herpes zooster done

14
Topik : HERPES ZOSTER Tanggal (kasus) : 5 Maret 2015 Presenter : dr. Dhita Adhisty Tanggal Presentasi : - Pendamping : dr. Imelda JS Tampubolon Tempat presentasi : - Objektif presentasi : Penyegaran Keilmuan Deskripsi : Pasien seorang wanita 45 tahun datang ke RSUD Bengkulu Tengah dengan keluhan timbul lenting-lenting di wajah dekat mata sebelah kiri, kemerahan, sangat nyeri, panas seperti terbakar. Tujuan : Manajemen Kasus Bahan bahasan : Kasus Cara Membahas : Presentasi dan Diskusi Data Pasien : Nama : Ny. A No. registrasi : 04 47 66 Datang berobat ke Poli Umum RSUD Bengkulu Tengah Data utama untuk diskusi Diagnosis : HERPES ZOSTER Riwayat Pengobatan Minum obat anti nyeri dan penurun panas di warung Riwayat Kesehatan Riwayat varicela (+) Riwayat Keluarga Riwayat alergi (-) Riwayat Pekerjaan Ibu rumah tangga Lain-lain KU : tampak sakit sedang Page 1

Upload: winda-amelia

Post on 23-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Herpes Zooster DONE

TRANSCRIPT

Page 1: Herpes Zooster DONE

Page 1

Topik : HERPES ZOSTER

Tanggal (kasus) : 5 Maret 2015 Presenter : dr. Dhita Adhisty

Tanggal Presentasi : - Pendamping : dr. Imelda JS Tampubolon

Tempat presentasi : -

Objektif presentasi :

Penyegaran

Keilmuan

Deskripsi : Pasien seorang wanita 45 tahun datang ke RSUD Bengkulu Tengah dengan keluhan

timbul lenting-lenting di wajah dekat mata sebelah kiri, kemerahan, sangat nyeri, panas seperti

terbakar.

Tujuan : Manajemen Kasus

Bahan bahasan : Kasus

Cara Membahas : Presentasi dan Diskusi

Data Pasien : Nama : Ny. A No. registrasi : 04 47 66

Datang berobat ke Poli Umum RSUD Bengkulu Tengah

Data utama untuk diskusi

Diagnosis : HERPES ZOSTER

Riwayat Pengobatan Minum obat anti nyeri dan penurun panas di warung

Riwayat Kesehatan Riwayat varicela (+)

Riwayat Keluarga Riwayat alergi (-)

Riwayat Pekerjaan Ibu rumah tangga

Lain-lain KU : tampak sakit sedang

TTV : 120/80 mmHg RR : 20x/menit

N : 80x/menit T : 36,7 C

Lokasi : Tangan Kiri

Daftar Pustaka 1. Handoko RP. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi Ke-5. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 2009; 110-111.

2. Siregar.R.S. Herpes Zoster.Saripati Penyakit Kulit. Edisi

Ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003; 84-86

Page 2: Herpes Zooster DONE

Page 2

Page 3: Herpes Zooster DONE

HERPES ZOSTER

DEFINISI

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang

menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi

primer.1

Herpes Zoster adalah radang kulit akut, mempunyai sifat khas yaitu vesikel-vesikel yng tersusun

berkelompok sepanjang persarafan sensorik kulit sesuai dermatom.2

EPIDEMIOLOGI

Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti yang diterangkan dalam

definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat varisela. Kadang-

kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan

kemungkinan transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau

herpes zoster.1

Herpes zoster ditularkan antarmanusia melalui kontak langsung, salah satunya adalah

transmisi melalui pernapasan sehingga virus tersebut dapat menjadi epidemik di antara inang

yang rentan. Resiko terjangkit herpes zoster terkait dengan pertambahan usia. Hal ini berkaitan

adanya immunosenescence, yaitu penurunan sistem imun secara bertahap sebagai bagian dari

proses penuaan. Selain itu, hal ini juga terkait dengan penurunan jumlah sel yang terkait dalam

imunitas melawan virus varicella-zoster pada usia tertentu. Penderita imunosupresi, seperti

pasien HIV/AIDS yang mengalami penurunan CD4 sel-T, akan berpeluang lebih besar menderita

herpes zoster sebagai bagian dari infeksi oportunistik.

Penyebab : Virus V-Z, kelompok virus herpes termasuk virus sedang berukuran 140-

200m dan berinti DNA

Umur : Biasanya pada dewasa, kadang-kadang juga pada anak-anak.

Jenis kelamin : Insiden pada pria dan wanita sama banyaknya.

Page 3

Page 4: Herpes Zooster DONE

Musim/iklim : Tidak tergantung musim 2

PATOGENESIS

Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis.

Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persarafan

ganglion tersebut. Kadang-kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik

kranialis sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik.

