htjndhsn
DESCRIPTION
aC zcTRANSCRIPT
MAKALAH ETIKA DAN ASPEK HUKUM
KONSTRUKSI
IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN HUKUM
TENAGA KERJA HARIAN LEPAS BIDANG
KONSTRUKSI
Nama : Anies Labibah K
NPM: : 1206242776
Jurusan: Teknik Sipil
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2014
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang perlindungan hukum terhadap Tenaga Kerja Lepas Bidang Konstruksi, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah untuk melindungi hak tenaga kerja. Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih
1 Agustus 2014Penyusun
(Anies Labibah K)
Daftar Isi
Daftar Isi 3BAB 1................................................................................................................................4
1. LATAR BELAKANG............................................................................................4
3. TUJUAN................................................................................................................5
BAB 2................................................................................................................................6
Jaminan Sosial Tenaga Kerja.........................................................................................6
1. Pengertian Jamsostek.........................................................................................6
2. Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja.......................................................7
3. Manfaat Jamsostek.............................................................................................8
4. Iuran Jamsostek..................................................................................................9
5. Tata Cara Pengajuan Jaminan.............................................................................9
6. Program Jaminan Sosial...................................................................................10
Resiko Kerja dan Perlindungan Kerja..........................................................................15
1. Resiko dan Perlindungan Kerja........................................................................15
2. Keselamatan Kerja...........................................................................................16
BAB 3..............................................................................................................................19
Metode Penyelesaian Masalah.................................................................................19
BAB 4..............................................................................................................................20
Pembahasan yang Dikaitkan dengan Referensi yang Digunakan.............................20
a. Inventarisasi Peraturan Perundangan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.................21
b. Pentingnya Pelaksanaan Peraturan Jaminan Social Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas Bidang Jasa Konstruksi Dalam Menghadapi Resiko Kerja.......23
BAB 5..............................................................................................................................27
Kesimpulan..............................................................................................................27
Daftar Pustaka..................................................................................................................28
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pekerjaan konstruksi merupakan keseluruhan atau sebagian
rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan
yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata
lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan
suatu bangunan atau bentuk fisik lain (UU No. 18/1999, Jasa Konstruksi).
Pada sebuah pekerjaan konstruksi, peran para pekerja konstruksi
atau buruh sangat dibutuhkan oleh pihak penyedia konstruksi. Oleh karena
itu, diperlukan hubungan timbal balik antara penyedia jasa dan para
pekerjanya. Pekerjaan konstruksi ini memiliki risiko yang besar dalam
mengalami kecelakaan kerja. Oleh karena itu, seorang pekerja konstruksi
membutuhkan perlindungan kecelakaan kerja sebagai hak mereka.
Angka kecelakaan kecelakaan konstruksi merupakan yang tertinggi
dibandingkan kecelakaan kerja lainnya. Indonesia memiliki presentase
angka kecelakaan kerja tertinggi se-ASEAN, sedangkan kesadaran akan
pentingnya perlindungan kecelakaan kerja juga masih minim.
Salah satu bentuk perlindungan hukum terhadap tenaga kerja diatur
pemerintah dalam UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja dan PP no 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jainan
Sosial Tenaga Kerja.
Tenaga kerja harian lepas merupakan tenaga kerja yang paling
banyak digunakan dalam jasa konstruksi. Namun sayangnya, para pekerja
harian lepas ini tidak mengetahui adanya jaminan social tenaga kerja.
Pihak pemerintah yang tidak menyosialisasikannya menjadi salah
satu penyebab terjadinya hal ini. Harapan ke depannya, pemerintah
mampu menyosialisasikan hal ini secara baik ssehingga tidak ada pihak
yang dirugikan oleh kejadian kecelakaan kerja maupun kematian.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perlindungan pemerintah secara hukum dalam memberi
Jaminan Sosial Tenaga Kerja Harian Lepas bidang konstruksi?
2. Bagaimana kinerja PT Jamsostek dalam melaksanakan perlindungan
hukum bagi Tenaga Kerja Harian Lepas di bidang konstruksi?
3. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui peraturan perundang-undanganan yang melindungi
Tenaga Kerja Harian Lepas
2. Mengetahui kinerja PT Jamsostek sebagai pelaksana
perlindungan hukum bagi Tenaga Kerja Harian Lepas di bidang
konstruksi
BAB 2
Tinjauan Pustaka
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
1. Pengertian Jamsostek
Menurut Kenneth Thomson, seorang tenaga ahli pada Sekretariat
Jendral International Security Association (ISSA), dalam kuliahnya pada
Regional Trainning ISSA, seminar tanggal 16 dan 17 Juni 1980 di Jakarta,
mengemukakan perumusan jaminan sosial sebagai berikut :
“Jaminan Sosial dapat diartikan sebagai perlindungan yang
diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk risiko-risiko
atau peristiwa-peristiwa tertentu dengan tujuan, sejauh mungkin, untuk
menghindari terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut yang dapat
mengakibatkan hilangnya atau turunnya sebagian besar penghasilan, dan
untuk memberikan pelayanan medis dan atau jaminan keuangan terhadap
konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa tersebut, serta jaminan
untuk tunjangan keluarga dan anak”.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah upaya kebijaksanaan yang
ditujukan kepada tenaga kerja, terutama yang berada dilingkungan
perusahaan dalam hal penyelenggaraan, perlindungan dengan interaksi
kerja yang saling menguntungkan kedua belah pihak (Tenaga kerja dan
pengusaha). Dalam kamus populer “Pekerjaan sosial” istilah jaminan
sosial tersebut disebut sebagai berikut :
“Jaminan Sosial adalah suatu program perlindungan yang
diberikan oleh negara, masyarakat dan organisasi sosial kepada
seseorang/individu yang menghadapi kesukaran-kesukaran dalam
kehidupan dan penghidupannya, seperti penderita penyakit kronis,
kecelakaan kerja dan sebagainya”.
Sedangkan pengertian yang diberikan oleh Imam Soepomo SH :
Jaminan Sosial adalah pembayaran yang diterima oleh pihak buruh diluar
kesalahanya tidak melakukan pekerjaan, jadi menjamin kepastian
pendapatan (income security) dalam hal buruh kehilangan upahnya karena
alasan diluar kehendaknya.
Pengertian jaminan sosial tenaga kerja dinyatakan dalam Undang-
undang No. 3 Tahun 1992, yaitu : Suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan
kerja, sakit, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
Keberadaan jaminan sosial tenaga kerja sebagai upaya
perlindungan hidup tenaga kerja disuatu perusahaan besar manfaatnya,
oleh karena itu sebagai langkah untuk menjamin hidup tenaga kerja,
perusahaan sangat perlu memasukkan tenaga kerjanya dalam program
jaminan sosial tenaga kerja yang dikelolah oleh PT. JAMSOSTEK.
Karena perusahaan yang memasukkan tenaga kerjanya dalam
program Jamsostek adalah perusahaan yang terletak bijaksana pemikiranya
dan telah bertindak :
1. Melindungi para buruhnya sedemikian rupa dalam menghadapi
kecelakaan kerja yang mungkin saja terjadi, baik karena adanya
mutakhir, maupun karena penempatan tenaga kerja pada proyek-
proyek diluar daerah dalam rangka menunjang pembangunan.
2. Mendidik para buruhnya supaya berhemat/menabung yang dapat
dinikmatinya apabila sewaktu-waktu terjadi suatu kejadian yang harus
dihadapi buruh beserta keluarganya.
3. Melindungi perusahaan dari kerusakan kemungkinan berjumlah sangat
besar, karena terjadinya musibah yang menimpa beberapa karyawan,
dimana setiap kecelakaan atau musibah sama sekali tidak diharapkan.
2. Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja
1. UU No. 3 Tahun 1992 tentang JAMSOSTEK ini dikeluarkan
berlandasarkan dasar-dasar hukum.
a. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 27 ayat (2)
Undang-Undang Dasar 1945.
b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang pernyataan
berlakunya undang-undang pengawasan perburuhan tahun
1948 nomor 23 dari Republik Indonesia untuk seluruh
Indonesia (Lembaran Negara tahun 1951 Nomor 41).
c. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang ketentuan-
ketentuan pokok Mengenai tenaga kerja (lembaran Negara
Tahun 1969 nomor 55 : Tambahan lembaran negara nomor
2912).
d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan
kerja (lembaran negara tahun 1970 nomor 1, tambahan
lembaran negara nomor 2918).
e. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang wajib lapor
ketenagakerjaan di perusahaan (Lembaran Negara tahun 1981
nomor 39, tambahan lembaran negara nomor 3201).
3. Manfaat Jamsostek
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan
rehabilitasi bagi tenaga kerjayang mengalami kecelakaan pada saat
dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumahatau menderita
penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program JKK ini
sepenuhnyadibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran
berdasarkan kelompok jenis usahasebagaimana tercantum pada iuran.
