htjndhsn

41
MAKALAH ETIKA DAN ASPEK HUKUM KONSTRUKSI IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA HARIAN LEPAS BIDANG KONSTRUKSI Nama : Anies Labibah K NPM: : 1206242776 Jurusan : Teknik Sipil

Upload: anies-labibah

Post on 12-Feb-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aC zc

TRANSCRIPT

Page 1: htjndhsn

MAKALAH ETIKA DAN ASPEK HUKUM

KONSTRUKSI

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN HUKUM

TENAGA KERJA HARIAN LEPAS BIDANG

KONSTRUKSI

Nama : Anies Labibah K

Page 2: htjndhsn

NPM: : 1206242776

Jurusan: Teknik Sipil

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2014

Page 3: htjndhsn

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang perlindungan hukum terhadap Tenaga Kerja Lepas Bidang Konstruksi, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah untuk melindungi hak tenaga kerja. Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih

1 Agustus 2014Penyusun

Page 4: htjndhsn

(Anies Labibah K)

Daftar Isi

Daftar Isi 3BAB 1................................................................................................................................4

1. LATAR BELAKANG............................................................................................4

3. TUJUAN................................................................................................................5

BAB 2................................................................................................................................6

Jaminan Sosial Tenaga Kerja.........................................................................................6

1. Pengertian Jamsostek.........................................................................................6

2. Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja.......................................................7

3. Manfaat Jamsostek.............................................................................................8

4. Iuran Jamsostek..................................................................................................9

5. Tata Cara Pengajuan Jaminan.............................................................................9

6. Program Jaminan Sosial...................................................................................10

Resiko Kerja dan Perlindungan Kerja..........................................................................15

1. Resiko dan Perlindungan Kerja........................................................................15

2. Keselamatan Kerja...........................................................................................16

BAB 3..............................................................................................................................19

Metode Penyelesaian Masalah.................................................................................19

BAB 4..............................................................................................................................20

Pembahasan yang Dikaitkan dengan Referensi yang Digunakan.............................20

a. Inventarisasi Peraturan Perundangan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.................21

b. Pentingnya Pelaksanaan Peraturan Jaminan Social Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas Bidang Jasa Konstruksi Dalam Menghadapi Resiko Kerja.......23

BAB 5..............................................................................................................................27

Kesimpulan..............................................................................................................27

Daftar Pustaka..................................................................................................................28

Page 5: htjndhsn

BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pekerjaan konstruksi merupakan keseluruhan atau sebagian

rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan

yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata

lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan

suatu bangunan atau bentuk fisik lain (UU No. 18/1999, Jasa Konstruksi).

Pada sebuah pekerjaan konstruksi, peran para pekerja konstruksi

atau buruh sangat dibutuhkan oleh pihak penyedia konstruksi. Oleh karena

itu, diperlukan hubungan timbal balik antara penyedia jasa dan para

pekerjanya. Pekerjaan konstruksi ini memiliki risiko yang besar dalam

mengalami kecelakaan kerja. Oleh karena itu, seorang pekerja konstruksi

membutuhkan perlindungan kecelakaan kerja sebagai hak mereka.

Angka kecelakaan kecelakaan konstruksi merupakan yang tertinggi

dibandingkan kecelakaan kerja lainnya. Indonesia memiliki presentase

angka kecelakaan kerja tertinggi se-ASEAN, sedangkan kesadaran akan

pentingnya perlindungan kecelakaan kerja juga masih minim.

Salah satu bentuk perlindungan hukum terhadap tenaga kerja diatur

pemerintah dalam UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja dan PP no 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jainan

Sosial Tenaga Kerja.

Tenaga kerja harian lepas merupakan tenaga kerja yang paling

banyak digunakan dalam jasa konstruksi. Namun sayangnya, para pekerja

harian lepas ini tidak mengetahui adanya jaminan social tenaga kerja.

Pihak pemerintah yang tidak menyosialisasikannya menjadi salah

satu penyebab terjadinya hal ini. Harapan ke depannya, pemerintah

Page 6: htjndhsn

mampu menyosialisasikan hal ini secara baik ssehingga tidak ada pihak

yang dirugikan oleh kejadian kecelakaan kerja maupun kematian.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana perlindungan pemerintah secara hukum dalam memberi

Jaminan Sosial Tenaga Kerja Harian Lepas bidang konstruksi?

2. Bagaimana kinerja PT Jamsostek dalam melaksanakan perlindungan

hukum bagi Tenaga Kerja Harian Lepas di bidang konstruksi?

