hegemoni ulama dan pengaruhnya terhadap sikap …
TRANSCRIPT
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Corresponding Author : [email protected] 1 JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 4, November 2017: 1 - 20
HEGEMONI ULAMA DAN PENGARUHNYA TERHADAP
SIKAP MASYARAKAT TERKAIT SYARAT ISLAM
(Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa)
Muhd. Elmuava Sani, Effendi Hasan
([email protected], [email protected])
Program Studi Ilmu Politik, FISIP, Universitas Syiah Kuala
ABSTRAK
Ulama adalah gelar yang diberikan oleh umat Islam untuk seorang pakar
ilmu agama. Dalam konteks lokal Aceh, ulama merupakan elit lokal yang
mempunyai sumber daya politik berbasis tradisional dan mampu membentuk
preferensi politis tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Dalam kultur Aceh,
ulama berhak menentukan corak spiritual dalam masyarakat. Hal ini disebabkan
ulama mempunyai pendukung yang fanatik dan menentang ulama sama seperti
menentang agama. Ulama secara kolektif, memiliki cita-cita untuk menegakkan
Syariat Islam. Sebagai pakar Islam, ulama mempunyai peran dalam
menghegemoni masyarakat untuk ikut andil dan mematuhi Syariat Islam. Menurut
Antonio Gramsci, hegemoni adalah cara yang paling ampuh dalam
mempertahankan tatanan kekuasaan. Oleh itu, dalam rangka menjaga tatanan,
pemerintah selain mampu menguasai masyarakat dengan dominasi melalui cara
koersif, juga harus menghegemoni masyarakat melalui instrumen ideologis.
Dalam hal ini, ulama sebagai pakar Islam seharusnya menjadi aparatur hegemonik
dalam penerapan Syariat Islam di Aceh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebagai kelompok yang
dominan dalam hierarki masyarakat, juga sebagai pakar Islam, bagaimana ulama
menjalankan peran hegemoninya dalam penegakan Syariat Islam mengingat isu
Syariat Islam menjadi komoditas politik dalam dinamika politik Aceh. Selain itu,
peneliti juga ingin melihat sejauh mana pengaruh hegemoni tersebut terhadap
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
2
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
sikap masyarakat Aceh dalam merespon pemberlakuan Syariat Islam di Aceh.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.
Data diperoleh melalui sumber data primer dan data sekunder, data primer melalui
penelitian lapangan dengan cara wawancara. Sedangkan data sekunder melalui
penelitian kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ulama secara instrumental sudah
layak menjadi aparatur ideologis dalam pelaksanaan Syariat Islam. Namun, dari
sudut dimensi legal standing hukum dan posisi dalam pemerintahan, ulama masih
belum mendapatkan posisi strategis sebagai aparatur ideologis dalam penerapan
Syariat Islam.
Akhirnya, masyarakat Aceh pada umumnya masih mengakui ulama
sebagai otoritas moral. Namun, masyarakat menyayangkan peran ulama yang
tidak signifikan sehingga pelaksanaan Syariat Islam dinilai tidak komprehensif.
Masyarakat juga menginginkan Syariat dapat berjalan seiring dengan modernitas.
Sejauh dalam ruang sosial, hegemoni ulama mempunyai pengaruh besar terhadap
perspektif masyarakat dalam menjalani keseharian.
Kata Kunci : Hegemoni, Ulama, Syariat Islam, Sikap Masyarakat, Aceh
ABSTRACT
Ulama (clergy) is the title given by muslims to an expert in Islamic
religion. In the local context of Aceh, clergy are local elites who have
traditionally-based political power and able to establish certain political
preference in the social structure of society. In Aceh culture, clergy have the right
to determine spiritual pattern in society. This is due to the clergy supported by
fanatic followers, and opposing the clergy same as against the religion.
Collectively, clergy want to embrace the idea to enforce Islamic Shari‟a.
According to Antonio Gramsci , hegemony is the most effective way to maintain
the order. Therefore, to maintain the order, the government not only able to
control the society with dominance through coercive means, but also able to
hegemonize the society through ideological instruments. In this case, the clergy as
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
3
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
an Islamic scholars should be the hegemonic officials (ideological apparatus) in
the implementation of the Islamic Shari‟a in Aceh.
This study aims to know as a dominant group in the hierarchy of society,
and also as an Islamic scholars, how do the clergy run their role as a hegemonic
officials in the enforcement of Islamic Shar i‟a considering the issue of Islamic
law becomes a political commodity in the dynamics of Aceh politics. Other than
that, the researchers also want to see how far the influence of hegemony on the
attitude response of Acehnese in responding to the implementation of Islamic
Shari‟a in Aceh.
Research methodology used in this study is qualitative research method.
Data was collected through the available sources of primary and secondary data,
primary data collected through field research by interview method. While
secondary data collected through literature research.
The results of research indicate that clergy instrumentally are capable to be
an ideological officials in the Islamic Shari‟a. But, from the legal standing
dimensions of law and position in government, clergy have not found a strategic
position as an ideological officials in the implementation of Islamic Shari‟a.
Furthermore, the Acehnese in general recognize the clergy as moral
authority. However, the people deplore the role of clergy that is insignificant so
that the implementation of Islamic Shari‟a was considered not comprehensive.
The people also want the implementation of Islamic Shari‟a in line with
modernity. As far as in social context, it seems that the hegemony of the clergy
has a great influence on the perspective of society in daily life.
