hubungan antara islam

12
Hubungan Antara Islam, Iman Dan Ihsan Adapun kaitan antara ketiga hal tersebut yaitu Iman berkaitan dengan aqidah, Islam berkaitan dengan syariah, dan Ihsan berkaitan dengan khuluqiya. Dari ketiga hal diatas maka dalam perkembangan ilmu keislaman, ilmu terkelompokan menjadi Aqidah, fiqih, dan Akhlaq. Diantara pengelompokan kata dalam agama islam ialah iman, islam dan ihsan. Berdasarkan sebuah hadist yang terkenal, ketiga istilah itu memberikan umat ide tentang rukun iman, rukun islam dan penghayatan terhadap tuhan yang maha Hadir dalam hidup. Setiap pemeluk islam mengetahui dengan pasti bahwa islam tidak absah tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. Dari pengertian tersebut memiliki arti masing-masing istilah terkait satu denga yang lain. Bahkan tumpang tindih sehingga satu dari ketiga istilah tersebut mengandung makna dua istilah yang lainnya. Dari pengertian inilah kita mengerti bahwa islam, iman dan ihsan adalah trilogy ajaran Ilahi Hubungan Iman, Islam, dan Ihsan

Upload: kary-adi

Post on 28-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Antara Islam

    Hubungan Antara Islam, Iman Dan Ihsan            Adapun kaitan antara ketiga hal tersebut yaitu Iman berkaitan dengan aqidah, Islam

berkaitan dengan syariah, dan Ihsan berkaitan dengan khuluqiya. Dari ketiga hal diatas maka

dalam perkembangan ilmu keislaman, ilmu terkelompokan menjadi Aqidah, fiqih, dan

Akhlaq.       

            Diantara pengelompokan kata dalam agama islam ialah iman, islam dan ihsan.

Berdasarkan sebuah hadist yang terkenal, ketiga istilah itu memberikan umat ide tentang

rukun iman, rukun islam dan penghayatan terhadap tuhan yang maha Hadir dalam hidup.

            Setiap pemeluk islam mengetahui dengan pasti bahwa islam tidak absah tanpa iman,

dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. Dari pengertian tersebut memiliki arti masing-masing

istilah terkait satu denga yang lain. Bahkan tumpang tindih sehingga satu dari ketiga istilah

tersebut mengandung makna dua istilah yang lainnya. Dari pengertian inilah kita mengerti

bahwa islam, iman dan ihsan adalah trilogy ajaran Ilahi

Hubungan Iman, Islam, dan Ihsan

A.    PENGERTIAN IMAN Iman berarti percaya, rukun iman itu ada enam, yaitu percaya kepada Allah,

kepada Malaikat-malaikat-Nya, kepada Kitab-kitab-Nya, kepada Rasu-rasul-Nya,

kepada Hari Akhir/Akhirat dan percaya kepada qadha dan qadar dari Allah.

Menurut Imam Al Ghazali, yang dimaksud dengan pokok agama (iman) adalah

sebagai berikut:

1.         Iman kepada Allah yang Maha Esa.

Page 2: Hubungan Antara Islam

2.         Iman kepada utusan-utusan-Nya.

3.         Iman kepada Hari Akhirat.

Iman kepada Allah ialah kepercayaan yang mutlak mengakui adanya Allah yang

telah mengutus Utusan-utusan-Nya. Dalam kepercayaan ini harus mengandung tiga

unsur, yaitu:

1.         Diikrarkan/dinyatakan dengan lisan.

2.         Mengakui kebenaran di dalam hati, dan

3.         Dilaksanakan dengan perbuatan anggota badan.

Iman adalah kepercayaan yang meresap ke dalam hati dengan penuh

keyakinan, tidak bercampur ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup,

tingkah laku dan perbuatan pemiliknya sehari-hari (Yusuf Qardlawi, 1977:25).

Iman terletak didalam hati sanubari. Iman adalah segala yang dibenarkan dalam

hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan itu  sudah barang tentu adalah seluruh

ajaran islam. Jika seseorang sudah mengimani sluruh ajaran islam, maka orang

tersebut sudah dapat dikatakan mukmin.

