makalah kmb 3 konjungtiva

Upload: ardie-speciallis-capuera

Post on 13-Oct-2015

78 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aaaaaaaaaaaa

TRANSCRIPT

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Asuhan Keperawatan Gangguan Eksternal Konjungtiva

Pifah IponkNIM I1B110001Suardianto NIM I1B111006

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung MangkuratProgram Studi Ilmu KeperawatanBanjarbaru, July 2014KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya makalah yang membahas tentang Keperawatan Medikal Bedah III yang berjudul Asuhan Gangguan mata eksternal (Konjungtiva) ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pengajar mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III, serta semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu dan bermanfaat bagi kita semua, serta dengan disusunnya makalah ini penulis berharap dapat menjadi sumber bacaan baru sehingga bermanfaat bagi kita semua. Amin.

MengetahuiBanjarbaru, July 2014

Agianto, S.Kep, Ns Msc

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangMata merupakan organ penglihatan yang dimiliki manusia. Mata dilindungi oleh area orbit tengkorak yang disusun oleh berbagai tulang seperti tulang frontal, sphenoid, maxilla, zygomatic, greater wing of sphenoid, lacrimal, dan ethmoid.Ada berbagai mekanisme untuk melindungi permukaan okuler dari hal-hal yang berbahaya seperti refleks dan alis mata serta struktur mata sendiri yaitu bulu mata, kelopak mata (palpebra), film prekorneal atau film air mata dan epitel pada permukaan mata. Sebagai struktur tambahan mata, dikenal berbagai struktur aksesori yang terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata, konjungtiva, aparatus lakrimal, dan otot-otot mata ekstrinsik. Alis mata dapat mengurangi masuknya cahaya dan mencegah masuknya keringat, yang dapat menimbulkan iritasi, ke dalam mata. Kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya benda asing ke dalam mata. Konjungtiva merupakan suatu membran mukosa yang tipis dan transparan. Konjungtiva palpebra melapisi bagian dalam kelopak mata dan konjuntiva bulbar melapisi bagian anterior permukaan mata yang berwarna putih. Titik pertemuan antara konjungtiva palpebra dan bulbar disebut sebagai conjunctival fornices.Struktur mata yang berfungsi sebagai proteksi lini pertama adalah palpebra. Fungsinya adalah mencegah benda asing masuk, dan juga membantu proses lubrikasi permukaan kornea. Pembukaan dan penutupan palpebra diperantarai oleh muskulus orbikularis okuli dan muskulus levator palpebra. Muskulus orbikularis okuli pada kelopak mata atas dan bawah mampu mempertemukan kedua kelopak mata secara tepat pada saat menutup mata. Pada saat membuka mata, terjadi relaksasi dari muskulus orbikularis okuli dan kontraksi dari muskulus levator palpebra di palpebra superior. Otot polos pada palpebra superior atau muskulus palpebra superior (Mller muscle) juga berfungsi dalam memperlebar pembukaan dari kelopak tersebut. Sedangkan, palpebra inferior tidak memiliki muskulus levator sehingga muskulus yang ada hanya berfungsi secara aktif ketika memandang kebawah.

B. Tujuan PenulisanAdapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat :a. Memahami tentang konjungtiva.b. Memahami tentang gangguan pada konjungtiva.c. Memahami tentang asuhan keperawatan yang tepat pada gangguan konjungtiva.

C. Perumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini, antara lain :a. Bagaimana karakteristik konjungtiva?b. Bagaimana tentang gangguan pada konjungtiva.?d. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada gangguan konjungtiva?

BAB IIPEMBAHASAN

A. Definisi Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak. Anatomi mata dan fungsinya meliputi : Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera. Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris. Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil. Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina. Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak. Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak. Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris. Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).

B. Gangguan KonjungtivaRadang Konjungtiva1. DefinisiKonjungtivitisadalah istilah yang diterapkan untuk radang konjungtiva, yang epitel lapisan penutup bagian dalam kelopak mata dan putih mata dunia. Konjunktivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva, biasanya disebabkan virus, bakteri atau alergi.

