lapsus hemoroid

60
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hemorrhoid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik. Hanya apabila hemorrhoid ini menyebabkan keluhan atau penyulit, diperlukan tindakan. Hemorrhoid dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Hemorrhoid interna, yaitu pleksus v.hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemorrhoid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah. Sering hemorrhoid terdapat pada tiga posisii primer, yaitu kanan-depan, kanan-belakang, dan kiri-lateral. Hemorrhoid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tersebut. 2. Hemorrhoid eksterna, yaitu pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus. Kedua pleksus hemorrhoid saling berhubungan secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena

Upload: ririnhatibie09

Post on 17-Feb-2016

111 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

hm

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Hemoroid

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Hemorrhoid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang

tidak merupakan keadaan patologik. Hanya apabila hemorrhoid ini menyebabkan

keluhan atau penyulit, diperlukan tindakan.

Hemorrhoid dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Hemorrhoid interna, yaitu pleksus v.hemoroidalis superior di atas garis

mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemorrhoid interna ini merupakan

bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah.

Sering hemorrhoid terdapat pada tiga posisii primer, yaitu kanan-depan,

kanan-belakang, dan kiri-lateral. Hemorrhoid yang lebih kecil terdapat di

antara ketiga letak primer tersebut.

2. Hemorrhoid eksterna, yaitu pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid

inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah

epitel anus.

Kedua pleksus hemorrhoid saling berhubungan secara longgar dan

merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah

bawah dan anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke v.hemoroidalis

superior dan selanjutnya ke v.porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan

darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke v.iliaka.

Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang

memegang peranan kausal ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi

menahun, kehamilan dan obesitas.

Page 2: Lapsus Hemoroid

BAB II

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. N

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 27 thn

Status : Menikah

Agama : Hindu

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Dewi Sartika

B. ANAMNESIS

Autoanamnesa, Selasa, tanggal 17 November 2015 Pukul 04.00 WIB

Keluhan Utama : Bab bercampur darah

Keluhan Tambahan : -

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien masuk Rumah Sakit dengan keluhan BAB bercampur darah.

Keluhan disertai dengan terdapatnya benjolan yang keluar dari anus saat

buang air besar, sebesar 0,5 – 1 cm dan terasa menggaggu. Setiap ingin buang

air besar, benjolan tersebut keluar dari anus. Benjolan tidak dapat masuk

sendiri setelah buang air besar selesai, namun dapat masuk dengan bantuan

jari. Saat buang air besar disertai dengan darah, berwarna merah segar,

menetes saat feses keluar, kadang keluar menggumpal, darah tidak bercampur

dengan feses.

Keluhan benjolan yang keluar ini dirasakan sejak ± 4 tahun yang lalu,

saat pasien melahirkan anak yang pertama, pasien sering merasakan sulit

Page 3: Lapsus Hemoroid

buang air besar, feses terasa keras sehingga pasien harus mengedan sangat

kuat, dan terkadang disertai nyeri saat buang air besar. Pasien jarang

mengkonsumsi makanan yang berserat, suka mengkonsumsi makanan pedas,

dan minum kurang dari 8 gelas per hari.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat keganasan disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat diabetes melitus disangkal

Riwayat sakit kuning disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat hemorrhoid disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat keganasan disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat diabetes melitus disangkal

Riwayat sakit kuning disangkal

Riwayat Alergi Obat : disangkal

Riwayat Kebiasaan :

Makanan : Pasien mengaku jarang mengkonsumi

makanan berserat, suka makanan pedas, dan sedikit minum air

putih (<8 Gelas per hari)

Aktivitas : Pasien menyangkal sering melakukan aktifitas

yang berat, duduk atau berdiri yang lama.

Pola defekasi : Rutin, 1 kali/hari (BAB posisi jongkok) namun

BAB terasa keras sehingga pasien harus mengedan untuk

mengeluarkan feses.

Page 4: Lapsus Hemoroid

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 100/60 mmHg

Nadi : 88x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36, 4 ‘C

Kepala : Normocephal

Mata : Conjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-

Telinga : Bentuk normal, serumen -/-

Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-)

Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa basah

Gusi berdarah (-), lidah kotor (-)

Tonsil tidak membesar (T1-T2)

Tenggorokan : Faring tidak hiperemis

Leher : Kelenjar tyroid tidak teraba membesar

Kelenjar getah bening tidak teraba membesar

Thorax : Simetris bilateral

Pulmo : I= normochest, retraksi -/-, sela iga tidak melebar

P= vocal fremitus kanan = kiri

P= sonor pada seluruh lapang paru

A= suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Cor : I= tidak tampak iktus cordis

P= iktus cordis teraba di ICS V

P= batas pinggang jantung ICS III LPSS

Page 5: Lapsus Hemoroid

batas kiri jantung ICS V LMCS

batas kanan jantung ICS IV linea sternalis

dextra

A= BJ I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen : I = datar, jaringan parut (-)

A = bising usus (+) normal

P = timpani

P = defans muskuler (-), nyeri tekan (-)

hepar dan lien tidak teraba membesar

Ekstremitas : akral hangat, uedem -/-

Status Lokalis

Pemeriksaan colok dubur :

Inspeksi : Fisure (-), Abses (-), hematom perianal (-), skin tag (+), tampak

benjolan keluar dari anus

Palpasi : Tonus sphincter ani baik; ampulla recti tidak kolaps; mukosa rektum

licin; teraba massa di jam 3, 7 dan 11; nyeri tekan (+) pada jam 3,7

dan 11; pada sarung tangan didapatkan darah, lendir (+), feses (-).

Anoskopi : tidak dilakukan.

Page 6: Lapsus Hemoroid

D. DIAGNOSIS KERJA

Hemorrhoid interna grade III

E. DIAGNOSIS BANDING

Polip anal

Fistula anal

F. PENATALAKSANAAN

Non farmakologi:

Perubahan Pola hidup :

Makan-makanan berserat setiap hari, minum air putih minum 8

gelas sehari, banyak bergerak, banyak berjalan.

