hnp kmb 3

Upload: sartika-sapulette

Post on 31-Oct-2015

57 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Makalah keperawatan medikal bedah

HERNIA NUCLEUS PULCOSUS (HNP)

Disusun Oleh:

1. Aigah Winaswara Pratiwi2. Asep Setiana 3. Rahajeng Astriani

AKADEMI KEPERAWATAN MITRA KELUARGA

JAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah mengenai Hernia Nucleus Pulcosus (HNP) yang disusun oleh penulis untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen kami Ns. Lisbeth Pardede, M.Kep

Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada rekan-rekan dan dosen yang bersedia meggunakan makalah ini sebagai salah satu bahan ajaran.

Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar, terutama dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Penyusun sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penyusun sebagai penyempurna makalah ini.

Jakarta, Maret 2012

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangNyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bagi penderitanya. Salah satu penyebab terjadinya nyeri pinggang bagian bawah adalah hernia nucleus pulsosus (HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi pada segmen lumbal. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai masyarakat.

Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu episode nyeri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliput 18,37% di sluruh kasus nyeri ditangani.Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka yang terpenting adalah mengetahui factor penyebabnya agar dapat diberikan pengobatan yang tepat. Pada dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf tepi daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya. Maka dari itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang sesuai sehingga proses penyembuhan klien dengan HNP dapat maksimal.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Untuk mengethui tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Muskuloskletal (HNP).2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui Jenis-jenis dari tumor kulit ganas dari definisi, etiologi, klasifikasi, tanda & gejala, penatalaksanaan, dan pemeriksaan penunjang dari HNP.Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien gangguan sistem muskulokletal (HNP) dari tahap pengkajian hingga intervensi.

Manfaat

Bagi perawat

Menambah wawasan kesehatan dan agar lebih mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal (HNP).

Bagi masyarakat

Memberikan Penjelasan, pengetahuan, dan penyuluhan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal (HNP) dan intervensi apa saja yang diberikan. C.Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, kelompok penulis menggunakan tekhnik pegumpulan data melalu buku, serta studi pustaka dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan penyakit Hernia Nucleus Pulcosus (HNP) dan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit (HNP).

D.Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun secara sistematika dengan urutan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, Tujuan penulisan, Metode penulisan dan Sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan teoritis yang terdiri dari :

A. Konsep Medik :

Definisi, Anatomi dan Fisiologi, Etiologi, Manifestasi Klinis, Komplikasi, Patofisiologi, Pemeriksaan diagnostik, dan Cara Pencegahan

B. Konsep Asuhan Keperawatan :

Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi Keperawatan, dan Evaluasi Keperawatan.

Bab III : Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR MEDIK1. Definisi

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menjebolnya nucleus pulposus ke dalam kanalis vertebralis akibat degenerasi annulus fibrosus korpus vertebralis. HNP mempunyai banyak sinonim antara lain Herniasi Diskus Intervertebralis, ruptured disc, slipped disc, prolapsus disc dan sebagainya.

HNP sering menyebabkan nyeri punggung bawah (Low Back Pain). Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada region lumbar, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal.

Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002). Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990).

2. Anatomi Fisiologi

Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibel yang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae.

Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :a. Cervicales (7)

b. Thoracicae (12)

c. Lumbales (5)

d. Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)

e. Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)

Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang rawan.

Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis posterior.

Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.

Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate), nucleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis.

Dengan bertambahnya usia, kadar air nucleus pulposus menurun dan diganti oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dan sukar dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangat lemah, sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.3. Etiologi

HNP terjadi karena proses degenratif diskus intervetebralis. Keadaan patologis dari melemahnya annulus merupakan kondisi yang diperlukan untuk terjadinya herniasi. Banyak kasus bersangkutan dengan trauma sepele yang timbul dari tekanan yang berulang. Tetesan annulus atau titik lemah tidak ditemukan akibat dari tekanan normal yang berulang dari aktivitas biasa atau dari aktivitas fisik yang berat.

4. Patofisiologi

Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera.Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior.Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.5. Manifestasi Klinis

Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal (jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya. Penekanan terhadap radiks posterior yang masih utuh dan berfungsi mengakibatkan timbulnya nyeri radikular. Jika penekanan sudah menimbulkan pembengkakan radiks posterior, bahkan kerusakan structural yang lebih berat gejala yang timbul ialah hipestesia atau anastesia radikular. Nyeri radikular yang bangkit akibat lesi iritatif diradiks posterior tingkat cervical dinamakan brakialgia, karena nyerinya dirasakan sepanjang lengan. Sedangkan nyeri radikular yang dirasakan sepanjan tungkai dinamakan iskialgia, karena nyerinya menjalar sepanjang perjalanan. iskiadikus dan lanjutannya ke perifer.

