hegemoni media di masa new normal

18
Hegemoni Media Di Masa New Normal

Upload: others

Post on 07-Apr-2022

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

Page 2: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

PERAN MEDIA SOSIAL

SEBAGAI SARANA SOSIALISASI NILAI LUHUR

PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS BANGSA

Ika Pasca Himawati

Universitas Bengkulu

Email : [email protected]

ABSTRAK

Melimpahnya informasi karena perkembangan teknologi telah

memberikan pengaruh berkembangnya pemikiran dan ideologi baru

di masyarakat. Kondisi ini memberikan perubahan sosial yang

mendasar bagi bangsa Indonesia, tak terkecuali dalam memaknai

pancasila sebagai dasar negara. Pancasila sebagai ideologi tak

dipungkiri mengandung nilai-nilai yang diyakini membentuk

kepribadian dan karakter bangsa. Nilai tersebut termanifestasi

dalam perilaku yang menjadi identitas bangsa. Oleh karenanya,

nilai tersebut menjadi penting untuk terus disosialisasikan kepada

generasi penerus bangsa. Media sosial sebagai media baru di

tengah kemajuan saat ini berperan penting dalam upaya

menyebarluaskan serta mengembalikan marwah dari nilai luhur

yang ada pada pancasila kepada seluruh lapisan masyarakat

khususnya bagi generasi milenial saat ini. Disamping sebagai

sarana interaksi, media sosial dapat berfungsi sebagai sarana

edukasi. Serta ditenggarai sebagai salah satu media yang efektif

dalam menyampaikan pesan secara masif kepada khalayak umum.

Sebagai sarana komunikasi sekaligus edukasi, maka oleh para

pengguna yang notabennya berasal dari individu, kelompok

maupun institusi, sajian konten yang sarat makna mengenai nilai

luhur pancasila perlu senantiasa disampaikan secara menarik dan

berkesinambungan agar pesan tersebut dapat diterima oleh berbagai

kalangan. Sajian konten tersebut tentu saja dapat diiringi dengan

upaya dari para pengguna untuk menjadi role model bagi orang lain

dalam upaya mengimplementasikan nilai yang ada pada pancasila.

79

Page 3: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

Sehingga diharapkan nilai luhur tersebut menjadi dasar dalam

berperilaku serta dapat memfilter berbagai ideologi lain yang dapat

memfragmentasi persatuan bangsa.

Kata Kunci : Media Sosial, Identitas Bangsa, Sosialisasi Nilai

Pancasila

A. Pendahuluan

Perubahan sosial yang terjadi pada abad ini telah membawa

dampak yang signifikan dalam kehidupan manusia. Salah satu

diantaranya ialah perkembangan teknologi yang begitu masif serta

ditandai dengan kehadiran internet. Internet menjadi sistem

jaringan dan perpustakaan yang memuat beragam informasi serta

dibutuhkan oleh individu secara perorangan maupun kelompok.

Kehadiran internet saat ini menghilangkan sekat informasi serta

memberikan berbagai ruang ekspresi bagi individu melalui

berbagai varian platform yang tersedia. Menurut (Rohayati, 2017)

kehadiran internet telah menjadi tonggak perkembangan teknologi

serta telah mengarahkan situasi pada era transformasi yang disebut

“second media age” yang mana telah menggeser keberadaan media

tradisional seperti radio, koran serta televisi serta membangun

relasi face to screen dibanding face to face.

Berdasarkan data survei yang dilakukan oleh Asosiasi

Penyelenggaran Jasa Internet Indonesia (APJII, 2019) bahwa

hingga tahun 2018, telah terjadi peningkatan penggunaan internet

sebesar 10,12 persen dibandingkan tahun 2017. Hingga bila ditotal

secara keseluruhan, maka pengguna internet di Indonesia telah

mencapai 171,17 juta dari populasi 264,16 juta jiwa. Jumlah ini

tidak menutup kemungkinan akan terus bertambah di masa depan.

Mengingat kebutuhan akan informasi telah menjadi kebutuhan

penting di era digital saat ini. Bahkan menurut (Bangun, 2018)

“Nowdays the media evolution has been accelerated and combine

with real daily life”, kondisi demikian menginsyaratkan bahwa

perubahan yang terjadi menjadi aspek yang berkaitan erat dengan

80

Page 4: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

kehidupan serta nantinya dapat berdampak pada aspek kehidupan

manusia di masa mendatang.

