hg2

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Akan tetapi, dokter obstetri dan dokter umum menganggap mual muntah hanya semata-mata merupakan sebuah gejala fisiologis, dan sebuah masalah yang sering kali membuat mereka merasa tidak berdaya untuk membantu mengatasinya. Mual dan muntah sering kali diabaikan karena dianggap sebagai sebuah konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa mengakui dampak hebat yang ditimbulkannya pada wanita dan keluarga mereka. Koren (2000) menggambarkan mual dan muntah sebagai gangguan medis tersering selama kehamilan. Wanita telah menekankan bahwa bagian dari kepuasan mereka pada asuhan di awal kehamilan adalah berkaitan dengan persepsi mereka bahwa profesioanal tenaga kesehatan memercayai rasa sakit yang mereka derita, bukan mengabaikan ataupun menganggap mereka bertingkah berlebihan. Seperti halnya nyeri, mual merupakan gejala yang dikatakan oleh pasien, dan jika gejala tersebut menyebabkan sters pada wanita, 1

Upload: harimuhammadakbar

Post on 15-Nov-2015

4 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

HG2

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangMual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Akan tetapi, dokter obstetri dan dokter umum menganggap mual muntah hanya semata-mata merupakan sebuah gejala fisiologis, dan sebuah masalah yang sering kali membuat mereka merasa tidak berdaya untuk membantu mengatasinya. Mual dan muntah sering kali diabaikan karena dianggap sebagai sebuah konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa mengakui dampak hebat yang ditimbulkannya pada wanita dan keluarga mereka. Koren (2000) menggambarkan mual dan muntah sebagai gangguan medis tersering selama kehamilan. Wanita telah menekankan bahwa bagian dari kepuasan mereka pada asuhan di awal kehamilan adalah berkaitan dengan persepsi mereka bahwa profesioanal tenaga kesehatan memercayai rasa sakit yang mereka derita, bukan mengabaikan ataupun menganggap mereka bertingkah berlebihan. Seperti halnya nyeri, mual merupakan gejala yang dikatakan oleh pasien, dan jika gejala tersebut menyebabkan sters pada wanita, ia berhak diberi cara yang paling memungkinkan untuk mengatasi gejala tersebut. Akibat meremehkan rasa mual dan muntah yang dirasakan wanita pada saat kehamilan terbukti berkonstrubusi dalam meningkatkan ketegangan emosional, stres psikologis dan keterlambatan yang tidak semestinya dalam menemukan penanganan yang tepat, terutama jika kondisi menjadi patologis (Munch 2000). Keadaan hiperemesis gravidarum yang sangat patologis jauh lebih jarang terjadi dibandingkan mual dan muntah secara logis. Kondisi ini umumnya disebut morning sickness. Bagaimanapun sebesar 0,05% - 2% pada seluruh kehamilan dapat terjadi mual dan muntah yang berat, kondisi ini sering disebut dengan hiperemesis gravidarum,dengan prevalensi 1% sampai 3% atau 5-20 kasus per 1000 kehamilan(Simpson et.al, 2001).1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari hiperemesis gravidarum?2. Apa saja etiologi dari hiperemesis gravidarum?3. Bagaimana patofisiologi dari hiperemesis gravidarum?4. Apa saja manifestasi klinis dari hiperemesis gravidarum?5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada hiperemesis gravidarum?6. Bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan pada klien dengan hiperemesis gravidarum? 7. Apa saja diagnosa yang muncul dari hiperemesis gravidarum?8. Apa saja intervensi yang muncul dari hiperemesis gravidarum?

