hemoroid referat

20
BAB 1 PENDAHULUAN Hemorrhoid adalah pelebaran atau inflamasi dari pleksus arteri-vena di saluran anus yang berfungsi sebagai katup untuk mencegah inkontinensia flatus dan cairan. Selain itu pleksus tersebut juga dapat mengalami perdarahan. 1 Hemorrhoid dibagi dalam dua jenis yaitu hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna. Hemorrhoid interna merupakan pelebaran cabang-cabang vena rectalis superior (v. hemoroidalis) dan diliputi oleh mukosa. Sedangkan hemorrhoid eksterna merupakan pelebaran cabang-cabang vena rectalis inferior saat vena ini berjalan ke lateral dari pinggir anus dan hemorrhoid ini dilapisi oleh kulit. Di Amerika Serikat, tercatat lima ratus ribu orang menderita hemorrhoid setiap tahunnya. Bahkan 75% penduduk dunia pernah mengalami hemorrhoid. 2 Tingginya prevalensi hemorrhoid disebabkan karena beberapa faktor diantaranya, kurangnya konsumsi makanan berserat, konstipasi, usia, kebiasaan duduk terlalu lama, peningkatan tekanan abdominal karena tumor, kurangnya intake cairan, kehamilan, dan kurangnya aktifitas seperti berolahraga. 3 Terjadinya hemorrhoid dapat dicegah salah satunya dengan melakukan aktifitas fisik ringan seperti berolahraga, karena dapat melemaskan dan mengurangi ketegangan otot. 1

Upload: stanislaus-stanley-suherman

Post on 14-Apr-2016

157 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

hEMORRHOID

TRANSCRIPT

Page 1: Hemoroid referat

BAB 1

PENDAHULUAN

Hemorrhoid adalah pelebaran atau inflamasi dari pleksus arteri-vena di saluran anus

yang berfungsi sebagai katup untuk mencegah inkontinensia flatus dan cairan. Selain itu

pleksus tersebut juga dapat mengalami perdarahan.1 Hemorrhoid dibagi dalam dua jenis yaitu

hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna. Hemorrhoid interna merupakan pelebaran

cabang-cabang vena rectalis superior (v. hemoroidalis) dan diliputi oleh mukosa. Sedangkan

hemorrhoid eksterna merupakan pelebaran cabang-cabang vena rectalis inferior saat vena ini

berjalan ke lateral dari pinggir anus dan hemorrhoid ini dilapisi oleh kulit. Di Amerika

Serikat, tercatat lima ratus ribu orang menderita hemorrhoid setiap tahunnya. Bahkan 75%

penduduk dunia pernah mengalami hemorrhoid.2 Tingginya prevalensi hemorrhoid

disebabkan karena beberapa faktor diantaranya, kurangnya konsumsi makanan berserat,

konstipasi, usia, kebiasaan duduk terlalu lama, peningkatan tekanan abdominal karena tumor,

kurangnya intake cairan, kehamilan, dan kurangnya aktifitas seperti berolahraga.3 Terjadinya

hemorrhoid dapat dicegah salah satunya dengan melakukan aktifitas fisik ringan seperti

berolahraga, karena dapat melemaskan dan mengurangi ketegangan otot.

1

Page 2: Hemoroid referat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 ANATOMI

Bagian utama usus besar yang paling akhir disebut rektum dan membentang dari

kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). Satu inci akhir dari rectum disebut

sebagai kanalis ani dan kanalis ini dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus.

Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15 cm (5,9 inci). Usus besar secara klinis

dibagi menjadi dua, yaitu bagian kiri dan bagian kanan berdasarkan suplai darah yang

terimanya. Belahan sebelah kanan di perdarahi oleh Arteria mesenterika superior yaitu

sekum, kolon ascenden, dan 2/3 proksimal kolon transversum. Arteria mesenterika inferior

memperdarahi belahan sebelah kiri yaitu 1/3 distal kolon transversum, kolon ascenden, kolon

sigmoid, dan bagian proksimal rektum. Rektum mempunyai suplai darah tambahan yang

berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior yang merupakan cabang dari arteria iliaka

