hepatitis pada anak
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN HEPATITIS
1. Landasan Teori
1.1 Pengertian
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toxin, seperti kimia
atau obat atau agen penyebab infeksi (Suriadi, Skp dan Rita Yuliani, 2001:131).
Hepatitis adalah keradangan pada hati yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
parasit, bahan toxin, obat-obatan, atau bahan-bahan lain yan dapat merusak hati
(RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1998 : 77)
Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus,ada 4 jenis virus : virus
A(penyebab hepatitis A),virus B(penyebab hepatitis B),dan serum hepatitis atau yang
disebutikterus serum hemologik,virus lain ialah virus non A& non B yang sering pada
pasien pasca tranfusi ,virus C,D,dll.9Ngastiyah,1997:191)Kesimpulan
Hepatitis adalah suatu keradangan hati yang disebabkan oleh virus.
1.2 Etioligi
Hipatitis virus dapat disebabkan oleh :
• Virus hipatotropik
- Virus hepatitis A
- Virus hepatitis B
- Virus hepatitis Non A dan Non B
- Virus hepatitis D/Delta
• Virus hepatitis Epidemik Non A : virus Epstein- Barr, virus sitomegali, virus herpes
simplex, virus varisela dan virus adeno.
1.2.1 Penularan
-Untuk HepatitisA
Melalui Fecal-oral route yang tebawa oleh makanan dan minuman,sanitasi
buruk,institusi yang ramai seperti rumahperawatan,RSJ,masa inkubasi 15-50 hari.
-Untuk Hepatitis B
1) Secara transmisi vertikal ialah dari ibu ke anak
Transmisi vertikal dapat terjadi intra uterin,intra partumdan post partum.
2) Secara horisontalialah dari anak ke anak.
Transmisi horisontal dapat terjadi melalui luka yang dibuat (parenteral) misalnya
dengan transfusi darah,tindik,menyuntik,khitan jika penggunaan alat-alatnya secara
bersama-sama,juga dapat melalui kulit/selaput lendir yang terluka seperti
koreng,luka dimulut atau di dubur,masa inkubasi :1,5-6 bulan.
1.3 Patofisiologi
1) Virus Hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrasi pada
hypatocytes oleh sel mononuclear. Proses ini dapat menyebabkan degenerasi dan
nekrosis sel parenchyma hati.
2) Respon peradangan menyebabkan pembengkakan dan memblokir system
drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadikan statis
empedu (biliary), dan empedu tidak dapat di ekskresikan ke dalam kantong empedu
dan bahkan ke dalam usus sehingga meningkat dalam darah sehingga
hyperbilirubinemia dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hepatoceluler
jaundece.
3) Hepatitis terjadi dari yang asymtomatic sampai dengan timbulnya sakit dengan
gejala ringan, sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2–3 bulan, lebih
gawat bila dengan nekrosis sel hati dan bahkan kematian. Hepatitis dengan sub akut
dan kronik dapat permanen dengan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu
yang dengan kronik akan sebagai carrier penyakit dan resiko berkembang menjadi
penyakit kronik hati atau kanker hati.
1.4 Komplikasi
1) Gangguan fungsi hati
2) Penyakit kronik hati seperti cirosis atau hepatitis kronik persisten
3) Carsinoma hepatik
4) Kematian karena fungsi hati
1.5 Manifestasi Klinik
1.5.1 Hepatitis A (Inteksiosa)
1) Stadium pre ikterus (prodromal) 4 – 7 hari.
Pada stadium ini gejala masih umum ialah : demam, nyeri kepala, lemah, anoreksia,
mual muntah, kadang-kadang di sertai dengan nyeri perut kanan atas atau saluran
napas bagian atas. Dapat terjadi obstipasi atau diare. Urine berwarna lebih tua
(kuning pekat).
2) 3 – 6 mingguStadium ikterus
Pada stadium ini mulai tampak ikterus pertama-tama pada sclera kemudian
menyebar ke seluruh tubuh, bergantung dari imunitas pasien dan virulensi virus.
Suhu tubuh mulai turun, hati membesar dan nyeri tekan, faeces kecoklatan.
3) pada bulan kedua.Stadium pasca ikterik (rekonfalensesi)
Umumnya pada anak penyembuhan terjadi sempurna pada akhir bulan kedua
(hanya sedikit yang masih menunjukan kelainan fungsi hati). Ikterus berkurang,
warna urine dan faeces kembali biasa.