Perubahan pola defekasi :

Page 7: Lapsus Hemoroid

Hindari mengedan yang berlebih dan lama.

Farmakologi dan Bedah:

IVFD RL 20 tpm

Inj. Ranitidin 1a/12j

Inj. As. Tranexamat 1gr/8j

Rhodim 3 x 2 tab hari I-IV

2 x 2 tab hari V-VI

Borraginol salep

Transfuse PRC 2 Bag

G. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad fungsionam : Bonam

Quo ad sanactionam : Bonam

Page 8: Lapsus Hemoroid

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. ANATOMI TRIGONUM ANALIS2

Trigonum analis dibatasi oleh (Gambar 1 dan 2):

1. Bagian belakang: ujung os coccygis

2. Sisi-sisinya: tuberositas ischiadicum dan ligamentum sacrotuberale yang

bertumpang tindih dengan musculus gluteus maximus.

Gambar 1. Trigonum analis laki-laki dilihat dari bawah (Netter, 2010)

Page 9: Lapsus Hemoroid

Gambar 2. Trigonum analis dan trigonum urogenital pada perempuan dilihat

dari bawah (Netter, 2010)

Anus atau lubang bawah canalis analis terletak di garis tengah, dan di samping

kanan dan kiri terdapat fossa ischionalis. Kulit disekitar anus dipersarafi oleh

nervus rectalis (haemorrhoidalis) inferior (Gambar 3). Pembuluh limfe kulit

mengalirkan cairan limfe ke kelompok medial nodi inguinales superficiales

(Gambar 4).

Page 10: Lapsus Hemoroid

Gambar 3. Innervasi trigonum analis (Netter, 2010)

Page 11: Lapsus Hemoroid

Gambar 4. Aliran limfe canalis analis (Gray’s Anatomy, 2005)

CANALIS ANALIS2

Gambar 5. Canalis analis (Netter, 2010)

Page 12: Lapsus Hemoroid

Lokasi dan Deskripsi

Panjang canalis analis kurang lebih 1 ½ inci (4 cm), berjalan ke bawah dan

belakang dari ampulla recti sampai anus (Gambar 5). Dinding lateral canalis

analis dipertahankan saling berdekatan oleh m. levator ani dan m. sphincter ani,

kecuali saat defekasi (Gambar 7).

Hubungan:

Ke posterior: Di posterior berhubungan dengan corpus anococcygeum,

massa jaringan fibrosa yang terletak diantara canalis analis dan os coccygis

(Gambar 6)

Ke lateral: Di lateral berhubungan dengan fossa ischioanalis yang berisi

lemak.

Ke anterior: Pada laki-laki di anterior berbatasan dengan corpus perineale,

diaphragma urogenitale, urethra pars membranacea, dan bulbus penis

(Gambar 6). Pada perempuan, di anterior berhubungan dengan corpus

perineale, diaphragm urogenitale, dan bagian bawah vagina (Gambar 6)

Page 13: Lapsus Hemoroid

Gambar 6. Potongan sagital pelvis perempuan dan laki-laki (Netter, 2010)

Gambar 7. Tunika muskularis canalis analis (Schwartz, 2010)

1 Struktur

a. Tunika Mukosa

Tunika mukosa di canalis analis terbagi menjadi 2 bagian, yaitu tunika

mukosa setengah bagian atas canalis analis dan tunika mukosa setengah

bagian bawah canalis analis.

Gambar 8. Tunika mukosa canalis analis (Snell, 2006)

Page 14: Lapsus Hemoroid

Tunika mukosa setengah bagian atas canalis analis mempunyai struktur anatomi sebagai berikut:

1. Dibatasi oleh epitel selapis kolumnar.

2. Mempunyai lipatan vertikal yang dinamakan columnae anales atau

columnae morgagni dan dihubungkan oleh plicae semilunares yang

dinamakan valvulae anales (sisa membran proctodeum)

3. Persarafannya sama seperti persarafan mukosa rektum berasal dari saraf

otonom plexus hypogastricus (Gambar 3). Mukosanya hanya peka

terhadap regangan.

4. Vaskularisasi berasal dari arteri yang memperdarahi usus belakang yaitu a.

rectalis superior, cabang dari a. mesenterica inferior. Aliran darah vena

terutama oleh v. rectalis superior, cabang dari v. mesenterica inferior dan

v. porta (Gambar 10).

5. Sistem limfatik terutama ke atas, di sepanjang a. rectalis superior menuju

nodi rectalis superior dan akhirnya ke nodi mesenterici inferior (Gambar

4).

Tunika mukosa setengah bagian bawah canalis analis mempunyai struktur

anatomi sebagai berikut:

1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang secara bertahap bergabung

dengan epidermis perianal di anus (Gambar 8).

2. Tidak mempunyai columna anales (Gambar 8).

3. Persarafan berasal dari saraf somatik nervus rectalis inferior, sehingga

peka terhadap rasa nyeri, suhu, raba, dan tekan (Gambar 3).

4. Suplai arteri berasal dari a. rectalis inferior, cabang dari a. pudenda interna

(Gambar 9). Aliran darah vena oleh v. rectalis inferior, cabang v.

pudenda interna yang mengalirkan darahnya ke v. iliaca interna (Gambar

10).

Page 15: Lapsus Hemoroid

5. Aliran limfe berjalan ke bawah menuju ke nodi superomediales dari nodi

inguinales superficiales (Gambar 4).

Pecten ossis pubis menunjukkan tempat pertemuan setengah bagian atas

dengan setengah bagian bawah canalis analis (Gambar 8).

b. Tunika Muskularis

Seperti pada bagian atas tractus intestinal, tunika muskularis terbagi atas

stratum longitudinal di bagian luar dan stratum sirkular di bagian dalam

(Gambar 7 dan 8).

Musculus Sphincter Ani

Canalis analis mempunyai m. sphincter ani internus yang bekerja

secara involunter dan m. sphincter ani externus yang bekerja secara volunter.