1. Biaya Transport (Maksimum)
Darat/sungai/danau Rp 750.000,00
Laut Rp 1.000.000,00
Udara Rp 2.000.000,-
2. Sementara tidak mampu bekerja
Empat (4) bulan pertama, 100% x upah sebulan
Empat (4) bulan kedua, 75% x upah sebulan
Seterusnya 50% x upah sebulan
3. Biaya Pengobatan/PerawatanRp 20.000.000,- (maksimum) dan
Pergantian Gigi tiruan Rp. 2.000.000,- (Maksimum)
4. Santunan Cacat
Sebagian-tetap: % tabel x 80 bulan upah
Total-tetap:
Sekaligus: 70% x 80 bulan upah
Berkala (24 bulan) Rp 200.000,- per bulan*
Kurang fungsi: % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan upah
5. Santunan Kematian
Sekaligus 60% x 80 bulan upaho
Berkala (24 bulan) Rp. 200.000,- per bulan*
Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-*
6. Biaya Rehabilitasi diberikan satu kali untuk setiap kasus dengan
patokan harga yangditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi RS Umum
Pemerintah dan ditambah 40% dari hargatersebut, serta biaya
rehabilitasi medik maksimum sebesar Rp 2.000.000,
Prothese/alat penganti anggota badan
Alat bantu/orthose (kursi roda)
7. Penyakit akibat kerja, besarnya santunan dan biaya pengobatan/biaya
perawatan samadengan poin ke-2 dan ke-3.
4. Iuran Jamsostek
Kelompok I: 0.24 % dari upah sebulan
Kelompok II: 0.54 % dari upah sebulan
Kelompok III: 0.89 % dari upah sebulan
Kelompok IV: 1.27 % dari upah sebulan
Kelompok V: 1.74 % dari upah sebulan
*) sesuai dengan PP Nomor 84 tahun 2010
5. Tata Cara Pengajuan Jaminan
1. Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form
jamsostek 3 (laporankecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada PT
Jamsostek (Persero) tidak lebih dari 2 x24 Jam terhitung sejak
terjadinya kecelakaan
2. Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal dunia oleh dokter
yang merawat,pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan
tahap II) dan dikirim kepada PTJamsostek (persero) tidak lebih
dari 2 x 24 jam sejak tenaga kerja dinyatakansembuh/meninggal.
Selanjutnya PT Jamsostek (Persero) akan menghitung dan
membayarsantunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak
tenaga kerja/ahli waris.3.
3. Form Jamsostek 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan
pembayaran jaminan disertaibukti-bukti:
1. Fotokopi kartu peserta (KPJ)
2. Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form
Jamsostek 3b atau 3c
3. Kuitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi
pengangkutan
6. Program Jaminan Sosial
Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang
bersifat dasar bagi tenaga kerja yangbertujuan untuk menjamin adanya
keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi,
danmerupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga
kerja dan keluarganya akibat dariterjadinya risiko-risiko sosial dengan
pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.
Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut
terbatas saat terjadi peristiwakecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari
tua dan meninggal dunia, yang mengakibatkanberkurangnya atau
terputusnya penghasilan tenaga kerja dan/atau membutuhkan perawatan
medisPenyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan
mekanisme Asuransi Sosial.
Program Jaminan Hari Tua
Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti
terputusnya penghasilan tenagakerja karena meninggal, cacat, atau hari tua
dan diselenggarakan dengan sistem tabungan haritua. Program Jaminan
Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang
dibayarkanpada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah
memenuhi persyaratan tertentu.
Iuran Program Jaminan Hari Tua:
Ditanggung Perusahaan = 3,7%
Ditanggung Tenaga Kerja = 2%
Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi
iuran ditambah hasilpengembangannya.
Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar
iuran yang terkumpul ditambah denganhasil pengembangannya,
apabila tenaga kerja:
Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat
total tetap
Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-
kurangnya 5 tahun dengan masa tunggu 1 bulan
Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi
PNS/POLRI/ABRI
Program Jaminan Kematian
Definisi
Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta
Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan
kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik
dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.
Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kemmatian sebesar
0,3% dengn jaminan kematian yang diberikan adalah sebesar Rp
21.000.000,00 terdiri dari Rp 14.200.000,00 santunan kematian, Rp
2.000.000,00 biaya pemakaman* dan santunan berkala.
