holistik mina padi@e-respiratory library usu
DESCRIPTION
Teknologi sederhana dan tepat guna yang dapat ditawarkan dalam mitigasi iklim adalah mina padi, teknik menanam padi dan memelihara ikan di pertanaman padi di Desa Manik Rambung, Simalungun.TRANSCRIPT
PENDEKATAN HOLISTIK: PENGGUNAAN MINA PADI DI SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA
Ameilia Zuliyanti SiregarDepartemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU
PENDAHULUAN
Simalungun dikenal dengan julukan Habonaron Do Bona, merupakan salah satu kota
penghasil padi dataran tinggi di Sumatera Utara. Pertanian merupakan salah satu kegiatan
manusia yang sangat tergantung pada iklim mulai dari perencanaan, operasi di lapangan
dari penanaman sampai panen, hingga proses pemasaran. Menurut Erni Susanti dkk.
(2012), persoalan yang dihadapi para petani dalam melaksanakan kegiatan usaha tani pada
saat ini adalah terjadinya perubahan iklim yang sangat ekstrim, sehingga sering terjadi
kerugian gagal panen, sementara biaya yang dikeluarkan sudah semakin banyak. Sekarang
ini mulai dikaji secara intensif sistem kearifan lokal yang mengintegrasikan sosial-kultur
budaya masyarakat dengan teknologi tepat guna untuk mengatasi persoalan yang timbul di
bidang pertanian tersebut.
Di tanah “Habonaron Do Bona”, di Portibi, Simalungun terkenal dengan Pitutur
Luhur. Makna pitutur luhur merupakan penggalan ‘ajaran spiritual tingkat tinggi’ yang
diabadikan dalam bentuk pedoman perilaku – the way of life. Pitutur Luhur merupakan
sandi yang mesti diselami dengan hati yang terbuka, jika tidak kita hanya akan membentur
‘ego’ kita sendiri, ‘ego’ buatan, keadaan masyarakat yang mesti dilampaui jika ingin
mengapresiasi maknanya. Menurut Jai Roi Purba (2009) dan David (2012) terdapat lima
‘ruhut ni goluh’ yang sejak lama telah menjiwai kehidupan di masyarakat Simalungun dan
masih relevan hingga di zaman modern ini.
SEJARAH SINGKAT SIMALUNGUN
1. Oppu Oppu (Marguru Na Bonar)
Marguru Na Bonar memiliki pengertian “bergurulah pada kebenaran hakiki,
kebenaran yang memuliakan; berguru kepada seseorang yang tercerahkan”. Banyak hal
dapat dijadikan sebagai “guru”. Kepada alam, dunia hewan, dunia tumbuhan, pergaulan
dengan sesama manusia, pengalaman orang lain, kitab suci, guru di lembaga pendidikan
formal, guru agama atau pribadi tertentu yang memiliki intelegensia dan tuah tertentu.
1
Semua hal tersebut bisa dijadikan guru, karena kita mendapatkan hikmah, pengajaran,
perbandingan, peringatan sehingga kita bisa memperbaharui diri kita. Dengan maksud,
hubungan ini tidak statis, artinya ada upaya di dalam diri untuk melakukan ‘pemberdayaan
diri’ sehingga kita menjadi pribadi yang lebih matang dan bahagia. Maka bergurulah
kepada banyak hal.
Pada masa lampau, struktur kampung/desa (huta) di Simalungun senantiasa memiliki
seorang guru, diperankan “tondong” yaitu kepala rumah tangga sebuah desa. Sebutan
‘guru’ untuk para tetua (Par-Tuha) berfungsi sebagai penasehat. Par-Tuha selalu
memberikan pesan moral yang menekankan interaksi antara manusia dengan
lingkungannya, contohnya adalah…..kacaukan hutan! Maka akan berpengaruh kepada
kehidupan manusia itu sendiri.
