hemoroid

30
Hemoroid PENDAHULUAN Hemoroid sebagai suatu penyakit, merupakan suatu istilah yang umum dijumpai di masyarakat dan dalam dunia kedokteran. Hemoroid berasal dari bahasa yunani yang berarti darah yang mengalir (haem = darah, rhoos = mengalir). Hemoroid bukan hanya pelebaran vena di dalam plexus hemoroidalis saja, tetapi juga melibatkan pembuluh darah jaringan lunak, dan otot kanalis anus. Sebenarnya hemorhoid tidaklah merupakan keadaan patologik, hanya apabila menimbulkan keluhan atau penyulit maka perlu dilakukan tindakan. Hemoroid, ambein atau wasir dapat dialami oleh siapapun. Namun seringakali merasa malu atau dianggap tidak penting maka kurang memperhatikan kesehatan ini. Secara anatomi hemoroid merupakan perubahan fisiologis yang terjadi pada bantalan pembuluh darah di rektum, berupa pelebaran dan pembengkakan pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Fungsi bantalan ini sebagai klep/katup yang membantu otot-otot di rektum menahan feses. Bila terjadi gangguan (bendungan) aliran darah, maka

Upload: asip-hussin

Post on 02-Dec-2015

45 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Hemoroid

PENDAHULUAN

Hemoroid sebagai suatu penyakit, merupakan suatu istilah yang umum dijumpai di

masyarakat dan dalam dunia kedokteran. Hemoroid berasal dari bahasa yunani yang berarti

darah yang mengalir (haem = darah, rhoos = mengalir). Hemoroid bukan hanya pelebaran vena

di dalam plexus hemoroidalis saja, tetapi juga melibatkan pembuluh darah jaringan lunak, dan

otot kanalis anus. Sebenarnya hemorhoid tidaklah merupakan keadaan patologik, hanya apabila

menimbulkan keluhan atau penyulit maka perlu dilakukan tindakan.

Hemoroid, ambein atau wasir dapat dialami oleh siapapun. Namun seringakali merasa

malu atau dianggap tidak penting maka kurang memperhatikan kesehatan ini. Secara anatomi

hemoroid merupakan perubahan fisiologis yang terjadi pada bantalan pembuluh darah di rektum,

berupa pelebaran dan pembengkakan pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Fungsi bantalan

ini sebagai klep/katup yang membantu otot-otot di rektum menahan feses. Bila terjadi gangguan

(bendungan) aliran darah, maka pembuluh darah akan melebar dan membengkak, keadaan ini

disebut hemoroid.

PEMBAHASAN

ANAMNESIS 1

Didefinisikan sebagai sesi wawancara yang seksama terhadap pasiennya atau keluarga

dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan

kesehatan. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau

terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak

memungkinkan untuk diwawancarai.

Anamnesis yang baik akan terdiri dari:

Identitas – nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua

atau suami atau isteri atau penanggungjawab, alamat, pendidikan pekerjaan, suku bangsa

dan agama.

Keluhan utama – keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter

atau mencari pertolongan.

Riwayat penyakit sekarang – riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang

kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan

utama sampai pasien datang berobat.

Riwayat penyakit dahulu – mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan

antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang.

Riwayat penyakit dalam keluarga – penting untuk mencari kemungkinan penyakit

herediter, familial atau penyakit infeksi.

Riwayat penyakit dalam keluarga – penting untuk mencari kemungkinan penyakit

herediter, familial atau penyakit infeksi.

Riwayat pribadi dan sosial – meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan

kebiasaan.

Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang membutuhkan

tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering duduk berjam-jam di WC, dan

dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. 

PEMERIKSAAN FISIK 2

Keadaan umum kesadaran, kesan sakit, tinggi badan, berat badan, BMI, gizi, sikap pasien,

mobilisasi

Tanda vital tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh

Teknik pemeriksaan fisis meliputi pemeriksaan visual atau pemeriksaan pandang (Inspeksi),

periksa raba (Palpasi), pemeriksaan ketok (Perkusi) dan pemeriksaan dengar dengan

menggunakan stetoskop (Auskultasi).