Manfaat Program JK*
Program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja seperti:
1. Santunan Kematian: Rp 14.200.000,00
2. Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,00
3. Santunan Berkala: Rp 200.000,00/ bulan (selama 24 bulan)
*) sesuai dengan PP Nomor 76 Tahun 2007
Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja. JPK adalah salah
satu program Jamsostek yangmembantu tenaga kerja dan keluarganya
mengatasi masalah kesehatan. Mulai dari pencegahan,pelayanan di klinik
kesehatan, rumah sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan fungsi
organtubuh, dan pengobatan, secara efektif dan efisien. Setiap tenaga kerja
yang telah mengikutiprogram JPK akan diberikan KPK (Kartu
Pemeliharaan Kesehatan) sebagai bukti diri untukmendapatkan pelayanan
kesehatan.
Manfaat JPK bagi perusahaan yakni perusahaan dapat memiliki
tenaga kerja yang sehat, dapatkonsentrasi dalam bekerja sehingga lebih
produktif.
Cakupan Program
Program JPK memberikan manfaat paripurna meliputi seluruh
kebutuhan medis yangdiselenggarakan di setiap jenjang PPK dengan
rincian cakupan pelayanan sebagai berikut:
1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama, adalah pelayanan
kesehatan yang dilakukanoleh dokter umum atau dokter gigi di
Puskesmas, Klinik, Balai Pengobatan atau Dokter praktek solo
2. Pelayanan Rawat Jalan tingkat II (lanjutan),cadalah pemeriksaan
dan pengobatanyang dilakukan oleh dokter spesialis atas dasar rujukan
dari dokter PPK I sesuai denganindikasi medis
3. Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit, adalah pelayanan kesehatan
yang diberikankepada peserta yang memerlukan perawatan di ruang
rawat inap Rumah Sakit
4. Pelayanan Persalinan, adalah pertolongan persalinan yang diberikan
kepada tenagakerja wanita berkeluarga atau istri tenaga kerja peserta
program JPK maksimum sampaidengan persalinan ke 3 (tiga).
5. Pelayanan Khusus, adalah pelayanan rehabilitasi, atau manfaat yang
diberikan untukmengembalikan fungsi tubuh
6. Emergensi, Merupakan suatu keadaan dimana peserta membutuhkan
pertolongan segera,yang bila tidak dilakukan dapat membahayakan
jiwa.
Tenaga Kerja
1. Pengertian Tenaga Kerja
Di dalam UU No. 3 Tahun 1992 tentang jaminan social tenaga
kerja pada pasal 1 butir 2 disebutkan bahwa pengertian tentang tenaga
kerja adalah “setip orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.”
Selanjutnya, tenaga kerja merupakan bagian dari penduduk dalam
usia kerja yang teridri dari angkatan kerja (golongan kerja, golongan
yang menganggur, dan sedang mencari pekerjaan) dan bukan angkatan
kerja (golongan yang bersekolah, golonngan yang mengurus rumah
tangga, dan golongan penerima pendapatan)
Tenaga kerja lepas harian adalah pekerja yang bekerja pada
pengusaha untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dan dapat berubah-
ubah dalam hal waktu maupun volume pekerjaan dengan menerima upah
yang didasarkan atas kehadiran pekerja secara harian (pasal 1 Peraturan
Menteri Tenaga Kerja nomor: Per 06/Men/1985 tentang perlindungan
Pekerja Harian Lepas).
Tenaga kerja harian lepas bidang jasa konstruksi adalaha tenaga
kerja yang bekerja pada sector jasa konstruksi yang menerima upah sesuai
dengan jumlah kehadirannya, tanpa ada ketentuan yang pasti tentang
berapa jumlah upah yang diterima karena tidak ada standardisasi jumlah
upah yang diterima antara perusahaan jasa konstruksi yang satu dengan
yang lainnya berbeda dalam menentukan jumlah besarnya upah untuk
setiap harianya baik untuk pekerja harian lepas yang utama maupun
pembantunya.
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam
menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi. Sedangkan kesempatan
kerja yang tersedia merupakan sumber pendapatan masyarakat, hanya saja
untuk Negara Indonesia menunjukkan adanya indicator bahwa jumlah
nagkatan kerja masih meningkat tajam. Hal ini menyebabkan adanya
ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja,
sehingga mennyebabkan pegangguran
2. Keadaan ekonomi tenaga kerja
Kebijaksanaan ekonomi identik dilaksanakan untuk mengantisipasi
masalah stabilisasi seperti pengangguran dan masalah pertumbuhan.