Menurut Nasrullah dalam (Senaharjanta, 2018) kehadiran

internet saat ini pun telah memberikan peluang besar

berkembangnya berbagai media baru seperti website, blog, media

online, cloud computing, serta media sosial. Bahkan dewasa ini,

media sosial seolah telah menjadi trend serta primadona yang

banyak digunakan dikalangan remaja, mahasiswa, pejabat,

selebritis hingga politisi. Tentu saja dengan beragam kepentingan

yang berbeda, diantaranya sebagai sarana pencarian informasi,

membangun jejaring di dunia maya, menjaring aspirasi hingga

menyebarluaskan informasi (Kosasih, 2016). Data yang diperoleh

dari websindo pada tahun 2019 menjelaskan bahwa sebanyak 150

juta atau sekitar 56 % dari total populasi masyarakat Indonesia

merupakan pengguna aktif media sosial. Youtube merupakan

media sosial dengan jumlah pengguna tertinggi yakni mencapai 88

%, lalu disusul dengan whatsapp dengan pengguna mencapai 83 %,

Facebook sebesar 81 %, media sosial instagram yakni sebesar 80

%, Line sebesar 59 % serta twitter dengan akses pengguna sebesar

52 %. Tingginya pengguna media sosial diyakini karena

kemudahan akses serta layanan yang tersedia. Bahkan sebagaimana

disampaikan oleh Nasrullah dalam (Senaharjanta, 2018) bahwa

media sosial yang ada saat ini dinilai dapat menjangkau

komunikasi secara luas serta menawarkan beragam fitur yang

lengkap. Sehingga hal tersebut memudahkan orang dapat

mengakses beragam teks, gambar, video serta menyebabkan

informasi dapat menyebar dengan begitu cepatnya.

Kehadiran media sosial sebagai media baru lantas dapat

diartikan memiliki berbagai dampak, baik itu dampak positif

maupun dampak negatif. Keduanya jelas memberikan pengaruh

besar dalam pola perilaku kehidupan manusia. Media yang hadir

tersebut diyakini akan terus berkembang serta menjadi industri

yang begitu powerfull dalam menyampaikan pesan serta informasi.

Bahkan peranannya dapat menjadi kekuatan keempat setelah

81

Page 5: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

lembaga pemerintah seperti lembaga eksekutif, legislatif hingga

yudikatif (Siahaan, 2018).

Sebagaimana yang disampaikan oleh (Kosasih, 2016)

bahwa media sosial memiliki daya tarik yang memikat lantaran

dapat menjadi wadah dalam berkreatifitas, menuangkan ide,

memberikan respon secara cepat dan singkat secara perorangan

hingga dapat dibaca oleh khalayak umum. Seorang individu bahkan

kelompok dapat dengan mudah menampilkan beragam informasi

serta aktivitas yang dilakukan setiap waktu yang dapat dengan

cepat diketahui oleh orang lain. Informasi dapat secara mudah dan

cepat didistribusikan kepada orang lain. Bila hal tersebut

bermuatan positif maka tentulah dapat menjadi sumber rujukan

serta inspirasi yang dapat mempengaruhi perilaku seorang individu.

Namun, beragam informasi yang tidak bertanggungjawab pun

dapat diserap serta dapat menjadi alat propaganda yang dapat

mempengaruhi pikiran serta perilaku individu. Bahkan persoalan

ini menjadi pemicu munculnya persoalan disinformasi sebagai

dampak dari pendistribusian fake news yang beredar dengan cepas

dan secara luas di masyarakat (Pratiwi & Asyarotin, 2019).

Melimpahnya informasi tanpa batas tentu saja memberikan

dampak besar bagi kehidupan manusia khususnya generasi muda.

Tatanan teknologi informasi yang terjadi saat ini diyakini telah

mampu mendisrupsi relasi antara negara dengan rakyat serta

komunitas. Terlebih apabila dikaitkan dengan penyalahgunaan

peranan media sosial sebagai sarana komunikasi baru saat ini.

Hingga tidak menutup kemungkinan dapat memunculkan berbagai

pemberitaan yang ditenggarai dapat menjadi ancaman bagi

eksistensi bangsa. Salah diantaranya ialah ideologi dan isme-isme

yang justru bertentangan dengan dasar negara, yakni Pancasila.

Sebagaimana yang disampaikan oleh (Siswanto, 2017) bahwa

secara de facto pancasila sebagai sebagai pandangan hidup telah

mulai ditinggalkan, hal ini disebabkan karena semakin intensifnya

beragam pengaruh dan berbagai informasi melalui kehadiran

teknologi yang mempengaruhi pola pikir serta perilaku individu.

