materi islam dan iptek - kemahasiswaan...

Download Materi Islam dan Iptek - Kemahasiswaan UMSbagmawa.ums.ac.id/downlot.php?file=Materi_Islam_dan_Iptek.pdf · Sebelum membahas lebih jauh tentang hubungan antara Islam dengan Iptek (ilmu

If you can't read please download the document

Upload: hoanganh

Post on 06-Feb-2018

257 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 1

    Islam, Sains, dan Teknologi

    VIII. Prinsip Islam dalam Sains dan Teknologi

    Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan untuk semata-mata

    beribadah dan menghambakan diri kepada-Nya (Qs. Adzariyat/52:56). Supaya dapat

    mencapai tujuan tersebut, manusia membutuhkan fasilitas hidup berupa pangan

    untuk hidup, pakaian untuk menutup aurat, melindungi diri dari cuaca di sekitarnya,

    dan papan sebagai tempat tinggal, tempat istirahat, menjaga keselamatan dari

    gangguan makhluk lain. Untuk mendapatkan semua itulah Allah SWT membekali

    manusia dengan akal dan kemampuan menjadi khalifah di muka bumi (QS. Al-

    Anam/6: 165).

    Dalam menjalankan hidup dan kehidupan di bumi sebagai hamba Allah dan

    khalifah-Nya, manusia diperintahkan untuk mencari dan mengusahakan

    kesejahteraan dan kebahagiaan baik di akhirat maupun di dunia sebagaimana

    termaktub di dalam QS. Al-Qasash/28 ayat 77, sebagai berikut:

    Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)

    negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)

    duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat

    baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.

    Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS.

    Al-Qashash Ayat/28 : 77)

    Pada ayat di atas, Allah memberikan arahan kepada manusia untuk

    mengupayakan kebahagiaan akhirat tanpa mengabaikan kehidupan dunia. Selaras

    dengan ayat alquran ini, Salah satu hikmah yang disampaikan oleh Imam Asy-

    Syafii:

    Comment [a1]: Bentuk dan ukuran font apa mungkin disamakan?

  • 2

    "Barangsiapa yang menginginkan kesuksesan dunia maka dia harus

    memiliki ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat maka

    ia juga harus berilmu." (Majmu Syarh al-Muhadz-dzab, karya an-Nawawi dan

    Mawa'izh al-Imam asy-Syafii, karya Shalih Ahmad asy-Syami)

    Hal ini menunjukkan bahwa sebagai hamba Allah yang diciptakan untuk

    hidup di bumi, manusia harus menguasai ilmu tentang Akhirat yang rinciannya ada

    di dalam ayat-ayat qouliyah yakni kitab Allah dan sunnah Rasul, serta menguasai

    ilmu keduniaan yang rinciannya berada di dalam ayat-ayat kauniyah yaitu alam

    semesta.Sehubungan dengan keharusan manusia untuk mengenal alam sekitarnya

    dengan baik, maka Allah SWT. memerintahkan dalam surat Yunus (10) ayat 101,

    yaitu:

    Katakanlah (wahai Muhammad SAW): "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan

    di bumi. Tidaklah bermanfa`at tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang

    memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman" (QS. Yunus (10):101)

    Ayat ini menjelaskan perintah Allah SWT kepada rasul-Nya agar mengatakan

    kepada kaumnya untuk memperhatikan segala sesuatu yang ada di langit dan di

    bumi dengan mata kepala dan akal budi. Kemudian diikuti dengan

    perenunganterhadap kebesaran Allah yang ditandai dengan keajaiban langit yang

    penuh dengan bintang-bintang, matahari dan bulan, keindahan pergantian malam

    dan siang, air hujan yang turun ke bumi, menghidupkan bumi yang mati,

    menumbuhkan tanam-tanaman, dan pohon-pohonan dengan buah-buahan yang

    beraneka warna dan rasa. Hewan-hewan dengan bentuk dan warna yang bermacam-

    macam hidup diatas bumi, memberi manfaat yang tidak sedikit kepada

    manusia.Demikian pula keadaan bumi itu sendiri yang terdiri dari gurun pasir,

    lembah yang terjal, dataran yang luas, samudera yang penuh dengan berbagai ikan

    yang semuanya itu terdapat tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah SWT bagi

    orang-orang yang berfikir dan yakin kepada penciptanya.

  • 3

    Akan tetapi bagi mereka yang tidak meyakini adanya pencipta alam ini,

    semua tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah di alam ini tidak akan bermanfaat

    baginya.

    Di dalam ayat lain di surat Al-Ghasyiyah 17 -20

    Apakah mereka tidak memperhatikan (melakukan nazhor) pada unta

    bagaimana ia diciptakan?Dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-

    gunung bagaimana ia ditegakkan dipancangkan? Dan bumi bagaimana

    dihamparkan ? (Q.S. al-Ghasyiyah: 17-20)

    Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah SWT berfirman seraya

    memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk melihat kepada makhluk ciptaan-Nya

    yang menunjukkan kekuasaan dan keagungan-Nya.Maka apakah mereka tidak

    memperhtikan unta bagaimana dia diciptakan? Sesungguhnya ia (unta) merupakan

    ciptaan yang sangat menakjubkan dan susunan tubuhnya yang sangat

    mengherankan di mana unta ini memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Namun

    demikian ia sangat lentur untuk dijadikan sebagai sarana pengangkut beban yang

    berat dan mengantarkan kusir yang lemah, dagingnya dapat dimakan kulitnya dapat

    dimanfaatkan serta susunya dapat pula diminum. Mereka diingatkan mengenai hal

    tersebut karena mayoritas binatang ternak yang dimiliki oleh masyarakat Arab

    adalah unta. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditinggikan Artinya,

    menjadikannya tertancap kuat sehingga benar-benar kokoh dan tangguh agar bumi

    beserta penghuninya tidak menjadi goyang.Sedangkandidalamnya diberikan

    berbagai manfaat dan juga barang tambang.

    Dan bumi bagaimana ia dihamparkan Maksudnya bagaimana bumi itu

    dibentangkan, dihamparkan, dan di panjangkan. Dengan demikian Allah telah

    mengingatkan orang Arab Badui untuk menjadikan sebagai bukti dari apa yang

  • 4

    sering mereka saksikan, yaitu unta yang sering ia naiki, langit yang berada diatas

    kepalanya, gunung-gunung yang berada dihadapannya, dan bumi yang berada

    dibawahnya, yang semuanya menunjukkan kekuasaan Pencipta semua itu, dan

    bahwasanya Dia adalah Rabb yang Maha Agung, Pencipta, Raja, dan Pengendali.

    Dan Dia adalah Ilah yang tidak ada Ilah yang berhak di-ibadahi dengan benar kecuali

    hanya Dia.

    Allah SWT secara lebih rinci menyebutkan ayat-ayat-Nya sebagai tanda

    kekuasaan yang perlu kita perhatikan dalam QS.Al Baqarah : 164

    Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya

    malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi

    manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu

    Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala

    jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan

    bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum

    yang memikirkan. (QS Al Baqarah : 164)

    Allah SWT yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya untuk

    mendukung kehidupan manusia.Maka Sudah semestinya manusia memperhatikan

    dan merenungkan ayat-ayat tanda kebesaran Allah ini untuk semakinmenambah

    yakin pada kekuasaan dan keesaan Nya, menambah luas ilmu pengetahuannya

    mengenai alam ciptaan Nya dan dapat pula dimanfaatkannya ilmu pengetahuan itu

    sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah yang maha mengetahui. Hendaklah selalu

    diperhatikan dan diselidiki apa yang tersebut dalam ayat ini, yaitu : (1) Bumi yang

  • 5

    dihuni manusia dan apa yang tersimpan didalamnya baik didarat maupun dilaut

    sebagai bekal kehidupan manusia sampai waktu tertentu. (2) Langit dengan planet

    dan bintang-bintangnya semua berjalan dan bergerak menurut orbit masing-masing

    dantertib mengikuti aturan Ilahi. Tidak ada yang menyimpang dari aturan-aturan

    itu. (3) Pergantian malam dan siang dan perbedaan panjang dan pendeknya pada

    beberapa negeri karena perbedaan letaknya, kesemuanya itu membawa faedah dan

    manfaat yang amat besar bagi manusia. (4) Bahtera berlayar dilautan untuk

    membawa manusia dari satu negeri ke negeri yang lain dan untuk membawa barang-

    barang perniagaan untuk memajukan perekonomian. (5) Allah SWT menurunkan

    hujan dari langit sehingga dengan air hujan itu bumi yang telah mati atau lekang

    dapat menjadi hidup dan subur, dan segala macam hewan dapat pula

    melangsungkan hidupnya. (6) Pengendalian dan pengisaran angin dari suatu tempat

    ke tempat yang lain adalah tanda dan bukti bagi kekuasaan Allah dan kebesaran

    rahmatNya bagi manusia. (7) Demikian pula, harus dipikirkan dan diperhatikan

    kebesaran nikmat Allah kepada manusia dengan bertumpuk-tumpuknya awan

    antara langit dan bumi.

    Ringkasnya, semua rahmat yang diciptakan Allah termasuk apa yang

    tersebut dalam ayat 164 ini patut dipikirkan dan direnungkan bahkan dibahas dan

    diteliti untuk meresapkan keimanan yang mendalam dalam kalbu, dan untuk

    memajukan ilmu pengetahuan yang juga membawa kepada pengakuan akan keesaan

    dan kebesaran Allah.

    Dari ayat-ayat di atas nyatalah bahwa Allah SWT, memberikan bimbingan-

    Nya lebih lanjut di dalam al-Quran, dengan memberikan contoh apa saja yang dapat

    diamati dan untuk tujuan apa pengamatan itu dilakukan, agar manusia dapat

    mengenal baik lingkungannya. Hal ini pulalah yang dilakukan orang dalam

    pengembangan sains pada umumnya, yaitu melakukan observasi agar dapat

    menjawab pertanyaan bagaimana gejala-gejala yang disebutkan itu berlangsung.

    Setelah observasi dengan teliti, apa saja yang harus diperhatikan agar orang dapat

    menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung, di dalam empat ayat surat Al-

    Ghasyiyah itu. Di dalam Al-Quran sendiri petunjuk itu dengan jelas dinyatakan

    dalam surat al-Qomar (54) ayat 49 yaitu:

    Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran.

  • 6

    Demikian pula perlakuan para ahli fisika dalam menangani masalah proses-

    proses alamiah itu. Mereka mengadakan pengukuran atas besaran-besaran fisis

    sistem yang diteliti, seperti panjang, berat, suhu, jarak, kelajuan, perlajuan,

    kekakuan, dan sebagainya. Alam semesta dan proses-proses yang terjadi didalamnya

    seringkali dinyatakan sebagai ayat-ayat Allah, maka memeriksa, meneliti atau

    menazhor alam semesta dapat diartikan sebagai membaca ayatullah, sehingga dapat

    merinci dan menguraikan serta menerangkan ayat-ayat di dalam al-Quran yang

    pada umumnya merupakan garis-garis besar saja.

    Ayatullah atau ayat-ayat Allah pada dunia sains modern sering diistilahkan

    dengan hukum alam. Bagi ilmuwan Muslim hukum alam itu tidak lain adalah segala

    aturan Allah swt., sunnatullah yang diberlakukan pada alam semesta, sesaat setelah

    ia diciptakan untuk diikutinya. Selanjutnya dalam surat an-Nahl (16) ayat 11-12,

    ditekankan tentang pentingnya peranan pikiran kritis dan penalaran yang rasional

    bagi pengungkapan alam semesta. Ilmu pengetahuan atau sains, kemudian

    dijabarkan penggunaannya sebagai teknologi, bagi pemanfaatan alam dan

    pengelolaannya secara baik, sehingga lingkungan hidup yang lestari ini dapat

    menjadi sumber penghidupan dan tempat berlindung bagi manusia yang

    mengelolanya. Al-Quran mengajarkan lebih dari itu, seorang muslim harus menjadi

    manusia yang utuh (insan kamil), tidak boleh menyebelah sebagaimana ditegaskan

    dalam surat al-Qashash yang tersebut di atas.

