hasil penelitian dan pembahasan -...
TRANSCRIPT
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Observasi awal yang dilakukan di kelas IIIA SD Negeri Tlahap, peneliti
berhasil menemukan beberapa permasalahan yang terjadi di dalam proses
pembelajaran matematika. Proses pembelajaran matematika di kelas IIIA SD
Negeri Tlahap cenderung bersifat konvensional ceramah yang berpusat pada guru.
Guru masih banyak menggunakan metode ceramah serta kurang memaksimalkan
keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran. Peserta didik terlihat tidak
serius mengikuti pelajaran matematika. Peserta didik sering ramai sendiri,
berbicara dengan teman, dan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang tidak ada
hubungannya dengan pembelajaran yang sedang berlangsung, bahkan ada peserta
didik yang mengantuk saat proses pembelajaran. Melihat kenyataan tersebut,
peneliti mencoba untuk melakukan penelitian di kelas IIIA SD Negeri Tlahap
dengan menerapkan diskusi kelompok atau belajar dalam kelompok agar terjadi
interaksi antara peserta didik dengan peserta didik yang lain untuk mengatasi
masalah-masalah yang terjadi. Peneliti menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD di kelas IIIA SD Negeri Tlahap pada mata pelajaran
matematika. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam
penelitian ini, diharapkan berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar
akademik peserta didik, meningkatkan aktivitas peserta didik selama proses
pembelajaran serta meningkatkan keterampilan sosial peserta didik dan toleransi
terhadap adanya keragaman.
37
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua
siklus. Setiap siklusnya terdiri dari beberapa tahap, yaitu : perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, dan refleksi. Hasil dari peneltian ini
adalah aktivitas guru dan peserta didik selama proses pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil penelitian
yang lain meliputi keterampilan sosial, toleransi terhadap adanya keragaman, dan
hasil akademik peserta didik. Hasil dari keterampilan sosial dan toleransi terhadap
adanya keragaman didapatkan dari observasi/pengamatan yang dinilai dengan
menggunakan lembar aktivitas peserta didik. Hasil akademik peserta didik
diperoleh dari nilai kuis setelah diskusi kelompok dan nilai tes akhir di setiap
siklus. Selain itu, terdapat hasil pengamatan kesiapan peserta didik dalam
menerima pelajaran, pengamatan aktivitas guru dan peserta didik selama proses
pembelajaran serta tanggapan guru dan peserta didik mengenai proses
pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD. Penelitian ini
terdiri dari dua siklus dengan pelaksanaan tindakan setiap siklusnya dilakukan dua
kali pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan selama dua jam pelajaran atau
selama 70 menit. Setelah mengadakan penelitian di kelas IIIA SD Negeri Tlahap
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata
pelajaran Matematika pokok bahasan sifat dan unsur bangun datar sederhana
diperoleh data sebagai berikut :
38
1. Hasil Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
Peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mulai dari
pembelajaran siklus I. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran matematika
berlangsung tidak kondusif yang dilihat berdasarkan hasil observasi awal yang
menunjukkan bahwa proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga
peserta didik kurang aktif selama proses pembelajaran. Tindakan pemecahan
masalah yang dianggap tepat adalah mengadakan pembelajaran yang melibatkan
peserta didik bekerja dalam kelompok belajar. Hal ini diwujudkan dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran
matematika di kelas IIIA SD Negeri Tlahap. Tahap penyusunan rancangan
tindakan yang akan diberikan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan analisis kurikulum untuk menentukan kompetensi dasar yang akan
disampaikan kepada peserta didik.
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
kompetensi dasar yang ingin dicapai.
3. Menyusun kelompok heterogen berdasarkan pembelajaran STAD.
Pembentukan kelompok ditentukan oleh guru dengan mempertimbangkan segi
akademis dan jenis kelamin.
4. Membuat identitas kelompok atau bendera kelompok/tim.
5. Menyusun dan menyiapkan lembar observasi yang meliputi :
39
- Lembar kesiapan peserta didik dalam mengikuti pelajaran yang dilihat dari
jumlah peserta didik yang membawa buku paket, buku catatan, buku tugas,
dan perlengkapan alat tulis saat pembelajaran matematika.
- Lembar pengamatan aktivitas peserta didik yang menunjang pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Lembar pengamatan ini dibuat untuk mengukur sejauh mana
keaktifan dan interaksi peserta didik selama proses pembelajaran.
- Lembar pengamatan aktivitas guru yang digunakan untuk mengetahui
aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
6. Menyiapkan kisi-kisi wawancara terhadap peserta didik dan guru.
7. Menyiapkan lembar angket tanggapan peserta didik.
8. Menyiapkan lembar kerja kelompok, soal kuis, dan soal tes akhir di setiap
siklus.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah dilaksanakannya
skenario pembelajaran dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
telah direncanakan sebelumnya. Pertemuan pertama pada siklus I yang
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Maret 2012, hasil observasi kegiatan
belajar mengajar pada kegiatan awal yaitu guru melakukan presensi peserta didik,
mengecek kesiapan peserta didik, memberikan apersepsi, dan menyampaikan
tujuan pembelajaran. Guru memperkenalkan model pembelajaran kooperatif tipe
40
STAD secara singkat kepada peserta didik terlebih dahulu karena pembelajaran
model ini baru pertama kali diterapkan di kelas IIIA SD Negeri Tlahap. Guru
menyampaikan bahwa pembelajaran dengan menerapkan STAD ada kerja
kelompok dan kuis individu setelah berdiskusi dengan kelompok masing-masing.