3. TUJUAN

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui peraturan perundang-undanganan yang melindungi

Tenaga Kerja Harian Lepas

2. Mengetahui kinerja PT Jamsostek sebagai pelaksana

perlindungan hukum bagi Tenaga Kerja Harian Lepas di bidang

konstruksi

Page 7: htjndhsn

BAB 2

Tinjauan Pustaka

Jaminan Sosial Tenaga Kerja

1. Pengertian Jamsostek

Menurut Kenneth Thomson, seorang tenaga ahli pada Sekretariat

Jendral International Security Association (ISSA), dalam kuliahnya pada

Regional Trainning ISSA, seminar tanggal 16 dan 17 Juni 1980 di Jakarta,

mengemukakan perumusan jaminan sosial sebagai berikut :

“Jaminan Sosial dapat diartikan sebagai perlindungan yang

diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk risiko-risiko

atau peristiwa-peristiwa tertentu dengan tujuan, sejauh mungkin, untuk

menghindari terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut yang dapat

mengakibatkan hilangnya atau turunnya sebagian besar penghasilan, dan

untuk memberikan pelayanan medis dan atau jaminan keuangan terhadap

konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa tersebut, serta jaminan

untuk tunjangan keluarga dan anak”.

Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah upaya kebijaksanaan yang

ditujukan kepada tenaga kerja, terutama yang berada dilingkungan

perusahaan dalam hal penyelenggaraan, perlindungan dengan interaksi

kerja yang saling menguntungkan kedua belah pihak (Tenaga kerja dan

pengusaha). Dalam kamus populer “Pekerjaan sosial” istilah jaminan

sosial tersebut disebut sebagai berikut :

“Jaminan Sosial adalah suatu program perlindungan yang

diberikan oleh negara, masyarakat dan organisasi sosial kepada

seseorang/individu yang menghadapi kesukaran-kesukaran dalam

kehidupan dan penghidupannya, seperti penderita penyakit kronis,

kecelakaan kerja dan sebagainya”.

Sedangkan pengertian yang diberikan oleh Imam Soepomo SH :

Jaminan Sosial adalah pembayaran yang diterima oleh pihak buruh diluar

Page 8: htjndhsn

kesalahanya tidak melakukan pekerjaan, jadi menjamin kepastian

pendapatan (income security) dalam hal buruh kehilangan upahnya karena

alasan diluar kehendaknya.

Pengertian jaminan sosial tenaga kerja dinyatakan dalam Undang-

undang No. 3 Tahun 1992, yaitu : Suatu perlindungan bagi tenaga kerja

dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari

penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat

peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan

kerja, sakit, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

Keberadaan jaminan sosial tenaga kerja sebagai upaya

perlindungan hidup tenaga kerja disuatu perusahaan besar manfaatnya,

oleh karena itu sebagai langkah untuk menjamin hidup tenaga kerja,

perusahaan sangat perlu memasukkan tenaga kerjanya dalam program

jaminan sosial tenaga kerja yang dikelolah oleh PT. JAMSOSTEK.

Karena perusahaan yang memasukkan tenaga kerjanya dalam

program Jamsostek adalah perusahaan yang terletak bijaksana pemikiranya

dan telah bertindak : 

1. Melindungi para buruhnya sedemikian rupa dalam menghadapi

kecelakaan kerja yang mungkin saja terjadi, baik karena adanya

mutakhir, maupun karena penempatan tenaga kerja pada proyek-

proyek diluar daerah dalam rangka menunjang pembangunan.

2. Mendidik para buruhnya supaya berhemat/menabung yang dapat

dinikmatinya apabila sewaktu-waktu terjadi suatu kejadian yang harus

dihadapi buruh beserta keluarganya.

3. Melindungi perusahaan dari kerusakan kemungkinan berjumlah sangat

besar, karena terjadinya musibah yang menimpa beberapa karyawan,

dimana setiap kecelakaan atau musibah sama sekali tidak diharapkan.

2. Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja

1. UU No. 3 Tahun 1992 tentang JAMSOSTEK ini dikeluarkan

berlandasarkan dasar-dasar hukum.

Page 9: htjndhsn

a. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 27 ayat (2)

Undang-Undang Dasar 1945.

b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang pernyataan

berlakunya undang-undang pengawasan perburuhan tahun

1948 nomor 23 dari Republik Indonesia untuk seluruh

Indonesia (Lembaran Negara tahun 1951 Nomor 41).

c. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang ketentuan-

ketentuan pokok Mengenai tenaga kerja (lembaran Negara

Tahun 1969 nomor 55 : Tambahan lembaran negara nomor

2912).

d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan

kerja (lembaran negara tahun 1970 nomor 1, tambahan

lembaran negara nomor 2918).

e.  Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang wajib lapor

ketenagakerjaan di perusahaan (Lembaran Negara tahun 1981

nomor 39, tambahan lembaran negara nomor 3201).