M. sphincter ani internus dibentuk oleh penebalan otot polos stratum

sirkular pada ujung atas canalis analis. M. sphincter ani internus diliputi oleh

lapisan otot lurik yang membentuk m. sphincter ani externus volunter

(Gambar 8).

M. sphincter ani externus dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

Pars subcutanea, mengelilingi ujung bawah canalis analis dan tidak

melekat pada tulang.

Pars superficialis, bagian belakang melekat pada os coccygis dan bagian

depan pada corpus perineale.

Pars profunda, mengelilingi ujung atas canalis analis dan tidak melekat

pada tulang.

Kedua pars puborectalis musculus levator ani bergabung dengan

pars profunda m. sphincter ani externus. Serabut m. puborectalis pada kedua

sisi membentuk sebuah lengkung, yang di depan melekat pada kedua os pubis

Page 16: Lapsus Hemoroid

dan berjalan di sekeliling junction anorectalis, menarik junction ke depan

sehingga canalis analis dan rectum membentuk sudut yang tajam.

Stratum longitudinal tunika muskularis canalis analis melanjutkan diri

ke atas sebagai stratum longitudinal tunika muskularis rectum. Otot tersebut

membentuk selubung utuh di sekitar canalis analis dan turun ke bawah pada

batas di antara m. sphincter ani internus dan externus. Sebagian stratum

longitudinal melekat pada tunika mukosa canalis analis, sedangkan lainnya

berjalan ke lateral ke dalam fossa ischioanalis atau melekat pada kulit

perianalis.

Pada perbatasan di antar rectum dan canalis analis (junction

anorektalis), m. sphincter ani internus, m. sphincter ani externus pars profunda

dan m. puborectalis membentuk cincin yang disebut cincin anorectalis dan

dapat diraba pada pemeriksaan rectal.

2 Vaskularisasi

Arteriae

Arteria rectalis superior memperdarahi setengah bagian atas canalis analis,

sedangkan arteria rectalis inferior memperdarahi setengah bagian bawahnya

(Gambar 9).

Page 17: Lapsus Hemoroid

Gambar 9. Aliran arteri canalis analis (Schwartz, 2010)

Venae

Setengah bagian atas dialirkan oleh v. rectalis superior ke v. mesenterica

inferior, sedangkan setengah bagian bawah dialirkan oleh v. rectalis inferior ke v.

pudenda interna. Anastomosis v. rectalis membentuk anastomosis portal sistemik

yang penting plexus hemorrhoidales (Gambar 10).

Pada tela submucosa canalis analis terdapat plexus venosus yang mengalirkan

darahnya ke atas melalui v. rectalis superior. Cabang-cabang kecil v. rectalis

media dan v. rectalis inferior berhubungan satu dengan yang lain dan dengan v.

rectalis superior melalui plexus ini. Oleh sebab itu plexus venosus rectalis

membentuk anastomosis portal sistemik yang penting karena v. rectalis superior

mengalirkan darahnya ke v. porta dan v. rectalis media serta v. rectalis inferior ke

sistem sistemik.

Page 18: Lapsus Hemoroid

Gambar 10. Aliran vena canalis analis (Netter, 2010)

3 Sistem Limfatik

Cairan limfe dari setengah bagian atas canalis analis dialirkan ke nodi rectalis

superior dan nodi mesenterici inferior. Cairan limfe dari setengah bagian bawah

canalis analis dialirkan ke nodi superomediales nodi inguinales superficial

(Gambar 4).

4 Innervasi

Tunika mukosa setengah atas bagian canalis analis peka terhadap regangan

dan dipersarafi oleh serabut-serabut sensorik yang berjalan ke atas melalui plexus

hypogatricus. Setengah bagian bawah canalis analis peka terhadap nyeri, suhu,

dan raba serta dipersarafi oleh nervus rectalis inferior. Musculus sphincter ani

internus involunter dipersarafi oleh serabut simpatis dari plexus hypogastricus

inferior Musculus sphinter ani externus volunter dipersarafi oleh n. rectalis

Page 19: Lapsus Hemoroid

inferior, cabang n. pudendus (Gambar 3), dan ramus perinealis n. sacralis

keempat.

DEFEKASI2

Waktu, tempat, dan frekuensi defekasi merupakan suatu kebiasaan. Beberapa

orang defekasi sekali sehari, beberapa orang beberapa kali sehari, dan beberapa orang

normal juga beberapa hari sekali.

Keinginan untuk defekasi dimulai dari perangsangan reseptor regangan di

dalam dinding rectum oleh adanya feces di dalam lumen rectum. Kegiatan defekasi

melibatkan reflex koordinasi yang mengakibatkan pengosongan colon descendens,

colon sigmoid, rectum dan canalis analis. Kegiatan ini dibantu oleh peningkatan

tekanan intraabdominal dengan kontraksi otot dinding anterior abdomen. Selanjutnya,

kontraksi tonik m. sphincter ani internus, m. sphincter ani externus, dan m.

puborectalis dihambat secara volunter, dan feces dikeluarkan melalui canalis analis.

Tergantung pada kelemasan tela submukosa, tunika mukosa bagian bawah canalis

analis menonjol melalui anus mendahului massa feces. Pada akhir defekasi, tunika

mukosa kembali ke canalis analis akibat tonus serabut-serabut longitudinal dinding

canalis analis serta kontraksi dan penarikan keatas oleh m. puborectalis. Kemudian

lumen canalis analis yang kosong ditutup oleh kontraksi tonik m. sphincter ani.

II.2. HEMOROID

Hemoroid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis dan tidak merupakan

keadaan patologik. Tindakan hanya dilakukan bila hemoroid menimbulkan keluhan

atau penyulit. Kata hemoroid berasal dari kata haemorrhoides (Yunani) yang berarti

aliran darah (haem=darah, rhoos=aliran) jadi dapat diartikan sebagai darah yang

mengalir keluar.5 Bantalan hemoroid adalah hal yang normal sebagai bagian dari

Page 20: Lapsus Hemoroid

canalis anal. Struktur bantalan hemoroid terdiri dari pembuluh darah, otot halus,

jaringan elastin dan penyambung dengan this tissue aid in continence untuk

mencegah kerusakan dari otot sfingter. Tiga kompleks hemoroid utama adalah canalis

anal transvers lateral kiri, kanan depan, dan kanan belakang. Halangan aliran darah

disekitar canalis anal dan peregangan memicu prolaps jaringan di canalis analis.