interna dan arteri abdominalis.4

Gambar 1. Anatomi Rektum dan Anus

2

Page 3: Hemoroid referat

II.2 FISIOLOGI

Aliran balik vena dari kolon dan rectum superior adalah melalui vena mesenterika

superior, vena mesenterika inferior, dan vena hemoroidalis superior yaitu bagian dari sistem

portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan

darah ke vena iliaka sehingga merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Pada vena

hemoroidalis superior, media, dan inferior terdapat anastomosis sehingga tekanan portal yang

meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan

hemorrhoid.4,5 Terdapat dua jenis peristaltik propulsif:

1. Kontraksi lamban dan tidak teratur, yang berasal dari segmen proksimal dan bergerak

kearah depan sehingga menyumbat beberapa haustra

2. Peristaltik massa, yaitu kontraksi yang melibatkan segmen kolon.

Gerak peristaltik ini menggerakan massa feses ke depan, dan merangsang defekasi.

Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik pada

saat setelah makan, terutama setelah makan pertama kali pada hari tersebut. Lewatnya feses

kedalam rectum menyebabkan terjadinya distensi dinding rectum dan merangsang refleks

defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter interna maupun eksterna, dimana sfingter

interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom sedangkan sfingter eksterna dikendalikan oleh

sistem saraf volunter. Refleks defekasi terintegrasi pada medulla spinalis segmen sacral S2

dan S4. Serabut parasimpatis mencapai rectum melalui saraf splanchnicus panggul dan

menyebabkan kontraksi rectum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rectum yang

teregang berkontraksi, otot levator ani berelaksasi dan menyebabkan sudut dan annulus

anorektal hilang. Otot sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada waktu anus tertarik

keatas melebihi tinggi masa feses. Defekasi dipercepat dengan tekanan intraabdomen yang

meningkat akibat kontraksi volunter otot dada dengan glottis yang tertutup, dan kontraksi otot

abdomen secara terus menerus. Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot sfingter

eksterna dan levator ani. Dinding rectum secara bertahap relaks, dan keinginan defekasi

hilang.

Penyebab umum konstipasi adalah kegagalan pengosongan rectum saat terjadi

peristaltic masa. Bila defekasi tidak sempurna, rectum menjadi relaks dan keinginan defekasi

hilang. Air tetap akan terus diabsorpsi dari massa feses, sehingga feses menjadi keras dan

menyebabkan sulit untuk defekasi. Bila massa feses yang keras terkumpul disatu tempat dan

tidak dapat dikeluarkan, maka disebut impaksi feses. Tekanan feses yang berlebih

3

Page 4: Hemoroid referat

menyebabkan timbulnya kongesti vena hemoroidalis interna dan eksterna, dan hal ini

merupakan salah satu penyebab terjadinya hemorrhoid.4,6

II.3 HEMORRHOID

II.3.1 Definisi

Hemorrhoid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus

yang berasal dari plexus hemorrhoidalis, yang merupakan jaringan normal yang berfungsi

untuk mencegah inkontinensia flatus dan cairan. Pleksus tersebut dapat melebar, inflamasi

hingga perdarahan karena adanya suatu faktor. Pelebaran ini berkaitan dengan peningkatan

tekanan vena pada pleksus tersebut dan sering terjadi pada usia 50 tahun keatas.1,3

II.3.2 Epidemiologi

Prevalensi hemorrhoid di Indonesia tergolong cukup tinggi. Data dari RSCM Jakarta

pada dua tahun terakhir, hemorrhoid mendominasi sebanyak 20% dari pasien yang di

kolonoskopi.4 Data lain dari RS di Semarang pada tahun 2008, dari 1575 kasus pada instalasi

rawat jalan klinik bedah, kasus hemorrhoid mencapai 16% dari seluruh total kasus di instalasi

tersebut.