    Jika menguasai sains, maka akan mengetahui bagaimana dinamika alam

    pada kondisi tertentu, akan dapat meramalkan bagaimana alam memberikan reaksi

    terhadap tindakan yang dilakukan terhadapnya. Bermodalkan ilmu pengetahuan

    kealaman yang dimilikinya, manusia dapat menimbulkan kondisi yang dipilihnya

    sehingga alam menyambutnya dengan tanggapan yang menguntungkan. Manusia

    memiliki kemampuanuntuk terbang, menyelam hingga dasar laut yang dalam,

    bahkan dapat menghubungi teman-temannya yang berada dibelahan bumi yang lain,

    sains yang ia kuasai dijadikannya sumber teknologi bagi kesejahteraannya dalam

    memanfaatkan lingkungan yang dikelolanya dengan baik, sehingga pantaslah

    disebut sebagai khalifah fil ardl, penguasa di bumi.

    Untuk melaksanakan tugas sebagai khalifah di bumi, kita harus memiliki

    teknologi untuk pemanfaatan alam yang berada disekeliling kita dan pelestariannya,

    agar kita dapat hidup sejahtera secara berkesinambungan, dari generasi ke generasi.

  • 7

    Namun, untuk dapat memiliki teknologi itu, baik dengan mengembangkan sendiri

    maupun dengan mengadopsinya dari bangsa lain, kita mau tidak mau harus

    melengkapi diri dengan sains yang menjadi pendukungnya. Banyak sekali ilmu yang

    harus kita miliki untuk keperluan itu, karena itu Rasulullah SAW memerintahkan

    kepada setiap Muslim dan Muslimah untuk mencari ilmu. Namun karena seorang

    Muslim harus merupakan manusia yang utuh, agar dapat memperoleh kebahagian di

    dunia dan akhirat, maka disamping ilmu keduniaan tersebut harus juga mencari

    ilmu keakhiratan.

    Keharusan memiliki ilmu keakhiratan dan keduniaan secara utuh karena

    diperlukan pada era globalisasi sekarang ini yang melanda seluruh dunia. Dimana

    tidak ada lagi bangsa yang terisolasi, apa yang terjadi disalah satu sudut dunia ini

    akan diketahui seluruh umat manusia, dan pengaruhnya akan menjalar kemana-

    mana. Berita/informasi dan hiburan yang disiarkan melalui jaringan internet, radio

    dan televisi keseluruh pelosok tanah air, baik yang bermutu, yang tidak bermutu

    maupun yang berbau maksiat, terutama produk dari luar negeri. Hal ini akan

    menimbulkan pergeseran nilai yang harus diwaspadai. Keimanan serta ketaqwaan

    yang melandasi akhlak harus di pupuk dan dibina di lingkungan anak remaja,

    dewasa, maupun orangtua. Sedangkan aqidah yang menjadi tumpuan segalanya

    harus terus dijaga.

    Dengan demikian perlu ada keseimbangan dan saling mendukung antara

    Iptek (ilmu pengetahuan/sains dan teknologi) dan Imtaq (iman dan taqwa). Masalah

    selanjutnya yang menjadi tantangan umat Islam masa kini adalah bagaimana cara

    mengembangkan serta memperkuat perpaduan Imtaq dan Iptek tersebut, dengan

    harapan mencetak orang-orang beriman yang berkemampuan Iptek, atau sebaliknya

    yaitu ahli-ahli Iptek yang ber-Imtaq. Salah satu segi yang perlu dicermati benar

    untuk mencapai cita-cita tersebut adalah melalui penyelenggaraan pendidikan

    formal, khususnya perguruan tinggi, mengingat perguruan tinggi merupakan jenjang

    pendidikan paling kompeten dalam melahirkan sarjana Iptek yang ber-Imtaq.

    a. Batasan Sains dan Teknologi

    Sebelum membahas lebih jauh tentang hubungan antara Islam dengan Iptek

    (ilmu pengetahuan/sains dan teknologi), perlu diberikan batasan atau definisi dari

    sains/Iptek, sehingga pembahasan tidak keluar dari koridor dan menyimpang dari

    tujuan penulisan. Secara bahasa kata sains berasal dari science dalam bahasa inggris

  • 8

    yang bermula dari bahasa latin scientia yang memiliki makna knowledge atau

    pengetahuan. Filsuf Bertrand Russel (1935) menjelaskan bahwa sains adalah

    usaha/percobaan (the attempt) untuk menemukan (to discover), dengan piranti

    obervasi (observation) dan pemikiran yang mendalam (reasoning) berdasarkan

    pada hasil observasi tersebut, fakta-fakta tertentu tentang alam semesta dan hukum-

    hukum yang menghubungkan satu fakta dengan fakta-fakta alam yang lain. Sains

    hanya fokus pada dunia/alam secara fisika yang bertujuan untuk mendapatkan

    penjelasan yang semakin akurat tentang fenomena di alam dan menggunakan hanya

    ide-ide yang dapat diuji untuk mendapatkan penjelasan yang benar.Sains hanya

    bergantung pada bukti fisik (physical evidence) yang bisa diamati dengan indera,

    sehingga pada dasarnya kebenaran sains terikat oleh waktu dan bebas dari nilai-nilai

    moral.

    Adapun secara istilah, ilmu pengetahuan atau sains adalah ilmu pengetahuan

    kealaman (natural sciences), yaitu ilmu pengetahuan mengenai alam dengan segala

    isinya. Menurut Baiquni (1996), sainsadalah himpunan pengetahuan manusia

    tentang alam yang diperoleh sebagai konsensus para pakar. Konsensus yaitu

    kesepakatan pada penyimpulan secara rasional mengenai hasil-hasil analisis yang

    kritis terhadap data-data pengukuran yang diperoleh dari observasi gejala-gejala

    alam. Ilmu pengetahuan kealaman dapat dibagi menjadi ilmu kehidupan (life

    sciences), yaitu ilmu pengetahuan mengenai makhluk hidup di alam, serta, ilmu

    kebendaan (physical sciences) yaitu ilmu pengetahuan mengenai benda mati di

    alam.

    Sedangkan teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan

    untuk memenuhi suatu tujuan, atau menurut istilah Baiquni (1996), yaitu himpunan

    pengetahuan manusia tentang proses-proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari

    penerapan sains dalam kegiatan yang produktif ekonomis. Dalam hal ini teknologi

    mempunyai 4 (empat) bentuk, yaitu technoware, humanware, infoware dan

    orgaware. Technoware adalah teknologi dalam bentuk barang. Humanware adalah

    teknologi dalam bentuk kemampuan yang tersimpan dalam manusia, yaitu dalam

    bentuk pengetahuan, keterampilan, intuisi, dan lain-lain. Inforware adalah

    teknologi dalam bentuk informasi seperti teori, jurnal profesi, buku-buku iptek, dan

    lain-lain. Orgaware adalah teknologi dalam bentuk organisasi yang diperlukan

    untuk melakukan proses transformasi pada kegiatan produksi.

    Pada awalnya teknologi berkembang terpisah dari sains, namun pada zaman

  • 9

    modern teknologi semakin bergantung pada sains, sebaliknya sains maju pesat

    berkat kemajuan teknologi.Dengan kata lain, pada zaman modern sekarang ini untuk

    mengetahui bagaimana (how), semakin dituntut mengetahui apa (what), dan

    apa sebabnya (why). Sebaliknya untuk mengetaui apa (what) dan apa

    sebabnya (why), harus banyak tahu tentang bagaimana (how). Teknologi

    seringkali dikaitkan dengan istilah rekayasa (engineering), yang ahli nya disebut

    dengan Insinyur (engineer). Pada dasarnya rekayasa adalah suatu komponen

    teknologi, yaitu komponen yang menyangkut bagaimana sumber daya alam diolah

    agar bermanfaat bagi manusia. Sedang teknologi adalah totalitas cara untuk

    menyediakan, berbagai objek yang berguna bagi kelangsungan hidup manusia.

    Adapun mengenai objek ilmu pengetahuan, yaitu semua makhluk yang ada di

    alam semesta ini, merupakan objek yang layak untuk diriset. Jumlah makhluk Allah

    yang tersebar di alam semesta tidak dapat dihitung. Jika masing-masing makhluk

    terkandung di dalamnya ilmu pengetahuan tentang makhluk itu berarti jumlah ilmu

    pengetahuan juga tidak dapat dihitung. Jika jumlah ilmu pengetahuan yang ada

    sejak dulu sampai sekarang masih dapat dihitung berarti manusia masih memiliki

    peluang yang sangat besar untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru sebanyak

    Makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Demikian pula karena teknologi bersifat

    selalu mengiringi dan mengimbangi terhadap ilmu pengetahuan, maka jumlah

    teknologi yang perlu ada juga tidak dapat dihitung.

    b. Sunnatullah

    Dalam konsep Islam, Allah adalah al-Khaliq (Pencipta), sedangkan manusia

    dan alam semesta adalah al-Makhluq (yang diciptakan). Allah menciptakan manusia

    dan alam semesta dengan karakteristik dan sifat tertentu, atau istilah al-Quran

    dengan fitrah tertentu. Karena Allah yang menciptakan, maka Allah pulalah yang

    mengetahui (al-Alim) segala karakteristik dan sifat makhluk ciptaannya. Dengan

    demikian hanya Allah yang berhak membuat dan menentukan hukum (aturan) yang

    berlaku bagi makhluk-Nya sesuai dengan fitrahnya.

    Hukum/aturan Allah (sunnatullah) dibedakan menjadi dua bagian,

    yaitu:Pertama, ayat qauliyah adalah hukum Allah yang tertulis atau diwahyukan

    (tersurat). Secara khusus, hukum Allah ini diberikan melalui jalan resmi. Artinya,

    secara langsung Allah menurunkan wahyu kepada para Rasul. Ayat qauliyah ini

    terhimpun dalam al-Quran dan al-Hadits. Karena ayat qauliyah ini merupakan

  • 10

    informasi yang datangnya langsung dari Allah SWT. melalui malaikat Jibril dan

    diwahyukan kepada para Rasul, maka ayat ini merupakan sistem/konsep bagi

    kehidupan manusia. Kebenaran sunnatullah ini bersifat kualitatif dan deduktif.

    Artinya, secara kualitas dan secara lengkap ayat qauliyah ini benar, dibuktikan atau

    tidak, kebenarannya mutlak. Menurut Al-Ghazali, interpretasi manusia terhadap

    ayat qauliyah ini dikumpulkan dan disusun sehingga menghasilkan ilmu yang

    disebut ulum naqliyah atau ulum syariyah; seperti 'ulu- mul-Quran, ulum al-

    Hadits, usulfiqh, sirah al-Nabawiyah, dan sebagainya.

    Kedua, ayat kauniyah adalah hukum Allah yang tidak tertulis atau tidak

    diwahyukan (tersirat). Secara umum, hukum Allah ini diberikan melalui jalan yang

    berbeda dengan ayat qouliyah. Allah memberikan ilham kepada manusia secara

    inderawi atau lewat penelitian dan observasi (al-mubasyirah) untuk mengungkap

    gejala-gejala/fenomena kauniyah. Fenomena kauniyah ini terdapat di alam semesta,

    baik dari benda mati (abiotik) seperti: tanah, air, benda angkasa, dan lain-lain. Dan

    makhluk hidup (biotik) seperti: manusia dan binatang. Ayat kauniyah ini hanya

    merupakan sarana bagi kehidupan manusia (wasail al-hayah). Karena didapatkan

    melalui penelitian dan observasi, maka kebenarannya bersifat kuantitatif dan

    induktif. Artinya, kebenarannya tidak lengkap dan relatif, dapat berubah-ubah

    tergantung kuantitas/banyaknya data dan fakta yang mendukung. Oleh karena itu

    kebenarannya harus dibuktikan lebih dahulu secara empiris dan observatif dengan

    percobaan-pecobaan ilmiah (misal: laboratoris). Kebenaran hukum Allah ini bersifat

    praktis (al-haqiqah al-tajribiyah). Menurut Al-Ghazali, interpretasi manusia

    terhadap ayat kauniyah ini dikumpulkan dan disusun sehingga menghasilkan ilmu

    yang disebut ulutri aqliyah, ulum ghoiru syariyah. Ilmu ini dibedakan atas

    kelompok ilmu-ilmu alam seperti: matematika, fisika, kimia, biologi, botani, zoologi,

    kedokteran, dan lain-lain; Dan kelompok ilmu-ilmu sosial seperti: sejarah,

    komunikasi, antropologi, psikologi, dan lain-lain.

