yang jelas lebih-lebih jika keinginan masing-masing anggota

berbeda-beda dan tidak mencapai kesepakatan. Dapat juga mereka

dipisahkan karena keadaan seperti pada teman sebaya saat lulus sekolah

dan masing-masing anggotanya melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi

yang berbeda-beda.

3) Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan luas

Setiap anggota peer group berasal dari lingkungan yang berbeda dan

mempunyai aturan serta kebiasaan yang berbeda pula. Dalam peer group

mereka akan saling memperkenalkan kebiasaan masing-masing, sehingga

mereka dapat saling belajar. Secara tidak langsung kebiasan-kebiasaan

yang beraneka ragam tersebut dipilih dan disesuaikan dengan kelompok,

untuk melanjutkan dijadikan sebagai kebiasaan kelompok.

4) Anggotanya adalah individu yang sebaya

Peer group yang terbentuk secara spontan ini beranggotakan individu-

individu yang memiliki persamaan usia dan posisi sosial. Contoh

29

konkritnya ialah pada anak-anak SMP atau SMA, di mana mereka

mempunyai tingkat usia, keinginan dan tujuan serta kebutuhan yang sama.

Sedangkan menurut Kandel dalam Syamsu Yusuf (2002:60), "

...karakteristik persahabatan remaja adalah dipengaruhi oleh kesamaan: usia,

jenis kelamin dan ras". Maksud dari uraian diatas bahwa dalam pergaulan peer

group sangatlah mudah mengenalinya suatu kelompok karena biasanaya peer

group sesuai dengan usia, jenis kelamin atau ras.

d. Peranan Peer Group

Dalam peer group setiap individu mempunyai peranan dalam

bersosialisasi antar anggota tentang cara berinteraksi, bertingkah laku, dan

mencapai tujuan. Peer group mempunyai kontribusi yang sangat positif

terhadap perkembangan kepribadian remaja. Namun di sisi lain, tidak sedikit

remaja yang mclakukan tindak kenakalan karena pengaruh peer group.

Syamsu Yusuf (2002:60) mengemukakan peranan peer group bagi

remaja adalah memberikan kesempatan bagi remaja untuk ;

1) Belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain

2) Belajar mengontrol tingkah laku sosial

3) Balajar mengembangkan ketrampilan, dan minat yang relevan

dengan usianya

4) Belajar Saling bertukar perasaan dan masalah.

Peranan peer group akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

1) Belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain

Peer group mengajarkan seorang individu untuk menjalin suatu hubungan

dengan teman-teman dalam anggota kelompoknya. Dalam peer group

mereka akan lebih mudah bergaul dan bersosialisasi karena mereka

memiliki berbagai kesamaan, seperti usia, status sosial, dan minat serta

tujuan. Seorang individu merasa sebagai bagian dari satu kesatuan

kelompok yang memberikan peran bagi tiap-tiap anggotanya. Dalam peer

group mereka belajar tentang bagaimana bersikap, berperilaku dan cara

mencapai sebuah tujuan.

30

2) Belajar mengontrol tingkah laku sosial

Dalam peer group seorang anak akari lebih mudah dalam pengawasannya, kare

tingkah laku setiap individu menunjukkan perilaku umum dari kelompoknya.

Hal ini mempermudah orang tua maupun guru di sekolah dalam

memberikan pengawasan pada mereka. Seorang anak yang melakukan

penyimpangan atau membawa nama buruk dari kelompoknya sehingga

kelompoknya akan memberikan tekanan dan peringatan pada anak tersebut.

3) Belajar mengembangkan ketrampilan, dan minat yang relevan dengan usianya

Dalam peer group seorang anak dapat mengembangkan ketrampilannya

karena dalam kelompok tersebut banyak teman-teman yang mempunyai

kegemaran yang sama. Dalam hal ini anak akan lebih mudah

dalam mengembangkan ketrampilannya serta menumbuhkan minat

yang relevan diantara teman sebayanya untuk menurunkan eksistensi

dalam kelompoknya.

4) Belajar saling bertukar perasaan dan masalah.

Dalam peer group seorang anak lebih nyaman karena teman sebaya

biasanya yang lebih mengerti akan dirinya dan persoalan yang dihadapi.

Mereka saling bersama menumpahkan segala perasaan dan permasalahan

hidup yang tidak dapat mereka ceritakan pada orang tua maupun gurunya.

Kebersamaan inilah yang menyebabkan tali persahabatan antar anggota

sangat kuat. Mereka tak segan-segan untuk menceritakan hal-hal yang

berhubungan dengan masalah yang dihadapinya, seperti masalah percintaan,

persahabatan sampai dengan permasalahan keluarga..

e. Fungsi Peer Group

Peralihan dari kehidupan lingkungan keluarga menuju kehidupan

lingkungan orang dewasa dalam masyarakat merupakan perubahan yang besar

dari individu. Dalam peer group anak belajar bersosialisasi dengan anggota

kelompoknya yang mana mereka saling bertukar informasi dan pengalaman-

pengalaman hidup. Peer group merupakan wadah untuk saling mengerti dan

memahami antar anggota yang memiliki usia dan tujuan yang sama. Dalam

31

hal ini peer group mempunyai beberapa fungsi dalam perkembangan

kedewasaan anak.

Menurut Slamet Santosa (1999:85), menyebutkan fungsi peer group

sebagai berikut :

1) Mengajarkan kebudayaan

2) Mengajarkan mobilitas sosial

3) Membantu peranan sosial yang baru

4) Peer group sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan

untuk masyarakat.

5) Dalam peer group, individu dapat mencapai ketergantungan satu sama

lain.

6) Peer group mengajar moral orang dewasa.

7) Di dalam Peer group individu dapat mencapai kebebasan sendiri.

8) Di dalam Peer group anak-anak mempunyai organisasi-organisasi

sosial yang baru.

Fungsi peer group di atas diuraikan sebagai berikut :

1) Mengajarkan kebudayaan

Dalam peer group diajarkan keadaan yang berbeda di tempat tersebut,

individu yang masuk dalam kelompok dituntut untuk menyesuaikan

dengan kelompoknya baik cara bertingkah laku, sikap dan gaya

berpakaian. Anggota dari kelompok sebaya terdiri dari individu-individu

yang mempunyai perbedaan dalam hal kebudayaan maupun kebiasaan-

kebiasaan. Dalam pergaulan peer group remaja diajarkan kebiasaan yang

berbeda-beda, sehingga setiap mdividu yang berada dalam kelompok

sebayanya bisa mempelajari kebudayaan maupun kebiasaan-kebiasaan yang

berbeda

2) Mengajarkan mobilitas sosial

Seorang anak akan senang bila masuk dalam kelompok sebayanya yang

memiliki status sosial yang lebih tinggi. Dengan masuk dalam kelompok

yang berstatus sosial yang tinggi maka status mereka juga akan meningkat.

Seorang anak yang berda dalam peer group status sosialnya akan lebur

menjadi satu bagian dengan kelompoknya karena identitas kelompoknya

juga berarti identitas dirinya.

32

3) Membantu peranan sosial yang baru

Dalam peer group akan memberikan kesempatan bagi para anggotanya

untuk mengisi peranan sosial yang baru. Setiap anak mempunyai peran

dalam peer group sehingga interaksi yang terjalin sesuai dengan peranan

dan tujuan dari kelompoknya.

4) Peer Group sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan

untuk masyarakat

Peer group dapat memberikan informasi tentang hubungan sosial individu

dan orang yang berprestasi baik dapat dibandingkan dalam kelompoknya.

Bila suatu kelompok sebaya sukses maka anggota-anggotanya juga baik.

Dalam hal ini orang tua dan guru lebih mudah dalam pengawasannya

terhadap anak karena identitas seorang anak juga merupakan identitas dari

kelompoknya.

5) Dalam Peer Group, individu dapat mencapai ketergantungan satu sama

lain.

Karena dalam peer group ini mereka dapat merasakan kebersamaan dalam

kelompok, mereka saling tergantung satu sama lainnya. Seorang individu

akan memecahkan permasalahan-permasalahan hidupnya yang tidak bisa

diselesaikan dengan orang tua ataupun guru di sekolahnya.

6) Peer Group mengajar moral orang dewasa

Anggota peer group bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa,

untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka belajar

kemantapan sosial. Tingkah laku mereka seperti orang dewasa tetapi

mereka tidak mau disebut dewasa.

7) Di dalam Peer Group individu dapat mencapai kebebasan sendiri

Kebebasan disini diartikan sebagai kebebasan berpendapat, bertindak atau

menemukan identitas diri. Seorang individu lebih mudah mengekspresikan

dirinya dalam peer group tanpa ada pekerjaan dari orang tua maupun orang

dewasa diluar kelompoknya. Karena dalam kelompok itu anggota yang

lain juga mempunyai tujuan dan keinginan yang sama.

33

8) Di dalam Peer Group, anak-anak mempunyai organisasi-organisasi sosial

yang baru.

Anak belajar tingkah laku yang baru yang tidak terdapat dalam keluarga.

Mereka belajar tentang bagaimana menjadi teman, bagaimana

berorganisasi, bagaimana berhubungan dengan anggota kelompok lain,

dan bagaimana menjadi pemimpin dan pengikut. Dalam hal ini anak

merasakan bagian dari keseluruhan status sosial, minat, dan tujuan yang

ingin dicapai dari kelompok.

Ditambahkan dalam http://hasmansulawesi01.blogspot.com/pengaruh-

teman-sebaya-terhadap-perilaku, 9:300 24 januari 2010

Empat fungsi teman sebaya, yang mencakup:

1) Hubungan teman sebaya sebagai sumber emosi (emotional

resources).

2) Hubungan teman sebaya sebagai sumber kognitif (cognitive

resources). 3) Hubungan teman sebaya sebagai konteks di mana keterampilan

sosial dasar.

4) Hubungan teman sebaya sebagai landasan untuk terjalinnya

bentuk-bentuk hubungan lainnya.

Uraian diatas akan dujelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

1) Hubungan peer group sebagai sumber emosi (emotional resources).

Peer group untuk memperoleh rasa senang maupun untuk beradaptasi

terhadap stress.

2) Hubungan peer group sebagai sumber kognitif (cognitive resources).

Kelompok untuk pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan,

maksudnya dalam kelompok setiap individu mempunyai masalah sehingga

mereka dapat saling bertukar pikiran untuk menyelasaikan permasalahan

sehingga tidak langsung pengetahuan mereka akan bertambah.

3) Hubungan teman sebaya sebagai konteks di mana keterampilan sosial

dasar.

Peer group juga dapat membentuk individu untuk dapat bersosialisasi

dengan baik misalnya keterampilan komunikasi sosial, keterampilan

kerjasama.

34

4) Hubungan peer group ini sebagai landasan konteks terjalinya bentuk-

bentuk hubungan lainya.

Peer group juga memiliki bentuk-bentuk hubungangan misalnya hubungan

dengan saudara kandung yang lebih harmonis. Hubungan peer group yang

harmonis di kalangan anak-anak prasekolah telah terbukti dapat

memperhalus hubungan. Dalam menjalakan hubungan peer group juga

memilki peran dalam Perkembangan Kompetensi Sosial Anak.

f. Bentuk-Bentuk Peer Group

Kelompok dalam peer group mengalami penggolongan lagi dan

kelompok ini bisa beranggotakan besar maupun kecil sesuai dengan interaksi antar

anggotanya. Penggolongan kelompok remaja menurut Elizabeth Hurlock

dalam Istiwidayani (2000:215) adalah sebagai berikut:

1) Teman dekat

2) Kelompok kecil

3) Kelompok besar

4) Kelompok yang terorganisasi

5) Kelompok geng

Untuk lebih jelasnya macam-macam kelompok sebaya

tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1) Teman dekat

Teman dekat terdiri dari dua atau tiga orang yang mempunyai jenis

kelamin minat dan kemampuan yang hampir sama. Beberapa kemiripan

itu membuat mereka sangat akrab dan saling mempengaruhi satu sama

lain , walaupun kadang-kadang terjadi juga perselisihan, tetapi dengan

mudah mereka melupakan

2) Kelompok kecil

Terdiri dari beberapa kelompok teman dekat, pada mulanya mereka terdiri

dari jenis kelamin yang sama, tetapi kemudian meliputi jenis kelamin laki-

laki dan perempuan. Di antara orang-orang yang berlainan jenis kelamin,

hubungan teman dekat (walaupun tidak selalu) berkembang menjadi

hubungan romantis.

35

3) Kelompok besar

Terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, lalu

berkembang dengan meriingkatnya minat dan interaksi antara mereka.

Karena kelompok ini besar, maka penyesuaian minat antar anggotanya

berkurang sehingga terdapat jarak sosial yang lebih besar di antara

mereka.

4) Kelompok yang terorganisasi

Kelompok ini mempunyai struktur organisasi atau susunan kepengurusan

yang jelas dan terwujud dalam organisasi sekolah atau masyarakat yang

dibentuk untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja. Kelompok ini

masih berada dibawah bimbingan dan pengawasan orang dewasa

sehingga remaja yang mengikuti kelompok ini sering merasa bosan

karena mereka menganggap telah diatur dan dibatasi ruang geraknya.

5) Kelompok geng

Remaja yang merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi

mungkin akan mengikuti kelompok geng. Kelompok geng biasanya terdiri

dari anak-anak berjenis kelamin sama dan minat utama mereka adalah

untuk menghadap penolakan teman-teman melalui perilaku anti sosial.

Kelompok geng sebenarnya tidak berbahaya asalkan orang dewasa

masih tetap mengarahkannya. Sebab dalam kelompok itu kaum remaja

dapat memenuhi kebutuhannya, misalnya, kebutuhan dimengerti,

kebutuhan dianggap, kebutuhan diperhatikan, kebutuhan mencari

pengalaman baru, kebutuhan berprestasi dan kebutuhan rasa aman yang

semuanya tersebut tidak dapat diperoleh dari rumah maupun dari sekolah.

