hernia inguinalis lateralis

29
PRESENTASI KASUS HERNIA INGUINALIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul Disusun oleh : Verani Dwitasari, S. Ked (20080310081) Dokter Penguji : dr. Suryo Habsara, Sp.B

Upload: shivesha1209

Post on 10-Aug-2015

184 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hernia Inguinalis Lateralis

PRESENTASI KASUS

HERNIA INGUINALIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di

Bagian Ilmu Bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh :

Verani Dwitasari, S. Ked

(20080310081)

Dokter Penguji :

dr. Suryo Habsara, Sp.B

SMF ILMU BEDAH

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

2013

Page 2: Hernia Inguinalis Lateralis

HALAMAN PENGESAHAN

HERNIA INGUINALIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat MengikutiUjian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Bedah

RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun Oleh:

Verani Dwitasari, S. Ked

20080310081

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal Januari 2013

Oleh :

Dokter Penguji

dr. Suryo Habsara, Sp.B

Page 3: Hernia Inguinalis Lateralis

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN

Menurut Kamus Kedokteran Dorland, hernia merupakan penonjolan abnormal

bagian organ atau struktur tubuh lain melalui lubang alamiah ataupun abnormal dalam

selaput pembungkus, membran, otot, atau tulang.

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan

hernia dapatan atau akuisita. Sedangkan berdasarkan letak, hernia diberi nama sesuai

lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dan lain-

lain. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk,

indirek, serta femoralis; hernia incisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia

umbilikalis 3%, dan hernia lain sekitar 3%. Pada hernia lipat paha, 90% nya

merupakan hernia inguinalis, dengan kejadian hernia inguinalis indirek 75% dan

hernia inguinal direk 25%.

Gambar 1. Macam-Macam Hernia Berdasarkan Letak.

Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari

lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Sedangkan hernia inguinalis adalah suatu

penonjolan organ abdomen yang dapat berupa peritoneum parietal atau organ viscera

seperti omentum, usus besar/kecil, vesika urinaria karena adanya defek pada fasia dan

Page 4: Hernia Inguinalis Lateralis

muskulo aponeurotik dinding perut terutama di regio inguinal, baik secara kongenital

maupun didapat.

2. ANATOMI

Di dalam regio inguinalis terdapat kanalis inguinalis yang bagian kraniolateral

dibatasi oleh anulus inguinalis internus. Anulus inguinalis internus ini merupakan

bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis otot transversus abdominis. Di

medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis

eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis oto oblikus eksternus abdominis. Atapnya

ialah aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis dan di dasarnya terdapat

ligamentum inguinale. Kanalis ingunalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki

dan ligamentum rotundum pada wanita.

Gambar 2. Regio Inguinal dan Femoral

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena keluar

dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari

pembuluh epigastrika inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis

dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila

hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum sehingga disebut hernia

skrotalis. Kantong hernia berada di dalam otot kremaster, terletak anteromedial

terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funikulus spermatikus.

Page 5: Hernia Inguinalis Lateralis

Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol

langsung ke depan melalui segitiga hasselbach. Daerah ini dibatasi oleh ligamentum

inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral, dan tepi

otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga hasselbach dibentuk oleh fasia transversal

yang diperkuat oleh serat aponeurosis otot transversus abdominis yang kadang tidak

sempurna sehingga daerah ini berpotensi melemah. Pada hernia medialis karena tidak

keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai

strangulasi karena cincin hernia longgar.

Gambar 3. Trigonum Hasselbach pada Regio Inguinal

Nervus ilioingunalis dan nervus iliofemoralis mempersarafi otot di regio

inginalis, sekitar kanalis inguinalis, funikulus spermatikus, serta sensibilitas kulit

regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil tungkai atas bagian proksimomedial.