Guru juga menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Tahap mengajar atau presentasi kelas dimanfaatkan oleh guru untuk
menjelaskan materi secara singkat agar peserta didik tidak bingung selama diskusi
kelompok. Pada tahap ini guru juga banyak memberikan pertanyaan-pertanyaan
untuk memunculkan gagasan dan keaktifan peserta didik. Sebelum kegiatan
diskusi kelompok semua peserta didik diminta untuk berdiri di belakang barisan
bangku dan tidak ada yang boleh duduk di bangku masing-masing. Kemudian
guru menaruh kartu identitas kelompok di meja-meja. Salah satu peserta didik
yang menjadi ketua kelompok maju ke depan untuk diberi tahu anggota
kelompoknya. Setelah itu ketua kelompok bertugas mengumpulkan anggotanya
untuk duduk di meja diskusi masing-masing kelompok. Kelompok yang terbentuk
di kelas IIIA ini ada delapan kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari
empat peserta didik. Nama-nama kelompok yang terbentuk adalah kelompok
Sapi, kelompok Kerbau, kelompok Domba, kelompok Kambing, kelompok
Angsa, kelompok Kelinci, kelompok Bebek, dan kelompok Ayam. Tahap belajar
dalam kelompok digunakan oleh peserta didik untuk berdiskusi menyelesaikan
soal-soal yang diberikan oleh guru. Guru membimbing diskusi dari masing-
masing kelompok secara bergantian. Guru menekankan bahwa diskusi kelompok
41
yang dilaksanakan bukan hanya untuk menyelesaikan soal-soal yang ada, tapi
agar peserta didik yang tidak paham menjadi lebih paham melalui cara tutor
sebaya. Setelah selesai mengerjakan soal-soal dari guru secara berkelompok salah
satu peserta didik mewakili temannya untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya di depan kelas, kemudian guru membahas jawabannya. Setelah
selesai berdiskusi dalam kelompok, guru mengkondisikan semua peserta didik
agar posisi duduknya seperti pembelajaran biasanya untuk mengerjakan kuis
individu dari guru. Peserta didik yang telah selesai mengerjakan kuis boleh
mengumpulkan terlebih dahulu dan menunggu teman lain yang belum selesai.
Pada pertemua kedua yaitu hari Sabtu tanggal 24 Maret 2012, guru sudah
membawa nilai hasil kuis individu yang telah dilaksanakan pada pertemua
pertama. Sebelum memasuki tahap penghitungan skor, guru membuka pelajaran
dengan melakukan presensi, mengecek kesiapan peserta didik, memberi apersepsi,
dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru juga memberi motivasi kepada
semua peserta didik agar lebih rajin dan serius saat diskusi kelompok. Nilai kuis
diumumkan oleh guru dengan cara memanggil nama peserta didik kemudian
memberitahu nilai kuis yang didapatkannya. Guru juga memberitahu bahwa nilai
kuis dari masing-masing peserta didik akan dikumpulkan dan dihitung menjadi
nilai kelompok mereka masing-masing. Setelah itu baru dilaksanakan
penghitungan skor pada masing-masing kelompok. Kelompok yang memperoleh
skor tertinggi mendapat peringkat satu dan penghargaan kelompok super. Pada
siklus I yang memperoleh skor sempurna hasil dari nilai setiap anggota
kelompoknya adalah kelompok Kambing yang diketuai oleh Fajar Yahya. Setelah
42
penghitungan skor kelompok dan pemberian penghargaan selesai dilaksanakan,
guru mengkondisikan semua peserta didik agar kembali tenang di tempat duduk
mereka masing-masing. Guru juga memotivasi peserta didik sebelum
melaksanakan tes akhir. Kemudian guru membagikan soal yang harus dikerjakan
oleh peserta didik secara individu. Selama peserta didik mengerjakan tes akhir,
guru mengawasi semua peserta didik. Setelah semua peserta didik selesai
mengerjakan tes dan mengumpulkannya di meja guru, guru menanyakan
kesulitan-kesulitan yang ditemui peserta didik dalam mengerjakan tes tersebut.