Iman itu terdiri atas tiga tingkatan :

1.      Tingkatan mengenal. Pada tingkatan pertama ini seseorang baru mengenalssuatu

yang diimani.

2.      Tingkat kesadaran. Pada tingkat kedua ini iman seseorang sudah lebih tinggi,

karena sesuatu yang diimani disadari oeh alasan-alasan tertentu.

3.      Tingkat haqqul yaqin. Tingkat ini adalah tingkatan iman yang tertinggi. Sseorang

mengimani sesuatu tidak hanya mengetahui dengan alasan-alasan tertentu, tetapi

dibarengi dengan ketaatan dan berserah diri kepada Allah

Hal yang paling pokok dalam iman ialah percaya kepada Allah Yang Maha Esa

dan percaya kepada para Utusan-Nya yang membawa ajaran-ajaran, wahyu dan

berita dari Allah. Ini tercermin dalam lafaz syahadat yang pertama harus diucapkan

atau dinyatakan oleh seseorang yang masuk Islam. Hal ini pun sesuai dengan

Firman Allah sebagai berikut:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya

(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan

mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka

Itulah orang-orang yang benar (QS. Al Hujuraat: 15).

B.     PENGERTIAN ISLAM

Page 3: Hubungan Antara Islam

Arti kata islam itu ialah “tunduk” dan patuh kepada perintah orang yang memberi

perintah dan kepada larangannya tanpa membantah”. Agama kita telah diberi nama

Islam, karena ia berarti taat kepada Allah dan tunduk kepada perintah-Nya tanpa

membantah. Islam adalah agama yang mengajarkan agar manusia berserah diri dan

tunduk sepenuhnya kepada Allah.

Nabi Muhammad saw bersabda :

Islam itu ialah engkau menyembah Allah (menghambakan diri kepada-Nya, Dia

sendiri saja), tiada engkau persekutukan Dia dengan suatu yang lain, engkau dirikan

sembahyang, engkau keluarkan zakat yang difardukan, engkau berpuasa dibulan

Ramadhan, dan engkau tunaikan ibadah haji jika engkau sanggup pergi ke Baitullah.

(H.R. Bukhari)

Ajaran islam memang harus diyakini kebenaranya. Allah swt. telah menjamin

kebenaran tersebut sebagaimana firman-Nya :

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam……(Q.S. Ali

Imran : 19)

Segala sesuatu yang ada di dalam alam ini, tunduk kepada suatu peraturan

tertentu dan kepada undang-undang tertentu. Matahari, bulan dan bintang-bintang

semua tunduk kepada suatu peraturan yang tetap, tidak dapat bergeser atau

menyeleweng dari padanya meskipun seujung rambut.

C.    PENGERTIAN IHSAN

Ihsan artinya berbuat baik. Ihsan adalah berbakti dan mengabdikan diri kepada

Allah swt. Dengan dilandasi kesadaran dan keikhlasan. Berbakti kepada Allah yakni

berbuat sesuatu yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri, sesama manusia, maupun

untuk makhluk lain. Semua perbuatan itu dilakukan semata-mata karena Allah swt,

seolah-olah orang yang melakukan perbuatan itu sedang berhadapan dengan Allah.

Ihsan ada empat macam, yaitu :

1.        Ihsan terhadap Allah, yakni menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala

larangan-Nya

2.        Ihsan terhadap diri sendiri, yakni mengerjakan segala sesuatu yang mendatangkan

kebaikan bagi diri sndiri dan menghindari semua perbuatan yang mendatangkan

kecelakaan atau kerugian kepada diri sendiri

3.        Ihsan terhadap sesama manusia, yakni berbuat baik kepada saudara, tetangga,

kerabat, maupun seagama

Page 4: Hubungan Antara Islam

4.        Ihsan terhadap makhluk lain (alam lingkungan), yakni berbuat baik atau

memelihara alam lingkungan agar tetap lestari dan tidak punah.

Iman yang kuat, akan mengokohkan islam yang ada dijiwa dan akan melahirkan

perbuatan ihsan yang langsung terpancar dari Nur Ilahi.