II.3.3 Faktor Resiko

Faktor resiko hemorrhoid yaitu7:

Primer

o Keturunan. Yaitu dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis

o Anatomi dan fisiologi. Vena pada daerah anorektal tidak mempunyai katup

dan pleksus hemoroidalis kurang mendapat sokongan otot dan fasia

sekitarnya.

o Kelemahan dari tonus spinchter ani

Sekunder

o Pekerjaan. Pada orang yang harus berdiri atau duduk lama, atau harus

mengangkat beban berat, mempunyai predisposisi untuk timbulnya

hemorrhoid

o Umur. Pada usia lanjut timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, otot

sphincter juga menjadi tipis dan atonis.

4

Page 5: Hemoroid referat

o Endokrin, misal pada wanita yang sedang hamil maka aka nada dilatasi vena

ekstremitas dan anus karena sekresi hormon relaksin yang dapat melemahkan

dinding vena bagian anus.

o Mekanis. Segala keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang tinggi

dalam perut, misalnya pada penderita hipertrofi prostat.

o Pola defekasi. Misalnya kebiasaan mengejan saat defekasi, sering diare, sering

konstipasi.

o Pola makan. Diet tinggi serat, seperti buah dan sayur, menghindari makanan

pedas, dan cukup minum air putih akan menurunkan angka kejadian

hemorrhoid.

o Peningkatan tekanan intraabdominal.

o Kehamilan.

o Obstruksi vena.

II.3.4 Klasifikasi

Hemorrhoid diklasifikasikan menjadi 3 yaitu hemorrhoid interna, hemorrhoid

eksterna, dan gabungan. Kedua pleksus hemorrhoid inernus maupun eksternus slaing

berhubungan secara longgar dan merupakan awal dari aliran balik vena, bermula dari rectum

sebelah bawah dan anus.

1. Hemorrhoid Interna

Yaitu pelebaran dari pleksus hemorrhoidalis interna, yang terdiri dari vena

hemorrhoidalis superior dan media, dimana pleksus ini berada di atas garis mukokutan (linea

dentate) atau 2/3 canalis ani bagian atas yang ditutupi oleh mukosa. Selanjutnya pleksus ini

mengalirkan darah ke vena porta. Karena tidak mempunyai inervasi somatik, maka pada

umumnya penyakit ini tidak disertai nyeri. Hemorrhoid interna terdapat pada tiga posisi

primer, yaitu kanan depan (jam 11), kanan belakang (jam 7), kiri lateral (jam 3), oleh Miles

disebut Three Primary Haemorrhoidal Areas.3,7

5

Page 6: Hemoroid referat

Gambar 2. Tiga Area Primer Hemorrhoid

Secara klinis, hemorrhoid interna dibagi menjadi 4 derajat yaitu3,7:

a. Derajat I

Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi, tanpa disertai nyeri,dan

tidak terdapat prolaps. Pada anuskopi terlihat permulaan benjolan hemorrhoid

menonjol ke dalam lumen.

b. Derajat II

Terdapat perdarahan atau tanpa perdarahan pasca defekasi. Terjadi prolaps

hemorrhoid yang dapat masuk dengan sendirinya (reposisi spontan).

c. Derajat III

Terjadi prolaps hemorrhoid yang tidak dapat masuk spontan dan harus dibantu dengan

didorong masuk dengan satu jari (reposisi manual)

d. Derajat IV

Terjadi prolaps hemorrhoid yang tidak dapat didorong masuk (meskipun sudah di

reposisikan namun akan keluar kembali).

Gambar 3. Derajat Hemorrhoid Interna6

Page 7: Hemoroid referat

2. Hemorrhoid Eksterna

Merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemorrhoidalis eksterna (vena

hemorrhoidalis inferior) yang terdapat pada distal garis mukokutan (linea dentate) di dalam

jaringan di bawah epitel anus. Pleksus ini mengalirkan darah dari daerah perineum dan

lipatan paha ke peredaran darah sistemik melalui vena iliaka. Bentuk akut berupa

pembengkakan bulat kebiruan pada tepi anus yang sebenarnya merupakan hematom yang

disebut hemorrhoid thrombosis eksternal akut. Sering terasa nyeri dan gatal karena ujung

saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.

Hemorrhoid eksternal mempunyai 3 bentuk, yaitu:

a. Bentuk biasa, tapi letak di distal mucocutaneal junction.

b. Bentuk benjolan hemorrhoid dengan thrombosis akut.

c. Bentuk skin tags.

Rasa nyeri pada perabaan menandakan adanya thrombosis yang biasanya disertai

infeksi atau abses perianal. Sedangkan pada penderita bentuk skin tags tidak mempunyai

keluhan kecuali jika ada ulcerasi dan infeksi.

3. Hemorrhoid Gabungan interna dan eksterna

Berasal dari pelebaran pleksus hemorrhoidalis interna dan eksterna. Gabungan ini

biasanya terletak di atas dan di bawah linea dentate. Hemorrhoid ini sering ditemukan saat

colok dubur.

Gambar 4. Hemorrhoid interna dan eksterna

7

Page 8: Hemoroid referat

II.3.5 Patofisiologi

Hemorrhoid dapat terjadi akibat peregangan berulang saat buang air besar, dan

konstipasi (sulit buang air besar/sembelit) juga dapat membuat peregangan menjadi

bertambah buruk.8 Hemorrhoid berhubungan dengan pola diet dan defekasi seseorang. Diet

tinggi serat dan defekasi menggunakan toilet jongkok dapat menurunkan resiko terjadinya

hemorrhoid. Penelitian terbaru mengungkapkan keterlibatan bantalan anus (anal cushion)

merupakan dasar terjadinya hemorrhoid. Anal cushion merupakan jaringan lunak yang kaya

akan pembuluh darah. Agar dapat stabil, bantalan ini di sokong oleh ligamentum Treitz dan

lapisan muskularis submukosa. Terjadinya bendungan dan hipertrofi pada bantalan ini

merupakan mekanisme dasar terjadinya hemorrhoid.

Ada beberapa proses pembendungan yang terjadi pada bantalan anus. Pertama,

adanya kegagalan pengosongan vena bantalan anus secara cepat saat defekasi. Kedua,

bantalan anus yang terlalu mobile. Dan ketiga, bantalan anus terperangkap oleh sfingter anus

yang ketat. Akibatnya vena intramuscular kanalis anus akan terjepit (obstruksi). Proses

pembendungan tersebut dapat diperparah apabila seseorang mengejan atau adanya feses yang

keras melalui dinding rectum. Selain itu, gangguan rotasi bantalan anus juga menjadi dasar

terjadinya keluhan hemorrhoid. Dalam keadaan normal, bantalan anus menempel secara

longgar pada lapisan otot sirkuler. Ketika defekasi, sfingter interna akan relaksasi. Lalu,

bantalan anus berotasi kea rah luar (eversi) membentuk bibir anorektum. Faktor usia,

konstipasi, dan mengejan yang lama akan menyebabkan gangguan eversi pada bantalan

tersebut.8,9

II.3.6 Gejala Klinis

Gejala klinis hemorrhoid dibagi berdasarkan jenis hemorrhoid, yaitu:

a. Hemorrhoid Interna

Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul, dan pruritus.

Trombosis atau prolaps akut yang disertai edema ataupun ulserasi akan menimbulkan rasa

nyeri.

Gejala yang muncul pada hemorrhoid interna dapat berupa:

1. Perdarahan

Merupakan gejala yang sering muncul, dan biasanya merupakan awal dari

penyakit ini. Perdarahan dapt berupa darah segar dan biasanya tampak setelah

8

Page 9: Hemoroid referat

defekasi. Selanjutnya perdarahan dapat berlangsung lebih hebat karena vascular

cushion prolaps dan mengalami kongesti oleh sfingter ani.

2. Prolaps

Dapat dilihat adanya penonjolan yang keluar pada anus dan dapat masuk kembali

secara spontan ataupun harus dimasukkan dengan bantuan tangan.

3. Nyeri dan rasa tidak nyaman

Biasanya timbul karena komplikasi yang terjadi (seperti fisura, abses, dll)

hemorrhoid interna biasanya sedikit yang menimbulkan nyeri. Kondisi ini dapat

juga terjadi karena terjepitnya tonjolan hemorrhoid oleh sfingter ani (strangulasi).

