hubungan antara coping stress (pfc&efc) dengan tingkat ......i hubungan antara coping stress...

31
i HUBUNGAN ANTARA COPING STRESS (PFC&EFC) DENGAN TINGKAT STRESS PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI OLEH: IKA RATNA WULANDARI 802010053 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    HUBUNGAN ANTARA COPING STRESS (PFC&EFC) DENGAN TINGKAT

    STRESS PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI

    OLEH:

    IKA RATNA WULANDARI

    802010053

    TUGAS AKHIR

    Diajukan kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

    Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2015

  • ii

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Coping Stress (PFC

    &EFC) dengan Tingkat Stress pada mahasiswa UKSW.

    Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui coping stress PFC atau EFC yang lebih

    banyak digunakan oleh subjek penelitian. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

    adalah ada korelasi yang signifikan antara Coping Stress (PFC &EFC) dengan Tingkat

    Stress pada mahasiswa.

    Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas

    Kristen Satya Wacana Salatiga, baik laki-laki maupun perempuan, yang sedang

    mengerjakan skripsi (yang masa studinya lebih dari 4 tahun) Subjek penelitian secara

    keseluruhan berjumlah 83 mahasiswa. Pengambilan sampel menggunakan metode

    purposive sampling .

    Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan Korelasi Person Product Moment

    menunjukkan korelasi antara Coping Stres EFC (emotion focus coping) dengan Stres

    diperoleh hasil r = 0.892 dengan sig = 0.000 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang

    signifikan antara EFC (emotion focus coping) dengan Stres serta koefisien korelasi antara

    Coping Stres PFC (problem focus coping) dengan Stres adalah r = 0.880 dengan sig = 0.000

    yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara PFC (problem focus coping)

    dengan stres. Hal tersebut membuhktikan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan

    positif antara Coping Stress (PFC &EFC) dengan Tingkat Stress pada mahasiswa dapat

    diterima.

    Kata Kunci : Emotion Focus Coping (EFC), Problem Focus Coping (PFC), Stres.

  • iii

    Abstract

    This researh is intend to find out relation between Coping Stress (PFC & EFC) and Stress

    level on student at UKSW

    Beside that, this research is intend to find out wich coping stress PFC or EFC is usually

    used by research subject. The hypothesis is there is significant relation between Coping

    Stress (PFC & EFC) and Stress level on student.

    The subject of this research is the students of Information Technology Faculty at Satya

    Wacana University Salatiga. The subject is male or female student wich still on thesis (

    more than 4 years study). The subject is 83 students. Sampling using Purposive sampling

    method.

    Hypothesis result wich using korelasi person product moment shows relation between

    coping stress EFC (Emotion Focus Coping) alasysis is r = 0.892 and sig = 0.000 wich

    mean there is significant relation between EFC (Emotion Focus Coping) with stress also

    coefficient relation between Coping stress PFC (Problem Focus Coping) and stress is r =

    0.880 and sig = 0.000 wich mean there is significant relation between PFC (Problem

    Focus Coping) with stress. By that result the hypothesis wich tell there is positive relation

    between coping stress with stress level on student is acceptable.

    Key Word : Emotion Focus Coping (EFC), Problem Focus Coping (PFC), Stress.

  • 1

    Latar Belakang

    Di era teknologi dan globalisasi ini seseorang dituntut untuk selalu dapat

    meningkatkan kemampuan dan keahliannya secara profesional agar dapat menyesuaikan

    diri dalam persaingan dunia global. Salah satunya dalam hal pendidikan, karena pendidikan

    merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Seperti yang kita

    ketahui bahwa suatu pendidikan yang baik tentunya akan mencetak Sumber Daya Manusia

    yang berkualitas.

    Disiplin, kreativitas, dan dimilikinya etos kerja yang tinggi (dalam Nadjmun, 1998)

    kesuksesan seseorang. Seseorang dikatakan mempunyai kualitas sumber daya manusia

    yang tinggi jika dapat menunjukkan karakteristik tersebut.

    Sehubungan dengan manusia yang berkualitas ditinjau dari segi pendidikan maka

    mahasiswa mempunyai kewajiban untuk membuat skripsi atau tugas akhir. Penulisan

    skripsi merupakan syarat seorang mahasiswa untuk mendapatkan gelar kesarjanaan

    khususnya untuk gelar S -1. Skripsi merupakan laporan riset atau sering disebut sebagai

    laporan penelitian. (Derry & Jubilee, 2006). Karya ilmiah ini ditulis sebagai hasil kegiatan

    akademik berupa penelitian ilmiah yang dapat berbentuk penelitian experimental, teoritis,

    analisis komputasi, penelitian pustaka dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan sebagai latihan

    bagi para mahasiswa untuk menuangkan hasil kegiatan penelitian dalam suatu karya tulis

    secara sistematis dan metodologis. (Prayoto, 1991)