    Dengan demikian, jelaslah bahwa sains (ilmu pengetahuan) menurut Islam

    bersumber dari Allah SWT., yang objeknya berupa wahyu dan alam semesta.

    Sehubungan dengan ini, maka definisi sains menurut ahli pendidikan dan ahli ilmu

    pengetahuan yang diakui oleh UNESCO, adalah segala ilmu yang dapat diketahui

    dan dibuktikan dengan indera dan eksperimen. Menurut konsep Islam hal ini tidak

    dibenarkan, karena pembatasan tersebut mengimplikasikan bahwa sesuatu yang

    menyangkut Allah, akhirat dan para Nabi tidak dianggap sebagai suatu ilmu, dan

  • 11

    orang-orang yang mempelajarinya tidak disebut sebagai ilmuwan. Sehingga menurut

    mereka membahas hal-hal tersebut termasuk ceritera-ceritera bohong. Oleh karena

    itu seorang muslim harus menolak definisi sains menurut versi mereka. Seorang

    muslim harus mengajukan alternatif definisi sains yang Islami dan tidak

    menyimpang dari definisi dasar, yaitu sains adalah segala sesuatu yang dapat

    diketahui dan dibuktikan melalui wahyu, indera (termasuk akal) dan eksperimen.

    Jadi, ukuran ilmiah tidaknya hanya ditentukan dari aspek inderawi dan eksperimen

    semata, tetapi juga dari segi wahyu. Dengan ukuran ilmiah seperti ini, maka seluruh

    ajaran Islam adalah ilmiah. Pemahaman seorang muslim terhadap definisi sains

    yang benar (Islami) merupakan hal yang sangat penting, karena keberhasilan dan

    kegagalan proses pendidikan sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh definisi sains

    yang dipegang oleh setiap pelaku pendidikan. Selain itu dalam mempelajari sains

    seorang muslim harus memperhatikan prioritasnya. Karena ayat qauliyah atau al-

    Qur,an merupakan konsep kehidupan, maka harus lebih diprioritaskan oleh setiap

    individu (fardlu 'ain) daripada ayat kauniyah yang hanya merupakan sarana/fasilitas

    kehidupan untuk kesejahteraan bersama (fardlu kifayah).

    Dalam pandangan seorang muslim ayat qauliyah akan memberikan

    petunjuk/isyarat bagi kebenaran ayat kauniyah, misalnya surat an-Nur (24): 43

    mengisyaratkan terjadinya hujan, surat al-Mukminun (23): 12-14 mengisyaratkan

    kejadian manusia, surat ar-Rahman (55): 7 mengisyaratkan tentang keseimbangan

    dan kestabilan pada sistem tata surya, surat al- Ankabut (29): 20 mengisyaratkan

    adanya evolusi pada penciptaan makhluk di bumi, surat az-Zumar (39): 5 dan surat

    an-Naml (27): 88 mengisyaratkan adanya rotasi bumi dan bulatnya bumi.

    Sebaliknya ayat kauniyah akan menjadi bukti (al-Bur- han) bagi kebenaran ayat

    qauliyah (lihat Surat Fushshilat/41: 53). Kedua hukum Allah/sunnatullah (yaitu ayat

    qauliyah dan kauniyah) tersebut berlaku pada kehidupan manusia. Oleh karena itu,

    bagi seorang muslim mempelajari fenomena qauliyah dan kauniyah adalah dalam

    rangka meningkatkan ibadahnya kepada Allah, dan menambah keimanan dan

    ketaqwaan kepada Allah swt.

    Dengan demikian, Islam mengajarkan bahwa segala aturan, hukum, rumus

    atau dalil yang berlaku di alam semesta, baik yang berkenaan dengan benda mati

    (abiotik) maupun makhluk hidup (biotik) adalah pertama, hukum Allah/sunnatullah

    yang berlaku pada makhluk-Nya yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadits

    (qauliyah) atau yang telah diobservasi dari alam semesta (kauniyah). Jadi bagi

  • 12

    seorang muslim gaya gravitasi Newton, molekul-molekul saling berikatan bukan

    sekedar karena adanya ikatan kimia semata, arus mengalir dalam suatu tegangan

    yang bertahanan bukan sekedar mengikuti hukum Ohm atau Kirchoff, kestabilan

    sruktur kayu atau beton bukan sekedar mengikuti hukum-hukum mekanika teknik,

    beredarnya planet mengelilingi matahari bukan karena sekedar tunduk kepada

    hukum Kepler, tetapi kesemuanya itu adalah hukum Allah yang ditetapkan-Nya atas

    seluruh benda yang diciptakannya (lihat Surat Fushshilat/41; 11). Newton, Ohm,

    Kirchoff, Keppler atau siapapun yang menemukan aturan, rumus, hukum atau dalil

    yang berkaitan dengan makhluk Allah hanyalah sebagai peneliti yang menemukan

    dan mengidentifikasikan hukum Allah yang telah ada sebelumnya.

    Kedua hukum Allah (qauliyah dan kauniyah) harus diintegrasikan dalam

    diri seorang muslim. Mereka yang mengambil spesialisasi qauliyah harus menguasai

    dasar-dasar berfikir kauniyah, sebaliknya mereka yang mengambil spesialisasi

    kauniyah harus menguasai dasar-dasar berfikir qauliyah. Dengan demikian terdapat

    himpunan irisan yang merupakan wilayah komunikasi antar ulama (mereka yang

    hanya menguasai qauliyah) dan ilmuwan (mereka yang hanya menguasai kauniyah).

    Semakin luas irisan keduanya semakin baik dan luas wilayah komunikasinya.

    Pada dasarnya IPTEKS adalah bebas nilai moralsehingga bisa menghasilkan

    sesuatu yang bermanfaat (mashlahat) disatu sisi, sedangkan disisi lain bisa

    menjadikan mudlarat bagi manusia. Oleh karena itu, Islam memandang teknologi

    dari pemanfaatannya, untuk kemashlahatan atau kemadlaratan. Bahkan lebih jauh

    lagi Islam telah membingkai seluruh aktivitas manusia dalam rangka beribadah

    kepada Allah (lihat Surat adz-Dzariyat/51:56). Dengan demikian, penguasaan sains

    dan teknologi mensyaratkan penguasaan dan pemahaman ayat-ayat qauliyah sebagai

    kontrol pemanfaatan sains dan teknologi tersebut. Jika sains dan teknologi dikuasai

    oleh mereka yang tidak memiliki basis pemahaman ayat qauliah, maka

    pemanfaatannya cenderung liar, tidak terkontrol, dan sangat membahayakan

    kehidupan manusia.

    c. Landasan Filosofis dalam beriptek

    Ditinjau dari sisi ilmu pengetahuan/sains, maka al-Qur,an sebagai petunjuk

    (hudan) merupakan peletak landasan filosofis manusia dalam memandang dan

    memahami alam semesta, al-Quran merupakan rumus/formula baku dan alam

    semesta dengan segala perubahannya merupakan yang layak dan perlu dijawab. al-

  • 13

    Quran merupakan kamus alam semesta. Solusi tentang rahasia alam semesta, akan

    terselesaikan dengan benar jika digunakan rumusan yang tepat yaitu al-Quran.

    Dengan demikian ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat qauliyah akan berjalan secara

    paralel dan seimbang. Ilmu pengetahuan seperti ini jika menjelma menjadi teknologi

    maka akan menjadikan teknologi itu berbasiskan al-Quran atau teknologi yang

    Quranik. Metode seperti ini disebut induksi al-Quran. Pada kondisi yang lain, tidak

    menutup kemungkinan bahwa dengan melalui proses deduksi yaitu pengamatan

    terhadap alam semesta, maka akan dihasilkan kesimpulan yang mengarah

    kebenaran al-Quran.

    Al-Qur,an adalah firman Allah yang diturunkan kepada manusia sebagai

    petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Juga al-Qur,an merupakan produk iptek

    Allah yang diturunkan kepada manusia untuk menuntun manusia akan jalur-jalur

    riset yang perlu ditempuh, sehingga manusia memperoleh hasil yang benar. Pada sisi

    ini fungsi al-Quran sebagai hudan memberikan kecerahan pada akal manusia,

    sehingga manusia merasa lapang dihadapan Allah yang Maha Luas. Kebenaran hasil

    riset ini dapat diukur dari kesesuaian antara akal dengan naql. Kerja akal yang sesuai

    dengan naql ini dapat dikategorikan sebagai ibadah kepada Allah SWT. dan

    sekaligus turut mengisi definisi ijtihad dalam arti umum yang memiliki nilai yang

    sangat besar.

    Usaha berkelanjutan untuk mengkaji al-Quran perlu dilakukan dan bahkan

    hukumnya menjadi fardlu ain bagi setiap ilmuwan yang akan meriset terhadap alam

    semesta, menciptakan produk teknologi merupakan hasil kerja dari orang-orang

    yang taat kepada tata tertib al-Quran. Al- Quran juga merupakan sumber fenomena

    yang layak untuk diriset, yang dimaksud disini bukan al-Qurannya itu sendiri yang

    diriset, namun permasalahan riset dapat saja muncul setelah orang membaca dan

    mengkaji al-Quran. Metode ini termasuk jenis induktif. Selain itu Islam juga

    mempersilahkan kepada para periset untuk menggunakan metode deduktif. Oleh

    sebab itu, jika periset merupakan orang yang beriman maka tidak ada masalah untuk

    menggunakan metode riset, apakah itu induktif atau deduktif.

    Sedangkan teknologi dalam Islam adalah bukan merupakan tujuan, tetapi

    sebagai alat yang digunakan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah serta

    bisa lebih memahami ayat-ayat Allah. Semakin maju teknologi, semakin banyak

    informasi yang diperoleh. Penemuan-penemuan baru akan semakin membantu

    kepada orang Islam untuk lebih mudah mengagungkan Allah sehingga baginya

  • 14

    benar-benar bahwa Allah itu Maha Besar, dan sebaliknya manusia merupakan

    makhluk yang amat kecil. Dengan demikian, diharapkan akan semakin memperbesar

    peran manusia sebagai khalifah Allah di permukaan bumi yakni memakmurkan

    bumi dan mengusahakan kesejahteraan bagi segenap penghuni bumi.