4. Keluarnya sekret

Sekret yang menjadi lembab akan rawan terjadinya infeksi dan dapat mengganggu

kenyamanan penderita.

b. Hemorrhoid Eksterna

Pada fase akut, hemorrhoid eksterna dapat menimbulkan nyeri, biasanya karena

adanya oedem dan terjadi saat mobilisasi. Hal ini muncul karena trombosis dari vena

hemmorhoid dan terjadinya perdarahan ke jaringan sekitarnya. Beberapa hari setelah

timbul nyeri, kulit dapat mengalami nekrosis dan berkembang menjadi ulkus, dan timbul

perdarahan. Beberapa minggu selnajutnya area yang mengalami trombus tadi dapat

mengalami perbaikan dan meninggalkan kulit berlebih yang disebut skin tag. Akibatknya

timbul rasa mengganjal, gatal, dan iritasi.

II.3.7 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, pasien dibuat dalam posisi lithotomi, miring (sim’s position),

atau menungging (knee chest position).

1. Inspeksi

Pasien disuruh untuk mengejan sehingga dapat terlihat adanya prolaps hemorrhoid

interna dan derajat hemorrhoid dapat dinilai. Dapat dilihat jika ada darah yang menetes

karena perdarahan. Dapat dilihat juga adanya kelainan seperti fisura ani, ataupun

hemorrhoid eksterna.10

2. Rectal Toucher

Dengan menggunakan sarung tangan steril dan dilumasi pelicin, jari pemeriksa

dimasukkan kedalam lubang anus pasien dan meminta pasien untuk mengejan. Pada

pemeriksaan rectal toucher untuk hemorrhoid interna tidak dapat diraba karena tekanan

9

Page 10: Hemoroid referat

vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Pemeriksaan ini diperlukan

untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. Evaluasi tonus kanalis anal saat

istirahat, dan kontraksi otot ischiorektalis serta sfingter dapat dirasakan.10

II.3.8 Pemeriksaan Penunjang

a. Anoscopy

Pada pemeriksaan ini pasien diposisikan lithotomi. Anoskopi lalu dimasukkan ke

dalam anus sedalam mungkin, penyumbat di angkat dan pasien diminta untuk bernafas

panjang. Dengan cara ini kita dapat melihat hemorrhoid interna grade I dan II dimana

tidak atau belum terlihat penonjolan hemorrhoid. Pada pemeriksaan ini juga dapat dilihat

posisi pangkal hemorrhoidnya, warna selaput lendir yang merah meradang atau

perdarahan, jumlah benjolan, letak dan besarnya benjolan. Benjolan hemorrhoid akan

menonjol pada ujung anoskopi. Bila perlu, pasien dapat diminta untuk mengejan.

Hemorrhoid interna dapat terlihat sebagai struktur vaskular yang menonjol ke dalam

lumen.1

b. Sigmoidoscopy

Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan

oleh proses radang dan keganasan, misalnya karsinoma kolon, karsinoma rektum, dan

lainnya.1

c. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui tanda anemia pada pasien

hemorrhoid dengan perdarahan berat atau kronik.10

II.3.9 Penatalaksanaan

1. Non-Medikamentosa

Berupa perubahan pola makan, perbaikan cara atau pola defekasi. Perbaikan pola

defekasi ini disebut Bowel Management Program (BMP) yang terdiri dari konsumsi

makanan berserat, dan perubahan cara ketika defekasi dengan cara posisi jongkok

(squatting). Dengan posisi jongkok ini, tidak dibutuhkan tenaga untuk mengejan. Pasien

juga tidak dianjurkan untuk banyak duduk.

2. Medikamentosa

Bertujuan memperbaiki defekasi dengan menggunakan obat untuk melunakkan feses

sehingga tenaga saat mengejan tidak terlalu besar ketika defekasi. Pengobatan

10

Page 11: Hemoroid referat

medikamentosa juga digunakan untuk menghilangkan keluhan dan gejala pada anus.

Tersedia dalam 2 bentuk sediaan yaitu suppositoria untuk hemorrhoid interna dan salep

untuk hemorrhoid eksterna.