3. ETIOLOGI

Hernia disebabkan oleh multifaktorial mekanisme. Secara umum, faktor-faktor

penyebab terjadinya hernia adalah:

a. Peningkatan tekanan intraabdominal

Peningkatan tekanan intraabdominal dapat terjadi akibat dari batuk kronik,

obesitas, asites, aktivitas fisik.

b. Penurunan integritas dinding abdomen

- Kolagen

Kemampuan dinding abdomen untuk menahan tekan intraabdominal baik

fisiologis ataupun patologi tergantung akan jaringan serat kolagen. Kolagen

tipe I merupakan kolagen dalam bentuk matur dan paling stabil, sedangkan

kolagen tipe III adalah kolagen imatur isoform. Pada kasus hernia

Page 6: Hernia Inguinalis Lateralis

inguinalis dan incisionalis, terdapat kolagen tipe III dalam jumlah banyak

melebihi kolagen tipe I di dalam matrix ekstraseluler.

- Merokok

Zat yang terkandung di dalam rokok akan menonaktifkan antiprotease yang

memicu peningkatan level protease dan elastase sirkulasi dan menyebabkan

destruksi matrix ekstraseluler pada muskulus. Kadaan ini juga dapat dipicu

oleh stres dan penyakit sistemik

- Faktor umum

Kelemahan muskulus dan fascia dapat disebabkan oleh usia tua, kurangnya

olahraga, multigravida, dan penurunan berat badan.

Faktor yang dipandang berperan sebagai penyebab adalah adanya prosesus

vaginalis yang terbuka, adanya peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan

kelemahan otot dinding perut karena usia.

Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang

lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun

sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini

hanya beberapa persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis paten

menderita hernia. Pada anak dengan hernia unilateral dapat dijumpai prosesus

vaginalis paten kontralateral lebih dari separo, sedangkan insiden hernia ini tidak

lebih dari 20%. Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosesus vaginalis yang paten

bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tetapi diperlukan faktor lain

seperti anulus ingunalis yang cukup besar. Tekanan intraabdomen yang meninggi

secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan ascites sering

disertai hernia.

4. PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan normal, terdapat tiga mekanisme yang dapat mencegah

terjadinya hernia, yaitu:

a. kanalis inguinalis yang berjalan miring,

b. adanya struktur m. oblikus internus abdominis yang menutup anulus

inguinalis internus ketika berkontraksi, dan

c. adanya fascia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach

yang umumnya hampir tidak berotot.

Page 7: Hernia Inguinalis Lateralis

Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia. Dalam

keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut

kendur. Pada keadaan tersebut tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis

inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi,

kanalis inguinalis berjalan lewat transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga

dapat mencegah masuk usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding

perut antara lain terjadi akibat kerusakan n. ilioinguinalis dan n. iliofemoralis setelah

apendektomi. Jika kantong hernia inguinalis lateral mencapai skrotum disebut hernia

skrotalis.

5. KLASIFIKASI

Hernia inguinalis berdasarkan letaknya terhadap pembuluh darah epigastrika

inferior diklasifikasikan menjadi dua:

1. Hernia inguinalis medialis atau hernia direk

2. Hernia inguinalis lateralis atau hernia indirek

Hernia Inguinalis Medialis

Hernia inguinalis medialis atau hernia direk hampir selalu disebabkan oleh

peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot di dinding trigonum

hasselbach. Oleh sebab itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral khusunya pada lelaki

tua. Hernia ini jarang bahkan hampir tidak pernah mengalami inkarserasi atau

strangulasi. Mungkin terjadi hernia gelincir yang mengandung sebagian dinding

kandung kemih atau kolon. Kadang ditemukan defek kecil di otot oblikus internus

abdominis pada segala usia dengan cincin yang kaku dan tajam sering menyebabkan

strangulasi.

Hernia Inguinalis Lateralis

Hernia disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh

epigastrika inferior dan disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran

yaitu annulus dan kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis yang langsung

menonjol melalui segitiga hasselbach dan disebut sebagai hernia direk. Pada

pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong sedangkan

hernia medialis berbentuk tonjolan bulat.

Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa

tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses turunnya testis

Page 8: Hernia Inguinalis Lateralis

ke skrotum. Hernia gelincir dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri. Hernia yang di

kanan biasanya berisi sekum dan sebagian kolon ascendens, sedangkan yang kiri

berisi sebgian kolon descendens.

