histerosalpingografi (hsg) print dr pherena.docx

23
REFERAT PEMERIKSAAN RADIOLOGI HISTEROSALPINGOGRAFI (HSG) Disusun Oleh: Parnatal Ganda Matua Sigalingging 1061060107 Pembimbing : dr.Pherena, SpRad KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI KEDOKTERAN

Upload: parnatal

Post on 21-Dec-2015

125 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

REFERAT

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

HISTEROSALPINGOGRAFI (HSG)

Disusun Oleh:

Parnatal Ganda Matua Sigalingging

1061060107

Pembimbing :

dr.Pherena, SpRad

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI KEDOKTERAN

PERIODE 18 Juni – 16 Juli 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA 2014

Page 2: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG) kini telah merupakan pemeriksaan rutin

di tiap rumah sakit yang mempunyai peralatan roentgen yang cukup besar. Di negara kita

Indonesia ini pemeriksaan ini dilakukan sendiri oleh ahli radiologi dengan atau tanpa

bantuan fluoroskopi.

Waktu yang optimum untuk melakukan HSG ialah pada hari ke 9 -10 sesudah

haid mulai. Pada saat itu biasanya haid sudah berhenti dan selaput lendir uterus sifatnya

tenang. Bilamana masih ada perdarahan, dengan sendirinya HSG tak boleh dilakukan

karena ada kemungkinan masuknya kontras ke dalam pembuluh darah balik.

Pertanyaan yang sering di ajukan oleh pasien ialah apakah pemeriksaannya sakit

(nyeri), yang harus dijawab oleh dokter dengan terus terang. Pada waktu portio dijepit

memang timbul rasa nyeri, tetapi dari pengalaman ternyata bahwa rasa nyeri ini sifatnya

individual. Dengan penjelasan dari ahli radiologi, bahwa tindakan ini bukan suatu operasi

melainkan hanya untuk memasukkan bahan kontras ke dalam uterus, kebanyakkan pasien

merasa lega. Hal ini menimbulkan kerjasama yang baik antara pasien dengan dokter,

sehingga memberikan hasil yang memuaskan. Sikap dan pengalaman ahli radiologi juga

dengan sendirinya mempunyai peranan yang penting sekali untuk berhasilnya

pemeriksaan ini. Saat ini pemeriksaan HSG pada wanita-wanita dengan haid yang tidak

teratur ditentukan secara individual.

Tujuan penulisan referat radiologi ini adalah untuk mengemukakan prosedur

pemeriksaan HSG dan peranan HSG dalam menggambarkan organ reproduksi wanita,

serta membantu menurunkan tingkat infertilitas yang saat ini sudah sering dilakukan

diberbagai rumah sakit.

1

Page 3: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Histerosalpingografi merupakan test pencitraan dengan menggunakan kontras

media dan teknik radiografi untuk memperlihatkan cavum uteri dan lumen tuba fallopi.

Pemeriksaan ini terbanyak dilakukan untuk mengevaluasi/menilai potensi tuba dan

normal atau tidaknya cavum uteri pada wanita infertil.

II. ANATOMI ALAT REPRODUKSI WANITA

1. Uterus :

Terdapat dalam rongga panggul, bentuknya seperti buah peer, panjang 6 cm–6,5

cm dan tebal 2,5 cm – 4 cm. Uterus terletak di belakang kandung kencing dan di depan

rectum. Uterus terdiri dari fundus uteri yang merupakan bagian terbesar, dan ismus uteri

yang menghubungkan korpus dan serviks. Kanalis servikalis berbentuk spindle,

panjangnya 2 cm – 3 cm. Biasanya pada nullipara ostium uteri eksterna terbuka hanya 0,5

cm.

Beberapa posisi uterus ,antara lain: Antefleksi, Retrofleksi, Anteversi, dan

Retroversi. Dinding uterus dari luar ke dalam terdiri dari perimetrium, miometrium, dan

endometrium. Uterus mempunyai alat penahan dan penggantung yaitu ligamentum teres

uteri, ligamentum kardinale dan ligamentum rekto uterina.

2

Page 4: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

Kanalis servisis panjangnya 3-4 cm atau kira-kira sepertiga panjang uterus.

Bentuknya lonjong. Ismus antar kavum uteri dan kanalis servisis lebih sempit. Ostium

uteri internum nampak seperti penyempitan pendek. Kavum uteri berbentuk segitiga, sisi

dan fundus uteri lurus atau konkaf. Fundus kadang-kadang konfeks dan lebih lebar

daripada panjang uterus.