Seiring berjalannya waktu, sistem anatomi yang menunjang kompleks hemoroid

menjadi lemah, paparan jaringan ini kemudian keluar dari canalis anal dan

menyebabkankan cedera. Hemoroid diklasifikasikan menjadi hemoroid interna dan

eksterna.6

Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang

memegang peranan ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun,

kehamilan, dan obesitas.5

Kebiasaan mengedan lama dan berlangsung kronik merupakan salah satu

risiko untuk terjadinya hemoroid. Peninggian tekanan saluran anus sewaktu

beristirahat akan menurunkan aliran balik vena, sehingga vena membesar dan

merusak jaringan ikat penunjang. Kejadian hemoroid diduga berhubungan dengan

faktor endokrin dan usia. Hubungan terjadinya hemoroid dengan seringnya seseorang

mengalami konstipasi, feses yang keras, multipara, riwayat hipertensi dan kondisi

yang menyebabkan vena-vena dilatasi hubungannya dengan kejadian hemoroid

masih belum jelas hubungannya.6

Hemoroid interna yang merupakan pelebaran cabang-cabang v. rectalis

superior (v. hemoroidalis) dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena yang terletak pada

collum anales posisi jam 3,7, dan 11 bila dilihat saat paien dalam posisi litotomi

mudah sekali menjadi varises. Penyebab hemoroid interna diduga kelemahan

kongenital dinding vena karena sering ditemukan pada anggota keluarga yang sama.

Vena rectalis superior merupakan bagian paling bergantung pada sirkulasi portal dan

tidak berkatup. Jadi berat kolom darah vena paling besar pada vena yang terletak

Page 21: Lapsus Hemoroid

pada paruh atas canalis analis. Disini jaringan ikat longgar submukosa sedikit

memberi penyokong pada dinding vena. Selanjutnya aliran balik darah vena dihambat

oleh kontraksi lapisan otot dinding rectum selama defekasi. Konstipasi kronik yang

dikaitkan dengan mengedan yang lama merupakan faktor predisposisi. Hemoroid

kehamilan sering terjadi akibat penekanan vena rectalis superior oleh uterus gravid.

Hipertensi portal akibat sirosis hati juga dapat menyebabkan hemoroid. Kemungkinan

kanker rectum juga menghambat vena rectalis superior.6

Hemoroid eksterna adalah pelebaran cabang-cabang vena rectalis

(hemorrhoidalis) inferior waktu vena ini berjalan ke lateral dari pinggir anus.

Hemoroid ini diliputi kulit dan sering dikaitkan dengan hemoroid interna yang sudah

ada. Keadaan klinik yang lebih penting adalah ruptura cabang-cabang v. rectalis

inferior sebagai akibat batuk atau mengedan, disertai adanya bekuan darah kecil pada

jaringan submukosa dekat anus. Pembengkakan kecil berwarna biru ini dinamakan

hematoma perianal.6

Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara

longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum

sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke v. hemoroid

superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan

darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke daerah v.

Iliaka.2

Page 22: Lapsus Hemoroid

a. Tipe Hemoroid

Hemoroid dibedakan atas hemoroid interna dan eksterna. 1

Gambar 11. Perbedaan hemoroid interna dan eksterna (Netter, 2010).

b. Gejala Klinis2

Banyak kasus anorektal, termasuk fissura, fistula, abses, atau iritasi dan gatal

(pruritus ani), memiliki gejala yang minimal dan akan menimbulkan kearah diagnosa

hemoroid yang keliru. Hemoroid biasanya tidak berbahaya. Tetapi pada kenyataanya

pasien dapat megalami perdarahan yang terus menerus sehingga dapat menimbulkan

anemia bahkan kematian.

Hemoroid Eksterna2

Pada fase akut, hemoroid eksterna dapat menyebabkan nyeri, biasanya

berhubungan dengan adanya udem dan terjadi saat mobilisasi. Hal ini muncul sebagai

Page 23: Lapsus Hemoroid

akibat dari trombosis dari v. hemorrhoid dan terjadinya perdarahan ke jaringan

sekitarnya. Beberapa hari setelah timbul nyeri, kulit dapat mengalami nekrosis dan

berkembang menjadi ulkus, akibatnya dapat timbul perdarahan.

Pada beberapa minggu selanjutnya area yang mengalami trombus tadi dapat

mengalami perbaikan dan meninggalkan kulit berlebih yang dikenal sebagai skin tag.

Akibatnya dapat timbul rasa mengganjal, gatal dan iritasi.

Hemoroid Interna2

Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul dan pruritus.

Trombosis atau prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi luar biasa nyerinya.

Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali bila prolaps dan menjadi stangulata.

Tanda satu-satunya yang disebabkan oleh hemoroid interna adalah pendarahan darah

segar tanpa nyeri per rektum selama atau setelah defekasi. Gejala yang muncul pada

hemoroid interna dapat berupa:

1. Perdarahan

Merupakan gejala yang paling sering muncul dan biasanya merupakan awal

dari penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan biasanya tampak setelah

defekasi apalagi jika fesesnya keras. Selanjutnya perdarahan dapat berlangsung lebih

hebat, hal ini disebabkan karena prolaps bantalan pembuluh darah dan mengalami

kongesti oleh sphincter ani.

2. Prolaps

Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus. Tonjolan ini dapat masuk

kembali secara spontan ataupun harus dimasukan kembali oleh tangan.

3. Nyeri dan rasa tidak nyaman

Page 24: Lapsus Hemoroid

Nyeri biasanya ditimbulkan oleh komplikasi yang terjadi (seperti fisura, abses

dll) hemoroid interna sendiri biasanya sedikit saja yang menimbulkan nyeri. Kondisi

ini dapat pula terjadi karena terjepitnya tonjolan hemoroid yang terjepit oleh sphincter

ani (strangulasi).