Gejala klasik dari HNP lumbal adalah : nyeri punggung bawah yang diperberat dengan posisi duduk dan nyeri menjalar hingga ekstremitas bawah. Nyeri radikuler atau sciatica, biasanya digambarkan sebagai sensasi nyeri tumpul, rasa terbakar atau tajam, disertai dengan sensasi tajam seperti tersengat listrik yang intermiten. Level diskus yang mungkin mengalami herniasi dapat dievaluasi berdasarkan distribusi tanda dan gejala neurologis yang timbul.

Sindrom lesi yang terbatas pada masing masing radiks lumbalis :1. L3 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L3, parestesia otot quadrisep femoris, reflex tendon kuadrisep (reflex patella) menurun atau menghilang.2. L4 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L4, parestesia otot kuadrisep dan tibialis anterior dan tibialis anterior, reflex patella berkurang.3. L5 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L5, parestesis dan kemungkinan atrofi otot ekstensor halusis longus dan digitorium brevis, tidak ada reflex tibialis posterior.4. S1 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom S1, paresis otot peronealis dan triseps surae, hilangnya reflex triseps surae (reflex tendon Achilles).6. Fakto resiko timbulnya HNP :

a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :

1) Umur

2) Jenis kelamin

3) Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya

b. Faktor resiko yang dapat diubah :

1) Pekerjaan dan aktivitas

2) Olah raga yang tidak teratur

3) Berat badan berlebihan

4) Batuk lama dan berulang

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang.

b. M R I : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal lumbal.

c. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada M R I.

d. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang terkena.

8. Komplikasi

9. Penatalaksanaan

a. Pembedahan

Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit neurologik.

Macam :

1) Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral

2) Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks.

3) Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.

4) Disektomi dengan peleburan.

b. Immobilisasi

Immobilisasi dengan mengeluarkan kolor servikal, traksi, atau brace.

1) TraksiTraksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan beban.

c. Meredakan Nyeri

Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.

d. Terapi Konservatif

1) Tirah baring, berguna untuk mengurangi rasa nyeri mekanik dan tekanan intradiskal.

2) Medikamentosa :

Analgetik dan NSAID

Muscle relaxant

Kortikosteroid oral

Analgetik adjuvant

Rehabilitasi medik:

Traksi pelvis Termoterapi (terapi panas) Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) Korset lumbal Latihan dan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat badan yang berlebihan.Conditioning exercise yang bertujuan untuk memperkuat otot otot punggung dimulai sesudah dua minggu karena bila dimuali pada awal mungkin akan memperburuk keluhan penderita.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajiana. AnamnesaKeluhan utama, riwayat perawatan sekarang, Riwayat kesehatan dahulu, Riwayat kesehatan keluarga.

b. Pemeriksaan fisik.

1) Keadaan umum

Pada keadaan HNP umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, contohnya bradikardi yang menyebabkan hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitaskarena adanya paraperese.

2. Diagnosa Keperawatan.

a. Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme ototb. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulusc. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individuald. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis dan tindakan pengobatan.3. Intervensia. Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot

1) Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus / yang memperberat. Tetapkan skala 0 10.2) Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lututdalam keadaan fleksi, posisi telentang.3) Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi.4) Bantu pemasangan brace / korset.5) Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan.6) Ajarkan teknik relaksasi.7) Kolaborasi : analgetik, traksi, fisioterapi.b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus.1) Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif.2) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif.3) Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelah rehap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu.4) Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi.5) Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti tongkat.6) Kolaborasi : analgetikc. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual.1) Kaji tingkat ansietas pasien.2) Berikan informasi yang akurat.3) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah seperti kemungkinan paralisis, pengaruh terhadap fungsi seksual, perubahan peran dan tanggung jawab.4) Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhannya.5) Libatkan keluarga.

d. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis.1) Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis dan pembatasan kegiatan.2) Berikan informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk berdiri, mengangkat dan menggunakan sepatu penyokong.3) Diskusikan mengenai pengobatan dan efek sampingnya.4) Anjurkan untuk menggunakan papan / matras yang kuat, bantal kecil yang agak datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup.5) Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama.6) Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu diperhatikan seperti nyeri tusuk, kehilangan sensasi / kemampuan untuk berjalan.BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanDiskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)

Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)B. Saran1. MahasiswaGunakanlah waktu sebaik-baiknya untuk mencari ilmu untuk masa depan yang cemerlang.

2. Gunakanlah makalah ini sebagai sumber ilmu untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskletal (HNP).

DAFTAR PUSTAKA1. Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC, 20022. Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2000.3. Tucker,Susan Martin,Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC, 1998.4. Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996.5. Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat, 1996.6. Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta : Gajahmada University Press, 1993