1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Tujuan umum :Mengetahui tentang hiperemesis gravidarum yaitu mual muntah yang berlebihan pada ibu hamil sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari, bahkan dapat mengancam jiwa.1.3.2 Tujuan khusus :1. Untuk mengetahui pengertian hiperemesis gravidarum. 2. Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum. 3. Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum. 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis hiperemesis gravidarum.5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang hiperemesis gravidarum.6. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum.7. Untuk mengetahui diagnosa yang muncul dari hiperemesis gravidarum.8. Untuk mengetahui intervensi dari hiperemesis gravidarum.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Definisi Hiperemis Gravidarum Hiperemesis Gravidarum ialah mual muntah berlebihan selama masa hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama kehamilan trimester pertama (Varney, 2006). Hiperemesis Gravidarum ialah gejala mual muntah pada ibu hamil trimester pertama yang terjadi setiap saat (Wiknjosastro, 2007). Mual dan muntah yang menetap selama masa kehamilan yang mengganggu asupan cairan dan nutrisi, awitan biasanya terjadi sebelum 20 minggu kehamilan, cukup berat hingga mengakibatkan penurunan berat badan, dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Geri Morgan and Carole Hamilton, 2009). Hiperemesis muntah yang berlebihan. Hiperemesis Gravidarum komplikasi serius yang kadang-kadang ditemukan pada kehamilan di tandai dengan muntah-muntah yang hebat dan menetap (Kamus Saku Kebidanan, Edisi 10, hal 220). Keluhan ringan atau minor berupa emesis gravidarum dapat semakin meningkat menjadi hiperemesis gravidarum. Pada keadaan hiperemesis gravidarum sudah terdapat gejala klinis yang memerlukan perawatan, seperti muntah berlebihan yang menyebabkan dehidrasi, berat badan menurun, keluhan mental dalam bentuk delirium, diplopia, nistagmus, serta terdapat benda keton dalam darah sebagai akibat metabolisme anaerobik. Demikian lah kelompok Gestosis mulai dari morning sickness, emesis gravidarum samapai hiperemis gravidarum merupakan penyakit yang sifatnya bertahap dan hanya terdapat pada keadaan hamil saja (Manuaba, Ida Bagus Gde dkk.2002:396).Menurut kelompok kami hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan dengan intensitasnya melebihi muntah normal yang dioengaruhi oleh berbagai faktor dan dapat menimbulkan komplikasi yang serius, keadaan ini berlangsung selama kehamilan trimester pertama.2.2 Etiologi Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, tetapi diduga terdapat faktor ini (Manuaba, Ida Bagus Gde dkk 2002:396): 1. Psikologis, bergantung pada :a. Apakah si ibu dapat menerima kehamilannya.b. Apakah kehamilannya diingankan atau tidak.2. Fisika. Terdapat kemungkinan masuknya villi khorealis ke dalam sirkulasi darah ibu.b. Terjadi peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan kenaikkan human chorionic gonadothropin (HCG).c. Faktor konsentrasi human chorionic gonadothropin yang tinggi: Primigravida lebih sering dari multigravida. Semakin meningkat pada mola hidatisoda, hamil ganda, dan hidramnion,d. Faktor gizi/anemia meningkatkan terjadinya hiperemis gravidarum.

2.3 Patofisiologi dan PathwayDiawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun, dan diuresis, menurun. Hal ini menimbulkan perfusi ke jaringan menurun. Hal ini menimbulkan perfusi jaringan menurun untuk memeberikan nutrisi dan mengonsumsi O2. Oleh karena itu, dapat terjadi perubahan metabolisme menuju ke arah anaerobik yang menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntahyang berlebih dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi. Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi alat vital berikut ini.1. Liver a. Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun.b. Gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus.c. Tejadi perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan fungsi umum.2. Ginjala. Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun, seperti : Asam laktat Benda ketonb. Terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal Diuresis berkurang bahkan dapat anuria Mungkin terjadi albuminuria c. Sistem saraf pusat Terjadi nekrosis dan perdarahan otak diantaranya perdarahan ventrikel Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya benda keton dapat merusak fungsi saraf pusat yang menimbulkan kelainan ensefalopati Werniceke dengan gejala :- Nistagmus - Gangguan kesadaran dan mental serta diplopia Perdarahan pada retina dapat mengaburkan penglihataan. Mual muntah yang berkelanjutan dapat menimbukan gangguan fungsi umum alat-alat vital dan menimbulkan kematian.