3. Manfaat Jamsostek

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan

rehabilitasi bagi tenaga kerjayang mengalami kecelakaan pada saat

dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumahatau menderita

penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program JKK ini

sepenuhnyadibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran

berdasarkan kelompok jenis usahasebagaimana tercantum pada iuran.

1. Biaya Transport (Maksimum)

Darat/sungai/danau Rp 750.000,00

Laut Rp 1.000.000,00

Udara Rp 2.000.000,-

2. Sementara tidak mampu bekerja

Empat (4) bulan pertama, 100% x upah sebulan

Empat (4) bulan kedua, 75% x upah sebulan

Seterusnya 50% x upah sebulan

Page 10: htjndhsn

3. Biaya Pengobatan/PerawatanRp 20.000.000,- (maksimum) dan

Pergantian Gigi tiruan Rp. 2.000.000,- (Maksimum)

4. Santunan Cacat

Sebagian-tetap: % tabel x 80 bulan upah

Total-tetap:

Sekaligus: 70% x 80 bulan upah

Berkala (24 bulan) Rp 200.000,- per bulan*

Kurang fungsi: % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan upah

5. Santunan Kematian

Sekaligus 60% x 80 bulan upaho

Berkala (24 bulan) Rp. 200.000,- per bulan*

Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-*

6. Biaya Rehabilitasi diberikan satu kali untuk setiap kasus dengan

patokan harga yangditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi RS Umum

Pemerintah dan ditambah 40% dari hargatersebut, serta biaya

rehabilitasi medik maksimum sebesar Rp 2.000.000,

Prothese/alat penganti anggota badan

Alat bantu/orthose (kursi roda)

7. Penyakit akibat kerja, besarnya santunan dan biaya pengobatan/biaya

perawatan samadengan poin ke-2 dan ke-3.

4. Iuran Jamsostek

Kelompok I: 0.24 % dari upah sebulan

Kelompok II: 0.54 % dari upah sebulan

Kelompok III: 0.89 % dari upah sebulan

Kelompok IV: 1.27 % dari upah sebulan

Kelompok V: 1.74 % dari upah sebulan

*) sesuai dengan PP Nomor 84 tahun 2010

5. Tata Cara Pengajuan Jaminan

1. Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form

jamsostek 3 (laporankecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada PT

Page 11: htjndhsn

Jamsostek (Persero) tidak lebih dari 2 x24 Jam terhitung sejak

terjadinya kecelakaan

2. Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal dunia oleh dokter

yang merawat,pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan

tahap II) dan dikirim kepada PTJamsostek (persero) tidak lebih

dari 2 x 24 jam sejak tenaga kerja dinyatakansembuh/meninggal.

Selanjutnya PT Jamsostek (Persero) akan menghitung dan

membayarsantunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak

tenaga kerja/ahli waris.3.

3. Form Jamsostek 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan

pembayaran jaminan disertaibukti-bukti:

1. Fotokopi kartu peserta (KPJ)

2. Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form

Jamsostek 3b atau 3c

3. Kuitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi

pengangkutan

6. Program Jaminan Sosial

Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang

bersifat dasar bagi tenaga kerja yangbertujuan untuk menjamin adanya

keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi,

danmerupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga

kerja dan keluarganya akibat dariterjadinya risiko-risiko sosial dengan

pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut

terbatas saat terjadi peristiwakecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari

tua dan meninggal dunia, yang mengakibatkanberkurangnya atau

terputusnya penghasilan tenaga kerja dan/atau membutuhkan perawatan

medisPenyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan

mekanisme Asuransi Sosial.

 

Program Jaminan Hari Tua

Page 12: htjndhsn

Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti

terputusnya penghasilan tenagakerja karena meninggal, cacat, atau hari tua

dan diselenggarakan dengan sistem tabungan haritua. Program Jaminan

Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang

dibayarkanpada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah

memenuhi persyaratan tertentu.

Iuran Program Jaminan Hari Tua:

Ditanggung Perusahaan = 3,7%

Ditanggung Tenaga Kerja = 2%

Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi

iuran ditambah hasilpengembangannya.

Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar

iuran yang terkumpul ditambah denganhasil pengembangannya,

apabila tenaga kerja:

Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat

total tetap

Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-

kurangnya 5 tahun dengan masa tunggu 1 bulan

Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi

PNS/POLRI/ABRI

Program Jaminan Kematian

Definisi

Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta

Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan

kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik

dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.

Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kemmatian sebesar

Page 13: htjndhsn

0,3% dengn jaminan kematian yang diberikan adalah sebesar Rp

21.000.000,00 terdiri dari Rp 14.200.000,00 santunan kematian, Rp

2.000.000,00  biaya pemakaman* dan santunan berkala.

Manfaat Program JK*

Program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja seperti:

1. Santunan Kematian: Rp 14.200.000,00

2. Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,00

3. Santunan Berkala: Rp 200.000,00/ bulan (selama 24 bulan)

*) sesuai dengan PP Nomor 76 Tahun 2007

Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja. JPK adalah salah

satu program Jamsostek yangmembantu tenaga kerja dan keluarganya

mengatasi masalah kesehatan. Mulai dari pencegahan,pelayanan di klinik

kesehatan, rumah sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan fungsi

organtubuh, dan pengobatan, secara efektif dan efisien. Setiap tenaga kerja

yang telah mengikutiprogram JPK akan diberikan KPK (Kartu

Pemeliharaan Kesehatan) sebagai bukti diri untukmendapatkan pelayanan

kesehatan.

Manfaat JPK bagi perusahaan yakni perusahaan dapat memiliki

tenaga kerja yang sehat, dapatkonsentrasi dalam bekerja sehingga lebih

produktif.

Cakupan Program

Program JPK memberikan manfaat paripurna meliputi seluruh

kebutuhan medis yangdiselenggarakan di setiap jenjang PPK dengan

rincian cakupan pelayanan sebagai berikut:

Page 14: htjndhsn

1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama, adalah pelayanan

kesehatan yang dilakukanoleh dokter umum atau dokter gigi di

Puskesmas, Klinik, Balai Pengobatan atau Dokter praktek solo

2. Pelayanan  Rawat   Jalan tingkat II (lanjutan),cadalah pemeriksaan

dan pengobatanyang dilakukan oleh dokter spesialis atas dasar rujukan

dari dokter PPK I sesuai denganindikasi medis

3. Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit, adalah pelayanan kesehatan

yang diberikankepada peserta yang memerlukan perawatan di ruang

rawat inap Rumah Sakit

4. Pelayanan Persalinan, adalah pertolongan persalinan yang diberikan

kepada tenagakerja wanita berkeluarga atau istri tenaga kerja peserta

program JPK maksimum sampaidengan persalinan ke 3 (tiga).

5. Pelayanan Khusus, adalah pelayanan rehabilitasi, atau manfaat yang

diberikan untukmengembalikan fungsi tubuh

6. Emergensi, Merupakan suatu keadaan dimana peserta membutuhkan

pertolongan segera,yang bila tidak dilakukan dapat membahayakan

jiwa.

Tenaga Kerja

1. Pengertian Tenaga Kerja

Di dalam UU No. 3 Tahun 1992 tentang jaminan social tenaga

kerja pada pasal 1 butir 2 disebutkan bahwa pengertian tentang tenaga

kerja adalah “setip orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam

maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.”

Selanjutnya, tenaga kerja merupakan bagian dari penduduk dalam

usia kerja yang teridri dari angkatan kerja (golongan kerja, golongan

yang menganggur, dan sedang mencari pekerjaan) dan bukan angkatan

kerja (golongan yang bersekolah, golonngan yang mengurus rumah

tangga, dan golongan penerima pendapatan)

Tenaga kerja lepas harian adalah pekerja yang bekerja pada

pengusaha untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dan dapat berubah-

Page 15: htjndhsn

ubah dalam hal waktu maupun volume pekerjaan dengan menerima upah

yang didasarkan atas kehadiran pekerja secara harian (pasal 1 Peraturan

Menteri Tenaga Kerja nomor: Per 06/Men/1985 tentang perlindungan

Pekerja Harian Lepas).

Tenaga kerja harian lepas bidang jasa konstruksi adalaha tenaga

kerja yang bekerja pada sector jasa konstruksi yang menerima upah sesuai

dengan jumlah kehadirannya, tanpa ada ketentuan yang pasti tentang

berapa jumlah upah yang diterima karena tidak ada standardisasi jumlah

upah yang diterima antara perusahaan jasa konstruksi yang satu dengan

yang lainnya berbeda dalam menentukan jumlah besarnya upah untuk

setiap harianya baik untuk pekerja harian lepas yang utama maupun

pembantunya.

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam

menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi. Sedangkan kesempatan

kerja yang tersedia merupakan sumber pendapatan masyarakat, hanya saja

untuk Negara Indonesia menunjukkan adanya indicator bahwa jumlah

nagkatan kerja masih meningkat tajam. Hal ini menyebabkan adanya

ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja,

sehingga mennyebabkan pegangguran

2. Keadaan ekonomi tenaga kerja

Kebijaksanaan ekonomi identik dilaksanakan untuk mengantisipasi

masalah stabilisasi seperti pengangguran dan masalah pertumbuhan.