    IX. Sejarah PerkembanganSains dan Teknologi modern dan Kontribusi

    Muslim

    Prof. Cemil Akdogan (2005) memaparkan tentang asal usul sains modern

    dan kontribusi muslim sebagai berikut:

    Dewasa ini, dunia barat merupakan kiblat perkembangan sains dan teknologi

    karena mereka lebih cepat dan kuat dibandingkan dengan peradaban-peradaban

    lain. Hal ini tidak terjadi begitu saja secara tiba-tiba, akan tetapi merupakan hasil

    pengembangan dan perubahan secara revolusioner yaitu revolusi ilmu, revolusi

    perancis, revolusi industri dan disusul oleh-revolusi-revolusi abad 20 dalam bidang

    IPTEK yang saling berkesinambungan sejak abad pertengahan yang pada akhirnya

    tidak hanya mempengaruhi Barat itu sendiri, tetapi juga seluruh dunia. Faktor-

    faktor yang paling signifikanpengaruhnya dalam revolusi-revolusi tersebut adalah

    sains dan teknologi.Teknologi adalah pengetahuan praktis yang sudahdigunakan

    oleh manusia sejak awal keberadaannya,sedangkan sains berkembangsejak sekitar

    600 SM oleh para filosof Yunani.Akan tetapi, perkembangan sains timbul tenggelam

    secara bergantian oleh peradaban-peradaban yang berbeda sebelum Revolusi llmiah

    serta sebelum Revolusi Industri.Dalam perkembangan sains dan teknologisampai

    dekade pertengahan abad ke- 19, keduanya mengikuti jalan-jalan yang berbeda dan

    independen.Saat itu Teknologi berkembang tanpa suatu input ilmiah/sains. Setelah

    sains benar-benar mempengaruhi teknologi, iatelah menjadi faktor pembeda utama

    dalam memisahkan periode modern dengan periode pertengahan dan periode klasik.

    Pada akhirnyasains maupun teknologi menjadi tiang utama dalam peradaban

    Baratdalam mengukuhkan superioritasnya dan dominasinya atas peradaban

    lainhingga saat ini.

    Sains telah menjadi bagian penting, sebagai fondasi dan mesin pengembang,

    dalam pengembangan teknologi yang canggih. Sains merupakan usaha keras yang

    abstrak dan tak nampak, berhubungan dengan ide-ide dalam cara-cara yang abstrak,

    berbeda dengan teknologi yang bertujuan memproduksi benda-benda yang dapat

    digunakan untuk meningkatkan taraf hidup. Jadi teknologi merupakan aplikasi

    pengetahuan ilmiah, dan tanpa pemahaman dan penguasaan Iandasan ilmiah. Kita

  • 15

    harus sadar bahwa sains itu bukan teknologi. Jika hanya memproduksi piranti-

    piranti teknologis melalui imitasi produk-produk teknologi barat adalah sangat

    berisiko, dan akan selalu tertinggal. Kalau bangsa-bangsa Muslim atau Timur tidak

    mengambil alih kepemimpinan ilmiah dari Barat, supremasi Barat dalam teknologi

    berbasis sains akan terus berlanjut.

    Sejarah kebudayaan dan peradaban manusia oleh Kaum humanis Italia pada

    periode Renaissance dibagi menjadi tiga periode yakni periode kuno, pertengahan,

    dan modern.Periode modern diidentifikasikan dengan perubahan dan kemajuan

    terutama di bidang sains dan teknologi.

    Asal-usuldominasi Barat atas dunia laindalam bidang sains ditelusuri dengan

    membahas perubahan dan kemajuan sains dalam periode pertengahan dan modern.

    Namun, dalam melakukannya atau untuk mendapatkan gambaran besar bagi topik

    ini, kita perlu membandingkan dan membedakan Islam dan Barat. Walaupun orang

    Islam dahulu tidak ingin melepaskan diri dari paradigma-paradigma Aristoteles

    dalam fisika, Ptolemy dalam astronomi dan Galen dalam ilmu kedokteran, mereka

    menyiapkan landasan bagi Revolusi Ilmiah dan bahkan membuat kontribusi-

    kontribusi yang sangat penting bagi fondasi utama sains modern. Orang-orang Barat

    pertama-tama belajar danmengasimilasi apa yang telah dicapai umat Islam di semua

    lapangan, kemudian melalui perubahan-perubahan revolusioner tertentu mengambil

    alih kepemimpinan, terutama dalam teknologi dan sains, dan juga dalam urusan-

    urusan militer dan politik. Ketika akhirnya mereka menggabungkan sains dan

    teknologi pada abad kesembilan belas, mereka mengukuhkan kembali kekuasaan

    mereka dan menjadi tak tertandingi.

    Fakta sejarah menggambarkan bahwa asal-usul sains modern, atau Revolusi

    Ilmiah, berasal dari atau minimal dipengaruhi oleh peradaban Islam.Sebagaimana

    yang disampaikan oleh Prof. Thomas Arnold di dalam bukunya The Preaching of

    Islamhal 131: Muslim Spain had written one of brightest pages in the history of

    mediavel Europe. Her influence had passed through Provence into the other

    countries of Europe, bringing into birth a new poetry and a new culture, and it was

    from her that Cristian scholars received what of Greek Philosophy and science they

    had to stimulate their mental activity up to the time of Renaissance (Muslim

    Spanyol telah menuliskan dengan tinta emas dalam salah satu lembaran sejarah

    eropa di abad pertengahan. Pengaruhnya telah jauh melewati wilayah Provence

    menuju ke berbagai negara eropa, sehingga melahirkan sastra dan budaya baru,

  • 16

    serta dari merekalah Ilmuwan-ilmuwan Kristen menerima filsafat yunani, dan sains

    yang mereka punya untuk memperkuat aktivitas mental mereka sampai pada masa

    Renaissance) (Hamza Tzortzis, 2013).

    Umat Islam melalui ilmuwan-ilmuwannya adalah pionir sains modern (D.C

    Lindberg, 1976). Jikalau faktor-faktor yang menghambat perkembangan sains di

    dunia islam tidak terjadi: seperti peperangan di antara sesama muslim, tentara

    Kristen tidak mengusirnya dari Spanyol, dan orang-orang Mongol tidak menyerang

    dan merusak bagian-bagian dari negeri-negeri Islam pada abad ke-13, Dunia islam

    akan mampu menciptakan seorang Descartes, seorang Gassendi, seorang Hume,

    seorang Copernicus, dan seorang Tycho Brahe, karena telah ditemukan bibit-bibit

    filsafat mekanika, empirisisme, elemen-elernen utama dalam heliosentrisme, dan

    instrumen-instrumen Tycho Brahe, dalam karya-karya Al-Ghazli, lbn Al-Shtir,

    para astronom pada observatorium Maragha, dan karya-karya Takiyuddin.

    Untuk memasuki suatu periode baru seperti Renaissance dan kemudian

    untuk mencapai Revolusi llmiah; prasyarat pertama adalah mematahkan pegangan

    pada pijakan sains dan filsafat sebelumnya, dalam hal ini pada Aristoteles, yang

    dilakukan oleh Al-Ghazali secara menakjubkan dalam Tahafut al-Falsifah-nya di

    penghujung abad ke- 11. Al-Ghazali, untuk pertama kalinya, menghancurkan otoritas

    Aristoteles dan pada saat yang sama menabur bibit-bibit filsafat mekanika, fondasi

    metafisika untuk sains modern. Maka kontribusinya itu tidak hanya destruktif, tetapi

    juga konstruktif.

    Setelah al-Ghazli, sains dalam Islam terutamanya dalam aritmetika dan

    astronomi terus berkembang. Misalnya, sekitar dua puluh astronom bekerja sama

    dalam observatorium Maragha di Timur pada abad ke- 13 dan mengumpulkan data

    selama dua puluh tahun. Sejauh yang kita ketahui inilah observatorium terorganisir

    yang pertama yang di dalamnya terkonstruksi instrumen-instrumen dan juga per-

    pustakaan. Walaupun mereka bekerja di dalam kerangka astronomi Ptolemaik,

    mereka juga melakukan kritik terhadapnya. Itulah mengapa kepala observatoriurn

    ini, Nasir al-Din al-Tsi dan muridnya, Qutb al-Din al-Shirzi bekerja sama

    membangun model yang lebih konservatif dalam menerima gerak seragam (uniform

    motion) ketimbang sistem Ptolemaik. Belakangan, dalam sistem Copernican, kita

    juga menemukan sikap konservatif yang sama. Pada abad keempat belas Ibn al-

    Shtir, seorang astronom Damaskus, menyempurnakan model Tusi dan Shirzi

    dengan mengembangkan model-model planet yang non-Ptolemaik dan teori lunar

  • 17

    (bulan).

    Eropa sungguh beruntung dapat menikmati stabilitas politik dan

    kemakmuran ekonomi setelah abad ke- 11. Jika saja orang-orang Mongol menginvasi

    keseluruhan Eropa, yang mereka mampu lakukan, orang-orang Barat tidak akan

    mendapatkan stabilitas dan kemakmuran yang cukup untuk bisa sukses

    menyempurnakan Revolusi Ilmiah (Scientific Revolution). Seperti kita ketahui,

    orang-orang Mongol, setelah mengambil Silesia pada tahun 1241, kembali ke negeri

    mereka, sejak raja mereka di Mongolia mati dan mereka harus memilih pemimpin

    baru mereka.

    Dengan mewarisi pencapaian-pencapaian sains dan intelektual dunia Islam

    dalam berbagai area melalui penerjemahan dan kontak personal dan juga dengan

    peminjaman dan penggunaan kompas magnetik, mesiu, teknik-teknik pembuatan

    kertas dan percetakan dari umat Islam, orang-orang Barat mulai membangun

    struktur sains dan teknologi modern.

    Pada permulaan abad ke-13 orang-orang Barat telah menerjemahkan hampir

    seluruh buku Aristoteles, para filosof Yunani lain, dan para filosof, teolog dan

    saintis-saintis Islam, dari Bahasa Arab ke Latin. Mereka menerima karya-karya

    ilmiah teknis tentang astronomi, optik, astrologi, matematika, kimia dan kedokteran

    secara antusias dan dengan keasyikan tersendiri, sejak itu mereka dapat menutup

    jurang keterpisahan yang ada.

    Di Barat, sains terus berkembang dan tidak pernah kehilangan peluang

    seperti halnya kondisidi dunia Islam, terutamanya disebabkan oleh institusi-institusi

    pendidikan khas yang disebut universitas. Komunitas filosof dan mahasiswa terbesar

    pada Abad Pertengahan mempelajari ide-ide Aristoteles melalui interpretasi dan

    kornentar-komentar lbn Sin dan lbn Rushd pada institusi-institusi ini dan mencoba

    mengembangkannya lebih jauh. Dengan kata lain, disebabkan oleh matriks disiplin

    yang sama, yaitu Aristotelianisme, para mahasiswa dilatih di dalam pandangan alam

    (woridview) Aristotelian. Dengan demikian, sebagai hasil dan standardisasi

    pendidikan, professor dan mahasiswa dapat berpindah dan satu universitas ke

    universitas yang lain.

    Zaman Renaissance

    Renaissance, Abad Kelahiran Kembali, antara rentang tahun 1350 hingga

    1550, pertama-tama dimulai di Italia dan belakangan menyebar ke Eropa Utara.

  • 18

    Menurut kaum humanis, Renaissance berlangsung sejak keruntuhan lmperium

    Romawi, zaman kegelapan di Eropa berlangsung selama seribu tahun. Periode, yang

    juga disebut Abad Pertengahan (Middle Ages), bersifat tidak produktif, mandeg, dan

    gelap. Ini disebabkan oleh keringnya logika dan metafisika Aristotelian. Sebagai

    reaksi melawan spekulasi yang gagal dan Skolastikisme dan Kristen, mereka

    memfokuskan perhatian pada ide-ide tentang figur-figur klasik dalam sastra,

    arsitektur dan seni. Tetapi tujuan mereka sebenarnya adalah untuk menciptakan

    zaman baru.

    Untuk mencapai zaman baru, orang-orang Eropa mulai menggunakan

    teknologi. Setelah mengkonstruksi hukum-hukum dan membangun kapal-kapal

    yang lebih canggih, mereka mulai mengeksplorasi dunia dan menemukan tanah-

    tanah baru. Dengan perjalanan-perjalanan penemuan itulah mereka menemukan

    emas, budak dan rempah-rempah di tanah-tanah baru dan, agar dapat

    mengeksploitasi sumber-sumber dan orang-orang di tanah baru itu lebih lanjut,

    mereka pun menjajahnya. Maka sejak abad kelima belas itulah mereka mulai

    mendominasi dunia.