2. Didihil (Maruhur Na Bonar)
Terdapat tiga pengertian dari Maruhur Na Bonar yaitu ‘berpikir atau cara pandang
yang tepat menggunakan hati nurani’; memiliki cinta, memiliki kepedulian, memiliki
semangat untuk berbagi, semangat melayani, semangat kebersamaan; dan memiliki
kestabilan emosi (mental emotional) yang telah matang, telah terbangun dengan baik.
Maruhur Na Bonar harus dilandaskan pada pengetahuan dan kebijaksanaan sehingga kita
bisa bertanggung jawab dan berpikir secara tepat guna melalui bimbingan seorang guru.
3. Dangsina (Marhata Na Bonar)
Marhata Na Bonar berarti berbicara yang tepat. Ucapan adalah ungkapan paruhuran
na bonar, ekspresi intelektualitas yang tepat dan intelegensia yang baik. Ketika kita hendak
berbicara, nurani kita langsung bekerja, intelegensia kita menuntun mengungkapakan
sesuatu dengan tata kalimat yang beretika moral.
4. Tutuduh (Marhorja Na Bonar)
Marhorja Na Bonar, bertindak secara tepat. Dimana, ucapan dan tindakan adalah
ekspresi ‘kesadaran’ kita untuk memilah mana tindakan yang benar atau yang salah dan
yang tepat atau tidak tepat. Ketepatan di sini berarti berguna bagi diri sendiri, bagi orang
lain, bahkan bagi lingkungan. Tindakan yang tepat berarti mengamalkan etika, aturan,
pedoman prilaku, hukum, kejujuran, keberanian dan lain-lainnya. Pada kenyataannya,
2
dalam kondisi dan situasi tertentu, kita membutuhkan keberanian dan kekuatan mental
untuk melakukan suatu kebenaran universal meski akan dijauhi oleh orang-orang atau
kumpulan komunitas di lingkungan kita. Saat ini, kita membutuhkan kekuatan hasil
paruhuran na bonar melalui perkataan yang tepat untuk bisa melakukan tindakan yang
tepat. Sebuah tindakan yang tepat membutuhkan keberanian, integritas, komitmen yang
sudah terbentuk dalam diri sendiri.
5. Tutualang (Marsaor Na Bonar)
Marsaor Na Bonar mengandung pengertian pergaulan yang tepat. Pergaulan itu
meliputi interaksi manusia dengan lingkungannya, melalui proses tiga S, yaitu asah (saling
memperkaya), asuh (saling mengajari) dan asih (saling mengasihi).
Suriatna (1988) menyatakan merubah dan membentuk cara pandang petani tentang
alam ini merupakan suatu hal yang sangat penting karena para petani tidak menyadari
bahwa perubahan iklim yang sedang terjadi merupakan bagian dari campur tangan manusia
yang kurang bersahabat dengan alam, seperti ilegal loging di hulu sungai serta kerusakan
lain sebagai akibat ulah tangan manusia. Upaya pemberian pemahaman petani terhadap
persoalan cuaca ekstrim ini diwujudkan melalui kegiatan sekolah lapang iklim atau kursus
singkat agar para petani dapat mengetahui dampak perubahan iklim dalam suatu siklus
musim tanam (Meinarti dkk., 2009). Para petani diberikan pengetahuan mendasar,
keterampilan mendeteksi dan menganalisis persoalan dalam mengambil keputusan untuk
menentukan kegiatan usaha tani selanjutnya.
Disamping itu, optimalisasi potensi lahan sawah irigasi dan peningkatan pendapatan
petani adalah penting dengan merekayasa lahan menggunakan teknologi tepat guna. Cara
yang dapat dilakukan yaitu dengan mengubah strategi pertanian dari sistem monokultur ke
sistem diversifikasi pertanian, misalnya menerapkan teknologi budidaya Mina Padi.
Dengan adanya pemeliharaan ikan di persawahan, selain dapat meningkatkan keragaman
hasil pertanian dan pendapatan petani, juga dapat meningkatkan kesuburan tanah dan air,
serta dapat mengurangi hama penyakit pada tanaman padi, dan sumber pendapatan protein
tambahan bagi keluarga petani. Rekayasa teknik tanam padi dengan cara tanam jajar
legowo 2:1 atau 4:l, berdasarkan hasil penelitian terbukti dapat meningkatkan produksi
padi sebesar 12-22%.