4. Keluarnya Sekret

Walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah, sekret yang menjadi lembab

sehingga rawan untuk terjadinya infeksi ditimbulkan akan menganggu kenyamanan

penderita dan menjadikan suasana di daerah anus.

Page 25: Lapsus Hemoroid

Gambar 12. Stadium hemoroid interna (Skandalakis, 1999)

HEMOROID DALAM KEHAMILAN (PERUBAHAN FISIOLOGIS SAAT

HAMIL)5

Progesteron dan estrogen, adalah dua dari hormon yang penting saat kehamilan,

memperantai banyak perubahan fisiologis dalam kehamilan. Nilai normal

laboratorium pada wanita hamil harus dibedakan dengan yang tidak. Diafragma saat

kehamilan dapat meningkat sampai 4 cm, dan dinding dada bawah dapat melebar

Page 26: Lapsus Hemoroid

hingga 7 cm. Perubahan ini juga terjadi pada keadaan patologis pada individu yang

tidak hamil yang memiliki penyakit jantung atau hati. Peningkatan progesteron,

diikuti dengan penurunan serum motilin, yang dapat dilihat dari adanya relaksasi otot

halus dan dapat terlihat efek multiple dari produksi di beberapa sistem organ. Dalam

abdomen, terjadi penurunan irama otot halus terlihat dari motilitas dan irama gaster.

Sfingter esophagus bawah juga ikut menurun, dan bila dikombinasikan dengan

tekanan intra-abdominal yang meningkat, menyebabkan peningkatan angka kejadian

refluks gastro-esofageal. Motilitas usus halus juga ikut berkurang, menyebabkan

waktu transit feses di dalam usus halus bertambah lama. Absorpsi nutrisi juga ikut

berubah. Kehamilan juga biasanya menyebabkan perubahan dengan manifestasi

konstipasi, disebabkan adanya peningkatan absorpsi natrium dan air di dalam kolon,

penurunan motilitas, dan adanya obstruksi mekanik dari uterus gravid. Peningkatan

tekanan di vena porta, yang akhirnya menyebabkan peningkatan tekanan di sirkulasi

kolateral vena, mengakibatkan dilatasi dari vena di gastroesofageal junction. Hal ini

penting hanya bila pasien memiliki varises esophagus dari sebelum hamil. Hasil

tersering dari peningkatan tekanan vena porta adalah dilatasi dari vena hemoroid yang

sering disebut “hemoroid” oleh pasien.

c. Diagnosa

Inspeksi

Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah jaringan/tonjolan

yang muncul.

Palpasi

Diraba akan memberikan gambaran yang berat dan lokasi nyeri dalam canalis

analis. Dinilai juga tonus dari sphincter ani. Bisanya hemoroid sulit untuk diraba,

kecuali jika ukurannya besar. Pemeriksaan colok dubur diperlukan menyingkirkan

Page 27: Lapsus Hemoroid

adanya karsinoma rectum. Jika sering terjadi prolaps, maka selaput lendir akan

menebal, bila sudah terjadi jejas akan timbul nyeri yang hebat pada perabaan.

Page 28: Lapsus Hemoroid

Anoskopi

Pada anoskopi dicari bentuk dan lokasi hemoroid, dengan memasukan alat

untuk membuka lapang pandang. Telusuri dari dalam keluar di seluruh lingkaran

anus. Tentukan ukuran, warna dan lokasinya.

Proktosigmoidoskopi

Dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses

radang atau keganasan di tingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan

keadaan yang fisiologis saja ataukah ada tanda yang menyertai.

Pemeriksaan Feses

Dilakukan untuk mengetahui adanya darah samar.

d. Diagnosa Banding

Jika terjadi rasa nyeri akut di daerah anus, harus dipikirkan adanya fisura ani, rasa

nyeri pada hemoroid jarang terjadi kecuali sudah timbul trombosis atau prolaps.

Fisura ani dapat dilihat di daerah anterior atau posterior dan abses perianal tampak

sebagai masa lunak yang berfluktuasi.

e. Terapi

1. Hemoroid externa

Trombosis akut pada hemoroid eksterna merupakan penyebab nyeri yang

konstan pada anus. Penderita umumnya berobat ke dokter pada fase akut (2- 3 hari

pertama). Jika keluhan belum teratasi, dapat dilakukan eksisi dengan anestesi lokal.

Kemudian dilanjutkan dengan pengobatan non operatif. Eksisi dianjurkan karena

Page 29: Lapsus Hemoroid

trombosis biasanya meliputi satu pleksus pembuluh darah. Insisi mungkin tidak

sepenuhnya mengevakuasi bekuan darah dan mungkin menimbulkan pembengkakan

lebih lanjut dan perdarahan dari laserasi pembuluh darah subkutan. Incisi

tampaknya lebih sering menimbulkan skin tag daripada eksisi.4

Page 30: Lapsus Hemoroid

2. Hemorrhoid Interna

Tabel I. Klasifikasi Hemorrhoid Interna6

Classification Treatment Options

1st Degree – No rectal prolapse Diet

Local & general drugs

Sclerotherapy

Infrared coagulation

2nd Degree – Rectal prolapse is

spontaneously reducible

Sclerotherapy

Infrared coagulation

Banding [recurring banding may

require Procedure for Prolapse

and Hemorrhoids (PPH)]

3rd Degree – Rectal prolapse is manually

reducible

Banding

Hemorrhoidectomy

Procedure for Prolapse and

Hemorrhoids (PPH)

4th Degree – Rectal prolapse irreducible Hemorrhoidectomy

Procedure for Prolapse and

Hemorrhoids (PPH)

Dikutip dari : Harrison's™ PRINCIPLES OF INTERNAL MEDICINE

- Non Invasive Treatment6

Diperuntukan bagi penderita dengan keluhan minimal. Yang disampaikan meliputi:

Page 31: Lapsus Hemoroid

a. Nasehat

- Jangan mengedan terlalu lama

- Mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi

- Membiasakan selalu defekasi, jangan ditunda

- Minum kira-kira 8 gelas sehari

b. Obat-obatan vasostopik

Kombinasi Diosmin dan Hesperidin (ardium) yang bekerja pada

vascular dan mikro sirkulasi dikatakan dapat menurunkan desensibilitas dan

stasis pada vena dan memperbaiki permeabilitas kapiler.6 Untuk terapi

hemoroid interna biasanya diberikan dosis Diosmin 1350 mg dan Hesperidin

150 mg 2x dalam sehari selama 4 hari dilanjutkan Diosmin 900 mg dan

Hesperidin 100 mg 2x sehari selama 3 hari. Beberapa peneliti juga mencoba

Diosmin 600 mg 3 x sehari selama 4 hari, dilanjutkan dengan 300 mg 2 x

sehari selama 10 hari dalam kombinasi Psyllium 11 gram sehari.

- Ambulatory Treatment

Skleroterapi

Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya Fenol 5 % dalam

minyak nabati, atau larutan quinine dan urea 5% yang disuntikan ke submukosa

dalam jaringan areolar longgar di bawah jaringan hemoroid. sclerotheraphy

dilakukan untuk menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotic dan

meninggalkan parut pada hemoroid. Secara teoritis, teknik ini bekerja dengan cara

mengoblitersi pembuluh darah dan memfiksasinya ke lapisan mukosa anorektal untuk

mencegah prolaps. Terapi ini cocok untuk hemoroid interna grade I yang disertai

perdarahan. Kontraindikasi teknik ini adalah pada keadaan inflammatory bowel

disease, hipertensi portal, kondisi immunocomprommise, infeksi anorektal, atau

Page 32: Lapsus Hemoroid

trombosis hemoroid yang prolaps. Komplikasi skleroterapi biasanya akibat

penyuntikan cairan yang tidak tepat atau kelebihan dosis pada satu tempat.

Komplikasi yang paling sering adalah pengelupasan mukosa, kadang bisa

menimbulkan abses.6

Gambar 13. Skleroterapi (diambil dari: www.hcd2.bupa.co.uk/

fact_sheet/html/haemorrhoids.html )

Infrared Coagulation

Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan radiasi infra merah dengan lampu

tungsten-halogen yang difokuskan ke jaringan hemoroid dari reflector plate emas

melalui tabung polymer khusus. Sinar koagulator infra merah (IRC) menembus

jaringan ke submukosa dan dirubah menjadi panas, menimbulkan inflamasi, destruksi

jaringan di daerah tersebut. Daerah yang akan dikoagulasi diberi anestesi lokal

terlebih dahulu. Komplikasi biasanya jarang terjadi, umumnya berupa koagulasi pada

daerah yang tidak tepat.6

Page 33: Lapsus Hemoroid

Gambar 14. Infrared coagulation (diambil dari: www.hcd2.bupa.co.uk/

fact_sheet/html/haemorrhoids.html)

Cryotheraphy

Teknik ini didasarkan pada pembekuan dan pencairan jaringan yang secara teori

menimbulkan analgesia dan perusakan jaringan hingga terbentuk jaringan parut.6

Rubber Band Ligation

Merupakan pilihan kebanyakan pasien dengan derajat I dan II yang tidak

menunjukkan perbaikan dengan perubahan diet, tetapi dapat juga dilakukan pada

hemoroid derajat III. Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat diatasi

dengan ligasi menurut Baron ini.6

Dengan bantuan anoskop, mukosa diatas hemoroid yang menonjol dijepit dan

ditarik atau dihisap kedalam lubang ligator khusus. Rubber band didorong dan ligator

ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemorrhoidalis. Nekrosis

karena iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa bersama rubber band akan lepas

Page 34: Lapsus Hemoroid

sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkalnya. Komplikasi yang sering

terjadi berupa edema dan trombosis.6

Untuk pasien dengan terapi laser dengan prolaps, Rubber Band Ligation

adalah cara terpilih di AS untuk terapi hemoroid internal. Dengan prosedur ini,

jaringan hemorrhoid ditarik ke dalam double-sleeved cylinder untuk menempatkan

karet disekeliling jaringan. Seiring dengan jalannya waktu, jaringan dibawahnya akan

mengecil.6

Gambar 15. Rubber Band Ligation (dari www.pph.com )

Page 35: Lapsus Hemoroid

- Surgical Approach6

Hemorrhoidectomy

Merupakan metoda pilihan untuk penderita derajat III dan IV atau pada

penderita yang mengalami perdarahan yang berulang yang tidak sembuh dengan

cara lain. Penderita yang mengalami hemoroid derajat IV yang mengalami

trombosis dan nyeri yang hebat dapat segera ditolong dengan teknik ini. Prinsip

yang harus diperhatikan pada hemorrhoidectomy adalah eksisi hanya dilakukan

pada jaringan yang benar-benar berlebihan, dengan tidak mengganggu sphincter

ani.

Langkah-langkahnya adalah, pertama, anoderm harus dijaga selama operasi

dan hemorrhoidectomy tidak pernah dilakukan sebagai ekstirpasi radikal. Jaringan

yang patologis diangkat. Sphincter dengan hati-hati diekspos dan ditinggalkan

selama pengangkatan hemoroid. Kepastian hemostasis harus benar-benar

diperhatikan.

Di Amerika, teknik tertutup yang digambarkan oleh Ferguson dan Heaton

lebih dikenal karena:

- Mengambil jaringan patologis

- Perbaikan jaringan cepat

- Lebih nyaman

- Gangguan defekasi minimal

Hemorrhoidectomy terbuka dipopulerkan oleh Milligan-Morgan, tahun1973.

Ada 2 variasi daras tindakan bedah hemorrhoidectomy, yaitu:

1. Open hemorrhoidectomy

2. Closed hemorrhoidectomy

Perbedaannya tergantung pada apakah mukosa anorectal dan kulit perianal

ditutup atau tidak setelah jaringan hemorrhoid dieksisi dan diligasi.