Sumber: Rohan, Hasdianah Hasan dan Siyoto, Sandu.2013.Buku Ajar Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta:Nuha Medika

Emesis GravidarumPenurunan pengosongan lambung Peningkatan estrogen Faktor PresdisposisiFaktor Alergi

Peningkatan tekanan gaster komplikasi Penyesuaian

Pengeluaran nutrisi berlebihan Kehilangan cairan berlebihIntake nutrisi menurunHiperemesis gravidarum

Gangguan nutrisi kebutuhan tubuhdehidrasi

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Intoleransi aktivitasKelemahan tubuhPenurunan kesadaranOtot lemahMetabolisme intra sel menurunPerfusi jaringan otakAliran darah ke jaringan menurun hemokonsentrasi Cairan eksta seluler dan plasma

2.4 Manifestasi Klinis Hiperemesis Gravidarum1. Dehidrasi berat, ikterik, takikardia. 2. Suhu meningkat.3. Alkalosis.4. Kelaparan gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga. 5. Menarik diri dan depresi.Dengan mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum dan gejalanya yang progresif, hiperemesis dapat di bagi menjadi tingkatan sebagai berikut.Tingkat Gejala KlinisGejala Klinis

Tingkat Pertama Muntah terus-menerus sehingga menimbulkan : Dehidrasi, turgor kulit menurun Berat badan menurun Mata cekung dan lidah kering Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esophagus Nadi meningkat dan tekanan darah menurun Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit Tampak lemah dan lemas

Tingkat Kedua Dehidrasi makin meningkat akibatnya : Turgor kulit makin menurun Lidah kering dan kotor Mata tampak cekung

Tingkat Kedua (lanjutan) Kardiovaskuler : Frekuensi nadi semakin cepat diatas 100 kali/menit Nadi kecil karna volume darah turun Panas badan meningkat Liver fungsinya terganggu menimbulkan ikterus yang khususnya tampak pada mata Fungsi lainnya terganggu Ginjal : dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan : Oligouria Anuria Terdapat timbunan benda keton aseton yang dapat diperkirakan dengan baunya yang khas Berat badan makin menurun Kadang-kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esophagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom Mallory Welss

Tingkat Ketiga Muntah berhenti atau terjadi muntah campur darah karna mukosa lambung dan esophagus robek dan menimbulkan perdarahan Sindrom Mallory Weiss Keadaan kesadaran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma Terdapat enselofati Wernicke : Nistagmus Diplopia Gangguam mental Kardiovaskuler : Nadi kecil, tekanan darah menurun, dan temperature yang meningkat Gastrointestinal : Ikterus semakin berat Terdapat timbunan aseton yang semakin tinggi dengan bau yang makin tajam Ginjal : Oliguoria semakin berat dan menjadi anuria

2.5 Pemeriksaan Penunjang 1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta. 2. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN. 3. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT, dan kadar LDH. (zerich150105.wordpress.com)

2.6 PenatalaksanaanPencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. 1. Obat-obatan Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin.Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin.2. Isolasi Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.3. Terapi psikologikPerlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini. 4. Cairan parenteral Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.5. Penghentian kehamilanPada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk.Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.6. Dieta. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.