    Dalam periode krisis ini, para pemikir, ilmuwan, dan filosof percaya bahwa

    alam semesta (universe) merupakan satu organisme dan selalu terdapat kekuatan

    gaib di mana-mana. Kekuatan-kekuatan superioryang dimiliki oleh organ-organ

    langit dapat mempengaruhi kekuatan-kekuatan inferior. Dengan ide-ide inilah

    Renaissance menjadi sebuah periode magis para excellence, sejak itu magis atau

    anti-rasionalisme untuk pertama kalinya mendapatkan status intelektual. Dengan

    demikian, periode ini, yang di dalamnya terjadi pemburuan para penyihir, bukanlah

    serasional seperti yang biasa diperkirakan, dan sebenarnya periode ini adalah

    periode anti-ilmiah.

    Filsafat Mekanika

    Pada abad ketujuh belas, Filsafat mekanika yang menjadi fondasi sains

    modern muncul melawan animisme Renaissance. Filsafat mekanika sebagai

    alternatif bagi Aristotelianisme maupun animisme pada akhirnya menjadi

    paradigma dominan dan mencapai puncaknya pada masa Isaac Newton.Descartes,

    Kepler, Galileo, Boyle dan para filosof mekanika lainnya membedakan antara

    kualitas primer dan kualitas sekunder untuk mencopot animisme dari alam.

    Menurut mereka, kualitas-kualitas primer (properti geometris) dimiliki alam, tetapi

  • 19

    kualitas-kualitas sekunder seperti warna, kehalusan, kekerasan, rangsangan, dan

    rasa pahit hanya muncul dalam pikiran manusia (human mind).

    Dengan cara inilah orang-orang Barat memisahkan alam dan pikiran dan Tu-

    han agar dapat memahami dan memanipulasinya dalam kerangka Francis Bacon.

    Maka, jika kita menggunakan istilah Alexander Koyre, alam menjadi dijinakkan

    (devalorized). Sebagaimana Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas secara tepat

    menggambarkannya: Revolusi Cartesian pada abad ke-17 rnenghasilkan dualisme

    final antara materi dan spirit dalam cara yang membuat alam dibiarkan terbuka

    untuk dikaji dan melayani sains sekular, dan meletakkan manusia dalam tingkatan

    dimana tidaic ada yang lain kecuali dunia yang ada di tangannya.

    Seperti yang diindikasikan sebelumnya, Descartes itu bukanlah satu-satunya

    arsitek filsafat mekanika. Misalnya, filosof mekanika lain, Gassendi, membangkitkan

    kembali dan mengknisteruisasi madzhab atomistik kuno dan menenima kesimpulan-

    kesimpulan skeptisisme dengan menekankan kompleksitas alam. Berbeda dengan

    Descartes, ia mengklaim bahwa Untuk memahami esensi sesuatu itu tidak mungkmn

    dan bahwa satu-satunya yang dapat dibuat adalah mendesknipsikan penampakan-

    penampakan (appearances).

    Filsafat mekanika mempenganuhi Revolusi Ilmiah, yang pada gilirannya

    memainkan peran penting baik pada masa Pencerahan maupun Revolusi Perancis,

    tetapi sains mendapatkan kekuatan yang sebenarnya ketika ia mulai mempengaruhi

    teknologi dalam artian yang riil.

    Revolusi Ilmiah

    Tahapan revolusi ilmiah dimulai dengan usaha membangun sains baru oleh

    beberapa ilmuwan barat, diantarnya: Francis Bacon menulis Novuni Organum

    (Instrumen Baru), Tartaglia menulis Nova Scientia (Sains Baru), Giambattista Vico

    Nova Scienza (Sains Baru), Kepler Astronomia Nova (Astronomi Baru), dan Galileo

    Two New Sciences (Dua Sains Baru).

    Dalam Bidang Astronomi, Copernicus, Tycho Brahe, dan Keppler

    merumuskan meletakkan dasar sains astronomi modern. Prestasi terbesar

    Coppernicus adalah mematematisasi sistem heliosentris, tetapi ia masih memakai

    model-model Ptolemaik, seperti epicycles on deferents (poros lingkar kecil benda

    langit berorbit di garis lingkar besar bumi), eksentrika (keganjilan), dan epicycles

    over epicycle (pergerakan dalam garis lingkar kecil).

  • 20

    Tycho Brahe mengumpulkan data akurat selama lebih dan dua puluh tahun

    dengan bantuan instrumen-instrumen besar dan banyak asisten untuk dapat me-

    mecahkan masalah-masalah astronomi teoretis dan praktis secara sekaligus. Kepler,

    dengan~ menggunakan data Tycho, menemukan tiga hukum deskriptif bagi benda-

    benda langit. Hukum pertamanyasebetulnya hukum kedua dalam proses

    penemuan menyatakan bahwa planet-planet bergerak dalam orbit elips

    mengelilingi matahari yang ia (matahari) sendiri menempati salah satu dan pusat

    elips.

    Kepler pertama-tama mencoba untuk mencocokkan data Tycho ke dalam

    sistem Copernican, tetapi apapun yang ia kerjakan ia tidak menemukan kecocokan

    yang sempurna antara orbit sirkular Mars dengan data Tycho. Setelah bergelut de-

    ngan masalah ini, paling tidak selama enam tahun, ia menemukan bahwa orbit-orbit

    planet itu elips. Dengan penolakan atas orbit-orbit sirkular yang telah tertanam

    dalam pikiran manusia selama dua puluh abad, Kepler merevolusi astronomi.

    Dalam fisika, Galileo menggagas gerak lamban (inertial motion) secara

    orisinil dan revolusioner sehingga ia dapat mempertahankan sistem Copernicus dari

    sudut pandang fisika. Menurut Galileo, jika bumi bergerak dan jika kita

    menjatuhkan sebongkah batu dari atas menara, objek itu akan mendarat pada

    bagian bawah menara, tetapi tidak ke jurusan barat sebagaimana diklaim oleh Tycho

    Brahe dan anti-Copernican lainnya, karena objek itu akan mengikuti gerak bumi

    atau ia akan mempunyai gerak lamban (gerak horizontal) dan mula hingga akhir.

    Dengan cara ini, Galileo telah melepaskan salah satu dan keberatan-keberatan kaum

    anti-Copernican.

    Selanjutnya, Galileo menggunakan teleskop untuk tujuan-tujuan astronomi

    untuk pertama kalinya dan membuat banyak observasi. Ia menemukan banyak bin-

    tang baru, titik-titik di matahari, fase-fase Venus, satelit Jupiter, cincin Saturnus,

    dan permukaan bulan yang kasar, dan secara sukses menggunakan semua observasi

    ini untuk membela sistem Copernican. Misalnya, bulan itu seperti bumi. Ia penuh

    dengan kawah, wilayah-wilayah gelap (sama seperti lautan di bumi), bukit-bukit dan

    gunung-gunung. Maka bulan itu adalah besar, sangat besar, dan berat, dan, sejauh

    kita ketahui, siapapun tidak keberatan dengan ide gerak bulan. Lantas mengapa

    harus ada orang yang keberatan dengan ide gerak bumi, objek lain yang seperti

    bulan?

    Dalam babak akhir Revolusi llmiah, Isaac Newton menemukan heterogenitas

  • 21

    cahaya dan hukum kekuatan gravitasi. Dalam mekanika ia menambahkan kategori

    ketiga, yaitu kekuatan (force) atas materi dan gerak, dan merumuskan hukum

    gravitasi universal secara matematis, dan dengan memakai hukum baru itu ia dapat

    menjelaskan seluruh gerak dalam alam semesta.Setelah prestasi besar Newton, para

    pemikir periode Pencerahan mendewakan manusia dan mendasarkan segala sesuatu

    pada kekuatan rasional. Maka, disebabkan oleh dampak Revolusi Ilmiah, pandangan

    dunia mekanis dan sekular telah mencapai puncaknya dan mulai berdaulat penuh di

    Barat. Dalam kata-kata Profesor Al-Attas: Dan abad ke-17 hingga ke-19 Pencerahan

    Eropa dihubungkan dengan, dan memang merupakan kelanjutan dan, Renaissance.

    Periode ini dicirikan dengan semangatnya untuk materialisasi dan sekularisasi

    manusia ideal dalam masyarakat ideal. Para filosof naturalis menulis tentang hukum

    alam, agama alamiah, dan menekankan pada kemanusiaan, kebebasan,

    kemerdekaan, keadilan. Ide-ide mereka menjadi kenyataan di Amenika dan

    dijadikan sebagai filsafat dasar bagi Independensi. Jika renaissance berarti terlahir,

    dan enlightenment menandakan datangnya abad manusia Barat dan keadaan bayi

    yang mana rasionya harus bergantung atas bantuan yang lain, kini disebut sebagai

    telah matang dan penuh pengalaman untuk mengarahkan jalannya sendiri.

    Profesionalisasi SainsPada abad kesembilan belas struktur institusional dan

    sosial Sains berubah drastis, Revolusi ilmiah ke-2 ditandai dengan kernunculan sains

    sebagai profesi. Hal ini memicu untuk menghasilkan teknologi berbasis sains dan

    semakin mendekatkan pertautan universitas, pemerintah, dan industri. Untuk

    memahami bagaimana revolusi ilmiah kedua ini, akan dibandingkan kesempatan-

    kesempatan pendidikan dan profesi yang mempengaruhi perkembangan sains di

    Inggris, Perancis, dan Jerman.

    Pada abad sebelumnya, abad ketujuh belas dan kedelapan belas, ilmuwan-

    ilmuwan di lnggris Datang terutamanya dan kelas atas (upper class), mereka mem-

    punyai kekayaan dan waktu luang, dan bagi mereka sains adalah suatu hobi,

    sehingga mereka tidaklah profesional. Pada masa in, Pengajaran dan kerja penelitian

    aktual itu terpisah, para ilmuwan tingkat pertama lnggnis tidak berafiliasi dengan

    universitas. Terlebih lagi, pemerintah Inggris secara finansial tidak mendukung

    sains.Revolusi industri awal mula terjadi di lnggris pada tahun 1780-an dalam

    industri tekstil, batu bara, dan industri besi, sebagai hasilnya Inggris menjadi negara

    nomor satu dalam bidang industri-industri tensebut.Revolusi industri pertama in

    tidak bersifat ilmiah, sehingga tentu saja tidak dapat dan tidak memprofesionalisasi

  • 22

    sains, tetapi mempengaruhinya secana massif. masyanakat ilmiah baru ben-

    munculan di Leeds, Birmingham, Manchester, Bristol, dan Newcastle, Komunitas il-

    muwan ini berusaha untuk memecahkan masalah-masalah industri dengan aplikasi

    pengetahuan ilmiah/sains. Hal ini menjadikan sains mendapatkan bentuknya yang

    utilitarian.Revolusi Industri juga berpengaruh terhadap asal-usul sosial (social

    origin) para ilmuwan yang bergeser dari kelas atas (upper class) kepada kelas

    menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class). Pada abad ketujuh belas, 47

    persen dari para ilmuwan yang datang dan kelas menengah dan bawah, pada akhir

    abad kedelapan belas, menjadi 82 persen. Walaupun Inggris tidak kekurangan

    pakar-pakar sains seperti Herschel, Joseph Black, Davy Faraday, Dalton, Playfair,

    Priestley, Cavendish, dan Brewster, negeri ini kekurangan sistem pendidikan untuk

    melatih ilmuwan profesional atau ilmuwan kelas-dua.