Ditambahkan dalam http://ruangpsikologi.wordpress.com 9:300 24

januari 2010

1) Sahabat Karib (Chums)

Chums yaitu kelompok dimana remaja bersahabat karib dengan ikatan

persahabatan yang sangat kuat. Anggota kelompok biasanya terdiri dari 2-

3 orang dengan jenis kelamin sama, memiliki minaat, kemauan-kemauan

yang mirip.

36

2) Komplotan sahabat (Cliques)

Cliques biasnya terdiri dari 4-5 remaja yang memiliki minat, kemampuan

dan kemauan-kemauan yang relatif sama. Cliques biasanya terjadi dari

penyatuan dua pasang sahabat karib atau dua Chums yang terjadi pada

tahun-tahun pertama masa remaja awal. Jenis kelamin remaja dalam satu

Cliques umumnya sama.

3) Kelompok banyak remaja (Crowds)

Crowds biasanya terdiri dari banyak remaja, lebih besr dibanding dengan

Cliques. Karena besarnya kelompok, maka jarak emosi antra anggota juga

agak renggang. Dengan demikian terdapat jenis kelamin berbeda serta

terdapat keragaman kemampuan, minat dan kemauan diantara para

anggota. Hal yang dimiliki dalam kelompok ini adalah rasa takut diabaikan

atau tidak diterima oleh teman-teman dalam kelompok remja. Dengan kata

lain remaja ini sangat membutuhkan penerimaan peer-groupnya.

g. Pengaruh Perkembangan Peer Group

Pada dasarnya manusia di samping sebagai makhuk individual juga

sebagai makhhluk sosial. Dalam perkembangan sosialnya, anak juga

dipengaruhi oleh perkembangan kepribadian dalam dirinya. Peer group

berpengaruh dalam kehidupan pribadi seorang anak dan kelompoknya.

Pengaruh perkembangan peer group meliputi dua hal yaitu pengaruh peer

group terhadap kelompoknya dan pengaruh peer group terhadap individu

dalam kelompok.

Menurut Havinghurst dalam bukunya Slamet Santoso (1999:88),

"Pengaruh perkembangan peer group mengakibatkan munculnya “in group''

dan ''out group” dan adanya kelas-kelas sosial" terhadap kelompoknya.

Pengaruh perkembangan peer group tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1) Munculnya 'In' dan 'Out'Group

Pengaruh dari perkembangan peer group dalam lingkungan sosial adalah

akan memunculkan kelompok atau teman sebaya yang mempunyai usia,

status sosial, dan minat yang sama dalam kelompok tersebut, selain itu

juga akan memunculkan kelompok atau teman sebaya yang mempunyai

37

usia, status sosial, dan minat yang bcrbeda. Dalam pengaruh

perkembangan peer group ini kelompok sebaya yang mempunyai usia,

status sosial dan minat yang sama disebut dengan group yang berada

di dalam kelompoknya (in group) dan kelompok sebaya yang

mempunyai usia, ststus sosial dan minat yang berbeda disebut group

yang berada di luar kelompoknya (out group). Contoh yang mudah

mengenai in dalam dan out group dapat dirasakan dalam suatu kelas, di

mana seorang siswa akan mempunyai teman akrab yang berada dalam

peer groupnya dan teman yang tidak akrab atau teman biasa yang berada

di luar peer groupnya. Teman yang akrab tersebut dinamakan group dalam

dan teman yang tidak akrab atau teman biasa dinamakan group luar.

2) Muncul adanya kelas-kelas sosial

Pembentukan peer group sering kali didasarkan atas persamaan status

sosial ekonomi seseorang, sehingga dapat digolongkan atas kelompok

kaya dan kelompok miskin. Biasanya mereka yang miskin akan sulit

diterima masuk dalam kelompok orang kaya, selain itu peer group juga

berpengaruh terhadap kemampuan kreativitas dan kegemaran yang

sama. Hal ini akan menimbulkan kelompok-kelompok dengan kreativitas

dan kegemaran yang berbeda-beda Misalnya : seorang remaja yang gemar

olah raga akan membentuk kelompok sesuai dengan kegemarannya atau

seseorang yang suka dengan melukis akan membentuk kelompok sesuai

dengan kesukaannya yaitu melukis

Menurut Slamet Santoso (1999:89), "Pengaruh dari perkembangan

peer group terhadap individu dalam kelompok ada yang positif dan ada yang

negatif”. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:

1) Pengaruh positif dari peer group adalah :

a) Apabila seorang anak berkembang bersama dengan

lingkungan peer groupnya maka mereka akan lebih

mudah dalam perkembangan sosialisasinya yang lebih luas.

b) Dalam peer group seorang individu akan terbentuk rasa solidaritas

yang cukup kuat dengan anggota dalam kelompoknya.

38

c) Bila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan

dapat membentuk suatu masyarakat yang direncanakan karena

mereka dapat membedakan dan menyaring kebudayaan yang

bertentangan dengan kelompoknya.

d) Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan,

kecakapan dan melatih bakatnya.

e) Dalam peer grcup akan mendorong setiap anggota untuk lebih

mandiri karena mereka dapat mengaktualisasikan dirinya lebih luas

dalam kelompoknya

f) Dalam peer group setiap anggota dapat mengeluarkan pendapatnya

dan perasaannya tentang hubungan antar anggota dan tentang

kelompoknya.

2) Pengaruh negatif dari peer group adalah :

a) Sulit menerima seseorang dari luar kelompok yang tidak

mempunyai kesamaan.

b) Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota dari

kelompoknya.

c) Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan anggota yang lain

yang tidak memiliki kesamaan dengan dirinya.

d) Timbulnya persaingan antar anggota kelompok ataupun dengan

kelompok lain.

e) Timbulnya pertentangan atau gap-gap antar peer group, misalnya:

antara kelompok kaya dengan kelompok miskin.

h. Penilaian Peer Group

Dalam Penelitian ini variable pergaulan kelompok sebaya akan diukur dengan

menggunakan angket.m sebelum angket disusun maka harus dibuat indicator-

indakatornya, yaitu sebagai berikut:

1. Pergaulan disekolah

2. Pergaulan dengan teman bermain

3. Pergaula dalam organisasi karang taruna

39

Setelah indicator-indikator terbentuik maka selanjutnya setiap indicator akan

dijabarkan kedalam item-item pertanyaan yang berfungsi untuk mengukur

variable pergaulan kelompok sebaya.

B. Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihanto (2010) dengan judul ”

“Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Kedisiplinan dengan Prestasi

Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Ajaran

2009/20010”. hasil dari penelitian adalah ada hubungan yang signifikan antara

pola asuh oaring tua dengan prestasi belajar, ada hubungan yang signifikan antara

kedisiplinan dengan prestasi belajar, ada hubungan yang signifikan antara pola

asuh orang tua dan kedisiplinan dengan prestasi belajar.

Hasil penelitian relevan kedua adalah penelitian dari Toma Afriantoro

dengan judul “ Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dan Pergaualan Peer

Group dengan Persepsi Pacaran pada Siswa Kelas XI SMA Batik 1 Surakarta

Tahun Ajaran 2007/2008”. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa ada

hubungan yang suignifikan antara pola asuh dengan persepsi tentang pacaran, ada

hubungan yang signifikan antara pergaualan peer group dengan persepsi tentang

pacaran, ada hubungan yang signifikan antara pola asuh dan pergaulan peer group

dengan persepsi pacaran.

C. Kerangka Berpikir.

Dalam pergaulan peer group terjadi hubungan antara individu satu

dengan individu lain yang saling mempengaruhi secara timbal balik. Pergaulan

peer group bisa mengarah ke kehidupan yang berdampak positif dan juga

negatife pada diri individu. Penerapan pergaualan yang baik maka akan

membentuk dalam kehidupan anak yang positif. Jadi dengan penerapan pergaulan

yang baik maka maka kemungkinan dapat meningkatkan prestasi belajar sehingga

mendapatkan prestasi yang baik.

40

Kedisiplinan merupakan faktor intern dari dalam diri anak untuk

mencapai tujuan belajar. Kedisiplinan dalam belajar dapat ditanamkan pada anak

sejak kecil. Penanaman kedisiplian pada anak dapat diwujudkan dalam

kedisiplinan waktu belajar, kedisiplinan masuk sekolah, dan kedisiplinan

mengerjakan tugas. Kedisiplinan dalam belajar merupakan salah satu syarat yang

dapat menentukan keberhasilan belajar seseorang. Anak yang mempunyai

kedisiplinan belajar yang tinggi dimungkinkan akan dapat mencapai prestasi

belajar yang tinggi.

Pergaulan Peer Group menentukan disiplin atau tidaknya anak dalam

belajar. Sedangkan kedisplinan anak dalam belajar berhubungan dengan prestasi

belajar anak. Apabila pergaulan Peer group menumbuhkan kedisiplinan yang kuat

maka kemungkinan besar prestasi anak akan tinggi.

Keterangan : bagan kerangka berpikir

X1 : Variabel Bebas Pertama

X2 : Variabel Bebas Kedua

Y : Variabel Terikat

Pergaulan Peer group

(X2)

Kedisiplinan belajar

(X1)

Prestasi belajar sosiologi (Y)

41

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut :

1. Ada hubungan positif antara kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar pada

siswa kelas X MAN Karanganom Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011

2. Ada hubungan positif antara pergaulan peer group dengan prestasi belajar

pada siswa kelas X MAN Karanganom Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011

3. Ada hubungan positif antara kedisiplinan belajar dan pergaulan peer group

secara bersama dengan prestasi belajar pada siswa kelas X MAN

Karanganom Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN Karanganom Klaten. Adapun yang

melatar belakangi pemilihan lokasi tersebut adalah:

a. Tersedianya data yang diperlukan

b. Lokasi sekolahan MAN Karanganom Klaten mudah dijangkau, jarak dapat

ditempuh dengan cepat serta transportasi mudah sehingga memperlancar

jalannya penelitian terutama dalam mengumpulkan data yang diperlukan.

c. MAN Karanganom Klaten belum pernah dijadikan objek penelitian dengan

topik yang sama.

d. Adanya ijin dari pihak MAN Karanganom Klaten

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan kurang lebih 7 bulan dari bulan Oktober 2010

sampai dengan bulan April 2011. Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan adalah

sebagai berikut:

No Kegiatan

Bulan

Okt’10 Nov’10 Des’10 Jan’11 Feb’11 Mar’11 Apr’11

1. Proposal

2. Konsultasi

Bab I, II, III

3. Penelitian dan

Pengumpulan

data

4. Analisis data

5. Penyusunan

Laporan

42

43

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam suatu penelitian, pengambilan individu sebagai subjek yang diteliti

merupakan masalah yang sangat penting. Populasi dalam suatu penelitian

merupakan suatu kelompok individu yang menjadi objek yang diselidiki tentang

aspek-aspek yang ada dalam kelompok tersebut. Aspek-aspek yang akan

diungkapkan dalam penelitian ini adalah aspek kedisiplinan belajar, aspek

pergaulan peer group dan prestasi belajar siswa. Berikut adalah beberapa

pengertian dari populasi yang disampaikan oleh para ahli :

a. Hadari Nawawi (1995: 141) berpendapat “Populasi adalah keseluruhan obyek

penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-

tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber

data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian”.

Maksud dari pendapat tersebut adalah bahwa populasi merupakan

semua atau keseluruhan dari objek dalam sebuah penelitian. Objek penelitian

ini dapat berupa manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, hasil tes atau

peristiwa yang memiliki karakteristik tertentu yang sebelumnya telah

ditetapkan sebagai batasan dalam penentuan populasi.

b. Sudjana dalam Purwanto (2008: 241) mengatakan bahwa “Populasi adalah

totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung maupun hasil

mengukur baik kualitatif maupun kuantitatif dari karakteristik mengenai

sekumpulan objek yang lengkap dan jelas.”

c. Saifuddin Azwar (2002: 77) menyatakan “Populasi didefinisikan sebagai

kelompok subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian”.

Pendapat tersebut memiliki arti bahwa populasi adalah sekelompok

subjek yang telah ditentukan oleh peneliti sebagai subjek penelitian yang

nantinya akan dikenai generalisasi hasil penelitian.

Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah seluruh penduduk yang

menjadi subjek penelitian. Namun demikian subjek yang diteliti adalah yang

44

mempunyai karakteristik tertentu yang sama, sehingga dapat mewakili subjek

penelitian secara keseluruhan.

Dari beberapa pendapat tersebut maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa

populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti. Populasi

dalam penelitian ini adalah manusia yaitu semua siswa siswi. Adapun yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN

Karanganom Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 138 yang terbagi

dalam 4 kelas yaitu X.1, X. 2, dan X.3, X.4

2. Sampel

Dalam penelitian sosial, tidak selalu seluruh populasi dikenakan dalam

penelitian. Hal tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan

biaya, waktu dan tenaga. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya

pembatasan yaitu dengan menetapkan jumlah sampel yang representatif dapat

mewakili populasi.

a. Pengertian Sampel

Dalam penelitian sosial, tidak selalu seluruh populasi dikenakan dalam

penelitian. Hal tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan

biaya, waktu dan tenaga. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya

pembatasan yaitu dengan menetapkan jumlah sampel yang representatif dapat

mewakili populasi. Berikut adalah beberapa pengertian dari sampel yang

disampaikan oleh para ahli :

1) Hadari Nawawi (1995: 144) berpendapat “Sampel secara sederhana

diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data

sebenarnya dalam suatu penelitian”.

Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa sampel merupakan

bagian dari populasi yang akan menjadi sumber data, artinya bahwa

populasi tidak diteliti seluruhnya namun hanya sebagian saja, bagian

inilah yang disebut sampel.

45

2) Sedangkan Winarno Surakhmad (1994: 93) menyatakan “Sampel adalah

sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi”.

Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa sampel adalah

bagian dari populasi yang sebelumnya telah ditentukan dengan cara

sampling. Hasil penelitian dari sampel ini nantinya akan mewakili seluruh

populasi penelitian.