Keywords : Hegemony, Clergy (Ulama), Islamic Shari’a, Society Attitude
Response, Aceh
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
4
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
PENDAHULUAN
Istilah hegemoni berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu „eugemonia‟.
Sebagaimana yang dikemukakan encylclopedia Britanica dalam prakteknya di
Yunani, diterapkan untuk menunjukkan dominasi posisi yang diklaim oleh
negara-negara kota (polism atau city states) secara individual misalnya yang
dilakukan oleh negara Athena dan Sparta terhadap negara-negara lain yang sejajar
(Hendarto, 1993:73).
Salah satu pemikir politik yang sangat konsen dengan masalah hegemoni
adalah Antonio Gramsci. Berdasarkan pemikiran Gramsci, hegemoni merupakan
suatu kekuasaan atau dominasi atas nilai-nilai kehidupan, norma, maupun
kebudayaan sekelompok masyarakat yang akhirnya berubah menjadi doktrin
terhadap kelompok masyarakat lainnya dimana kelompok yang didominasi
tersebut secara sadar mengikutinya. Kelompok yang didominasi oleh kelompok
lain (penguasa) tidak merasa ditindas dan merasa itu sebagai hal yang seharusnya
terjadi.
Dalam menganalisa masyarakat dari sudut kelas dan strata sosial, Gramsci
sebagai salah satu pemikir politik melihat konsep hegemoni sebagai salah satu
faktor yang penting dalam mengelola kekuasaan. Dalam konsep Gramsci, basis
infrastruktur ekonomi akan menentukan suprastruktur sosial. Untuk
mempertahankan basis infrastruktur ekonomi ini, butuh alat pendukung, salah
satunya hegemoni. Menurut Gramsci, posisi pemimpin agama dan spiritual sangat
penting dalam proses hegemoni ini. Pemimpin agama disebut sebagai orang yang
mampu menenangkan masyarakat kelas bawah yang menjadi alat produksi
ekonomi (Gramsci, 1976).
Salah satu penyebab penulis ingin meneliti masalah ini adalah lingkungan
Aceh yang bernuansa Syariat Islam sangat dipengaruhi oleh kharisma Ulama.
Ulama sendiri secara etimologi bermakna orang berilmu, sedangkan menurut
terminologi umum yang sering dipakai di Aceh adalah sekelompok elit dalam
masyarakat Islam-Aceh yang menentukan corak spiritual. Mereka menjadi
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
5
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
panduan bagi rakyat biasa dan menjadi sumber legitimasi keagamaan bagi
penguasa (Yusny Saby, 2005:44).
Nuansa dan pengaruh ulama ini sangat penting dalam dinamika sosial
politik di Aceh sepanjang sejarah, sehingga ketika masa Kesultanan Aceh, posisi
kewenangan hukum diserahkan pada ulama. Ini terbukti dengan pepatah Aceh
“Adat bak Po Teumeuruhom, Hukom bak Syiah Kuala” (Hasbi Amiruddin,
2005:45:).
Syiah Kuala yang dimaksudkan di sini adalah ulama terkenal pada zaman
Aceh pra kolonialisme. Pepatah yang diwariskan secara turun temurun ini
membuktikan peran penting ulama dalam kinerja politik dan kekuasaan di Aceh.
Penulis ingin melihat dari perspektif Gramsci, apakah Ulama menjadi aktor
hegemonik dalam masyarakat dan sejauh mana pengaruhnya terhadap sikap
politik masyarakat Kota Langsa.
Studi-studi sosial tentang elit agama lokal di Aceh menunjukan bahwa
ulama merujuk kepada seseorang yang di anggap dan di akui berpengetahuan
agama Islam yang luas. Ulama memiliki kharismatik dan komunitas pengikut
fanatik. Mereka adalah figur yang mempunyai posisi strategis dan sentral dalam
masyarakat (Nirzalin Armia, 2007:1). Mereka juga diakui sebagai pemegang
otoritas tafsir utama terhadap berbagai teks keislaman. Tindakan ulama diikuti
secara fanatik. Hal ini menjadi kekuatan dan pengaruh ulama dalam masyarakat
Aceh. Mengingat daerah Aceh sangat kental dengan nuansa Islam, peran dan
pengaruh ulama sangat signifikan dalam kehidupan bermasyarakat di Aceh.
Dalam setiap permasalahan rakyat Aceh, ulama selalu diposisikan di depan,
menjadi pemimpin rakyat tidak hanya pada ranah keagamaan tetapi juga
melingkupi wilayah sosial budaya politik. Mereka adalah tokoh yang selalu
mempelopori identitas rakyat Aceh. Ini terbukti dengan sangat berpengaruhnya
peran ulama selama era kemerdekaan, DI/TII dan pemberontakan GAM (Fauzan,
2014:1).
Ulama sebagai seorang yang ahli dalam masalah keislaman sangat konsen
dengan permasalahan Syariat Islam. Mengingat Aceh adalah daerah dengan
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
6
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
kekhususan pemberlakuan Syariat Islam, peneliti ingin mengkaji sejauh mana
ulama mempengaruhi jalannya pemberlakuan Syariat Islam.
