hepatitis

15
HEPATITIS YANTI LEMAN, ANDI SASTRI ZAINUDDIN, ASNAWI MADJID ISNADA PUTRI, ANDI ROHAYATI, NURUL RUMILA PENDAHULUAN Virus merupakan parasit obligat intraseluler. Virus terbagi A atas dua kelompok: DNA dan RNA. Yang termasuk kelompok virus DNA adalah papovavirus, parvovirus, aden- ovirus, poxvirus dan herpes virus. Sedangkan yang termasuk virus RNA virus yaitu: koronavirus, togavirus, retrovirus dan Iain-lain. Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang penularannya melalui kontak seksual, hal ini terjadi karena kontak melalui membran mukosa yang mudah mentransmisi mikroorganisme. Namun ada juga penyakit lain yang bukan PMS yang murni, seperti hepatitis dan patogen

Upload: nurul

Post on 15-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sd

TRANSCRIPT

HEPATITISYANTI LEMAN, ANDI SASTRI ZAINUDDIN, ASNAWI MADJIDISNADA PUTRI, ANDI ROHAYATI, NURUL RUMILA

PENDAHULUANVirus merupakan parasit obligat intraseluler. Virus terbagi A atas dua kelompok: DNA dan RNA. Yang termasuk kelompok virus DNA adalah papovavirus, parvovirus, adenovirus, poxvirus dan herpes virus. Sedangkan yang termasuk virus RNA virus yaitu: koronavirus, togavirus, retrovirus dan Iain-lain.Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang penularannya melalui kontak seksual, hal ini terjadi karena kontak melalui membran mukosa yang mudah mentransmisi mikroorganisme. Namun ada juga penyakit lain yang bukan PMS yang murni, seperti hepatitis dan patogen usus, yang mana penyakit ini dapat juga ditularkan melalui kontak seksual.Meskipun demikian tidak berarti bahwa semua harus melalui hubungan seksual, tetapi ada beberapa yang dapat juga ditularkan melaui kontak langsung dengan alat. Selain itu, penyakit menular seksual ini dapat juga ditularkan kepada bayi dalam kandungan. Hepatitis adalah penyakit yang biasanya ditularkan oleh virus. Hepatitis adalah penyakit yang menyebabkan inflamasi pada hati dan kadang-kadang dapat menyebabkan kematian. Ada 4 macam bentuk hepatitis (A,B,C dan D), namun hepatitis A dan B yang biasanya dapat ditularkan melalui hubungan seksual.Virus hepatitis B ditularkan melaui kontak dengan darah yang terinfeksi atau cairan tubuh seperti sperma, sekret vagina, pus, saliva dan sebagainya.

EPIDEMIOLOGISelama dekade terakhir ini, insidens PMS cukup cepat meningkat diberbagai negeri. Ada banyak hal yang mempengaruhi peningkatan tersebut, diantaranya: besarnya jumlah penduduk, perubahan sikap dan tindakan dalam agama dan moral, banyaknya kasus asimtomatik, merasa tidak sakit tetapi dapat menulari orang lain.Hepatitis A merupakan tipe hepatitis yang terbanyakdilaporkan di Amerika, kurang lebih 1,4 juta orang diseluruh duniaterinfeksi virus ini. Sekitar 200.000 kasus terinfeksi yang dilaporkansetiap tahun dan sekitar 33% dari penduduk Amerika terinfeksipenyakit ini.Hepatitis B merupakan penyakit infeksi kronis yang paling umum didunia. Sebanyak 300 juta orang yang sudah terinfeksi di Asia dan Amerika, 1,5 juta di Amerika saja.Terdapat perbedaan yang menyolok mengenai prevalensi virus hepatitis B di berbagai belahan dunia. Dibeberapa negara Asia Tenggara dan Afrika > 90% penduduk terbukti pernah terinfeksi virus hepatitis B dan 10 - 20% dari orang dewasa HbsAg-nya positif. Pada tahun 1970 di New York, dari sejumlah 2163 donor darah sukarela yang diperiksa 7,2% terbukti pernah terinfeksi HBV, dan hanya 0,4% yang HbsAg-nya positif.