    Berdasarkan wawancara dengan beberapa mahasiswa, dalam mengerjakan skripsi

    mahasiswa mengalami beberapa kesulitan seperti menentukan judul skripsi, malas merevisi

    skripsi, kesulitan menuangkan ide kedalam tulisan atau kata-kata, mencari bahan atau

  • 2

    jurnal, dosen pembimbing yang sulit ditemui, serta waktu yang dimiliki untuk mengerjakan

    skripsi. Kesulitan-kesulitan ini memicu timbulnya stress pada mahasiswa yang sedang

    mengerjakan skripsi tersebut. Hasil wawancara tersebut didukung oleh penelitian yang

    dilakukan oleh Nooreza (2011), yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan

    stres dalam pengerjaan skripsi adalah pengambilan data yang sulit, pencarian literatur yang

    terlalu banyak, pengolahatan data yang memakan banyak waktu, sulit mendapatkan subyek,

    dan lain-lain.

    Keadaan-keadaan yang timbul diatas dapat secara langsung maupun tidak langsung

    berpengaruh dalam pengerjaan skripsi karena saat stres tubuh individu akan mengaktifkan

    respon melawan dan menghindar yang akibatnya individu akan mengeluarkan banyak

    energi yang dapat menyebabkan keletihan baik secara mental maupun fisik dan biasanya

    keadaan ini akan ditandai dengan adanya penurunan produktivitas, sulit berkonsentrasi,

    rentang perhatian yang berkurang, kemampuan individu untuk mengingat informasi

    menjadi sangat terbatas dan pengambilan keputusan yang terpengaruh (Somerville,2003).

    Stress ataupun perasaan tertekan yang timbul pada mahasiswa akibat menunda

    mengerjakan tugas, mencari referensi ataupun belajar ketika akan mendekati ujian dapat

    diatasi dengan strategi yang dinamakan coping (Atkinson dkk, 2001). Coping yang

    dilakukan tiap mahasiswa berbeda-beda. Ada yang menggunakan problem focused coping

    (PFC) , dilakukan dengan cara menghadapi masalah yang menjadi penyebab timbulnya

    stress secara langsung dan ada juga yang menggunakan emotion focused coping (EFC)

    lebih mengarah pada usaha untuk mempertahankan keseimbangan afeksinya dengan

    mengatur respon emosional terhadap stressor agar mahasiswa tersebut merasa lebih baik.

  • 3

    Pemilihan strategi coping ini akan dipengaruhi oleh bentuk permasalahan yang

    dihadapi dan siapa yang mempunyai permasalahan, karena setiap orang mempunyai tingkat

    ketahanan stres yang berbeda-beda.

    Menurut Cohen dan Lazarus (dalam Folkman 1984), tujuan melakukan coping adalah

    untuk mengurangi hal-hal yang membahayakan dari situasi dan kondisi lingkungan,

    meningkatkan kemungkinan untuk pulih, menyesuaikan diri terhadap kejadian-kejadian

    negatif yang dijumpai dalam kehidupan nyata, mempertahankan keseimbangan emosional,

    meneruskan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, serta mempertahankan citra

    diri positif. Pada akhirnya harapan individu melakukan coping adalah untuk menghasilkan

    sesuatu yang baik dan lebih produktif. Coping tidak dapat dikatakan sesuai atau tidak

    sesuai, salah atau benar, baik atau buruk karena suatu strategi mungkin efektif pada situasi

    tertentu tetapi tidak pada situasi lain. Demikian pula efektivitas coping ditentukan oleh

    bagaimana tuntutan internal dan eksternal terhadap situasi tersebut.

    Individu cenderung untuk menggunakan problem focused coping dalam menghadapi

    masalah-masalah yang menurut individu tesebut dapat dikontrolnya. Sebaliknya, individu

    cenderung menggunakan emotion focused coping dalam menghadapi masalah-masalah

    yang menurutnya sulit untuk dikontrol (Lazarus & Folkman, 1984).

    Kemungkinan ada hubungannya antara lamanya mahasiswa mengerjakan skripsi

    dengan pemilihan coping stress yang mereka gunakan, dapat dilihat pada mahasiswa

    Fakultas Pendidikan TI dan Ilmu Komputer (UKSW). Berdasarkan data dari Biro

    Administrasi Akademik UKSW pada Mei 2014, mahasiswa Fakultas pendidikan TI dan

    Ilmu Komputer yang terdaftar aktif kuliah pada tahun 2013-2014 dengan masa studi lebih

    dari lima tahun sebanyak 518 mahasiswa, dan jumlah kelulusan pada tahun 2013 dan 2014

  • 4

    hanya berjumlah 3 orang mahasiswa, dari data yang di dapat tersebut sebagian besar

    mahasiswa merasa tidak sanggup mengerjakan skripsi yang sedang mereka jalani, mereka

    lebih memilih untuk melupakan hal yang berhubungan dengan skripsi dan mencoba untuk

    menenagkan pikiran dan hati mereka dengan melakukan hal lain, bahkan ada juga yang

    tidak menghiraukan skripsinya lagi.