Page 36: Lapsus Hemoroid

Open Hemorrhoidectomy6

Dikembangkan oleh Milligen-Morgan, dilakukan apabila terdapat hemoroid

yang telah mengalami gangrenous atau meliputi seluruh lingkaran ataupun bila

terlalu sempit untuk masuk retractor. Teknik Open Hemorrhoidectomy (Miligan-

Morgan):

1. Posisi lithotomy

2. Infiltrasi kulit perianal dan submukosa dengan larutan adrenalin:saline = 1 :

300.000

3. Kulit diatas tiap jaringan hemorrhoid utama dipegang dengan klem arteri dan

ditarik

4. Ujung mukosa setiap jaringan hemorrhoid diperlakukan serupa diatas.

5. Insisi bentuk V pada anoderma dipangkal hemorrhoid kira-kira 1,5–3 cm dari

anal verge.

6. Jaringan hemorrhoid dipisahkan dari spincter interna dengan jarak 1,5–2 cm

7. Dilakukan diatermi untuk menjamin hemostasis

8. Dilakukan transfixion dengan chromic/catgut 0 atau 1-0 pada pangkal

hemorrhoid.

9. Eksisi jaringan hemorrhoid setelah transfiksi dan ligasi pangkal hemorrhoid

Closed Hemorrhoidectomy6

Dikembangkan oleh Ferguson dan Heaton. Ada 3 prinsip pada teknik ini, yaitu:

1. Mengangkat sebanyak mungkin jaringan vaskuler tanpa mengorbankan

anoderm.

Page 37: Lapsus Hemoroid

2. Memperkecil serous discharge post op dan mempercepat proses penyembuhan

dengan cara mendekatkan anal kanal dengan epitel berlapis gepeng

(anoderm)

3. Mencegah stenosis sebagai komplikasi akibat komplikasi luka terbuka luas

yang diisi jaringan granulasi.

Indikasi :

1. Perdarahan berlebihan

2. Tidak terkontrol dengan rubber band ligation.

3. Prolaps hebat disertai nyeri.

4. Adanya penyakit anorectal lain.

Teknik-teknik closed hemorrhoidectomy

Ferguson Hemorrhoidectomy

- Posisi LLD

- Jaringan hemorrhoid diidentifikasi dan di klem

- Kulit diatas anal verge diincisi sampai anal kanal diatas jaringan

hemorrhoid

- Jar hemorrhoid external maupun internal dibebaskan dari bagian

subcutan spincter interna maupun eksterna dan dieksisi seluruhnya.

- Jaringan hemorrhoid yang tersisa diangkat dengan undermining

mukosa.

- Ligasi dengan catgut 2 – 0 atau 3 – 0, bias dengan dexon 4-0 atau 5 – 0

dengan vicril

Page 38: Lapsus Hemoroid

Gambar 15. Ferguson Hemorrhoidectomy (diambil dari:

www.pph.com )

Operasi Hemoroid Tanpa Rasa Sakit

Pada saat ini telah banyak kemajuan pada teknik operasi dalam mengurangkan

rasa sakit pasca operasi, malahan pada akhir-akhir ini telah dikembangkan cara

operasi tanpa rasa sakit. Tenik operasi itu pertama kali dikembangkan oleh Longo,

seorang spesialis bedah bangsa Italia.5

Page 39: Lapsus Hemoroid

Tindakan bedah hemoroid umumnya menyebabkan rasa sakit hebat, apabila

muko-kutan yakni bagian kulit tipis yang meliputi lubang anus terpaksa dilukai.

Bagian yang sangat sensitif Ano-Cutan, mempunyai sensor syaraf rasa raba dan rasa

sakit yang sangat rapat sebagaimana perabaan ujung jari tangan yang sangat nyeri

apabila terluka pada teknik operasi tanpa rasa sakit, bagian muko-kutan sengaja tidak

dilukai, dan pleksus hemoroid yang melipat keluar yang tidak mempunyai sensor rasa

sakit, dipotong dan difiksasi kembali kearah proksimal.5

Gambar 16. Stapled hemorrhodopexy (diambil dari: www.pph.com)

e. Tatalaksana Hemoroid pada Kehamilan7,8

Penanganan hemoroid pada wanita hamil terdiri dari kombinasi perbaikan

pola hidup dan pemberian obat-obatan. Jika diperlukan tindakan operasi untuk

hemoroid yang sulit diatasi secara konservatif, sebaiknya ditunda sampai ditunda

sampai janin viable (dapat hidup) dan dianjurkan dengan anestesi lokal.

Page 40: Lapsus Hemoroid

1. Non farmakologis: perbaikan pola hidup, pola makan dan pola defekasi.

Perbaikan defekasi disebut bowel management programme (BMP) yang

terdiri dari diet cairan, serat tambahan, pelican feses dan perubahan perilaku

buang air. Dianjurkan posisi jongkok saat defekasi dan menjaga kebersihan

local dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit 3x sehari.

Edukasi untuk tidak banyak duduk atau tidur, banyak bergerak atau jalan.

Minum air 30-40 cc/kgBB/hari, dan mengkonsumsi banyak serat sekitar 30

gram/hari, seperti buah-buahan, sayuran, sereal dan bila perlu suplementasi

serat komersial.

2. Farmakologis:

a. Laxative: terdiri dari suplemen serat dan pelicin feses. Suplemen serat

yang banyak digunakan adalah psyllium atau isphagula Husk,

dianjurkan mengkonsumsi banyak air untuk mencegah konstipasi.

b. Simtomatik: untuk menghilangkan gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di

daerah anus.

c. Hentikan perdarahan: campuran diosmin (90%) dan hesperidin (10%)

3. Invasif: bila pengobatan farmakologis dan non farmakologis tidak berhasil.

Tindakan minimal invasif yang dilakukan diantaranya: skleroterapi, ligasi

hemoroid, dan laser. Pembedahan dilakukan hanya pada hemoroid grade III

dan IV dengan penyulit prolaps, thrombosis, atau hemoroid yang besar

dengan perdarahan berulang. Pilihan pembedahan yang dilakukan adalah

hemoroidektomi baik secara terbuka maupun tertutup.