Selain itu, penulis juga ingin melihat sejauh mana pengaruh hegemonik
ulama yang timbul dalam dinamika politik Aceh, mengingat isu syariat Islam
menjadi komoditas politik yang sangat popular. Untuk itu, penulis akan
melakukan serangakaian penelitian dalam populasi masyarakat untuk melihat
tingkat pengaruh hegemoni ulama terhadap sikap politik masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mengungkap permasalahan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa teori sebagai acuan dasar. Adapun teori yang digunakan
adalah Konsep Keulamaan, Teori Hegemoni, dan Teori Sikap.
1. Teori Hegemoni
“The practices of a capitalist class or its representatives to gain state
power and maintain it later.” Gramsci mengatakan hegemoni berawal dari
dialektis dikotomi pemikiran politik tradisional Italia tentang adanya kekuatan
(force) dan persetujuan (consent). Bagi Gramsci, kelompok sosial akan
memperoleh keunggulan atau supremasi melalui dua cara yakni; dominio
(dominasi) atau coercion (paksaan) dan cara kepemimpinan intelektual dan moral
(Patria dan Arif, 2003: 119). Selanjutnya, cara kepemimpinan intelektual dan
moral inilah disebut hegemoni dan lebih dikenal sebagai konsep hegemoni yang
sesungguhnya, sedangkan cara kepemimpinan paksaan cenderung disebut
dominasi.
Meskipun demikian, Gramsci tetap mengakui bahwa dalam kehidupan
masyarakat selalu ada pihak yang memerintah dan pihak yang diperintah, ada
pihak dominan dan subordinan. Guna melindungi yang memerintah dan yang
diperintah serta menghormati hukum-hukum yang berlaku di masyarakat, maka
fungsi kedua kelompok tersebut hanya dapat dibatasi dan dijalankan oleh
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
7
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
kekuatan negara. Maka, dalam konsep hegemoni tersebut, negara menjadi pusat
penyebaran proses hegemoni (Patria dan Arif, 2003: 138).
Negara bagi Gramsci terdiri atas masyarakat politik dan masyarakat sipil
yang dilindungi kekerasan bersenjata dan disebut sebagai negara integral. Negara
integral merupakan perpaduan antara sumber coersion (paksaan) dalam
masyarakat dan tempat kepemimpinan hegemonik. Negara integral ini merupakan
hegemoni yang dilapisi selubung kekuasaan koersif disebut dominasi. Dominasi
dalam perspektif Gramscian pada hakekatnya adalah menegaskan kembali hakikat
negara sebagai alat kekerasan untuk mejaga kekuasaan kelas dominan (Patria dan
Arief, 2003: 144). Di dalamnya ada alat-alat kekerasan (means of coercion) dan
alat penegakan kepemimpinan hegemonis (means of estabilishing hegemonic
leadership). Maka, hegemoni seringkali disebut bekerja pada lapangan budaya dan
di tingkat moral atau kesadaran. Meskipun demikian, aparat koersif tetap aktif
bekerja, bahkan antara hegemoni dan koersif (dominasi) berjalan secara
berdampingan.
Hegemoni bersifat tulus diwujudkan melalui intervensi kebijakan bersifat
lebih halus dan mendapat persetujuan massa. Hegemoni yang bersifat paksaan
lebih menekankan pada aspek ekonomi serta penggunaan kekuasaan negara untuk
mendapat manfaat untuk kesejahteraan. Terkait hegemoni yang bersifat paksaan,
Louis Althusser juga menganggap teori hegemoni Gramsci tidak terlepas dari
praktek-praktek dominasi. Aparatus negara represif berfungsi melalui kekerasan,
sementara aparatus negara ideologis berfungsi melalui ideologi (Althusser, 2007:
21).
Hegemoni dibangun di atas premis dasar pentingnya ide dan tidak
mencukupinya dominasi kekuatan fisik dalam membangun control terhadap
dinamika sosial politik. Menurut Gramsci, agar yang dikuasai mematuhi
penguasa, yang dikuasai tidak hanya menginternalisasi nilai-nilai serta norma
penguasa, mereka juga harus memberi persetujuan atas subordinasi mereka.
Dalam bahasa singkat, dominasi kelas penguasa dijalankan melalui tindakan fisik,
sementara hegemoni disebarkan melalui instrument ideologis (Sugiono, 1999:31).
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
8
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
Secara lebih jelas Gramsci mengatakan bahwa hegemoni adalah rantai
kemenangan penguasa yang didapat melalui konsensus. Hegemoni pada
hakekatnya adalah upaya untuk menggiring masyarakat agar menilai dan
memandang problematika sosial dalam kerangka yang ditentukan. Hegemoni
seperti inilah yang disebut dengan hegemoni kultural. Hegemoni kultural ini tidak
hanya terjadi antar kelas penguasa dan yang dikuasai, tapi juga terjadi dalam relasi
sosial antar kelas sosial dalam suatu negara. Hegemoni kultural ini menjadi
penentu dari sesuatu yang benar, baik dipandang secara moral maupun intelektual
(Gramsci, 1976).
Agama dalam pandangan Gramsci adalah upaya terbesar yang pernah ada
yang merukunkan, dalam bentuk mitologis, pertentangan-pertentangan nyata dari
sejarah kehidupan. Menurut Gramsci, agama adalah sebuah paradoks yang pada
satu sisi menyatakan bahwa manusia pada dasarnya sama, tapi pada sisi yang lain
menegaskan bahwa semua itu tidak wujud di dunia ini melainkan di dunia yang
lain (akhirat). Oleh karena ajaran tentang persamaan, persaudaraan dan kebebasan
telah sebati dengan sejarah manusia, maka ajaran tersebut akan selalu lahir dalam
bentuk-bentuk tertentu dan ideologi- ideologi yang khas, salah satunya muncul
dalam bentuk agama (Gramsci, 1976:305).