Pada umumnya keluhan pada orang dewasa benjolan di lipat paha yang timbul

pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat beban berat dan menghilang waktu

istirahat baring. Pada bayi dan anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha

biasanya disadari oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering

gelisah, banyak menangis, dan kadang perut kembung harus dipikirkan hernia

strangulate.

Pada inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua lipat paha, skrotum,

atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk

sehingga benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam

keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba mendorong apakah

benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan terreposisi dengan jari telunjukatau jari

kelingking pada anak, cinicn hernia berupa annulus inguinalis yang melebar, kadang

dapat diraba.

Pada hernia insipient, hernia hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di

dalam kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak terkadang

tidak terlihat benjolan sewaktu menangis, batuk atau mengedan. Dalam hal ini perlu

dilakukan palpasi funikulus spermatikus dengan membandingkan sisi kiri dan kanan.

Kadang didapatkan tanda sarung tangan sutera.

6. PENEGAKAN DIAGNOSIS

Gold Standard untuk penegakan diagnosis hernia adalah dengan anamnesis

dan pemeriksaan fisik.

Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia pada

hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan dilipat paha yang

muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah

berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah

epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada

mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri

yang disertai mual dan muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau

strangulasi karena nekrosis atau gangren.

Page 9: Hernia Inguinalis Lateralis

Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia pada inspeksi

saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai

penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.

Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus. Kalau

kantong hernia berisi organ, maka tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba

usus, omentum (seperti karet) atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking,

pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum

melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi

atau tidak. Jika hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus

eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti

hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan

hernia inguinalis medialis.

6. PENATALAKSANAAN

a. Konservatif

Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami

dapat dilakukan pada hernia umbilikus sebelum anak berumur dua tahun. Terapi

konservatif berupa penggunaan alat penyangga dapat dipakai sementara, misalnya

pemakaian korset. Sedang pada hernia inguinalis pemakaiannya tidak dianjurkan

karena selain tidak dapat menyembuhkan, alat ini dapat melemahkan otot dinding

perut.

Penanganan konservatif terhadap hernia ireponibel; dengan posisi

Trendelenberg, diharapkan dengan adanya gaya gravitasi isi hernia dapat masuk

kembali, pemberian muscle relation, diharapkan dapat mengurangi jepitn,

pemberian obat penenang, sehingga penderita berkurang kecemasannya dan

mengurnagi/menenangkan tekanan intra abdominal sehingga isi hernia dapat

masuk kembali, dan pemberian kompres es untuk merangsang musculus cremaster

sehingga isi hernia dapat masuk kembali ke cavum peritoneum.

b. Operatif

Management operatif pada hernia inguinalis terdapat dua metode umum,

yaitu Open Hernia Repair dan Laparoskopi. Open hernia Repair disebut juga

herniorrhaphy dengan melakukan incise lapisan kulit pada hernia. Open hernia

repair dapat meliputi Metode Marcy, Bassini, Shouldice, McVay, dan Lichtenstein.

Page 10: Hernia Inguinalis Lateralis

Sedangkan laparoskopi merupakan terapi alternative dengan incisi kecil. Tujuan

seluruh hernia repair adalah untuk menutup defek myofacial di mana menjadi

tempat keluarnya penonjolan organ. pada umumnya, metode di atas merupakan

diseksi anterior pada kanalis ingunal dan kantong hernia (herniektomy), diikuti

oleh myofacial repair, dan penutupan kanalis.

Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional.

Usia lanjut tidak merupakan kontraindikasi operasi elektif. Kalau pasien dengan

hernia inkarserata tidak menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan

reposisi postural. Jika usaha reposisi berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi

elektif setelah 2-3 hari sewaktu oedem jaringan sudah hilang dan keadaan umum

pasien sudah lebih baik.

Semua hernia inguinalis indirek maupun direk yang besar tak tergantung

dari usia, harus diperbaiki, kecuali ada indikasi yang kuat seperti penyakit

pernafasan. Hernia inkarserata maupun strangulasi harus dilakukan operasi segera.

Bila isi hernia sudah nekrosik dilakukan reseksi. Kalau sewaktu operasi daya pulih

isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima menit dievaluasi

kembali warna, peristalik, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus. Jika ternyata

pada operasi dinding perut kurang kuat, yang memas terjadi pada hernia direk,

sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat.

Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis, maka dilakukan tindakan

bedah elektif, karena ditakutkan terjadi komplikasi. Pada hernia irreponibilis,

diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Penderita istirahat baring

dan dipuasakan atau mendapat diet halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada

benjolan lakukan secara berulang-ulang, sehingga isi hernia masuk untuk

kemudian dilakukan bedah elektif dikemudian hari atau menjadi inkarserasi. Maka

harus dilakukan bedah darurat. Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi

yaitu memotong hernia dan herniorafi yaitu menjahit kantong hernia. Pada bedah

elektif, maka harus dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat dan dilakukan

“Bassini plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis, sedang

pada bedah darurat, prinsipnya seperti bedah elektif. Cincin hernia langsung dicari

dan dipotong. Usus dilihat apakah vital atau tidak. Bila vital dikembalikan ke

rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomosis “end to end”.

7. DIAGNOSIS BANDING

Page 11: Hernia Inguinalis Lateralis

Diagnosis banding untuk hernia inguinalis adalah:

1. Hernia femoralis

Hernia yang terjadi melalui kanal femoral, dan lebih sering pada wanita.

Penonjolan berada di bawah ligamentum inguinal dan lateral tuberkel pubis.

2. Hidrokel

Hidrokel merupakan akumulasi cairan abnormal pada tunika vaginalis

karena adanya paten prosesus vaginalis persisten yang mengelilingi testis.

Kejadian hidrokel paling sering pada infant. Benjolan hidrokel tidak nyeri,

mempunyai batas atas tegas, positif pada pemeriksaan luminesensi dan tidak

dapat dimasukkan kembali. Selain itu testis pada daerah hidrokel tidak

teraba.

3. Limfadenopati

Merupakan pembesaran kelenjar limfe dikaitkan dengan riwayat trauma,

infeksi atau keganasan. Massa teraba mobile dan tidak dipengaruhi oleh

batuk. Perlu dilihat apakah terdapat infeksi pada kaki sesisi kadang benjolan

dapat dimasukkan.

4. Testis ektopik

Yaitu testis yang masih berada di kanalis inguinalis, mudah diketahui

dengan meraba daerah skrotum.

5. Torsio testis

Torsi testis disebabkan oleh terpeluntirnya korda spermatika dan

menyebabkan menurunnya suplai darah ke testis. Torsi testis intravaginal

menghasilkan nyeri hebat skrotum unilateral yang tiba-tiba diikuti oleh

pembengkakan inguinal dan / atau skrotum

6. Abses Psoas

Hernia inguinalis akan berada di sisi superior dari ligamentum inguinalis

namun psoas abses akan lebih rendah. Mungkin menyebabkan nyeri dan

dapat menunjukkan limfadenopati. Pasien abses dapat disertai dengan tanda

penyakit sistemik seperti takikardia, takipnea dan demam.

7. Lipoma

Secara klinis, tidak timbul atau memperbesar dengan manuver Valsava.

8. KOMPLIKASI

Komplikasi hernia adalah :

Page 12: Hernia Inguinalis Lateralis

1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia, sehingga

isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia

inguinalis lateralis irreponibilis.

2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat makin banyaknya usus yang

masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan menimbulkan gangguan

penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis

inkarserata.

3. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema,

sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini

disebut hernia inguinalis lateralis strangulator. Keluhan berupa nyeri hebat,

daerah benjolan menjadi merah dan penderita gelisah. Pada keadaan

inkarserata dan strangulata, maka timbul gejala ileus yaitu kembung, muntah

dan obstipasi.

4. Dapat terjadi hernia akreta, apabila isi kantong hernia tidak dapat

dikembalikan ke dalam rongga dan terjadi perlekatan isis kantong pada

peritoneum.

9. PROGNOSIS

Penyembuhan dipercepat kalau penderita menghindari gerakan mengangkat

barang-barang berat ataupun ketegangan otot lainnya. Hernia inguinalis indirek dapat

timbul kembali pada 2-3% penderita. Sedang hernia direk dapat timbul kembali

sampai 10% penderita. Pada sumber lain dijelaskan, insiden dari residif bergantung

pada umur penderita, letak hernia dan operasinya.