1. Inspeksi

Hemoroid derajat I biasanya tidak menyebabkan suatu kelainan di regio anal yang dapat

dideteksi dengan inspeksi saja. Pada hemoroid derajat II tidak terdapat benjolan mukosa

yang keluar melalui anus, akan tetapi bagian hemoroid yang tertutup kulit dapat kelihatan

sebagai pembengkakan yang jelas di 3 posisi utama, terutama sekali pada posisi anterior

kanan. Hemoroid derajat III dan IV yang besar akan segera dapat dikenali dengan adanya

massa yang menonjol dari lobang yang bagian luarnya ditutupi kulit dan bagian dalamnya

oleh mukosa yang berwarna keunguan atau merah.

2. Palpasi

Hemoroid interna pada stadium-stadium awalnya merupakan pelebaran vena yang lunak

dan mudah kolaps sehingga tidak dapat dideteksi dengan palpasi. Hanya setelah

hemoroid berlangsung beberapa lama dan telah prolaps, sehingga jaringan ikat mukosa

mengalami fibrosis, hemoroid dapat diraba. Hemoroid interna tersebut dapat diraba

sebagai lipatan longitudinal yang lunak ketika jari tangan meraba sekitar rektum bagian

bawah. Sebenarnya ada tiga pokok keluarnya vena yang kemudian berkelok-kelok dan

seringkali semua tampak bersatu, sehingga ada istilah hemoroid sirkuler. Ketiga tempat

tersebut disebut “primary piles/sites of Morgan” dan berada pada jam 3,7 dan 11.

Pemeriksaan colok dubur:

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab

tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba

apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis

dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini

untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy:

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar. Anoskop

dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan

penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita

disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke

dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan

membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak,

besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissure ani dan tumor ganas harus

diperhatikan.

Pemeriksaan proktosigmoidoskopi:

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk

memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses

radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik

saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 2

Rontgen (colon inloop) dan atau kolonoskopi.

Pemeriksaan darah, urin, feses

DIFFERENSIAL DIAGNOSIS 3,5

1. Hemoroid interna & externa

Interna

Vena yang berdilatasi pada pleksus rektalis superior dan media yang timbul di

atas linea dentata dan mukosa yang mendasarinya.

derajat II: pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri

ke dalam anus secara spontan.

Derajat III: pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus

dengan bantuan dorongan jari.

Derajat IV: prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk

mengalami thrombosis dan infark.

Eksterna

Vena rektalis inferior yang terletak di bawah linea dentata dan ditutupi oleh epitel

gepeng.

Diklasifikasikan sebagai akut dan kronik

Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan

sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid

thrombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-

ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.

Hemoroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus

yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

2. Kanker kolon

Merupakan penyakit pada orang tua, dan insidens puncak adalah pada dekade

keenam dan ketujuh.

Jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang dengan riwayat

colitis ulseratif atau poliposis familial.

Gejala-gejala tersering dari kanker usus besar adalah perubahan kebiasaan

defekasi, perdarahan, nyeri, anemia, anoreksia dan penurunan berat badan.

WORKING DIAGNOSIS 3

Hemoroid interna derajat I

Definisi hemoroid

Lama: pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis.

Baru: bantalan yang terdiri dari pembuluh dan jaringan ikat, dilapisi selaput lendir dan terdapat bagian distal rektum dalam saluran anus, diatas linea dentata.

Hemoroid interna: Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea

dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan

vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat

pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral

(jam 3).

Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali bila prolaps dan menjadi strangulata. Tanda satu-

satunya yang disebabkan oleh hemoroid interna adalah perdarahan darah segar tanpa nyeri per

rektum selama dan setelah defekasi.

Hemoroid interna derajat I: bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal

anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.

ETIOLOGI 4

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena

hemoroidalis. Beberapa faktor etiologi telah digunakan, termasuk konstipasi/diare, sering

mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat; fibroma arteri dan tumor rektum.

Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena

hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain itu sistem portal tidak

mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.

FAKTOR RESIKO 4

Faktor Resiko hemoroid :

1. Keturunan

Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis

2. Anatomic

Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus hemorhoidalis kurang

mendapat sokongan otot dan fasia sekitarnya

3. Pekerjaan

Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang berat,

mempunyai predisposisi untuk hemoroid.

4. Umur

Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter

menjadi tipis dan atonis.