Dari beberapa pendapat tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa sampel adalah sebagian individu yang menjadi anggota populasi yang

di peroleh dengan cara – cara tertentu untuk menjadi wakil dari populasi yang

diteliti. Penentuan sampel ini hendaknya disesuaikan dengan jumlah populasi,

karena nantinya hasil penelitian dari sampel ini nantinya akan

digeneralisasikan kepada populasi. Jadi sampel harus representatif atau

mewakili populasi penelitian. Mengenai besar kecilnya pengambilan sampel,

pada prinsipnya tidak ada peraturan yang mutlak untuk menentukan ukuran

sampel.

b. Sampling

Dalam penelitian sosial, tidak selalu seluruh populasi dikenakan dalam

penelitian. Hal tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan

keterbatasan biaya, waktu dan tenaga. Untuk mengatasi hal tersebut maka

perlu adanya pembatasan yaitu dengan menetapkan jumlah sampel yang

representatif yang dapat mewakili populasi. Banyak para ahli

mendefinisikan sampling menurut pandanganya masing-masing

diantaranya sebagai berikut:

1) Menurut Sutrisno Hadi (2000: 75) mengemukakan bahwa “Sampling

adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel”.

Pendapat tersebut mengandung arti bahwa teknik sampling adalah

cara-cara yang digunakan untuk mengambil atau menentukan jumlah

sampel yang akan diteliti. Hal ini karena di dalam sebuah penelitian,

jumlah populasi biasanya tidak dikenai penelitian semua, namun hanya

sebagian saja atau yang disebut sebagai sampel.

46

2) Hadari Nawawi (1995: 152) menyatakan bahwa teknik sampling adalah

cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran

sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan

memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel

yang representatif atau benar-benar mewakili populasi”.

Maksud dari pendapat tersebut adalah bahwa teknik sampling

merupakan cara atau upaya pengambilan sampel yang sesuai. Sampel ini

nantinya akan dijadikan data yang sebenarnya, artinya bahwa tidak semua

populasi dikenai penelitian namun hanya sebagian saja yang akan diteliti.

3) Sugiyono (2005 : 56) menyatakan “Teknik sampling adalah teknik

pengambilan sampel”.

Pendapat tersebut memiliki arti bahwa sampling adalah suatu cara

pengambilan sampel yang representative (mewakili) dari populasi dalam

suatu penelitian.

Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa sampling adalah teknik atau cara yang digunakan oleh

peneliti untuk menentukan jumlah sampel yang akan mewakili jumlah

populasi dalam suatu penelitian. Sampel yang diambil ini diharapkan dapat

mewakili populasi yang ada karena nantinya hasil penelitian yang dikenakan

pada sampel ini akan digunakan sebagai penggeneralisasian terhadap populasi

penelitian.

Menurut Consuelo G. Sevilla, et al, terjemahan Alimuddin Tuwu

(1993: 163-169) menjelaskan bahwa teknik pengambilan sampel dibagi

menjadi lima macam, yaitu:

1) Pengambilan Sampel Secara Acak (Teknik Random Sampling)

2) Pengambilan Sampel Secara Sistematis (Teknik Sistematik Sampling)

3) Pengambilan Sampel Strata (Teknik Stratified Sampling)

4) Pengambilan Sampel Kluster (Teknik Cluster Sampling)

5) Pengambilan Sampel Non-Acak (Teknik Non Random Sampling)

Untuk mempermudah dalam memahami tentang teknik sampling di atas

maka penulis akan menguraikannya sebagai berikut:

47

1) Pengambilan Sampel Secara Acak (Random Sampling)

Dalam teknik ini setiap anggota populasi mempunyai peluang

yang sama untuk menjadi sampel dan anggota yang terpilih sebagai sampel

tidak mempengaruhi peluang anggota yang lain. Oleh sebab itu, maka

teknik ini sering disebut sebagai teknik yang paling baik. Teknik

pengambilan sampel secara acak meliputi:

a) Tabel nomor acak

Teknik ini merupakan teknik yang paling sistematis dalam

perolehan unit-unit sampel melalui acak. Tabel acak berisi kolom-kolom

digit yang umumnya dihasilkan melalui komputer, untuk meyakinkan

susunan acak. Hampir semua buku-buku statistika dan penelitian membuat

tabel-tabel nomor acak.

b) Pengambilan sampel melalui undian

Teknik ini disebut juga sebagai fishbowl. Adapun teknik yang

digunakan dalam pengambilan sampel melalui undian dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu:

(1) Undian tanpa pengembalian (without replacement)

Teknik undian tanpa pengembalian sering disebut dengan

simpel random sampling. Anggota populasi yang telah keluar

sebagai sampel tidak lagi diikutsertakan dalam pengundian

selanjutnya, sehingga tidak akan ada kemungkinan munculnya

nama atau sampel yang sama. Dalam teknik ini setiap sampel

dalam populasi memiliki satu kali kesempatan untuk menjadi

sampel. Keuntungan dari simpel random sampling adalah tidak

banyak menggunakan teknik yang sulit dan sampel yang didapat

tidak bias. Akan tetapi akan sangat sulit melakukan teknik ini jika

jumlah subjek dalam populasi sangat banyak atau jika belum

diketahui secara pasti semua individu dalam populasi.

(2) Undian dengan pengembalian (with replacement)

Teknik undian dengan pengembalian dilakukan dengan

cara mengundi seluruh populasi penelitian, sehingga keluar salah

48

satu sampel. Kemudian sampel yang sudah keluar tersebut

dikembalikan lagi dan kembali diikutsertakan dalam proses

pengundian selanjutnya. Proses pengundian dengan cara ini

mempunyai intensitas ketepatan pengambilan sampel yang tetap.

2) Pengambilan Sampel Secara Sistematis (Sistematik Sampling)

Teknik ini digunakan untuk memilih anggota sampel yang hanya

dibolehkan melalui peluang dan suatu sistem untuk menentukan

kenaggotaan dalam sampel. Yang dimaksud dengan sistem dalam hal ini

adalah strategi yang direncanakan untuk memilih anggota-anggota setelah

memulai pemilihan acak, misalnya memilih nomor genap atau ganjil atau

kelipatan tertentu dari suatu daftar yang telah disusun.

3) Pengambilan Sampel Strata (Stratified Sampling)

Pengambilan sampel strata dilakukan dengan cara populasi atau

elemen populasinya dibagi dalam kelompok-kelompok yang disebut strata.

Banyaknya tingkat harus diperhatikan, kemudian setiap tingkatan harus

mewakilkan anggotanya untuk menjadi sampel dalam penelitian. Dalam

hal ini proporsi dari jumlah subjek yang ada dalam tiap-tiap tingkatan

dalam populasi yang harus dicerminkan dalam sampel sehingga mereka

dapat dipandang sebagai wakil terbaik bagi populasi. Dengan teknik ini

sub-kelompom (strata) yang spesifik akan memiliki jumlah yang cukup

mewakili dalam sampel, serta menyediakan jumlah sampel sebagai sub-

analisis dari anggota sub-kelompok tersebut.

4) Pengambilan Sampel Kluster (Cluster Sampling)

Dalam pengambilan sampel kluster satuan-satuan sampel tidak

terdiri dari individu melainkan kelompok-kelompok atau kluster. Sampling

ini dipandang ekonomik karena observasi-observasi yang dilakukan

terhadap kluster dipandang lebih murah dan mudah dari pada observasi

terhadap individu yang terpencar-pencar.

5) Pengambilan Sampel Non-Acak (Non Random Sampling)

Dalam teknik ini setiap anggota populasi tidak mempunyai

peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Beberapa bagian tertentu

49

dalam semua kelompok secara sengaja tidak dimasukkan dalam pemilihan

untuk mewakili sub-kelompok. Teknik pengambilan sampel non- acak

meliputi:

a) Pengambilan sampel purposif

Dalam pengambilan sampel purposif, pemilihan sekelompok

subjek didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dianggap memiliki

kesamaan dengan ciri yang telah diketahui sebelumnya. Oleh karena

itu keadaan dan informasi mengenai populasi tidak perlu diragukan

lagi. Secara intensional peneliti tidak meneliti semua daerah atau

kelompok dalam populasi, namun peneliti hanya perlu mengambil

beberapa kelompok kunci saja.

b) Pengambilan sampel kuota

Dalam pengambilan sampel kuota yang harus dilakukan

adalah penetapan jumlah subjek yang akan diteliti. Kemudian

permasalahan mengenai siapa yang akan diinterview atau yang

menjadi responden diserahakn kepada sebuah tim. Tim ini bertugas

untuk mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian. Ciri utama dari quota sampling adalah jumlah subjek yang

sudah ditentukan akan dipenuhi, permasalahan apakah subjek tersebut

mewakili populasi atau sub populasi tidaklah menjadi persoalan.

c) Pengambilan sampel dipermudah (convenience)

Dalam pengambilan sampel dipermudah, pengambilan

sampel didasarkan atas kemudahan dari arah peneliti. Misalnya, jika

ingin mengetahui pendapat orang Filipina tentang rekonsiliasi

nasional di Filipina melalui wawancara telepon, maka peluang yang

diperoleh adalah hanya akan mewawancarai mereka yang mempunyai

telepon saja. Pengambilan sampel ini dilakukan agar tidak

menyulitkan peneliti.

Dalam penelitian ini akan menggunakan teknik simpel random sampling

tanpa pengembalian untuk menetapkan sampel. Adapun alasan dalam penggunaan

teknik simpel random sampling ini adalah:

50

1) Sampel yang diperoleh tidak bias.

2) Pelaksanaannya lebih mudah, tidak banyak menggunakan teknik yang sulit

dan anggota sampel cepat diperoleh.

3) Teknik ini dilakukan secara acak, sehingga setiap anggota populasi

mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

4) Pelaksanaan simpel random sampling dilakukan melalui prosedur undian

tanpa pengembalian, sehingga setiap individu mempunyai peluang yang

lebih besar untuk menjadi sampel penelitian.

5) simpel random sampling dipilih agar lebih cepat dan tidak memakan

banyak waktu.

Dalam teknik simpel random sampling terdapat langkah-langkah tertentu

yang harus dilakukan. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel dengan

teknik simpel random sampling adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan nomor-nomor pada anggota populasi yang terkumpul dalam

daftar sampling.

2) Menulis nomor-nomor itu pada potongan kertas kecil, satu nomor untuk

setiap anggota populasi.

3) Menggulung semua kertas baik-baik.

4) Memasukkan gulungan-gulungan kertas itu ke dalam kotak yang cukup

besar agar gulungan kertas dapat bergerak secara bebas ke segala arah.

5) Mengaduk gulungan kertas secara sempurna.

6) Mengambil kertas gulungan itu sejumlah sampel yang dibutuhkan.

c. Menetapkan Besarnya Sampel

Tidak ada peraturan yang tegas yang mengatur tentang jumlah sampel

yang dipersyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedia. Selain itu

juga tidak ada batasan yang jelas mengenai sampel yang besar dan sampel yang

kecil. Jumlah sampel juga banyak tergantung pada faktor-faktor seperti biaya,

fasilitas, waktu yang tersedia, jumlah populasi yang ada atau bersedia untuk

dijadikan sampel serta tujuan penelitian. Namun dalam penelitian ini peneliti

berkiblat pada pendapat para ahli berikut ini :

51

1) Suharsimi Arikunto (2006:134) berpendapat :

“Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100,

lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara

10-15 % atau 20-25 % atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :

1) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana

2) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya dana

3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian

yang resikonya besar, tentu saja jika sampel lebih besar, hasilnya akan

lebih baik”.

2) Donald Ary terjemahan Arief Furchan (1982: 198) menjelaskan “Besarnya

sampel sebaiknya menggunakan sampel yang sebesar mungkin. Sampel yang

lebih besar mempunyai kemungkinan lebih banyak menjadi contoh yang

representatif bagi populasi”

3) Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus dari Iqbal Hasan

(2002: 61) sebagai berikut :

21 en

Dimana: n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e2

= presisi yang ditetapkan

Penelitian ini menetapkan presisi sebesar 10%. Karena itu, dengan

jumlah populasi 138 siswa MAN Karanganom kelas X, maka jumlah sampel

dapat dihitung sebagai berikut:

2

1,01381

138n = 57,983 = dibulatkan menjadi 58

Karena itu penelitian ini mengambil sampel sebanyak 58 dari populasi siswa

MAN Karanganom kelas X tahun ajaran 2010/2011

52

B. Teknik Pengmpulan Data

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel Bebas

Variabel bebas atau disebut juga variabel eksperimental, atau variabel

x adalah variabel yang diselidiki pengaruhnya. Sebagai variabel bebas dalam

penelitian ini adalah Kedisiplinan (X1) dan Pergaulan Peer gruop (X2).

b. Variabel Terikat

Variabel terikat atau disebut juga variabel kontrol, variabel ramalan

ataupun variabel Y, adalah variabel yang diramalkan akan timbul dalam

hubungan yang fungsional (atau sebagai pengaruh dari) variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Prestasi Belajar Siswa.

2. Metode Pengumpulan Data

Data merupakan faktor terpenting dalam suatu penelitian.

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh suatu data dimaksudkan

untuk memperoleh suatu data atau keterangan yang benar dan dapat dipercaya.

Untuk dapat mencapai syarat validitas dan relibilitas dalm suatu penelitian

maka diperlikan cara pengumpulan data yang tepat.

Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data,

dengan maksud agar satu dapat melengkapi teknik yang lain karena mengingat

setiap teknik mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Sesuai

dengan variabel dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan dua teknik

yakni teknik utama dan teknik bantu.

a. Teknik utama pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini:

1) Angket

2) Test

b. Teknik bantu yang digunakan dalam penelitian ini:

1) Wawancara

2) Dokumentasi

53

Untuk mempermudah dalam memahami tentang teknik sampling di

atas maka penulis akan menguraikannya sebagai berikut:

a. Teknik Pokok

1) Angket

a) Pengertian angket

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data melalui

daftar pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis oleh responden.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:151) “Angket atau kuesioner

adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Sedangkan Moh Nasir

(2003:203) mengatakan “Kuesioner adalah sebuah set pertanyaan

yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap

pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna

dalam menguji hipotesis”. Dari beberapa pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa angket merupakan daftar pertanyaan yang

diajukan kepada responden untuk mendapatkan data mengenai

kedisiplinan dan pergaulan peer group yang ada di MAN

Karanganom Klaten.

b) Kelebihan dan kekurangan angket

Alasan digunakan angket sebagai alat instrumen pengunmpul data,

bahwa angket mempunyai beberapa keuntungan seperti disebutkan

dalam Suharsimi Arikunto (2006:152) yaitu :

(1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti

(2) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden

(3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-

masing

(4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak

malu-malu menjawab

(5) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat

diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

54

Selain angket memiliki kelebihan seperti disebutkan di atas,

angket juga memiliki beberapa kelemahan, seperti diungkapkan

oleh Sutrisno Hadi (2004:157) yaitu:

(1) Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap

(2) Besar kemungkinannya jawaban-jawaban dipengaruhi oleh

keinginan-keinginan pribadi

(3) Ada hal-hal yang dirasa yang tidak perlu dinyatakan, misalnya

hal-hal yang memalukan atau yang dipandang tidak penting

untuk dikemukakan

(4) Kesukaran merumuskan kesadaran diri sendiri ke dalam

bahasa

(5) Ada kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logik unsur-

unsur yang dirasa kurang berhubungan secara logik

Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup

langsung. Angket langsung maksudnya adalah responden langsung

menjawab pertanyaan yang sudah disediakan oleh peneliti.

Sedangkan tertutup berarti jawaban berupa alternatif yang sudah

disediakan oleh peneliti yang telah ditentukan dan dibatasi. Dengan

demikian responden hanya mempunyai sebuah jawaban yang

paling sesuai dengan keadaan masing-masing.

Alasan peneliti menggunakan angket sebagai alat

pengumpul data dalam penelitian adalah :

(1) Dengan menggunakan angket peneliti dapat menghemat biaya,

tenaga, dan waktu

(2) Dalam angket subyektifitas peneliti dapat diperkecil

(3) Dengan angket responden mempunyai kebebasan untuk

memberikan kesaksian

(4) Memberikan kemudahan dalam proses pengolahan data karena

adanya keseragaman dalam memberikan pertanyaan dan

jawaban

55

c) Langkah-langkah menyusun angket

Mengenai prosedur yang penulis tempuh dalam penyusunan

angket adalah:

(1) Menetapkan tujuan

Dalam penelitian ini tujuan penyusunan angket ini

adalah untuk memperoleh data tentang pola asuh orang tua,

status sosial ekonomi dan prestasi belajar siswa.

(2) Menetapkan aspek yang ingin diungkap

Untuk memperjelas aspek yang ingin diungkap maka

digunakan kisi-kisi angket. Kisi- kisi instrument diperlukan

untuk memperjelas serta mempermudah pembuatan item- item

instrument. Pembuatan kisi- kisi dalam instrument ini

disesuaikan dengan indikator- indikator yang sudah ditentukan

sebelumnya dan disesuaikan dengan lingkup masalah dan tujuan

yang hendak dicapai

(3) Menentukan jenis dan bentuk angket

Dalam penelitian ini, angket yang digunakan adalah

angket langsung tertutup. Alasan digunakan teknik ini adalah

karena angket akan diberikan langsung kepada responden untuk

diisi. Bentuk pertanyaannya adalah pertanyaan tertutup agar

memudahkan responden untuk memilih jawaban yang telah

disediakan dan membatasi jawaban yang akan diberikan oleh

responden sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai.

(4) Menyusun Item Angket

Angket tersusun atas item-item terdiri dari pertanyaan-

pertanyaan yang dibuat dengan mengacu pada kisi-kisi angket.

Instrumen yang dibagikan dapat disusun dengan langkah sebagai

berikut :

56

(a) Membuat item- item pertanyaan.

(b) Membuat surat pengantar angket.

(c) Menyusun petunjuk dan pedoman pengisian angket.

(5) Menentukan Skor

Setelah angket disusun maka, kemudian akan disusun

skor dari masing-masing jawaban. Dalam penelitian angket ini,

setiap item mcmpunyai alternatif jawaban dan skor antara 1

sampai 4. Dari alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai

sebagai berikut:

Bentuk item positif

(a) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 4

(b) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 3

(c) Alternatif jawaban C, mempunyai bobot nilai 2

(d) Alternatif jawaban D. mempunyai bobot nilai 1

Bentuk Item Negatif

(a) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 1

(b) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 2

(c) Alternatif jawaban C, mempunyai bobot nilai 3

(d) Alternatif jawaban D, mempunyai bobot nilai 4

d) Mengadakan uji coba (try out) angket

Setelah angket disusun, maka angket tersebut perlu diuji

cobakan terlebih dahulu mengenai validitas dan reliabilitasnya

yaitu melalui try out. Tujuan diadakannya try out ialah agar

mendapatkan angket yang benar-benar valid. Oleh karena itu

instrumen penelitian perlu diuji melalui uji validitas dan reliabilitas

sebelum diterapkan di lapangan.

Menurut Sutrisno Hadi (2000 : 166) maksud diadakannya

try out adalah sebagai berikut :

(1) Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas

maksudnya.

57

(2) Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing,

terlalu akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.

(3) Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati

atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal.

(4) Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item

yang ternyata tidak relevan dengan tujuan research.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maksud peneliti

mengadakan try-out angket ini adalah:

(1) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang bermakna ganda dan

tidak jelas.

(2) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tidak

diperlukan

(3) Menghindari kata-kata yang kurang dimengerti oleh responden

(4) Menghilangkan item-item yang dianggap tidak relevan dengan

penelitian.

Selain beberapa maksud diadakannya try-out seperti yang

disebutkan di atas, tujuan diadakan try-out terhadap angket adalah

untuk mengetahui kelemahan angket yang disebarkan kepada

responden dan untuk mengetahui sejauh mana responden mengalami

kesulitan di dalam menjawab pertanyaan tersebut, serta untuk

mengetahui apakah angket tersebut memenuhi syarat validitas dan

reabilitas.

(1) Uji validitas angket

Menurut Nasution ( 2003 : 74 ) suatu alat pengukur

dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh

alat itu. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu

mengukur apa yang ingin diukur. Dengan kata lain, validitas adalah

kesesuaian antara alat ukur dengan hal yang akan diukur. Dalam

hal ini menggunakan teknik validitas internal yaitu korelasi antara

skor dengan skor total untuk menghitung besarnya koefisien

korelasi menggunakan teknik product momen dengan rumus:

rxy = 2222 nn

n

58

(Saifuddin Azwar, 2002: 19)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variable X dan Y

X = Jumlah skor dalam sebaran X

Y = Jumlah skor dalam sebaran Y

XY = Jumlah perkalian skor X dan skor Y yang berpasangan

2X = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

2Y = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

n = Jumlah subyek

Kriteria uji validitas tersebut adalah jika ρ < 0,050 maka

dapat disimpulkan bahwa butir instrument adalah valid, sebaliknya

jika ρ > 0,050 maka butir tersebut dinyatakan tidak valid.

(2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan

sejauh mana suatu hasil pengukuran sampel konsisten apabila

pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Dengan kata lain

reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk

menghitung korelasi reliabilitas digunakan rumus alpha

cronbach sesuai rumus Saifuddin Azwar (2002: 78) sebagai berikut

:

2

2

11 11

t

b

k

kr

Keterangan:

r11 : Reliabilitas instrument

k : Banyaknya butir pernyataan/banyaknya soal

59

2

b : Varians butir

2

t : Varians total

Kriteria uji reliabilitas tersebut adalah jika ρ < 0,050 maka

dapat disimpulkan bahwa butir instrument adalah reliabel,

sebaliknya jika ρ > 0,050 maka butir tersebut dinyatakan tidak

reliabel.

e) Adapun langkah-langkah dalam menyadakan uji coba adalah

sebagai berikut :

(1) Membuat surat pengantar Try Out

Surat pengantar dibuat dengan maksud untuk mengutarakan

tujuan pemberian angket try out kepada responden.

(2) Memperbanyak angket

Angket yang akan di uji cobakan diperbanyak sesuai dengan

jumlah responden yang di perlukan untuk try out yaitu 20 anak.

(3) Penyebaran angket

Angket yang telah diperbanyak kemudian disebarkan kepada

responden sesuai jumlah yang akan diperlukan untuk uji coba.

(4) Penarikan angket.

Setelah memperoleh data yang diperlukan, kemudian angket-

angket tersebut diambil kembali.

(5) Pengolahan Hasil Try Out

Angket yang telah diambil kemudian di analisis untuk

mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas dari masing-masing

item pertanyaan.

(6) Merevisi angket

Revisi angket dilakukan apabila terdapat banyak item yang

gugur dalam try out.

Uji coba atau try out dilaksanakan pada hari tanggal 01 April 2011

dengan junlah responden sebanyak 20 siswa. Berdasarkan uji coba angket

60

tersebut kemudian dilakukan uji validitas. Adapun hasil dari uji validitas

adalah sebagai berikut :

a. Variabel Kedisplinan Belajar ( X1 )

Dari hasil analisis butir (item) pada angket yang diuji cobakan

menunjukkan bahwa dari 30 item soal di dapat 17 soal yang valid dan 13

butir item yang dinyatakan gugur atau tidak valid. Soal yang dinyatakan

valid adalah soal no 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 17, 18, 20, 21, 24, 26, 28, 29

dan 30. Item yang dinyatakan gugur antara lain: 1, 2, 5, 8, 10, 12, 14, 15,

16, 19, 22, 23 dan 27. Item soal dikatakan valid apabila ρ < 0,05.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 halaman129

b. Variabel Pergaulan Peer Group ( X2 )

Dari hasil analisis butir (item) pada angket yang diuji cobakan

menunjukkan bahwa dari 58 item soal di dapat 29 soal yang valid dan 29

butir item yang dinyatakan gugur atau tidak valid. Soal yang dinyatakan

valid adalah soal no 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 17, 21, 22, 24, 25, 28, 29, 30,

33, 34, 40, 41, 43, 44, 47, 48, 49, 51, 52, 56, 57 dan 58. item yang

dinyatakan gugur antara lain: 1, 2, 3, 4, 5, 9, 14, 15, 16, 18, 19, 23, 26,

27, 31, 32, 32, 35, 36, 37, 38, 39, 42, 45, 46, 50, 53, 54 dan 55. Item soal

dikatakan valid apabila ρ < 0,05. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran 8 halaman 133

2) Metode Tes

Tes merupakan serentetan pertanyaan tertulis untuk latihan atau alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi dan

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu ( responden ). Dalam hal

ini metode tes digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya prestasi belajar

sosiologi siswa.

b. Teknik bantu

1) Wawancara

Teknik bantu lain yang digunakan adalah metode wawancara atau

interview. Menurut Nasution (2003:113) “Wawancara atau interview

adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang

61

bertujuan memperoleh informasi”. Dalam penelitian ini wawancara

digunakan untuk memperoleh perizinan dari pihak sekolah, memperolah

informasi tentang jumlah siswa, dan ketika bertatap muka dengan

responden peneliti menjelaskan petunjuk pengisian angket.

2) Dokumentasi

Dalam penelitian ini selain menggunakan teknik angket peneliti

akan menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan

teknik pencarian data yang menelaah catatan atau dokumen sebagai data.

Sesuai pendapat Hadari Nawawi (1998:133) “Dokumenter adalah cara

mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-

arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil/hukum

dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan

Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah :

(a) Lebih mudah mendapatkan data, karena data sudah tersedia dan

menghemat waktu

(b) Data yang diperoleh dapat dipercaya dan mudah menggunakannya

(c) Pada waktu yang relatif singkat dapat diperoleh data yang

diinginkan

(d) Data dapat ditinjau kembali jika diperlukan. Data yang diperoleh

dapat dipercaya dan mudah menggunakannya.

Metode dokumentasi dalam penelitian ini merupakan metode yang

digunakan untuk memperoleh data dari Kepala Sekolah, Tata Usaha

ataupun guru yang berupa data tertulis, antara lain tentang jumlah siswa

dan sejarah sekolah.

62

C. Rancangan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui

hubungan antara kedisiplinan belajar dan pergaulan peer group dengan prestasi

belajar sosiologi disusun rancangan penelitian sebagai berikut:

Atribut faktor-faktor kedisiplinan belajar dan pergaulan peer group dalam

penelitian ini adalah atribut X dan prestasi belajar adalah atribut Y. Untuk

mengetahui hubungan antara atribut tersebut maka peneliti menggunakan metode

deskriptif korelasi ganda dengan software SPS 2000 program dari Sutrisno Hadi

dan Yuni Pamardiningsih.

Penelitian ini menggunakan 2 macam variable yaitu: variabel bebas

(independent variable) dan variabel terikat (dependent variabel). Defenisi

operasional ini adalah:

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini kedisiplinan dan pergaulan peer group.

a. Kedisiplinan belajar(X1)

Kedisiplinan diukur dengan indikator-indikator:

1) Disiplin menggunakan waktu belajar

2) Disiplin mengerjakan tugas

3) Disiplin mengikuti pelajran

4) Disiplin dalam mengikuti ulangan

5) Disiplin menaati tata tertib sekolah

b. Pergaulan peer group (X2)

Pergaulan peer group di ukur dengan indikator-indikator:

1) Fungsi pergaulan peer group

2) Peranan pergaulan peer group

3) Pengaruh pergaulan peer group

2. Variabel terikat (dependent variabel)

Varibel terikat dalam penelitian ini prestasi belajar sosiologi adapun cara

mengukurnya dengan mengadakan tes mata pelajaran sosiologi.