Page 13: Hernia Inguinalis Lateralis

BAB II

PRESENTASI KASUS

1. IDENTITAS PASIEN

No RM : 48.62.52

Nama : Bp. Warijan

Umur : 65 tahun

Alamat : Gaten RT 03 Trirenggo Bantul

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh

2. ANAMNESA

- Keluhan Utama : OS mengeluh ada benjolan pada selakangan kiri

hingga daerah skrotum sejak 1 minggu yang lalu.

- Keluhan Tambahan : -

- Riwayat Penyakit Sekarang : OS datang ke Poli Bedah RS Panembahan

Senopati dengan keluhan timbul benjolan pada perut kiri bawah dekat

kemaluan. Namun apabila berbaring benjolan menghilang.

- Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat operasi : disangkal

- Riwayat alergi / Asma : disangkal

- Riwayat Penyakit paru-paru, DM : disangkal

- Riwayat Penyakit Hipertensi : (+)

- Riwayat Penyakit Keluarga :

- Riwayat Penyakit paru-paru : (+)

- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

- Riwayat Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) : (+)

- Riwayat Penyakit gula (DM) : disangkal

- Riwayat Asma : disangkal

Page 14: Hernia Inguinalis Lateralis

3. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

Keadaan umum : sedang, tidak tampak anemis. Kesadaran : CM

Vital sign : T 140/90 mmHg S 36,7 0C

N 74 x/mnt R 20 x/mnt

Kepala : Mesochepal, rambut beruban, tidak mudah dicabut.

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem

palpebra (-/-).

Hidung : dbn

Telinga :dbn

Mulut : dbn

Leher : JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar

Thoraks

Jantung : I : Ictus cordis tidak tampak

Pa : Ictus cordis kuat angkat

Pe : redup (+)

A : S1 > S2 murni, tidak ada bising

Pulmo : I : simetris tidak ada ketinggalan gerak, retraksi dada

tidak ada

Pa : vokal fremitus ka = ki

Pe : Sonor seluruh lapang paru

A : Suara Dasar : vesikuler +/+

Suara Tambahan : ronkhi (-), wheezing (-)

Extremitas : Nadi teraba kuat, simetris, oedem - / -, dan varises - /

-, turgor kulit normal, capillary refill<2”.

B. Status Lokalisasi

Teraba benjolan pada area inguinal saat berdiri dan tidak terdapat nyeri

tekan.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Rontgen Thorax: Cor & Pulmo dalam batas normal

Laboratorium Hematologi (29 Desember 2012):

Hb : 12,0 gr%

Page 15: Hernia Inguinalis Lateralis

AL : 9,3 ribu/uL

AE : 4,64 ribu/uL

AT : 395 ribu/uL

Hmt : 35.6 %

Golongan Darah : A

Hitung Jenis Leukosit:

Eosinofil : 6 %

Basofil : 1 %

Batang : 2 %

Segmen : 51 %

Limfosit : 36 %

Monosit : 4 %

PPT : 12.4 detik

APTT : 27.5 detik

Control PPT : 12.3

Control APTT : 34.6

GDS : 78 mg/dL

SGOT : 128

SGPT : 110

Ureum darah : 20

Kreatinin daarah : 0.37

Natrium : 140

Kalium : 3.51

Chloride : 107.2

HbsAg : NEGATIVE

F. DIAGNOSIS

Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra

G. PENATALAKSANAAN

Hernia Repair 31 Desember 2012

Medikamentosa post-operasi:

Inj. Zibac 2x1

Inj. Teranol 2x1

Page 16: Hernia Inguinalis Lateralis

Inj. Kalnex 2x1

Inj. Ratan 2x1

Page 17: Hernia Inguinalis Lateralis

BAB III

PEMBAHASAN

Bp. W (65 tahun) datang dengan keluhan ada benjolan pada lipat paha kiri

hingga ke skrotum sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Benjolan tidak nyeri

dan menghilang saat berbaring. Dari pemeriksaan, pasien didiagnosis sebagai Hernia

Ingunalis Lateralis (HIL) Sinistra.