Menurut Arthur Okum dari Bookings Institution, hubungan antara laju

pertumbuhan riil dengan perubahan tingkat pengangguran menunjukkan

adanya trade-of dengan ratio sekitar 3:1, hal ini merupakan pedoman

penting bagi perumusan kebijaksanaan karena dapat memberi petunjuk

tentang bagaimana suatu target pertumbuhan tertentu akan mempengaruhi

tingkat pengangguran dari waktu ke waktu.

Pengangguran di samping disebabkan karena terbatasnya lapangan

kerja yang tidak seimbang dengan tambahan angkatan kerja juga

disebabkan oleh kualitas tenaga kerja yang kurang sesuai dengan

Page 16: htjndhsn

kebutuhan. Selain itu, adanya masalah penghasilan pekerja yang belum

memadai untuk dapat hidup layak bersama keluarganya. Upah minimum

sektoral sudah diuapayakan kenaikannya secara cepat namun masih belum

mencapai 100% kebutuhan fisik minimum. Rendahnya efisiensi ddan

produktivitas tenaga kerja di Indonesia, tampak dari rendahnya daya saing

produk nasional di pasaran dunia, apalagi masih diperberat oleh kurang

wajarnya biaya ekonomi nasional

Resiko Kerja dan Perlindungan Kerja

1. Resiko dan Perlindungan Kerja

Resiko merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari manusi

(tenaga kerja). Disamping itu, tidak ada orang yang dapat bebas dari suatu

resiko, meskipun demikian sudah barang tentu seseorang atau beberapa

orang lebih terbuka atas kemungkinan terhadap jenis resiko dibandingkan

dari satu atau beberapa orang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh jenis

pekerjaan yang berbeda, kondisi fisik, keadaan geografis, dll sehingga

dapat pula disebut bahwa resiko aka nada.

Menurut Kutipan yang terdapat dalam buku milik Robert E

Keeton, Risk is an psychological phenomenon that is meaningfull only in

term of human reaction and experimental.

Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja harian lepas bidang

konstruksi merupakan resiko kerja yang harus ditanggung pengusaha

sebagai salah satu bentuk kewajiban penngusaha dalam memberikan

perlindungan kerja bagi tenaga kerja. Namun realitanya bahwa resiko yang

diterima tenaga kerja itu dibebankan kepada Negara (PT. Jamsostek).

Resiko yang demikian termasuk pada jenis resiko yang

fundamental. Resiko fundamental pada umumnya dianggap sebagai

tanggung jawab Negara dan masyarakat, sehingga tidak mungkin resiko

tersebut ditanggulangi oleh individu atau perorangan.

Tindakan yang bias dilakukan manusia untuk mengatasi segala

kemungkinan yang timbul antara lain dengan cara:

Page 17: htjndhsn

1. Menghindari dari kemungkinan tersebut agar tidak mengalami

kerugian

2. Mencegah dengan cara melakukan suatu tindakan yang dapat

mengurangi kerugian

3. Mengalihkan kemungkinan kerugian kepada pihak lain

4. Menerima kerugian tersebut

Dalam kasus ini, pihak pengusaha/pengguna jasa mengalihkan

kerugian yang dialami oleh tenaga kerja dialihkan kepada PT Jamsostek.

2. Keselamatan Kerja

Pengertian

Keselamatan Kerja menurut UU No 1/1970 tentang Keselamtan

Kerja adalah keselamtan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,

bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan

serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja tersebut berlaku

dalam lingkup keselamatan kerja.

Usaha keselamatan kerja pada dasarnya mempunyai tujuan umum

sebagai berikut:

1. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada di tempat kerja

agar selalu terjamin keselamatannya sehingga dapat

diwujudkan peningkatan produksi dan produktivita kerja.

2. Perlindungan setiap orangg lainnya yang berada di tempat kerja

agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat

3. Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat

dipakai dan digunakan secara aman dan efisien.