    Revolusi Perancis menyebabkan seluruh universitas dan sekolah yang

    berafiliasi dengan gereja atau pendidikan klasik ditutup, dan diganti dengan sistem

    pendidikan sentralistis baru yang disebut acole centrale. Pada sekolah-sekolah dan

    universitas yang baru dibangun itulah penekanan ditumpukan pada ilmu-ilmu alam

    seperti matematika, fisika dan kimia ketimbang bahasa Latin dan Yunani. Hara-

    pannya, matematika dan fisika dapat menjadi penawar pada prasangka-prasangka

    dan cara pikir lama dan ide-ide demokratis dan rasional dapat dimasukkan ke dalam

    pemikiran mahasiswa.Memang, Revolusi Perancis merupakan upaya untuk

    menerapkan ide-ide Pencerahan pada isu-isu sosial dan politik, tetapi apa yang lebih

    menjadi perhatian kita adalah bahwa para arsitek revolusi itu telah memahami

    secara benar peran utama dan fundamental sains murni sebagai fondasi

    teknologi.Pemenintahan Perancis mendukung dan mengarahkan profesionalisasi

    sains dengan menawarkan kerja kepada ilmuwan kelas-pertama pada sekolah-

    sekolah dan universitas-universitas baru, dengan menyiapkan imbalan untuk

    mendorong penelitian-penelitian yang berharga, dan dengan mengintegrasikan

    pengajaran dan kerja penelitian aktualdua hal di Inggris yang memang

    terpisah.Pendidikan ilmiah dalam artian modern itu tidak ada sebelum cole

    Polytechnique didirikan pada tahun 1794 sebagai sekolah teknologi untuk memenuhi

    kebutuhan praktis Republik tersebut. Sekolah unik ini berisi sains-sains teoretis dan

    praktis dan untuk pertama kalmnya memperkenalkan laboratorium-laboratorium

    penelitian untuk fisika dan kimia, sehingga dapat membangun tradisi baru yang

    penting yang terus berlanjut hingga sekarang.

  • 23

    Di antara para professor cole Polytechnique, adalah ilmuwan terkenal

    Perancis seperti Monge, Fourier, Lagrange, Laplace, Prony, Poinsot dan Berhollet.

    Hal ini menarik banyak mahasiswa-mahasiswa luar negeri seperti Justus Liebig,

    Count Rumford, Alexander von Humboldt, dan Volta datang ke sekolah

    ini.Sentralisasi institusi keilmuan membuktikan dirinya berguna, tetapi ternyata

    dikemudian hari ia menjadi penghalang kemajuan pendidikan ilmiah di Perancis.

    Hal inilah yangmenjadi salah satu sebab Perancis kehilangan kepemimpinannya

    dalam pendidikan ilmiah, kalah oleh Jerman setelah dekade pertama abad kesem-

    bilan belas, terutama setelah Napoleon melakukan militerisasi cole Polytechnique

    dan menyatukannya dengan universitas-universitas lain.

    Sebelum Revolusi Industri, pengelola sekolah di Jerman yang berwawasan

    jauh kedepan menginisiasi pembaruan sekolah-sekolah dengan sistem

    desentralisasihal in karena didukung oleh struktur politiknya, sehingga kompetisi

    sehat antara universitas-universitas dari berbagai negara bagian meningkatkan

    kualitas pendidikan. Universitas-universitas tua agar tidak punah, orang-orang

    Jerman membuka universitas-universitas baru yang menitikberatkan pada ilmu

    alam agar mendukung universitas-universitas tua tersebut. Mereka juga mendirikan

    sekolah-sekolah teknik baru atau Technisches Hochschulen, yang dipolakan

    mengikuti cicole Polytechnique, yaitu untuk memenuhi kebutuhan industri dan

    komersial masyarakat.Orang-orang Jerman memahami peran sentral sains dalam

    teknologi dan untuk menitikberatkan poin tersebut mereka mengajarkan ilmu-ilmu

    alam sekalipun di sekolah-sekolah teknik. Utamanya, kerja penelitian dalam kimia

    dilakukan di laboratoriurn-laboratorium sekolah-sekolah praktis tersebut. Mengenai

    penguasaan ilmu-ilmu alarn, kita juga melihat bahwa terdapat kompetisi yang tajam

    antar universitas dan sekolah -sekolah teknik. Untuk berkompetisi secara efektif

    dengan sekolah-sekolah teknik, universitas-universitas juga mengajarkan aplikasi-

    aplikasi sains.

    Maka tidaklah heran jika Jerman menikmati keunggulannya disebabkan

    penggunaan laboratoriumn-laboratorium penelitian secara efektif di universitas-

    universitas dan sekolah-sekolah teknik. Beberapa ilmuwan seperti Henry Rose,

    Gustav Magnus, dan Purkinje mendirikan laboratorium-laboratoriurn penelitian di

    tempat tinggal mereka. Terutama sekali, laboratoriurn penelitian kimia Justus Liebig

    pada Universitas Giessen mendapatkan reputasi yang luas disebabkan oleh

    pentingnya industri kirnia. Liebig dapat mengilhami dan mendorong antusiasmenya

  • 24

    kepada para rnahasiswa, dan sebagai hasilnya tesis-tesis doktoral pun mulai

    membanjiri laboratoriumnya. Pada gilirannya, rnahasiswa yang dilatih oleh Liebig

    rnenyebarkan pengajaran laboratoriurn tersebut ke banyak ternpat.

    Para ilmuwanprofesional Jerman juga telah mendirikan masyarakat baru

    dan mulai berkumpul di banyak kota setiap tahun dengan dukungan antusias dari

    raja. Masyarakat ini, yang disebut Gesellschaft Deutscher Naturforscher und Artze

    diuruskan semata-rnata oleh para ilmuwan profesional yang telah rnenerbitkan be-

    berapa artikel selain disertasi doktoral mereka, dan para ketua masyarakat ini

    diganti setiap tahun untuk membuat masyarakat tersebut tetap dinarnis. Dengan

    kerja serius mereka para ilmuwan telah rnendapatkan perhatian publik dan

    pernerintah dan rnendapatkan dukungan finansial yang cukup dan berbagai pihak.

    Walaupun mereka rnendapatkan dukungan finansialnya terutarna dan pemerintah,

    rnereka tetap rnenikrnati atrnosfir kebebasan yang luar biasa.

    Dengan kondisi-kondisi yang menguntungkan inilah Jerman mampu men-

    cetak banyak ahli kimia profesional, dengan kata lain, bukan para jenius, tetapi para

    ilrnuwan kelas dua dan tiga yang dapat bekerja dalam laboratorium-laboratorium

    industri. Sejak Inggris kekurangan ilmuwan profesional, Jerman dengan mudah

    mengambil alih kepemimpinan industri pewarnaan (celup) dan untuk pertarna

    kalinya rnernulai teknologi berbasis sains, yaitu pada perrnulaan sains-terapan,

    antara tahun 1858 dan 1862. Para ahli kimia Jerrnan rnengganti celup binatang dan

    tumbuhan dengan substansi-substansi yang diproduksi secara ilrniah. Secara lebih

    khusus, mereka mendapatkan bahan-bahan celup sintetis yang lebih baik dan tar

    batu bara yang diirnport yang kemudian diproses secara kirniawi. Setelah 1870

    Jerman juga menjadi pemimpin dalarn industri-industri listrik, baja, minyak, kimia,

    dan mesin pembakaran internal.

    Dengan mengikuti model Jerman, Amerika Serikat pada akhir abad kesem-

    bilan belas juga memprofesionalisasi sains. Sebagai indikasi dan perkembangan ini,

    maka pada tahun 1890 didirikanlah American Associaton for the Advancement of

    Science, sebagai masyarakat ilmuwan profesional pertarna. Menjelang tahun 1900

    Arnerika Serikat berencana menjadi kekuatan industri dan ekonomi yang penting

    dan, terutama setelah Perang Dunia Kedua, mengambil alih kepemimpinan hampir

    di setiap bidang.

    Dari paparan di atas, Teknologi berbasis sains menjadikan hubungan antara

    universitas, pemerintah dan industri berkembang sangat pesat. Kini para ilmuwan

  • 25

    berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahan ataupun industri-industri,

    dan juga mendapatkan posisi-posisi tinggi pada hampir setiap cabang pemerintahan.

    Misalnya, di Amerika Serikat mereka memberi nasihat kepada Presiden dan Kongres

    tentang isu-isu penting (kebanyakannya bersifat ilmiah).

    Sains betul-betul telah menjadi faktor pembeda utama dalam memisahkan

    periode modern dengan periode pertengahan dan periode kiasik, terutama setelah ia

    betul-betul mempengaruhi teknologi. Namun, kini kita juga menyadari bahwa sains

    itu hanya merupakan instrumen yang diciptakan oleh para filosof dan ilmuwan. De-

    ngan demikian, sains ataupun teknologi berbasis-sains sebagai instrumen buatan

    manusia yang mempunyai keterbatasannya sendiri tidak dapat kita harapkan sebagai

    obat mujarab bagi segala penyakit di dunia yang kini kita hadapi

  • 26

    X. Alquran dan Sains Modern

    a. Mujizat Kebenaran Alquran

    Lebih dari 14 abad yang lalu, Allah menurunkan Al- Qur'an kepada

    Rasulullah Muhammad SAW.Kitab yang berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman

    hidup manusia yang penuh mengandung hikmah, menyeru manusia kepada

    kebenaran dan untuk selalu mentaati nilai/norma/aturan yang termaktub dalam

    kitab tersebut. Kitab ini telah dan akan senantiasa menjadi petunjuk yang

    paripurna bagi manusia sejak diturunkan sampai hari qiyamah (Qur'an, 68:52).

    Alquran memiliki bahasa yang mudah dipahami dan bisa diakses oleh semua

    manusia sepanjang masa (Qur'an, 54:22).Kesempurnaan isi dan bahasa Al-quran

    yang tidak tertandingi ini merupakan bukti kebenaran alquran sebagai

    kalamullah.Mujizat kebenaran Alquran telah diakui luas baik oleh ilmuwan

    muslim (Ulama) maupun yang non muslim / orientalis.

    Beberapa ilmuwan barat orientalis yang menyatakan dan mengakui

    keajaiban alquran diantarnya adalah:

    i. Prof. Bruce Lawrence dalam bukunya: The Quran: A Biography. Atlantic

    Books, p. 8: As tangible signs, Quranic verse are expressive of an

    inexhaustible truth, they signify meaning layered with meaning, light upon

    light, miracle after miracle.

    ii. Hamilton Gibb, 1980. Islam: A Historical Survey, Oxford University Press, p.

    28: the Meccans still demanded of him a miracle, and with remarkable

    boldness and self confidence Mohammad appealed as a supreme

    confirmation of his mission to the Koran itself. Like all Arabs they were the

    connoisseurs of language and rhetoric. Well, then if the Koran were his own

    composition other men could rival it. Let them produce ten verses like it. If

    they could not (and it is obvious that they could not), then let them accept the

    Koran as an outstanding evident miracle, pada kutipan lain: .As a literary

    monument the Koran thus stands by itself, a production unique to the Arabic

    literature, having neither forerunners nor successors in its own idiom.

    Muslims of all ages are united in proclaiming the inimitability not only of its

    contents but also of its style

  • 27

    iii. E H Palmer, as early as 1880, recognized the unique style of the Qur'an. But

    he seems to have been wavering between two thoughts. He writes in the

    Introduction to his translation of the Qur'an: That the best of Arab writers

    has never succeeded in producing anything equal in merit to the Qur'an itself

    is not surprising. In the first place, they have agreed before-hand that it is

    unapproachable, and they have adopted its style as the perfect standard; any

    deviation from it therefore must of necessity be a defect. Again, with them

    this style is not spontaneous as with Muhammad and his contemporaries, but

    is as artificial as though Englishmen should still continue to follow Chaucer

    as their model, in spite of the changes which their language has

    undergone. With the Prophet, the style was natural, and the words were those

    in every-day ordinary life, while with the later Arabic authors the style is

    imitative and the ancient words are introduced as a literary embellishment.