BAB IIIAsuhan Keperawatan3.1 PengkajianPengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalahnya, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental sosial dan lingkungan. (Effendy N, 1995).Tahap pengkajian ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan data, pengelompokan data, perumusan diagnosa keperawatan (Lismidar, 1989).1. Pengumpulan data a. Biodata, pada biodata ini yang perlu dikaji adalah umur dimana sering terjadi pada usia produktif 20-40 tahun, pada primigravida 6080%, multigravida 40-6%. Pendidikan juga berpengaruh pada pengetahuan pasien, dengan mengetahui tingkat pendidikan akan memudahkan dalam melakukan komunikasi terapeutik. Pada alamat untuk melihat apakah pasien berada dalam lingkungan kumuh, karena bisa berdampak pada mual muntah yaitu higiene nutrisi yang kurang baik sehingga bisa memperburuk keadaan. Pada pekerjaan juga berperan, dengan tuntutan kerja keras dapat mempengaruhi keadaan hamil dengan gangguan Hiperemeris gravidarum (Hanifa Wiknjosastro, 1999).b. Keluhan utama terjadi mual muntah secara terus menerus dapat menurunkan berat badan dengan tanda-tanda dehidrasi (Hanifa Wiknjosastro, 1999). c. Riwayat penyakit sekarang, pada tubuh wanita hamil terjadi perubahan-perubahan yang cukup besar yang mungkin mengganggu keseimbangan dalam tubuh, misal sebab mual muntah pasien merasa pusing di pagi hari dan mudah lelah. Pada mual yang berlanjut bisa terjadi intoleransi pada semua makanan baik padat atau cair akibatnya cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi, karena oksidasi lemak yang tak sempurna terjadilah ketosis dan tertimbunnya asam aseton-asetik dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kekurangan cairan, muntah bisa menyebabkan dehidrasi. Dimana dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi yang dapat memperlambat peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang. Kekurangan inilah yang dapat menimbulkan kerusakan jaringun. Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan gastro intestinal, dan umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Bila hal ini terus saja dibiarkan akan mengancam keadaan janin dan ibu hamil (Hanifa Wiknjosastro, 1999). d. Riwayat penyakit masa lalu, hal ini yang perlu dikaji adalah apakah pasien mempunyai riwayat kehamilan muda dengan penyakit polionefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli, dan tumor serebri yang dapat memberikan gejala mual-muntah pada kasus Hiperemesis gravidarum. Selain itu faktor pencetus juga ditelusuri untuk memungkinkan penyebab daripada hiperemesis gravidarum, seperti faktor adaptasi dan hormonal, faktor alergi, faktor psikologi (Hanifa Wiknjosastro, 1999). Karena Hiperemesis gravidarum ini mungkin sekali akan terjadi pada kehamilan selanjutnya.e. Riwayat penyakit keluarga adalah riwayat di dalam keluarga pasien. Hal ini perlu dikaji pada riwayat kesehatan maupun kehamilan yang erat hubungannya dengan kasus ini adalah kebiasaan hidup sehat dari keluarga terutama kebiasaan ibu selama kehamilan, jika mempunyai kebiasaan higiene nutrisi yang kurang baik dan ketidakteraturan memeriksakan kehamilan akan mempengaruhi kesehatan Ibu hamil. Dan pada riwayat keluarga yang perlu dikaji adanya riwayat Diabetes Militus, Hipertensi, Penyakit Infeksi dan lainnya yang. Kemungkinan dapat terjadi pada pasien, sehingga dapat memberi gambaran