Sedangkan secara khusus usaha keselamatan kerja

mempunyai tujuan:

a. Mencegah dan/atau mengurangi kecelakaan, kebakaran,

peledakan dan penyakit akibat kerja

b. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja,

bahan baku dan bahan hasil produksi

Page 18: htjndhsn

c. Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman,

nyaman, sehat dan sesuai antara manusia dengan

pekerjaan, atau pekerjaan dengan manusianya

Terdapat empat kelompok perusahaan dalam menjalankan

keselamatan kerja, yaitu

a. Perusahaan yang buta keselamatan kerja

Perusahaan jenis ini memiliki nilai investasi yang masih terbatas

sehingga pelaksanaan hubungan perburuhan atau ketentuan-ketentuan

tentang keselamatan kerja dianggap sebagai beban, sehingga sebisa

mungkin ada dihindari.

b. Perusahaan yang berpandangan bahwa keselamatan kerja merupakan

unsure biaya yang mempenaruhi profitabilitas usaha

Pada kelompok ini, perusahaan sudah mulai besar. Namun,

orientasi utama dari perusahaan ini adalah pertumbuhan keuntungan

yang dituju. Dengan adanya orientasi seperti itu, maka pelaksanaan

keselamatan kerja yang akan mengeluarkan biaya lebih akan menjadi

pertimbangan untung dan ruginya suatu proyek.

c. Perusahaan yang berpandangan keselamatan kerja sebagai bagian dari

tanggung jawab social perusahaan

Perusahaan yang berada pada tahap ini biasanya sudah terbebas

dari tahap survival. Nilai investasinya pun sudah cukup besar dengan

hasil usaha yang relative stabil. Orientasi perusahaan ini bukan lagi

profit sebesar-besarnya karena keuntungan dianggap sebagai hasil

akhir yang diperoleh dari kerja dalam sumber daya manusia yang

sangat menonjol. Upaya dalam meningkatkan keselamatan kerja akan

disambut baik oleh perusahaan yang sudah berada dalam tahap ini.

d. Perusahaan yang menempaatkan keselamatan kerja sebagai integral

dari kegiatan bisnisnya

Page 19: htjndhsn

Dalam tahap ini perusahaan benar-benar memperhatikan

keselamatan kerja. Seringkali keselamatan kerja digunakan sebagai

parameter keberhasiln perusahaan tersebut

Page 20: htjndhsn

BAB 3

Metode Penyelesaian Masalah

Metodologi penyelesaian yang digunakan dalam penulisan makalah

ini adalah dengan studi literatur. Studi literatur disini adalah studi mengenai

gambaran singkat dari apa yang telah dipelajari dimana studi dilakukan

dengan mengevaluasi penelitian yang dilakukan berdasarkan penelitian-

penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Dan melalui studi literatur ini

nantinya dapat diketahui apa yang sudah dipelajari, serta kelemahan,

kesenjangan apa saja mengenai topik yang dibahas serta mengetahui daerah

mana dari topik yang dibahas yang memerlukan studi lebih lanjut.

Page 21: htjndhsn

BAB 4

Pembahasan yang Dikaitkan dengan

Referensi yang Digunakan

Perkembangan perusahaan/penyedia jasa bidang konstruksi di kota Semarang

Pengetahuan tentang manfaat pelayanan PT Jamsostek dalam jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian

Page 22: htjndhsn

Pengetahuan Pimpinan perusahaan jasa konstruksi mengenai pelayanan program PT jamsostek untuk bidan konstruksi

Pelaksanaan Peraturan Perundangan tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi

Tenaga Kerja Harian Lepas Bidang Jasa Konstruksi

a. Inventarisasi Peraturan Perundangan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Ketentuan hukum Nasional mengenai jaminan social tenaga kerja yang

berlaku di wilayah Republik Indonesia sudah ada sejak tahun 1960.

Dengan suksesnya penerapan metode ini, selanjutnya jamsostek

memberikan jaminan social tenaga kerja untuk karyawan sector swasta

pada tahun 1977 yang disebut dengan Asuransi Sosial Tenaga Kerja

(ASTEK).