Pesatnya informasi telah memberikan ruang munculnya ideologi

82

Page 6: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

alternatif yang dengan mudahnya dikonsumsi oleh individu secara

luas. Merebaknya isme-isme seperti radikalisme, ekstremisme,

etnosentrisme telah memicu menguatnya berbagai persoalan

berbasis SARA.

Lebih lanjut (Siswanto, 2017) menjelaskan bahwa

kehadiran berbagai ideologi yang bertolak belakang dengan nilai

luhur pancasila telah mengkristal seiring dengan terdistorsinya nilai

pancasila yang ada. Sebagaimana disampaikan oleh Walter

Lippman dalam (Suryadi, 2011) bahwasanya peran media mampu

membentuk makna (the meaning construction of the press) serta

dapat mengubah intepretasi seorang individu dalam melihat suatu

fenomena hingga dapat menentukan realitas, dan menciptakan

opini publik untuk tujuan dan kepentingan tertentu.

Hal ini dapat kita amati dari beragam kasus perpecahan dan

propaganda yang ditimbulkan dari ujaran kebencian (hate speech)

serta provokasi yang banyak timbul dari penggunaan media sosial.

Sebagaimana salah satu informasi yang disampaikan oleh (Halim,

2019) serta telah dilansir kompas.com, bahwa kerusuhan yang

terjadi di manokrawi pada tahun 2019 disebabkan oleh adanya

provokasi melalui media sosial yang dilakukan oleh oknum yang

tidak bertanggungjawab. Di samping itu, masih banyak kasus

lainnya karena penggunaan media sosial yang kurang bijak dan

justru menjebak, sehingga menyebabkan pribadi menjadi jauh dari

nilai-nilai pancasila sebagai identitas bangsa. Spirit rasa toleransi

tergerus dengan sikap antipati, semangat persatuan seolah

hengkang dengan sikap ke-akuan, musyawarah mufakat luntur

dengan sikap lebih mengedepankan kepentingan diri dan

kelompok, serta keadilan seolah menjadi barang langka yang

dibutuhkan bagi negeri ini. Terlebih gencarnya popularitas budaya

luar yang seolah menikam glokalitas dan kearifan lokal yang pada

dasarnya merupakan mutiara berharga bagi bangsa ini.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka tulisan ini

ingin mencoba mengurai mengenai peran media sebagai upaya

mensosialisasikan nilai pancasila guna membumikan dan

memperkokoh kembali pancasila identitas bangsa. Mengingat

83

Page 7: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

media sosial memiliki peran penting di tengah merebaknya

beragam informasi yang hadir pada masyarakat saat ini. Hal ini

karena media seyogyanya memiliki posisi strategis dan sangat

penting karena pada dasarnya mampu untuk menampilkan sebuah

cara dan sudut pandang baru dalam memandang sebuah realita

sosial yang terjadi (Suryadi, 2011).

B. Pembahasan

1. Pengertian Media Sosial

Menurut (Kholisoh et al., 2019) bahwa media sosial pada

dasarnya dapat didefinisikan sebagai sarana yang merupakan

medium dengan basis teknologi internet (media online) yang

memungkinkan seseorang dapat berinteraksi sosial, berkomunikasi

dan bekerjasama serta berbagi informasi dengan orang lain dan

membuat para penggunanya untuk berpartisipasi di dalamnya.

Kindarto dalam (Kosasih, 2016) juga menjelaskan bahwa media

sosial menjadi semacam struktur sosial berbasis dunia digital yang

membentuk simpul antara individu serta mengikatnya ke dalam tipe

relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, komunitas. Oleh karena

itu, tidak mengherankan apabila media sosial menjadi semacam

wadah yang mampu memperkuat jaringan kendatipun secara fisik,

manusia tidak berhadapan secara langsung. Adapun contoh media

sosial diantaranya : Youtube, Blog, Facebook, Twitter, Line,

Instagram, Tik Tok dan beragam platform lainnya. Sebagai media

baru, media sosial memiliki beberapa karakteritsik (Istanto, 2015)

sebagai berikut :

1. Partisipasi, dalam hal ini media sosial telah mendorong

kemungkinan adanya kontribusi serta umpan balik dari setiap

orang yang tertarik. Kondisi ini telah mengaburkan batas antara

media dengan penonton. Sehingga siapapun mampu terlibat ke

dalam media sosial secara aktif dan langsung;