Dalam pandangan Gramsci, agama seseorang mencerminkan kelas dan
kelompok sosialnya:
“Setiap agama jelas merupakan penggandaan dari ajaran yang saling
berbeda bahkan bertentangan : ada paham Katolik bagi para petani, ada paham
Katolik bagi para borjuis kecil dan kaum buruh kota, ada paham Katolik bagi para
perempuan, dan ada paham Katolik bagi para cendekiawan” (Gramsci, 1976:329).
Banyak dari catatan Gramsci berkaitan dengan peran sejarah Gereja
Katolik di Italia pada masa lalu dan saat ini. Gramsci terutama tertarik pada cara
kaum cendekiawan tradisional digalang dan dimanfaatkan sebagai alat hegemoni
oleh Gereja. Meskipun gereja berhasil mengorganisir suatu mekanisme yang amat
bagus dalam memilih secara demokratis kaum cendekiawannya, namun mereka
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
9
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
tetap saja dipilih sebagai pribadi dan bukan sebagai perwakilan dari kelompok-
kelompok rakyat jelata (Gramsci, 1976:397).
2. Teori Sikap
Dalam kamus psikologi, sikap dinyatakan sebagai kecenderungan untuk
memberi respon baik positif maupun negatif, terhadap orang-orang, benda-benda,
atau situasi tertentu (Kartono dan Gulo, 1987:35).
Newcomb mengemukakan bahwa sikap merupakan suatu kesatuan kognisi
yang mempunyai valensi dan akhirnya berintegrasi kedalam pola yang lebih luas.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek dilingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap obyek tersebut (Mar‟at, 1984:11)
Menurut Allport sikap sebagai semacam kesiapan tertentu untuk bereaksi
terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu. Berkowitz mendefinisikan sikap
sebagai suatu respon evaluatif, sikap dikatakan sebagai respon. Respon hanya
akan timbul bila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya
reaksi individual (Azwar, 1988:4-5)
Pendapat itu sejalan dengan yang dikemukakan oleh Gerungan (1986:148)
bahwa sikap adalah kecenderungan bertindak sesuai dengan sikap terhadap obyek
tertentu. Sikap senantiasa ada pada diri seseorang yang nampak melalui
prilakunya ketika berhubungan dengan obyek tertentu.
Berkowizd menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu obyek
adalah berupa perasaan mendukung atau tidak mendukung (Azwar, 1983:3).
Adapun tiga komponen sikap antara lain:
a. Komponen Kognitif
Berisi kepercayaan seseorang mengenai obyek sikap. Kepercayaan datang
dari apa yang dilihat atau apa yang telah diketahui. Berdasarkan apa yang telah
terlihat itu kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sikap atau
karakteristik umum suatu obyek. Sesekali kepercayaan terbentuk, akan menjadi
dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dan apa yang
tidak dapat diharapkannya dari obyek tertentu.
b. Komponen afektif
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
10
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek
sikap. Secara umum, komponen ini bisa disamakan dengan perasaan seseorang
terhadap sesuatu. Reaksi emosional yang merupakan komponen afektif banyak
ditentukan oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai benar bagi obyek
termaksud.
c. Komponen konatif
Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang
ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.
Bagaimana orang akan berperilaku terhadap situasi tertentu dan stimulus tertentu
akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap
stimulus tersebut, kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan
kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual. Adalah logis untuk
mengharapkan bahwa sikap seseorang akan dicerminkannya dalam bentuk
perilaku terhadap obyek. Komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak
hanya dapat dilihat secara langsung saja tetapi mengikuti pula bentuk-bentuk
perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang
(Azwar, 1988:17)
3. Konsep Keulamaan
Dalam konteks lokal Aceh, ulama ataupun pimpinan dayah merupakan
aktor politik yang mempunyai sumber daya politik berbasis kharismatik dan
tradisional yang memungkinkan ulama membentuk sikap atau preferensi politis
tertentu dalam struktur sosial masyarakat di sekitarnya. Hal tersebut tercermin
dari sikap para pemangku kepentingan di Aceh yang berkunjung ke dayah untuk
meminta restu politik dari pimpinan dayah. Bahkan beberapa ulama
memposisikan diri dalam posisi politis tertentu. (Mulkhan, Abdul Munir, 2009)
Ulama merupakan gelar kehormatan yang diberikan masyarakat terhadap
seorang figur karena luasnya keilmuan dalam bidang agama serta ketulusan dalam
setiap pekerjaan. Penghormatan kepada ulama merupakan suatu cerminan dari
etika yang menunjukkan bahwa seorang santri telah mempunyai ilmu yang
bermanfaat. (Abdurrahman Wahid: 31). Ulama menjadi panutan bagi masyarakat
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
11
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
dikarenakan pemahaman yang lebih mengenai agama Islam dan mengajarkannya
kepada masyarakat, baik dalam lingkungan umum maupun dalam pesantren.
Inilah yang kemudian disebut sebagai basis simbolik ulama. Ulama merupakan
tokoh masyarakat yang memiliki kharisma dan pengaruh dalam lingkungan
masyarakat. Hal ini dikarenakan ulama mempunyai pendukung yang fanatik dan
selalu dihormati oleh siapapun, karena bertindak tidak sopan kepada ulama berarti
berani menentang ajaran agama (Abdur Rozaki, 2004:47).