Menurut Arthur Okum dari Bookings Institution, hubungan antara laju
pertumbuhan riil dengan perubahan tingkat pengangguran menunjukkan
adanya trade-of dengan ratio sekitar 3:1, hal ini merupakan pedoman
penting bagi perumusan kebijaksanaan karena dapat memberi petunjuk
tentang bagaimana suatu target pertumbuhan tertentu akan mempengaruhi
tingkat pengangguran dari waktu ke waktu.
Pengangguran di samping disebabkan karena terbatasnya lapangan
kerja yang tidak seimbang dengan tambahan angkatan kerja juga
disebabkan oleh kualitas tenaga kerja yang kurang sesuai dengan
kebutuhan. Selain itu, adanya masalah penghasilan pekerja yang belum
memadai untuk dapat hidup layak bersama keluarganya. Upah minimum
sektoral sudah diuapayakan kenaikannya secara cepat namun masih belum
mencapai 100% kebutuhan fisik minimum. Rendahnya efisiensi ddan
produktivitas tenaga kerja di Indonesia, tampak dari rendahnya daya saing
produk nasional di pasaran dunia, apalagi masih diperberat oleh kurang
wajarnya biaya ekonomi nasional
Resiko Kerja dan Perlindungan Kerja
1. Resiko dan Perlindungan Kerja
Resiko merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari manusi
(tenaga kerja). Disamping itu, tidak ada orang yang dapat bebas dari suatu
resiko, meskipun demikian sudah barang tentu seseorang atau beberapa
orang lebih terbuka atas kemungkinan terhadap jenis resiko dibandingkan
dari satu atau beberapa orang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh jenis
pekerjaan yang berbeda, kondisi fisik, keadaan geografis, dll sehingga
dapat pula disebut bahwa resiko aka nada.
Menurut Kutipan yang terdapat dalam buku milik Robert E
Keeton, Risk is an psychological phenomenon that is meaningfull only in
term of human reaction and experimental.
Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja harian lepas bidang
konstruksi merupakan resiko kerja yang harus ditanggung pengusaha
sebagai salah satu bentuk kewajiban penngusaha dalam memberikan
perlindungan kerja bagi tenaga kerja. Namun realitanya bahwa resiko yang
diterima tenaga kerja itu dibebankan kepada Negara (PT. Jamsostek).
Resiko yang demikian termasuk pada jenis resiko yang
fundamental. Resiko fundamental pada umumnya dianggap sebagai
tanggung jawab Negara dan masyarakat, sehingga tidak mungkin resiko
tersebut ditanggulangi oleh individu atau perorangan.
Tindakan yang bias dilakukan manusia untuk mengatasi segala
kemungkinan yang timbul antara lain dengan cara:
1. Menghindari dari kemungkinan tersebut agar tidak mengalami
kerugian
2. Mencegah dengan cara melakukan suatu tindakan yang dapat
mengurangi kerugian
3. Mengalihkan kemungkinan kerugian kepada pihak lain
4. Menerima kerugian tersebut
Dalam kasus ini, pihak pengusaha/pengguna jasa mengalihkan
kerugian yang dialami oleh tenaga kerja dialihkan kepada PT Jamsostek.
2. Keselamatan Kerja
Pengertian
Keselamatan Kerja menurut UU No 1/1970 tentang Keselamtan
Kerja adalah keselamtan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan
serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja tersebut berlaku
dalam lingkup keselamatan kerja.
Usaha keselamatan kerja pada dasarnya mempunyai tujuan umum
sebagai berikut:
1. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada di tempat kerja
agar selalu terjamin keselamatannya sehingga dapat
diwujudkan peningkatan produksi dan produktivita kerja.
2. Perlindungan setiap orangg lainnya yang berada di tempat kerja
agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat
3. Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat
dipakai dan digunakan secara aman dan efisien.