63

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis regresi ganda yaitu cara atau teknik khusus untuk mencari hubungan antar

dua variabel (sebagai prediktor) dengan variabel lain (sebagai kriterium). Alasan

digunakannya teknik ini adalah :

1. Karena dalam penelitian ini terdapat dua variabel predikator terdiri dari

kedisiplinan belajar, pergaulan peer group dan satu variabel kriterium yaitu

prestasi belajar.

2. Untuk mengetahui hubungan antara prediktor dengan kriterium, sekaligus

dapat mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan tersebut.

Sesuai dengan teknik yang digunakan, peneliti menggunakan dasar dalam

analisis dengan pedoman sebagai berikut :

Kaidah Uji Hipotesis Menggunakan Komputer :

Jika ρ (probabilitas) < 0,01 = sangat signifikan

Jika ρ (probabilitas) < 0,05 = signifikan

Jika ρ (probabilitas) < 0,15 = cukup signifikan

Jika ρ (probabilitas) < 0,30 = kurang signifikan

Jika ρ (probabilitas) > 0,30 = tidak signifikan

Kaidah Uji Hipotesis Konvensional (Menggunakan Tabel Signifikansi) :

Jika ρ (probabilitas) < 0,01 = sangat signifikan

Jika ρ (probabilitas) < 0,05 = signifikan

Jika ρ (probabilitas) > 0,05 = tidak signifikan

Dalam uji butir tes menggunakan signifikansi ρ < 0,05.

Langkah-langkah yang diperlukan dalam penelitian ini untuk menguji

persyaratan analisis regresi ganda adalah :

1. Uji Prasyarat Analisis

2. Uji Hipotesis

64

1. Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran suatu variabel

acak berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini

menggunakan rumus Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:

X2 =

fh

fhf0

(Sutrisno Hadi 2001: 346)

Keterangan:

X2 = Chi-kuadrat

fh = frekuensi yang diharapkan dalam sampel

fo = frekuensi yang diharapkan dalam populasi

Jika ρ > 0,050 maka data yang diperoleh berdistribusi normal,

sebaliknya jika ρ < 0,050 maka data yang dipeoleh berdistribusi tidak normal.

b. Uji Linieritas

Uji linearitas variabel X1 terhadap Y, dan X2 terhadap Y adalah untuk

mengetahui tingkat kelinieran data atau untuk mengetahui bahwa setiap

peningkatan variabel X juga diikuti dengan variabel Y, dengan penetapan

harga-harga :

1) JK (G) = iX ni

YY

2

2

2) JK (TC) = JK (S) – JK (G)

3) dk (TC) = k – 2

4) dk (G) = n – k

5) RJK (TC) = TCdk

TCJK

6) RJK (G) = Gdk

GJK

65

(Sudjana, 1996: 15 – 22)

Keterangan:

JK (G) : Menyatakan jumlah kuadrat galat

JK (TC) : Menyatakan jumlah kuadrat tuna cocok

dk : Derajad kebebasan (setiap variabel mempunyai derajat

berbeda-beda)

Untuk tuna cocok (TC) : k – 2

Untuk galat : n – k

RJK (TC) : Menyatakan varian (rerata) kuadrat tuna cocok

RJK (G) : Menyatakan varian (rerata) kuadrat galat

Jika ρ > 0,050 maka dapat disimpulkan korelasinya linier, sebaliknya

jika ρ < 0,050 maka korelasinya tidak linier.

2. Uji Hipotesis

Setelah uji prasyarat telah terpenuhi, maka dapat dilakukan pengujian

hipotesis yang telah diajukan. Uji hipotesis ini menggunakan uji regresi ganda.

Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah :

a. Uji Hipotesis Pertama dan Kedua :

222

112

11

1

nn

nr

(Sutrisno Hadi, 2001: 4)

Keterangan:

n : Menyatakan jumlah data observasi

X : Variabel prediktor

Y : Variabel kriterium

YXr 1 : Koefisien korelasi X1 dan Y

YXr 2 : Koefisien korelasi X2 dan Y

b. Uji Hipotesis Ketiga

Ry(1,2) = 2

2211

y

yx a y xa

66

Sutrisno Hadi (2001: 25),

Keterangan:

ry(1,2) = Koefisien korelasi antara X1 dan X2 dengan Y

a1 = koefisien prediktor X1

a2 = koefisien prediktor x2

xiy = jumlah produk antara xi dan y

x2y = jumlah produk antara X2 dan y

y2 = jumlah kuadrat kriterium Y

Jika ρ < 0,050 maka data yang diperoleh korelasinya signifikan,

sebaliknya jika ρ > 0,050 maka data yang dipeoleh korelasinya tidak

signifikan.

c. Langkah selanjutnya adalah mengadakan uji siginifikansi atau keberartian

antara kriterium dengan prediktor-prediktornya. Uji signifikansi menggunakan

rumus :

F = 1/1

/2

2

knR

kR

(Sudjana, 1996: 75)

Keterangan :

F = Harga garis regresi

n = Ukuran sampel

K = Banyaknya fariabel bebas

R = Koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktornya.

Jika ρ > 0,050 maka signifikan, sebaliknya jika ρ < 0,050 maka tidak

signifikan.

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi

1. Sejarah Singkat MAN Karanganom

MAN Karanganom Sebelum tahun 1965 menempati tanah OG yang

berada di wilayah Desa Karanganom. Kemudian setelah tahun 1965 (setelah

peristiwa G.30 S PKI) oleh bapak Kepala Desa pada waktu itu Bapak Siswo

Mintardjo sebagian diserahkan pada umat Islam untuk didirikan masjid sebagai

tempat ibadah, sebagian digunakan untuk kabun bibit Desa Karanganom.

Pada tahun 1967 didirikan Masjid di tengah-tengah Pekarangan yang

dinamakan Masjid Al-Barokah dengan biaya gotong royong umat Islam sedesa

Karanganom, adanya masjid di desa Karanganom dari tahun ke tahun

perkembangan umat Islam mengalami peningkatan yang luar biasa, maka tokoh-

tokoh umat pada waktu itu merencanakan untuk mendirikan Sekolah/Madrasah

sebagai pengembangan agama Islam untuk menunjang kemakmuran masjid dan

atas Ridho Allah pada tahun 1974 berhasil mendirikan Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah (pendidikan setingkat SD) berkembang dengan baik yang terletak

di sebelah timur pekarangan menghadap ke barat (Masjid) mempunyai 6 ruang

kelas.

Adanya perkembangan umat Islam yang sangat baik maka

dikembangkan lagi pendidikan Islam melalui pendidikan jenjang yang lebih

tinggi, maka oleh tokoh-tokoh umat Islam yang disponsori oleh Bapak Abdul

Ghoni dan Bapak Amir Ma’sum (almarhum) pada tahun 1980 atas persetujuan

tokoh dan Kepala desa berhasil mendirikan Gedung sebanyak 5 ruang kelas untuk

pendidikan Madrasah Aliyah (setingkat SMA) yang diberi nama Madrasah

Aliyah Negeri Klaten Fillial Surakarta. Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri

Klaten Fillial Surakarta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup

menggembirakan, sehingga perlu menambah lokal baru untuk menampung

siswa/siswi yang ada dan atas usaha dari pihak Madrasah dan tokoh agama pada

waktu itu mengusulkan bantuan dari Pemerintah Pusat melalui Departemen

67

68

Agama, pada tahun ajaran 1983/1984 mendapatkan bantuan berupa 3 ruang kelas

yang didirikan pada tanah desa sebelah Selatan (tepatnya selatan Masjid).

Menginjak tahun ajaran 1985/1986 mendapatkan lagi proyek dari

Departemen Agama Pusat berupa gedung pendidikan 3 ruang kelas, namun untuk

pelaksnaannya proyek tersebut mengalami kendala yaitu masalah tanah yang

belum bersertifikat, maka atas usaha dari pihak madrasah pada waktu itu yang di

pimpin oleh Bapak Djumari, BA dibantu oleh Sdr. Badruszaman bersama-sama

Pemerintah Desa (Carik Desa Bapak Sastro Karyono) mengusulkan

pensertifikatan tanah tersebut dengan syarat, pihak MAN agar bersedia

membiayai pemindahan bibit tanaman yang berada di sebelah utara masjid

sebagai kebun bibit Desa Karanganom ke lokasi baru yaitu ke Balai Desa yang

terletak di Jl. Diponegoro, atas kesediaan pihak Madrasah membiayai pemindahan

bibit tersebut kemudian usulan sertifikat segera diajukan dan berhasil menjadi

sertifikat tanah OG menjadi Tanah Milik Departemen Agama khususnya

Madrasah Aliyah Negeri Klaten Fillial Surakarta dengan nomor A.1629515

tanggal 6 Juni 1985 dan akhirnya setelah turun sertifikat, proyek mulai

dilaksanakan di sebelah utara masjid menghadap ke Timur menempati bekas

kebun bibit desa.

Timbul gejolak dari masyarakat (umat Islam) tidak mau menerima

keadaan tanah kas desa yang peruntukannya sebagian untuk masjid (tempat

ibadah umat Islam) disertifikatkan atas nama MAN Klaten Fillial Surakarta.

Setelah timbul gejolak, maka pihak Madrasah bersama ketua BP3

diketuai oleh Bapak Robikin (almarhum) mengadakan musyawarah bersama

dengan tokoh umat Islam yang dipimpin Bapak M. Choiruddin, BA dengan

keputusan sebagai berikut :

a. Pihak Madrasah Aliyah supaya membelikan tanah ganti untuk gedung MI dan

TK yang sudah ada sekaligus memindahkan bangunannya.

b. Pihak Madrasah Aliyah supaya memindahkan masjid yang berada di tengah

halaman, ke lokasi pinggir jalan dengan harapan tidak merasa saling

terganggu dalam melaksanakan kegiatan masing-masing.

Sebagai realisasi keputusan bersama tersebut antara lain :

69

1) Realisasi angka 1 (pembelian tanah dan pemindahan gedung) sebagai

berikut :

a) Pada tahun ajaran 1985/1986 pihak Madrasah membelikan sebidang

tanah yang terletak di Dk. Mardirejo dengan luas kurang lebih 2500 m2

sebagai tempat pemindahan gedung MI Muhammadiyah, namun dari

umat Islam pada waktu itu tidak mau dengan alasan terlalu jauh dari

lokasi lama. Dan kemudian pada tahun ajaran berikutnya yaitu tahun

1986/1987 tanah tersebut dijual lagi dan dibelikan tanah sebelah timur

MI yang lama seluas kurang lebih 2000 m2.

b) Setelah mendapatkan tanah ganti untuk pemindahan gedung MI, pihak

Madrasah Aliyah tahun ajaran 1987/1988 mulai memindahkan

(membuatkan) gedung MI secara bertahap dengan tahap awal

memindahkan 3 ruang kelas dan berhasil pindah seluruhnya termasuk

Gedung TK Aisyiyah Bustanul Atfal pada tahun ajaran 1993/1994 yang

pengerjaannya melalui sistem borong yang dilaksanakan oleh Bp. H.

Abdul Ghoni (almarhum) pada waktu itu.

2) Realisasi angka 2 (pemindahan masjid) sebagai berikut :

a) Setelah pihak Madrasah Aliyah berhasil memenuhi sebagian kewajiban

poin pertama, pihak MAN memfokuskan mengurusi penegerian ke

Jakarta dan atas jerih payah dan membutuhkan tenaga, pikiran dan

waktu serta biaya yang tidak mudah, dan alhamdulillah atas ridho Allah

SWT, baru tahun 1991 berhasil menjadi MAN Karanganom Klaten

dengan SK Menteri Agama RI Nomor 137 tahun 1991 tertanggal 25

Juli 1991. Dan mulai tahun itulah pihak MAN harus dapat

menyesuaikan segala sesuatunya dengan peraturan-peraturan

Pemerintah, termasuk penggunaan dana harus berpedoman pada aturan

yang ada termasuk untuk memikirkan pemindahan masjid yang belum

dapat terealisir sebagaimana yang telah disepakati terdahulu walaupun

sudah mengalami beberapa pergantian Kepala Madrasah.

b) Pada saat kepala Madrasah dipegang oleh Bapak Drs. Hadis dari

Salatiga tepatnya tahun 1997 s/d 1999 telah diusahakan pemindahan

70

masjid dengan mengajukan bantuan biaya dari pusat, namun belum bisa

berhasil sampai Bapak Hadis mutasi ke MAN Salatiga. Dan kemudian

diganti Kepala MAN yang baru Bapak Drs. M. Thohari dari Ngawi

tepatnya tahun 2000 s/d 2003, tugas memindahkan masjid oleh beliau

ditangguhkan (belum dilakukan) dengan alasan biar diselesaikan oleh

kepala yang baru nanti.

c) Pada saat berikutnya tahun 2003 pucuk pimpinan dipegang oleh Drs. H.

Salim dari Sragen mulai merintis pemindahan masjid dengan

mengadakan rapat bersama antara umat Islam dan pihak MAN sampai

beberapa kali, baru kemudian dapat menghasilkan beberapa

kesepakatan antara lain :

1) Masjid segera dipindahkan ke pinggir jalan dengan pihak MAN

membongkar 5 ruang kelas yang berada di lokasi pemindahan

2) Segera membentuk susunan panitia Pembangunan Masjid bersama-

sama antar masyarakat dengan pihak MAN.

3) Biaya dipikul bersama antara MAN dan masyarakat Islam serta

pihak lain yang tidak mengikat.

4) Setelah dana terkumpul dari pihak umat Islam Rp 30.000.000,-

(tiga puluh juta rupiah) dan dari pihak MAN Rp 28.000.000,- (dua

puluh delapan juta rupiah) dimulai peletakan batu pertama

pembangunan masjid pada tahun 2005 dan berhasil berdiri dalam

keadaan yang belum sempurna tahun 2007 dan bersamaan dengan

waktu pensiunnya Bapak Drs. H. Salim dan kepemimpinan

dilanjutkan oleh bapak Drs H Sriyana sampai sekarang.