2. Keterbukaan, dalam hal ini media sosial telah memberikan

ruang dalam menyampaikan komentar, berbagi informasi serta

minim sekali adanya hambatan dalam mengakses serta

memanfaatkan konten yang disukai;

84

Page 8: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

3. Percakapan, bahwasanya media sosial lebih dipandang sebagai

bentuk percakapan dua arah serta berbeda dari media

tradisional yang dimaknai sebagai konten yang hanya sekadar

ditransmisikan kepada audiens;

4. Komunitas, keberadaan media sosial memberikan ruang

sekaligus peluang dalam pembentukan komunitas secara efektif

untuk dapat berkomunikasi sebagai upaya berbagi untuk

kepentingan bersama;

5. Keterhubungan, media sosial yang berkembang memberikan

peluang dalam pemanfaatan link ke situs lainnya. Sehingga

informasi yang tersedia dapat terintegrasi secara nyata dan

cepat.

Karakteristik tersebut telah menjadi aspek menarik sehingga

menyebabkan banyak kalangan turut andil memanfaatkan fungsi

dari media sosial itu sendiri. McQuail dalam (Widyaningtyas,

2018) menjelaskan bahwa pada dasarnya media telah menunjukkan

bahwa fungsi media telah menjadi paket komplit, yang mampu

menghadirkan banyak fungsi sekaligus, diantaranya sebagai sarana

informasi, korealsi, keberlanjutan, hiburan dan mobilisasi tanpa

mengenal waktu dan batas geografis.

85

Page 9: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

2. Sosialisasi Sebagai Upaya Transmisi Kebudayaan Lintas

Generasi

Sosialisasi dapat didefinisikan sebagai penanaman nilai,

norma budaya antara satu generasi dengan generasi berikutnya.

Disisi lain, proses sosialisasi dapat juga dimaknai sebagai upaya

seseorang mengenal, menyesuaikan, dan mentransmisikan nilai-

nilai di mana seorang individu untuk hidup sehingga dengan

penyerapan nilai-nilai yang ada menjadi kekuatan normatif

terhadap pembentukan kepribadian (Anwar, 2018).

Pada aspek ini, konteks dari sosialisasi pada dasarnya dapat terjadi

pada aspek biologis, psikologis dan konteks sosial (Astutik, 2017).

Dengan demikian, dapat diapahami bahwa pada dasarnya

kebudayaan yang hadir dan termanifestasi dalam nilai dan norma,

seyogyanya bukan merupakan pemberian secara biologis, namun

kehadirannya memang membutuhkan manusia sebagai

pentransmisi kepada generasi selanjutnya. Sosialisasi sendiri

merupakan proses yang tidak pernah berhenti selama manusia itu

hidup dan menghasilkan peradaban. Hal ini terjadi, karena manusia

sejatinya perubahan sosial yang terjadi akan membentuk manusia

untuk terus menyesuaikan diri kapanpun dan dimanapun. Sebagai

proses, sosialisasi dapat dilakukan oleh siapapun. Bahkan media

sosial menjadi ruang bagi individu untuk mempelajari,

mempengaruhi hingga dipengaruhi oleh sesuatu. Ruang tanpa sekat

dengan beragam ideologi, budaya hingga jutaan informasi telah

membentuk manusia untuk mampu melakukan proses imitasi,

identifikasi, sugesti, simpati dan empati sekaligus. Aktivitas

tersebut merupakan bentuk adaptasi dan konstruksi sosial atas

realitas yang diperoleh, hingga termanifestasi dalam bentuk pikiran

dan perilaku yang dilakukan oleh individu setiap harinya. Dari

sinilah proses transmisi budaya pun dapat terjadi.

86

Page 10: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

3. Nilai Adiluhung Pancasila dalam Membangun Peradaban

Indonesia

Sebagaimana yang disampaikan oleh (Susanto, 2017) era

globalisasi yang saat ini telah melanda masyarakat dunia, telah

memberikan kecenderungan adanya peleburan semua identitas

menjadi satu yakni tatanan dunia baru. Kondisi ini telah mengarah

pada adanya eliminasi identitas sehingga muncul pengaburan

dimana-mana. Tak ayal, ditemukan sikap dan perilaku dari

masyarakat yang menyimpang dari nilai luhur pancasila itu sendiri.