D.    HUBUNGAN IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

Hubungan iman, islam, dan ihsan bagaikan segitiga sama sisi. Hubungan antara

sisi yang satu dengan sisi yang lainnya sangat erat. Jadi orang yang taqwa ibarat

segitiga sama sisi, yang sisi-sisinya adalah iman, islam, dan ihsan. Segitiga tersebut

tidak akan terbentuk jika ketiga sisinya tidak saling mengait.

Iman itu membentuk jiwa dan watak manusia menjadi kuat dan positif, yang

akan mengejawantah dan diwujudkan dalam bentuk perbuatan dan tingkah laku

akhlakiah manusia sehari-hari adalah didasari/diwarnai oleh apa yang

dipercayainya. Kalau kepercayaannya benar dan baik pula perbuatannya, dan begitu

pula sebaliknya.

Iman yang tertanam di dada memberi inspirasi positif kepada seseorang untuk

berlaku dan beramal shaleh. Iman yang benar membawa pribadi ke arah perubahan

jiwa dan cara berpikir positif. Perubahan jiwa tersebut merupakan suatu revolusi dan

pembeharuan tentang tujuan hidup, pandangan hidup, cita-cita, keinginan-keinginan

dan kebiasaan (Yusuf Qadlawi, 1977: 251).

Melakukan pembaruan jiwa, mengubah pandangan dan semangat adalah hal

yang berat dan sulit, karena di dalam diri manusia terdapat berbagai keadaan dan

sifat. Nafsu dan syahwat adalah dua kekuatan yang cendrung mendorong ke arah

perbuatan negatif, menyimpang dari akal sehat dan syari’at agama. Al-Qur’an

membenarkan hal itu.[1]

Keimanan kepada keesaan Allah itu merupakan hubungan yang semulia-

mulianya antara manusia dengan penciptanya. Oleh karena itu, mendapatkan

petunjuk sehingga menjadi orang yang beriman, adalah kenikmatan terbesar yang

dimiliki oleh seseorang. Keimanan itu bukanlah semata-mata ucapan yang keluar

dari bibir dan lidah saja atau semacam keyakinan dalam hati saja. Tetapi keimanan

yang sebenar-benarnya adalah merupakan suatu akidah atau kepercayaan yang

memenuhi seluruh isi hati nurani, dari situ timbul bekas-bekas atau kesan-kesannya,

seperti cahaya yang disorotkan oleh matahari.

[

Page 5: Hubungan Antara Islam

Salah satu kesan dari iman ialah apabila Allah dan Rasul-Nya dirasakan lebih

dicintai olehnya dari segala sesuatu yang ada. Hal ini wajib ditampakkan, baik dalam

ucapan, perbuatan dan segala gerak-geriknya dalam pergaulan maupun sewaktu

sendirian.

Dalam Al Qur’an, iman itu selalu dikaitkan dengan amal perbuatan baik sebagai

syarat bahwa iman yang disempurnakan dengan amal baik berupa pelaksanaan

rukun-rukun Islam, akan menyebabkan manusia hidup berbahagia di dunia dan di

akhiratnya. Di antaranya dalam Al Qur’an Allah berfirman sebagai berikut:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka

adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, Mereka kekal di dalamnya, mereka

tidak ingin berpindah dari padanya (QS. Al kahfi: 107-108)

Dari ayat ini nampak jelas bahwa iman yang dapat membawa ke arah

kebahagian adalah yang disertai dengan amal perbuatan yang baik.[2]

Iman adalah landasan tempat berpijak atau sebagai tali yang menjadi tempat

bergantungnya dalam kehidupan ini. Lebih jelas lagi adalah ibarat yang diberikan

oleh S. Abul ‘Ala Al Maududi tentang iman, bahwa iman itu laksana/ibarat urat (akar)

dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan. Dia menyatakan: “Hubungan antara Islam

dengan iman adalah laksana hubungan antara pohon dengan uratnya, demikian

pulalah, mustahil seseorang bisa menjadi muslim tanpa mempunyai iman.