71

2. Visi dan Misi

Adapun visi MAN Karanganom Klaten :

Mewujudkan generasi muslim yang beraklaq mulia, berprestasi dan

berkarya

Sedangkan misi dari MAN Karanganom Klaten :

1) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama,

sehingga menjadi teladan bagi masyarakat.

2) Melaksanakan proses pembelajaran secara disiplin dan efektif.

3) Mengupayakan peserta didik untuk mengenal dirinya

4) Menumbuhkan semangat kekeluargaan dari warga madrasah untuk

mencapai tujuan

5) Dengan menghasilkan lulusan yang berakhlaq mulia serta menjadi

tauladan bagi masyarakat.

6) Memberikan bekal ketrampilan bagi lulusan yang tidak mampu untuk

melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

7) Memberikan bekal minimal bagi lulusan yang akan melanjutkan ke

jenjang yang leibih tinggi.

8) Mencipatakan suasana islami, sehat dan nyaman bagi seluruh warga

madrasah.

3. Kondisi dan Karakteristik Siswa

MAN Karanganom Klaten tahun ajaran 2010/2011terdiri dari 390 siswa

dan terbagi menjadi 3 tingkat, yakni tingkatan kelas X, XI, dan XII. Kelas X

terdiri dari 138 siswa yang terbagi dalam 4 kelas. Kelas XI terdiri dari 126 siswa

yang terbagi dalam 4 kelas yaitu 4 kelas untuk IPS, 1 kelas untuk IPA.

Sedangkan kelas XII terdiri dari 100 siswa yang terbagi dalam 4 kelas yaitu 2

kelas untuk IPS, 2 kelas untuk IPA.

Dari sejumlah siswa yang ada di MAN Karanganom tersebut terdapat

aktivitas yang berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lain saat penelitian

dilakukan. Aktivitas siswa-siswa terlihat seperti siswa yang nongkrong di kantin

72

sekolah, adan siswa yang baru persiapan lomba, terlihat juga beberapa siswa yang

dikeluarkan dari kelas. Selain itu ada pula siswa yang membolos. Karakteristik

siswa satu dengan yang lain pun pasti berbeda, karena mereka berasal dari latar

belakang keluarga yang berbeda. Dari adanya karakter-karakter yang berbeda

tersebut maka siswa di MAN Karanganom mempunyai prestasi belajar yang

berbeda-beda pula

4. Kegiatan-Kegiatan di MAN Karanganom Klaten

Siswa MAN Karanganom, mempunyai kegiatan inti yakni KBM

(Kegiatan Belajar Mengajar) yang dilaksanakan setiap hari, ada berbagai kegiatan

yang dapat mendukung dan meningkatkan bakat siswa. Antara lain kegiatan OSIS

dan ekstrakurikuler. Adapun kegiatan ekstrakurikuler di MAN Karanganom

meliputi Qiro’ah, Khitobah, Menjahit, Otomotif, Seni Musik (band), komputer,

Basket, Sepak Bola, dan Volly.

Dari berbagai macam kegiatan seperti di atas, dapat dijadikan sarana

untuk mengembangkan bakat dan kemampuan bagi siswa. Karena dengan adanya

keikutsertaan siswa dalam kegiatan OSIS maupun ekstrakurikuler yang ada di

sekolah maka para siswa akan dapat berkreasi, menambah pengalaman dan dapat

meningkatkan ilmu pengetahuan. Sehingga kegiatan-kegiatan tersebut dapat

dijadikan wadah bagi anak untuk mengembangkan kemampuan/bakat non-

akademik.

B. Deskripsi Data

1. Deskripsi Data tentang Kedisiplinan

Kedisiplinan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X1). Skor data

yang telah diperoleh dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 149 Sedangkan

rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai berikut: mean

diperoleh angka sebesar 57,8; median diperolah angka sebesar 57,68; modus

diperoleh angka sebesar 57,50; SB diperoleh angka sebesar 6,79; SR diperoleh

angka sebesar 5,29; nilai tertinggi diperoleh angka sebesar 68 dan nilai terendah

diperoleh angka sebesar 43.

73

Adapun distribusi frekuensi data kedisiplinan belajar dapat disajikan

dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Kedisiplinan Belajar (X1)

Variant f fx fx2

f% fk%-naik

66,5- 72,5 6 404,00 27.204,00 10,34 100,00

60,5- 66,5 15 950,00 60.212,00 25,86 89,66

54,5- 60,5 17 976,00 56.082,00 29,31 63,79

48,5- 54,5 14` 721,00 37.151,00 24,14 34,48

42,5- 48,5 6 271,00 12.251,00 10,34 10,34

Total 58 3.322,00 192.251,00 100,00 -

Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel Kedisiplinan Belajar maka

dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-3 pada

interval 54,5-60,5 dengan prosentase 29,31% kemudian diikuti oleh kelas ke-4

pada interval 60,5-66,5 dengan prosentase 25,87% kemudian diikuti oleh kelas ke-

2 pada interval 48,5-54,5. dengan prosentase 24,14%. Sedangkan responden

paling sedikit terdapat di dua kelas yaitu kelas ke-1 pada interval 42,5-48,5 dan

kelas ke-5 pada interval 66,5-72,5 dengan masing-masing pprosentase 10,34%.

Penyebaran data dapat diperikasa dalam histogram berikut ini:

Gambar 2. Grafik Histogram Kedisiplinan (X1)

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

42.5 – 48.5 – 54.5 – 60.5 – 66.5 – 72.5

74

2. Deskripsi Data tentang Pergaulan Peer Group

Pergaulan Peer Group dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X2). Skor data

yang telah diperoleh dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 151 Sedangkan

rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai berikut: mean

diperoleh angka sebesar 90,05; median diperolah angka sebesar 90,73; terdapat

dua modus, SB diperoleh angka sebesar 11,81; SR diperoleh angka sebesar 9,96;

nilai tertinggi diperoleh angka sebesar108 dan nilai terendah diperoleh angka

sebesar 67. Adapun distribusi frekuensi data Pergaulan Peer Group dapat disajikan

dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pergaulan Peer Group (X2)

Variant f Fx fx2

f% fk%-naik

102,5- 111,5 12 1.263,00 132.957,00 20,69 100,00

93,5- 102,5 13 1.277,00 125.523,00 22,41 79,31

84,5- 93,5 13 1.154,00 102.514,00 22,41 56,90

75,5- 84,5 11 879,00 70.302,00 18,97 34,48

66,5- 75,5 9 650,00 46,996,0 15,52 15,52

Total 58 5.223,00 478.295,00 100,00 -

Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel Pergaulan Peer Group maka

dapat diketahui bahwa responden paling banyak ada dua kelas menempati kelas

ke-3 pada interval 84,5-93,5 dan kelas ke-4 pada interval 93,5-10,5 dengan

masing-masing prosentase kelas 22,41% kemudian diikuti oleh kelas ke-5 pada

interval 102,5-111,5 dengan prosentase 20,69% kemudian diikuti oleh kelas ke-2

pada interval 75,5-84,5 dengan prosentase 18,97% Sedangkan responden paling

sedikit adalah pada kelas ke-1 pada interval 66,5-75 dengan prosentase 15,52%

Penyebaran data dapat diperiksa dalam histogram berikut ini:

75

Gambar 3. Grafik Histogram Pergaulan Peer Group (X2)

3. Deskripsi Data tentang Prestasi Belajar Sosiologi

Prestasi Belajar Sosiologi dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Y).

Skor data yang telah diperoleh dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 152

Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai berikut:

mean diperoleh angka sebesar 76,33; median diperolah angka sebesar 78,00;

modus diperoleh angka sebesar 81,00; SB diperoleh angka sebesar 11,17; SR

diperoleh angka sebesar 9,19; nilai tertinggi diperoleh angka sebesar 93 dan nilai

terendah diperoleh angka sebesar 50

Adapun distribusi frekuensi data Prestasi Belajar Sosiologi dapat disajikan dalam

tabel sebagai berikut:

14

12

10

8

6

4

2

0

66.5 – 75.5 – 84.5 – 93.5 – 102.5 – 111.5

76

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Sosiologi (Y)

Variant f fx fx2

f% fk%-naik

85,5- 94,5 14 1.269,00 115.101,00 24,14 100,00

76,5- 85,5 18 1.440,00 115.308,00 31,03 75,86

67,5- 76,5 12 858,00 61.374,00 20,69 44,83

58,5- 67,5 12 760,00 48.232,00 20,69 24,14

49,5- 58,5 2 100,00 5.000,00 3,45 3,45

Total 58 4.427,00 345.015,00 100,00 -

Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel Prestasi Belajar Sosiologi

maka dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-4 pada

interval 76,5-85,5 dengan prosentase 31,03%, kemudian diikuti oleh kelas ke-5

pada interval 85,5-94,5 dengan prosentase 24,14% kemudian diikuti oleh kelas ke-

2 dan ke-3 pada interval 58,5-67,5 serta pada interval 67,5-76,5 dengan prosentase

masing-masing 20,69%; Sedangkan responden paling sedikit berada pada kelas

ke-1 pada interval 49,5-58,5 dengan prosentase 3,45%. Penyebaran data dapat

diperikasa dalam histogram berikut ini:

Gambar 4. Grafik Histogram Prestasi Belajar Sosiologi (Y)

20

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

49.5 – 58.5 – 67.5 – 76.5 – 85..5 – 94.5

77

C. Pengujian Prasyarat Analisis Data

Data yang telah tersusun secara sistematis seperti pada lampiran,

selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan. Syarat

analisis data yang digunakan analisis regresi linier adalah sebaran populasi data

harus berdistribusi normal dan kedua variabel bebas harus linier dengan variabel

terikat. Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai hasil uji normalitas dan hasil

uji linieritas. Hasil uji prasyarat analisis data yang telah dilakukan dapat

dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas digunakan untuk menunjukkan apakah data yang

dianalisis mempunyai sebaran (distribusi) normal atau tidak. Adapun pengujian

ini meliputi:

a. Kriteria Pengujian Persyaratan Normalitas

Sebelum menguji normalitas dari masing-masing variabel, perlu

membuat kriteria persyaratan normalitas sebagai berikut:

Ha: Distribusi data hasil penelitian tidak berbeda dengan distribusi

teoritik, artinya data berdistribusi normal.

Ho: Distribusi data hasil penelitian berbeda dengan distribusi teoritik,

artinya data berdistribusi tidak normal.

Untuk menetapkan normal atau tidaknya distribusi data digunakan

kriteria sebagai berikut:

Jika ρ > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal

Jika ρ < 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal

b. Uji Normalitas Variabel X1

Pada uji normalitas X1 (Kedisiplinan), langkah pertama yang dilakukan

adalah membuat tabel rangkuman variabel X1 (lampiran 13 halaman 155).

Adapun tabel rangkuman variabel X1 (Kedisiplinan) dapat disajikan sebagai

berikut:

78

Tabel 9. Rangkuman Variabel Kedisiplinan

Kelas fo fh Fo-fh

(fo-fh)2

fh

2fh)-(fo

10 0 0,48 -0,48 0,23 0,48

9 0 1,61 -1,61 2,58 1,61

8 8 4,59 3,41 11,60 2,53

7 10 9,23 0,77 0,59 0,06

6 11 13,09 -2,09 4,37 0,33

5 10 13,09 -3,09 9,55 0,73

4 13 9,23 3,77 14,19 1,54

3 3 4,59 -1,59 2,54 0,55

2 3 1,61 1,39 1,94 1,21

1 0 0,48 -0,48 0,23 0,48

Total 58 58,00 0,00 - 9,51

Mean: 57,276 SB: 6,792

Kai Kuadrat: 9,509 db: 9 ρ = 0,392

Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari hasil

perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

χ2 = 9,509

ρ = 0,392

Hasil tersebut menunjukkan bahwa ρ > 0,05 yaitu 0,392 > 0,05 maka Ha

diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil dari

populasi berdistribusi normal.

c. Uji Normalitas Variabel X2

Pada uji normalitas X2 (Pergaulan Peer Group), langkah pertama yang

dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X2 (lampiran 13

halaman 156). Adapun tabel rangkuman variabel X2 (Pergaulan Peer Group)

dapat disajikan sebagai berikut:

79

Tabel 9. Rangkuman Variabel Pergaulan Peer Group

Kelas fo fh Fo-fh

(fo-fh)2

fh

2fh)-(fo

10 0 0,48 -0,48 0,23 0,48

9 0 1,61 -1,61 2,58 1,61

8 8 4,59 3,41 11,60 0,02

7 12 9,23 2,77 7,65 0,03

6 8 13,09 -5,09 25,91 0,56

5 12 13,09 -1,09 1,19 1,06

4 9 9,23 -0,23 0,05 0,06

3 8 4,59 3,41 11,60 0,02

2 1 1,61 -0,61 10,37 1,10

1 0 0,48 -0,48 0,23 0,29

Total 58 58,00 0,00 - 3,42

Mean: 90,052 SB: 11,814

Kai Kuadrat: 10,744 db: 9 ρ = 0,294

Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari hasil

perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

χ2 = 10,744

ρ = 0,294

Hasil tersebut menunjukkan bahwa ρ > 0,05 yaitu 0,294 > 0,05 maka Ha

diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil

dari populasi berdistribusi normal.

d. Uji Normalitas Variabel Y (Prestasi Belajar Sosiologi)

Pada uji normalitas Y (Prestasi Belajar Sosiologi), langkah pertama yang

dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel Y (lampiran 13 halaman

157). Adapun tabel rangkuman variabel Y (Prestasi Belajar Sosiologi) dapat

disajikan sebagai berikut:

80

Tabel 8. Rangkuman Variabel Prestasi Belajar Sosiologi

Kelas fo fh Fo-fh

(fo-fh)2

fh

2fh)-(fo

9 0 0,57 -0,57 0,33 0,57

8 0 2,18 -2,18 4,76 2,18

7 11 6,45 4,55 20,71 3,21

6 9 12,30 -3,30 10,86 0,88

5 18 15,00 3,00 9,01 0,60

4 10 12,30 -2,30 5,27 0,43

3 8 6,45 1,55 2,40 0,37

2 0 2,18 -2,18 4,76 2,18

1 2 0,57 1,43 2.03 3,54

Total 58 58,00 0,00 - 13,97

Mean: 76,328 SB: 11,171

Kai Kuadrat: 13,972 db: 8 ρ = 0,082

Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari hasil

perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

χ2 = 13,972

ρ = 0,082

Hasil tersebut menunjukkan bahwa ρ > 0,05 yaitu 0,082 > 0,05 maka Ha

diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil

dari populasi berdistribusi normal.