PATOGENESIS Infeksi virus yang bisa menyebabkan timbulnya kelainan kulit melalui tiga jalan, yaitu: inokulasi langsung, infeksi sistemik, penyebaran secara lokal yang berasal dari fokus internal. Pada veruka, herpes simpleks, chicken pox, herpes zoster, moluskum kontagiosum dan small pox, penularan virus terutama melalui lesi yang timbul pada kulit yang berpindah ke orang lain. Lesi-lesi yang timbul pada kulit bisa dihasilkan oleh efek langsung dari replikasi virus pada sel-sel yang terinfeksi, bisa juga karena respon tubuh terhadap virus, atau interaksi antara replikasi virus dengan respon tubuh.Virus hepatitis A dan B ditularkan melalui cara yang sama. Pada PMS, cara penularan virus yang paling penting adalah melalui cairan tubuh.Virus hepatitis ditularkan melalui: kontak dengan orang serumah atau pasangan yang terinfeksi virus hepatitis, air atau makanan yang terkontaminasi, feses. Bisa juga melalui darah, gigitan nyamuk (terutama didaerah tropis), transfusi darah, makan kerang-kerangan mentah, air liur, urine dan sekret vagina.Meskipun kedua virus ini dapat ditularkan melalui infeksi sistemik, ternyata dapat juga ditularkan melalui cara lain. Aktifitas seksual dapat mempengaruhi infeksi kedua virus ini baik HAV maupun HBV. Seseorang dengan riwayat memiliki banyak pasangan seks, berisiko lebih linggi terinfeksi virus ini.

GAMBARAN KLINISMasa inkubasi dari virus hepatitis A adalah 30 hari atau rata-rata 28 hari, dihitung dari 2 minggu sampai 6 bulan setelah terinfeksi. Virus hepatitis A bereplikasi di hati dan ditumpahkan dalam konsentrasi tinggi dalam feses dari 2 minggu sebelum sampai 1 minggu setelah timbulnya penyakit klinis. Infeksi virus hepatitis A menghasilkan penyakit sembuh sendiri yang tidak mengakibatkan infeksi kronis atau penyakit hati kronis. Umumnya orang terinfeksi virus ini memberikan gejala prodromal, seperti sakit flu, anoreksia, kadang-kadang timbul kemerahan pada kulit dan nyeri sendi mendahului terjadinya ikterus, perasaan tidak enak, urin berwarna gelap, diare, demam, kadang-kadang mual bahkan bisa muntah, kekuningan pada sklera dan kehilangan nafsu makan.Serangan virus hepatitis B yang akut terbagi atas 4 fase, yaitu: prodromal, ikterik, konvalesen dan kronik. Masa inkubasi virus ini 30 hari. Konsentrasi tertinggi HBV ditemukan dalam darah, dengan konsentrasi yang lebih rendah ditemukan dalam cairan tubuh lain, termasuk eksudat luka, air mani, cairan vagina, dan air liur. HBV lebih menular dan relatif lebih stabil dalam lingkungan daripada patogen melalui darah lainnya seperti HCV dan HIV.Pada fase prodromal, ditandai dengan anoreksia, mual, muntah, sakit kepala dan malaise. Pada fase ikterik tampak kuning pada tubuh utamanya pada sklera, hepatomegali dart produksi enzim hati yang abnormal.

DIAGNOSISDiagnosis hepatitis ditegakkan melalui tes darah. Untuk mendiagnosis hepatitis A tes darah yang paling tepat menggunakan IgM anti HAV. Hasil tes positif untuk jumlah anti-HAV mengindikasikan kekebalan terhadap infeksi HAV tetapi tidak membedakan saat ini dengan infeksi HAV sebelumnya. Meskipun biasanya tidak cukup sensitif untuk mendeteksi rendahnya tingkat antibodi protektif setelah vaksinasi, tes anti-HAV mungkin juga positif setelah vaksinasi hepatitis A.Karena kompleksitas dan perbedaan antigenik dari virus, maka ada beberapa jenis tes yang tersedia untuk hepatitis B. Ada tiga standar untuk tes darah, yaitu: antigen, antibodi, dan petanda yang lain. Pada wanita hamil tes ini dilakukan secara rutin untuk deteksi dini penyakit ini.Hepatitis A hams dibedakan dari penyebab ikterus yang lain. Diagnosis diperkuat dengan ditemukannya antibodi hepatitis A IgM. Adanya antibodi IgG mengindikasikan infeksi terdahulu (imunisasi) dan pemberian kekebalan. Kira-kira 90% dari penderita dengan hepatitis B akut telah terdeteksi HbsAg ketika melakukan pemeriksaan kesehatan pertama. Antigen ini dapat dideteksi dengan bermacam-macam metode, Yang paling umum digunakan yaitu metode ELISA.