2. EtiologiAda beberapa jenis konjungtivitis, etiologi yang khusus diantaranya adalah:Infektif Konjungtivitis VirusAdenovirusadalah penyebab umum dari konjungtivitis.Para konjungtiva gejala dapat disertai dengan gejala saluran pernapasan bagian atas atau dengan keterlibatan kornea (Keratitis).Kedua bentuk terjadi pada epidemi dan sangat menular.Spontan remisi dalam waktu 2 minggu adalah aturan. Sebuahkonjungtivitis hemoragik akutdapat terjadi dengan infeksi enterovirus BakteriKonjungtivitis bakteri sederhanaadalah kondisi yang sangat umum dan membatasi diri.Paraorganisme penyebab yang paling umum adalah staphylococci (epidermidis dan Staphylococcus), namun Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae juga seringpatogen. Ini biasanya sembuh dalam waktu 10 hingga 14 hari, dengan atau tanpa pengobatan. ChlamydiaChlamydia trachomatisadalah kokus Gram-negatif distribusi luas di seluruh dunia yang dapat menyebabkan dua jenis infeksi konjungtiva: konjungtivitis inklusi dewasa (Trachoma Inklusi Konjungtivitis - tric) dan trachoma.Konjungtivitis inklusidewasa biasanya mempengaruhi orang dewasa muda selama tahun seksual aktif.Infeksi ini hampir selalu di kelamin dan lesi padda mata ini sekitar 1 minggu setelah pajanan seksual.Presentasi biasanya dengan mukopurulen kronis yang, jika tidak diobati, dapat berkepanjangan dan remittent.Trachomabiasanya onset subakut dan melibatkan kedua konjungtiva dan kornea.Ada peradangan menyebar dari konjungtiva, dengan kemacetan, pembesaran papiler dan pembentukan folikel.Kelopak mata atas biasanya terkena dampak paling parah. Keterlibatan kornea awalnya keratitis ringan, yang kemudian dapat menjadi rumit dengan infiltrasi limfoid dan pembentukan sebuah pannus, peningkatan vascularisation dari kornea dan, akhirnya, kekeruhan pada kornea.Ini adalah penyakit populasi yang kurang mampu dengan kondisi miskin kesehatan; umumnya lalat adalah vektor utama dalam infeksi / infeksi ulang siklus.Trachoma adalah penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di dunia.

3. Gejala konjungtivisSebelum dijelaskan bermacam-macam jenis, akan dibicarakan terlebih dahulu gejala-gejala yang sering dijumpai. a. Injeksi KonjungtivaGejala ini adalah pelebaran arteri konjungtiva posterior, yang memberi gambarn pembuluh darah yang berkelok-kelok, merah dari bagian verifer konjungtiva bulbi menuju kornea dan ikut bergerak apaila konjungtiva bulbi digerakkan b. FolikelGejala ini berupa tonjolan pada jaringan konjugtiva, besarnya kira-kira 1 mm. Tonjolan ini mirip vesikel. Gambaran permukaan folikel landai, licin, abu-abu kemerahan, karena adanya pembuluh darah dari pinggiran folikel yang naik kearah puncak folikel. Dibawah folikel terdapat cairan keruh yang terdiri atas sebukan sel limfoit. Konjungtiva terutama forniks yang kaya akan jringan limfoit mudah memberi reaksi pembentukan folikel. Karena itu iritasi biasa, seperti kena angin debu dapat menyebabkan terbentuknya folikel di forniks. Adanya beberapa folikel saja pada forniks tidak lah berarti suatu kelainan yang aktif. c. Papil Raksasa (cobble-stone)Terminologi ini adalah kata berasal dari bahasa inggris yang berarti batu krikil, yang biasanya tampak pada bagian tarsus superior. Cobble stone berbentuk foligonl tersusun berdekatan dengan permukaan datar. Pada cobble stone pembuluh darah berasal dari bawah sentral.d. FliktenAdalah tonjolan berupa serbukan sel-sel radang kronik dibawah epitel konjungtiva atau kornea, berupa suatu mikro/abses, dimana permuka epitel mengalami nekrosis. Warna plikten keputih-putihan, padat dengan permukaan yang tidak rata disekitarnya di ikuti pembuluh-pembulu darah. Plikten umumnya kecil, tettpi sering pula lebih besar dari 1 mm. di atas plikten tidak terdpat pmbuluh darah, plikten paling sering didapatkan di limbus. e. MembranMerupakan masa putih padat yang menutupi sebagian kecil, sebagian besar atau seluruh konjungtiva. Paling sering menutupi konjungtiva tarsal. Masa putih ini dapat berupa endapam secret, ehingga mudah di angkat, dan ini sering disebut pseudo membran. Selain itu massa putih yang menutupi konjungtiva dapat berupa koagulasi dan nekrosis konjungtiva, sehingga sukar diangkat, disebut membran.f. SikatriksYang perlu diketahui, sikatriks yang khas trachoma adalah berupa garis-garis putih halus pada konjugtiva tarsalis superior. Apabila sikatriks ini melewati pembuluh darah, maka pembuluh darah tersebut seolah-seolah terputus, maka pembuluh darah. Jenis konjungtivis dapat ditinjau dari gambaran klinis dan dapat pula ditinjau dari penyebabnya. Disini akan diuraikan jenis konjungtivis berdasarkan gambaran klinik, yaitu : Konjungtivis kataral Konjungtivis purulen, mokupurulen. Konjungtivis membran Konjungtivis perikular (termasuk trakoma) Konjungtivis vernal Konjungtivis klipten