    The natural consequence is that their attempts look laboured and unreal by

    the side of his impromptu and forcible eloquence

    iv. Alfred Guillaume, Islam, 1990 (Reprinted), Penguin Books, pp. 73-74: The

    Quran is one of the world's classics which cannot be translated without grave

    loss. It has a rhythm of peculiar beauty and a cadence that charms the

    ear. Many Christian Arabs speak of its style with warm admiration, and most

    Arabists acknowledge its excellence. When it is read aloud or recited it has an

    almost hypnotic effect that makes the listener indifferent to its sometimes

    strange syntax and its sometimes, to us, repellent content. It is this quality it

    possesses of silencing criticism by the sweet music of its language that has

    given birth to the dogma of its inimitability; indeed it may be affirmed that

    within the literature of the Arabs, wide and fecund as it is both in poetry and

    in elevated prose, there is nothing to compare with it

    v. Paul Casanova : Whenever [Prophet] Muhammad [saas] was asked a

    miracle, as a proof of the authenticity of his mission, he quoted the

    composition of the Qur'an and its incomparable excellence as proof of its

    divine origin. And, in fact, even for those who are non-Muslims nothing is

    more marvellous than its language with such apprehensible plenitude and a

    grasping sonority The ampleness of its syllables with a grandiose cadence

    and with a remarkable rhythm have been of much moment in the conversion

    of the most hostile and the most sceptic (From Paul Casanova's article,

  • 28

    "L'Enseignement de I'Arabe au College de France" [The Arab Teaching at the

    College of France])

    Adapun para ulama telah merangkum berbagai kemujizatan Alquran

    sebagai bukti kebenarannya diantaranya adalah Ibnu Taymiyah, Almawardi, Imam

    Fakhruddin, Al-Zamlakani, Al-Isfahani, Al-Sakaki, dan Syaikh Ali Ashobuniy serta

    ulama-ulama lain, sebagai berikut:

    1. Keindahan sastranya yang sama sekali berbeda dengan keindahan sastra

    yang dimiliki oleh orang-orang Arab

    2. Gaya bahasanya yang unik yang sama sekali berbeda dengan semua gaya

    bahasa yang dimiliki oleh bangsa Arab

    3. Kefasihan bahasanya yang tidak mungkin dapat ditandingi dan dilakukan

    oleh semua makhluk termasuk jenis manusia

    4. Keringkasan lafadz al-Quran, tapi sempurna maknanya

    5. Kesempurnaan syariat yang dibawanya yang mengungguli semua syariat

    dan aturan-aturan lainnya

    6. Menampilkan berita-berita yang bersifat eskatologis yang tidak mungkin

    dapat dijangkau oleh otak manusia kecuali melalui pemberitaan wahyu al-

    Quran itu sendiri

    7. Tidak adanya pertentangan antara konsep-konsep yang dibawakannya

    dengan kenyataan kebenaran hasil penemuan dan penyelidikan ilmu

    pengetahuan

    8. Terpenuhinya setiap janji dan ancaman yang diberitakan al-Quran

    9. Ilmu pengetahuan yang dibawanya mencakup ilmu pengetahuan syariat

    dan ilmu pengetahaun alam (tentang jagat raya).

    10. Menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia

    11. Dapat memberikan pengaruh yang mendalam dan besar pada hati para

    pengikut dan musuh-musuhnya

    12. Susunan kalimat dan gaya bahasanya terpelihara dari paradoksi dan

    kerancuan.

    13. Al-Quran mengumpulkan ilmu-ilmu yang tidak dapat diliputi oleh

    manusia dan tidak dapat berkumpul pada seseorang.

    14. Tidak ada umat yang sanggup menentang al-Quran

    15. Terpelihara keasliannya, sedikit pun tambahan yang disisipkan atau

    pengubahan lafadz-lafadznya dapat diketahui.

  • 29

    16. Al-Quran itu lebih tinggi dari segala martabat pembicaraan. Martabat

    pembicaraan terbagi tiga:

    a. Mantsur yang dapat dibuat oleh segenap manusia.

    b. Syiir yang hanya dapat disusun oleh sebagian manusia

    c. Al-Quran melampaui kedua martabat itu. Martabatnya tidak sanggup

    dicapai oleh golongan a dan b.

    b. Membaca Ayat-Ayat Allah SWT

    Setelah kita mengenal adanya ayat qouliyah dan kauniyah, Lalu bagaimana

    kita membaca ayat-ayat Allah?Kewajiban kita terhadap ayat-ayat qauliyah adalah

    tadabbur (QS Muhammad ayat 24), yaitu dengan membacanya dan berusaha untuk

    memahami dan merenungi makna dan kandungannya.Sedangkan kewajiban kita

    terhadap ayat-ayat kauniyah adalah tafakkur (QS Ali Imran ayat 190 191) dengan

    memperhatikan, merenungi, dan mempelajarinya dengan seksama.Allah telah

    karuniakan kepada kita piranti untuk melakukan dua kewajiban tersebut, yakni

    dengan menggunakan akal pikiran dan hati.

    Adapun tujuan utama dan pertama dalam membaca ayat-ayat Allah adalah

    untuk semakin mengenal Allah (marifatullah). Dengan semakin mengenal Allah

    dengan baik, seorang hamba akan semakin takut, semakin beriman, dan semakin

    bertakwa kepada-Nya. Apakah seseorang membaca ayat-ayat Allah dengan baik,

    dapat terlihat dari beberapa indikator: yakni meningkatnya keimanan (QS Al-

    Anfal: 2), ketakwaan, dan rasa takut kita kepada Allah Subhanahu wa Taala (QS Ali

    Imran: 191).

    Tujuan selanjutnya adalah agar dapat memahami sunnah-sunnah Allah

    (sunnatullah), baik pada manusia dalam bentuk ketentuan syari (taqdir syari)

    maupun pada ciptaan-Nya dalam bentuk ketentuan penciptaan (taqdir

    kauni).Dengan memahami ketentuan syari, kehidupan ini bisa jalankan sesuai

    dengan syariat yang Allah SWT kehendaki, dan dalam hal ini kita bebas untuk

    memilih untuk taat atau ingkar.Namun, apapun pilihan kita, taat atau ingkar,

    memiliki konsekuensinya dan akibat masing-masing.

    Setelah memahami ketentuan penciptaan, baik itu mengenai alam maupun

    sejarah dan ihwal manusia, kita bisa memanfaatkan alam dan sarana-sarana

    kehidupan untuk kemakmuran bumi dan kesejahteraan umat manusia. Dengan

  • 30

    pemahaman yang baik mengenai ketentuan tersebut, kita akan mampu mengelola

    kehidupan dengan ihsan tanpa melakukan perusakan.

    Perpaduan antara taddabur ayat qouliyah dan tafakkur ayat kauniyah

    semakin menguatkan bukti bahwa Al Quran sebagai mukjizat terbesar yang

    diturunkan oleh Allah kepada manusia.Tadabbur dan tafakkur ayat-ayat qouliyah

    yang termaktub di dalam alquran yang mengindikasikan ilmu pengetahuan/sains

    menunjukkan adanya kesesuaian dengan bukti-bukti ilmiah empiris yang dicapai

    oleh IPTEK modern. Ayat-ayat Al Quran yang diturunkan di abad ke 7 masehi di

    mana ilmu pengetahuan belum berkembang, sangat sesuai dengan ilmu

    pengetahuan modern yang dicapai oleh manusiadi abad 20-21 ini.

    Namun sebagai bekal untuk memahami ayat-ayat qouliyahdalam Al Quran

    yang berhubungan dengan sains perlu memperhatikan beberapa catatan penting

    berikut ini:

    1. Al Quran bukanlah kitab sains dan teknologi. Ia adalah kitab

    Hidayah(petunjuk) bagi manusia untuk mencapai tujuan penciptaannya

    terkhusus bagi orang-orang yang beriman. Sebagian besar Al

    Quranmengandung ajaran Tauhid (keesaan Allah), Ibadah, Syariah dan

    Akhlak disamping ilmu pengetahuan.

    2. Beberapa ayat Al Quran memberikan Isyarat Ilmiah yang telah

    terbuktikebenarannya oleh sains modern Abad 20/21.Hal in menunjukkan

    bukti/dalil terbesar akan kebenaran Al Quran sebagai kalamullah yang

    mengandung mukjizat Sains/Ilmiah.

    3. Dalam memahami ayat yang mengandung isyarat sains tidak cukup hanya

    dengan membaca Al Quran dan tafsirnya.Ungkapan Al Quran masih bersifat

    global dan tidak terperinci, mengingat poin nomor 1 (satu) bahwa Alquran

    bukan kitab sains dan teknologi.Sumber-sumber ilmiah lain yang lebih rinci

    bisa digunakan sebagai rujukan untuk menjelaskan dan memahami ayat-ayat

    tersebut.

    4. Kebenaran mutlak/absolut hasil penemuan Ilmiah modern akan selalu

    kompatibel dengan kebenaran mutlak tentang sains yang disebutkan Al

    Quran. Penemuan ilmiyah yang masih diragukan yang bertentangan dengan

    Alquran tidak bisa digunakan untuk menolak kebenarannya.termasukayat Al

    quran yang masih diperselisihkan maksudnya (dzonniyyud dalalah) tidak

  • 31

    bisa dijadikan dalil bagi penemuan ilmiyah yang masih diragukan.

    5. Ayat-ayat sains menunjukkan kebenaranayat Allah saw : Kami akan

    memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala

    wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa

    Al Quran itu adalah benar. (QS. Fushshilat : 53). Ayat ini adalah ajakan

    untuk beriman, berpengetahuan dan beramal serta dapat digunakan sebagai

    sarana untuk berdakwah di kalangan para scientistdi manapun berada.

    XI. Alquran dan Sains Modern:

    Berikut adalah ayat-ayat Alquan yang mengandung isyarat sains yang kompatibel

    dengan sains modern dan penjelasannya secara ringkas:

    a. Penciptaan dan Konsepsi tentang Alam Semesta

    Dalam hal penciptaan alam semesta dan segala isinya, Allah SWT mengajak

    manusia untuk berpikir menggunakan akalnya, sebagaimana dalam QS. Ath-

    Thur:35-36:

    (35) "Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun, yang menciptakan

    mereka (terjadi begitu saja)?, ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka

    sendiri)? (36) "Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya

    mereka tidak menyakini (apa yang mereka katakan)."

    Dua ayat tersebut mengajak manusia untuk menggunkan nalarnya serta menjelaskan

    bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini asala keberadaannya ada beberapa

    kemungkinan:

    1. Diciptakan atau tiba-tiba muncul dan ada begitu saja (out of nothing)

    2. Menciptakan diri sendiri (self created)

    3. Diciptakan oleh sesuatu yang diciptakan juga

    4. Diciptakan oleh Dzat yang tidak dicipta.

    Dari keempat macam konsep tersebut, berdasarkan argumen filosofis dan sains

    modern maka kemungkinan keempatlah yang paling rasional (Hamza Tzortzis). Hal

  • 32

    ini sejak awal sudah dinyatakan dalam alquran bahwa Asal mula alam semesta

    digambarkan dalam ayat berikut:

    "Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)

    Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu

    pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa

    keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada

    sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini,

    yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15

    milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan

    satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang

    merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan

    mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi

    ada.

    Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi

    ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya

    mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini,

    yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al

    Qur'an 1.400 tahun lalu.

    Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan

    NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang.

    Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan

    penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.

    Adapun tentang konsepsi alam semesta, Isac Newton seorang ahli fisika

    beranggapan bahwa jagad raya ini tidak terbatas dan besarnya tak terhingga; Sebab

    kalau ia terbatas, bintang dan galaksi yang ada di tepi akan merasakan gaya tarik

    gravitasi dari satu sisi saja, yaitu kearah pusat alam semesta, sehingga lama

    kelamaan benda-benda langit itu akan mengumpul di sekitar pusat tersebut. Karena

    kecenderungan semacam itu tidak pernah tampak pada pengamatan, maka orang

    berkesimpulan bahwa alam ini tidak terbatas.