1.5.2 Hepatitis B, C, D, dan E
1) Awitan tersembunyi dan berbahaya
2) Ikterus
3) Anoreksia
4) Malaise
5) Mual
6) Akrodermatitis popular (sindroma Gianotti – Croski)
7) Gejala prodormol – ortrolgia, ostritis, room eritoma makula popular
8. ) Poliarteritis nodusa
9) Glomerulonefritis
10) Hepatitis D memperhebat gejala Hepatitis B dan meningkatkan kemungkinan
terjadinya kondisi kronik
11) Hepatitis C ditandai infeksi asimtomatik ringan dengan awitan ikterus dan
malaise yang tersembunyi
1.6 Uji Laboratorium dan Diagnostik
1. Serum glutamic-axoloacetic transaminase (SGOT) – meningkat
2. Serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) – meningkat
3. Bilirubin – meninggi
4. Antibodi IgM (Antibodi virus hepatitis A dan IgM anti hepatitis A) – diagnostik untuk
hepatitis A
5. Antibodi IgM (antigen inti hepatitis B, IgM, anti-HBs)
6. Antibodi IgG (antibodi virus hepatitis A dan antihepatitis) – menunjukkan
kerentanan atau pernah terpajan hepatitis A
7. Titer HbsAg – diagnostik untuk hepatitis B, jika bertahan lebih dari 6 bulan,
menunjukkan hepatitis B kronik yang akut
8. Titer anti-HbsAg – diagnostik untuk hepatitis kronik
9. Anti-HBs – adanya zat anti ini menunjukkan pemulihan dan imunitas terhadap
hepatitis B
10. Anti-Hbe – bila ada menunjukkan titer rendah terhadap hepatitis B dan penularan
penyakit yang insufisien
11. Anti-HCV (IgG, IgM) – diagnostik untuk hepatitis C, kira-kira dua pertiga orang
dengan HCV tidak akan membentuk antibodi selama 5 sampai 12 bulan setelah
infeksi.
12. Aminotransferase asparat (AST) – meningkat pada hepatitis akut
13. Aminotransferase alanin (ALT) – meningkat pada hepatitis akut
1.7 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan yang dilakukan terutama bersifat dukungan dan mencakup istirahat,
hidrasi, dan asupan makanan yang adekuat. Hospitalisasi diindikasikan bila terdapat
muntah, dehidrasi, faktor pembekuan abnormal, atau tanda-tanda gagal hati, yang
membahayakan (gelisah, perubahan kepribadian, letargi, penurunan tingkat
kesadaran, dan perdarahan). Terapi IV, studi laboratorium yang berulangkali, dan
pemeriksaan fisik terhadap perkembangan penyakit adalah tujuan utama
penatalaksanaan di rumah sakit.
Berikut ini adalah obat-obat yang dapta digunakan :
1. Globulin imun (Ig) – digunakan sebagai profilaksis sebelum dan sesudah terpajan
hepatitis A (diberikan dalam waktu 2 minggu setelah pemajanan)
2. HBIG – diberikan sebagai profilaksis setelah pemajanan (tidak divaksinasi :
diberikan per IM dan mulai dengan vaksin HB. Divaksinasi : diberikan per IM
ditambah dosis booster. Perinatal : 0,5 ml per IM dalam 12 jam setelah kelahiran)
3. Vaksin Hepatitis B (Hevtavax B) – digunakan untuk mencegah munculnya
hepatitis B (Perinatal : diberikan per IM dalam 12 jam setelah kelahiran, diulangi
pada usia 1 dan 6 bulan. Anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun. Tiga dosis
IM (paha anterolateral / deltoid), dua dosis pertama diberikan berselang 1 bulan, dan
booster diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Anak-anak yang berusia lebih dari
10 tahun. Diberikan tiga dosis ke dalam otot deltoid. Perhatikan bahwa anak yang
menjalankan hemodialisis jangka panjang dan anak dengan sindrom Down harus
divaksinasi secara rutin karena tingginya resiko memperoleh infeksi Hepatitis B ini).
2. Konsep Dasar Askep
2.1 Biodata / Identitas / Demografi
Presentasi tersering terjadi pada neonatus 95 % sedang pada anak-anak dan
dewasa masing-masing 10 %.
