histerosalpingografi 'hsg' munthee refrat

31
BAB I PENDAHULUAN Apabila banyaknya pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup, maka menurut Sensus Penduduk terdapat 12% baik di desa maupun di kota, atau kira- kira 3 juta pasangan infertil di seluruh Indonesia. (1) Infertilitas biasanya didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menjadi hamil dalam satu tahun setelah secara teratur menjalani hubungan intim tanpa kontrasepsi . Dengan meningkatnya penggunaan teknik-teknik modern reimplatasi tuba, terapi farmakologis yang dapat menginduksi perkembangan folikel dan ovulasi serta fertilisasi in vitro, peran pencitraan diagnostik dalam diagnosis dan manajemen pasien dengan infertilitas telah menjadi semakin penting. Histerosalpingografi adalah modalitas pencitraan sebagai pilihan untuk menyingkirkan kelainan anatomi yang menyebabkan ketidaksuburan. (2) Sejak Rubin dan Carey melakukan histerosalpingografi untuk pertama kalinya, banyak pembaharuan telah terjadi dalam hal peralatan dan media kontras yang dipakai. Prinsip pemeriksaannya dengan penyuntikan media kontras yang akan melimpah ke dalam cavum peritonium kalau tubanya paten, dan penilaiannya dilakukan secara radiografik. Kebolehan histerosalpingografi memang tidak dapat disangkal, tetapi

Upload: arlyn-dian-yuni

Post on 28-Oct-2015

473 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

BAB I

PENDAHULUAN

Apabila banyaknya pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari

banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup, maka

menurut Sensus Penduduk terdapat 12% baik di desa maupun di kota, atau kira-kira 3 juta

pasangan infertil di seluruh Indonesia.(1) Infertilitas biasanya didefinisikan sebagai

ketidakmampuan untuk menjadi hamil dalam satu tahun setelah secara teratur menjalani

hubungan intim tanpa kontrasepsi. Dengan meningkatnya penggunaan teknik-teknik modern

reimplatasi tuba, terapi farmakologis yang dapat menginduksi perkembangan folikel dan

ovulasi serta fertilisasi in vitro, peran pencitraan diagnostik dalam diagnosis dan manajemen

pasien dengan infertilitas telah menjadi semakin penting. Histerosalpingografi adalah

modalitas pencitraan sebagai pilihan untuk menyingkirkan kelainan anatomi yang

menyebabkan ketidaksuburan. (2)

Sejak Rubin dan Carey melakukan histerosalpingografi untuk pertama kalinya,

banyak pembaharuan telah terjadi dalam hal peralatan dan media kontras yang dipakai.

Prinsip pemeriksaannya dengan penyuntikan media kontras yang akan melimpah ke dalam

cavum peritonium kalau tubanya paten, dan penilaiannya dilakukan secara radiografik.

Kebolehan histerosalpingografi memang tidak dapat disangkal, tetapi hanya dapat dilakukan

di rumah sakit. Meskipun pada awalnya dilakukan sebagai prosedur diagnostik, HSG juga

mungkin memiliki khasiat terapeutik. Tidak jarang, wanita yang baru menjalani

histerosalpingografi (HSG) menjadi hamil. Khasiat terapeutik ini, kalau memang ada dapat

diterangkan karena pemeriksaannya dapat membilas sumbatan-sumbatan intratuba yang

ringan, melepaskan adhesi atau perlengketan peritubal, stimulasi dari mukosa silia atau

media kontras (yodium) yang berkhasiat bakteriostatik sehingga memperbaiki kualitas lendir

serviks.(1) Efek terapeutik ini dapat terjadi pada pemakaian kedua jenis kontras baik media

larut minyak maupun media larut dalam air. Namun pemakaian kontras larut dalam minyak

seperti lipiodol ultrafluid dapat menyebabkan kehamilan lebih banyak dibandingkan dengan

pemakaian kontras yang cair. (2)

Page 2: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

Waktu yang optimum untuk melakukan HSG adalah hari ke 9-10 sesudah haid mulai

pada saat itu biasanya haid sudah berhenti dan selaput lendir uterus biasanya bersifat

tenang. Apabila masih ada perdarahan, dengan sendirinya HSG tak boleh dilakukan karena

ada kemungkinan masuknya kontras ke dalam pembuluh darah balik.(7) Selama

histerosalfingografim, kontras diletakkan melalui pipa tipis yang dimasukkan melalui vagina

ke dalam rahim. Karena rahim dan saluran tuba terpancing bersama-sama, pewarna akan

mengalir ke dalam saluran tuba.(7)

Page 3: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 ANATOMI ALAT REPRODUKSI (3,4)

Uterus

Uterus berbentuk seperti buah peer yang sedikit gepeng ke arah muka belakang:

ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot

polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal

dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio. Uterus

terdiri atas 1) fundus uteri; 2) korpus uteri; dan 3) serviks uteri. Fundus uteri adalah bagian

uterus proksimal; disitu kedua tuba falloppii masuk ke uterus. Korpus uteri adalah bagian

uterus yang terbesar, rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri. Serviks uteri

terdiri atas: 1)pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio; 2) pars supravaginalis

servisis uteri adalah bagian serviks yang berada diatas vagina. Secara histologik uterus

terdiri atas (dari dalam keluar): 1) endometrium di korpus uteri; 2) otot-otot polos; dan 3)

lapisan serosa, yakni peritoneum viserale. Uterus ini sebenarnya terapung–apung dalam

rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligamenta yang menyokongnya, sehingga terfiksasi

dengan baik.

Ligamenta yang memfiksasi uterus adalah:

1. ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum

2. ligamentum sakro-uterinum sinistrum et dekstrum

3. ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum

4. ligamentum latum sinistrum et dekstrum

5. ligamentum infundibulo-pelvikum

6. ligamentum ovarii proprium

Page 4: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

Gambar: Posisi uterus

Tuba Fallopii

Merupakan saluran membranosa yang mempunyai panjang kira-kira 10 – 12 cm.

Tuba falloppii terdiri atas: 1) pars interstisialis, bagian yang terdapat di dinding uterus; 2)

pars ismika, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya; 3) pars ampullaris,

bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi; 4) infundibulum

bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria. Otot di dinding

tuba terdiri atas (dari luar dan dalam) otot longitudinal dan otot sirkulel. Lebih ke dalam lagi

didapatkan selaput yang berlipat-lipat dengan sel-sel yang bersekresi dan bersilia yang khas,

berfungsi menyalurkan telur ke arah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh

getaran rambut getar tersebut.

Ovarium

Wanita pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri, terletak dalam

fosa ovarika yang dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum,

kiri dan kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang

kira-kira 4 cm, lebar 1,5 – 3 cm dan tebal kira-kira 1,5 cm.

Sistem vaskularisasi

Uterus mendapat perdarahan dari arteri uterina yang merupakan cabang terbesar

dari arteri iliaka interna, berjalan di dalam jaringan ikat subperitoneal menyilang ureter dan

menuju basis ligamentum latum kemudian menuju ke uterus setinggi serviks dan bercabang

jadi arteri vaginalis menuju vagina.

Page 5: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

Tuba uterina mendapat perdarahan dari r. tubarius arteri uterina dan r. tubarius

arteri ovarika. Memberi 6-8 cabang ke sekitar tuba dan membentuk arcade. Ovarium

mendapat perdarahan dari arteri ovarika yang merupakan cabang dari aorta dan berjalan di

atas m. psoas di depan ureter menuju ligamentum suspensorium ovarii. Ovarium juga

mendapat perdarahan dari cabang arteri uterina. Vena berjalan sesuai dengan jalannya

arteri.

II.2 DEFINISI

“Hystero” berarti uterus, “salpingo” berarti tuba, jadi histerosalpingografi

merupakan pengambilan gambar dari uterus dan tuba fallopii. (5) Histerosalpingografi (HSG)

merupakan pemeriksaan menggunakan sinar-X untuk menilai keadaan saluran leher rahim

(kanalis servikalis), rongga rahim (uterus), saluran telur (tuba fallopii), dan sekaligus rongga

peritoneum dengan memasukkan kontras radiopak ke dalam kavum uteri melalui serviks,

menggunakan kanula. Bila tuba fallopii paten, makan kontras akan keluar ke rongga

abdomen (spill). Disebut juga urerosalpingografi, uterotubografi, hysterotubografi,

metrosalpingografi, dan metrotubografi.

Pemeriksaan ini dilakukan tanpa pembiusan, karena diperlukan keadaan sadar agar

pasien dapat secara efektif ikut mengubah beberapa posisi sewaktu difoto. Perjalanan

cairan kontras tersebut akan difoto dengan sinar-X sehingga bila ada kelainan anatomik

akan terlihat dari hasil pencitraan foto Roentgen.