penanggulanannya. f. Riwayat haid yang berhubungan dengan gangguan kehamilan Hiperemesis gravidarum adalah siklus haid kadang teratur dan tidak dengan keluaran yang jumlahnya makin meningkat ini terjadi karena perubahan hormon dan bertambahnya aliran darah ke vagina. Keluaran itu sendiri warnanya keputih-putihan bisa kental atau cair. Hal ini bukanlah gejala suatu masalah karena meningkatnya keluaran vagina merupakan hal yang normal dalam kehamilan (Philip DSloaneM.D,1997).g. Riwayat perkawinan yang berhubungan dengan kasus Hiperemesis gravidarum adalah usia perkawinan yang sering terjadi pada usia produktif yaitu 20-40 tahun. Pada dampak psikologis memegang peranan yang penting pada kasus Hiperemesis gravidarum, misal takut terhadap kehamilan dan persalinan, kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami, takut terhadap tanggung jawab sebabai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar keengganan manjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup (Hanifa Wiknjosastro, 1999).h. Riwayat obstetri. Pada riwayat ini yang perlu dikaji adalah pasien sudah berapa kali hamil. Kemungkinan pada kasus hiperemesis gravidarum bisa menyebabkan abortus, sedangkan keputusan untuk melaksanakan abortus terapeutik sering sulit diambil. Oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi di lain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital (Hanifa Wiknjosastro, 1999). Dan keadaan yang memerlukan pertimbangkan abortus adalah gangguan kejiwaan, gangguan penglihatan misalnya perdarahan retina dan kemunduran penglihatan, dan gangguan faal seperti hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria (Manuaba Ida Bagus G.de, 1998). Dari kesimpulan diatas maka ibu hamil dengan kasus Hiperemesis gravidarum disarankan untuk mengakhiri kehamilan selanjutnya karena dapat mempengaruhi keadaan janin dan kondisi ibu itu sendiri.i. Riwayat KB, pada riwayat ini bila pasien menggunakan alat kontrasepsi pil KB pada kasus Hiperemesis gravidarum akan menambahkan perasaan mual, karena peningkatan hormon estrogen yang diakibatkan pemakaian kontrasepsi itu sendiri (Nyata. 4 Januari 2001 ).j. Riwayat kelainan reproduksi, hal yang dikaji adalah kemungkinan mempunyai riwayat canser kandungan, cystoma ovarii, mola hidatidosa. Karena pada mola hidatidosa jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum (Manuaba Ida Bagus C.de, 1998).k. Riwayat psikososial, hal yang perlu dikaji adalah pemahaman keluarga terhadap proses penyakit, prognosa dan program perawatan atau terapi. Respon keluarga terhadap masalah pasien sangat menentukan tingkat keberhasilan perawatan pada pasien dengan kasus Hiperemesis gravidarum. Kekhawatiran, ketakutan hinggu timbul kecemasan juga dapat terjadi pada pasien karena ketidaktahuan akan penyakitnya. Dimana hal yang paling berhubungan erat pada dampak psikologik pasien, yaitu kemungkinan wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan karena harus memikirkan masalah ekonomi yang lemah, dan keretakan hubungan dengan suami yang dapat menjadi faktor kejadian Hiperemesis gravidarum. Maka lnteraksi dengan dengan pasien, keluarga juga perlu diidentifikasikan karena keluarga adalah salah satu faktor pendukung memecahkan suatu masalah. Hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dalam artian ibadah juga perlu diketahui dalam membantu mengatasi cemas yang dialami pasien.