2.2 Keluhan utama
Kelemahan, kelelahan
2.3 Riwayat penyakit sekarang
Ibu klien mengatakan klien demam, nafsu makan menurun, perut sebelah kanan
teraba tegang dan nyeri perut sebelah kanan di sertai mual, muntah dan kelelahan
sehingga mengganggu aktivitas klien.
2.4 Riwayat penyakit dahulu
1) Adanya satu / lebih faktor predisposisi terjadinya hepatitis yaitu infeksi Rubella,
TORCH, Coxackie, Virus, Herpes pda ibu saat hamilRiwayat Pre Natal
2) Persalinan dengan ibu hepatitis.Riwayat Natal
3) Kurangnya kebersihan oral dan anal pada ibu penderita hepatitis.Riwayat Post
Natal
2.5 Riwayat penyakit keluarga.
Kemungkinan ibu klien atau keluarganya menderita hepatitis
2.6 ADL
1) Nutrisi : Hilangnya nafsu makan (Anoreksia) penurunan berat badan.
2) Eliminasi : Urine lebih tua (Kuning pekat), diare / konstipasi (Feces kecoklatan).
3) Aktivitas : Kelemahan, kelelahan, malaise umum.
2.7 Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
(1) Suhu : normal
(2) Nadi : normal
(3) TD : menurun
2) Pemeriksaan Fisik
(1) Kepala : Ikterus pada kulit, mukosa, sclera, nyeri kepala.
(2) Thorax : -
(3) Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas, nyeri epigastrium,
kram abdomen, hepatomegali.
(4) Extremitas : Mengalami kelelahan, kelemahan
(5) Rectum : Terdapat diare / konstipasi.
3) Pemeriksaan Penunjang
(1) Albumin serum : Menurun
(2) Darah lengkap : SDM menurun
(3) SGOT / SGPT : Meningkat
(4) Alkali fosfatase : Agak meningkat
(5) Tes fungsi hati : Abnormal
(6) Faeces : Warna kecoklatan
(7) Bilirubin serum : Di atas 2,5 mg/100 ml
(8) Tes eksresi BSP : Kadar darah meningkat
(9) Urinalisa : Peningkatan kadar bilirubin.
2.8 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul (Suriadi, Skp dan Rita Yuliana,
Skp)
1) Intoleransi aktivitas s/d kelemahan, penurunan kekuatan otot
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh s/d anoreksia, mual, muntah
3) Resiko infeksi pada orang lain s/d pertahanan primer tubuh tidak adekuat
4) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan s/d kehilangan berlebihan
melalui muntah, diare, perdarahan.
5) Resiko injuri s/d hepatitis fulminans
6) Kurang pengetahuan s/d perawatan di rumah dan prognosis yang lama.
7) Nyeri(akut/Kronis)s/d keletihan,reflek spasme ototskunder akibat hepatitis.
2.9 Intervensi
DX . Kep I : Intoleransi aktivitas
Tujuan : Pasien dapat melakukan aktivitas kembali secara normal
Criteria hasil : Kemampuan untuk melakukan aktivitas
Intervensi :
1) Tingkatkan tirah baring / duduk
R/ Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi yang digunakan
untuk penyembuhan. Aktivitas dan posisi duduk tegak di yakini menurunkan aliran
darah ke kaki yang mencegah sirkulasi optimal ke sel hati.
2) Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik.
R/ Meningkatkan fungsi pernafasan dan menimbulkan pada area tertentu untuk
menurunkan resiko kerusakan jaringan.
3) Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
R/ Memungkinkan periode tembahan istirahat tanpa gangguan.
4) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Bantu melakukan latihan rentang gerak
sendi pasif / aktif.
R/ Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan.
5) Dorong penggunaan teknik manajemen stress.
R/ Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi.
6) Berikan obat sesuai indikasi.
R/ Membentu dalam manajemen kebutuhan tidur.
DX. Kep II : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : Klien dapat menunjukan / mempertahankan BB yang normal
Kriteria hasil : Adanya minat / selera makan, porsi makan sesuai kebutuhan, BB
dipertahankan sesuai usia, BB meningkat sesuai usia
Intervensi :
1) Awasi pemasukan jumlah diit / jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam
frekwensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
R/ Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia.