Page 6: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

II.3 INDIKASI HSG (4, 6, 7)

1. Kajian masalah sterilitas

2. Investigasi perdarahan uterus, misalnya yang disebabkan oleh mioma uteri, polip

endometrium, adenomatorus, dan lain-lain

3. Melihat patensi tuba

Pada tuba yang paten akan terjadi pelimpahan kontras dari tuba ke dalam rongga

peritoneum. Kelainan tuba dan defek seperti hidrosalping, abses tuba-ovarium,

kinking dan adhesi/perlengketan, salpingitis isthmica nodosa, endometriosis, oklusi

tuba karena infeksi

4. Sinekia intrauterine

5. Abortus berulang

6. Anomali sistem Mullerian

7. Memonitor pasca operasi tuba/ligasi tuba, seperti pada prosedur sterilisasi.

8. Pemeriksaan HSG sekarang juga dilakukan untuk menentukan apakah IUD (intra-

uterine device) masih ada dalam kavum uteri. Untuk indikasi ini, sebaiknya dibuat

dahulu foto polos abdomen untuk melihat apakah IUD masih didalam abdomen. Jika

tidak nampak lagi, IUD yang sengaja dibuat opak, maka HSG tidak perlu dilakukan.

Jika IUD berada jauh dari lokasi uterus, misalnya di abdomen bagian atas, maka

dengan sendirinya HSG tidak perlu dikerjakan lagi

9. HSG kadang-kadang dilakukan sesudah section caesaria untuk melihat parut-parut

pada serviks dan uterus

10. Tumor maligna kavum uteri kadang-kadang juga perlu diperiksa dengan HSG untuk

melihat lokasi, ekstensi, dan bentuk tumor

II.4 KONTRAINDIKASI HSG (8)

Hamil muda, karena HSG bersifat invasif dan dikhawatirkan bahaya terjadinya

abortus

Inflamasi akut

Page 7: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

Pada inflamasi akut terjadi erosi yang besar sehingga ditakutkan bisa terjadi infeksi

ascenden.

Perdarahan per vaginam berat

Pada perdarahan berat, vasa terbuka dan kontras bisa masuk ke vasa akibatnya

terjadi emboli.

Post curettage atau dilatasi kanalis servisis

Kontraindikasi relatif bila dilakukan segera sebelum menstruasi, karena saat itu

endometrium tebal sehingga bisa salah interpretasi (dikira tumor atau massa

abnormal).

II.5 KOMPLIKASI HSG (1, 6, 8)

Nyeri pada saat pemeriksaan (meningkat terutama pada pemakaian bahan kontras

larut dalam air)

Perdarahan post pemeriksaan

Eksaserbasi penyakit radang panggul

Media kontras larut dalam minyak dapat menyebabkan terjadinya granuloma pada

uterus termasuk jaringan tuba

Pre-schock akibat alergi kontras ( jarang terjadi )

Infeksi bila alat yang dipakai tidak steril

Intravasasi media kontras ke pembuluh darah atau kelenjar limfe

Emboli, bila menggunakan media kontras dengan dasar minyak (oil-based)

Kejang tuba, sebagai reaksi terhadap nyeri atau ketakutan yang akan memberikan

gambaran palsu sebagai sumbatan.

II.6 MACAM-MACAM BAHAN KONTRAS (4, 6, 8)

1. Media larut minyak (lipiodol, ultrafluid)

Kelebihan : Karena kontras lebih pekat, tampilan radiografi yang lebih khas, efek

terapeutiknya lebih besar.

Kekurangan : Resorbsi kembali berlangsung lama, granuloma akibat retensi

kontras, emboli.

Page 8: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

2. Bahan kontras larut dalam air ( Sinografin diperkenalkan sejak tahun 1959),

urografin 60% (yang sering digunakan)

Kelebihan : Sifatnya encer, opasitas memuaskan, cepat diserap (dalam 60

menit), mudah masuk ke tuba, pelimpahan kontras ke kavum

peritoneum cepat.

Kekurangan : Efek samping berupa mulas, nyeri, pre-shock.

Bahan kontras lain yang juga sering dipakai dan memberikan hasil sama seperti

urografin, misalnya diaginol viscous (sodium acetrizoate plus polyvinyl pyrolidone),

hipaque 50% (sodium diatrizoate), endografin (meglumine iodipamide), isopaque

(metrizoate), lipiodol ultrafluid, dan sebagainya .