Sedangkan secara khusus usaha keselamatan kerja
mempunyai tujuan:
a. Mencegah dan/atau mengurangi kecelakaan, kebakaran,
peledakan dan penyakit akibat kerja
b. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja,
bahan baku dan bahan hasil produksi
c. Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman,
nyaman, sehat dan sesuai antara manusia dengan
pekerjaan, atau pekerjaan dengan manusianya
Terdapat empat kelompok perusahaan dalam menjalankan
keselamatan kerja, yaitu
a. Perusahaan yang buta keselamatan kerja
Perusahaan jenis ini memiliki nilai investasi yang masih terbatas
sehingga pelaksanaan hubungan perburuhan atau ketentuan-ketentuan
tentang keselamatan kerja dianggap sebagai beban, sehingga sebisa
mungkin ada dihindari.
b. Perusahaan yang berpandangan bahwa keselamatan kerja merupakan
unsure biaya yang mempenaruhi profitabilitas usaha
Pada kelompok ini, perusahaan sudah mulai besar. Namun,
orientasi utama dari perusahaan ini adalah pertumbuhan keuntungan
yang dituju. Dengan adanya orientasi seperti itu, maka pelaksanaan
keselamatan kerja yang akan mengeluarkan biaya lebih akan menjadi
pertimbangan untung dan ruginya suatu proyek.
c. Perusahaan yang berpandangan keselamatan kerja sebagai bagian dari
tanggung jawab social perusahaan
Perusahaan yang berada pada tahap ini biasanya sudah terbebas
dari tahap survival. Nilai investasinya pun sudah cukup besar dengan
hasil usaha yang relative stabil. Orientasi perusahaan ini bukan lagi
profit sebesar-besarnya karena keuntungan dianggap sebagai hasil
akhir yang diperoleh dari kerja dalam sumber daya manusia yang
sangat menonjol. Upaya dalam meningkatkan keselamatan kerja akan
disambut baik oleh perusahaan yang sudah berada dalam tahap ini.
d. Perusahaan yang menempaatkan keselamatan kerja sebagai integral
dari kegiatan bisnisnya
Dalam tahap ini perusahaan benar-benar memperhatikan
keselamatan kerja. Seringkali keselamatan kerja digunakan sebagai
parameter keberhasiln perusahaan tersebut
BAB 3
Metode Penyelesaian Masalah
Metodologi penyelesaian yang digunakan dalam penulisan makalah
ini adalah dengan studi literatur. Studi literatur disini adalah studi mengenai
gambaran singkat dari apa yang telah dipelajari dimana studi dilakukan
dengan mengevaluasi penelitian yang dilakukan berdasarkan penelitian-
penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Dan melalui studi literatur ini
nantinya dapat diketahui apa yang sudah dipelajari, serta kelemahan,
kesenjangan apa saja mengenai topik yang dibahas serta mengetahui daerah
mana dari topik yang dibahas yang memerlukan studi lebih lanjut.
BAB 4
Pembahasan yang Dikaitkan dengan
Referensi yang Digunakan
Perkembangan perusahaan/penyedia jasa bidang konstruksi di kota Semarang
Pengetahuan tentang manfaat pelayanan PT Jamsostek dalam jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian
Pengetahuan Pimpinan perusahaan jasa konstruksi mengenai pelayanan program PT jamsostek untuk bidan konstruksi
Pelaksanaan Peraturan Perundangan tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi
Tenaga Kerja Harian Lepas Bidang Jasa Konstruksi
a. Inventarisasi Peraturan Perundangan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Ketentuan hukum Nasional mengenai jaminan social tenaga kerja yang
berlaku di wilayah Republik Indonesia sudah ada sejak tahun 1960.
Dengan suksesnya penerapan metode ini, selanjutnya jamsostek
memberikan jaminan social tenaga kerja untuk karyawan sector swasta
pada tahun 1977 yang disebut dengan Asuransi Sosial Tenaga Kerja
(ASTEK).