3
Desa Manik Rambung merupakan salah satu kecamatan penghasil mina padi di
Simalungun. Untuk mendukung terlaksananya program mina padi di Simalungun,
diperlukan beberapa persyaratan, diantarnya adalah: petakan sawah mempunyai pematang
keliling yang kuat sehingga dapat menahan air dan tidak bocor dengan lebar pematang 30-
50 cm dan tingginya 40-50 cm. Kemudian saluran pemasukan dan pengeluaran dilengkapi
dengan saringan (kawat, bambu dan lainnya), serta bentuk parit dan lebarnya disesuaikan
dengan luas petakan sawah, yaitu 2-3 % dengan kedalaman setinggi 25-50 cm. Macam-
macam bentuk parit yaitu; keliling, diagonal, tengah, keliling tengah, keliling diagonal, dan
silang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumpun padi yang berada di barisan pinggir
hasilnya 1,5 - 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan produksi rumpun padi di bagian dalam.
KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN MINA PADI
1. Pada cara tanam jajar legowo 2:1, semua maupun tanaman seolah-olah berada pada
barisan pinggir pematang, sedangkan pada cara tanam jajar legowo 4:1, separuh
tanaman berada pada bagian pinggir (mendapat manfaat border effect).
2. Jumlah rumpan padi meningkat sampai 33°/a/ha.
3. Meningkatkan produktivitas padi 12-22%.
4. Memudahkan pemeliharaan tanaman.
5. Masa pemeliharaan ikan dapat lebih lama,yaitu 70-75 hari. dibanding cara tandur jajar
biasa yang hanya 45 hari.
6. Hasil ikan yang diperoleh dapat menutupi sebagian biaya usaha tani dan protein
tambahan bagi keluarga petani.
7. Dapat meningkatkan pendapatan usahatani antara 30-50%.
8. Kesuburan tanah dapat ditingkatkan karena kotoran ikan dan sisa makanan berfungsi
sebagai pupuk.
9. Pertumbuhan gulma dapat ditekan karena ikan memakan tumbuh-tumbuhan kecil
(gulma) yang tumbuh di sawah. Dengan demikian, persaingan antara padi dan gulma
dalam mengisap makana dapat dikurangi.
10. Perkembangan populasi hama dan penyakit tanaman padi dapat ditekan karena ikan
memakan binatang-binaatng kecil yang merupakan hama padi.
11. Perilaku ikan terutama ikan mas dalam mencari makanan biasanay dengan cara
membolak-balik tanah. Hal ini dapat memperbaiki struktur tanah.
4
12. Tanaman menjadi lebih terkontrol karena petani menjadi lebih sering pergi ke sawah.
Dengan demikian, pertumbuhan tanaman padi dan ikan menjadi lebih terawasi
sehingga produksinya lebih meningkat.
Untuk mengubah pemahaman petani terhadap perubahan
iklim dibutuhkan pengetahuan melalui kegiatan sekolah lapang iklim yang dikemas
melalui prinsip belajar melalui pengalaman dengan asas sebagai berikut:
1. Sarana: belajar dilapangan
2. Cara: belajar lewat pengalaman
3. Mengembangkan: perencanaan dari bawah
4. Tidak ada guru kecuali fasilitator
5. Materi yang dikaji Agroekosistem dan iklim dan usahatani
6. Dilaksanakan dalam satu musim tanam.
Hasil identifikasi Dampak/Masalah Perubahan Iklim di Desa Manik Rambung dapat
dilihat pada tabel 1 (musim kemarau) dan tabel 2 (musim hujan).