II.7 PROSEDUR HSG

Persiapan (4, 8)

Waktu optimum adalah hari ke 9-10 setelah haid karena diperkirakan pada waktu

tersebut uterus sudah tenang. Setelah hari ke 10 juga dapat dilakukan apabila tidak

ada pembuahan atau tidak ada hubungan seksual, namun bila mendekati pada hari

haid yang dikhawatirkan adalah terjadinya intravasasi kontras ke dalam endometrium.

HSG tidak boleh dilakukan bila ada tanda-tanda inflamasi. Diperhatikan apakah ada

infeksi pelvis kronis dan penyakit menular seksual pada saat pemeriksaan.

Malam sebelum pemeriksaan, pasien diberi laksatif untuk mengosongkan saluran

cerna, sehingga uterus dan struktur disekitarnya terlihat dengan jelas.

Beberapa saat sebelum pemeriksaan dapat diberikan sedatif ringan untuk

mengurangi ketidaknyamanan, antibiotik juga dapat diberikan sebelum dan sesudah

pemeriksaan.

Berikan inform consent.

Harus dilakukan tes alergi terhadap zat kontras, juga dijelaskan akan rasa sakit yang

akan dialami pasien.

Semua pakaian dibuka, termasuk perhiasan, kaca mata dan benda-benda logam yang

dapat merancukan bayangan sinar-X. Pasien memakai gaun khusus saat pemeriksaan.

Page 9: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

Sebelum dilakukan pemeriksaan HSG atau pemeriksaan lain, ada baiknya dibuat foto

polos abdomen terlebih dahulu. Pemeriksaan ini sering kali dilakukan dengan film

ukuran 18 x 24 cm atau 24 x 30 cm untuk meliputi daerah vesika dan uterus dalam

pelvis. Jika ada indikasi, maka ada kalanya perlu dibuat foto seluruh abdomen

termasuk lengkung diafragma kanan dan kiri, biasanya cukup dengan film ukuran 30 x

40 cm. Pada infertilitas kadang-kadang diperlukan juga membuat radiogram paru,

karena infertilitas mungkin merupakan akibat penyakit tuberculosis paru yang masih

aktif.

Proteksi Radiasi; Perhatian khusus perlu diberikan untuk menjaga radiasi seminimum

mungkin karena penggunaan kilovolt yang tinggi. Intensifikasi bayangan harus dijaga

kualitasnya sebaik mungkin. Begitu juga dengan tangan yang memberikan injeksi

contrast pada saat fluoroskopi harus dilindungi. Perlindungan dibuat dari lembaran

timah karet yang tebal diletakkan dibawah kaki pasien dengan batas bagian atas tepat

dibawah simfisis pubis. Sorotan sinar-X harus disejajarkan agar tangan ginekologis

tidak teradiasi.

Peralatan (4, 7)

Peralatan radiologi yang digunakan meliputi: meja radiologi, tabung sinar-x dan

monitor yang berada di ruang pemeriksaan atau dekat ruang pemeriksaan. Untuk melihat

gambaran pada proses pemeriksaan, gambaran sinar-x di ubah menjadi gambaran video,

disaat yang bersamaan radiographer mengambil gambar yang dicetak pada film.

Alat-alat lain yang diperlukan adalah klem, spekulum vagina (spekulum sims),

kateter, kanula, sonde uterus, sarung tangan, lampu dan lain-lain sesuai kebutuhan. Kini,

alat yang dianggap terbaik untuk menyuntikkan media kontras ialah kateter pediatrik Foley

nomor 8, untuk menghindarkan perlukaan dan perdarahan serviks, menghindari perforasi

uterus, megurangi rasa nyeri, dan karena mudah mengatur sikap pasien. Alat yang dipilih

untuk HSG ini ideal memenuhi beberapa kriteria yaitu mudah digunakan, memberikan

gambaran anatomi uterus dan tuba dengan baik, mencegah kontras kembali ke vagina,

terhindar dari trauma serviks dan uterus, dan bila perlu posisi pasien dapat diubah sesuai

kebutuhan. Jangan lupa mempersiapkan obat-obatan emergensi.

Page 10: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

Gambar: kateter HSG

Teknik (1, 4, 6)

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengerjakan HSG ini. Menurut

Sutton pemeriksaan ini lebih memuaskan apabila dikerjakan dibawah anestesi umum, baik

bagi pasien maupun untuk kepentingan diagnosa yang akurat. Tetapi beberapa kepustakaan

menyebutkan bahwa tidak diperlukan sedatif maupun anestesi untuk mengerjakan HSG ini.