1. Undang-undang
1. UU No. 14 tahun 1969 : Ketentuan-ketentuan pokok mengenal
Tenaga Kerja
2. UU No. 1 tahun 1970 : Tentang keselamatan kerja
3. UU No. 3 tahun 1992 : Jamsostek
4. UU No. 11 tahun 1998 : Perubahan berlakunya UU no 25 tahun
1977 tentang ketenagakerjaan
2. PP
1. PP 33/1977 : ASTEK
2. PP 8/1981 : Perlindungan upah
3. PP 30/1983 : Perubahan atas peraturan pemerintah no. 33 tahun
1977 tentang ASTEK
4. PP 14/1993 : Penyelenggaraan program jamsostek
3. Keputusan Presiden
1. Keppres: 35/1982 : Perubahan besarnya uang jaminan
kematian uang kubur ASTEK
2. Keppres 11/1985 : Perubahan besarnya uang jaminan
kematian ASTEK
3. Keppres 10/1987 : Perubahan besarnya perawatan jaminan
kecelakaan kerja dan perubahan besarnya uang jaminan kematian
ASTEK
4. Keppres 28/1988 : Besarnya jaminan kecelakaan kerja dan
jaminan kematian ASTEK
5. Keppres 51/1989 : Perubahan keppres 28/1988 tentang
besarnya jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian ASTEK
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja
1. Per men Naker
No. Per 04/Men/1993 : Jaminan kecelakaan kerja
2. Per men Naker
No. Per 05/Men/1993 : Petunjuk teknis pendaftaran Kepesertaan,
pemmbayaran iuran, pembayaran santunan, dan pelayanan
jamsostek
3. Per men Naker
No. Per 36/Men/1995 : Penerapan badan penyelenggara program
Jamsotek
4. Per men Naker
No. Per 03/Men/1998 : Tata cara pelaporan dan pemeriksaan
kecelakaan
5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja
1. Kepmen Naker
No. Kep 116/Men/1977 : Peraturan tata cara penyertaan
pendaftaran, pembayaran iuran, dan pembayaran jaminan ASTEK
2. Kepmen Naker
No. Kep 03/Men/1994: Penyelenggaraan Program jaminan social
tenaga kerja bagi tenaga kerja harian lepas, tenaga kerja borongan,
dan tenaga kerja kontraktorKepmen Naker
3. Kepmen Naker
No. Kep 150/Men/1999 : Penyelenggaraan Program jaminan
social tenaga kerja bagi tenaga kerja harian lepas, tenaga kerja
borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu
4. Kepmen Naker
No. Kep 196/Men/1999 : Penyelenggaraan Program jaminan
social tenaga kerja bagi tenaga kerja harian lepas, tenaga kerja
borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu pada sector jasa
konstruksi
6. Instruksi Menteri Tenaga Kerja
Ins. Menaker
No. Inst/05/M/RW/1996 : Pengawasan dan pembinaan keselamatan
dan kesehatan kerja pada kegiatan konstruksi bangunan
b. Pentingnya Pelaksanaan Peraturan Jaminan Social Tenaga Kerja Bagi
Tenaga Kerja Harian Lepas Bidang Jasa Konstruksi Dalam Menghadapi
Resiko Kerja
Tenaga kerja konstruksi memiliki sedikit perbedaan dengan tenaga
kerja lain, karena pekerjaan konstrukdi tidak terus menerus menggunakan
jumlah pekerja yang sama bahkan pada satu proyek yang sedang berjalan.
Masih cukup banyak perusahaan yang belum mencapai tahap
bagaimana pentingnya jaminan social bagi tenaga kerja, sehingga
seringkali tenaga kerja yang tertimpa musibah merupakan pihak yang
dirugikan karena tidak mendapat jaminan apa pun.
Untuk itu, pemerintah pun membuat kebijakan-kebijakan yang
telah disebutkan di atas untuk menjamin keselamatan tenaga kerja
termasuk tenaga kerja harian lepas.
Pada pasal 10 (1) Keputusan Menteri disebutkan bahwa besarnya
iuran didasarkann pada nilai kontrak kerja konstruksi dan nilai komponen
upahnya tidak diketahui dan tidak tercantum, maka besarnya iuran untuk
program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian ditetapkan
sebagai berikut:
1. Pekerjaan konstruksi sampai dengan Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) sebesar 0,24% dari nilai kontrak kerja konstruksi
2. Pekerjaan konstruksi diatas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
sampai dengan Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sebesar
penetapan iuran poin 1 ditambah 0,19% dari selisih nilai yakni
Kontrak kerja konstruksi dikurangi Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah)
3. Pekerjaan konstruksi diatas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) sebesar
penetapan iuran poin 2 ditambah 0,15% dari selisih nilai yakni
Kontrak kerja konstruksi dikurangi Rp 500.000.000,00 (limaratus juta
rupiah)
4. Pekerjaan konstruksi diatas Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)
sampai dengan Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) sebesar
penetapan iuran poin 3 ditambah 0,12% dari selisih nilai yakni
Kontrak kerja konstruksi dikurangi Rp Rp 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah)
5. Pekerjaan konstruksi diatas Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)
sebesar penetapan iuran poin 4 ditambah 0,10% dari selisih nilai yakni
Kontrak kerja konstruksi dikurangi Rp Rp 5.000.000.000,00 (lima
milyar rupiah)
Cara pembayaran dengan system seperti ini banyak member keuntungan
antara lain
a. Mengamankan keuangan negara/pihak yang memberikan pekerjaan
proyek
b. Tidak merugikan pengusaha jasa konstruksi
c. Menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan
1. Perlindungan kerja
Pengertian
Secara eksplisist, perlindungan kerja tidak terdapat di dalam
peraturan tentang ketnagakerjaan, tetapi pengertian perlindungan kerja
terdapat pada pasal 9 UU No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-
ketentuan pokok mengenai tenaga kerja, yang berbunyi ‘Tiap tenaga
kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan kesehatan, serta
kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat manusia dan moral agama”.