Sebelum mengakhiri pembelajaran matematika, guru menyampaikan bahwa pada
hari Senin atau pertemuan selanjutnya akan dilaksanakan diskusi kelompok lagi.
c. Observasi/Pengamatan
Observasi/pengamatan pada penelitian tindakan kelas ini, yang
pelaksanaannya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu
dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dibuat oleh peneliti. Hasil
pengamatan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik
a. Observasi tentang kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran
Hasil penelitian pada siklus I pertemuan pertama tentang kesiapan peserta
didik dalam menerima pelajaran menunjukkan bahwa sebesar 61,71% peserta
didik telah siap menerima materi pelajaran. Sedangkan 38,29% peserta didik
belum siap menerima materi pelajaran dikarenakan ada yang tidak membawa
43
buku paket matematika, buku catatan matematika, buku tugas matematika, dan
perlengkapan alat tulis yang seharusnya dibawa oleh setiap peserta didik untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika.
Pertemuan kedua menunjukkan bahwa sebesar 77,3% peserta didik telah
siap menerima materi pelajaran. Sedangkan yang belum siap menerima materi
pelajaran yaitu sebesar 22,7%. Peserta didik yang belum siap menerima materi
pelajaran diantaranya adalah sembilan orang peserta didik yang tidak membawa
buku paket, tiga orang peserta didik tidak membawa buku catatan matematika,
tujuh orang peserta didik tidak membawa buku tugas matematika, dan sepuluh
orang peserta didik tidak membawa perlengkapan alat tulis. Presentase kesiapan
peserta didik menerima pelajaran sedikit meningkat dibandingkan pada pertemuan
pertama, namun hal ini masih perlu ditingkatkan lagi sampai semua peserta didik
benar-benar siap menerima pelajaran. Kemudian guru memberi penjelasan kepada
semua peserta didik mengenai pentingnya buku paket yang mendukung
kelancaran proses pembelajaran dan buku catatan maupun buku tugas matematika
serta alat tulis yang nantinya akan sangat diperlukan selama pembelajaran
matematika berlangsung.
b. Observasi tentang aktivitas belajar peserta didik menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
Data dari hasil observasi aktivitas peserta didik digunakan untuk
mengetahui kegiatan peserta didik selama proses pembelajaran. Hasil observasi
aktivitas belajar peserta didik pada siklus I sebesar 52,8%. Pada siklus I
44
keterampilan sosial peserta didik menunjukkan nilai dua yang berarti kategori
kurang, sedangkan toleransi peserta didik terhadap adanya keragaman juga
menunjukkan nilai dua yang berarti kurang.
c. Hasil belajar peserta didik
Hasil belajar peserta didik sebelum pembelajaran menggunakan model
kooperatif tipe STAD yang mencapai ketuntasan sebesar 46,88% dengan nilai
KKM 63. Kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 75%. Peserta
didik yang tuntas sebelum tindakan sebanyak 15 peserta didik dari 32 peserta
didik. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I peserta didik yang tuntas menjadi
24 peserta didik. Peserta didik yang belum tuntas disebabkan kurang memahami
materi yang disampaikan guru dan kurang aktif dalam kegiatan diskusi kelompok.
2. Hasil Observasi Aktivitas Guru
Data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru digunakan untuk
mengetahui kegiatan guru selama proses pembelajaran. Pertemuan pertama pada
siklus I guru melakukan presensi peserta didik, memberi pertanyaan-pertanyaan
apersepsi, dan motivasi sebelum masuk pada kegiatan inti. Guru juga
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada kegiatan inti
guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari dan melakukan tanya
jawab dengan peserta didik. Namun guru belum sepenuhnya memperhatikan
peserta didik yang ramai sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan dari guru.
45
Pada tahap belajar dalam kelompok/tim, guru berkeliling membimbing
peserta didik serta mengorganisasikan kegiatan dalam kelompok untuk
mengerjakan tugas bersama-sama dan berdiskusi. Namun suasana di kelas belum
tenang, masih ada peserta didik yang berbicara dengan temannya, bahkan ada
salah satu peserta didik yang berlarian ke depan kelas. Sebelum dilaksanakan kuis
individu, guru sudah mengkondisikan peserta didik untuk duduk di bangku
masing-masing secara baik. Saat pelaksanaan kuis individu guru memantau semua
peserta didik selama kuis berlangsung. Namun masih ada beberapa peserta didik
yang meminta jawaban pada peserta didik lain dalam mengerjakan kuis tersebut.
Pada pertemuan kedua guru melakukan presensi peserta didik, memberi
apersepsi dan motivasi sebelum masuk pada kegiatan inti. Guru juga
menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada hari tersebut. Pada
pertemuan kedua siklus I digunakan oleh guru untuk memberi skor pada masing-
masing kelompok dan memberi penghargaan pada semua kelompok atas kerja
sama dalam kelompok yang telah dilakukan. Sebelum menghitung skor
kelompok, terlebih dahulu guru mengumumkan nilai kuis dari masing-masing
peserta didik. Setelah itu guru menghitung skor untuk masing-masing kelompok
dan memberikan penghargaan pada setiap kelompok. Kemudian guru melakukan
tanya jawab dengan peserta didik dan mengulas secara singkat hasil dari
pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya. Guru juga memberi penjelasan
mengenai tes akhir yang akan dilakukan pada hari tersebut. Sebelum membagi
soal, guru menjelaskan cara mengerjakan soal tes tersebut. Saat tes akhir
berlangsung guru mengawasi jalannya proses tes tersebut. Setelah tes selesai, guru
46
melakukan tanya jawab mengenai kesulitan yang dihadapi peserta didik selama
mengerjakan soal tes.