Teknik yang dilakukan saat pemeriksaan meliputi:

Setelah kandung kemih dikosongkan dan pembersihan perineum, pasien

ditempatkan di meja pemeriksaan.

Setelah posisi meja di atur, posisikan pasien dan film untuk difokuskan pada titik 5

cm dari simfisis pubis; film ukuran 24x30 merupakan ukuran yang sering digunakan

dengan posisi memanjang.

Posisi monitor berada ditempat yang mudah dilihat. Peralatan diletakkan pada posisi

yang mudah dijangkau dan penerangan harus cukup.

Page 11: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien diberikan penjelasan secara singkat

mengenai tindakan yang akan dilakukan. Kemudian pasien dibaringkan dalam posisi

litotomi, dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik. Dipasang spekulum, portio dijepit.

Kemudian kateter dimasukkan ke dalam kavum uteri dengan bantuan klem dan balon

dikembangkan sehingga kateter terfiksir pada tempatnya dengan menyuntikkan 2 ml

air. Setelah spekulum vagina dilepaskan, media kontras disuntikkan ke dalam kavum

uteri sedikit demi sedikit ( 3- 20 cc) melalui kanula, dengan atau tanpa pengawasan

fluoroskopi. Umumnya untuk prosedur HSG ini diperlukan 4-6 cc kontras. Pada uterus

yang abnormal jumlah kontras yang dipakai bisa lebih banyak, misalnya pada

hidrosalping, bisa memakai kontras 10 cc atau lebih. Sedangkan uterus nullipara

jumlah kontras hanya 3-4 cc. Yang paling baik adalah bahwa kanula terisi semua

dengan bahan kontras, sehingga tidak ada gelembung udara. Ketidaktauan akan

gambaran gelembung udara pada pemeriksaan ini dapat menyebabkan kebingungan

dalam penafsiran.

Untuk mendapat gambaran segmen bawah uterus dan kanalis servikalis, balon

dikempeskan sebentar sambil menyuntikkan media kontras.

Perhatikan apakah kontras masuk ke peritoneum atau tidak (peritoneum spill), atau

terjadi obstruksi seperti misalnya fibrosis post infeksi sehingga kontras tampak

menggembung (hidrosalping).

Dilakukan pembuatan foto polos posisi litotomi dengan posisi AP dan oblik. Jika

menggunakan fluoroskopi, setiap penyuntikan cairan kontras ke dalam kavum uteri

dapat diikuti dengan seksama lewat layar televisi, sehingga pemotretannya tidak

membuta. Dengan teknik ini biasanya tidak lebih dari 3 potret yang dibuat, yaitu (1)

potret pendahuluan; (2) potret yang menggambarkan pelimpahan kontras ke dalam

rongga perut; dan (3) potret 24 jam kemudian, kalau tubanya paten dan memakai

kontras larut minyak, untuk memeriksa penyebaran di dalam kavum peritonei.

Biasanya, dalam 3 jam media kontras telah diserap kembali dan dapat ditemukan

dalam kandung kemih. Hal ini penting, untuk menyatakan apakah ada atau tidaknya kontras

yang tersisa di dalam rongga pelvis, yang mungkin terjadi disertai dengan hidrosalping.

Page 12: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

II.8 HSG NORMAL (8, 7)

1. Ukuran canalis cervicis 2,5 cm atau kira-kira sepertiga panjang uterus. Bentuknya

lonjong, Ismus antara kavum uteri dan kanalis servisis lebih sempit

2. Kavum uteri tampak berbentuk segitiga dengan titik puncak ke bawah (antefleksi )

mengikuti arah kanula, panjangnya ± 7-7,5 cm, dan fundus uteri tampak lurus atau

konkaf

3. Jarak kornu kanan dan kiri ± 3,5cm

4. Apeks kornu langsung berlanjut pada ismus tuba falloppii. Ismus tuba ini panjangnya

variable, Nampak seperti garis potlot pada radiogram dan jalannya bergelombang.

Ismus tuba kemudian melebar menjadi ampula tuba

5. Tuba tipis seperti benang berakhir di fimbria, terjadi pelimpahan kontras ke rongga

peritoneum, disebut “peritoneal spill” dan memperlihatkan gambar yang tidak

berbentuk.