Sebagai bukti bahwa variabel Prestasi Belajar Sosiologi berdistribusi

normal dapat dilihat pada halaman 142 dalam bentuk grafik histogram

Prestasi Belajara Sosiologi. Bentuk garis dalam grafik tersebut menyerupai

gunung, sehingga menunjukkan bahwa variabel tersebut berdistribusi normal.

81

2. Uji Linieritas dan Keberartian

Dengan adanya hasil uji linieritas maka diketahui apakah ada hubungan

antara variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun dalam hal ini pengujian

meliputi:

a. Kriteria Pengujian Persyaratan Linieritas

Sebelum menguji linieritas dari masing-masing variabel, perlu membuat

kriteria persyaratan linieritas sebagai berikut:

Ha: Data hasil penelitian tidak berbeda dengan data hasil teoritik, artinya

linier

Ho: Data hasil penelitian berbeda dengan data hasil teoritik, artinya tidak

linier

Untuk menetapkan linier atau tidaknya distribusi data digunakan kriteria

sebagai berikut:

Jika ρ > 0,05 maka data dalam penelitian memiliki korelasi yang linier

Jika ρ < 0,05 maka data dalam penelitian korelasinya tidak linier

b. Uji Linieritas Variabel Kedisiplinan (X1) dengan Prestasi Belajar

Sosiologi (Y)

Berdasarkan hasil uji linieritas antara Kedisiplinan Belajar dengan Prestasi

Belajar Sosiologi, diperoleh ρ = 0,713; Fo =0,138 dan Ft =2,585. Karena ρ >

0,05 dan Fo < Ft maka Ha diterima. Dengan demikian dapat diambil

kesimpulan bahwa Kedisiplinan Belajar dan Prestasi Belajar Sosiologi

mempunyai korelasi yang linier. Hasil uji linieritas Kedisiplinan dengan

Prestasi Belajar Sosiologi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

82

Tabel 11. Rangkuman Unji Linieritas X1 dengan Y

Sebagai bukti bahwa korelasi antara Kedisiplinan Belajar dengan

Prestasi Belajar Sosiologi adalah linier dapat dilihat pada lampiran 14

halaman 160 dalam bentuk grafik hasil uji linieritas Kedisiplinan Belajar

dengan Prestasi Belajar Sosiologi.

c. Uji Linieritas Variabel Pergaulan Peer Group (X2) dengan Prestasi

Belajar Sosiologi (Y)

Berdasarkan hasil uji linieritas antara Pergaulan Peer Group dengan

Prestasi Belajar Sosiologi, diperoleh ρ = 0,147; Fo = 2,128 dan Ft =3,689.

Karena ρ > 0,05 dan Fo < Ft, maka Ha diterima. Dengan demikian dapat

diambil kesimpulan bahwa Pergaulan Peer Group dan Prestasi Belajar

Sosiologi mempunyai korelasi yang linier. Hasil uji linieritas Pergaulan Peer

Group dengan Prestasi Belajar Sosiologi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 12. Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y

Sumber Derajat R2

db Var F ρ

Regresi

Residu

ke 1 0,084

0,916

1

56

0,084

0,016

8,030

--

0,026

--

Regresi

Beda

residu

ke 2

ke 2 – ke

1

0,118

0,034

0,882

2

1

55

0,059

0,034

0,016

3,689

2,128

--

0,030

0,147

--

Korelasinya Linier

Sumber Derajat R2

db Var F ρ

Regresi

Residu

ke 1 0,084

0,916

1

56

0,084

0,016

5,112

--

0,026

--

Regresi

Beda

residu

ke 2

ke 2 – ke

1

0,086

0,002

0,914

2

1

55

0,043

0,002

0,017

2,585

0,138

--

0,083

0,713

--

Korelasinya Linier

83

Sebagai bukti bahwa korelasi antara Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar

Sosiologi adalah linier dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 160 dalam bentuk

grafik hasil uji linieritas Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar Sosiologi.

D. Pengujian Hipotesis

Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan

analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan

sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun analisis regresi ganda menggunakan

komputer seri SPS edisi: Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM

Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/IN. Langkah yang dilakukan sesuai dengan

prosedur, yaitu sebagai berikut:

1. Mencari Korelasi antara Kriterium dengan Prediktor

a. Menghitung Koefisien Korelasi sederhana antara X1 dan Y; X2 dan Y

1) Koefisien korelasi sederhana antara X1 dan Y (Kedisiplinan Belajar

dengan Prestasi Belajar Sosiologi)

Ha : Ada hubungan positif antara Kedisiplinan Belajar dengan Prestasi

Belajar Sosiologi

Ho : Tidak ada hubungan positif antara Kedisiplinan Belajar dengan

Prestasi Belajar Sosiologi

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat tabel

rangkuman analisis korelasi (lampiran 15 halaman 162). Adapun tabel

tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Matriks Interkorelasi Analisis Regresi

ρ dua ekor

r X1 X2 Y

X1 1,000 0,016 0,289

ρ 0,000 0,902 0,026

X2 0,016 1,000 0,290

ρ 0,902 0,000 0,026

Y 0,289 0,442 1,000

ρ 0,026 0,026 0,000

84

Setelah membuat rangkuman analisis korelasi selanjutnya dilakukan

perhitungan sesuai dengan rumus Product Moment, sehingga diperoleh:

rxy = 0,289

ρ = 0,026

Karena ρ < 0,05, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis

menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta

tahun 2004 versi IBM/IN dapat disimpulkan bahwa hasilnya signifikan,

yaitu 0,026 < 0,05, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan

demikian pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini yang berbunyi

“Ada hubungan yang positif antara Kedisiplinan Belajar dengan Prestasi

Belajar Sosiologi pada siswa kelas X MAN Karanganom Klaten Tahun

Pelajaran 2010/2011” dinyatakan diterima.

2) Koefisien korelasi sederhana antara X2 dan Y (Pergaulan Peer Group

dengan Prestasi Belajar Sosiologi)

Ha : Ada hubungan positif antara Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar

Sosiologi

Ho : Tidak ada hubungan positif antara Kedisiplinan dengan Prestasi

Belajar Sosiologi

Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 15 halaman 162,

selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus Product Moment

sehingga diperoleh :

rxy = 0,290

ρ = 0,026

Karena ρ < 0,05, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis

menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta

tahun 2004 versi IBM/IN dapat disimpulkan bahwa hasilnya signifikan,

yaitu 0,026 < 0,15, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan

demikian pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini yang berbunyi

“Ada hubungan yang positif antara Pergaulan Peer Group dengan Prestasi

Belajar Sosiologi pada siswa kelas X MAN Karanganom Klaten Tahun

Pelajaran 2010/2011” dinyatakan diterima.

85

b. Menghitung Koefisien Korelasi Ganda antara X1,X2 dengan Y

Ha : Ada hubungan positif antara Kedisiplinan Belajar dan Pergaulan Peer

Group dengan Prestasi Belajar Sosiologi

Ho : Tidak ada hubungan positif antara Kedisiplinan Belajar dan Pergaulan

Peer Group dengan Prestasi Belajar Sosiologi

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat tabel sebagai

berikut:

Tabel 14. Koefisien Beta dan Korelasi Parsial

X Beta ( ) SB ( ) r-parsial t

0 25,189690

1 0,468242 0,202624 0,297 2,311 0,023

2 0,270055 0,116498 0,298 2,318 0,023

Galat baku: 10,390

Korelasi R: 0,406

Korelasi R sesuaian: 0,406

Setelah itu kemudian membuat tabel rangkuman analisis regresi. Adapaun

tabel tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 15. Tabel Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh

Sumber

Variasi

JK db RK F R2

ρ

Regresi Penuh

Variabel X2

Variabel X1

Residu Penuh

1.174,914

598,527

576,386

5.937,868

2

1

1

55

587,457

598,527

576,386

107,961

5,441

5,544

5,339

-

0,165

0,084

0,081

-

0,007

0,021

0,023

-

Total 7.112,782 57 - - - -

Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 15 halaman 162, selanjutnya

dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus sehingga diperoleh:

Ry(x1,2) = 0,406

86

ρ = 0,007

F = 5,441

Karena ρ < 0,05 maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut

Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2004

versi IBM/IN dapat disimpulkan bahwa hasilnya signifikan, yaitu 0,007 < 0,05,

sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian pengujian hipotesis

ketiga dalam penelitian ini yang berbunyi “Ada hubungan yang positif antara

Kedisiplinan Belajar dan Pergaulan Peer Group dengan Prestasi Belajar

Sosiologi pada siswa kelas X MAN Karanganom Klaten Tahun Pelajaran

2010/2011” diterima.

2. Mencari Persamaan Garis Regresi

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat tabel sebagai

berikut:

Tabel 16. Coefficienta

Model

Unstandardized

Coeffiient

Standardized

Coeffiient

t

Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant)

Kedisiplinan

belajar

Peer Group

24.878

0.481

0.265

15.450

0.201

0.116

.295

.282

1.610

2.395

2.291

0.113

0.20

0.26

Dependent Variable: prestasi belajar

Setelah itu kemudian dapat diperoleh persamaan garis regresi sebagai

berikut:

a. Persamaan Regresi Linier Sederhana

1) Persamaan regresi linier sederhana antara Kedisiplinan Siswa (X1) dengan

Prestasi Belajar Siswa (Y)

^

Y = b0 + b1X1

^

Y = 24,878+ 0,481 (X1)

87

Artinya:

1) Konsatanta 24,878 dapat diartikan bahwa apabila tidak ada

Kedisiplinan Siswa (X1), maka Prestasi Belajar Siswa (Y) yang dicapai

siswa sebesar 24,878.

2) Koefisien regresi 0,481X1, menyatakan bahwa setiap kenaikan satu

unit Kedisiplinan Siswa (X1) maka akan meningkatkan Prestasi Belajar

Sosiologi (Y) sebesar 0,481. Gambar persamaan garis regresi dapat

dilihat pada lampiran 9 halaman 146

2) Persamaan regresi linier sederhana antara Peer Group (X2) dengan Prestasi

Belajar Sosiologi (Y)

^

Y = b0 + b2X2

^

Y = 24,878 + 0.265(X2)

Artinya:

1) Konsatanta 24,878 dapat diartikan bahwa apabila tidak ada Peer Group

(X2), maka Prestasi Belajar Siswa (Y) yang dicapai siswa sebesar

24,878.

2) Koefisien regresi 0.265X2, menyatakan bahwa setiap kenaikan satu

unit Peer Group (X2) maka akan meningkatkan Prestasi Belajar

Sosiologi (Y) sebesar 0.265. Gambar persamaan garis regresi dapat

dilihat pada lampiran 9 halaman 147

b. Persamaan Regresi Linier Ganda

^

Y = b0 + b1X1 +b2X2

^

Y = 24,878 + 0,481 (X1) + 0,265 (X2)

Artinya:

1) Koefisien 24,878 menyatakan bahwa apabila tidak ada Kedisiplinan

Siswa (X1) dan Peer Group (X2) yang tinggi, maka Prestasi Belajar

Siswa (Y) sebesar 24,878.

88

2) Koefisien regresi X1=0,481 menyatakan bahwa setiap penambahan satu

unit Kedisiplinan Siswa (X1) akan meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

(Y) sebesar 0,481.

3) Koefisien regresi X2=0,265 menyatakan bahwa setiap penambahan satu

unit Peer Group (X2) akan meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Y)

sebesar 0,265.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa rata-rata Prestasi Belajar Siswa (Y) akan meningkat atau

menurun sebesar 24,878. Dalam hal ini untuk setiap peningkatan atau penurunan

satu unit Kedisiplinan Siswa (X1) akan meningkatkan atau menurunkan Prestasi

Belajar Siswa (Y) sebesar 0,481. Demikian halnya dengan Peer Group, setiap

peningkatan atau penurunan satu unit Peer Group (X2) akan meningkatkan atau

menurunkan Prestasi Belajar Siswa (Y) sebesar 0,265.

3. Menentukan Prediktor pada Kriterium

Penghitungan sumbangan masing-masing variabel dengan bantuan

komputer paket SPS edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih versi IBM/In

program analisis regresi model penuh dan stepwise tergambar pada tabel

perbandingan bobot prediktor model penuh sebagai berikut:

Tabel 17. Perbandingan Bobot Prediktor

Variabel korelasi Lugas korelasi Parsial koefisien determinasi

X r xy r par-xy SD Relatif % SD Efektif %

1 0,289 0,026 0,297 0,023 49,058 8,104

2 0,290 0,026 0,298 0,023 50,942 8,415

Total --- --- --- --- 100,000 16,518

Berdasarkan hasil perhitungan sumbangan masing-masing variabel,

peneliti memperoleh hasil sebagai berikut:

a. Sumbangan Efektif (SE)

Sumbangan Efektif diperlukan untuk mengetahui besarnya

sumbangan murni yang diberikan masing-masing prediktor.

1) Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa Sumbangan

Efektif X1 dengan Y atau SE(X1) yaitu sebesar 8,104%. Hal tersebut

89

dapat diartikan bahwa Sumbangan Efektif Kedisiplinan Belajar terhadap

variasi naik turunnya Prestasi Belajar Sosiologi yaitu sebesar 8,104%.

2) Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa Sumbangan

Efektif X2 dengan Y atau SE(X2) yaitu sebesar 8,415%. Hal tersebut

dapat diartikan bahwa Sumbangan Efektif Pergaulan Peer Group

terhadap variasi naik turunnya Prestasi Belajar Sosiologi yaitu sebesar

8,415%.