4. Alergi KonjungtivitisKonjungtivitis alergi dapat dibagi menjadi akut dan kronis: 1. Akut (konjungtivitis demam hay ). Merupakan suatu bentuk alergi akut yang diperantarai IgE terhadap alergen yang terbesar di udara (biasanya serbuk sari). Gejala dan tanda antara lain: a. Rasa gatal;b. Injeksi dan pembengkakan konjungtiva (kemosis);c. Lakrimalis;2. Konjungtivitis vernal ( kataral musim semi) juga diperantarai oleh IgE. Sering mengenai anak laki-laki dengan riwayat atopi. Dapat timbul sepanjang tahun. Gejala dan tanda antara lain: a. Rasa gatal;b. Fotofobia;c. Lakrimalis;d. Konjungtivitis papilar pada lempeng tarsal atas;e. Folikel dan bintik putih limbus;f. Lesi pungtata pada epitel kornea;g. Plak oval opak yang pada penyakit parah plak ini menggantikan zona bagian atas epitel kornea. Alergi konjungtivitis adalah reaksi terhadap kontak dengan alergen. Konjungtivitis alergi musiman (hay-fever)adalah bentuk paling umum, yang dipicu oleh udara alergen seperti serbuk sari, spora jamur, rumput, rambut kuda dan bulu. Konjungtivitisalergi.Akutadalah reaksi urtikaria yang disebabkan oleh sejumlah besar alergen mencapai kantung konjungtiva.Kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak bermain di rumput atau dengan hewan peliharaan.Topikal obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit mata juga dapat menyebabkan reaksi alergi akut. KeratokonjungtivitisVernal.Atau musim semi radang selaput lendir hidung adalah kondisi bilateral biasa mempengaruhi anak-anak dan dewasa muda.Ini adalah gangguan alergi yang diperantarai mekanisme IgE.Sebagian besar individu yang terkena memiliki pribadi atau riwayat keluarga atopi yang kuat dan mungkin telah mendirikan eksim dan / atau asma. Keratokonjungtivitis vernal dikaitkan dengan peningkatan insiden keratoconus. Keratokonjungtivitisatopic adalah suatu kondisi yang jarang namun serius yang biasanya mempengaruhi pemuda dengan dermatitis atopik.Mereka juga mungkin memiliki asma, hay fever, urtikaria, migrain dan rhinitis.Gejala okular biasanya mengembangkan beberapa tahun setelah onset fitur atopik lainnya.Terapi awal dengan antihistamin dan penstabil sel mast (missal natrium kromoglikat; nedokromil;lodoksamid). Steroid topical dibutuhkan pada kasus-kasus berat, namun pemakaian jangka panjang jika mungkin dihindari karena dapata menginduksi glaucoma atau katarak. Penggunaan lensa kontak dapat mengalami reaksi alergi terhadap lensa yang digunakan atau bahan pembersih lensa yang menyebabkan konjungtivitis papilar raksasa ( Giant papillary conjunctivitis, GPC) dengan secret mukoid. Walaupun hal ini memberikan respon terhadap terapi topical dengan penstabil sel mast, sering kali penggunaan lensa kontak harus dihentikan sementara waktu atau permanen. Beberapa pasien tidak bias meneruskan penggunaan lensa kontak karena kambuhnya gejala.

5. Manifestasi KlinisMenyajikan konjungtivitis dengan satu atau lebih dari gejala grittiness, iritasi, debit (yang mungkin berair atau bernanah), fotofobia ringan (tidak suka cerah cahaya), pembengkakan (chemosis) dari konjungtiva dan kemerahan (injeksi) dari mata.

6. Autoimmune KonjungtivitisKonjungtiva mungkin terlibat dalam penyakit autoimun sistemik.Yang paling umum yang pemfigoid cicatrical, di mana ada lecet berulang kulit dan membran mukosa, dan sindrom Stevens-Johnson (eritema multiforme), faktor pencetus yang paling umum adalah hipersensitivitas terhadap obat (misalnya sulfonamid) dan infeksi yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae dan Virus herpes simpleks.

7. Tumor KonjungtivaTumor konjungtiva jarang terjadi. Tumor ini antara lain: Karsinoma sel skuamosa. Peninggian area konjungtiva irregular yang dapat menginvasi jaringan yang lebih dalam. Melanoma maligna. Diagnosis banding dari lesi berpigmen jinak (misal nervus) mungkin sulit. Dibutuhkan peninjauan kembali untuk menilai apakah lesi ini ukurannya membesar. Mungkin diperlukan biopsi untuk menegakkan diagnosis pasti.

C. Penatalaksnaan Dan Pengobatana. Konjungtivitis bakteri biasanya diobati dengan tetes mata atau cream antibotik, tetapi sering sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2 minggu tanpa pengobatan. Karena sangat menular diantara anggota keluarga lain dan teman sekolah, maka diperlukan teknik mencuci tangan yang baik dan pemisahan handuk bagi orang yang terjangkit. Anggota keluarga jangan bertukar bantal atau seprai.b. kompres hangat pada mata dapat mengangkat rabas c. konjungtivitis akibat virus biasanya diobatai dengan kompres hangat. Untuk mencegah penularan, di perlukan teknik mencuci tangan yang benard. konjungtivitis alergi diobati dengan menghindari alergen apabila mungkin, dan pemberian tetes mata yang mengandung antihistamin atau steroid serta kompres dingin untuk mengurangi gatal, peradangan dan gejala lainnya (Vaughan, 2010).e. Setelah dilakukan pemeriksaan mata secara umum, maka kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan sitologi untuk menidentifikasi penyebab peradangan. Atas indikasi dilakukan pemeriksaan khusus lainnya, misalnya untuk radang yang kronik untuk diperiksa produksi basal air mata dengan melakukan test schirmer. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan darah dan pemeriksaan lain untuk mencari sumber infeksi lain.f. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %). Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.g. Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret konjungtiva (Ilyas, 2008).h. Konjungtivitis kimia / iritatif dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab seperti pemberian obat topikal jangka panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan pengawet yang toksik atau menimbulkan iritasi dan pemakaian tetesan ringan

D. PencegahanUntuk mencegah makin meluasnya penularan konjungtivitis, kita perlu memperhatikan langkah-langkah berikut1. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.2. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.3. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.4. Mencuci tangan sesering mungkin, terutama setelah kontak (jabat tangan, berpegangan, dll) dengan penderita konjungtivitis.5. Untuk sementara tidak usah berenang di kolam renang umum.6. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea (Scott, 2010). Pasien konjungtivitis juga diberikan instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi (James, 2005).

E. Prognosis1. RinganTerdapat erosi epitel dan kekeruhan ringan korneaTidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea atau konjungtiva Prognosis baik2. SedangTerdapat kekeruhan kornea sehingga sukar melihat iris dan pupil secara detail Terdapat nekrosis dan iskemia ringan konjungtiva dan korneaPrognosis sedang3. BeratTerdapat kekeruhan kornea, sehingga pupil tidak dapat dilihatTerdapat iskemia konjungtiva dan sklera, sehingga tampak pucat Prognosis buruk

F. Komplikasi Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya pseudomembran, dan timbul parut linear halus atau parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit (Vaughan, 2010).Komplikasi pada Konjungtivitis alergi yang paling sering adalah ulkus pada kornea dan infeksi sekunder. Konjungtivitis lainnya juga bisa terjadi sebagai komplikasi dari acne rosacea dan dermatitis herpetiformis ataupun masalah kulit lainnya pada daerah wajah. (AOA, 2008).

G. Pengkajian Keperawatan1. Konjungtiva tarsalis dan bulbiKelainan pada konjungtiva tarsalis diperiksa bersama dengan konjungtiva bulbi, demikian pula pengamatan sklera. Bila di duga ada robekan pada sklera, jangan melakukan penekanan pada bola mata.Konjungtiva tarsalis superior diperiksa dengan membalikan kelopak mata atas dengan jari atau bila sukar dengan menggunakan lidi kapas. Kelainan yang dijumpai dapat berupa papil, papil raksasa (giant-papil) cobble stone, membran, pseudomembran, sikatriks, simblefaron, hordeolum, serta kalazion. Pada konjungtiva tarsalis inferior dapat terlihat kelainan yang serupa. Konjungtiva bulbi pada daerah fisura mudah diamati. Konjungtiva bulbi bawah diperiksa dengan penderita m28elirik ke atas dan kelopak bawah ditarik ke bawah, prosedur yang sebaliknya dilakukan untuk memeriksa konjungtiva bulbi bagian atas, kelainan pada konjungtiva bulbi dapat berupa injeksi konjungtival, injeksi siliar, injeksi episklera, perdarahan subkonjungtiva, flikten, simblefaron, penguekula, pterigium atau pseudopterigium.

H. Asuhan Keperawatan (Nanda, Noc & Nic)NandaNOCNIC

Nyeri akut b.d agen injuri (biologi)Kontrol NyeriIndikator : Mengenali onset nyeri Mendeskripsikan faktor penyebab Menggunakan ukuran yang preventif Melaporkan perubahan gejala nyeri kepada petugas kesehatan

Level Nyeri Indikator : Melaporkan nyeri Ekspresi wajah dari nyeri Hilang nafsu makan Intoleransi makanan Manajemen Nyeri Lakukan pengkajian lengkap pada nyeri termasuk lokasi, sifat, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetusnya. Kaji isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi dengan efektif Pastikan pasien mendapatkan pengobatan analgesik Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan respon penerimaan pasien terhadap nyeri Gali kepercayaan dan pengetahuan klien tentang nyeri Sadari adanya pengaruh budaya dengan respon terhadap nyeri Tentukan pengaruh pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup klien Gali faktor-faktor yang meningkatkan/memperburuk nyeri Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan lain tentang keefektifan kontrol nyeri di masa lalu Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan mnyediakan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri Kurangi faktor presipitasi nyeri Kaji tipe dan dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarakan teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Ajarkan teknik dan prinsip manajemen nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat

Administrasi Analgesik Menentukan lokasi, sifat, kualitas, dan berat nyeri sebelum pengobatan Periksa anjuran medis untuk obat, dosis dan frekuensi pemberian Nilai kemampuan klien untuk ikut serta dan terlibat dalam pemilihan obat analgesik, dosis, dan rute Pilih analgesik yang tepat, attau kombinasi analgesik saat lebih dari satu analgesik yang dianjurkan Tentukan pilihan analgesik berdasarkan type dan berat nyeri Pilih rute IV dari IM untuk suntikan analgesik yang teratur Pantau tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgetik narkotik Bentuk pengharapan positif berhubungan dengan keefektifan analgetik untuk mengoptimmalkan respon klien Evaluasi keefektifan obat analgesik Catat respon terhadap analgetik dan adanya efek yand tidak diinginkan Evaluasi dan catat tingkat sedasi pada klien yang mendapat golongan opioid.