1. Undang-undang

1. UU No. 14 tahun 1969 : Ketentuan-ketentuan pokok mengenal

Tenaga Kerja

2. UU No. 1 tahun 1970 : Tentang keselamatan kerja

3. UU No. 3 tahun 1992 : Jamsostek

4. UU No. 11 tahun 1998 : Perubahan berlakunya UU no 25 tahun

1977 tentang ketenagakerjaan

2. PP

1. PP 33/1977 : ASTEK

2. PP 8/1981 : Perlindungan upah

3. PP 30/1983 : Perubahan atas peraturan pemerintah no. 33 tahun

1977 tentang ASTEK

4. PP 14/1993 : Penyelenggaraan program jamsostek

Page 23: htjndhsn

3. Keputusan Presiden

1. Keppres: 35/1982 : Perubahan besarnya uang jaminan

kematian uang kubur ASTEK

2. Keppres 11/1985 : Perubahan besarnya uang jaminan

kematian ASTEK

3. Keppres 10/1987 : Perubahan besarnya perawatan jaminan

kecelakaan kerja dan perubahan besarnya uang jaminan kematian

ASTEK

4. Keppres 28/1988 : Besarnya jaminan kecelakaan kerja dan

jaminan kematian ASTEK

5. Keppres 51/1989 : Perubahan keppres 28/1988 tentang

besarnya jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian ASTEK

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja

1. Per men Naker

No. Per 04/Men/1993 : Jaminan kecelakaan kerja

2. Per men Naker

No. Per 05/Men/1993 : Petunjuk teknis pendaftaran Kepesertaan,

pemmbayaran iuran, pembayaran santunan, dan pelayanan

jamsostek

3. Per men Naker

No. Per 36/Men/1995 : Penerapan badan penyelenggara program

Jamsotek

4. Per men Naker

No. Per 03/Men/1998 : Tata cara pelaporan dan pemeriksaan

kecelakaan

5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja

1. Kepmen Naker

No. Kep 116/Men/1977 : Peraturan tata cara penyertaan

pendaftaran, pembayaran iuran, dan pembayaran jaminan ASTEK

Page 24: htjndhsn

2. Kepmen Naker

No. Kep 03/Men/1994: Penyelenggaraan Program jaminan social

tenaga kerja bagi tenaga kerja harian lepas, tenaga kerja borongan,

dan tenaga kerja kontraktorKepmen Naker

3. Kepmen Naker

No. Kep 150/Men/1999 : Penyelenggaraan Program jaminan

social tenaga kerja bagi tenaga kerja harian lepas, tenaga kerja

borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu

4. Kepmen Naker

No. Kep 196/Men/1999 : Penyelenggaraan Program jaminan

social tenaga kerja bagi tenaga kerja harian lepas, tenaga kerja

borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu pada sector jasa

konstruksi

6. Instruksi Menteri Tenaga Kerja

Ins. Menaker

No. Inst/05/M/RW/1996 : Pengawasan dan pembinaan keselamatan

dan kesehatan kerja pada kegiatan konstruksi bangunan

b. Pentingnya Pelaksanaan Peraturan Jaminan Social Tenaga Kerja Bagi

Tenaga Kerja Harian Lepas Bidang Jasa Konstruksi Dalam Menghadapi

Resiko Kerja

Tenaga kerja konstruksi memiliki sedikit perbedaan dengan tenaga

kerja lain, karena pekerjaan konstrukdi tidak terus menerus menggunakan

jumlah pekerja yang sama bahkan pada satu proyek yang sedang berjalan.

Masih cukup banyak perusahaan yang belum mencapai tahap

bagaimana pentingnya jaminan social bagi tenaga kerja, sehingga

seringkali tenaga kerja yang tertimpa musibah merupakan pihak yang

dirugikan karena tidak mendapat jaminan apa pun.

Untuk itu, pemerintah pun membuat kebijakan-kebijakan yang

telah disebutkan di atas untuk menjamin keselamatan tenaga kerja

termasuk tenaga kerja harian lepas.

Page 25: htjndhsn

Pada pasal 10 (1) Keputusan Menteri disebutkan bahwa besarnya

iuran didasarkann pada nilai kontrak kerja konstruksi dan nilai komponen

upahnya tidak diketahui dan tidak tercantum, maka besarnya iuran untuk

program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian ditetapkan

sebagai berikut:

1. Pekerjaan konstruksi sampai dengan Rp 100.000.000,00 (seratus juta

rupiah) sebesar 0,24% dari nilai kontrak kerja konstruksi

2. Pekerjaan konstruksi diatas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

sampai dengan Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sebesar

penetapan iuran poin 1 ditambah 0,19% dari selisih nilai yakni

Kontrak kerja konstruksi dikurangi Rp 100.000.000,00 (seratus juta

rupiah)

3. Pekerjaan konstruksi diatas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

sampai dengan Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) sebesar

penetapan iuran poin 2 ditambah 0,15% dari selisih nilai yakni

Kontrak kerja konstruksi dikurangi Rp 500.000.000,00 (limaratus juta

rupiah)

4. Pekerjaan konstruksi diatas Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)

sampai dengan Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) sebesar

penetapan iuran poin 3 ditambah 0,12% dari selisih nilai yakni

Kontrak kerja konstruksi dikurangi Rp Rp 1.000.000.000,00 (satu

milyar rupiah)

5. Pekerjaan konstruksi diatas Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)

sebesar penetapan iuran poin 4 ditambah 0,10% dari selisih nilai yakni

Kontrak kerja konstruksi dikurangi Rp Rp 5.000.000.000,00 (lima

milyar rupiah)

Cara pembayaran dengan system seperti ini banyak member keuntungan

antara lain

a. Mengamankan keuangan negara/pihak yang memberikan pekerjaan

proyek

b. Tidak merugikan pengusaha jasa konstruksi

Page 26: htjndhsn

c. Menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan

1. Perlindungan kerja

Pengertian

Secara eksplisist, perlindungan kerja tidak terdapat di dalam

peraturan tentang ketnagakerjaan, tetapi pengertian perlindungan kerja

terdapat pada pasal 9 UU No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-

ketentuan pokok mengenai tenaga kerja, yang berbunyi ‘Tiap tenaga

kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan kesehatan, serta

kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai

dengan martabat manusia dan moral agama”.