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa masing-masing sila

dalam pancasila merupakan representasi dari nilai luhur yang

semestinya diadopsi dan menjadi pegangan bangsa ini dalam

berperilaku. Menurut Keller dalam (Syarifah & Kusuma, 2016)

dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa untuk mengatasi serta

mencegah dampak dari globalisasi, maka perlu adanya penguatan

nilai tradisional serta lokal yang nantinya menjadi identitas

sekaligus perekat dan perlu dipegang oleh masyarakat agar tidak

tergurus karena dampak merebaknya informasi sebagai salah satu

arus utama globalisasi.

Pancasila sebagai nilai kearifan lokal milik bangsa

Indonesia sejatinya menjadi seperangkat nilai dasar yang ideal serta

merupakan komitmen kebangsaan, identitas bangsa serta menjadi

dasar pembangunan karakter keindonesiaan bagi generasi bangsa

(Anggraini et al., 2020). Sehingga dapat dikatakan bahwa pancasila

mengandung nilai yang adiluhung. Secara etimologis, adiluhung

berarti tinggi serta memiliki keindahan dan ketinggian nilai moral

dan intelektual (Sulisno, 2012). Lebih lanjut, Kariyadi dan

Suprapto dalam (Anggraini et al., 2020) menyatakan bahwa bangsa

besar seperti Indoensia dengan kemajemukan yang begitu unik

memang membutuhkan nilai bersama yang dapat dijadikan sebagai

nilai pengikat (integrative value), titik temu (common

denominator), jati diri bangsa (national identity) serta sekaligus nilai

yang dianggap baik untuk diwujudkan (ideal value). Pancasila merupakan ideologi sesungguhnya yang memiliki

landasan keyakinan normative, preskriptif yang jelas dan visioner

87

Page 11: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

serta menjadi titik temu dan bukan alat paksa serta masing-masing

sila pada dasarnya merepresentasi dari nilai dan perilaku yang

dapat menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia (Latif, 2018) yang

diantaranya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pada sila pertama, termaktub mengenai Ketuhanan yang

Maha Esa, dimana nilai-nilai ketuhanan menjadi aspek

penting dan fundamental dalam berperilaku dan beretika

dalam menjalankan perannya sebagai warga negara. Wujud

dari perilaku ini ialah bahwa setiap aktivitas yang dilakukan

oleh manusia, perlu memiliki dasar spiritual yang mengarah

pada bentuk perilaku menghormati keyakinan dari pemeluk

agama lain.

2. Pada sila kedua, yang tertuang dengan bunyi sila

kemanusiaan yang adil dan beradab, seyogyanya

megandung nilai strategis agar bangsa Indonesia mampu

menempatkan diri untuk senantiasa menjadi pribadi yang

turut menjaga nilai-nilai humanis serta mengakui perbedaan

atas hak yang dimiliki secara adil dan beradab.

3. Pada sila ketiga dikemukakan mengenai Persatuan

Indonesia. Sila ini mengarah pada upaya untuk menjunjung

tinggi nilai etika untuk menjaga kebersamaan ditengah

perbedaan nilai, norma, suku, bangsa yang begitu

multikultural.

4. Pada sila keempat, dengan bunyi sila Kerakyatan yang

dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan Perwakilan mengandung makna bahwa

berbagai persoalan yang dihadapi tidak didasarkan pada

kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Namun lebih

mengedepankan pada upaya penyelesaian persoalan dengan

mengedepankan rasional yang mampu mengakomodir

kepentingan bersama. Salah satunya melalui musyarawah

untuk mencapai mufakat.

5. Dan yang terakhir sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia yang sarat akan nilai yang merupakan

pengejawantahan dari sila-sila sebelumnya, dimana ada

88

Page 12: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

keseimbangan antara jasmani dan rohani serta

keseimbangan peran individu sebagai makhluk sosial serta

seimbangnya antara pemenuhan hak sipil, politik, ekonomi,

sosial hingga budaya.

Dengan demikian, manifestasi dari sila-sila tersebut

membentuk nilai-nilai luhur yang menjadi identitas bangsa

Indonesia serta terwujud dalam aktivitas seperti : semangat untuk

bersatu, mengedepankan musyawarah sebagai upaya penyelesaian

masalah, menghargai perbedaan dengan memegang prinsip

toleransi, berani menjadi pribadi yang rela berkorban, tidak mudah

kalah dan pantang menyerah, gotong royong dalam menyelesaikan

persoalan, bersikap patriotisme, nasionalisme, optimisme, harga

diri, senantiasa memiliki jiwa kebersamaan dan kekeluargaan

dalam melaksanakan berbagai aktivitas serta percaya pada diri

sendiri.