Hasil observasi terhadap aktivitas guru yang dilihat dari kegiatan guru
selama proses pembelajaran pada siklus I sudah cukup baik, yaitu sebesar 73,8%.
Namun kinerja guru masih perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai hasil yang
optimal terutama dalam memotivasi peserta didik agar lebih serius dalam
menerima pelajaran.
3. Wawancara dengan Peserta didik
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan peserta didik setelah
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
siklus I, sebagian besar peserta didik menjawab senang. Presentase hasil
wawancara dengan peserta didik pada siklus I menunjukkan angka sebesar
73,12%. Ada 25 peserta didik yang menyatakan bahwa belajar secara
berkelompok membuat mereka lebih memahami materi dan bisa bebas
berpendapat selama kegiatan diskusi. Namun ada tujuh peserta didik yang
menjawab tidak senang karena dalam kegiatan diskusi kelompok mereka
diganggu oleh teman satu kelompoknya.
d. Refleksi
Siklus I pada penelitian tindakan kelas ini menunjukkan peningkatan
aktivitas dan hasil akademik peserta didik. Berdasarkan data yang diperoleh
bahwa aktivitas peserta didik menunjukkan nilai sebesar 52,8%. Namun
47
peningkatan aktivitas tersebut masih rendah dan belum menunjukkan indikator
keberhasilan sehingga perlu adanya perbaikan untuk pembelajaran selanjutnya
supaya hasil yang diperoleh lebih baik lagi. Kinerja guru pada siklus I sudah
cukup baik. Berdasarkan hasil observasi kinerja guru pada siklus I yang
menunjukkan nilai sebesar 73,8%. Guru sudah melakukan kegiatan pembelajaran
dengan sebaik mungkin dan telah berusaha melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran yang sesuai dengan RPP. Namun perhatian guru pada peserta didik
yang ramai masih sangat kurang.
Berdasarkan data hasil perolehan dari pelaksanaan tindakan pada siklus I
masih terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan sesuai dengan tujuan yang harus
dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini. Hal-hal tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Keterampilan sosial pada siklus I menunjukkan nilai kurang. Hasil
tersebut masih di bawah kriteria indikator keberhasilan proses. Oleh
karena itu keterampilan peserta didik dalam berdiskusi dan bekerja sama
dalam tim masih perlu ditingkatkan. Selain itu keterampilan sosial yang
juga perlu ditingkatkan antara lain adalah keaktifan selama pembelajaran
dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru.
2. Toleransi terhadap adanya keragaman pada siklus I menunjukkan nilai
kurang. Hasil tersebut masih di bawah kriteria indikator keberhasilan
proses. Sehingga pada siklus II toleransi peserta didik untuk menerima
peserta didik lain sebagai teman kerja kelompok dan menghargai
pendapat peserta didik lain masih perlu ditingkatkan.
48
3. Hasil akademik peserta didik yang mencapai ketuntasan pada siklus I
sebesar 75%. Hasil tersebut sudah baik, namun masih perlu ditingkatkan
lagi.
2. Hasil Penelitian Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II ini dilakukan beberapa persiapan seperti pada
siklus I. Siklus II pada penelitian ini juga direncanakan untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I seperti yang telah dijabarkan
dalam refleksi siklus I. Rencana persiapan perbaikannya adalah sebagai berikut :
1. Keterampilan sosial
Perbaikan keterampilan sosial peserta didik dalam berdiskusi dan bekerja
sama dalam kelompok diupayakan dengan memberikan pengarahan pada
peserta didik bahwa dalam kegiatan diskusi mereka harus bekerja sama agar
dapat mengerjakan soal dengan baik dan supaya semua anggota kelompok
dapat memahami materi yang didiskusikan. Jadi dengan adanya
pembentukan kelompok heterogen diharapkan peserta didik dapat saling
membantu memahami materi. Upaya lain yang dilakukan adalah
memotivasi peserta didik agar memberanikan diri untuk bertanya pada guru
maupun teman saat diskusi bila ada materi yang belum dipahami.
2. Toleransi terhadap adanya keragaman
Upaya perbaikan pada toleransi peserta didik untuk menerima peserta didik
lain sebagai teman kelompok adalah dengan memberi pengarahan pada
49
peserta didik bahwa teman dalam kelompok sangat penting dalam diskusi
kelompok, karena dengan adanya teman dalam kelompok dapat
memudahkan dalam menyelesaikan tugas. Peserta didik juga diberi
pengarahan agar dapat menghargai pendapat peserta didik lain selama
belajar dalam kelompok .
3. Hasil belajar peserta didik
Upaya perbaikan hasil belajar pada peserta didik yang belum memperoleh
nilai tuntas adalah dengan memberikan pengarahan supaya semua peserta
didik ikut aktif selama diskusi kelompok dan memperhatikan penjelasan-
penjelasan dari guru agar peserta didik dapat menguasai materi yang
diajarkan sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama pada siklus II ini, guru melakukan kegiatan awal sama
dengan yang dilakukan pada siklus I, yaitu melakukan presensi peserta didik,
memberi apersepsi, dan memberi motivasi kepada peserta didik. Guru juga
menyampaikan tujuan pembelajaran serta menanyakan kesiapan peserta didik
dalam mengikuti pelajaran yang akan dilaksanakan. Guru juga sesekali menegur
peserta didik yang ramai untuk mendengarkan penjelasan dari guru agar dalam
diskusi kelompok dapat lebih memahami serta dapat mengerjakan kuis atau tes
dengan baik.
Pada pertemuan pertama ini peserta didik terlihat lebih semangat dalam
menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan oleh guru. Saat guru menjelaskan
50
cara menggambar bangun datar persegi dengan memperhatikan sifat-sifatnya,
peserta didik mendengarkan penjelasan dari guru dengan tenang. Bahkan saat
guru selesai menggambar bangun datar persegi di papan tulis ada peserta didik
yang bertanya pada guru tentang sifat-sifat bangun datar lain yang belum
dipahami. Guru tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut, tapi meminta
peserta didik yang sudah paham angkat tangan dan menjelaskan kepada peserta
didik yang bertanya tersebut. Peserta didik yang angkat tangan lebih dari sepuluh
orang, jadi guru membimbing mereka untuk menjawab pertanyaan tersebut secara
bersamaan. Setelah itu guru menjawab pertanyaan tersebut dan menjelaskannya
secara singkat. Kemudian guru mengkondisikan peserta didik untuk duduk
bersama kelompoknya masing-masing, serta memanggil 8 peserta didik yang
menjadi ketua kelompok untuk maju ke depan kelas mengambil bendera tim dan
mengambil lembar kerja kelompok. Kelompok pada kegiatan pembelajaran ini
masih sama dengan kelompok pada saat siklus I. Pada siklus II ini peserta didik
lebih tertib dalam kegiatan kelompok karena sudah memahami cara berkelompok
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peserta didik juga dapat berdiskusi
dengan baik serta tidak ada lagi peserta didik yang mengganggu temannya setelah
mendapat pengarahan dari guru. Semua peserta didik terlihat serius dalam
berdiskusi bersama kelompoknya masing-masing. Guru juga berkeliling untuk
mengarahkan dan membimbing setiap kelompok. Beberapa kelompok yang belum
paham juga tidak takut untuk bertanya pada guru. Setelah peserta didik selesai
mengerjakan tugas secara berkelompok, guru menanyakan hal-hal yang masih
kurang dipahami untuk dibahas bersama. Kemudian guru mengkondisikan peserta
51
didik untuk duduk di bangkunya sendiri seperti semula. Satu persatu peserta didik
diberi soal kuis oleh guru untuk dikerjakan secara individu. Guru mengawasi
semua peserta didik selama pelaksanaan kuis berlangsung.
Pertemuan kedua pada siklus ini, yang dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 27 Maret 2012 juga sudah berjalan dengan cukup baik. Pertemuan ini
diawali dengan kegiatan presensi peserta didik, dan kegiatan-kegiatan pada awal
pembelajaran seperti yang selalu dilakukan oleh guru pada pertemuan-pertemuan
sebelumnya. Sebelum masuk pada kegiatan inti, guru menanyakan pada peserta
didik mengenai kegiatan kelompok yang dilakukan pada pertemuan sebelumnya.
Sebagian besar peserta didik serempak menjawab senang dapat bekerja sama
dengan teman dalam kelompoknya masing-masing.
Kegiatan inti pada pertemuan kedua ini diisi oleh guru dengan
menginformasikan nilai kuis masing-masing peserta didik. Setelah semua nama
peserta didik dan nilai yang diperoleh peserta didik tersebut selesai dibacakan
oleh guru, guru menghitung skor perolehan untuk masing-masing kelompok dan
mengumumkannya pada semua peserta didik. Pada siklus II ini semua kelompok
berhasil mendapatkan predikat Tim Super dan berhak menerima kartu
penghargaan dari guru. Kemudian ketua dari masing-masing kelompok maju ke
depan kelas untuk menerima kartu penghargaan dari guru. Setelah itu, guru
mengkondisikan kelas agar tenang kembali untuk melaksanakan tes. Dalam tes
tersebut semua peserta didik mengerjakan dengan baik, namun masih ada
beberapa peserta didik yang bertanya pada temannya. Guru menegur peserta didik
tersebut dan memberi pengertian bahwa tes harus dikerjakan sendiri, tidak seperti
52
pada saat melakukan diskusi kelompok. Setelah diberi peringatan oleh guru,
semua peserta didik dapat mengerjakan tes dengan baik. Diakhir pembelajaran,
saat semua peserta didik telah selesai mengerjakan soal tes, guru menanyakan
kesulitan-kesulitan yang ditemui peserta didik dalam mengerjakan tes akhir.
c. Observasi/pengamatan
Siklus II pada penelitian tindakan ini juga dilakukan observasi/pengamatan
dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti sama seperti pada
siklus I. Observasi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe
STAD pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik
a. Observasi tentang kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran
Hasil penelitian kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran pada
siklus II pertemuan pertama menunjukkan presentase sebesar 98,43% peserta
didik telah siap menerima materi pelajaran. Sedangkan yang belum siap yaitu ada
dua orang peserta didik yang tidak membawa buku tugas matematika dan dua
orang yang lain tidak membawa kelengakapan alat tulis.