Jarak antara kornu kanan dan kiri rata-rata 3,5 cm. Sfingter kornu bentuknya khas

seperti bawang. Apeks kornu langsung berlanjut pada ismus tuba. Ismus tuba ini

panjangnya variabel, nampak seperti garis potlot pada radiogram dan jalannya

bergelombang. Ismus tuba kemudian melebar sebagai ampula tuba.

3

Page 5: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

2. Saluran telur (tuba uterina):

Merupakan saluran membranosa yang mempunyai panjang kira-kira 10 – 12 cm.

Terdiri dari 4 bagian yaitu:

a.     Pars interstisialis (intramural), yaitu bagian yang menempel pada dinding uterus,

pendek ± 1,5 – 3 cm

b.     Pars Isthmica, merupakan bagian medial yang menyempit seluruhnya. Bagian

terpanjang seperti benang

c.      Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar .

d.    Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan mempunyai

fimbria.

3. Ovarium:

Terletak dalam fosa ovarika, terdapat dua buah di kanan dan kiri dengan

mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum. Ukuran normal

ovarium, panjang 2,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 3 cm dan tebal 0,6 – 1,5 cm.

III. INDIKASI HSG

HSG digunakan secara umum dalam mengevaluasi infertilitas. HSG menjadi

prosedur terbaik untuk pencitraan tuba uterina. Selain digunakan untuk mengevaluasi

infertilitas pada wanita, dengan atau tanpa abortus berulang, indikasi lain dari

pemeriksaan HSG ini dapat digunakan dalam kasus seperti nyeri pada traktus pelvis,

anomali pada menstruasi, juga dapat digunakan sebagai kontrol pre operasi pada wanita

yang akan menjalani operasi tuba fallopi dan memonitor pasca operasi tuba.

Pada kasus infertilitas HSG untuk menggambarkan tuba fallopi dan salurannya

sampai ke cavum peritoneum, pada kasus abortus berulang menggambarkan apakah ada

kelainan bawaan pada cavum uteri.

Indikasi HSG yang paling sering ialah dalam ginekologi, baik sterilitas primer

maupun sekunder, untuk melihat potensi tuba. Pada tuba yang paten akan terjadi

pelimpahan kontras dari tuba ke dalam rongga peritoneum. Hal ini akan memberikan

gambaran yang khas karena bahan kontras akan tersebar di antara lingkaran-lingakaran

4

Page 6: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

usus di dalam perut. Selain itu, HSG memberikan gambaran tentang kelainan-kelaianan

uterus dan kanalis servisis. Dengan demikian, kelainan-kelainan bawaan uterus dapat

diketahui. Kadang-kadang HSG juga dikerjakan sesudah operasi tuba untuk sterilitas

guna menentukann berhasil tindakan operatif.

Sekarang HSG juga perlu dilakukan pada kasus-kasus inseminasi buatan.

Sebelum melakukan inseminasi, sebaiknya dilakukan HSG untuk melihat kelainan pada

traktus genitalis.

Selain itu HSG terbukti mempunyai efek terapeutik, kehamilan sering terjadi

sesudah pemeriksaan HSG dilakukan. Kemungkinan besar kontras membuka secara

mekanis obstruksi-obstruksi yang disebabkan oleh sekret, melepaskan adhesi yang ada di

dalam tuba, meluruskan bengkokan tuba dan menimbulkan gerakan peristaltik yang lebih

aktif karena masuknya bahan kontras.

IV. KONTRAINDIKASI HSG

Proses-proses inflamasi yang akut pada abdomen merupakan kontra indikasi.

Pada hamil muda, pemeriksaan ini tidak boleh dikerjakan, karena ada bahan terjadinya

abortus. Lagipula radiasi terhadap fetus tinggi sekali. Pada umunya pada hamil muda tak

boleh dilakukan pemeriksaan Roentgen abdomen, karena sel-sel fetus masih dalam

stadium pembelahan yang aktif.

Dalam radiobiologi, diketahui bahwa sel-sel yang sedang aktif membagi bersifat

sensitif tarhadap radiasi (radiosensitif). Sebaiknya pemeriksaan Roentgen abdomen pada

hamil muda ditunda sampai bayi sudah dilahirkan. Bilamana pemeriksaan Roentgen

abdomen merupakan indikasi yang penting sekali, maka sedapat mungkin pemeriksaan

dilakunkan dalam bulan-bulan terakhir kehamilan. Indikasi ini misalnya untuk pelvimetri

pada panggul sempit.

Kontra indikasi lainya ialah perdarahan per vaginan yang berat. Pemeriksaan

tentu harus ditunda sampai perdarahan berhenti. Jika ada perdarahan, maka bahan kontras

bisa masuk ke dalam vena uterina dan vena ovarii, masuk dalam vena kava inferior,

jantung sebelah kanan, kemudian masuk ke dalam paru-paru. Pada saat ini mungkin

pasien batuk-batuk, tetapi karena batuknya hanya sedikit saja, maka biasanya hal ini tidak

mengganggu penderita.

5

Page 7: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

V. Komplikasi Pemeriksaan HSG

Pada umumnya komplikasi pemeriksaan HSG hanya ringan saja. Keluhan utama

ialah rasa nyeri atau rasa mules pada waktu pemeriksaan dilakukan. Rasa ini akan hilang

sendiri dalam beberapa jam. Kadang-kadang timbul keadaan pra-rejatan (pre-shock)

karena pasien sensitif terhadap kontras. Tensimeter dan obat-obat untuk keadaan darurat

harus selalu tersedia. Keadaan ini biasanya dapat ditanggulangi dengan mudah pada

pemeriksaan HSG.

Pada proses inflamasi, infeksi pelvis, penyakit menular seksual yang tidak diobati,

dapat menjadi lebih parah akibat pemeriksaan ini. Infeksi post prosedural dapat terjadi

pada kasus inflamasi kronik dan hidrosalphing.

Bahan Kontras

Sekarang oleh ahli radiologi di Indonesia lebih banyak dipakai bahan kontras cair

dalam air yaitu, urografin 60% (meglumin diatrizoate 60% atau sodium diatriozate 10%.

Bahan kontras ini sifatnya encer, memberikan opasitas yang memuaskan dan mudah

masuk ke dalam tuba dan menimbulkan perubahan kontras ke dalam rongga peritoneum

dengan segera.

Pada tahun-tahun yang terakhir ini dipakai juga bahan kontras lipiodol ultrafluid

untuk pemeriksaan HSG. Bahan kontras ini juga dipakai untuk pemeriksaan limfografi,

sialografi, fistulografi, dan untuk saluran-saluran yang halus. (misalnya saluran air mata).

Kekurangan lipiodol ialah bahwa resopsi kembali berlangsung lama sekali jika kontras

ini masuk ke dalam rongga peritoneum.

Bahan kontras lain yang juga sering dipakai di sini dan memberikan hasil yang

sama seperti urografin, misalnya hipaque 50% (sodium diatrizoate), endografin

(meglumine iodipamide), diaginol viscous (sodium acetrizoate plus dextran), salpix

(sodium acetrizoate plus polyvinyl pyrolidone), isopaque (metrizoate) lipiodol ultrafuid,

dan sebagainya. Jumlah bahan kontras yang dipakai biasanya mendekati 10 ml.

VI. TEKNIK PEMERIKSAAN HSG

1. Waktu Pemeriksaan :

6

Page 8: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

Waktu yang optimum untuk melakukan HSG ialah pada hari ke 9 -10 sesudah

haid muIai. Pada saat itu biasanya haid sudah berhenti dan selaput lendir uterus sifatnya

tenang. Bilamana masih ada pendarahan, dengan sendirinya HSG tak boleh dilakukan

karena ada kemungkinan masuknya kontras ke dalam pembuluh darah balik.

2. Peralatan

Peralatan radiologi yang digunakan meliputi : meja radiologi, tabung sinar-x dan

monitor yang berada di ruang pemeriksaan.untuk melihat gambaran pada proses

pemeriksaan, gambaran sinar-x diubah menjadi bentuk video, saat yang bersamaan

radiografer mengambil gambar yang dicetak pada film.

Alat-alat yang digunakan adalah long forceps, spekulum vagina, sonde uterus,

sarung tangan

3. Prosedur Pemeriksaan

Sebelum dilakukan pemeriksaan pasien diberikan penjelasan singkat mengenai

tindakan yang akan dilakukan. Setelah kandung kemih dikosongkan dan perineum

dibersihkan, pasien ditempatkan di meja pemeriksaan. Posisikan pasien dengan posisi

litotomi, dengan lutut yang difleksikan dan lutut yang dilemaskan. Atur posisi meja dan

posisikan pasien dan film untuk difokuskan pada titik 5 cm dari simphisis pubis, film

ukuran 24x30 merupakan ukuran yang sering digunakan. Penerangan harus cukup.

7

Page 9: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

Sebelum memasukkan speculum, perhatikan alat genital pasien, lihat orifisium

dan introitus vagina, apakah ada inflamasi atau ulserasi. Jika ditemukan inflamasi, tunda

pemeriksaan sampai inflamasi teratasi.

Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi, dilakukan tindakan aseptic dan

antiseptic. Speculum dimasukkan secara perlahan dan serviks dijepit. Dilakukan sondase

untuk mengetahui dalamnya cavum uteri dan posisi uterus. Kanula dan konus yang sesuai

dipasang 1-2 cm dari ujung, spuit yang berisi kontras dipasang dan sedapat mungkin

kanula dicegah agar tidak terdapat udara. Kanula dimasukkan ke dalam ostium uretra

eksterna.

Speculum dikeluarkan, dilakukan penyemprotan kontras sambil dilakukan

fluoroskopi. Pemotretan pertama dilakukan sewaktu cavum uteri terisi kontras dan

dilakukan traksi. Biasanya diperlukan 2 cc kontras untuk mengisi cavum uteri.

Pemotretan selanjutnya setelah tuba terisi kontras dan terjadi tumpahan kontras.

Umumnya pada waktu persedur HSG ini diperlukan 6-8 cc kontras.

8

Page 10: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

Kriteria Radiograf Normal

1. Bentuk dari uterus yang normal berbentuk segitiga, bagian dasarnya pada fundus dan

apex pada sisi inferior. Berhubungan dengan canalis cervicalis. Posisi uterus normal

anteflexi atau retrofleksi.

2. Tidak ada gambaran kelainan seperti tumor, polip atau bentuk abnormal dari uterus

3. Media kontras yang dimasukan tidak akan bocor atau keluar dari uterus.

4. Tuba fallopi terletak di kanan kiri uterus. Terbagi atas empat daerah yaitu: interstitial,

isthmus, ampulla dan infundibulum. Daerah yang terlihat jelas dengan kontras adalah

isthmus yang panjang dan lurus serta ampulla yang seperti huruf “s” dan tampak

melebar. Tuba fallopi tidak tersumbat, sehingga media kontras dapat mengisi tuba

hingga tumpah ke rongga peritoneal (tampak spil, spill adalah tumpahnya kontras ke

cavum peritonium).

5. Terdapat gambaran speculum ataupun ujung pertubator (conus) di rongga uterus pada

metode pemasukan media kontras dengan metal cannula. Hal ini yang dikenal dengan

metal artifacts.

9

Page 11: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

Gambaran Hysterosalpingography (HSG)

1. Uterus dan saluran tuba yang normal

10

Page 12: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

Sumber : Courtesy of Dr. Miljan Stankovic, Massena, New York

Uterus dan Tuba normal

2. Infantile uterus (T Shaped)

Uterus berukuran kecil sehingga konsepsi tidak dapat mengembang.

11

Page 13: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

3. Unicornu uterus

Uterus yang mengalami kegagalan penyatuan ductus mulleri, hanya ada satu

kornu.

4. Bicornu uterus

Uterus yang mengalami kegagalan kegagalan penyatuan duktus mulleri sehingga

memiliki 2 kornu yang masuk ke vagina.

12

Page 14: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

5. Septate uterus

Cavum uteri terpisahkan oleh septum longitudinal

6. Arcuate uterus

Duplikasi uterus, tidak terjadi penyatuan ductus mulleri didaerah tertentu, fundus

melekuk ke dalam garis tengahnya.

13

Page 15: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

7. Hidrosalfing

Obstruksi tuba dengan perlengketan fimbrae.

8. Salphingitis TB

Inflamasi tuba fallopi oleh Mycobacterium tuberculosis

14

Page 16: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

9. Massa uterus

Adanya massa yang mengisi uterus sehingga terdapat filling defect.

15

Page 17: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Histerisalpingografi (HSG) merupakan suatu pemeriksaan radiologi untuk

mengetahui anatomi dan fisiologi alat genital wanita, melihat bayangan rongga rahim dan

bentuk tuba fallopi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui penyebab infertilitas

pada wanita. HSG masih merupakan pencitraan pilihan utama, pada HSG dapat terlihat

tanda infeksi tuberculosis yang dengan pemeriksaan lain tidak terlihat dan HSG juga

memiliki yaitu efek terapeutik dengan kemungkinan membuka adhesi tuba oleh media

kontras.

16

Page 18: Histerosalpingografi (HSG) PRINT dr pherena.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Rassad, S. Radiologi Diagnostik. System reproduksi wanita. Balai penerbit FKUI,

Jakarta. 2005. Edisi 2, hal 319 - 331

2. http://cafe-radiologi.blogspot.com/2010/08/teknik-pemeriksaan-kontras-hsg_12.html

3. http://catatanradiograf.blogspot.com/2010/05/teknik-radiografi-

histerosalpyngogram.html

4. http://www.americanclinic.rs/category/clanak/

17