Disamping adanya hubungan antara iman, islam, dan ihsan, juga terdapat

perbedaan antara ketiganya sekaligus merupakan ciri masing-masing. Iman lebih

menekankan pada segi keyakinan didalam hati, islam merupakan sikap untuk

berbuat atau beramal. Sedangka ihsan merupakan pernyataan dalam bentuk

tindakan nyata. Ihsan merupakan ukuran tipis tebalnya iman dan islam seseorang.[3]

E.     NALURI BERAGAMA

Islam adalah Agama alam semesta, karena Islam maknanya ialah berserah diri

dan patuh kepada perintah yang memberi perintah dan larangannya tanpa

membantah. Jadi, matahari, bulan dan bumi adalah Muslim. Udara, air, cahaya,

gelap dan panas adalah Muslim. Pohon, kayu, batu dan binatang adalah Muslim.

Bahkan manusia yang tidak mengenal Tuhannya, ingkar kepada-Nya, menolak ayat-

ayat-Nya, atau menyembah yang lain dari pada-Nya dan menyekutukan-Nya Dia

[

[

Page 6: Hubungan Antara Islam

dengan sesuatu, adalah Muslim karena fitrahnya yang ia diciptakan menurut fitrah

itu.

Yang demikian itu adalah karena ia tidak dilahirkan, tidak hidup dan tidak mati

kecuali menurut undang-undang yang diciptakan Allah untuk kelahirannya, hidupnya

dan matinya. Begitu juga seluruh anggota badannya semata-mata tunduk kepada

Agama Islam, karena ia tidak tumbuh, tidak menjadi besar dan tidak bergerak

kecuali menurut undang-undang Allah ini sendiri.

Bahkan pada hakikatnya lidahnya yang dipergunakan untuk melahirkan faham-

faham syirik dan kufurnya, karena kebodohannya dan kedangkalan pikirannya, tidak

tunduk kecuali kepada Agama Islam. Begitu juga kepalanya yang memaksanya

untuk membungkuk di hadapan yang lain dari pada Allah, tidaklah tunduk kecuali

kepada agama Islam, dengan kemudi fitrahnya yang ia telah diciptakan menurut

fitrah itu. Begitu juga hatinya yang menyuruhnya untuk mencintai yang lain dari pada

Allah dan memujanya karena kebodohannya dan kedangkalan pikirannya, semata-

mata adalah Muslim juga, karena fitrahnya dan nalurinya. Semua mereka telah

berserah diri kepada Allah dan patuh kepada undang-undang-Nya.

Dalam surat al-a’raf ayat 172 Allah berfirman :

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari

sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya

berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban

kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat

kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang

yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Dalam ayat tersebut telah diinformasikan bahwa manusia telah berikrar kepada

Allah sebelum ia dilahirkan. Dari sini kita ketahui bahwa manusia yang lahir telah

dibekali tauhid kepada Allah Sang Pencipta.

Setelah lahir keadaan sekitar sang bayilah yang kemudian mempunyai pengaruh

besar terhadap akidah sang anak, secara umum lingkungan sang anak, dan

orangtua bayi khususnya. Nabi Muhammad saw bersabda “ Setiap manusia

dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak itu

menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.[4]

Manusia di dalam kehidupannya mempunyai dua segi yang berlain-lainan:

[

Page 7: Hubungan Antara Islam

1.        Pertama, ia tunduk kepada undang-undang fitrah dan mematuhinya karena

nalurinya. Ia adalah seorang Muslim yang telah dicetak menurut Islam dan

diciptakan untuk memikul tanggung jawab terhadapnya, sebagaimana makhluk-

makhluk yang lain di dalam alam ini.

2.        Kedua, ia telah dikaruniai akal, daya untuk memahami, memperhatikan dan

menentukan pendapat. Maka ia dapat menerima sesuatu dan menolak yang lain,

menyukai sesuatu jalan dan membenci yang lain dan menciptakan dari dirinya

sendiri sesuatu kaedah untuk berbagai-bagai segi kehidupan atau menerima

sesuatu sistem kehidupan yang diciptakan oleh orang lain. Jadi ia tidak terikat oleh

dunia ini, tetapi ia telah diberi kemerdekaan berpikir dan kemerdekaan menentukan

pilihannya mengenai pendiriannya dan perbuatannya. Ia adalah bebas untuk

menentukan pilihannya, apakah ia hendak menjadi seorang Muslim atau bukan

Muslim.