Pertemuan kedua menunjukkan presentase sebesar 100% peserta didik telah
siap menerima materi pelajaran. Semua peserta didik telah membawa kelengkapan
yang diperlukan dalam pembelajaran, yaitu buku paket matematika, buku catatan
matematika, buku tugas matematika dan kelengkapan alat tulis. Ini berarti semua
53
peserta didik telah melakukan persiapan untuk mengikuti pelajaran matematika
yang akan dilaksanakan.
b. Observasi tentang aktivitas belajar peserta didik menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
Data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas peserta didik pada siklus
II digunakan untuk mengetahui kegiatan peserta didik selama proses
pembelajaran. Hasil observasi aktivitas belajar peserta didik pada siklus II sebesar
94,4%. Pada siklus II ini keterampilan sosial menunjukkan nilai lima yang berarti
kategori sangat baik, sedangkan toleransi terhadap adanya keragaman
menunjukkan nilai empat yang berarti kategori baik. Hasil tersebut menunjukkan
peningkatan aktivitas belajar peserta didik bila dibandingkan dengan hasil
observasi aktivitas belajar peserta didik pada siklus I.
c. Hasil belajar peserta didik
Hasil belajar peserta didik sebelum pembelajaran menggunakan model
kooperatif tipe STAD yang mencapai ketuntasan sebesar 46,88% dengan nilai
KKM 63. Pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 75%. Peserta didik yang
mencapai ketuntasan sebelum tindakan sebanyak 15 peserta didik dari 32 peserta
didik. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I peserta didik yang mencapai
ketuntasan menjadi 24 peserta didik. Kemudian pada siklus II mengalami
peningkatan lagi menjadi 96,87% peserta didik yang telah mencapai ketuntasan.
Hanya satu peserta didik yang belum tuntas, hal itu dikarenakan peserta didik
54
tersebut sangat malas dalam mengerjakan tes akhir yang diberikan oleh guru dan
hanya asal-asalan saat mengerjakannya.
2. Hasil Observasi Aktivitas Guru
Data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru pada siklus II
digunakan untuk mengetahui kegiatan guru selama proses pembelajaran.
Pertemuan pertama pada siklus II guru melakukan presensi peserta didik,
memberi apersepsi, dan motivasi sebelum masuk pada kegiatan inti. Guru juga
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan serta mengecek
kesiapan peserta didik menerima pelajaran. Pada kegiatan inti guru menjelaskan
secara singkat materi yang akan dipelajari dan melakukan tanya jawab dengan
peserta didik. Pada pertemuan pertama siklus II ini guru sudah lebih bersemangat
dalam mengajar dan sesekali menegur peserta didik yang masih ramai.
Pada tahap belajar dalam kelompok/tim, guru berkeliling membimbing
peserta didik serta mengorganisasikan kegiatan dalam kelompok untuk
mengerjakan tugas bersama-sama dan berdiskusi dengan teman kelompok
masing-masing. Kegiatan diskusi pada siklus II juga sudah berjalan lancar dan
cukup baik. Tidak ada lagi peserta didik yang mengganggu peserta didik lain
selama kerja kelompok.
Pada pertemuan kedua guru melakukan presensi peserta didik, memberi
apersepsi dan motivasi sebelum masuk pada kegiatan inti. Setelah itu guru
mengumumkan nilai kuis yang diperoleh masing-masing peserta didik. Kemudian
guru menginformasikan skor perolehan dari masing-masing kelompok serta
55
memberikan kartu penghargaan pada masing-masing kelompok. Guru juga
memberikan penghargaan berupa kata-kata yang memotivasi semua kelompok
karena pada siklus II ini semua kelompok berhasil mendapat predikat Tim Super.
Setelah itu guru memberi penjelasan mengenai tes akhir yang akan dilakukan
pada hari tersebut. Sebelum membagi soal, guru menjelaskan cara mengerjakan
soal tes tersebut. Saat tes berlangsung guru mengawasi jalannya proses tes
tersebut dan menegur peserta didik yang masih menyontek peserta didik lain.
Setelah tes selesai, guru melakukan tanya jawab mengenai kesulitan yang
dihadapi peserta didik selama mengerjakan soal tes.
Hasil observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran pada
siklus II ini juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar 93,84%. Presentase
tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru dalam pembelajaran menggunakan
model kooperatif tipe STAD sudah sangat baik.