Page 41: Lapsus Hemoroid

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien wanita usia 27 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan BAB

bercampur darah. Keluhan disertai dengan terdapatnya benjolan yang keluar

dari anus saat buang air besar. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang, pasien ini didiagnosis menderita hemoroid interna

derajat III. Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan yang mendukung yaitu

pasien mengeluh BAB bercampur darah. Keluhan disertai dengan terdapatnya

benjolan yang keluar dari anus saat buang air besar, sebesar 0,5 – 1 cm dan

terasa menggaggu dan nyeri. Setiap ingin buang air besar, benjolan tersebut

keluar dari anus. Benjolan tidak dapat masuk sendiri setelah buang air besar

selesai, namun dapat masuk dengan bantuan jari. Saat buang air besar disertai

dengan darah, berwarna merah segar, menetes saat feses keluar, kadang keluar

menggumpal, darah tidak bercampur dengan feses.

Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar

karena kaya akan zat asam. Perdarahan luas dan intensif di pleksus

hemorhoidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan “darah arteri”.

Nyeri yang timbul kemungkinan akibat telah terjadi radang pada hemorhoid

tersebut karena pada asalnya hemoroid interna tidak nyeri.

Hemoroid interna dkelompokkan dalam empat derajat. Pada derajat I

hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa nyeri pada waktu

defekasi. Pada stadium yang awal seperti ini tidak terdapat prolaps dan pada

pemeriksaan anoskopi terlihat hemoroid yang membesar menonjol ke dalam

lumen. Hemoroid interna derajat II menonjol melalui kanalis analis pada saat

mengedan ringan tetapi dapat masuk kembali secara spontan. Pada derajat III,

hemoroid menonjol saat mengedan dan harus didorong kembali sesudah

defekasi. Hemoroid interna derajat IV merupakan hemoroid yang menonjol

Page 42: Lapsus Hemoroid

keluar dan tidak dapat didorong masuk. Pada pasien ini memenuhi kriteria

hemoroid interna grade III karena ada keluhan perdarahan dan tonjolan pada

lubang anus yang kadang harus didorong dengan jari agar masuk kembali.

Pada pemeriksaan fisik, inspeksi daerah anal perianal terlihat tonjolan

massa prolaps dari anus pada saat pasien diminta mengedan, padat kenyal,

Fisure (-), Abses (-), hematom perianal (-), skin tag (+), tampak benjolan

keluar dari anus. Dengan ukuran kurang lebih 0.5 cm x 1

Sedangkan pada pemeriksaan rectal touche teraba benjolan (+)

didapatkan mukosa rektum licin, teraba massa di jam 3, 7 dan 11, tidak nyeri

pada saat dipalpasi, TSA kuat (normal), sarung tangan terlihat feses (+) dan

darah (-). Untuk hemoroid interna asalnya tidak teraba pada pemeriksaan RT

sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi. Dapat teraba jika ada

trombus atau fibrosis. Colok dubur juga bertujuan untuk menyingkirkan

kemungkinan karsinoma rektum. Usulan pemeriksaan untuk pasien ini adalah

proktosigmoideskopi yang dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan

bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang

lebih tinggi karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda

yang menyertai. Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat

menyebabkan timbulnya anemia sehingga pemeriksaan laboratorium darah

juga diperlukan.

Terapi hemroid interna yang simtomatik harus ditetapkan secara

perorangan. Hemoroid adalah normal oleh karena itu tujuan terapi bukan

untuk menghilangkan pleksus hemoroidal, tetapi untuk menghilangkan

keluhan. Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan

tindakan lokal yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan

sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat

gumpalan isi usus besar, namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan

Page 43: Lapsus Hemoroid

mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan. Supositoria dan salep

anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali efek anastetik

dan astringen. hemoroid interna yang mengalami prolap karena udem

umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat

baring dan kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk

dengan cairan hangat juga dapat mengurangi nyeri. Apabila ada penyakit

radang usus besar yang mendasarinya, misalnya penyaki Chron, terapi medik

harus diberikan apabila hemoroid menjadi simtomatik. Terapi bedah dipilih

untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita

hemoroid derajat III atau IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada

penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan

cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Pada kasus ini pasien didiagnosis

menderita hemoroid interna derajat III sehingga terapi yang dipilih adalah

terapi operatif, hemoroidektomi. Prinsip yang harus diperhatikan pada

hemoroidektomi adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-

benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit

yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Hemoroidektomi pada

umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus diajari

untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat

mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid.

Page 44: Lapsus Hemoroid

DAFTAR PUSTAKA

1. American College of Gastroenterology. Pregnancy in GIT Disorders. Available

from: http://d2j7fjepcxuj0a.cloudfront.net/wp-content/uploads/2011/07/institute-

PregnancyMonograph.pdf

2. Snell, Richard S, .2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran; alih bahasa

Liliana Sugiharto; Ed 6. EGC : Jakarta.

3. Netter, Frank H. 2010. Netter’s Clinical Anatomy. 2nd edition. Saunders Elsevier:

Philadelpia

4. F. Charles Brunicardi. 2010. Schwartz's Principles of Surgery. 9th Edition. The

McGraw-Hill Companies, Inc: United States of America

5. Courtney M. Townsend Jr. 2007. Sabiston Textbook of Surgery. 18th edition.

Saunders, An Imprint of Elsevier: Philadelpia

6. Longo, et all. 2012. Harrison's™ PRINCIPLES OF INTERNAL MEDICINE. 18th

Edition. McGraw-Hill Companies, Inc: United States of America.

7. Arthur Staroselsky, et all. Hemorrhoids in Pregnancy. Canadian Fam

Physician. 2008 February; 54(2): 189–190. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2278306/

8. American College of Gastroenterology. 2013. Pregnancy in Gastrointestinal

Disorders. 2013: 4-6. Available from: http://d2j7fjepcxuj0a.cloudfront.net/wp-

content/uploads/2011/07/institute-PregnancyMonograph.pdf