Salah satu fitrah manusia, ialah taat kepada-Nya seperti alam yang lain. Maka

anda lihat ia taat kepada-Nya siang dan malam tanpa disadarinya. Yang demikian itu

adalah karena mustahil bagi manusia akan tetap tinggal hidup, apabila ia menyalahi

undang-undang alam.

Manusia tidak dipaksa untuk mengikuti suatu jalan yang tertentu di dalam ujian

ini. Jika kiranya ia dipaksa, niscaya batallah tujuan dari ujian itu. Yang demikian itu

adalah suatu perkara yang terang tidak ada keragu-raguan dalam memahaminya.

Ada seorang yang tidak mengetahui fitrah dirinya sendiri dan fitrah alam ini,

yang salah dalam mengenal khaliknya dan sifat-sifat yang dimiliki-Nya, yang memilih

jalan maksiat dan khianat dan yang tidak pandai mengambil mamfaat dari

kemerdekaan yang diberikan kepadanya di dalam kehendaknya. Maka adalah ia

seorang gagal senyata-nyatanya di dalam ujian ilmunya dan akalnya, kekuatannya

dalam memperbedakan antara yang buruk dan yang baik dan kesadarannya akan

rasa tanggung jawabnya. Ia menjadi saksi terhadap dirinya sendiri, bahwa ia adalah

salah seorang di antara orang-orang yang paling rendah di dalam segala segi.

Dan ada seseorang yang lain telah lulus dalam ujian ini. Ia telah

memperkerjakan pikirannya dan mengambil manfaat dari ilmu dan akal yang ada

padanya sebesar-besarnya. Ia mengenal khaliknya dan beriman kepada-Nya,

meskipun ia tidak dipaksa untuk yang demikian itu. Begitu juga ia tidak keliru dalam

membedakan antara yang buruk dan yang baik, dan memilih yang baik dengan

Page 8: Hubungan Antara Islam

pikirannya yang bebas. Yang demikian itu adalah karena ia telah mempergunakan

akalnya dengan baik.

Manusia itu terbagi menjadi empat golongan dipandang dari segi kedua dasar

ini: Iman dan Islam:

a.         Orang-orang yang beriman kepada Allah dengan iman yang menjadikan mereka

taat kepada Allah, patuh kepada hukum-hukum-Nya dengan sepenuhnya, berhati-

hati terhadap apa yang dilarang oleh Allah seperti orang berhati-hati memegang

bara yang menyala di tangannya dan bersegera mengerjakan amal yang diridhoi

Allah sebagaimana orang bersegera mencari harta. Mereka itulah orang-orang

Mu’minin yang sejati.

b.        Orang-orang yang beriman kepada Allah, tetapi iman mereka tidak menjadikan

mereka taat kepada-Nya, patuh kepada hukum-hukum-Nya dengan sepenuhnya.

Meskipun iman mereka belum mencapai derajat kesempurnaan, tetapi

bagaimanapun juga mereka adalah orang-orang Muslimin.

c.         Orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, tetapi mereka melakukan

pekerjaan-pekerjaan orang-orang Islam. Mereka pada hakikatnya adalah kaum

pendurhaka. Adapun perbuatan-perbuatan mereka yang terlihat baik pada lahirnya

bukanlah suatu ketaatan kepada Allah dan bukan pula suatu kepatuhan kepada

undang-undang-Nya.

d.        Orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, dan juga melakukan perbuatan-

perbuatan yang buruk yang bertentangan dengan hukum-hukum dan undang-

undang-Nya.

Ternyata dari pembagian ini, bahwa keberuntungan (sukses) manusia dan

kebahagiannya di dunia dan di akhirat tergantung kepada iman. Islam tidak lahir

dengan sempurna atau kurang sempurna kecuali dari benih iman. Di mana tidak ada

iman di sana ada kufur. Kufur itu adalah lawan Islam, yakni pembangkangan

terhadap perintah Allah Swt, dengan berbagai-bagai tingkatannya.[5]

[