Tabel 1. Identifikasi Masalah pada Musim Kemarau (Sumber: Hasil Pemantauan di Lapangan, 2009-2011)No
Masalah Penyebab Solusi Upaya adaptasi Upaya Mitigasi
1 Menurunnyadebit air dari sumber mata air
-Luas kawasan hutan berkurang
-Pengaturan pola tanam-Pemilihan varietas tahan
kekeringan
- Perdes/Perda. - Reboisasi
2 Tanaman kerdil - Pasokan air irigasi kurang -Jaringan irigasi rusak
-Mengganti tanaman disesuaikan dengan ketersediaan air
-Pemberian mulsa
- Reboisasi- Rehabilitasi- Organisasi P3A
3 Gagal panen -Kekeringan - Memajukan/memundurkan waktu tanam
- Pompanisasi/irigasi permukaan
- Sistem pertanian organik- Kalender tanam
4 Rusaknyaekosistem dalam tanah
-Suhu panas meningkat - Pemberian mulsa padatanah
Mengurangi penggunaan bahan kimia yang berlebihan
5 Meningkatnyaserangan hama penggrek batang dan belalang kumbara
- GagalPanen padi
-Fluktuasi suhu dan kelembaban udara semakin meningkat
-Kekeringan yang panjang
- Pemilihan varietas tahan penggerek batang
- Varietas tahan kekeringan, inpari, inpago
- Pemantauan terhadap dinamika serangan OPT yang dikaitkan denganperubahan iklim
- Pengembangan jejaring informasi serangan OPT perlu dilakukan dan harus menjadi kebijakanyang dikedepankan.
- SLPHT
5
Tabel 2. Identifikasi Masalah pada Musim Hujan (Sumber: Hasil Pemantauan di Lapangan, 2009-2011)No
Masalah Penyebab SolusiUpaya adaptasi Upaya mitigasi
1 Banjir - Luas kawasan hutan berkurang
-Pemilihan varietas tahan rendaman
- Perdes/Perda.-- Reboisasi
2 JaringanIrigasi Rusak
-Banjir -Tanah Longsor
- Pembersihan saluran
-- Drainase - Rehabilitasi
3 MeledaknyaHama Penyakit
-Kelembabantinggi
- Memajukan/memundurkan waktu tanam
- Pompanisasi/irigasi permukaan
- Sistem pertanian organik- Kalender tanam
4 Rusaknyaekosistem dalam tanah
-Suhu panas meningkat -Penggunaan
bahan kimia yang berlebihan
- Pemberian mulsa dan pupuk organik pada tanah
- Mengurangi penggunaan bahan kimia yangberlebihan
5 Penyakit tanaman seperti penyakit kresek dan blas pada padi
-Kelembaban yang meningkat menyebabkan OPT mudahberkembangbiak.
Penggunaan varietas yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit
-Melakukan studi/kajian memajukan/memundurkan waktu tanam
- SLPHT
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam berbudidaya padi adalah sebagai berikut:
1. Penggunan Benih Unggul
Benih unggul yang dimaksudkan disini adalah yang mempunyai daya tumbuh yang tinggi,
kemurniannya dapat dijamin, anakan banyak, jumlah bulir per malai banyak, tahan
hama/penyakit, berumur pendek, tahan kekeringan atau rendaman dan mampu berproduksi
tinggi, diantaranya yang sudah dikenal petani seperti IR.42, IR.64, Cisokan, Cisadane,
Ciherang dan lain-lain.
2. Penyemaian
Penyemaian dapat dilakukan baik dengan sistim semai biasa ataupun semai tugal. Yang
perlu mendapat perhatian disini adalah keselarasan antara umur bibit dengan kondisi air
dilahan ketika hendak ditanam, kalau umur bibit sudah lebih dari 25-30 hari sedangkan
tinggi air dipermukaan sawah belum memungkinkan untuk ditanami padi, maka perlu
dilakukan pecah bibit ke lahan sawah dibagian tepi, untuk memberikan waktu selama
beberapa hari agar bibit sudah semakin besar/tinggi dan air di permukaan sawah surut.
3. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah baik dengan menggunakan hand traktor atau cangkul, sebaiknya
dilakukan tidak terlalu dalam (sesuai ukuran kedalaman akar padi) untuk menghindari agar
6
lapisan pirit dibawah top soil tidak terangkat keatas. Pengeolahan tanah Ini hanya dapat
dilakukan pada sawah lebak dangkal dengan kedalaman air sekitar 50 cm, sedangkan pada
tipe sawah lebak lainnya hal ini tidak mungkin dilakukan mengingat kedalaman airnya
lebih dari 50 cm dengan masa tergenang bervariasi, untuk itu cukup dengan cara TOT saja.
4. Penanaman
Penanaman dapat menggunakan sistim legowo maupun sistim tegel, sistim legowo
diyakini dapat memberikan peningkatan produksi karena populasi tanamnya bertambah
dibandingkan bila menggunakan sistim tegel. Disamping itu dengan menggunakan system
legowo ini dapat mengurangi kelembaban juga meminimalisir serangan hama tikus yang
sering meresahkan petani (Badan Litbang Pertanian dalam Juknis Lapang PTT Padi
Sawah, 2007).
5. Penyiangan
Penyiangan adalah suatu hal yang mutlak harus dilakukan karena biasanya gulma akan
cepat sekali tumbuh dan menjadi pesaing utama bagi tanaman padi untuk mendapatkan
sinar matahari dan unsur hara, umumnya petani melakukan penyiangan ini 1 atau 2 kali
tergantung kondisi gulmanya dengan peralatan seperti tajak dan sebagainya.
6. Pemupukan
Walaupun sering terkena banjir yang banyak membawa bahan organik, sawah lebak masih
membutuhkan pupuk anorganik dan jumlahnya per hektar adalah Urea 100-150 kg, SP 36
sebanyak 50-75 kg dan KCL sebanyak 40 kg. Cara pemberiannya diatur sedemikian rupa
yakni setelah pemberian pupuk dasar, dilakukan pemupukan susulan. Dalam pemberian
pupuk susulan ini sering mengalami kendala yakni kesesuaian umur padi pada saat itu dan
tinggi permukaan air di sawah untuk menjaga efektifitas dan efisiensi pemupukan.
7. Pengendalian Hama Penyakit
Hama dan penyakit utama yang sering dijumpai dalam budidaya padi sawah lebak antara
lain tikus, hama wereng coklat, hama putih palsu, penggerek batang, keong mas, hama
orong-orong, walang sangit dan penyakit blast. Upaya mengatasinya adalah dengan
menggunakan sistem pengendalian hama terpadu dengan mengkombinasikan berbagai cara
7
yang tidak merusak alam, sedangkan penggunaan pestisida hanya dapat dilakukan apabila
sudah sangat terpaksa.
TEKNOLOGI TEPAT GUNA MITIGASI IKLIM DENGAN MINA PADI
Teknologi sederhana dan gtepat guna yang dapat ditawarkan dalam mitigasi iklim
dan mina padi di Kecamatan Manik Rambung, Simalungun dapat dilakukan dengan cara:
1. Pemilihan Benih padi
Benih padi yang digunakan adalah varietas unggul berlabel sesuai anjuran setempat dengan
kebutuhan benih 25 kg/ha, seperti varietas tahan rendam (Santani), varitas toleran
kekeringan (situbagendit, Situpatenggang, Inpari, Inpago), dan varietas tahan hama dan
penyakit.
2. Persemaian
Persemaian seluas 5% luas lahan yang akan ditanami. Pemeliharaan persemaian seperti
pada cara tanam padi biasa. Umur persemaian 25-30 hari.
3. Pengolahan tanah
Tanah diolah sempurna (2 kali bajak dan 2 kali garu), dengan kedalaman olah 15-20 cm.
Bersamaan dengan pengolahan tanah dilaksanakan perbaikan pintu pemasukan/
pengeluaran dan perbaikan pematang, jangan sampai ada yang bocor.