Pasal 9 tersebut kemudia dijabarkan dalam norma perlindungan

kerja yang diatur di dalam Pasal 10 yang berbunyi “pemerintah

membina perlindungan kerja yang mencakup:

a. Norma keselamatan kerja

b. Norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan

c. Norma kerja

d. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam

hal kecelakaan kerja

2. Jaminan social tenaga kerja dalam upaya perlindungan kerja bagi

tenaga kerja harian lepas bidang jasa konstruksi

Penyelenggaran program jamsostek bagi tenaga kerja harian lepas

bidang konstruksi merupakan progrsm khusus yang diwajibkan bagi

para pengusaha konstruksi untuk mengikutsertakan tenaga kerjanya

pada program jamsostek yang berupa jaminan kecelakaan kerja dan

jaminan kematian.

Jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian diperuntukkan

bagi tenaga kerja harian lepas bidang jasa konstruksi sebagai wujud

bentuk perlindungan tenaga kerja apabila tenaga kerja harian lepas

bidang konnstruksi mengalami kecelakaan kerja.

Ketika para pengguna jasa konstruksi tidak mematuhi ketentuan

peraturan pelaksanaan tentang penyelenggaraan jamsostek bagi tenaga

Page 27: htjndhsn

kerja harian lepas jasa konstruksi pada dasarnya akan merugikan diri

mereka sendiri mengingat bahwa sebenarnya ketika terjadi kecelakaan

adalah tanggung jawab pihak pengguna jasa konstruksi.

Pelaksanaan peraturan jaminan social tenaga kerja dalam upaya

perlindungan kerja bagi tenaga kerja harian lepas bidang jasa

konstruksi belum sepenuhnys berjalan sesuai dengan ketentuan karena

kurangnya pemahaman pihak pengguna jasa konnstruks.

c. Hakekat Jamsostek bagi tenaga kerja

1. Program public

Jaminan social tenaga kerja merupakan program public

yang memberikan hak dan kewajjiban secara pasti bagi

pengusaha dan tenaga kerja berdasarkan UU No. 3 tahun 1992

2. Perlindungan

Jaminan social tenaga kerja memberikan perlinndungan

yang sifatnya dasara dengan maksud untuk menjaga harkat dan

martabat manusia jika mengalami resiko-resiko social ekonomi

dengan pembiayaan yang dapat dijangkau oleh pengusaha dan

tenaga kerja sendiri

d. Manfaat pemberian Jaminan social tenaga kerja

Manfaat yang didapat secara hukum adalah:

1. Produktivitas yang semakin bertambah

2. Mengurangi ketidakpastian masa depan

3. Menambah semangat kerja dan loyalitas

4. Berkurangnya perpindahan dan ketidakhadiran pegawai

5. Hubungan kemasyarakatan baik

Page 28: htjndhsn

BAB 5Kesimpulan

Terdapat beberapa hukum yang telah menjamin kehidupan Tenaga Kerja

Harian Lepas bidang konstruksi jika terjadi kecelakaan, melalui undang-undang,

PP, Kepres, Permen Naker, Ins Men Naker.

Pelaksanaan Peraturan perundangan tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

yang memberi perlindungan hukum bagi tenaga kerja harian lepas bidang

konstruksi berupa jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian berdasarkan

Kep Men no. 196/Men/1999 di kota Semarang cukup berhasil karena adanya

manfaat yang diperoleh baik bagi pihak pengusaha jasa konstruksi maupun para

tenaga kerja harian lepas bidang jasa konstruksi

Page 29: htjndhsn

Daftar Pustaka Sentanoe Kertonegoro. Jaminan Sosial dan Pelaksanaannya di Indonesia.Cet. I.Mutiara.Jakarta:

 Ridwan Marpaung.Kamus Populer Pekerja Sosial.1988.Imam Soepomo.Pengantar Hukum Perburuhan.Djambatan.Jakarta:1981

Sunindhia dan Ninik Widiyanti.Managemen Tenega Kerja.Bima Aksara Jakarta:1987.

http://www.scribd.com/doc/99894241/Pengertian-Jamsostek