Pasal 9 tersebut kemudia dijabarkan dalam norma perlindungan
kerja yang diatur di dalam Pasal 10 yang berbunyi “pemerintah
membina perlindungan kerja yang mencakup:
a. Norma keselamatan kerja
b. Norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan
c. Norma kerja
d. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam
hal kecelakaan kerja
2. Jaminan social tenaga kerja dalam upaya perlindungan kerja bagi
tenaga kerja harian lepas bidang jasa konstruksi
Penyelenggaran program jamsostek bagi tenaga kerja harian lepas
bidang konstruksi merupakan progrsm khusus yang diwajibkan bagi
para pengusaha konstruksi untuk mengikutsertakan tenaga kerjanya
pada program jamsostek yang berupa jaminan kecelakaan kerja dan
jaminan kematian.
Jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian diperuntukkan
bagi tenaga kerja harian lepas bidang jasa konstruksi sebagai wujud
bentuk perlindungan tenaga kerja apabila tenaga kerja harian lepas
bidang konnstruksi mengalami kecelakaan kerja.
Ketika para pengguna jasa konstruksi tidak mematuhi ketentuan
peraturan pelaksanaan tentang penyelenggaraan jamsostek bagi tenaga
kerja harian lepas jasa konstruksi pada dasarnya akan merugikan diri
mereka sendiri mengingat bahwa sebenarnya ketika terjadi kecelakaan
adalah tanggung jawab pihak pengguna jasa konstruksi.
Pelaksanaan peraturan jaminan social tenaga kerja dalam upaya
perlindungan kerja bagi tenaga kerja harian lepas bidang jasa
konstruksi belum sepenuhnys berjalan sesuai dengan ketentuan karena
kurangnya pemahaman pihak pengguna jasa konnstruks.
c. Hakekat Jamsostek bagi tenaga kerja
1. Program public
Jaminan social tenaga kerja merupakan program public
yang memberikan hak dan kewajjiban secara pasti bagi
pengusaha dan tenaga kerja berdasarkan UU No. 3 tahun 1992
2. Perlindungan
Jaminan social tenaga kerja memberikan perlinndungan
yang sifatnya dasara dengan maksud untuk menjaga harkat dan
martabat manusia jika mengalami resiko-resiko social ekonomi
dengan pembiayaan yang dapat dijangkau oleh pengusaha dan
tenaga kerja sendiri
d. Manfaat pemberian Jaminan social tenaga kerja
Manfaat yang didapat secara hukum adalah:
1. Produktivitas yang semakin bertambah
2. Mengurangi ketidakpastian masa depan
3. Menambah semangat kerja dan loyalitas
4. Berkurangnya perpindahan dan ketidakhadiran pegawai
5. Hubungan kemasyarakatan baik
BAB 5Kesimpulan
Terdapat beberapa hukum yang telah menjamin kehidupan Tenaga Kerja
Harian Lepas bidang konstruksi jika terjadi kecelakaan, melalui undang-undang,
PP, Kepres, Permen Naker, Ins Men Naker.
Pelaksanaan Peraturan perundangan tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
yang memberi perlindungan hukum bagi tenaga kerja harian lepas bidang
konstruksi berupa jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian berdasarkan
Kep Men no. 196/Men/1999 di kota Semarang cukup berhasil karena adanya
manfaat yang diperoleh baik bagi pihak pengusaha jasa konstruksi maupun para
tenaga kerja harian lepas bidang jasa konstruksi
Daftar Pustaka Sentanoe Kertonegoro. Jaminan Sosial dan Pelaksanaannya di Indonesia.Cet. I.Mutiara.Jakarta:
Ridwan Marpaung.Kamus Populer Pekerja Sosial.1988.Imam Soepomo.Pengantar Hukum Perburuhan.Djambatan.Jakarta:1981
Sunindhia dan Ninik Widiyanti.Managemen Tenega Kerja.Bima Aksara Jakarta:1987.
http://www.scribd.com/doc/99894241/Pengertian-Jamsostek