    Penelitian lain adalah penelitian Munawaroh (2001) dalam penelitiannya

    menyimpulkan bahwa strategi EFC sebesar 55,16%, strategi Coping Stress PFC yang

    digunakan Coping Stress melalui 41,5% mahasiswa yang menyusun skripsi dan strategi

    MALC sebesar 17,76%. Yaitu strategi EFC lebih banyak digunakan sebesar 32,78%.

    Penelitian Munawaroh bertentangan dengan penelitian Sinaga (2005) yang

    menyimpulkan bahwa mahasiswa yang mengalami stress akibat kesulitan dalam

    penyusunan skripsi sebanyak 84,3% melaukan Coping Stress dengan problem focused

    coping (PFC) dengan mempelajari cara yang baru dan 15,7% Coping Stress melalui

    emotional focused coping (EFC) bahwa perilaku yang cenderung mengatur emosi berkaitan

    dengan situasi kejadian. Yaitu strategi PFC lebih banyak digunakan sebesr 59,03% .

    Oleh karena itu, dari fenomena yang telah dijelaskan dan dari wawancara yang telah

    dilakukan, penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan antara Coping Stress (PFC dan EFC)

    dengan Tingkat Stress pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Fakultas

    Pendidikan TI dan Ilmu Komputer Universitas Kristen Satya Wacana”.

  • 5

    Hipotesis

    Ho : - Tidak ada korelasi antara PFC (Problem Focused Coping) dengan Tingkat Stress

    Mahasiswa Skripsi

    - Tidak ada korelasi antara EFC (Emotion Focused Coping) dengan Tingkat Stress

    Mahasiswa Skripsi

    Hi : - Ada korelasi antara PFC (Problem Focused Coping) dengan Tingkat Stress

    Mahasiswa Skripsi

    - Ada korelasi antara EFC (Emotion Focused Coping) dengan Tingkat Stress

    Mahasiswa Skripsi

    Tinjauan Pustaka

    Pengertian Stress

    Menurut Lazarus dan Folkman (1986) stres adalah keadaan internal yang dapat

    diakibatkan oleh tuntunan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai

    memiliki potensi membahayakan dan tidak terkendali. Sementara itu, McGrath dan

    Wedford (1997) menjelaskan stres sebagai kondisi fisik dan psikologis suatu organisme

    yang berada di ambang batas kekuatan adaptifya.

    Menurut Lazarus dan Folkman (1986) stres memiliki tiga bentuk yaitu :

    1) Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang

    menimbulkan stres atau disebut juga stressor

    2) Respon, stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang

    muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat

    secara psikologis, seperti jantung berdebar, gemetar, pusing, takut, dan cemas.

  • 6

    3) Proses yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara

    aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun

    afeksi.

    Hambatan Penyusunan Skripsi dan Aspek Stres Dalam Penyusunan Skripsi

    Kemampuan dasar mahasiswa yang kurang, intensitas bimbingan oleh pembimbing

    yang kurang, birokrasi penelitian, kebijakan lembaga, keterbatasan fasilitas dapat menjadi

    faktor penghambat dalam proses pengerjaan skripsi (Pranata, 2005).

    Stres menurut Lazarus (1994) adalah keadaan yang dihasilkan oleh perubahan

    lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak

    keseimbangan kehidupan sesorang. Potter & Perry (2002) mengatakan bahwa stres

    disebabkan oleh banyak faktor yang disebut stressor. Stressor merupakan stimulus yang

    mengawali atau mencetuskan perubahan dan menunjukan suatu kebutuhan yang tidak

    terpenuhi yang berkaitan dengan kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan,

    perkembangan, spiritual, atau kebutuhan kultural.

    Terdapat empat aspek stres menurut Hardjana (1994) yaitu :

    a) Aspek biologis

    Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami mahasiswa

    seperti sakit kepala, sakit punggung, gangguan tidur, gangguan pencernaan, gangguan

    makan dan gangguan kulit.

    b) Aspek intelektual

    Kondisi stres dapat mengganggu proses berpikir mahasiswa. Gangguan proses berpikir

    cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian dan konsentrasi, sulit membuat

    keputusan, produktivitas menurun, kehilangan rasa humor, mutu kerja rendah.