5. Endokrin

Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus (sekresi hormon

kelaksin)

6. Mekanis

Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi dalam rongga

perut. Misalnya penderita hipertrofi prostat

7. Fisiologis

Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita dekompensasio

hordis atau sikrosis hepatis

8. Radang

Adalah faktor penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah itu berkurang

EPIDEMIOLOGI 4

Penyakit hemoroid merupakan kelainan anorektal yang paling sering dijumpai, dengan

insidensi diperkirakan 4.4% dari jumlah penduduk. Jumlah penderita yang tercatat diperkirakan

jauh dibawah insidensi sebenarnya, karena sepertiga pasien dengan keluhan sesuai suatu

penyakit hemoroid, tidak pernah datang ke seorang dokter. Prevalensi hemoroid sama antara

wanita dan lelaki, namun lelaki akan lebih cenderung untuk mencari pengobatan. Prevalensi

hemoroid juga meningkat dengan usia, hingga usia 70 tahun di mana akan tampak sedikit

penurunan insidensi.

PATOFISIOLOGI 5

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena

hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum

terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh

feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena

kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.

Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi

pada daerah tersebut dan nekrosis.

Hemoroid interna:

Sumbatan aliran darah sistem porta menyebabkan timbulnya hipertensi portal dan terbentuk

kolateral pada vena hemoroidalis superior dan medius. Selain itu sistem vena portal tidak

mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.

MANIFESTASI KLINIS 6

1. Perdarahan pada waktu defekasi merupakan gejala utama. Ciri khas adanya darah segar

pada kertas toilet, feses, atau air dalam toilet. Darah dapat menetes keluar dari anus

beberapa saat sesudah defekasi.

2. Prolapsus suatu massa pada waktu defekasi merupakan gejala utama yang kedua. Massa

ini mula-mula dapat kembali lagi secara spontan sesudah defekasi, tetapi kemudian harus

dimasukkan secara manula dan akhirnya tidak dapat dimasukkan lagi.

3. Pengeluaran lendir dialami oleh beberapa pasien menderita hemoroid yang prolapsus.

4. Iritasi dari kulit perianal yang disebabkan lembab dan basahnya daerah itu oleh discharge

hampir selalu menyertai hemoroid derajat III yang besar.

5. Gejala-gejala anemi sekunder penting untuk diingat sebagai akibat dari perdarahan

hemoroid interna. Gejala-gejala itu dapat berupa sesak nafas bila bekerja, pusing bila

berdiri, lemah, pucat.

PENATALAKSANAAN 3,7,8,9

Penatalaksanaan medis hemoroid terdiri dari penatalaksanaan non farmakologis,

farmakologis dan tindakan minimal invasive. Penatalaksanaan medis hemoroid ditujukan untuk

hemoroid interna derajat I sampai dengan III atau semua derajat hemoroid yang ada

kontraindikasi operasi atau pasien menolak operasi. Sedangkan penatalaksanaan bedah ditujukan

untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna, atau semua derajat hemoroid yang tidak respon

terhadap pengobatan medis.

Penatalaksanaan medis non farmakologis

Perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaiki pola/cara defekasi.

Perbaikan defekasi disebut bowel management program (BMP) yang terdiri dari diet,

cairan, serat tambahan, pelicin feses dan perubahan perilaku buang air.

Untuk memperbaiki defekasi dianjurkan menggunakan posisi jongkok (squatting)

sewaktu defekasi. Pada posisi jongkok ternyata sudut anorektal pada orang menjadi lurus

ke bawah sehingga hanya diperlukan usaha yang lebih ringan untuk mendorong tinja ke

bawah atau ke luar rektum. Mengedan dan konstipasi akan meningkatkan tekanan vena

hemoroid, dan akan memperparah timbulnya hemoroid, dengan posisi jongkok ini tidak

diperlukan mengedan lebih banyak.

Bersamaan dengan program BMP di atas, biasanya juga dilakukan tindakan kebersihan

local dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit, 2 - 4 kali sehari.

Dengan perendaman ini maka eksudat yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat atau sisa

tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.

Pasien diusahakan tidak banyak duduk atau tidur, banyak bergerak dan banyak berjalan.

Dengan banyak bergerak pola defekasi menjadi membaik.

Pasien diharuskan banyak minum 30-40 ml/kgBB/hari untuk melembekkan tinja.

Pasien harus banyak makan serat antara lain buah-buahan, sayur-sayuran, cereal dan

suplementasi serat komersial bila kurang serat dalam makanannya.

Penatalaksanaan medis farmakologis

Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat, yaitu pertama: memperbaiki

defekasi, kedua: meredakan keluhan subyektif, ketiga: menghentikan perdarahan dan keempat

menekan atau mencegah timbulnya keluhan dan gejala.

1. Obat memperbaiki defekasi

I. Suplemen serat (fiber supplement)

Psyllium atau isphagula Husk yang berasal dari kulit biji Plantago ovata

yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk.