2. Pola aktifitas pasien a. Nutrisi Pada gangguan kehamilan hiperemesis gravidarum sering mengeluhkan mual-muntah, karena pasien dapat mengalami intolemmsi pada semua makanan baik bentuk padat dan cair sehingga sering memuntahkan sebala apa yang dimakan dan minum (Brata D, 1997). b. EliminasiPada pola eliminasi buang air besar / buang air kecil mengalami gangguan. Dikarenakan input yang tidak adekuat. Jika buang air besar pasien merasakan nyeri perut karena pada lambung terjadi kekosongan (anoreksia). Dan buang air kecil mulanya produksi urine normal lalu produksi akan berkurang dan warnanya bertambah pekat sebagi akibat dehidrasi (Brata D, 1997 ).c. PersonalhigienePada personal higiene tingkat ketergantungan pasien meningkat sehingga keluarga pasien selalu membantu dalam memenuhi kebutuhan personal higienenya.d. IstirahatPasien dengan gangguan hiperemesis gravidarum ini mengalami kesulitan tidur karena pasien sering mual-mual sehingga kebutuhan istirahat (tidur) kurang.

3. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum Pasien dengan gangguan kehamilan hiperemesis gravidarum keadaannya lemah ditandai dengan tanda-tanda dehidrasi, tanda-tanda vital, nadi > 100/menit, suhu 38 C, tensi 100/80 mmHg, pernafasan teratur, dan terjadi emeciasi (pengurusan yang hebat) (Hanifa Wiknjosastro, 1999).b. Riview of system1. Wajah dan mulutMuka terlihat pucat dan anemis konjungtiva, palpebra, kelihatan pucat dan mata cowong. Bibir kering menunjukkan adanya gangguan keseimbangan cairan elektrolit serta penurunan oksigen dalam darah. Pada mulut terdapat hawa pernafasan berbau asam karena cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi sehingga oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton, asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah yang dapat mempengaruhi hawa pernafasan, pada lidah kering dan pecah-pecah akibat muntah yang berlebihan (Hanifa Wiknjosastro, 1999).2. Dada dan thorax Pada payudara terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae dan payudara tegang, bentuk puting menonjol. Dan terdapat nyeri tekan pada daerah cardia, kadang-kadang juga pada daerah hepar (Brata D, 1997). 3. Abdomen Inspeksi : pada hiperemesis gravidarum terjadi anoreksia, mual muntah sehingga turgor kulit menurun, bentuk perut terlihat cekung dan belum terlihat tanda-tanda linea alba karena umur kehamilan yang masih muda. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, pemeriksaan pada leopold I untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa dalam Fundus karena dengan usia kehamilan yang masih muda. Auskultasi : terdengar bunyi peristaltik usus menurun diakibatkan karena kurangnya aktivitas dan masukan makanan yang kurang. 4. Integumen dan kuku Turgor kulit kembali lebih 1 detik, pergerakan bebas dan lemah, kulit yang pucat, kering dan keluar keringat dingin terutama ujung-ujung ekstremitas.5. EkstremitasPada ekstremitas bawah dan atas biasanya lemah yang diakibatkan muntah yang terus menerus sehingga tidak terdapat cadangan karbohidrat dalam tubuh sehubungan dengan proses penyakit.

6. GenetaliaMeningkatnya keluaran cairan vagina separti keputihan merupakan hal yang normal dalam kehamilan. Keluaran yang jumlahnya makin meningkat ini terjadi karena perubahan hormon dan berwarna keputih-putihan, biasanya kental atau cair. Hal ini bukanlah gejala suatu masalah (Philip D Sloane MD, 1997).

3.2 Diagnosa 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan. 2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. 4. Koping tidak efektif berhubungan dengan perubahan psikologi kehamilan.

3.3 Intervensi Keperawatan1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan. Intervensi :a. Catat intake dan output. Rasional : Menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melalui muntahb. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering Rasional : Dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.c. Anjurkan untuk menghindari makanan yang memicu mual dan muntah Rasional : Dapat menstimulus mual dan muntah. d. Anjurkan untuk makan-makanan hangat.e. Rasional : Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah yang berlebih.f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti muntah Rasional : Mencegah muntah serta memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit. g. Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit. Rasional : Mengidenfifikasi adanya anemia dan potensial penurunan kapasitas pembawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb < 12 mg/dl atau kadar Ht rendah dipertimbangkan anemia pada trimester I.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan. Intervensi :a. Monitor vital signRasional: Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan hidrasi.b. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa)Rasional: Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi kebutuhan hidrasi.c. Kaji frekuensi atau beratnya mual/muntahRasional: Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar hormon Korionik gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas gastrik memperberat mual/muntah pada trimester.d. Anjurkan untuk memperbanyak minum air putihRasional: Menghindari terjadinya dehidrasi.e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan IVRasional : Mengembalikan cairan elektrolit yang hilang.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Intervensi :a. Anjurkan klien membatasi aktifitas dengan isrirahat yang cukupRasional : Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga yang terus-menerus untuk meminimalkan kelelahan/kepekaan uterus.b. Anjurkan klien untuk menghindari mengangkat beratRasional : Aktifitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita beresiko.c. Bantu klien beraktifitas secara bertahapRasional : Aktifitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma seita meringankan dalam memenuhi kebutuhannya. d. Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi Rasional : Tingkat aktifitas mungkin perlu dimodifikasi sesuai indikasi.

4. Koping tidak efektif berhubungan dengan perubahan psikologi kehamilan. Intervensi :a. Gunakan pendekatan tenang dan meyakinkanRasional : Membina rasa saling percaya.b. Kaji tingkat fungsi psikologis klienRasional : Untuk menjaga intergritas psikologis. c. Berikan support psikologisRasional : Untuk menurunkan kecemasan.d. Bantu pesien mengidentifikasi strategi positif untuk mengatur pola nilai yang dimiliki.Rasional : Untuk meringankan pengaruh psikologis akibat kehamilan. e. Berikan pelayanan kesehatan yang maksimal Rasional : Penting untuk meningkatkan kesehatan mental klienf. Berikan informasi aktual yang terkait dengan diagnosis, terapi, dan prognosisRasional: Penting unruk memberikan pengetahuan tentang tindakan yang akan diberikan.