    Tidak hanya itu saja konsepsinya; alam menurut para pakar fisika tidak

    hanya tak berhingga besarnya dan tak berbatas, tetapi juga tidak berubah

    keadaannya sejak waktu tak terhingga lamanya yang telah lampau sampai waktu tak

  • 33

    terhingga lamanya yang akan datang. Sebab menurut pengalaman para fisikawan di

    laboratorium, materi itu kekal adanya. Apapun reaksi yang dialaminya, kimia atau

    fisis, massanya tak pernah hilang atau paling akan berubah menjadi energi yang

    setara. Dengan konsep bahwa alam ini kekal, astrofisika tidak mengakui adanya

    penciptaan alam.Sudah barang tentu gagasan semacam itu tidak sesuai dengan

    ajaran Islam sebagaimana ia terkandung dalam al-Quran yang mengatakan bahwa

    Allahlah Yang Qadim dan Dia jualah Yang Baqa.

    Newton melontarkan konsepsi tersebut pada akhir abad ke-17, kemudian

    Lavoiser sekitar akhir abad ke-18 menegaskan kekekalan massa, dan diperluas oleh

    Einstein dalam abad ke- 20 ini menjadi kekekalan massa dan energi atau secara

    singkat kekekalan materi. Dari prinsir-prinsip dasar Einstein membuat suatu

    perumusan matematis yang ia harapkan akan dapat melukiskan alam yang sesuai

    dengan pengertian para ilmuwan pada waktu itu, namun Friedman mengungkapkan

    bahwa model ini tidak melukiskan alam yang statis yang menjadi konsensus para

    astronom-kosmolog pada waktu itu, melainkan jagad raya yang dinamis. Model ini

    kemudian dikenal sebagai model Friedman. Hal ini tidak berkenan di hati Einstein

    dan dengan kecewa ia mengadakan perubahan pada perumusannya dengan

    menambahkan bilangan konstan padanya, sehingga hasilnya cocok menurut

    seleranya, ia ternyata melukiskan alam yang statis. Padahal alam semesta yang

    dilukiskannya bukan alam yang ada menurut ajaran Islam, yakni yang diciptakan

    pada suatu waktu dan akan ditiadakan pada saat yang lain, melainkan alam

    semesta yang tidak pernah diciptakan, yang qadim dan kekal, sesuai dengan

    konsensus yang didasarkan pada kesimpulan yang rasional sebagai hasil analisis

    yang kritis terhadap berbagai data yang diperoleh dari pengukuran dan pengamatan.

    Pada tahap itu, fisika mempunyai konsepsi yang bertentangan dengan agama Islam.

    Meskipun al-Quran diturunkan sekitar 14 abad yang lalu, yang mengandung

    uraian garis besar tentang penciptaan alam semesta, namun umat yang awam tidak

    mengetahui maknanya secara jelas, sebab rincian dari skenario kejadian itu terdapat

    dalam al-Kaun sebagai ayatullah yang harus dibaca, dan Umat Islam tidak mampu

    membacanya karena fisika dan sains pada umumnya telah dilepaskannya enam abad

    yang lalu. Sehingga kita menjadi bodoh dalam membaca ayat-ayat kauniyah.

    Pada tahun 1929 terjadi peristiwa penting yang menjadi awal pergeseran

    pandangan di lingkungan para ahli tentang penciptaan alam, yang mengubah

    secara radikal konsepsi para fisikawan mengenai munculnya jagad raya. Sebab pada

  • 34

    tahun itu, Hubble mempergunakan teropong bintang terbesar di dunia melihat

    galaksi-galaksi disekeliling kita, yang menurut analisis spektrum cahaya yang

    dipancarkannya menjauhi kita dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya

    dari bumi, yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan kita.Kejadian ini

    merupakan pukulan berat bagi Einstein, karena observasi Hubble itu menunjukkan

    bahwa alam kita ini tidak statis, melainkan merupakan alam yang dinamis seperti

    model yang dikemukakan oleh Friedman.Karena observasi Hubble ini mendorong

    para ilmuwan untuk berkesimpulan bahwa alam yang kita huni ini mengembang,

    volume ruang jagad raya ini bertambah besar setiap saat.Sehingga timbul teori

    universum berekspansi.Dari perhitungan mengenai perbandingan jarak dan

    kelajuan gerak masing-masing galaksi yang teramati, para fisikawan-astronom

    menarik kesimpulan bahwa semua galaksi di jagad raya ini semula bersatu padu

    dengan galaksi kita yaitu Bimasakti, kira-kira 12 milyar tahun yang lalu.Gamow,

    Alpher dan Herman mengatakan bahwa pada saat itu terjadi ledakan yang maha

    dahsyat yang melemparkan materi seluruh jagad raya ke semua arah, yang kemudian

    membentuk bintang-bintang dan galaksi. Karena tidak mungkin materi seluruh alam

    itu berkumpul disuatu tempat dalam ruang alam tanpa meremas diri dengan gaya

    gravitasi yangsangat kuat, hingga volumenya mengecil menjadi titik, maka

    disimpulkan kemudian bahwa dentuman besar (big bang) itu terjadi ketika seluruh

    materi kosmos kejuar dengan kerapatan yang sangat besar dan suhu yang sangat

    tinggi dari volume yang sangat kecil. Alam semesta lahir dari singularitas fesis

    dengan keadaan ekstrim. Nyata disini bahwa akhirnya fisika mengakui bahwa semua

    alam tiada, tetapi kemudian sekitar 12 milyar tahun yang lalu tercipta dari ketiadaan,

    sebab fakta dari hasil observasi yang menelorkan kesimpulan itu tidak dapat

    disangkal.

    Kalau kita bandingkan konsep fisika tentang penciptaan alam semesta itu

    dengan ajaran al-Quran, kita dapatkan dalam surat al-Anbiya (21) ayat 30:

    Dan tidaklah orang-orang kafir itu mengetahui bahwa langit (ruang alam)

    dari bumi (materi alam) itu dahulu sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan

  • 35

    keduanya itu. (Q.s. al-Anbiya: 30)

    Keterpaduan ruang dan materi yang dinyatakan pada ayat di atas, hanya

    dapat kita fahami jika keduanya berada disuatu titik, titik singularitas yang

    merupakan volume yang berisi seluruh materi. Sedangkan pemisahan mereka terjadi

    dalam suatu ledakan dahsyat atau dentuman besar yang melontarkan materi

    keseluruh penjuru ruang alam yang berkembang dengan Sangat cepat sehingga

    tercipta universum yang berekspans. Selanjutnya, mengenai ekspansi alam

    semesta ini yang menaburkan materi paling tidak sebanyak 100 milyar galaksi yang

    masing-masing berisi rata-rata 100 milyar bintang, kitab suci al-Quran mengatakan

    dalam surat adz-Dzariyat (51) ayat 47 yaitu:

    Dan langit (ruang alam) itu Kami bangun dengan kekuatan dan Kamilah

    sesungguhnya yang melakukannya. (Q.S. adz- Dzariyat: 47)

    Kekuatan yang terlibat dalam pembangunan alam ini, dan yang mampu

    melemparkan kira-kira 10.000 milyar-milyar bintang yang masing-masing masanya

    sekitar massa matahari keseluruh pelosok alam itu, tentu saja tidak dapat kita

    bayangkan; yang timbul dari ucapan dan fikiran seorang mukmin hanyalah ucapan

    pengagungan kepada Allah SWT. Dari perbandingan semacam ini dapat kita

    ketahui bahwa pada akhirnya, fisika, yang dikembangkan untuk mencari kebenaran,

    sampai juga pada fakta yang: ditunjukkan oleh al-Quran.

    b. Hidrologi: Siklus Air

    Dari hasil observasi dan penelitian yang berulang-ulang bahwa siklus

    hidrologi atau sirkulasi air (hydrologic Cycle) dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • 36

    Gambar Siklus Hidrologi (sumber: id.wikipedia.org)

    Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang terjadi akibat radiasi/panas

    matahari, sehingga air yang berada di laut, sungai, danau dan tanah mengalami

    penguapan ke udara (evaporation), dan juga air pada tumbuh-tumbuhan mengalami

    penguapan ke udara (transpiration), sehingga dikenal sebagai evapotrans-piration,

    lalu uap air tersebut pada ketinggian tertentu menjadi dingin dan terkondensasi

    menjadi awan. Akibat angin, berkumpulah awan dengan ukuran tertentu dan

    terbentuk awan hujan, karena pengarah berat dan gravitasi kemudian terjadilah

    hujan (presipitation). Beberapa air hujan ada yang mengalir di atas permukaan,

    tanah sebagai aliran limpasan (overland flow) dan ada yang terserap ke dalam tanah

    (infiltration). Aliran limpasan selanjutnya dapat mengisi tampungan-cekungan

    (depression storage). Apabila tampungan ini telah terpenuhi, air akan menjadi

    limpasan permukaan (surface runoff) yang selanjutnya mengalir ke laut. Sedangkan

    air yang terinfiltrasi, bila keadaan formasi geologi memungkinkan, sebagian dapat

    mengalir lateral dilapisan tidak kenyang air (unsaturated Zone) sebagai aliran

    antara (subsurface flow/inter flow). Sebagian yang lain mengalir vertikal yang

    disebut dengan perkolasi (percolation) yang akan mencapai lapisan kenyang air

    (saturated zone/aquifer). Air dalam akifer ini akan mengalir sebagai air tanah

    (ground water flow/ base flow) ke sungai atau ketampungan dalam (deep storage).

    Siklus hidrologi ini terjadi terus menerus atau berulang-ulang dan tidak terputus.

    Pada penjelasan fenomena kauniyah, dapat kita tarik kesimpulan bahwa

    siklus hidrologi memiliki 4 (empat) macam proses yang saling berkaitan, yaitu:

    a. Hujan/presipitasi

    b. Penguapan/emporasi

  • 37

    c. Infiltrasi dan perkolasi (peresapan)

    d. Limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan air tanah

    (subsurfacerzrnoff).

    Isyarat adanya fenomena siklus hidrologiterdapat diQS An-Nur (24):43, yakni:

    Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkannya antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakannya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkanNya dari siapa yang dikehendaki-Nya, Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatannya.(Q.S. an-Nuur: 43)

    Pada ayat di atas, menunjukkan adanya dua proses inti yang sedang

    berlangsung dan merupakan bagian dari proses siklus hidrologi. Kedua proses itu,

    yaitu proses penguapan (evaparasi) yang ditunjukkan dengan kata awan dan

    proses hujan (presipitasi) yang berupa keluarnya air dan butiran es dari awan.

    Dimana awan adalah massa uap air yang terkumpul akibat penguapan dan kondisi

    atmosfir tertentu. Menurut Prof. Sri Harto (2000) seorang pakar hidrologi, awan

    dalam keadaan ini yang kalau masih mempunyai butir-butir air berdiameter lebih

    kecil dari 1 mm masih akan melayang-layang di udara karena berat butir-butir

    tersebut masih lebih kecil daripada gaya tekanke atas udara. Sehingga pada kondisi

    ini awan masih bisa bergerak terbawa angin, kemudian berkumpul menjadi banyak

    dan bertindih-tindih (bercampur), dalam ayat lain awan menjadi bergumpal-gumpal

    seperti pada surat ar Rum (30) ayat 48:

    Allah, Dia-lah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjauhkannya bergumpal-gumpal. Lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki Nya tiba-iba mereka menjadi gembira. (Q.s. ar-Ruum:48)

    Demikian jelaslah bahwa dengan terbawanya awan oleh pergerakkan angin,

    maka awan akan terkumpul menjadi banyak dan bergumpal-gumpal. Akibat

    berbagai sebab klimatologis seperti pengaruh kondensasi, awan tersebut dapat

    menjadi awan yang potensial menimbulkan hujan, yang biasanya menurut Sri Harto

  • 38

    (2000) terjadi bila butir-butir berdiameter lebih besar daripada 1 mm. Sehingga

    pada ayat di atas hujan keluar dari celah-celahnya awan, maksudnya secara ilmiah

    hujan turun tidak seperti menggelontornya air, melainka