3. Terapi Minimal Invasive

Dilakukan apabila pengobatan medikamentosa dan non-medikamentosa tidak

berhasil. Tindakan yang dapat dilakukan adalah:

a. Skleroterapi

Yaitu dengan menyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya phenol 5%

dalam minyak nabati. Lokasi penyuntikan adalah pada submukosa hemorrhoid. Efek

injeksinya adalah edema, reaksi inflamasi dengan proliferasi fibroblast, dan trombosis

intravaskular. Reaksi ini akan menyebabkan fibrosis pada submukosa hemorrhoid.

Hal ini dapat mencegah atau mengurangi prolaps jaringan hemorrhoid. Teknik ini

murah dan mudah dilakukan, namun tingkat kegagalannya tinggi.1,11

b. Rubber Band Ligation

Ligasi jaringan hemorrhoid dengan menggunakan rubber band dengan tujuan agar

prolaps menjadi nekrosis dan putus tanpa rasa sakit karena iskemia yang terjadi dalam

beberapa hari. Komplikasi yang mungkin timbul adalah rasa nyeri karena terkenanya

garis mukokutan dan perdarahan saat hemorrhoid mengalami nekrosis.1

c. Cryotherapy

Terapi hemorrhoid ini menggunakan suhu yang sangat rendah untuk

mendestruksikan mukosa. Dianjurkan untuk hemorrhoid grade I-IV. Prosedur ini

tidak lagi digunakan karena destruksi mukosa yang sukar ditentukan luasnya.1

d. Infra Red Coagulation (IRC)

Digunakan untuk hemorrhoid yang tidak prolaps (Grade I). Caranya dengan

memusatkan sinar infra merah ke jaringan hemorrhoid dan diubah menjadi panas.

Prosedur ini menyebabkan koagulasi, oklusi, dan sklerosis jaringan hemorrhoid.

Teknik ini singkat dan komplikasi minimal.11

4. Tindakan Operatif

Hemorroidektomi

Prinsipnya adalah dengan eksisi pada jaringan yang berlebih. Eksisi sehemat

muingkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak

mengganggu sfingter anus. Ada tiga tindakan bedah yang tersedia yaitu bedah

11

Page 12: Hemoroid referat

konvensional (dengan menggunakan pisau dan gunting), bedah laser (dengan alat

pemotong berupa sinar laser), dan bedah stapler (menggunakan alat dengan

prinsip kerja stapler).1

II.3.10 Komplikasi

Komplikasi pada hemorrhoid antara lain:1,7

Perdarahan. Akibat laserasi plexus vena hemorrhoidalis oleh feses yang keras.

Infeksi. Apabila hemorrhoid yang keluar tidak dapat masuk kembali akan mudah

terjadi infeksi dan menyebabkan sepsis. Infeksi yang berat dapat mengakibatkan

sepsis perianal hingga kematian.

Trombosis. Banyak terjadi pada hemorrhoid eksterna atau interna yang mengalami

prolaps dan akan irreponible sehingga tidak dapat dipulihkan karena kongesti dan

mengakibatkan oedem dan trombosis. Keadaan ini dapat menyebabkan nekrosis

mukosa dan kulit yang menutupinya.

Emboli septik. Terjadi melalui sistem portal dan dapat menyebabkan abses hepar.

II.3.11 Prognosis

Dengan terapi yang tepat dan sesuai dengan indikasi pasien hemorrhoid yang

simptomatik dapat menjadi asimptomatik. Secara keseluruhan prognosis hemorrhoid adalah

baik. Kekambuhan hemorrhoid tergantung pada keberhasilan pasien dalam mengubah

kebiasaan defekasi, memperbanyak asupan serat. Perubahan perilaku ini dapat mengurangi

dan mencegah terjadinya hemorrhoid.