Banyak anjuran moralitas dalam pola hidup santri yang menunjukkan nilai
atau sikap patuh dan hormat kepada ulama. Hal itu misalnya dalam kitab Ta‟lim
al-Muta‟allim karya Al-Zarnuji yang mensyaratkan orang akan memperoleh ilmu
bermanfaat akan memperoleh dua hal, yaitu menghormati guru dan kitab.
(Zainuddin Syarif, 2012:6).
Penghormatan dan nilai-nilai kepatuhan tidak hanya kepada ulama, tapi
juga kepada keluarga dan kerabat ulama. (Nurcholish Madjid, 1997: 24).
Kepatuhan kepada ulama merupakan citra kepatuhan, ketaatan, dan kefanatikan
santri kepada agama Islam, karena secara harfiah mereka sangat patuh
menjalankan syariat agama. Semakin tinggi keinginan santri untuk mengikuti
permintaan atau perintah figure otoritas menggambarkan semakin tingginya
derajat keterikatan terhadap kiai. Santri yang kesulitan melepaskan diri dari
kekuatan otoritas dapat menghambat kemandiriannya, khususnya kemandirian
emosi dan nilai. Santri yang berada dalam ikatan otoritas tertentu menganggap
tidak perlu berusaha untuk menentukan kemandirian tingkah laku karena semua
telah ditentukan oleh figure otoritasnya.
Kepatuhan menekankan pada relasi-relasi khusus, misalnya relasi murid
dan guru. Ulama memiliki power untuk memberikan ganjaran atau hukuman pada
santrinya. Ganjaran biasanya berupa barakah yang diyakini akan diperoleh santri
apabila santri mematuhinya. Hukuman biasanya berupa peringatan yang
mengancam keberadaan santri, misalnya santri tidak akan mendapat ilmu yang
bermanfaat. (Zamakhsyari Dhofier, 1982:185)
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
12
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
lapangan (field research) yang bersifat kualitatif. Menurut Nana Syaodih
Sukmadinata, penelitian kualitatif (qualitatif research) adalah suatu penelitian
yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual
atau kelompok (Sukmadinata, 2005: 31)
Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena atau
gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang
fenomena yang dikaji dari pada merincinya menjadi variabel-variabel yang saling
terkait.
Pendekatan dalam penelitian ini mengikuti langkah- langkah kerja
penelitian kualitatif, karena data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka-angka. Dalam penelitian kualitatif menyusun desain
yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan di lapangan, jadi tidak
menggunakan desain yang telah disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak
dapat diubah. Jadi penelitian masih bersifat sementara karena bisa diubah dalam
hasil penelitian (Moleong, 2012: 11).
Informan Informan adalah orang yang dimintakan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Informan
penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai
pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Penentuan informan
dilakukan secara purposively, yaitu informan yang diwawancarai dalam penelitian
ini adalah orang-orang yang memiliki wawasan dan pengetahuan mengenai topik
penelitian sehingga dapat memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya, di
samping informan yang dijadikan subjek penelitian dapat dipertanggung jawabkan
(Bungin, 2011: 88).
Adapun informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dapat
memberikan informasi terhadap permasalahan yang diteliti. Diantaranya adalah:
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
13
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
1. Walikota Langsa
2. MPU Kota Langsa
3. Anggota DPR-RI dari dapil II Aceh
4. Tgk. Hasanoel Basri (Abu Mudi) sebagai ulama kharismatik
5. Tgk. Nuruzzahri Yahya (Waled Nur) sebagai ulama kharismatik
6. Tgk. Marhaban Adnan (Abu Bakongan) sebagai ulama kharismatik
7. Ketua Majelis Zikir Kota Langsa (MAZKA)
8. Ketua Forum Peduli Rakyat Miskin (FPRM) Langsa
9. Aktivis Mahasiswa Kota Langsa
10. Sekjen Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Langsa
Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
primer dan data sekunder. Uraian lebih lanjut kedua jenis data tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Data primer
Data primer digunakan sebagai data utama yang diperoleh dari informan.
Data tersebut berupa gambaran dan pernyataan yang mendetail dari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disusun dan diajukan oleh
peneliti dalam proses wawancara.
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari berbagai data/laporan instasi yang terkait
serta studi-studi kepustakaan yang berkaitan dengan judul dan tujuan
penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara dan dokumentasi. Wawancara merupakan percakapan yang
berlangsung secara sistematis dan terorganisasi yang dilakukan oleh peneliti
sebagai pewawancara (interviewer) dengan sejumlah orang sebagai responden
atau yang diwawancara (interviewee) untuk mendapatkan sejumlah informasi
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
14
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti (Silalahi, 2009: 312).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga, yaitu
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Reduksi data
diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan
dalam berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang
guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu sehingga
seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi dan menentukan
apakah dapat menarik kesimpulan atau perlu dianalisis lebih lanjut (Silalahi,
2009: 341).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hegemoni Ulama Dalam Politik Aceh
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terkait dengan peran
hegemoni ulama dalam politik Aceh, peneliti mendapatkan beberapa temuan.