Dalam saluran cerna bubuk ini agak menyerap air dan bersifat sebagai

bulk laxative, yang bekerja membesarkan volume tinja dan meningkatkan

peristalsis.

ES: kentut, kembung dan konstipasi, alergi, sakit perut dan lain-lain.

Untuk mencegah konstipasi atau obstruksi saluran cerna dianjurkan

minum air yang banyak.

II. Pelincir atau pelicin tinja (stool softener)

Obat laksan atau pencahar antara lain natrium dioktil sulfosuksinat.

Natrium dioctyl sulfosuccinat bekerja sebagai anionic surfactant,

merangsang sekresi mukosa usus halus dan meningkatkan penetrasi cairan

ke dalam tinja. Dosis 300 mg/hari.

2. Obat simtomatik

Bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri atau karena

kerusakan kulit didaerah anus.

Obat pengurang keluhan seringkali dicampur pelumas (lubricant), vasokonstriktor

dan antiseptik lemah.

Untuk menghilangkan nyeri, tersedia sediaan yang mengandung anestesi lokal.

Pemberian anestesi lokal tersebut dilakukan sesingkat mungkin untuk

menghindarkan sensitisasi atau iritasi kulit anus.

Sediaan penenang keluhan yang ada di pasar dalam bentuk ointment atau

suppositoria.

Bila perlu dapat digunakan sediaan yang mengandung kortikosteroid untuk

mengurangi radang daerah hemoroid atau anus.

Sediaan berbentuk suppositoria digunakan untuk hemoroid interna, sedangkan

sediaan ointment/krem digunakan untuk hemoroid eksterna.

3. Obat menghentikan perdarahan

Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena

hemoroid yang dindingnya tipis.

Pemberian serat komersial misal psyllium pada penelitian Perez-Miranda dkk

(1996) setelah 2 minggu pemberian ternyata dapat mengurangi perdarahan

hemoroid yang terjadi dibandingkan placebo.

Szent-Gyorgy memberikan citrus bioflavanoids yang berasal dari jeruk lemon

antara lain diosmin, heperidin, rutin, naringin, tangeretin, diosmetin,

neohesperidin, quercetin.

Yang digunakan untuk pengobatan hemoroid yaitu campuran diosmin (90%) dan

hesperidin (10%) dalam bentuk micronized.

4. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid

Diosminthesperidin dan placebo

Perbaikan menyeluruh keluhan dan gejala terjadi pada kedua kelompok

pengobatan.

Tetapi perbaikan lebih nyata pada kelompok Diosminthesperidin.

Diosminthesperidin memberi perbaikan yang nyata terhadap gejala inflamasi,

kongesti, edema dan prolaps.

Penatalaksanaan minimal invasive

Tindakan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dengan

tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasive antara lain skleroterapi hemoroid atau

ligasi hemoroid atau terapi laser.

a) Skleroterapi 

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5%

fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan

areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan

peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut.

Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang

panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat

maka tidak ada nyeri.

Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat,

dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.Terapi suntikan bahan

sklerotik bersama nasehat tentang makanan merupakan terapi yang efektif untuk

hemoroid interna derajat I dan II, tidak tepat untuk hemoroid yang lebih parah

atau prolaps.

b) Ligasi dengan gelang karet

Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi

gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas hemoroid

yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung ligator khusus. Gelang

karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa

pleksus hemoroidalis tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks

hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu 2 – 4

minggu.

Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis

mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh

dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan infeksi. Perdarahan

dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah 7 – 10 hari.

c) Krioterapi /

bedah beku

Hemoroid

dapat pula

dibekukan

dengan suhu yang rendah sekali. Jika digunakan dengan cermat, dan hanya

diberikan ke bagian atas hemoroid pada sambungan anus rektum, maka krioterapi

mencapai hasil yang serupa dengan yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet

dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi melalui sonde dari mesin kecil yang

dirancang bagi proses ini. Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam tempat

praktek atau klinik. Terapi ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang

nekrotik sukar ditentukan luasnya. Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif

pada karsinoma rektum yang ireponibel.

d) Infra Red Coagulation ( IRC ) / Koagulasi Infra Merah

Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan photocuagulation,

tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada jaringan dan akhirnya fibrosis.

Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang sedang mengalami perdarahan.

Tindakan bedah

Terdiri dari dua tahap yaitu pertama yang bertujuan untuk menghentikan atau

memperlambat perburukan penyakit dan kedua untuk mengangkat jaringan yang sudah lanjut.

Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita

hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan perdarahan berulang dan

anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita

hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera

dengan hemoroidektomi.

Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya

dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada

anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus

digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat

prolapsus mukosa.

Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional ( menggunakan

pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat pemotong) dan bedah stapler

( menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).

I. Bedah konvensional

Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :

1. Teknik Milligan – Morgan

Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini

dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa

hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi

dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap

pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot

sfingter internus.

Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi

elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar

pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan

yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi

mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit

dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit

anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.

Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu

waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika

mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik

mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.

2. Teknik Whitehead

Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan

mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari

submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu

mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.

3. Teknik Langenbeck

Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem.

Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0.

Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas

dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan

karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan

parut sekunder yang biasa menimbulkan stenosis.

II. Bedah laser

Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional,

hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh

jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka

dan dengan nyeri yang minimal.

Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut

terpatri. Di anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional, saat post

operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut

syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut sedangkan selubungnya

mengerut.

Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf

menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk

hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan

diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6

minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat

jalan.

III. Bedah stapler

Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse

Hemorrhoids(PPH) atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai

diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang bernama

Longo sehingga teknik ini juga sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri

alat ini diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan sesuai dengan

prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan

dan pendorong di belakangnya.

Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di

saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama

jaringan hemoroid dan m. sfingter ani untuk melebar dan mengerut menjamin

kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi

prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan

mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena

jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga

tidak perlu dibuang semua.

Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak

mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena

tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 –

45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin

singkat.

PENCEGAHAN 3

Yang paling baik dalam mencegah hemoroid yaitu mempertahankan tinja tetap lunak

sehingga mudah ke luar, di mana hal ini menurunkan tekanan dan pengedanan dan

mengosongkan usus sesegera mungkin setelah perasaan mau ke belakang timbul. Latihan

olahraga seperti berjalan, dan peningkatan konsumsi serat diet juga membantu mengurangi

konstipasi dan mengedan.

KOMPLIKASI 9

1. Terjadi trombosis

Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.

2. Peradangan

Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.

3. Terjadinya perdarahan

Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.

PROGNOSIS 7

Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi

asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus.

Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus

diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat mencegah

timbulnya kembali gejala hemoroid.

PENUTUP

Kesimpulannya, hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di

daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Faktor resiko terjadinya hemoroid yaitu

keturunan, anatomi, pekerjaan, umur, endokrin, mekanis, fisiologis dan radang. Hemoroid terdiri

dari 2 jenis yaitu hemoroid interna yang terletak di atas garis mukokutan dan hemoroid eksterna

yang terletak di bawah garis mukokutan. Manifestasi klinis hemoroid yaitu perdarahan per anum

berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses. Diagnosis ditegakkan dengan

anamnesa, inspeksi, colok dubur dan penilaian anoskop. Bila perlu dilakukan pemeriksaan

protosigmoidoskopi untuk menyingkirkan kemungkinan radang dan keganasan. Diagnosis

banding dari hemoroid yaitu hemoroid interna derajat II,III,IV dan kanker kolon. Komplikasi

dari hemoroid yaitu perdarahan hebat, inkarserasi dan sepsis. Penatalaksanaan hemoroid yaitu

denagn konservatif, membuat nekrosis jaringan dan bedah. Prognosis hemoroid baik bila

diberikan terapi yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bickley S. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. 5th ed. Jakarta:

EGC; 2006. p.209-15.

2. Syamsuhidayat R, Jong W.D. Buku ajar bedah. Jakarta:EGC; p.910 – 912.

3. Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit dalam.

Jilid I edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p.587-90.

4. Thornton C.S. Hemorrhoids. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/195401-overview#a0102,

http://emedicine.medscape.com/article/195401-overview#a0199, 16 March 2010.

5. Prince, Wilson. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. edisi 4, buku 1.

Jakarta: EGC; 1995. p.420-21.

6. Schrock R. Theodore. Ilmu bedah. Edisi 7. Jakarta: EGC; 1993. p.271-72.

7. Syamsuhidayat R, Jong W.D. Buku Ajar Bedah. Edisi revisi. Jakarta:EGC; 1998. h.910-

14.

8. Mansjur A dkk ( editor ). Kapita selecta Kedokteran. Jilid II, Edisi III. FK UI,Jakarta;

1999. h.321 – 324.

9. Linchan W.M.Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II. Jakarta: EGC; 1994. hal 56 – 59.