Page 13: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

II.9 HSG ABNORMAL

1. Kelainan kongenital uterus (1, 10,11,12)

Berbagai tingkat kegagalan fusi duktus mullerian yang mengarah pada kelainan

bawaan dari uterus. Uterus, tuba falloppii dan proksimal vagina berkembang dari

sepasang duktus mulleri, ketidaksempurnaan dalam perkembangkan menyebabkan

kelainan bentuk-bentuk uterus, kelainan dapat berupa:

Uterus infantile ukurannya kecil, tetapi saluran serviks relatif panjang

dibandingkan korpus uterus.

Page 14: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

Uterus unikornu, single horn, merupakan kegagalan perkembangan satu

duktus mulleri. Ini terjadi dalam 20% kasus kelainan kongenital uterus. Dalam hal

ini vagina dan serviks bentuknya normal. Bila duktus Mulleri kontralateral yang

sehat berkembang dengan sempurna, diperkirakan tidak akan mengganggu proses

kehamilan. Namun beberapa komplikasi kehamilan dapat terjadi, seperti malposisi

janin, retardasi pertumbuhan intrauterin, abortus spontaneous, dan bayi lahir

prematur. Pada HSG, setelah pemasukan materi kontras, kavum endometrium

memperlihatkan bentuk fusiform (kumparan), lonjong pada apexnya dan saluran

menuju tuba falloppii yang tunggal.

Uterus Bikornu akibat kegagalan

penyatuan duktus mulleri secara

parsial-pada bagian fundus.

Merupakan kegagalan penyatuan

pada segmen superior kanalis

ureterovagina. Dibedakan atas 2

UTERUS INFANTILE terlihat kecil seperti uterus pada

anak-anak, sehingga sulit untuk hasil konsepsi dapat

berkembang

Unicornuate uterus

Page 15: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

jenis: (1) uterus bikornis unikollis; (2) uterus bikornis bikollis (uterus didelphys).

Pada pencitraan HSG, kedua tanduk pada kavum endometrium biasanya terpisah

jauh dengan jarak interkornu lebih dari 4 cm dan sudut intercornual lebih dari

105°. Setiap tanduk memberikan gambaran fusiform, dengan apex berbentuk

lonjong dan masing-masing berakhir dengan saluran tuba falloppii tunggal.

Gambarannya sulit dibedakan dari uterus septus dan kadang diperlukan

pemeriksaan lanjutan untuk itu.

Uterus didelphys disebut juga uterus bikornu bikollis. Kelainan ini terjadi bila kedua

duktus mulleri terbentuk sempurna dengan ukuran yang normal tapi sepenuhnya

tidak menyatu. Ditemukan pada 5% kasus kelainan kongenital uterus. Dua bagian

terpisah sama sekali (no communication) dengan dua serviks dan sering ditemukan

bersamaan dua vagina atau satu vagina dengan sekat (uterus dupleks dan vagina

dupleks). Pada pencitraan dengan HSG, terlihat gambaran dua saluran endoservikal

yang terpisah menuju kavum uteri berbentuk fusiform yang juga terpisah, tanpa

adanya hubungan antara kedua bagian pada uterus tersebut. Tiap kavumnya

berakhir pada saluran tuba falloppii yang tunggal.

Bicornuate uterus

Uterus didelphys didelphys

Page 16: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

Uterus septus merupakan kelainan perkembangan uterus non-obstruksi yang

sering terjadi. Terdapat satu uterus, tetapi di dalamnya terdapat dua ruangan yang

dipisahkan oleh suatu sekat karena kegagalan dari resorbsi septum-baik secara

komplit maupun parsial, setelah penyatuan kedua duktus paramesonefrik.

Pencitraan HSG dapat digunakan untuk mengevaluasi ukuran dan luas septum,

meskipun keakuratan diagnostiknya hanya 55% untuk membedakan uterus septus

dan uterus bikornu.

Uterus arkuatus memiliki satu rongga uterus dengan ditandai adanya sedikit

cekungan endometrium pada fundus (± 1,5 cm) yang merupakan hasil resorbsi

septum yang hampir sempurna. Pada pencitraan dengan HSG, didapatkan

gambaran kavum uteri tunggal dengan lekukan berbentuk “Saddle” pada fundus

uterinya.

Septate uterus

Page 17: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

2. Kelainan Non-Kongenital Uterus

a) Uterine fibroids (9)

Myoma (fibroid) juga dapat menyebabkan infertilitas, karena menyebabkan obstruksi

dari tuba falloppii, juga dapat terjadi abortus spontan. Lokasi berkembangnya fibroid

pada dinding uterus dapat terjadi di lapisan subserosa, intramural dan submukosa,

yang dapat juga terlihat sebagai pedunculated (bertangkai).

Submucosal fibroid pada HSG memperlihatkan adanya indentasi

dalam cavum uteri

Page 18: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

b) Kelainan pada Tuba Fallopii (9)

Hampir 30% dari semua kasus infertilitas disebabkan oleh kerusakan atau

penyumbatan pada saluran tuba. Oleh karena itulah, penilaian patensi tuba dianggap

sebagai salah satu pemeriksaan terpenting dalam pengelolaan infertilitas. Kelainan

yang paling umum ditemukan pada salpingografi dalam kasus-kasus ketidaksuburan

adalah penyumbatan tuba, dengan tidak adanya pelimpahan kontras (spill) ke rongga

peritoneum.

Penyumbatan tuba mungkin karena beberapa penyebab, yaitu:

1. Buruknya teknik operatif

2. Kejang tubal

3. Obstruksi setelah infeksi tuba atau operasi

4. Adhesi fimbrial

5. Kehamilan tubal, tumor dll

6. Prosedur sterilisasi

Keadaan yang tersering berhubungan dengan non-patensi tuba adalah:

- Obstruksi partial atau total

- Kista ovarium

- Diverticulosis ( salphyngitis isthmica nodosa)

- Salphyngitis TBC

Gamb: Tubal

Blockage

Myoma berkalsifikasi

Page 19: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

- Polip uterus

- Hidrosalping

Salpingitis: hidrosalping. Merupakan salah satu bentuk peradangan kronik pada

salping. Hidrosalping sering merupakan hasil akhir dari pyosalping dengan resorbsi

eksudat purulen diganti dengan cairan jernih. Pada pencitraan HSG posisi AP

tampak kontras mengisi kanalis servikalis, uterus, ostium tuba kanan dan kiri

tampak menggelembung sampai ampula yang tampak bulat tanpa limpahan

kontras (spill).

Salphyngitis TB terlihat

sebagai paratubal filling

Gamb: Hidrosalping bilateral

Page 20: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

II.10 PEMERIKSAAN LAIN SELAIN HSG

a. Pertubasi atau Tiup Rahim(14)

Pemeriksaan pertubasi atau yang dikenal dengan ‘Tiup Rahim’ dilakukan

dengan menggunakan gas CO2 yang ditiupkan ke rahim. Penilaian pertubasi

umumnya secara subjektif atau dapat juga dibuat rekaman kymograph terhadap

tekanan uterus. Mengetahui paten atau tidaknya saluran telur ditentukan dengan

mengukur tekanan gas sewaktu peniupan, jika terdapat perubahan tekanan berti

tuba paten. Berbeda dengan HSG yang menimbulkan rasa nyeri saat peniupan, gas

yang masuk terasa hangat.

Mengenai waktu pemeriksaannya sama seperti HSG, yakni hari ke-9-10.

Bedanya, hasil pemeriksaan HSG bersifat objektif. Artinya, ada data yang yang

terlibat langsung melalui hasil rontgen. Letak sumbatan pun dapat diketahui dengan

jelas lokasinya. Sedangkan pada pertubasi, letak sumbatan tidak dapat diketahui.

Hanya dapat diketahui adanya sumbatan melalui perbedaan tekanan gas saat

dimasukkan.

b. Hydrosonografi(13,14)

Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan cairan kontras ke dalam

saluran rahim melalui vagina. Umumnya yang banyak dilakukan adalah cairan normal

saline. Bedanya dengan HSG, hasilnya dapat dilihat melalui monitor saat

pemeriksaan berlangsung. Pemeriksaan yang menggunakan alat bantu USG

Transvaginal ini memungkinkan pasien bisa ikut mengetahui secara langsung

kelainan pada rongga rahim. Walau begitu pemeriksaan ini tidak dapat menentukan

saluran tuba mana yang terbuka. Pemeriksaan ini dilakukan tanpa anestesi. Pada

pemeriksaan ini akan terasa sedikit kram perut akibat cairan yang dimasukkan ke

dalam rahim. Tetapi kram perut ini hanya berlangsung sementara.

Page 21: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

Pemeriksaan ini dilakukan sama seperti pemeriksaan HSG yaitu pada hari ke-

9-10 setelah menstruasi. Pasien tidak perlu menggosongkan perut terlebih dahulu

dan kandung kemih tidah harus penuh.