4. Pembuatan caren dan saringan
Pembuatan caren palang dan melintang pada saat pengolahan tanah terakhir, lebar 30 - 50
cm dengan kedalaman 25 - 50 cm. Pada titik persilangan dibuat kolam pengungsian ukuran
1x1 m dengan kedalaman 30 cm. Pada setiap pintu pemasukan dan pengeluaran air pada
setiap petakan dipasang saringan kawat dan slat pengatur tinggi permukaan air
menggunakan bambu
5. Penanaman padi
Cara tanam adalah jajar legowo 2:1 atau 4:1. Pada jajar legowo 2:1, setiap dua barisan
tanam terdapat lorong selebar 40 cm, jarak antar barisan 20 cm, tetapi jarak dalam barisan
lebih rapat yaitu 10 cm. Pada jajar legowo 4:1. setiap empat barisan tanam terdapat lorong
8
selebar 40 cm, jarak antar barisan 20 cm, jarak dalam barisan tengah 20 cm, tetapi jarak
dalam barisan pinggir lebih rapat yaitu 10 cm. Untuk mengatur jarak tanarn. digunakan
caplak ukuran mata 20 cm. Pada jajar legowo 2:1 dicaplak satu arah saja, sedangkan pada
jajar legowo 4:1 dicaplak kearah memanjang dan memotong.
6. Pengaturan air
Pengaturan air macak-macak 3-4 HST. Setelah 10-15 HST (sesudah penyiangan dan
pemupukan susulan pertama) air dimasukkan mengikuti tinggi tanaman.
7. Pemupukan
Pupuk dasar diberikan secara disebar pada satu tanam padi dengan dosis 1/3 bagian Urea
dan seluruh dosis SP-36. Pupuk susulan pertama diberikan pada umur 15 HST (sesudah
penyiangan) dan pupuk susulan kedua pada umur 45 HST. Dosis pupuk sesuai anjuran
yang ditetapkan Dinas Pertanian Sumatera Utara/dinas pertanian setempat.
8. Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada umur 10-15 HST (sebelum pemberian pupuk susulan pertama)
dan selanjutnya tergantung keadaan gulma.
9. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan sistem perantauan. Hindari penggunaaa
pestisida.
10. Benih ikan dan penebaran
Jenis ikan yang dianjurkan adalah ikan yang berwarna gelap. Penebaran benih ikan
dilakukan pada sore had secara perlahan-lahan agar ikan tidak mengalami sires akibat
perubahan lingkungan. Ukuran benih dianjurkan 5-8 cm dengan kepadatan 5.000 ekor/ha.
11. Pemeliharaan ikan
Pemeliharaan ikan meliputi pemberian pakan tambahan, pengelolaan air dan pengawasan
hams. Pakan tambahan berupa dedak halus 250 kg/ha diberikan secara disebar pada caren,
pagi/sore hari. Lama pemeliharaan ikan 70-75 hari.
9
12. Panen
Panen ikan dilakukan 10 hari sebelum panen padi dengan cara mengeringkan petakan
sawah, kemudian ikan ditangkap.
DAFTAR PUSTAKA
David E. Purba Tua. 2012. Habonaron Na Gabe Ruhut Ni Goluh. Simalungun online. (Diakses hari Selasa, 9 Oktober 2012).
Erni Susanti, F. Ramadhani, E. Runtunuwu, I. 2012. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Serta Strategi Antisipasi Dan Adaptasi. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat) Bogor. Amien (Diakses hari kamis, 20 September 2012).
Jai Roi Purba.2009. Orang Simalungun. Kompasiana (Diakses hari Rabu, 10 Oktober 2012).
Syamsiah, M. 1996. Pembinaan Kelompok Tani. Modul Universitas Terbuka Jakarta
Suriatna, S. 1988. Metode Penyuluhan Pertanian. Mediayatma Sarana Perkasa. Jakarta
Meinarti Norma Setiapermas, Widarto, Intan Gilang Cempaka dan Muryanto. 2009. Kajian varietas padi toleran kekeringan di lahan sawah tadah hujan dataran rendah Kabupaten Rembang. Laporan Proyek, Rembang-Jawa
10