Ulama sebagai penentu corak spiritual dalam measyarakat memiliki kekuatan
hegemonic dalam mempengaruhi sikap politik masyarakat. Kekuatan hegemonic
ini sering dikenal dengan istilah charisma. Dalam hal ini butuh kriteria tertentu
untuk menentukan keulamaan seseorang. Keulamaan seseorang ditentukan oleh
kealimannya dalam pengetahuan tentang ilmu-ilmu syariat. Selain itu, karakter
ulama dalam bermasyarakat juga sangat mempengaruhi charisma ulama tersebut.
Ulama memiliki standar yang berbeda dalam menjalani kehidupan dibanding
dengan masyarakat awam dan dinilai oleh masyarakat lebih mengerti tentang
esensi kehidupan. Dalam hal ini, masyarakat sangat menghormati ulama dan juga
mengakui ulama sebagai otoritas dalam menentukan norma moral dan sosial.
Ulama juga dianggap sebagai seseorang yang dapat mengayomi masyarakat
dalam menjalani kehidupan sesuai tatanan islami di mana tatanan islami ini dapat
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
15
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
membawa kepada kesejahteraan dunia akhirat. Di sinilah letaknya kekuatan
hegemoni ulama dalam membentuk tatanan social.
Dalam hal ini, ulama memiliki peran hegemonik sebagai penyebar ide dan
sebagai penguatkuasa kepemimpinan intelektual dan moral dalam masyarakat.
Syariat Islam yang menjadi isu dalam politik menjadi landasan penyebaran
hegemoni ulama. Ulama di Aceh memiliki keinginan untuk menguatkuasakan
Syariat Islam ini secara menyeluruh dengan ulama sebagai motor terdepan. Dalam
hal ini, butuh alat dominasi Negara yang mendukung pelaksanaan ide hegemonic
ini melalui kekuasaan hukum dan aparatur koersif seperti WH, dan stakeholder
pemerintah yang lain seperti Dinas Syariat Islam. Selain itu ulama sendiri
memiliki posisi khusus dalam pemerintahan dengan lembaga MPU sebagai
penasehat pemerintah terutama terkait masalah yang menyangkut Syariat Islam
yang memiliki posisi sejajar dengan pemerintah.
Namun demikian, hegemoni yang dilakukan ulama ini bersifat tulus.
Disini, ulama berperan sebagai aparatus Negara ideologis dengan tujuan
menenamkan nilai Syariat Islam yang mulai ditinggalkan masyarakat Aceh sejak
memasuki era modernisasi.
Namun dalam kenyataanya di Aceh, ulama dan pemerintah tidak selalu
sejalan dalam menjalankan hegemoni tersebut. Hegemoni ulama yang bersifat
tulus dalam menegakkan Syariat Islam sering dikhianati oleh politisi sehingga
pemberlakuan Syariat Islam sebagai tujuan tidak tercapai secara maksimal. Selain
itu, dalam masyarakat, ulama memiliki strata sendiri yang tidak sama dengan
masyarakat non-ulama. Walaupun secara ekonomi ulama tidak sekaya elite yang
lain, tapi factor pemahaman agama Islam yang tinggi meletakkan ulama dalam
struktur masyarakat lebih tinggi daripada elite yang lain. Hal ini menimbulkan
konflik yang tidak terlalu terlihat ke permukaan antara ulama sebagai aparatur
Negara ideologis dengan pemerintah sebagai aparatur Negara represif.
Gramsci tertarik pada cara kaum cendekiawan tradisional digalang dan
dimanfaatkan sebagai alat hegemoni oleh Gereja. „Meskipun gereja berhasil
mengorganisir suatu mekanisme yang amat bagus dalam memilih secara
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
16
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
demokratis kaum cendekiawannya, namun mereka tetap saja dipilih sebagai
pribadi dan bukan sebagai perwakilan dari kelompok-kelompok rakyat jelata‟.
Bersamaan dengan teori hegemoni Gramsci tersebut, MPU sebagai lembaga
perwakilan ulama juga melakukan hal yang sama. Menurut observasi peneliti
dalam Musyawarah Besar Ulama Aceh tahun 2017, ulama sebagai cendekiawan
agama dipilih oleh secara demokratis sebagai anggota MPU, namun begitu ulama
tersebut bukanlah berasal dari perwakilan rakyat jelata. Para anggota MPU
mengajukan diri dan diajukan sebagai pribadi. Namun begitu, di luar hal tersebut,
para ulama memiliki organisasi keulamaan tersendiri. Organisasi organisasi ini
dibentuk bukan karena perbedaan pandangan dalam melaksanakan Syariat Islam,
namun lebih kepada perbedaan dalam kepentingan organisasi dan perbedaan
dalam sikap ulama dalam berkerjasama dengan pemerintah. Kriteria yang
ditentukan dalam pemilihan anggota MPU juga eksklusif. Dalam hal pandangan
terhadap norma social, pandangan MPU bersifat absolut, sehingga jika ada
pandangan oposisional di luar pandangan MPU, pandangan tersebut akan
termarjinalkan.
Dalam pandangan peneliti, konsep Hegemoni Gramsci sedang coba untuk
diterapkan di Aceh, karena segala persyaratan dalam menerapkan hegemoni
Syariat Islam di Aceh sudah mencukupi. Aparatur Negara ideo logis seperti ulama
mendapat legitimasi yang tinggi dalam masyarakat. Aparatur Negara represif juga
mempunyai kekuatan koersif yang cukup dalam mengontrol masyarakat.
Pemberlakuan Syariat Islam pun diraih dengan hasil konsensus dengan
pemerintah Republik Indonesia melalui Undang-undang Keistimewaan Aceh.