3. Wawancara dengan Peserta didik
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan peserta didik setelah
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
siklus II, sebagian besar peserta didik menjawab senang. Presentase hasil
wawancara dengan peserta didik pada siklus II mengalami peningkatan dengan
menunjukkan angka sebesar 98,12%. Semua peserta didik kelas IIIA (32 peserta
didik) menyatakan bahwa belajar secara berkelompok membuat mereka lebih
memahami materi dan bisa bebas berpendapat selama kegiatan diskusi.
56
4. Angket tanggapan peserta didik mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan
model kooperatif tipe STAD
Hasil angket tanggapan peserta didik yang diperoleh setelah melakukan
pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD, 31 peserta didik
dari 32 peserta didik menyatakan suka dengan pembelajaran yang telah dilakukan.
Mereka berkomentar bahwa belajar dengan cara berkelompok lebih
menyenangkan karena dapat bekerja sama dalam mengerjakan soal-soal dari guru
dan peserta didik yang belum memahami materi bisa bertanya dengan leluasa
pada peserta didik lain yang lebih mengerti.
5. Wawancara dengan Guru Kelas IIIA
Berdasarkan hasil wawancara, guru kelas IIIA sebelumnya sudah pernah
mendengar model pembelajaran kooperatif STAD, namun belum pernah mencoba
menerapkan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas IIIA. Setelah melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif,
guru menyatakan sangat senang karena melihat semua peserta didik menjadi lebih
antusias dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar juga lebih hidup
dengan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik dan peserta didik
dengan peserta didik yang lain. Selain itu peserta didik juga menjadi lebih aktif
selama pembelajaran. Guru juga sangat puas karena nilai peserta didik hampir
100% telah mencapai ketuntasan.
57
d. Refleksi
Hasil observasi siklus II pada aktivitas belajar peserta didik sudah
menunjukkan hasil yang cukup baik yaitu sebesar 94,4%. Sementara aktivitas
guru juga menunjukkan adanya peningkatan yaitu menjadi sebesar 93,84%. Baik
aktivitas peserta didik maupun guru sudah mencapai kriteria indikator
keberhasilan proses. Berdasarkan hasil perolehan dari pelaksanaan siklus II
aktivitas peserta didik sudah menunjukkan tercapainya tujuan dalam penelitian
tindakan kelas ini, yaitu sebagai berikut :
1. Keterampilan sosial peserta didik dalam proses pembelajaran siklus II
mengalami peningkatan dengan menunjukkan nilai lima atau kategori
sangat baik. Hasil ini berarti keterampilan sosial peserta didik sudah
mencapai kriteria indikator keberhasilan proses.
2. Toleransi peserta didik terhadap adanya keragaman dalam proses
pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dengan menunjukkan nilai
empat atau kategori baik. Hasil ini berarti toleransi peserta didik sudah
mencapai kriteria inikator keberhasilan proses.
3. Hasil ketuntasan belajar peserta didik pada siklus II sebesar 96,87%. Hasil
tersebut sudah mencapai kriteria keberhasilan belajar yaitu diatas atau sama
dengan 75%.
4.2. Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian tindakan kelas ini merupakan hasil observasi
dari penelitian yang telah dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus
dan dilakukan refleksi secara keseluruhan pada tiap-tiap siklusnya. Proses
58
pembelajaran akan berlangsung optimal apabila terdapat interaksi yang baik
antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik yang lain.
Pembelajaran dengan menggunakan satu macam metode saja akan membuat
peserta didik menjadi jenuh untuk mengikuti pelajaran. Oleh karena itu guru perlu
melakukan alternatif-alternatif baru dengan menggunakan model pembelajaran
yang bervariasi agar peserta didik tidak jenuh lagi. Proses pembelajaran dikatakan
optimal bila terdapat keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran yang
berarti bukan merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru. Pembelajaran
dengan melibatkan peserta didik untuk bekerja sama dalam kelompok menjadi
salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan peserta didik. Proses
pembelajaran yang baik akan sangat berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.
Pembelajaran dengan teori konstruktivisme dari pandangan Piaget dan
Vigotsky menekankan interaksi antara peserta didik dengan peserta didik yang
lain melalui pembentukan kelompok dalam belajar. Pembelajaran yang bernaung
dibawah konstruktivisme adalah model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif itu sendiri sangat identik dengan adanya kelompok
belajar. Kelompok dalam belajar ini memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bebas berpendapat dan dapat meningkatkan keaktifan dalam berpikir
maupun psikomotor peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
Peserta didik harus aktif sehingga peserta didik yang menjadi pusat kegiatan
belajar mengajar di kelas. Keaktifan peserta didik ini menjadi hal yang sangat
penting untuk menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran.
59
Pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini mengambil pokok bahasan
yang memuat materi sifat dan unsur bangun datar sederhana. Pada pokok bahasan
tersebut, terdapat dua materi yang harus disampaikan, yaitu memahami sifat-sifat
bangun datar sederhana dan menggambar bangun datar sederhana berdasarkan
sifat dan unsurnya.