GEJALA KLINIS

Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerah-daerah lain

tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama, sedangkan mengenai umur lebih

sering pada dewasa.

Sebelum timbul gejala kulit terdapat , gejala prodormal baik sistemik (demam, pusing,

malaise), maupun gejala prodormal lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya).

Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan

dasar kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih , kemudian menjadi

keruh (berwarna abu-abu), dapat menjadi pustule dan krusta. Kadang-kadang vesikel

mengandung darah dan disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat pula timbul infeksi

sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks.

Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul

berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Di

samping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi

penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan . Pada

susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini

lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada

daerah yang terkena member gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh

karena gangguan pada nervus trigeminus (dengan ganglion gaseri) atau nervus fasialis dan otikus

(dari ganglion genikulatum).

Page 4

Page 5: Herpes Zooster DONE

Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama nervus trigeminus,

sehingga menimbulkan kelainan pada mata, di samping itu juga cabang kedua dan ketiga

menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh

gangguan nervus fasialis dan otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis

Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinnitus, vertigo, gangguan

pendengaran, nistagmus dan nausea, juga terdapat gangguan pengecapan. Herpes zoster abortif,

artinya penyakit ini berlangsung dalam waktu yang singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa

beberapa vesikel dan eritem. Pada herpes zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan

segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikel yang solitar

dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi

fisiknya sangat lemah, misalnya pada penderita limfoma malignum.

Neuralgia pascaherpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan

lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa

bulan bahkan bertahun-bertahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari-

hari. Kecenderungan ini dijumpai pada orang yang mendapat herpes zoster diatas usia 40 tahun.

Perkembangan ruam herpes zoster3

Hari 1 Hari 2 Hari 5 Hari 6

Pada awal terinfeksi virus tersebut, pasien akan menderita rasa sakit seperti terbakar dan

kulit menjadi sensitif selama beberapa hari hingga satu minggu. Penyebab terjadinya rasa sakit

yang akut tersebut sulit dideteksi apabila ruam (bintil merah pada kulit) belum muncul. Ruam

shingles mulai muncul dari lepuhan (blister) kecil di atas dasar kulit merah dengan lepuhan

lainnya terus muncul dalam 3-5 hari. Lepuhan atau bintil merah akan timbul mengikuti saraf dari

sumsum tulang belakang dan membentuk pola seperti pita pada area kulit. Penyebaran bintil-

bintil tersebut menyerupai sinar (ray-like) yang disebut pola dermatomal. Bintil akan muncul di

seluruh atau hanya sebagian jalur saraf yang terkait. Biasanya, hanya satu saraf yang terlibat,

namun di beberapa kasus bisa jadi lebih dari satu saraf ikut terlibat. Bintil atau lepuh akan pecah

Page 5

Page 6: Herpes Zooster DONE

dan berair, kemudian daerah sekitarnya akan mengeras dan mulai sembuh. Gejala tersebut akan

terjadi dalam selama 3-4 minggu. Pada sebagian kecil kasus, ruam tidak muncul tetapi hanya ada

rasa sakit.

KOMPLIKASI

Neuralgia pascaherpetik dapat timbul pada umur diatas 40 tahun, persentasenya 10-15%.

Semakin tua penderita makin tinggi persentasenya.

Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi . Sebaliknya

pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi HIV, keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai

komplikasi. Vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.

Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi, di antaranya ptosis

paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan neuritis optik.

Paralisis motorik terdapat pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat penjalaran virus secara

per kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis biasanya

timbul dalam 2 minggu sejak awitan munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi, misalnya di

muka, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria, dan anus. Umumnya akan sembuh

spontan.

Infeksi juga dapat menjalar ke alat dalam, misalnya paru, hepar, dan otak.

PEMBANTU DIAGNOSIS

Pada pemeriksaan percobaan Tzanck dapat ditemukan sel datia berinti banyak.1

Untuk mendeteksi penyakit herpes zoster, dapat dilakukan beberapa macam tes, yaitu;3

Kultur virus

Cairan dari lepuh yang baru pecah dapat diambil dan dimasukkan ke dalam media virus untuk

segera dianalisa di laboratorium virologi. Apabila waktu pengiriman cukup lama, sampel dapat

Page 6

Page 7: Herpes Zooster DONE

diletakkan pada es cair. Pertumbuhan virus varicella-zoster akan memakan waktu 3-14 hari dan

uji ini memiliki tingkat sensitivitas 30-70% dengan spesifitas mencapai 100%.

Deteksi antigen

Uji antibodi fluoresens langsung lebih sensitif bila dibandingkan dengan teknik kultur sel. Sel

dari ruam atau lesi diambil dengan menggunakan scapel (semacam pisau) atau jarum kemudian

dioleskan pada kaca dan diwarnai dengan antibodi monoklonal yang terkonjugasi dengan

pewarna fluoresens. Uji ini akan mendeteksi glikoproten virus.