4. Peran Media Sosial dalam Membumikan Nilai Luhur

Pancasila

Kehadiran media sosial dengan banyak fungsi, telah

memberikan beragam alternatif bagi individu dalam menuangkan

berbagai aktivitas dan ideologi yang dimiliki. Oleh karenanya, pada

konteks ini kita perlu menyadari bahwa media sosial hadir dengan

beragam fungsi dan peran yang tidak lepas dari para penggunanya.

Para pengguna media sosial ini tidak hanya individu secara

personal, namun juga mengantasnamakan kelompok atau

komunitas hingga berbagai lembaga dan instansi. milik pemerintah

maupun swasta. Para pengguna tersebut tentu saja memanfaatkan

media sosial bergantung dengan kebutuhan dan kepentingannya

masing-masing. Konten yang dibuat pun beragam, mulai dari :

edukasi, kreativitas dan inovasi, hiburan dan lain sebagainya.

Namun, terlepas dari itu semua, baik individu maupun kelompok

yang merupakan pengguna memiliki posisi yang strategis dalam

menyajikan konten. Hal ini harus menjadi bentuk

bertanggungjawab karena konten yang disajikan jelas akan

dikonsumsi oleh khalayak umum. Oleh karenanya perlu pemikiran

89

Page 13: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

atas dampak dan konsekuensi jangka panjang atas konten yang

dibuat.

Konten yang dibuat selama ini pada dasarnya dapat

mengandung muatan strategis untuk mengembalikan kembali

marwah pancasila. Melalui aktivitas dan perilaku yang

mencerminkan sikap pancasila itu sendiri. Konten dapat berupa

ajakan secara persusif dalam berbagai bentuk dan simbol. Misalnya

: mengunggah aktivitas yang berkaitan dengan perilaku yang

mencerminkan pancasila dalam keseharian kehidupan.

Mensosialisasikan nilai luhur pancasila ke dalam platform aplikasi

yang tengah trend dikalangan anak millennial. Sehingga

penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan anak muda.

Misal dengan menyampaikan nilai pancasila dalam bentuk video

dengan bahasa yang mudah dicerna, musik serta kreasi lainnya

yang justru mampu mentrasfer pengetahuan akan nilai pancasila

sehingga lebih membumi. Penggunaan media sosial di kalangan

public figure juga berdampak bagi para fansnya bahkan khalayak

umum. Dimana aktivitas dan perilaku yang dilakukan merupakan

role model khususnya bagi generasi millennial. Sebagaimana yang

disampaikan oleh Nasution (Tim Warta Wantimpres, 2016)

menjelaskan bahwa implementasi Pancasila masih sebatas teori

yang diajarkan di sekolah, padahal anak zaman sekarang

sebenarnya membutuhkan panutan serta role model yang dapat

mengimplementasikan Pancasila sebagai nilai dalam kehidupan

sehari-hari. Sehingga terasa lebih familiar untuk dicontoh dan

diinternalisasi sebagai nilai dalam kehidupan.

Di tataran institusi pemerintah, kehadiran media sosial

semestinya dapat diposisikan sebagai kawan dan bukan lawan.

Institusi dapat menjadi edukator yang juga berperan dalam

mensosialisasikan nilai luhur pancasila melalui platform media

sosial yang dimiliki. Hal ini menurut Yang (2015) dalam

(Direktorat Jenderal Infomrasi dan Komunikasi Publik, 2018)

menjelaskan bahwa beberapa studi menempatkan media sosial

sebagai platform bagi humas dalam menjalankan komunikasi

publik. Studi lain menganggap media sosial sebagai sarana untuk

90

Page 14: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

menjalankan komunikasi strategis yang mampu menyasar berbagai

kalangan. Oleh karenanya media sosial memiliki aspek penting

dalam menyebarkan informasi kepada khalayak umum. Sebagai

langkah preventif, maka yang harus dilakukan adalah menimbang

informasi yang justru akan bersifat fake news dan hoax untuk

disebarluaskan secara masif. Sehingga perlu untuk membuat konten

positif yang sederhana dan menarik namun mengandung pesan

mengenai pancasila sebagai pedoman bangsa yang memiliki nilai-

nilai luhur untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara. Hal ini karena media berperan sebagai komunikator

dalam berinteraksi serta menjadi agent of change (Khatimah,

2018). Kondisi tersebut menjadi peluang yang memang harus

dilakukan oleh para pengguna serta para lembaga dalam

mensosialisasikan nilai luhur pancasila. Hal ini merupakan peluang

yang nantinya berpengaruh dalam membentuk opini publik.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Ardianto dalam (Khatimah,

2018) bahwa media sosial memiliki peranan yang begitu besar serta

dapat mempengaruhi opini publik. Tidak dipungkiri bahwa

keberadaan media sosial pun diyakini dapat membentuk gelombang

aksi serta perubahan sikap serta perilaku yang ada di dalam

masyarakat. Disisi lain sebagai sarana interaksi yang membuka

ruang untuk menyemai pemikiran dan nilai yang ada dalam

pancasila tersebut guna memberikan cara pandang baru dalam

upaya mengeksternalisasikan fakta sosial yang terjadi.