Namun begitu, pelaksanaan ini terhambat karena pihak Pusat seringkali
mengintervensi pemberlakuan Syariat Islam ini. Selain itu, pemerintah Aceh
sebagai aparatur Negara represif terkesan pilih tebang dalam menerapkan Syariat
Islam. Hal ini dikarenakan adanya kepentingan tersendiri dalam pemerintahan
terkait isu Syariat Islam. Generasi muda pula terlihat tidak suportif dalam
mendukung Syariat Islam. Pada akhirnya, ulama sebagai aparatur Negara
ideologis dalam pemberlakuan Syariat Islam hanya menjadi simbol dan tidak
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
17
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
dapat mensosialisasikan pandangan dan penafsirannnya secara menyeluruh.
Namun, karena pemberlakuan Syariat Islam ini memang menjadi tujuan ulama,
lembaga MPU secara institusional dan ulama sendiri secara individual masih tetap
mengusahakan pemberlakuan Syariat Islam secara menyeluruh. Para ulama sudah
puas dengan Syariat Islam yang berlaku sekarang, namun berharap ke depannya,
pemberlakuan Syariat Islam dapat diterapkan secara menyeluruh dalam sega la
aspek kehidupan.
B. Pengaruh Hegemoni Ulama Terhadap Sikap Politik Masyarakat
Hasil temuan selanjutnya menunjukkan bahwa konflik yang timbul akibat
wacana pemekaran tersebut tidak berpotensi mengganggu perdamaian Aceh.
Temuan menjelaskan bahwa terjadi pelemahan di dalam pergerakan pemekaran,
sehingga membuat daya gedor pemekaran berkurang. Hal tersebut terjadi akibat
beberapa permasalahan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terkait dengan pengaruh
hegemoni ulama terhadap sikap politik masyarakat Aceh terkait Syariat Islam,
peneliti mendapatkan beberapa temuan. Ulama mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap masyarakat. Dalam kehidupan social politik masyarakat Aceh,
ulama punya posisi dan peran strategis. Mereka menjadi panduan bagi rakyat
biasa dan menjadi sumber legitimasi keagamaan bagi penguasa.
Dalam era milenial ini, dimana masyarakat mulai modern secara teknologi,
dan globalisasi semakin berkembang, banyak hal yang berubah dari konsep ulama
itu sendiri. Namun begitu, posisi dan peran strategis ulama masih juga tetap sama,
yaitu sebagai panduan dan sumber legitimasi keagamaan.
Masyarakat Kota Langsa secara kultur dan struktur sosial sangat
heterogen. Pluralitas ini menimbulkan persepsi yang berbeda antar golongan
masyarakat dalam merespon pemberlakuan Syariat Islam di Aceh khususnya di
Kota Langsa. Namun demikian, peneliti mencoba untuk mengklasifikasikan
masyarakat dalam kelompok yang lebih universal dan lebih spesifik. Kelompok
masyarakat ini peneliti diferensiasikan berdasarkan perbedaan cara pandang
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
18
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
politis dan kultur kehidupan sosial. Dari pengelompokan ini, peneliti mengambil
beberapa narasumber kunci mewakili golongannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Mengacu kepada tinjauan teoritis dan temuan dari penelitian yang telah
peneliti tulis dan jelaskan pada bagian sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Menjawab pertanyaan penelitian pada bagian sebelumnya, yakni
bagaimana ulama menjalankan hegemoni dalam kehidupan sosial politik
masyarakat Aceh, peneliti dapat kemukakan bahwa ulama menjalankan
hegemoni pandangannya dengan menggunakan landasan agama Islam.
Kemampuan mereka dalam menafsirkan teks-teks keislaman memberikan
mereka wewenang dalam menentukan hukuim syariat berdasarkan al-
Quran dan Hadits. Selain itu, standar kehidupan ulama yang berbeda
memberikan ulama charisma tersendiri sehingga ulama dianggap lebih
mengetahui esensi kehidupan. Ulama juga mempunyai bargaining position
yang tinggi dalam kancah politik sehingga menjadi aparatur Negara
ideologis yang mampu mempengaruhi keputusan pemerintah dan mampu
mengambil simpati masyarakat.
2. Pertanyaan selanjutnya adalah, sejauh manakah pengaruh hegemoni ulama
tersebut terhadp sikap politik masyarakat Aceh terkait Syariat Islam. Pada
dasarnya kelompok yang berbeda mengambil sikap yang berbeda terhadap
pemberlakuan Syariat Islam. Namun secara keseluruhan, seluruh
masyarakat mendukung pemberlakuan Syariat Islam walaupun terdapat
perbedaan pendapat tentang metode pelaksanaannya. Semua kelompok
juga mengakui ulama sebagai otoritas terpenting dan paling berpengaruh
dalam pemberlakuan Syariat Islam di Aceh. Namun demikian, hanya
kelompok santri yang secara wacana dan ide terhegemoni dengan ulama.
Kelompok yang lain walaupun pada dasarnya menerima dan mengakui
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
19
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
ulama sebagai otoritas, namun mereka memiliki pandangan dan
kepentingan masing-masing yang berbeda dari ulama.