3) Berdasarkan kedua pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

Sumbangan Kedisiplinan Belajar (X1) dan Pergaulan Peer Group (X2)

secara bersama-sama dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y) atau

SE(X1+X2) sebesar 16,518%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa

Sumbangan Efektif (SE) Kedisiplinan Belajar dan Pergaulan Peer Group

secara bersama-sama terhadap variasi naik turunnya Prestasi Belajar

Sosiologi 16,518%.

b. Sumbangan Relatif (SR)

Sumbangan Relatif diperlukan untuk mengetahui besarnya

sumbangan masing-masing prediktor ( X ) terhadap kriterium ( Y ).

1) Berdasarkan keterangan diatas dapat diketahui bahwa Sumbangan Relatif

X1 dengan Y atau SR%(X1) sebesar 49,058%. Hal tersebut dapat

diartikan bahwa secara relatif variabel Kedisiplinan Belajar memberikan

sumbangan sebesar 49,058% bagi naik turunnya variabel Prestasi Belajar

Sosiologi.

2) Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa Sumbangan

Relatif X2 dengan Y atau SR%(X2) sebesar 50,942%. Hal tersebut dapat

diartikan bahwa secara relatif variabel Pergaulan Peer Group

memberikan sumbangan sebesar 50,942% bagi naik turunnya variabel

Prestasi Belajar Sosiologi.

3) Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Sumbangan

Relatif X1 dan X2 dengan Y atau SR%( X1+X2) sebesar

49,058+50,942%=100,000%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa secara

relatif Kedisiplinan Belajar dan Pergaulan Peer Group memberikan

90

sumbangan sebesar 100,000% bagi naik turunnya Prestasi Belajar

Sosiologi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15

halaman 162

E. Pembahasan dan Analisis Data

Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian

dilakukan pembahasan dan analisis data terhadap rumusan hipotesis sebagai

berikut:

1. Hubungan antara Kedisiplinan Belajar (X1) dengan Prestasi Belajar

Sosiologi (Y)

Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang positif antara Kedisiplinan

dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa kelas X MAN Karanganom Klaten

Tahun Pelajaran 2010/2011” di terima karena rxy = 0,289 dan ρ < 0,05, yang

berarti bahwa variabel Kedisiplinan Belajar dan Prestasi Belajar Sosiologi

memiliki arah hubungan positif yang signifikan. Dikatakan memiliki hubungan

yang positif karena kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan yang sama.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, bahwa semakin tinggi atau baik

kedisiplinan yang dimiliki anak maka prestasi belajar anak juga semakin

meningkat, dan sebaliknya semakin rendah atau buruk kedisiplinan yang dimiliki

anak maka prestasi belajar anak juga akan semakin menurun. Hal ini disebabkan

karena kedisiplinan yang tertanam dalam diri anak mempunyai hubungan yang

sangat erat dalam pencapaian prestasi belajar anak, karena kedisiplinan

merupakan faktor dari dalam diri anak yang mampu mendorong anak. Sehingga

pencapaian prestasi belajar bagi anak akan lebih mudah dicapai dengan

kedisiplinan yang tertanam dalam diri anak. Hasil tersebut sejalan dengan

pendapat Soegeng Prijodarminto (1992: 23) “Kedisiplinan adalah suatu kondisi

yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang

menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau

ketertiban”. Jadi dalam hal ini kedsiplinan mempunyai pengaruh baik dan buruk

dalam mendapatkan hasil belajar anak. Semakin baik kedisiplinan belajar maka

91

akan semakin baik pula prestasi belajar anak, dan sebaliknya semakin buruk

kedisiplinan belajar maka akan semakin buruk pula prestasi belajar anak

2. Hubungan antara Pergaulan Peer Group (X2) dengan Prestasi Belajar

Sosiologi (Y)

Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang positif antara Pergaulan

Peer Group dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa kelas X MAN

Karanganom Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011” di terima karena rxy = 0,290

dan ρ < 0,05, yang berarti bahwa variabel Pergaulan Peer Group dan Prestasi

Belajar Sosiologi memiliki arah hubungan positif yang signifikan. Dikatakan

memiliki hubungan yang positif karena kedua variabel tersebut memiliki arah

hubungan yang sama.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat bahwa Pergaulan Peer

Group memiliki hubungan dengan prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas X

MAN Karanganom Klaten. Dikatakan memiliki hubungan yang positif

dkarenakan apabila seorang siswa dapat memilih teman yang tepat dalam

pergaulan dengan teman sebaya maka prestasi seorang siswa akan meningkat ke

arah yang positif. Menurut Slamet Santoso (1999:89), "Pengaruh dari

perkembangan peer group terhadap individu dalam kelompok ada yang positif dan

ada yang negatif”. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa pergaulan peer group

mempunyai hubungan baik dan buruk. Pergaulan peer group tumbuh dan

berkembang apabila anak mempunyai kedisiplinan. Sehingga kedisiplinan

mempunyai peran penting dalam pembentukan pergaulan peer group yang baik.

3. Hubungan antara Kedisiplinan (X1) dan Pergaulan Peer Group (X2)

dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y)

Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara

Kedisiplinan Belajar dan Pergaulan Peer Group dengan Prestasi Belajar Sosiologi

pada siswa kelas X MAN Karanganom Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011” di

terima karena Ry(x1,2) = 0,406 dan ρ < 0,05, yang berarti bahwa variabel

Kedisiplinan Belajar dan Pergaulan Peer Group memiliki arah hubungan positif

92

yang signifikan dengan Prestasi Belajar Sosiologi. Dikatakan memiliki hubungan

yang positif karena ketiga variabel tersebut memiliki arah hubungan yang sama.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terlihat bahwa prestasi belajar anak

akan meningkat atau tinggi jika memiliki kedisiplinan dalam belajar yang tinggi,

tetapi tidak hanya kedisiplinan saja, dalam pergaulan peer group juga harus sesuai

jangan sampai bergaul dengan teman yang tepat. Kedisiplinan dan Pergaulan Peer

Group dalam belajar mempunyai hubungan yang sangat erat dalam pencapaian

prestasi belajar anak. Penerapan kedisiplinan yang sesuai dapat meningkatkan

keaktifan peer group dalam belajar dengan demikian pencapaian prestasi belajar

anak akan baik. Hasil tersebut diperkuat oleh pendapat Syaiful Bahri Djamaroh

(2002: 23), “prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar”.

Sehingga prestasi belajar tidak hanya berupa nilai tetapi juga diiringi dengan

perbaikan tingkah laku pada anak, yang pada akhirkan memberikan perubahan

bagi anak baik secara akademik maupun non akademik.

93

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari deskripsi data dan pengujian hipotesis yang telah

dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kedisiplinan belajar (X1) dengan prestasi belajar sosiologi (Y) mempunyai

hubungan positif yang signifikan. Semakin baik kedisiplinan belajar kepada

anak maka semakin meningkat pula prestasi belajar sosiologi anak. Sehingga

kedisiplinan belajar berhubungan dengan prestasi belajar sosiologi dengan

kedisiplinan belajar yang baik dalam belajar akan memiliki sikap yang positif,

karena kedisiplinan belajar yang baik akan menciptakan kondisi yang

mendorong siswa untuk memilki sikap dalam menjaga aturan dan memiliki

pembagian waktu yang baik.

2. Pergaulan peer group (X2) dengan prestasi belajar (Y) ada hubungan positif

yang signifikan. Semakin kuat pergaulan peer group yang dimiliki anak maka

akan semakin besar/ meningkat prestasi belajar anak. Maka pergaulan peer

group berhubungan dengan terhadap prestasi belajar siswa, siswa yang

memiliki pergaulan peer group yang baik dapat menciptakan keadaan yang

selaras dan kondusif. Dalam proses belajar siswa yang mempunyai peer group

baik maka akan memperoleh prestasi yang baik.

3. Adanya hubungan yang positif antara kedsiplinan belajar dan pergaulan peer

group dengan prestasi belajar sosiologi. Semakain tinggi kedisiplinan dan

pergaulan peer group maka prestasi belajar semakin baik, begitu pula semakin

buruk kedisiplinan dan pergaulan peer group maka prestasi belajar semakin

buruk juga. Oleh karena itu untuk memperoleh prestasi belajar yang baik,

siswa dapat disiplin dalam belajar dan bergaul dengan teman sebaya dengan

baik. Hal ini dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian prestasi belajar.

93

94

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dikemukakan beberapa implikasi sebagai berikut :

1. Dengan adanya hubungan positif antara kedisiplinan dengan prestasi belajar

sosiologi, maka dapat memberikan gambaran bagi siswa/ anak untuk dapat

meningkatkan kedisiplinan belajar seperti mentaati jam belajar, mengerjakan

tugas-tugas sekolah maupun mentaati peraturan yang berlaku di sekolah.

Dengan meningkatkan kedisiplinan yang ada pada dirinya, siswa secara sadar

juga akan meningkat kedisiplinanya dalam belajar, sehingga siswa akan dapat

meningkat prestasi belajarnya.

2. Dengan adanya hubungan positif antara pergaulan peer group dengan prestasi

belajar sosiologi, maka dapat memberikan pemahaman dan gambaran bagi

siswa untuk bergaul dengan teman yang sebaya baik di lingkungan keluarga,

sekolah maupun masyarakat. Dengan mempunyai kemampuan penyesuaian

diri yang positif dalam peer group maka siswa menciptakan suasana yang

selaras, kondusif harmonis dalam belajar, sehingga siswa akan dapat

meningkat prestasi belajarnya.

3. Dengan memperhatikan seluruh faktor-faktor yang berhubungan dengan

prestasi belajar anak baik kedisiplinan belajar maupun pergaulan peer group,

maka secara nyata dalam pergaulan peer group harus dapat menciptakan

situasi dan kondisi pembelajaran yang nyaman dan memadai bagi anak serta

siswa/ anak harus mampu mendisiplinkan dirinya sendiri dalam belajar

sehingga pencapaian prestasi belajar yang baik akan tercapai

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, maka

perlu penulis sampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Anak

a. Anak hendaknya menyadari arti pentingnya pergaulan bagi dirinya, karena

dari pergaulan mereka dapat belajar untuk tumbuh dan berkembang serta

95

membentuk kepribadian yang baik agar dapat bermanfaat bagi diri dan

lingkungan sekitarnya.

b. Anak hendaknya dapat berusaha untuk selalu disiplin dalam belajar yang

bermanfaat bagi peningkatan prestasinya.

2. Bagi Sekolah

a. Sekolah hendaknya memberikan dukungan bagi terbentuknya lingkungan

belajar yang baik di sekolah.

b. Guru hendaknya memahami bahwa siswa berasal dari latar belakang

keluarga yang berbeda, maka guru hendaknya berhati-hati dalam

menyikapi siswa.

c. Sekolah hendaknya senantiasa menjalin kerjasama dengan orang tua / wali

murid dalam mengawasi proses belajar anak yang nantinya dapat

meningkatkan prestasi belajar anak

3. Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian sejenis, maka penelitian ini

dapat dijadikan acuan dan referensi untuk mengadakan penelitian mengenai

kedisiplinan belajar, pergaulan peer group dan prestasi belajar sosiologi.

Penelitian ini juga dapat dijadikan perbandingan mengenai hasil penelitian

sejenis yang telah dilakukan.

96

DAFTAR PUSTAKA

A. Suhaenah Suparno.2000. Membangun Kompetensi Belajar.Jakarta :Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Depatemen Pendidikan Nasional

Ary, Donald, 1982, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Terjemahan Arief Furchan

dari judul asli “Introduction to Research in Education”, Surabaya : Usaha

Nasional.

Astrid Susanto. 1999. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta : Putra

A Bardin

Daliman.1997.Ilmu Pendidikan. Surakarta: Fakultas Psykologi Universitas

Muhammadiya press.

Dimiyati Mahmud dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :

Rineka Cipta

Hadari Nawawi.1995. MetodePenelitian Bidang sosial. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Hurlock, Elizabeth B. 1993. Perkembangan Anak Jilid II, Alih Bahasa oleh dr.

Med Meitasari Tjandrasa. Jakarta : Airlangga

Iqbal Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodelogi Penelitian dan

Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Kerlinger. 1990. Azas-azas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Melayu SP Hasibuan. 1994. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta :

Gunung Agung

Mohammad Nasir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nana Sudjana. 1996.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Remaja

Rosdakarya

Nasution, S. 2004. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Poerwodarminta. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

96

97

Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan

Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Saifuddin Azwar .2002. Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya.

Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Sardiman AM. 2001. Interkasi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali

Sevilla, Consuelo G,et all. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Terjemahan

Alimuddin Tuwu dari judul asli “An Introduction to Research Methods”

Jakarta UI-Press

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bandung :

Rineka Cipta

Slamet Santosa.1999. Dinamika Kelompok .Jakarta : Bumi Aksara.

Slamet, Y. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press.

Singgih D Gunarsa. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. BPK Gunung

Mulia.

Soedomo Hadi. 2005. Pendidikan (Suatu Pengantar). Surakarta : UNS Press

Soegeng Prijodarminto. 1992. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta : P. Pradnya

Paramita

Soerjono Soekanto. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PR Raja Grafindo

Persada

ST Vembiarto.1990. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: yayasanm Pendidikan

Paramita

Sudjana.1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. 2005. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta :

Rineka Cipta

. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal dan Pendidikannya. Jakarta :

Bina Aksara

98

Sutrisno Hadi. 2000. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Andi Ofset.

. 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Ofset.

. 2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Ofset..

Syaiful Bahri Djamarah.2002.Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.

Surabaya:Usaha Nasional

Syamsu Yusuf LN. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:

PT. Remadja Rosdakarya.

Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik.

Bandung: CV. Tarsito.

Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

http://hasmansulawesi01.blogspot.com/pengaruh-teman-sebaya-terhadap-perilaku.

Diakses pada 9:30 24 januari 2010

http://ruangpsikologi.wordpress.com. Diakses pada 9:30 24 januari 2010