Disisi lain, kehadiran berbagai konten dan informasi yang

memfragmentasi nilai pancasila tidak dapat terelakkan, maraknya

beragam konten yang berupa hoax serta mengalirnya beragam

isme-isme secara deras yang dapat dengan mudah mempengaruhi

individu. Terlebih saat ini kita telah masuk di era post truth, yang

mana terjadinya pengaburan beragam fakta serta dominannnya

kebohongan atau hoax sebagai informasi yang dapat dengan mudah

dipercaya. Namun, hal ini menjadi tantangan yang harus dihadapi

bersama. Upaya untuk tetap beretika dalam bermedia sosial serta

menyampaikan pesan sarat makna perlu senantiasa menjadi garda

terdepan bagi semua pengguna. Dengan demikian, upaya untuk

91

Page 15: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

memainkan peran penting media sosial dalam membumikan

kembali pancasila dapat relevan untuk terus dilakukan. Sehingga

distribusi pengetahuan dan nilai pancasila dapat diinternasilasi oleh

generasi hingga masa mendatang.

C. Kesimpulan

Perkembangan teknologi dengan lahirnya media sosial

sebagai media baru diakui memiliki dampak yang masif dalam

kehidupan manusia. Perubahan sosial yang terjadi jelas tak dapat

dihindari. Kehadiran media sosial tidak dipungkiri memiliki peran

penting dalam mensosialisasikan nilai luhur pancasila sebagai

identitas bangsa. Hal ini mengarah pada fungsi media sosial selain

sebagai sarana hiburan juga menjadi media edukator melalui

penyajian konten yang dibuat oleh para penggunanya. Bahkan

sajian konten tersebut diharapkan mampu mengandung pesan yang

sarat makna dalam upaya mengimplementasikan nilai luhur

pancasila ke dalam kehidupan nyata. Melalui pesan yang

disampaikan para pengguna pun diharapkan mampu menjadi role

model bagi orang lain dalam upaya mengimplementasikan nilai

pancasila secara nyata. Sehingga secara masif mampu

mempengaruhi pikiran dan perilaku dari khalayak yang

mengkonsumsinya. Serta dapat menjadi upaya untuk mewujudkan

nilai pancasila ke dalam kehidupan sehari-hari.

92

Page 16: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

Daftar Pustaka

Anggraini, D., Fathari, F., Anggara, J. W., & Ardi Al Amin, M. D.

(2020). Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila Bagi Generasi

Milenial. Jurnal Inovasi Ilmu Sosial Dan Politik, 2(1), 11.

https://doi.org/10.33474/jisop.v2i1.4945

Anwar, A. (2018). Paradigma Sosialisasi Dan Kontribusinya

Terhadap Pengembangan Jiwa Beragama Anak. Komunida :

Media Komunikasi Dan Dakwah, 8(2), 155–167.

https://doi.org/10.35905/komunida.v8i2.631

APJII. (2019). Buletin APJII Edisi-40 2019. 6.

https://apjii.or.id/survei

Astutik, D. (2017). Telaah kritis gagasan sosialisasi mead: self,

mind,society. Pendidikan, Sosiologi, I(01), 61–79.

Bangun, C. R. (2018). The Evolving Role of Social Media as News

Outlet: Opportunities and Threats. Ultimacomm, 9(1), 47–57.

https://doi.org/10.31937/ultimacomm.v9i1.885

Direktorat Jenderal Infomrasi dan Komunikasi Publik, K. (2018).

Memaksimalkan Penggunaan Media Sosial Dalam Lembaga

Pemerintah.

http://indonesiabaik.id/public/uploads/post/2997/Memaksimal

kan_Penggunaan_Media_Sosial_dalam_Lembaga_Pemerintah

.pdf

Halim, D. (2019). Polri: Rusuh Manokwari Disebabkan Provokasi

di Media Sosial. Www.Kompas.Com.

https://nasional.kompas.com/read/2019/08/19/11565691/polri-

rusuh-manokwari-disebabkan-provokasi-di-media-sosial

Haris, D. (2017). Transformasi identitas keindonesiaan. Jurnal

Ilmu Politik, 14(726).