Saran
Menimbang seluruh hasil temuan yang telah peneliti sampaikan, terdapat
beberapa hal yang menjadi saran peneliti. Adapaun saran-saran itu adalah sebagai
berikut ini:
Pemerintah Aceh dalam hal ini sebagai pengambil keputusan untuk segera
mengambil langkah yang terbaik. Jika melihat kepada pengaruh ulama yang
begitu besar dalam kehidupan sosial politik masyarakat Aceh terutama dalam
bidang moral dan norma agama, seharusnya pemerintah dalam segala hal
kebijakan dapat berjalan sinergis dengan pendapat dan kepentingan ulama.
Walaupun secara institusional dan di atas kertas, ulama sudah memiliki
wewenang dan peran, namun secara penerapan, peran ulama ini sangat terbatas,
terutama sebagai aparatu Negara ideologis. Sebaiknya, peran ulama sebagai
aparatur Negara ideologis diberikan lebih besar dan lebih komprehensif jika Aceh
memang ingin menjadi daerah yang mampu menjalankan Syariat Islam secara
kaffah.
Peran ulama sebagai aparatur Negara ideologis sangat mempengaruhi
masyarakat. Oleh itu, ulama juga perlu selalu tanggap dengan isu permasalahan
sosial, ekonomi dan politik, juga dapat memahami secara menyeluruh segala
permasalahan masyarakat, terutam dalam era milenial yang penuh dengan hal-hal
baru. Selain itu, walaupun masyarakat Aceh sangat menghargai dan menghormati
ulama dengan penghargaan dari segi status sosial yang lebih tinggi, namu ulama
juga seharusnya membaur dengan masyarakat sehingga masyarakat merasa dekat
secara emosional dengan ulama, bukan hanya menghargai ulama karena itu sudah
menjadi tuntutan agama, tetapi juga karena masyarakat merasa ulama juga adalah
bagian yang sangat penting dan sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat.
Masyarakat sendiri juga harus peduli dan tunduk patuh terhadap fatwa dan aturan
yang sudah dirumuskan dalam agama Islam, sehingga tidak menimbulkan anomali
dalam pelaksanaan Syariat.
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
20
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Teks
Abdur Rozaki. 2004. Menabur Kharisma Menuai Kuasa, Kiprah Kiai dan Blater
Sebagai Rezim Kembar di Madura. Madura: Pustaka Marwa
Albarracín, Dolores, Blair T. Johnson, & Mark P. Zanna. 2005. The Handbook of
Attitude. Routledge.
Althuser, Luis. 2007. Filsafat Sebagai Senjata Revolusi, Yogyakarta: Resistbook.
Andi Arief, Nezar Patria. 2003. Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, Azrul. 1983. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Sastra Hudaya
Azwar, Saifuddin. 1988. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Liberty
Bernard, Russell. 1994. Metode Penelitian, Pendekatan Kuantitaif dan Kualitatif.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Feillard, Andree. 1999. NU Vis-à-vis Negara. Yogyakarta: LKiS
Firmanzah. 2010. Persaingan, Legitimasi Kekuasaan, dan Marketing Politik ,
Jakarta: YayasanObor Indonesia.
Gerungan. 1986. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
21
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
Gramsci, Antonio. 1976.Selection from the Prison Notebooks, disunting oleh
Quentin Hoare dan G. Nowell Smith, London: New Left Books.
Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: Andi Offset.
Hendarto, Heru. 1993. Mengenal Konsep Hegemoni Gramsci :Dalam diskursus
Kemasyarakatan dan Kemanusiaan, Jakarta: Gramedia.
Kartono, K. dan Gulo, D. 1987. Kamus Psikologi. Bandung: CV. Pionir Jaya.
Mar‟at. 1984. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalin
Indonesia
Meutia, Inten. 2010. Menata Pengungkapan CSR di Bank Islam
(SuatuPendekatanKritis), Jakarta: Citra Pustaka Indonesia.
Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Mulkhan, Abdul Munir. 2009. Politik Santri : Cara Merebut Hati Rakyat.
Yogyakarta: Kanisius
Nurcholish Madjid. 1997. Bilik-Bilik Pesantren; Sebuah Potret Perjalanan.
Jakarta: Paramadina
Simon, Roger. 2004. Gagasan-Gagasan Politik Gramsci, Yogyakarta:
INSISTpress dan PustakaPelajar.
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4: 1-20 November 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hegemoni Ulama Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Masyarakat Terkait
Syarat Islam (Model Penelitian Terhadap Masyarakat Kota Langsa) (Muhd. Elmuava Sani, Dr. Effendi Hasan, M.A)
22
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4. November 2017 1 - 20
Sugiono, Muhadi. 1999. Kritik Antonio Gramsci Terhadap Pembangunan Dunia
Ketiga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surbakti, Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Grasindo.
Zamakhsyari Dhofier. 1982. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup
Kiai. Jakarta: LP3ES
2. Jurnal
Zainuddin Syarif. 2012. Mitos Nilai-Nilai Kepatuhan Santri. Tadris vol 7. STAI
Pamekasan
3. Skripsi
Fauzan, Muhammad. 2014. Political Will Teungku Dayah (Suatu Penelitian di
Kab. Aceh Besar, Banda Aceh dan Bireuen), Banda Aceh: Proposal
Skripsi Universitas Syiah Kuala.
NirzalinArmia. 2007. Krisis Legitimasi Kekuasaan Politik Elit Agama Lokal,
Studi Terhadap Teungku Dayah di Aceh Pasca Penerapan Syari’at Islam
Tahun 1999-2007, Yogyakarta: Proposal Disertasi Doktor Universitas
Gajah Mada.