Hasil observasi awal yang dilakukan menunjukkan bahwa kegiatan belajar
mengajar belum optimal karena tidak terjadi interaksi antara peserta didik dengan
guru dan peserta didik dengan peserta didik yang lain secara maksimal. Bahkan
hasil belajar peserta didik juga masih sangat rendah dilihat dari ketuntasan
nilainya. Bentuk pemecahan dari permasalahan ini adalah dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran matematika di
kelas IIIA SD Negeri Tlahap. Selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok
bahasan sifat dan unsur bangun datar sederhana dari siklus pertama ke siklus
berikutnya menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik dalam proses
pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih optimal dan hasil belajar
peserta didik meningkat.
Perubahan dalam proses pembelajaran ini dilihat dari hasil peningkatan
keterampilan sosial dan toleransi terhadap adanya keragaman. Hasil observasi
pada proses pembelajaran menunjukkan bahwa keaktifan peserta didik selama
proses pembelajaran dari satu siklus ke siklus berikutnya mengalami peningkatan.
Hasil aktivitas peserta didik pada siklus I menunjukkan presentase sebesar 52,8%.
Kemudian pada siklus II mengalami peningkatan yaitu sebesar 94,4%.
60
Keterampilan sosial yang tadinya hanya mencapai nilai dua atau kategori kurang,
meningkat menjadi nilai lima atau kategori sangat baik pada siklus II. Toleransi
terhadap adanya keragaman juga meningkat, yaitu dari nilai dua atau kategori
kurang menjadi nilai empat atau kategori baik pada siklus II.
Peningkatan juga terjadi pada hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat
dilihat dari hasil ketuntasan nilai peserta didik sebelum diterapkannya model
pembelajaran tipe STAD dengan hasil ketuntasan nilai setelah pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran tipe STAD. Hasil belajar peserta didik
sebelum pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD yang mencapai
ketuntasan hanya sebesar 46,88% dengan nilai KKM 63. Nilai rata-rata
matematika kelas IIIA sebelum tindakan adalah 57,3. Kemudian pada siklus I
peserta didik yang mencapai ketuntasan mengalami peningkatan menjadi 75%,
dengan nilai rata-rata 71,9. Peserta didik yang tuntas sebelum tindakan sebanyak
15 peserta didik dari 32 peserta didik. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I
peserta didik yang tuntas menjadi 24 peserta didik. Kemudian pada siklus II
mengalami peningkatan lagi menjadi 96,87% peserta didik yang tuntas. Nilai rata-
rata matematika pada siklus II adalah 80,8. Pada siklus II hanya ada satu orang
peserta didik yang tidak mencapai nilai tuntas.
Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran matematika di
kelas IIIA terjadi peningkatan pemahaman peserta didik terhadap materi yang
dipelajari melalui kegiatan yang telah dilaksanakan oleh peserta didik. Ketuntasan
hasil belajar peserta didik sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar yaitu lebih
dari atau sama dengan 75%. Hal ini berarti dengan diterapkannya model
61
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran matematika dapat
meningkatkan keterampilan sosial peserta didik, toleransi terhadap adanya
keragaman, dan hasil belajar peserta didik.
Selama pelaksanaan penelitian, guru juga mengalami peningkatan dalam
mengajar dan menyampaikan materi dibanding dari sebelum diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru berusaha memberi motivasi kepada
peserta didik dan mencoba mengkondisikan kelas dengan baik, sehingga tercipta
suasana belajar yang kondusif. Selama proses pembelajaran tersebut, guru
semaksimal mungkin membimbing peserta didik mengorganisasikan kegiatan
dalam kelompok untuk mengerjakan tugas dan berdiskusi. Sedangkan dalam
lembar kerja peserta didik, guru memberikan arahan dan bimbingan, serta
memantau jalannya kegitan belajar mengajar.
Hasil observasi guru pada siklus I sebesar 73,8% dan pada siklus II sebesar
93,84%. Dari data tersebut menunjukkan adanya kenaikan kinerja guru dari siklus
I dan siklus II. Guru berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangannya dalam
proses pembelajaran, dari cara memberi motivasi kepada peserta didik selama
pembelajaran, mengarahkan toleransi dalam berkelompok dan keterampilan sosial
dalam pembelajaran. Hasil observasi terhadap kinerja guru dalam menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari satu siklus ke siklus-siklus
berikutnya, menunjukkan bahwa kinerja guru sudah semakin baik.
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD di kelas IIIA SD Negeri Tlahap pada pokok bahasan sifat dan unsur
bangun datar sederhana merupakan suatu proses pembelajaran yang telah
62
mengarah pada pembelajaran yang lebih mengaktifkan peserta didik mencakup
tiga ranah melalui kegiatan secara berkelompok. Pembelajaran yang dilakukan
oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
diharapkan dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas peserta
didik serta pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran sehingga
pembelajaran dapat menjadi lebih baik dan berlangsung secara optimal.
Penggunaan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan
sosial peserta didik, toleransi terhadap adanya keragaman, dan hasil belajar
peserta didik dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan sifat dan unsur
bangun datar sederhana di kelas IIIA SD Negeri Tlahap Kecamatan Kledung
Kabupaten Temanggung.