Istanto. (2015). Peranan Media Sosial Dalam Pendidikan. Jurnal

Ilmiah WUNY, 16(6), 39.

https://doi.org/10.21831/jwuny.v16i6.4455

Khatimah, H. (2018). Posisi dan peran media dalam kehidupan

masyarakat. 16(1).

Kholisoh, M., Nurkhaeni, T., Surya Ningrum, P., & Fitriani, I.

(2019). Peran Media Sosial Dalam Demokrasi Masa Kini.

93

Page 17: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

Ilmu Administrasi Negara, 39, 1–16.

Kosasih, I. (2016). Peran Media Sosial Facebook dan Twitter

dalam Membangun Komunikasi (Persepsi dan Motifasi

Masyarakat jejaring Sosial Dalam Pergaulan). Lembaran

Masyarakat: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 2(1),

29–42. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Latif, Y. (2018). • Identitas Keindonesiaan dan Aktualisasi

Pancasila bagi Generasi Millenial di Era Digital Yudi Latif (

Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (

UKP Pancasila ), anggota Asosiasi Ilmu Pengetahuan

Indonesia ( AIPI ) • Ketahanan Nasional In. Kebijakan

Pemerintah Indonesia dalam Mengatasi Persebaran

Propaganda Ideologi ISIS di Internet, 77–85.

Pratiwi, A., & Asyarotin, E. N. K. (2019). Implementasi literasi

budaya dan kewargaan sebagai solusi disinformasi pada

generasi millennial di Indonesia. Jurnal Kajian Informasi &

Perpustakaan, 7(1), 65–80.

https://doi.org/10.24198/jkip.v7i1.20066

Rohayati, R. (2017). Proses Komunikasi Masyarakat Cyber Dalam

Perspektif Interaksi Simbolik. Jurnal Dakwah Risalah, 28(1),

43. https://doi.org/10.24014/jdr.v28i1.5542

Senaharjanta, I. L. (2018). Peran Kapitalisme Global Dalam

Penyebaran Ideologi Radikal Di Media Sosial. LONTAR:

Jurnal Ilmu Komunikasi, 6(2), 126.

https://doi.org/10.30656/lontar.v6i2.951

Siahaan, C. (2018). Peran Media Televisi Dalam Pembentukan

Realitas. Online Jurnal Universitas Kristen Indonesia, 5(23),

9–10.

Sulisno. (2012). Dekonstruksi Budaya-Budaya Adiluhung Pasca

Reformasi : Studi Kasus Pertunjukan Wayang Karya Slamet

Gundono. Prosiding The 4th International Conference On

Indonesian Studies :"Unity, Diversity and Future, 864–875.

Suryadi, I. (2011). Peran Media Massa Dalam Mendorong

Perubahan Sosial. Academica, III(3), 634–646.

Susanto. (2017). Pancasila Sebagai Identitas Dan Nilai Luhur

94

Page 18: Hegemoni Media Di Masa New Normal

Hegemoni Media Di Masa New Normal

Bangsa: Analisis Tentang Peran Pancasila Sebagai Modal

Sosial Berbangsa Dan Bernegara. Pancasila Sebagai Identitas

Dan Nilai Luhur Bangsa: Analisis Tentang Peran Pancasila

Sebagai Modal Sosial Berbangsa Dan Bernegara, 2(1), 44–

52. https://doi.org/10.14710/jiip.v2i1.1634

Syarifah, S., & Kusuma, A. (2016). Globalisasi Sebagai Tantangan

Identitas Nasional bagi Mahasiwa Surabaya. Journal Global

& Policy, 4(2), 61–72.

http://ejournal.upnjatim.ac.id/index.php/jgp/article/view/1917

Tim Warta Wantimpres. (2016). Penguatan Pancasila Di Kalangan

Generasi Muda. Artikel.

http://wantimpres.go.id/?p=1071&lang=id

Widyaningtyas, M. D. (2018). Optimalisasi Media Sosial Oleh

Komunitas Penggerak Halal Dalam Menyosialisasikan Gaya

Hidup Halal Kepada Masyarakat. Mediakom : Jurnal Ilmu

Komunikasi, 2(2), 275–287.

https://doi.org/10.35760/mkm.2018.v2i2.1898

95