Penegakan diagnosis hernia inguinalis dapat dilakukan dengan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio

inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang

kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus. Kalau kantong hernia berisi

organ, maka tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum (seperti

karet) atau ovarium. HIL merupakan hernia abdomen yang paling sering terjadi dan

banyak diderita oleh laki-laki. Hernia sendiri terjadi akibat peran multifaktorial. Pada

Hernia inguinalis lateralis/indirek sering dikarenakan adanya patent processus

vaginalis. Namun, pada pasien resiko meningkat seiring dengan usia tua dan aktivitas

keseharian pasien yang bekerja sebagai buruh yang tentu saja termasuk aktivitas berat.

Dengan bertambahnya usia, integritas dari muskulus abdomen menurun, sehingga

dinding abdomen tidak dapat menahan adanya peningkatan tekanan intrabdominal.

Pemilihan management pada hernia inguinalis berdasarkan usia, dan berat

ringannya penyakit. Pada pasien dewasa, hernia yang telah menimbulkan gejala atau

telah menjadi hernia inkarserata perlu terapi operatif. Prognosis pada pasien

cenderung akan lebih baik karena keparahan hernia belum menyebabkan hernia

irreponible bahkan inkarserata.

Page 18: Hernia Inguinalis Lateralis

BAB IV

KESIMPULAN

Hernia inguinalis adalah suatu defek pada fasia dan muskulo aponeurotik

dinding perut terutama di regio inguinal, baik secara kongenital maupun didapat,

yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui

dinding tersebut.

Hernia Inguinalis Lateralis merupakan hernia abdomen yang paling sering

terjadi, dan lebih banyak terjadi pada laki-laki

Hernia inguinal terjadi karena multifaktorial

Management dilakukan tindakan operatif untuk mengurangi gejala,mencegah

deformitas dan komplikasi

Page 19: Hernia Inguinalis Lateralis

DAFTAR PUSTAKA

Condon RE, Nylus L.M. Complications of groin hernia. In : Nylus LM, Condon RE. Eds. Hernia. End ed. Philadelphia : JB Lippincott company, 1978 : 264-74.

Dunphy, J.E., and Way LW, eds. Current surgical diagnosis and Treatment, 5 th

ed. California; Lange medical Publication, 1981 : 1517-40.

Gardner, B. and Shaftan, Surgical Emergencies in the Child, eds. Pediatric surgical Emergencies, ed. Philadelphia : J.B Lippincott company, 1990 : 552-8.

Harkins HN. Hernia. In Allen JG, Harkins NH, Moyer CA, Rhoads JE. Eds. Surgery principles and practise. Philadelphia : JB Principels and practise, Phialdelphia : JB Lippincott comapy, 1957 : 980-86.

Harun R. Parameter Kliniks sebagai Petunjuk Diagnosis Dini Hernia Inguinalis Eksterna Strangulata di RSDK – Semarang, Semarang : Lab. Ilmu Bedah FK UNDIP/RSDK.

Jenkins, Jon L & Braen, G. Richard. 2004. Manual Of Emergency Medicine. USA:Lippincott Williams & Wilkins.

Jones, Daniel B. 2012. Master Techniques in Surgery: Hernia. USA:Lippincott Williams & Wilkins.

Junaidi P., Atiek S., Husna A., Hernia, Dalam : Kapita Selekta Kedokteran FK UI, Jakarta : Media Aesculapius : 1991 : 352-9.

Macraflane DA, Thomas LP, Textbook of surgery, 4th ed. London : ELBS, 1997 : 234-45.

Nylus LM, Bombeck CT, Hernia, in : Sabiston DC Jr. eds. Textbook of surgery, 6th ed. Philadelphia : WB Saunders company, 1988 : 1151-60.

Sjamsuhidajat R., De Jong W, Hernia, Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah, eds. Revisi, Jakarta : EGC : 1988 : 696-719.

White JJ, Haller, Groin hernia. In : Nylus LM, Condon RE. Eds. Hernia, 2nd ed. Philadeplhia : JB Lippincott company, 1978 : 14-27.