Gangguan persepsi sensori (visual) b.d perubahan integrasi sensoriFungsi Sensori: Penglihatan Indikator : Ketajaman visual sentral kiri Ketajaman visual sentral kanan Respon stimulus visualAdministrasi Medikasi : Mata Mengikuti 5 benar pemberian pengobatan Catat riwayat pengobatan pasien dan riwayat alergi Menentukan pengetahuan pasien tentang pengobatan dan pemahaman dari cara pemberian posisi pasien telentang atau duduk di kursi dengan leher sedikit hiperekstensi Instruksikan pasien untuk menutup mata untuk penyebaran obat Berikan obat ke konjungtiva dengan teknik aseptik

Gangguan Rasa NyamanStatus rasa nyamanIndikator : Kenyamanan fisik Kontrol gejala Perawatan konsisten dengan kebutuhan Kemampuan mengkomunikasikan kebutuhanPerawatan mata Memonitor kemerahan, eksudat, atau ulserasi Instruksikan pasien untuk tidak menyentuh mata Memonitor alis Memonitor kelopak mata Memonitor konjungtiva

Gangguan gambaran diri b.d penyakitCitra tubuhIndikator : Gambaran internal diri sendiri Penyesuaian perubahan tubuh selama sakit

Peningkatan citra tubuhAktivitas : Menentukan harapan utama citra tubuh pasien di tingkat perkembangan Gunakan panduan antisipatif untuk mempersiapkan pasien untuk prediksi perubahan di citra tubuh Kaji pasien untuk membahas perubahan yang disebabkan oleh sakit atau bedah Bantu pasien menentukan luasnya perubahan aktual di tubuh Kaji pasien untuk menyaring penampilan fisik dari perasaan harga diri Kaji pasien untuk menentukan pengaruh dari sebuah grup pertemanan Kaji pasien untuk diskusi stress affektif citra tubuh karena kondisi kongenital, injury, penyakit, atau bedah Monitor apakah pasien bisa terlihat ada perubahan bagian tubuh Tingkatkan kalau perubahan di citra tubuh sudah berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial

Risiko Perdarahan: Faktor risiko (dilatasi pembuluh darah) Kontrol RisikoIndikator : Pengetahuan tentang faktor risiko (perdarahan) Monitor perilaku faktor risiko (perdarahan) Komitmen dengan strategi kontrol risiko (perdarahan) Perkembangan strategi kontrol risiko yang efektif Penggunaan dukungan personal untuk menurunkan risikoBleeding Precautions Pantau adanya perdarahan Catat nila Hb/Hct sebelum dan sesudah perdarahan Pantau tanda dan gejala danya perdarahan Pantau faktor pembekuan, termasuk protrombin(PT) , partial thrombin tim (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin, dan hitung trombosit Pantau tanda-tanda vital ortostatik Berikan produk darah Lindungi klien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan

BAB IIIPENUTUP

A. SimpulanMata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menerjemahkan citra visual.Konjungtiva adalah lapisan tipis, yang mencakup bagian belakang kelopak mata. Konjungtiva membantu melindungi mata dari benda asing dan infeksi tetapi dapat sendiri menjadi terganggu oleh bahan kimia atau reaksi alergi atau terinfeksi oleh virus atau bakteri.Kondisi ini umumnya menyebabkan nyeri, gatal, dan kemerahan pada mata.Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat diantaranya : Nyeri, gangguan rasa nyaman, cemas, Gangguan citra tubuh b.d perasaan negative tentang tubuh, risiko infeksi, serta Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan tentang penyakitnya, komplikasi, dan obat-obatan yang diberikan.

B. SaranGuna menyempurnakan makalah ini, diharapkan adanya masukan saran dan kritik dari para pembaca. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca agar dapat memahami lebih lanjut tentang konjungtiva. Untuk dosen yang mengampu atau dosen yang memberikan tugas dalam pembuatan makalah ini agar dapat menjelaskan pada mahasiswa lebih detail lagi pada bagian yang masih kurang pada pembahasan yang dilakukan pada saat diskusi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.

2. Sidarta I. , 2002.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ke-2. Jakarta: Sagung Seto.

3. Sherwood Lauralee.2001. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC

4. Anonim, 1984 .Ilmu Penyakit Mata. Surabaya : Universitas Airlangga