BAB III

KESIMPULAN

Page 22: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

Histerosalpingografi (HSG) merupakan modalitas pencitraan sebagai pilihan untuk

menyingkirkan kelainan anatomi yang menyebabkan ketidaksuburan pada wanita. Bahan

kontras yang sering digunakan oleh ahli radiologi di Indonesia adalah zat kontras yang larut

dalam air yaitu urografin 60%. Indikasi HSG yang paling sering ialah dalam ginekologi, baik

sterilitas primer maupun sekunder, untuk melihat potensi tuba.

Kontraindikasi HSG:

Hamil muda

Inflamasi akut

Pada inflamasi akut terjadi erosi yang besar sehingga ditakutkan bisa terjadi infeksi

ascenden.

Perdarahan per vaginam berat

Post curettage atau dilatasi canalis cervicis

Kontraindikasi relatif bila dilakukan segera sebelum menstruasi, karena saat itu

endometrium tebal sehingga bisa salah interpretasi

Hipersesitivitas pada zat kontras

Dilakukan pembuatan foto polos posisi litotomi dengan posisi AP dan oblik. Dengan

teknik ini biasanya tidak lebih dari 3 potret yang dibuat, yaitu (1) potret pendahuluan; (2)

potret yang menggambarkan pelimpahan kontras ke dalam rongga perut; dan (3) potret 24

jam kemudian.

Penilaian HSG normal dilihat dari serviks (tidak adanya filling defect), uterus dimana

dinilai ukuran, bentuk (triangular shape, tdk ada anomali uterus), posisi (anteflexi) dan tidak

adanya filling defect, juga penilaian terhadap tuba dimana adanya pengisian kontras secara

penuh, adanya spill pada kedua tuba, tidak adanya pelebaran tuba ataupun kelainan lain

seperti granula di sepanjang saluran tuba. Pencitraan HSG abnormal dapat terjadi pada

kasus kelainan kongenital uterus, fibroid uterine, dan kelainan pada tuba falloppii baik

karena obstruksi partial maupun total, infeksi, adhesi fimbrial dll.

Selain HSG, ada pemeriksaan lain yang masih dilakukan sampai saat ini. Pemeriksaan

itu adalah Pertubasi dan Hydrosonografi. Pemeriksaan pertubasi menggunakan gas CO2

yang dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina. Sedangkan pemeriksaan hydrosonografi

menggunakan cairan normal saline. Dari kedua pemeriksaan ini, HSG merupakan

Page 23: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

pemeriksaan yang penilaiannya lebih okjektif. Artinya, ada data yang yang terlibat langsung

melalui hasil rontgen. Letak sumbatan pun dapat diketahui dengan jelas lokasinya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumapraja, Sudraji. Ilmu Kandungan: Infertilitas. Edisi ke 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, 2007. hlm. 496; 510-513

2. Juhl’s and Paul. Essentials of Radiologic Imaging: Obstetric and Gynecologic Imaging. Fifth

Edition. USA: J.B. Lippincott Company, 1987. p. 673-87

Page 24: Histerosalpingografi 'Hsg' Munthee Refrat

3. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan: Anatomi dan Fisiologi Alat-alat Reproduksi. Edisi ke 3.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999. hlm. 36-44

4. http://lagubatak-oppupanongalangit.blogspot.com/2009/10/histerosalfingografi.html

5. www.healthline.com/galecontent/hyterosalpingography

6. Meschan, Isadore. Roentgen Signs in Diagnostic Imaging: Study of The NonPregnant Female-

Gynecologic Radiology. 2nd ed. Vol 1. Philadelphia: W.B Saunders Company, 1984. p. 349-62

7. Ilyas G, Purwohudoyo S. Radiologi Diagnostik: Sistem Reproduksi Wanita. Jakarta: Balai Penerbit

FK UI, 2005. hal. 311-15

8. Ghazali, Rusdy. Radiologi Diagnostik: Histerosalphyngography. Yogyakarta: Pustaka Cendekia

Press, 2008. hlm. 79-80

9. Sutton, David. A Textbook of Radiology and Imaging. Fifth Edition. United Kingdom: Churchill

Livingstone, 1993. p. 1206-15

10. http://radiology.rsnajnl.org/cgi/content/full/233/1/19

11. http://www.emedicine.com/Radio/topic738.htm

12. http://www.radswiki.net/main/index.php?title=T-shaped_uterus

13. http://www.arkansasfertility.com/patients-only/hydrosonography.html

14. http://www.ayahbunda.co.id/article/mobArticleDetail.aspx?mc=001&smc=001&ar=1606