  • 7

    c) Aspek emosional

    Kondisi stres yang mengganggu kestabilan emosi individu. Mahasiswa yang mengalami

    stres akan menunjukan gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala

    sesuatu, gugup, muda tersinggung, gelisah, harga diri rendah, gampang menyerang orang,

    merasa sedih dan depresi.

    d) Aspek interpersonal

    Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku mahasiswa sehari-hari sehingga

    menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal seperti mendiamkan orang lain,

    senang mencari kesalahan orang lain, menutup diri secara berlebihan, dan kehilangan ras

    percacaya diri.

    Coping Stress

    Menurut Giller (Anam, 2005, h.116) bahwa terjadinya efek atau pengaruh dari

    pengalaman traumatik merupakan hasil dari kemampuan individu dalam mengatasi atau

    mengelola stres. Saat stres dapat ditangani dengan baik dan efektif, maka akan membuat

    individu tersebut dapat bertahan dan tidak larut dalam masalah yang dihadapinya sehingga

    dapat meminimalkan efek untuk terjadinya gangguan psikologis yang lebih parah.

    Sebaliknya, apabila stres yang dialami tidak ditangani dengan baik maka akan memicu

    untuk terjadinya gangguan. Metode yang dapat digunakan untuk mengatasi atau mengelola

    stres sangat bervariasi, salah satunya adalah coping. Lazarus (Garmezy dan Rutter, 1983,

    h.15) menjelaskan bahwa coping adalah suatu usaha individu yang berorientasi pada

    tindakan untuk mengendalikan, menguasai, menerima, mengurangi dan memperkecil

    kemungkinan pengaruh lingkungan terhadap tuntutan internal dan konflik-konflik yang

    telah melampaui kemampuan individu tersebut.

  • 8

    Menurut Erikson (Newman, 1981, h.18), coping adalah usaha aktif individu untuk

    mengatasi stres dan menciptakan cara baru dalam menghadapi situasi baru dalam setiap

    tahap perkembangan. Coping juga merupakan usaha individu untuk mengurangi stres atau

    tekanan perasaan yang terjadi karena hal-hal atau masalah-masalah yang tidak terpecahkan

    (Shin dkk, 1984, h.864). Lazarus dan Folkman (Smet, 1994, h. 143) menggambarkan

    coping sebagai suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada

    antara tuntutan-tuntutan, baik itu yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal

    dari lingkungan dengan sumber-sumber daya yang korban gunakan dalam menghadapi

    situasi yang penuh stres.

    Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa copingadalah usaha individu untuk

    mengelola tuntutan (baik tuntutan yang berasal dari dalam individu maupun dari

    lingkungan) dengan cara mengendalikan, menguasai, menerima, memperkecil atau

    mengembangkan emosi dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan.

    Jenis-Jenis Coping Stress

    Lazarus dan Folkman (1984) mengungkapkan terdapat dua jenis coping stres yaitu:

    1. Problem-Solving Focused Coping

    Dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk

    menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres sebagai berikut:

    a) Planful Problem Solving, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan

    menghilangkan dan mengatasi stres, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati,

    bertahap dan analitis.

  • 9

    b) Confrontative coping, individu mengambil tindakan asertif yang sering melibatkan

    kemarahan atau mengambil resiko untuk merubah situasi.

    c) Seeking Social Support, yaitu usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap

    menekan dengan cara hati-hati, bertahap dan analitis. Pada mekanisme ini individu tidak

    menggunakan unsur emosional dalam menghadapi masalah melainkan melakukan analisa.

    2. Emotion-Focused Coping

    Dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka

    menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi

    yang penuh tekanan sebagai berikut:

    a) Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang

    dilakukan individu dalam menghadapi masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial

    pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.

    b) Positive Reinterpretation,respon dari suatu individu dengan cara merubah dan

    mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif dari

    sebuah masalah (hikmah).

    c) Acceptance,berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah,

    karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan

    masalahnya.

    d) Denial (avoidance),pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha

    menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah yang ada pada dirinya.

    Individu menggunakan kedua strategi tersebut untuk mengatasi berbagai masalah

    yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari.

  • 10

    Faktor yang menentukan coping mana yang paling banyak atau sering digunakan

    sangat tergantung pada individu itu sendiri dan sejauh mana tingkat stres dari suatu kondisi

    atau masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung menggunakan PFC dalam

    menghadapai masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah yang

    berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan, sebaliknya ia akan cenderung menggunakan

    EFC ketika dihadapkan pada masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah yang

    berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat seperti kanker. Cara individu

    menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang

    meliputi kesehatan fisik/energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial

    dan dukungan sosial dan materi (Lazarus & Folkman, 1984).

    Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Coping Stress

    1. Kesehatan Fisik. Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam

    usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar

    2. Keyakinan atau pandangan positif. Keyakinan menjadi sumber daya psikologis

    yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib yang mengerahkan individu pada

    penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi

    coping tipe : PFC

    3. Keterampilan Memecahkan masalah. Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk

    mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk

    menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut

    sehubungan dengan hasil yang ingindicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana

    dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

  • 11

    4. Dukungan sosial. Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan

    informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga

    lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya

    5. Materi . Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau

    layanan yang biasanya dapat dibeli.

    Menurut Lazarrus dan Folkman (1984) Strategi coping menunjuk pada berbagai

    upaya, baik mental maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau

    minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Dengan perkataan lain

    strategi coping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menanggani dan

    menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan

    cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam

    dirinya. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut

    untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan

    sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984).

    Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan

    sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauh mana tingkat stres dari suatu

    kondisi atau masalah yang dialaminya.

    Perbedaan Penggunaan Coping Stress (PFC) dan (EFC) dalam Penyusunan Skripsi

    Menyelesaikan skripsi atau karya ilmiah merupakan suatu keharusan bagi seorang

    mahasiswa untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 pada Perguruan Tinggi. Sebagian besar

    mahasiswa mengalami kesulitan ketika mengerjakan skripsi, seperti menentukan judul

    skripsi, malas merevisi skripsi, kesulitan menuangkan ide kedalam tulisan atau kata-kata,

    mencari bahan atau jurnal, dosen pembimbing yang sulit ditemui, serta waktu yang dimiliki

  • 12

    untuk mengerjakan skripsi. Kesulitan-kesulitan ini memicu timbulnya stress pada

    mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi tersebut. Karena stress dapat mempengaruhi

    kondisi fisik maupun psikologis seseorang. Akibat dari respon melawan dan menghindar

    yang diakibatkan stres, stres yang timbul tersebut seringkali menyebabkan individu

    melakukan penundaan (Burka dan Yuen, dalamFibrianti 2009). Penundaan yang dilakukan

    mahasiswa dalam mengerjakan skripsi termasuk ke dalam prokrastinasi akademik. Stress

    yang dapat menimbulkan penundaan atau prokrastinasi tersebut dapat di atasi dengan

    Coping Stress.Coping yang dilakukan tiap mahasiswa berbeda-beda. Ada yang

    menggunakan problem focused coping (PFC) , dilakukan dengan cara menghadapi masalah

    yang menjad penyebab timbulnya stress secara langsung dan ada juga yang menggunakan

    emotion focused coping (EFC) lebih mengarah pada usaha untuk mempertahankan

    keseimbangan afeksinya dengan mengatur respon emosional terhadap stressor agar

    mahasiswa tersebut merasa lebih baik

  • 13

    METODE PENELITIAN

    Partisipan

    Penelitian ini dilakukan di Universitas Kristen Satya Wacana. Partisipan dalam

    penelitian ini adalah mahasiswa aktif Fakultas Teknologi Informasi yang yang masa

    studinya lebih dari 5 tahun dan sudah mengerjakan skripsi lebih dari dua semester. Populasi

    dalam penelitian ini sebanyak 518 mahsiswa yang aktif menurut data yang didapat dari

    Biro Administrasi. Dan dalam penelitian ini yang akan diambiil sebagai subjek ialah

    perwakilan dari angkatan mahasiswa 2006, 2007, 2008, 2009 Fakultas Teknologi

    Inforrmasi Universitas Kristen Satya Wacana. Hasil perhitungan jumlah sampel

    berdasarkan jumlah populasi dengan menggunakan rumus Slovin adalah sebanyak 83

    mahasiswa. Dengan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, memilih

    sampel dari mahasiswa yang diharapkan mempunyai informasi yang akurat.

    Pelaksanaan Penelitian

    Dalam penelitian ini, sebelum dilakukan pengambilan data, dilakukan survei awal

    untuk memperoleh informasi tentang data mahasiswa Fakultas Teknologi Informai yang

    sedang mengerjakan skripsi. Data diperoleh dari Biro Administrasi Universitas Kristen

    Satya Wacana pada tanggal 22 Mei 2014. Pengumpulan data dengan menyebarkan angket

    dilakukan pada tanggal 28 November 2014 – 5 Januari 2015, peneliti membagikan angket

    atau kuesioner kepada responden yang sesuai dengan kriteria.

  • 14

    Alat Pengumpulan Data

    Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan skala Coping Stress PFC dan skala

    Coping Stress EFC yang dikembangkan oleh Folkman dan Lazarus (1984) yang telah

    diadaptasi oleh penulis. Skala ini terdiri dari 17 item yang terbagi ke dalam 3 dimensi

    Problem Focused Coping dan 15 item yang terbagi ke dalam 4 dimensi Emotion Focused

    Coping. Partisipan akan diminta untuk menjawab berdasarkan 4 pilihan jawaban yang

    tersedia, yaitu: "Sangat Tidak Setuju", "Tidak Setuju","Setuju" dan "Sangat Setuju".

    Sedangkan skala untuk variabel Stress yang dikembangkan oleh Hardjana (1994)

    yang telah diadaptasi oleh penulis. Skala ini terdiri dari 29 aitem total yang terbagi ke

    dalam 4 dimensi Stress. Partisipan akan diminta untuk menjawab berdasarkan 4 pilihan

    jawaban yang tersedia, yaitu: "Sangat Tidak Setuju", "Tidak Setuju","Setuju" dan "Sangat

    Setuju".

    Uji coba alat menghasilkan 17 item PFC, 15 item EFC dan 29 item yang bertahan dengan

    standar daya diskriminasi item dinilai berdasar item-total correlation pada program SPSS

    v.21sebesar > 0,3. Dengan tingkat kepercayaan PFC sebesar 0,977, EFC sebesar 0,982 dan

    Stress sebesar 0,799.

    HASIL PENELITIAN

    Uji Normalitas

    Uji Normalitas menggunakan Kolmogrovov-Smirnov pada program SPSS v.21. Data

    dikatakan normalbila memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p > 0,05).

  • 15

    Tabel 1.

    Hasil uji normalitas

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    EFC PFC Stres

    N 83 83 83

    Normal

    Parametersa,b

    Mean 37.0602 42.9639 72.4699

    Std. Deviation 5.72830 8.79224 12.29846

    Most Extreme

    Differences

    Absolute .090 .090 .055

    Positive .053 .090 .051

    Negative -.090 -.083 -.055

    Test Statistic .090 .090 .055

    Asymp. Sig. (2-tailed) .091c .095

    c .200

    c,d

    Hasil uji normalitas pada tabel menunjukan bahwa variabel coping stress efc

    memiliki koefisien Kolmogrovov-Smirnov Test sebesar 0,90 dengan probabilitas p) atau

    signifikansi sebesar 0,91, sedangkan untuk variabel coping stress pfc memiliki koefisien

    Kolmogrovov-Smirnov Test sebesar 0,90 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar

    0,95. Dan variabel stress memiliki koefisien Kolmogrovov-Smirnov Test sebesar 0,055

    dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,2. Dengan demikian variabel memiliki

    distribusi yang normal yaitu p > 0,05.

    Uji Linearitas

    Uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas

    dan variabel terikat. Dengan kata lain, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah

    variabel beba berhubungan dengan variabel terikat atau tidak. Untuk perhitungannya, uji

    linearitas dilakukan dengan menggunakan SPSS v.21 for windows yang dapat dilihat pada

    tabel berikut.

  • 16

    Tabel 2.

    Hasil uji linearitas efc dengan stress

    ANOVA Table

    Sum of

    Squares df

    Mean

    Square F Sig.

    EFC *

    STRES

    Between

    Groups

    (Combined) 2537.181 37 68.572 15.585 .680

    Linearity 2174.642 1 2174.642 494.237 .000

    Deviation

    from

    Linearity

    362.539 36 10.071 2.289 .073

    Within Groups 198.000 45 4.400

    Total 2735.181 82

    Berdasarkan hasil analisis hasil uji linearitas yang menggunakan table Anova nilai

    Deviation from linearity maka dapat diketahui variabel emotion focused coping dan stress

    diperoleh nilai F beda sebesar 2.289 dengan signifikansi p = 0,73 (p > 0.05) yang

    menunjukan hubungan antara variabell emotion focused coping dengan stress adalah linier.

    Tabel 3.

    Hasil uji linearitas pfc dan stress

    ANOVA Table

    Sum of

    Squares df

    Mean

    Square F Sig.

    PFC *

    STRES

    Between

    Groups

    (Combined) 6007.102 37 162.354 10.275 .057

    Linearity 5200.683 1 5200.683 329.126 .019

    Deviation

    from

    Linearity

    806.419 36 22.401 1.418 .133

    Within Groups 711.067 45 15.801

    Total 6718.169 82

    Berdasarkan hasil analisis hasil uji linearitas yang menggunakan table Anova nilai

    Deviation from linearity maka dapat diketahui variabel problem focused coping dan stress

  • 17

    diperoleh nilai F beda sebesar 1.418 dengan signifikansi p = 0,133 (p > 0.05) yang

    menunjukan hubungan antara variabel problem focused coping dengan stress adalah linier.

    Analisis Deskriptif

    EFC (Emotion Focus Coping)

    Tabel 4.

    Kriteria Skor EFC

    No Interval Kategori Mean N Presentase (%)

    1. 15 ≤ x≤ 26,25 Sangat Rendah 12 14.45

    2. 26,25≤ x

  • 18

    di atas juga dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek berada pada kategori rendah dengan

    persentase sebesar 31.33%.

    Stress

    Tabel 6.

    Kriteria Skor Stress

    No Interval Kategori Mean N Presentase (%)

    1. 29 ≤ x ≤ 50,75 Sangat Rendah 14 16.86

    2. 50,75 ≤ x < 72,5 Rendah 72.47 27 31.53

    3. 72.5 ≤ x < 94,25 Tinggi 31 37.34

    4. 94,25 ≤ x < 116 Sangat Tinggi 11 13.52

    Jumlah 83 100%

    SD = 12.298 Min =40 Max = 99

    Bila dilihat dari data tersebut, menunjukan nilai terendah (minimun) 29, nilai tertinggi

    (maksimum) 116, dengan standar deviasi sebesar 12.298 dan mean 72.47. Dari tabel di atas

    juga dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek berada pada kategori tinggi dengan

    persentase sebesar 37.34%.

    Hasil Analisis Data

    Perhitungan data analisis dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji normalitas

    dan uji linearitas. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS v.21 for windows.

    Hasil korelasi antara emotion focused coping dengan stress pada mahasiswa dapat dilihat

    pada tabel berikut ini

  • 19

    Tabel 7.

    Hasil uji koreasi efc dengan stress

    EFC STRES

    EFC Pearson Correlation 1 .892**

    Sig. (2-tailed) .000

    N 83 83

    STRES Pearson Correlation .892**

    1

    Sig. (2-tailed) .000

    N 83 83

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

    Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi anatara

    emotion focused coping dengan stress pada mahasiswa sebesar 0,892 dengan sig = 0,000 (p

    < 0.05) yang berarti ada hubungan positif signifikan antara emotion focused coping dan

    stress. Dengan begitu semakin besar emotion focused coping maka semakin besar stres

    mahasiswa hal ini dikarenan hubungan emotion focused coping dan stres adalah sangat

    kuat, signifikan dan searah.

    Dan hasil korelasi antara problem focused coping dengan stress pada mahasiswa

    dapat dilihat pada tabel berikut ini :

    Tabel 8.

    Hasil uji korelasi pfc dengan stress

    PFC STRES

    PFC Pearson

    Correlation 1 .880

    **

    Sig. (2-tailed) .000

    N 83 83

    STRES Pearson

    Correlation .880

    ** 1

    Sig. (2-tailed) .000

    N 83 83

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

  • 20

    Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi anatara

    problem focused coping dengan stress pada mahasiswa sebesar 0,880 dengan sig = 0,000 (p

    < 0.05) yang berarti ada hubungan positif signifikan antara problem focused coping dan

    stress. Dengan begitu semakin besar problem focused coping maka semakin besar stres

    mahasiswa hal ini dikarenan hubungan problem focused coping dan stres adalah sangat

    kuat, signifikan dan searah.

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan koefisien korelasi (r) emotion focus coping

    dan stress sebesar 0,892 dengan signifikansi 0,000 (p

  • 21

    berarti bahwa mahasiswa yang menganggap skripsi sebagai permasalahan yang sangat

    internal akan menjadikan EFC (emotion focus coping) sebagai coping dari stres dan

    mahasiswa yang menganggap skripsi sebagai suatu tantangan yang harus dihadapai akan

    memilih PFC (problem focus coping) guna mempercepat waktu studi. Hal ini sesuai dengan

    Taylor (1995) yang mengatakan bahwa setiap individu akan berusaha mengatasi stress

    dengan strategi dan cara yang berbeda-beda , namun memiliki tujuan yang sama yaitu

    mempertahankan keseimbangan emosinya, mempertahankan keseimbangan self image

    positif, mengurangi tekanan lingkungan atau menyesuaikan diri terhadap penilain negatif

    dan tetap melanjutkan hubungan yang memuaskan diri sendiri serta orang lain.

  • 22

    Kesimpulan Dan Saran

    Kesimpulan

    Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif

    signifikan antara coping stress emotion focus coping terhadap stres dan coping stress

    problem focus coping terhadap stres pada mahasiswa fakultas teknologi informasi yang

    sedang mengerjakan skripsi. Hal ini dapat terjadi karena setiap mahasiswa memiliki

    pemahaman yang berbeda terhadap pemasalahan yang dalam penelitian ini adalah skripsi

    sehingga setiap mahasiswa dapat menyesuaikan diri baik dengan menggunakan emotion

    focus coping dan problem focus coping sebagai coping terhadap stres.

    Saran

    Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang diperoleh penulis maka dikemukan

    saran sebagai berikut :

    1. Bagi Fakultas Teknologi Informasi

    Berdasarkan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa mahasiswa yang sedang

    mengerjakan skripsi cenderung menggunkan EFC (emotional focus coping) ketika

    mengerjakan skripsi, maka bagi fakultas diperlukan untuk membantu mahasiswa dengan

    menyediakan wadah pendidikan atau kelompok belajar yang membantu mahasiswa dalam

    mennyelesaikan masalah terkait skripsi.

    2. Bagi Mahasiswa

    Mahasiswa yang merasa lebih memilih emotion focus coping maka mereka harus

    berusaha melawan dan menghadapi masalah tersebut dengan positif, terus berusaha

    mencari jalan keluar, karena jika mahasiswa merasa pasrah dan lebih memilih untuk

  • 23

    melupakan masalah tersebut terutama yang berkaitan dengan skripsi maka mahasiswa akan

    lebih lama berkuliah dan tidak dapat memperoleh gelar sarjananya secara cepat.

    3. Bagi Penelitian Mendatang

    Bagi penelitian mendatang dapat mengembangkan dan meneliti mengenai lama waktu

    pengerjaan skripsi pada mahasiswa dengan yang memilih emotion focus coping dan

    problem focus coping sebagai suatu mekanisme coping stres.

    Dan juga melakukan pengontrolan terhadap variabel lain yang dapat mempengaruhi

    hasil penelitian, seperti adanya bias variabel PFC pada variabel EFC.

  • 24

    DAFTAR PUSTAKA

    Anzwar, S. (2001). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

    Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

    Azwar, Saifuddin.(2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar

    Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

    Atkinson, R.L., Atkinson, R.C. (1997). Pengantar Psikologi : Introduction To Psychology

    Eight Edition. Jakarta:Penerbit Erlangga

    Dempsey. (2002). Riset Kepwrawatan : Buku Ajar dan Latihan. Jakarta : EGCs

    Derry, I., & Jubile Enterprise. (2006). Membuat skripsi dengan openoffice.org writer 2.0.

    Jakarta:PT Elex Media Komputindo

    Ferrari, J.R., Jhonson, J.R, McCown, W.G. (1995). Procrastination And Task Avoidance:

    Theory, Research, And Treatment. New York: Plenum Press

    Fibrianti, Irmawanti Dwi. (2009). Hubungan Antara Dukungan Social Orangtua Dengan

    Prokrastinasi Akademik Dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas

    Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Fakultas Psikologi . Universtias

    Diponegoro Semarang.

    Folkman, S. & Lazarus, R.S. (1984). Personal Control, Stress and Coping Process: A

    Theoretical Analysis. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 46, 839 -

    852.

    Garmezy dan Rutter. (1983). Stress, coping, and development in children

    Gunawati & Hartati, (2006). Hubungan antara Efektivitas Komunikasi Mahasiswa-Dosen

    Pembimbing utama skripsi dengan stres dalam Menyusun skripsi pada mahasiswa

    program Studi psikologi fakultas kedokteran Universitas Diponegoro. Jurnal

    Psikologi Universitas Diponegoro Vol. 3 No. 2

    Hadi, Sutrisno. (2004). Metodologi Research Jilid 3. Yogyakarta : Andi

    Munawaroh. (2001). Coping Stres Mahasiswa Yang Sedang Menyusun Skripsi. Fakultas

    Psikologi Univeritas Gunadarma

    Nooreza, Rizky (2011). Gambaran Stress dan Prokrastinasi Pada Mahasiswa Fakultas

    Psikologi UI yang Mengerjakan Skripsi Di Atas Semester ke-8. Fakultas Psikologi.

    Unversitas Indonesia.

    Potter & Perry (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktek.

    Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC

  • 25

    Prayoto, dkk. (1991). Pedoman penyelesaian skripsi program S1FMIPA UGM. Jogjakarta

    : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Unoversitas Gadja Mada.

    Sarjan, M. (2009). Penulisan proposal peneltian skripsi. Fakultas Pertanian UNRAM.

    Shin, M., Rosario, M., Morch, H. and Chestnut, D.E. (1984). Coping With JobStress and

    Burn Out in the Human Services. Journal of Personality and Social Psychology. 46,

    4, 864-876.

    Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT.Grasindo

    Sinaga, Mawar, A. (2005). Coping Stres Mahasiswa Psikologi Salatiga. Fakultas Psikologi.

    Universitas Kristen Satya Wacana.

    Somerville, Paul. (2003). National Safety. National Safety Council of Australia

    Taylor, S. E. (1995). Helath psychology.Singapore: Mcgraw-Hill.