12

Page 13: Hemoroid referat

BAB III

KESIMPULAN

Hemorrhoid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus

yang berasal dari plexus hemorrhoidalis, yang merupakan jaringan normal yang berfungsi

untuk mencegah inkontinensia flatus dan cairan. Hemorrhoid dibagi dalam dua jenis yaitu

hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna. Prevalensi hemorrhoid di Indonesia tergolong

cukup tinggi. Data dari RSCM Jakarta pada dua tahun terakhir, hemorrhoid mendominasi

sebanyak 20% dari pasien yang di kolonoskopi.4 Data lain dari RS di Semarang pada tahun

2008, dari 1575 kasus pada instalasi rawat jalan klinik bedah, kasus hemorrhoid mencapai

16% dari seluruh total kasus di instalasi tersebut.

Hemorrhoid dapat terjadi akibat peregangan berulang saat buang air besar, dan

konstipasi (sulit buang air besar/sembelit) juga dapat membuat peregangan menjadi

bertambah buruk.8 Hemorrhoid berhubungan dengan pola diet dan defekasi seseorang. Diet

tinggi serat dan defekasi menggunakan toilet jongkok dapat menurunkan resiko terjadinya

hemorrhoid. Gejala pada hemorrhoid interna adalah perdarahan, prolaps, nyeru dan rasa tidak

nyaman, keluarnya sekret. Sedangkan pada hemorrhoid eksterna dapat menimbulkan nyeri,

perdarahan, rasa mengganjal, gatal, dan iritasi.

Tatalaksana hemorrhoid dapat dengan non-medikamentosa seperti mengubah perilaku

defekasi, konsumsi makanan tinggi serat, dan hindari duduk lama. Medikamentosa dengan

obat-obat pelunak feses. Dan dapat dengan terapi minimal invasive serta tindakan operatif

(hemorrhoidektomi). Komplikasi pada hemorrhoid antara lain perdarahan, infeksi,

thrombosis, dan emboli septik.

Dengan terapi yang tepat dan sesuai dengan indikasi pasien hemorrhoid yang

simptomatik dapat menjadi asimptomatik. Secara keseluruhan prognosis hemorrhoid adalah

baik. Dan kekambuhan hemorrhoid tergantung dari keerhasilan pasien dalam mengubah

perilaku defekasi dan mengkonsumsi makanan tinggi serat.

13

Page 14: Hemoroid referat

DAFTAR PUSTAKA

1. Riwanto Ign. Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum. In: Sjamsuhidajat R, Jong WD, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. 3rd ed. Jakarta: EGC; 2010. p. 788-792.

2. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Hemorrhoids. 2010. Available at: http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/hemorrhoids. [cited on September 12, 2015].

3. Simadibrata M. Hemoroid. In: Sudoyo Aru W, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S, Simadibrata M, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2006. p. 397-9

4. Osman N. Indonesian Hemorrhoid Increase Blamed On Western Toilets. Jakarta Globe. 2011. Available at: http://www.jakartaglobe.com/health/indonesian-hemorrhoid-increase-blamed-on-western-toilets/365518. [cited on September 12, 2015].

5. Irawati D. Hubungan Antara Posisi Riwayat Keluarga, Konstipasi, dan Olahraga Berat dengan Kejadian Hemorrhoid pada Pasien Rawat Jalan di Klinik Bedah Rumah Sakit Tentara Bakti Wira Tamtama Semarang. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang; 2008.

6. Struber, JC. Considering Physical Inactivity in Relation to Obesity. The Internet Journal of Allied Health Sciences and Practices. 2004.

7. Lindseth G. Gangguan Usus Besar. In: Price S, Wilson L, editors. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC;2006. p. 456-468.

8. Silvia AP, Lorraine MW. Hemoroid. In: Konsep-Konsep Klinis Proses Penyakit, Patofisiologi Vol.1. 6th ed. Jakarta: EGC. p.467

9. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Hemoroid. Buku Ajar Ilmu Bedah. 3rd ed. Jakarta: EGC; 2010. p.672-5

10. American Gastroenterological Association Medical Position Statement: Diagnose and Treatment of Hemorrhoid. Gastroenterology. May 2004; 126(5). p.1461-2

11. Abcaria H. Shackelfords Surgery of The Alimentary Tract. 6th ed. USA; 2007.

14