Uji serologi

Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster adalah ELISA.

PCR

PCR digunakan untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di dalam cairan tubuh, contohnya

cairan serebrospina.

DIAGNOSIS BANDING

1. Herpes simpleks1

2. Pada nyeri yang merupakan gejala prodormal lokal sering salah diagnosis dengan

penyakit reumatik maupun dengan angina pectoris, jika terdapat di daerah setinggi

jantung.1

3. Varisela : biasanya lesi menyebar sentrifugal, selalu disertai demam.2

4. Impetigo vesikobulosa : lebih sering pada anak-anak, dengan gambaran vesikel dan bula

yang cepat pecah dan menjadi krusta.2

PENGOBATAN

Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan analgetik.

Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotic.

Page 7

Page 8: Herpes Zooster DONE

Indikasi obat antiviral ialah herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan defisiensi

imunitas mengingat komplikasinya. Obat yag biasa digunakan ialah asiklovir dan

modifikasinya,misalnya valasiklovir. Obat yang lebih baru ialah famsiklovir dan pensiklovir

yang mempunyai waktu paruh eliminasi yang lebih lama sehingga cukup diberikan 3x250mg

sehari. Obat-obat tersebut diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi muncul.

Dosis asiklovir yang dianjurkan ialah 5x800 mg sehari dan biasanya diberikan 7 hari,

sedangkan valasiklovir cukup 3x1000mg sehari karena konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.

Jika lesi baru masih tetap timbul obat-obat tersebut masih dapat diteruskan dan dihentikan

sesudah 2 hari sejak lesi baru tidak timbul lagi.

Isoprinosin sebagai imunostimulator tidak berguna karena awitan kerjanya baru

setelah 2-8minggu, sedangkan masa aktif penyakit kira-kira hanya seminggu.

Untuk neuralgia pascaherpetik belum ada obat pilihan, dapat dicoba dengan

akupuntur. Menurut FDA, obat pertama yang dapat diterima untuk nyeri neuropatik pada

neuropati perifer diabetic dan neuralgia pasca herpetic ialah pregabalin. Obat tersebut lebih baik

daripada obat gaba yang analog ialah gabapentin, karena efek sampingnya lebih sedikit , lebih

poten (2-4 kali), kerjanya lebih cepat, serta pengaturan dosisnya lebih sederhana. Dosis awalnya

ialah 2 x 75mg sehari, setelah 3-7 hari bila responnya kurang dapat dinaikkan menjadi 2 x 150

mg sehari. Dosis maksimumnya 600 mg sehari.

Efek sampingnya ringan berupa dizziness dan somnolen yang akan menghilang

sendiri, jadi obat tidak perlu dihentikan.

Obat lain yang dapat digunakan ialah anti depresi trisiklik (misalnya nortriptilin dan

amitriptilin yang akan menghilangkan rasa nyeri pada 44-67% kasus.

Efek sampingnya antara lain gangguan jantung, sedasi, dan hipotensi. Dosis awal

amitriptilin ialah 75 mg sehari, kemudian ditinggikan sampai timbul efek terapeutik, biasanya

antara 150-300 mg sehari. Dosis nortriptilin ialah 50-150 mg sehari.

Nyeri neuralgia pasca herpertic (derajat nyeri dan lamanya) bersifat individual.

Nyeri tersebut dapat hilang spontan, meskipun ada yang sampai bertahun-tahun.

Page 8

Page 9: Herpes Zooster DONE

Indikasi pemberian kortikosteroid ialah untuk sindrom Ramsay Hunt. Pemberian

harus sedini-dininya untuk mencegah terjadinya paralisis. Yang biasa diberikan ialah prednison

dengan dosis 3x20 mg sehari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis

prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan obat

antiviral. Dikatakan kegunaannya untuk mencegah fibrosis ganglion.

Pengobatan topical bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel

diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi

infeksi sekunder. Bila erosive diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan

salep antibiotik.

PROGNOSIS

Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung pada tindakan

perawatan secara dini.

EDUKASI

Menerangkan terhadap pasien tentang penyakit herpes zoster dan kemungkinan

komplikasinya.

Selama fase akut pasien bersifat menular, makanya sebaiknya menghindari kontak

dengan bayi dan anak-anak yang belum menderita cacar air, wanita hamil, orang yang

sakit serius, dan orang dengan system kekebalan imun yang rendah.

Pasien agar disarankan agar tidak menggaruk lesi karena akan mengakibatkan terjadinya

infeksi sekunder.

Page 9

Page 10: Herpes Zooster DONE

DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko RP. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-5. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009; 110-111.

2. Siregar.R.S. Herpes Zoster.Saripati Penyakit Kulit. Edisi Ke-2. Penerbit Buku Kedokteran

EGC, 2003; 84-86

Page 10