PENATALAKSANAANHepatitis A biasanya sembuh spontan tanpa komplikasi. Vaksin hepatitis A sangat efektif bila dikombinasi dengan imunoglobulin, dapat diberikan pada ibu hamil dan menyusui. Vaksin hepatitis A sebaiknya diberikan kepada orang-orang berisiko tinggi terkena virus hepatitis A, seperti: orang yang bekerja ditempat yang memiliki insidens tinggi terjadinya hepatitis A, orang yang suka berganti-ganti pasangan, penderita penyakit hati kronik, pemakai obat-obat suntik.Untuk hepatitis B juga tersedia vaksin dan obat-obat untuk virus hepatitis B yang kronik. Obat tersebut adalah interferon dan lamivudine. Interferon merupakan protein seluler yang akan diproduksi sebagai respon terhadap infeksi virus. Interferon memiliki efek imunomodulator, antiviral dan anti fibrosis. Dosis interferon Q-2b yang paling sering digunakan adalah 5 juta unit injeksi subkutan tiap hari selama 16 minggu. Lamivudine berfungsi menekan replikasi virus dengan dosis 100 mg per oral sekali sehari selama setahun.Pencegahan hepatitis A dan B pada prinsipnya sama. Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan, melakukan kegiatan seksual yang aman. Karena hepatitis B dapat dengan mudah ditularkan melalui darah dan cairan tubuh yang lain, maka pencegahan dilakukan dengan: menjauhi kegiatan seks dengan orang yang terinfeksi, selalu menggunakan kondom untuk kontak seksual, menghindari kontak darah atau berganti jarum suntik. Vaksinasi hepatitis B dapat dilakukan dengan diberikan sebanyak 3 kali setiap 6 bulan. Vaksin hepatitis A diberikan pada mereka yang bekerja ditempat-tempat dengan insidens yang tinggi, pengguna obat-obatan yang ilegal, penderita penyakit hati kronis, penderita penyakit hemofilia, penderita HIV, serta orang-orang homoseksual. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 6-12 bulan.PROGNOSISHepatitis A bisa sembuh tanpa komplikasi. Hepatitis B dapat mengancam kesehatan seseorang dan bisa berlanjut dengan kerusakan hati serta menjadi faktor terjadinya kanker hati.

DAFTAR PUSTAKA Brandt AM, Jonos DH. Historical perspectives on sexually transmitted diseases: challenger for prevention and control. In: Mardh PA, Holmes KK, Sparling PF, Eds. Sexually Transmitted Diseases. New York: McGraw-Hill, 1999:15-21. Domonkos AN, Arnold HL, Odom RB. Viral Diseases. Andrews' Diseases of The Skin. 7th ed. Philadelpia: WB Saunders, 1982. Lemon SM, Alter MJ. Viral Hepatitis. In: Holmes KK, Mardh P, Sparling PF, Lemon SM, Stamm WE, Piot P, Eds. Sexually Transmitted Diseases. 3rd ed. New York: McGraw-Hill, 1999; 361-72. Lowy DR. Viral Infections. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Fitzpatrick TB, Eds. Dermatology In General Medicine. 5th ed. New York: McGraw-Hill, 1999:1088. Lowy DR. Viral Diseases:General Consideration. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Fitzpatrick TB, Eds. Dermatology In General Medicine. 5th ed. New York: McGraw-Hill, 1999:2392-3. Rutherford K. Sexually Transmitted Diseases. Available at: http:// www.teenhealth.com/hepatitisB.htm. Acessed on November 23.2003 Workowski KA, Berman S. Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines 2010. Available at: http://www.cdc.gov/mmwr