3.4 EvaluasiEvaluasi yang diharapkan muncul setelah dilakukan tindakan keperawatan dari empat diagnosa yang muncul :a. Pasien tidak lagi menunjukkan bukti penurunan berat badan.b. Pasien terhindar dari kerusakan kulit atau infeksi disekitar pemasangan slang.c. TTV tetap stabil.d. Volume cairan tetap adekuat.e. Pasien mempunyai turgor kulit normal dan membrane mukosa lembap.f. Pasien mempertahankan keseimbangan cairan ( asupan seimbang dengan haluaran).g. Pasien menyatakan peningkatan rasa nyaman.h. Membrane mukosa mulut merah muda dan lembap.i. Pasien mempertahankan kekuatan otot dan ROM sendi .j. Pasien melakukan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang dapat ditoleransi.

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanHiperemesis Gravidarum ialah mual muntah berlebihan selama masa kehamilan karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama kehamilan trimester pertama (Varney, 2006). Mual dan muntah yang menetap selama masa kehamilan yang mengganggu asupan cairan dan nutrisi, awitan biasanya terjadi sebelum 20 minggu kehamilan, cukup berat hingga mengakibatkan penurunan berat badan, dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Geri Morgan and Carole Hamilton, 2009). Hiperemesis gravidarum muntah yang berlebihan. Hiperemesis Gravidarum komplikasi serius yang kadang-kadang ditemukan pada kehamilan di tandai dengan muntah-muntah yang hebat dan menetap (Kamus Saku Kebidanan, Edisi 10, hal 220). Etiologi dari hiperemesis gravidarum ini ada dua faktor yang pertama adalah faktor psikologis dan yang kedua adalah faktor fisik. Dari faktor psikologis kita dapat melihat dari kesiapan sang ibu, apakah calon ibu menerima dan menginginkan kehamilannya atau tidak. Dari faktor fisik, dilihat dari naik nya kadar konsentrasi HCG (human chorionic gonadotrophin) selama trisemester pertama. Keadaaan dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun, dan diuresis, menurun. Hal ini menimbulkan perfusi jaringan menurun untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O2. Keadaan tersebut dapat membahayakan kondisi sang ibu dan janin. Gejala klinis dari hiperemis Gravidarum dibagi dalam beberapa tingkatan, tingkatan pertama, kedua dan ketiga. Pemeriksaan diagnostik yang perlu dilakukan adalah USG, Urinalisis, Pemeriksaan fungsi hepar. Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan. Penatalakasanaan yang diberikan adalah dengan obat-obatan, isolasi, terapi psikologik, cairan parental, penghentian kehamilan, dan diet.

4.2 Saran Profesional tenaga kesehatan harus mengenali bahwa meskipun mual dan muntah bersifat fisiologis, mual dan muntah bukanlah suatu gangguan ringan bagi penderita, ini dapat terjadi pada 85% wanita hamil, dan dapat berlangsung sepanjang hari serta dapat menetap selama kehamilan. Penanganan yang tepat dan baik terhadap keadaan ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum akan mengurangi tingkat resiko terjadinya keadaan yang mengancam jiwa ibu dan janinnya.

DAFTAR PUSTAKAManuaba, Ida Bagus Gde dkk.2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:EGCManuaba, Ida Bagus Gde. 2000. Hiperemesis Gravidarum,Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri, Ginekologi dan KB. Jakarta: Penerbit buku kedokteran ECG. Bab IV, Obstetri Darurat, B, 397-403.Tiran, Denise.2008. Mual dan Muntah Kehamilan. Jakarta:EGC.Tiran, Denise.2005. Kamus Saku Bidan. Jakarta:EGC.Rohan, Hasdianah Hasan dan Siyoto, Sandu.2013.Buku Ajar Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta:Nuha Medika.

6