2) Berikan perawatan mulut sebelum makan.
R/ Menghilangkan rasa tak enak dan dapat meningkatkan nafsu makan.
3) Anjurkan makan pada posisi tegak
R/ Menurunkan rasa jenuh pada masa abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan.
4) Pemberian nutrisi secara parenteral, untuk mempertahankan kebutuhan kalori
sesuai program.
R/ Di butuhkan bila intake nutrisi oral sudah tidak mencukupi.
5) Berikan diet rendah lemak tinggi kalori
R/ Rendah lemak meminimalkan fungsi hatidan tinggi kalori membantu mempercepat
penyembuhan.
DX. Kep III : Resiko terjadinya infeksi pada orang lain
Tujuan : Mengurangi resiko terjadinya infeksi pada orang lain
Criteria hasil : Pasien mampu melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari
infeksi ulang / transmisi ke orang lain.
Intervensi :
1) Lakukan teknik isolasi sesuai dengan kebijakan RS terutama cuci tangan efektif
R/ Mencegah transmisi penyakit / virus ke orang lain
2) Awasi / batasi pengunjung sesuai indikasi.
R/ Pasien terpajan terhadap proses infeksi potensial resiko komplikasi sekunder.
3) Jelaskan prosedur isolasi pada orang tua pasien / orang terdekat
R/ Pemahaman alas an mengurangi perasaan terisolasi.
DX. Kep IV : Kekurangan volume cairan
Tujuan : Mempertahankan hidrasi adekuat.
Criteria hasil : Turgor kulit baik, haluaran urine sesuai, tanda vital stabil.
Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan BB harian. Catat kehilangan
melalui usus seperti muntah, diare.
R/ Memberika informasi tentang kebutuhan penggantian / efek terapi.
2) Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
R/ Indikator volume sirkulasi / perfusi.
3) Observasi tanda perdarahan seperti hematuria, melena, perdarahan gusi atau
bekas injeksi.
R/ Kadar protombin dan waktu koagulasi menunjang bila observasi vitamin K
terganggu pada traktus G1 dan sentesis protombin menurun karena mempengaruhi
hati.
Dx Kep. V : Nyeri
Tujuan : Nyeri teratasi
Kriteria hasil : -Mengidentifikasi sumber nyeri
-Mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan dan menurunkan nyeri
-Menggambarkan rasa nyaman dari orang lain selama mengalami nyeri
Intervensi :
1) Kaji pengalaman nyeri anak,minta anak menunjukkan area sakit.
R/Mengidentifikasi letak nyeri
2) Jangan mengancam.
R/ Menurunkan kecemasan anak
3) Persiapkan anak untuk proseduryang menimbulkan nyeri.
R/ Mengurangi ketegangan anak saat dilakukan tindakan.
4) Berikan pujian pada anak untuk ketahanan dan memperlihatkan bahwa nyeri telah
ditangani dengan baik.
R/ Memberikan pengalaman yang menyenangkan untuk tibulnya nyeri pada tahap
selanjutnya.
5) Batasi penggunaan analgesik
R/ Analgesik memperberat kerja hati
2.10 Pelaksanaan
Prinsip-prinsip pelaksanaan rencana asuhan keperawatan pada anak dengan
Hepatitis.
1) Mempertahankan kebutuhan aktivitas yang cukup
(1) Atur periode istirahat dan aktivitas
(2) Kaji tingkat aktivitas anak
(3) Hindari untuk aktivitas berlebihan
(4) Jelaskan pentingnya istirahat.
2) Mengajarkan orang tua bagaimana mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
(1) Kaji kesukaan makanan anak
(2) Berikan istirahat yang adekuat.
(3) Pemberian nutrisi secara parenteral untuk mempertahankan kebutuhan kalori
sesuai program.
3) Ajarkan pada orang tua bagaimana mencegah penularan infeksi
(1) Ajarkan tehnik mencuci tangan yang benar.
(2) Ajarkan tentang kebersihan perseorangan (personal Hygiene)
(3) Imunisasi bila indikasi potensial ketularan.
4) Mempertahankan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
2.11 Evaluasi
1) Melaporkan kemampuan peningkatan toleransi aktivitas
2) Peningkatan BB dan mempertahankan BB ideal.
3) Mempertahankan hidrasi adekuat.
4) Menunjukan tehnik / perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang.