stad pkn kleas vi

Upload: suprayitnospdmm-prayit

Post on 10-Jul-2015

435 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahUntuk Indonesia pada saat ini, Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni pada pasal 37 menggariskan program kurikuler pendidikan kewarganegaraan sebagai muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta pendidikan tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa Pendidikan Kewarganegaraan pada

hakikatnya merupakan pendidikan yang mengarah pada terbentuknya warga negara yang baik dan bertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai dan dasar negara Pancasila. Atau dengan perkataan lain merupakan pendidikan Pancasila dalam praktek. Secara konseptualepistemologis, pendidikan Pancasila dapat dilihat sebagai suatu integrated knowledge system (Hartonian: 1996, Winataputra:2001) yang memiliki misi menumbuhkan potensi peserta didik agar memiliki "civic intelligence" dan "civic participation" serta "civic responsibility" sebagai warga negara Indonesia dalam konteks watak dan peradaban bangsa Indonesia yang ber-Pancasila (Winataputra, 2001, 2006). Proses pendidikan yang dituntut dan menjadi kepedulian PKn adalah proses pendidikan yang terpadu utuh, yang juga disebut sebagai bentuk confluent education (McNeil:1981). Tuntutan pedagogis ini memerlukan persiapan mental,

profesionalitas, dan hubungan sosial guru-murid yang kohesif. Guru seyogyanya siap memberi contoh dan menjadi contoh. Ingatlah pada postulat bahwa Value is

1

2

neither tought now cought, it is learned (Herman 1966). Nilai tidak bisa diajarkan atau pun ditangkap sendiri tetapi dicerna melalui proses belajar. Oleh karena itu nilai harus termuat dalam materi pelajaran PKn. PKn merupakan mata pelajaran dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional. Ia merupakan pendidikan nilai demokrasi, pendidikan moral, pendidikan sosial, dan masalah pendidikan politik. Namun yang paling menonjol adalah sebagai pendidikan nilai dan pendidikan moral. Oleh karena itu secara singkat PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi pendidikan nilai dan moral. Alasannya antara lain sebagai berikut. 1. Materi PKn adalah konsep-konsep nilai Pancasila dan UUD 45 beserta dinamika perwujudan dalam kehidupan masyarakat negara Indonesia. 2. Sasaran belajar akhir PKn adalah perwujudan nilai-nilai tersebut dalam perilaku nyata kehidupan sehari-hari. 3. Proses pembelajarannya menuntut terlibatnya emosional, intelektual, dan sosial dari peserta didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami (bersifat kognitif) tetapi dihayati (bersifat afektif) dan dilaksanakan (bersifat perilaku).

Untuk sementara pembelajaran Pkn adalah pembelajaran yang dianggap mudah oleh sebagian siswa namun proses pendidikan yang dituntut dan menjadikepedulian PKn adalah proses pendidikan yang terpadu utuh, yang juga disebut sebagai bentuk confluent education (McNeil:1981). Tuntutan pedagogis ini memerlukan persiapan mental, profesionalitas, dan hubungan sosial guru-murid yang kohesif. Guru seyogyanya siap memberi contoh dan menjadi contoh. Ingatlah pada postulat bahwa Value is neither tought now cought, it is learned (Herman 1966).

2

3

Nilai tidak bisa diajarkan atau pun ditangkap sendiri tetapi dicerna melalui proses belajar. Oleh karena itu nilai harus termuat dalam materi pelajaran PKn. Inilah yang penulis temukan di SD Negeri Pagerwojo Kecamatan Buduran Sidoarjo tuntutan pedagogis yang seharusnya dilakukan oleh guru PKn tidak terlihat ketika proses pembelajaran Pkn berlangsung. Hal ini menyebabkan pembelajaran masih berpusat pada guru (centered teacher). Siswa mudah boring, siswa banyak yang ngantuk dan pembelajaran tidak menyenangkan.

Temuan lain adalah siswa kelas VI.A SD Negeri Pagerwojo Kecamatan Buduran Sidoarjo mengalami kesulitan dalam memahmi peranan politik luar negeri Indonesia dalam Era Global pada mata pelajaran PKn. Hal ini dibuktikan kondisi awal sebelum dilakukan tindakan yaitu nilai formatif siswa memperoleh rata-rata 61.33 dengan tingkat ketuntasan 17 siswa atau 47.22%. Hal tersebut sangat memprihatikan bagi peneliti. Untuk itu peneliti berusaha untuk mencari jalan keluar agar pembelajaran PKn tidak terpuruk. Untuk mengatasi hal tersebut di atas adalah peneliti dan sekaligus guru PKn menerapkan model Pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan (PAKEM). Dengan model ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PKn yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievment Division (STAD). Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan salah satu sistem

pembelajaran kooperatif yang didalamnya siswa dibentuk ke dalam kelompok

3

4

belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Setidaknya ada tiga faktor penyebab rendahnya partisipasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, yakni (1) siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain, (2) Siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri, dan (3) Siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman lain. Penyebab rendahnya partisipasi diatas tidak hanya dibebankan kepada siswa saja, tetapi guru pun harus ikut bertanggung jawab. Seorang harus menyadari kadang-kadang ia mengajar dengan cara otoriter, menghindari pertanyaan dari siswa, menganggap siswa sebagai obyek, penerima, pencatat, dan pengingat. Oleh karena itu, guru harus profesional dalam melaksanakan pembelajaran. Bertolak dari permasalahan yang penulis uraikan di atas, maka guru perlu memberikan respon yang positif secara konkret dan obyektif guna

membangkitkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam bentuk konstributif maupun inisiatif. Bentuk kontributif dan inisiatif ini akan mampu membentuk siswa selalu aktif dan kreatif, sehingga mereka sadar bahwa ilmu itu hanya bisa diperoleh melalui usaha keras dan tidak semudah membalikkan telapak tangan serta dapat memahami pentingnya arti belajar. Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk meningkatkan prestasi belajar PKn penulis mengadakan penelitian dengan judul Meningkatkan Prestasi

4

5

Belajar PKn Materi Peranan Politik Luar Negeri Yang Bebas dan Aktif Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas VI.B SDN Pagerwojo Kecamatan Buduran Tahun 2010/2011. B. Rumusan Masalah Berpijak pada masalah yang akan diteliti, Rumusan Penelitian ini adalah Apakah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar PKn pada materi Materi Peranan Politik Luar Negeri Yang Bebas dan Aktif Siswa Kelas VI.B SDN Pagerwojo Kecamatan BuduranTahun 2010/2011?. C. Tujuan Penelitian Berpijak pada masalah yang akan diteliti, tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn pada Materi Peranan Politik Luar Negeri Yang Bebas dan Aktif Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD siswa kelas VI.B SDN Pagerwojo Tahun 2010/2011. D. Hipotesis Tindakan Hipotesis Tindakan pada penelitian ini adalah Jika pembelajaran PKn dilakukan dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, maka prestasi belajar Materi Peranan Politik Luar Negeri Yang Bebas dan Aktif yang diberikan di siswa kelas VI.B SDN Pagerwojo akan meningkat

5

6

E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi beberapa pihak sebagai berikut: 1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat meningkatkan prestasi belajar PKn. 2. Bagi siswa, termotivasi untuk meningkatkan belajarnya. 3. Bagi peneliti, sebagai landasan pijakan dalam melakukan penelitian lanjutan dengan melibatkan lebih lengkap komponen strategi-strategi pembelajaran, khususnya model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. 4. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan tentang peningkatan kualitas sekolah. F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ini dilakukan di kelas VI.B SDN Pagerwojo Tahun Pelajaran 2010/2011 Semester II, dengan jumlah siswa 36 orang, terdiri dari 16 siswa lakilaki dan 20 siswa perempuan. Materi Pembelajaran dalam penelitian ini adalah Memahmi peranan politik luar negeri Indonesia dalam Era Global. Materi pembelajaran ini termasuk dalam Standar Kompetensi: 4.Memahami Peranan Politik Luar Negeri Indonesia dalam Era Globalisasi. Dengan Kompetensi dasar: 4.1 Menjelaskan peran politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Materi pembelajaran ini diberikan pada siswa kelas VI semester II

6

7

G. Penjelasan Istilah 1. Model Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. 2. STAD merupakan salah satu sistem pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Guru memberikan materi pelajaran dan selanjutnya siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok pelajaran yang diberikan dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya. 3. Siswa kelas VI.B adalah siswa yang direncanakan akan mendapatkan tindakan dalam penelitian ini. 4. SDN Pagerwojo adalah nama tempat peneliti mengajar dan melakukan penelitian.

7

8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Pembangunan Watak dan Peradaban bangsa Indonesia Sebagaimana diketahui bahwa Pendidikan Kewarganegaraan pada

hakikatnya merupakan pendidikan yang mengarah pada terbentuknya warga negara yang baik dan bertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai dan dasar negara Pancasila. Atau dengan perkataan lain merupakan pendidikan Pancasila dalam praktek. Secara konseptualepistemologis, pendidikan Pancasila dapat dilihat sebagai suatu integrated knowledge system (Hartonian: 1996, Winataputra:2001) yang memiliki misi menumbuhkan potensi peserta didik agar memiliki "civic intelligence" dan "civic participation" serta "civic responsibility" sebagai warga negara Indonesia dalam konteks watak dan peradaban bangsa Indonesia yang ber-Pancasila (Winataputra, 2001, 2006). Apakah makna pendidikan Pancasila dalam pembangunan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat? Untuk menjawab pertanyaan ini, pendidikan Pancasila perlu dilihat dalam tiga tataran, yakni: pendidikan Pancasila sebagai kemasan kurikuler (mata pelajaran atau mata kuliah), sebagai proses pendidikan (praksis pembelajaran), dan sebagai upaya sistemik membangun kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Kesatuan Republik Indonesia ke depan (proses nations character building).

8

9

Dalam Lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006 secara normatif dikemukakan bahwa Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan tujuannya, digariskan dengan dengan tegas, adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1.Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan 2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta antikorupsi 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Berdasarkan Permendiknas N0. 22 tahun 2006 Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah secara umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan 2. Norma, hukum, dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional

9

10

3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM 4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan kedudukan warga negara 5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi 6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi 7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka 8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

B. Kajian Materi Pembelajaran PKn Perang Dunia II berakhir, keadaan dunia dikuasai oleh dua kekuatan yang berideologi berbeda, yaitu blok Barat dan blok Timur. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat yang berideologi liberal. Sebaliknya, blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet yang berideologi komunis. Negara-negara dunia pun terpecah dalam kebijakan luar negerinya. Ada negara yang melaksanakan kebijakan luar negerinya beraliran liberal dan tidak sedikit pula yang melaksanakan kebijakan komunis. Walaupun demikian, muncul pula negara-negara yang tidak mengikuti kebijakan yang ada. Mereka bersifat netral, seperti yang dilakukan Indonesia. Oleh karena itu, bangsa Indonesia melaksanakan politik luar negerinya yang bersifat bebas aktif.

10

11

1. Pengertian Politik Luar Negeri Politik luar negeri adalah arah kebijakan suatu negara untuk mengatur hubungannya dengan negara lain. Politik luar negeri merupakan bagian dari kebijakan nasional yang diabdikan bagi kepentingan nasional dalam lingkup dunia internasional. Setiap negara mempunyai kebijakan politik luar negeri yang berbedabeda. Mengapa demikian? Karena politik luar negeri suatu negara tergantung pada tujuan nasional yang akan dicapai. Kebijakan luar negeri suatu negara dipengaruhi oleh faktor luar negeri dan faktor dalam negeri. a. Faktor Luar Negeri Faktor luar negeri, misalnya akibat globalisasi. Dengan globalisasi seakan akan dunia ini sangat kecil dan begitu dekat. Maksudnya dunia ini seperti tidak ada batasnya. Hubungan satu negara dengan negara lainnya sangat mudah dan cepat. Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi seperti sekarang ini. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di negara lain dengan mudah diketahui oleh negara lain. b. Faktor Dalam Negeri Faktor dalam negeri juga akan mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara. Misalnya sering terjadinya pergantian pemimpin pemerintahan. Setiap pemimpin pemerintahan mempunyai kebijakan sendiri terhadap politik luar negeri. Bagaimana dengan politik luar negeri di Indonesia?

11

12

2. Politik Luar Negeri Bebas Aktif Politik luar negeri Indonesia bersifat bebas aktif. Bagaimana maksudnya? Bebas, artinya bahwa Indonesia tidak akan memihak salah satu blok kekuatan-kekuatan yang ada di dunia ini. Aktif, artinya Indonesia dalam menjalankan politik luar negerinya selalu aktif ikut menyelesaikan masalahmasalah internasional. Misalnya, aktif memperjuangkan dan menghapuskan penjajahan serta menciptakan perdamaian dunia. Berdasarkan politik luar negeri bebas dan aktif, Indonesia mempunyai hak untuk menentukan arah, sikap, dan keinginannya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Oleh karena itu, Indonesia tidak dapat dipengaruhi kebijakan politik luar negeri negara lain. 3. Tujuan Politik Luar Negeri Indonesia Tujuan politik luar negeri setiap negara adalah mengabdi kepada tujuan nasional negara itu sendiri. Tujuan nasional bangsa Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea keempat yang menyatakan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial Menurut Drs. Moh. Hatta, tujuan politik luar negeri Indonesia, antara lain sebagai berikut:

12

13

a. mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara; b. memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar negeri untuk memperbesar kemakmuran rakyat; c. meningkatkan perdamaian internasional; d. meningkatkan persaudaraan dengan semua bangsa. Tujuan politik luar negeri tidak terlepas dari hubungan luar negeri. Hubungan luar negeri merupakan hubungan antarbangsa, baik regional maupun internasional, melalui kerja sama bilateral ataupun multirateral yang ditujukan untuk kepentingan nasional. Politik luar negeri Indonesia oleh pemerintah dirumuskan dalam kebijakan luar negeri yang diarahkan untuk mencapai kepentingan dan tujuan nasional. Kebijakan luar negeri oleh pemerintah dilaksanakan dengan kegiatan diplomasi yang dilaksakan oleh para diplomat. Dalam menjalankan tugasnya para diplomat dikoordinasikan oleh Departemen Luar Negeri yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri. Tugas diplomat adalah menjembatani kepentingan nasional negaranya dengan dunia internasional. Inginkah kamu menjadi seorang diplomat? Seorang diplomat tinggal dan menetap di negara lain sebagai wakil dari negara yang menugaskan.

13

14

4. Landasan Politik Luar Negeri Indonesia Politik luar negeri Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Pancasila sebagai landasan ideal dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional. a. Pancasila sebagai Landasan Ideal Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila harus dijadikan sebagai pedoman dan pijakan dalam

melaksanakan politik luar negeri Indonesia. b. Landasan Konstitusional Landasan konstitusional politik luar negeri Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea pertama dan Alinea keempat, serta pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 11 dan Pasal 13. 1) Alinea Pertama Pembukaan UUD 1945 Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan 2) Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945 dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, 3) UUD 1945 Pasal 11 Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain. 4) UUD 1945 Pasal 13 Ayat 1: Presiden mengangkat duta dan konsul. Ayat 2: Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. Ayat 3: Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

14

15

C. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi saling mencerdaskan sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu sama lain. Karena sifatnya yang individu, maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhlusk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan, maka harus ada interaksi yang saling menyayangi atau mencintai. Pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama. Seperti yang dikatakan oleh Nurhadi, dkk (2004:61) Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran interaksi yang yang silih secara asuh sadar untuk dan sengaja

mengembangkan

menghindari

ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Lebih lanjut Abdurrahman dan Bintaro (2000: 78) mengatakan bahwa Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan

15

16

sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. 2. Unsur-unsur dasar Dalam Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu system yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya : (1) saling ketergantung positif, (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas, dan (4) ketrampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Abdurrahman dan Bintaro, 2000: 78-79). C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1. Pengertian STAD (Student Teams Achievment Division) merupakan salah satu sistem pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Guru memberikan materi pelajaran dan selanjutnya siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran yang diberikan. Kemudian, siswa melaksanakan tes atas materi yang diberikan dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya.

16

17

Nilai tes yang mereka peroleh, selanjutnya dibandingkan dengan nilai rata-rata yang mereka peroleh sebelumnya dan kelompok-kelompok yang berhasil memenuhi kriteria diberi nilai tersendiri, sehingga nilai ini kemudian ditambahkan pada nilai kelompok. Menurut Salvin yang dikutip oleh Sudikin, dkk (2002: 161) menjelaskan STAD terdiri dari lima komponen, yaitu (1) presentasi kelas, (2) kelompok, (3) tes, (4) nilai peningkatan individu, dan (5) penghargaan kelompok. Metode STAD mementingkan sikap dari pada teknik dan prinsip, yakni partisipasi dalam rangka mengembangkan potensi kognitif dan afektif. Dengan demikian siswa lebih (being made) daripada (being have). Kelebihan sistem ini, antara lain: (1) siswa lebih mampu mendengar, menerima dan menghormati serta menerima orang lain, (2) siswa mampu mengidentifikasi akan perasaannya juga perasaan orang lain, (3) siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti orang lain, (4) siswa mampu meyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan meyakinkan dirinya untuk saling memahami dan mengerti, dan (5) mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil guna dan berdaya guna, kreatif, bertanggung jawab, mampu mengaktualisasikan, dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi. Pembelajaran kooperatif adalah kerja kelompok dengan unsur dasar, yaitu (1) ketergantungan positif, (2) akuntabilitas individual, (3) interaksi

17

18

tatap muka, (4) keterampilan sosial, dan (5) Processing. (Sudikin, dkk., 2002: 161). Menurut Mortarela yang dikutip Sudikin, dkk (2002: 161)

mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif secara umum menyangkut teknik pengelompokkan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari empat atau lima siswa. Pembentukan kelompok didasarkan pada pemerataan karakteristik psikologis individu, yang meliputi kecerdasan, keceapatan belajar, motivasi belajar, perhatian, cara berpikir, dan daya ingat. Lebih lanjut Richard L. Arends (1997) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat dikelompokkan menurut bentuknya sebagai berikut : (1) siswa bekerja secara bersama-sama dalam kelompok untuk menguasai materi pelajaran, (2) kelompok siswa terdiri dari siswa yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah, (3) bila memungkinkan kelompok tersebut merupakan campuran dari jenis kelamin, dan (4) penilaian atau sistem penghargaan dengan berorientasi kelompok bukan orientasi individu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memandang keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok. Dalam hal ini, maka kerjasama dalam mencapai tujuan dan siswa berusaha keras membantu dan mendorong pada teman-teman untuk bersama-sama berhasil dalam belajar.

18

19

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa, campuran siswa berkemampuan tinggi, sedang, rendah, jenis kelamin dan suku/ras serta saling membantu satu sama lain, selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa minggu. Mereka diajarkan

keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang aktif, memberi penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi dan sebagainya. Agar dapat terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman sekelompok mencapai ketuntasan materi (Slavin, 1995). Pada sistem pembelajaran ini belajar dianggap belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan secara efektif, unsurunsur dasar pembelajaran kooperatif yang perlu ditanamkan kepada siswa adalah sebagai berikut: 1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama.

19

20

2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3. Para siswa harus berpandangan bahwa semuanya memiliki tujuan yang sama. 4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya di antara para anggota kelompok. 5. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. 6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama selama belajar. 7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan hasil belajar dari pada pengalaman pembelajaran individual. Perbedaan antara kelompok

pembelajaran kooperatif dan kelompok pembelajaran tradisional adalah sebagai berikut: L. Lundgen mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keuntungan antara lain:

20

21

1) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok. 2) Siswa aktif dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil. 3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. 4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. Beberapa teori belajar yang melandasi digunakannya sistem

pembelajaran kooperatif antara lain: a. Teori Motivasi Motivasi adalah satu komponen paling penting dari pembelajaran dan satu komponen yang paling sukar untuk diukur. Apakah membuat siswa bersedia untuk belajar? Kemauan untuk melakukan upaya dalam pembelajaran merupakan suatu produk dari banyak faktor, terentang dari kepribadian dan kemampuan siswa sampai karakteristik tugas-tugas tertentu, insentif untuk belajar, tatanan pelajaran, dan perilaku guru. (Nur, 1998a : 2) Menurut Baron dan Schunk (Nur, 1998 a: 2) motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, membimbing dan mempertahankan perilaku dalam waktu tertentu. Konsep motivasi berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan di masa lalu, lebih memiliki kemungkinan

21

22

diulang daripada perilaku yang tidak mendapat penguatan atau terkena hukuman. Menurut teori motivasi, motivasi dalam pembelajaran kooperatif terletak pada bagaimana bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Struktur pencapaian tujuan dengan menciptakan situasi, sehingga seseorang ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1995: 16). Oleh karena itu untuk mencapai tujuan yang diinginkan anggota kelompoknya dan yang lebih penting lagi adalah memberi dorongan atau dukungan pada anggota lain untuk berusaha mencapai tujuan yang maksimal. Lebih lanjut, keberhasilan kelompok didasarkan pada masing-masing anggota

kelompoknya dengan cara meningkatkan motivasi belajar, motivasi untuk mendorong semangat teman untuk belajar dan motivasi untuk membantu teman dalam belajar (Slavin, 1995: 45) b. Teori kognitif (perkembangan) Teori perkembangan mengasumsikan bahwa interaksi antar siswa disekitar tugas-tugas yang sesuai tentang keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan

mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.

22

23

Pada pembelajaran kooperatif waktu yang dipergunakan relatif lebih banyak karena seorang pengajar harus menyiapkan materi pelajaran, mempersiapkan kelompok-kelompok belajar dan sekaligus memandunya. Pada kelas-kelas yang sangat heterogen akan menimbulkan kebosanan pada siswa yang tingkat kemampuannya tinggi, karena pada umumnya mereka merasa terganggu dan terbebani oleh siswa-siswa yang tingkat kemampuannya rendah. Apalagi jika siswa yang berkemampuan rendah tersebut malas. Jika hal ini terjadi, maka peran gurulah yang harus dominan. 2. Tahap-tahap dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD terdiri dari tahap-tahap kegiatan yang tetap seperti berikut ini (Nur, 1998: 23). (a) Mengajar, Mempresentasikan pelajaran, (b) Belajar dalam tim, artinya siswa bekerja dalam kelompoknya dengan dipandu oleh lembar kerja siswa untuk menuntaskan materi pelajaran. (c) Tes, artinya siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara individual. (d) Penghargaan tim/kelompok, artinya skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota tim, dan sertifikat, laporan berkala kelas atau papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor tinggi.

23

24

D. Partisipasi Siswa dalam KBM Partisipasi adalah keterlibatan seseorang baik pikiran maupun tenaga untuk memperoleh dari kegiatan tersebut. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Tannenbaun dan Hahn yang dikutip oleh Sukidin, dkk (2002: 159), yang mendifinisikan bahwa partisipasi merupakan suatu tingkat sejauh mana peran anggota melibatkan diri di dalam kegiatan dan menyumbangkan tenaga pikirannya dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Sedangkan menurut Dusseldorp (1981: 33) partisipasi diartikan kegiatan atau keadaan mengambil bagian dalam suatu aktivitas untuk mencapai suatu kemanfaatan secara optimal. Berdasarkan kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan seseorang baik pikiran maupun tenaga untuk memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Metode mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan oleh guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif karena siswa lebih berperan serta, lebih terbuka, dan sensitif dalam KBM. Disini, siswa lebih mudah menerima ide-ide baru dan lebih kreatif sekaligus mengembangkan hubungan yang lebih interpersonal (manusiawi) sehingga inovasi yang timbul dari dalam diri siswa lebih mudah diterima. Sistem ini hanya dapat diikuti oleh siswa yang mau kerja sama dan kerja keras sekaligus mau mandiri sebelum mereka melakukan kerja kelompok. Oleh karena itu, siswa lebih bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri karena sebelumnya mereka memiliki daya motivasi untuk belajar.

24

25

Dalam kelompok diharapkan mengembangkan pengertian di antara anggotanya dan menjadi sumber untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi, perubahan pada diri individu, dan kesuksesan yang dihasilkan melalui perubahanperubahan yang dilakukan oleh kelompok pada sistem pendidikan ini merupakan komitmen bagi semua pihak. Hal ini didukung adanya pertalian perasaan dan hubungan interpersonal. Perasaan negatif dan anatagonis yang sebelumnya dimiliki anggota kelompok dapat diatasi dengan pengertian dan penerimaan serta pemahaman yang wajar karena keterbukaan dari kepercayaan akan ide dan citacita semua kelompok terhadap perubahan yang akan menimbulkan rasa demokrasi dan komunikasi yang realistis. E. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Prestasi Belajar PKn Pembelajaran Pkn adalah pembelajaran yang dianggap mudah oleh sebagian siswa namun proses pendidikan yang dituntut dan menjadi kepedulianPKn adalah proses pendidikan yang terpadu utuh, yang juga disebut sebagai bentuk confluent education (McNeil:1981). Tuntutan pedagogis ini memerlukan persiapan mental, profesionalitas, dan hubungan sosial guru-murid yang kohesif. Guru seyogyanya siap memberi contoh dan menjadi contoh. Ingatlah pada postulat bahwa Value is neither tought now cought, it is learned (Herman 1966). Nilai tidak bisa diajarkan atau pun ditangkap sendiri tetapi dicerna melalui proses belajar. Oleh karena itu nilai harus termuat dalam materi pelajaran PKn.

25

26

Kenyataaan awal yang penulis temukan di SD Negeri Pagerwojo Kecamatan Buduran Sidoarjo adalah tuntutan pedagogis yang seharusnya dilakukan oleh guru PKn tidak terlihat ketika proses pembelajaran Pkn berlangsung. Hal ini menyebabkan pembelajaran masih berpusat pada guru (centered teacher). Siswa mudah boring, siswa banyak yang ngantuk dan pembelajaran tidak menyenangkan.

Temuan lain adalah siswa kelas VI.A SD Negeri Pagerwojo Kecamatan Buduran Sidoarjo mengalami kesulitan dalam memahmi peranan politik luar negeri Indonesia dalam Era Global pada mata pelajaran PKn. Hal ini dibuktikan kondisi awal sebelum dilakukan tindakan yaitu nilai formatif siswa memperoleh rata-rata 61.33 dengan tingkat ketuntasan 17 siswa atau 47.22%. Hal tersebut sangat memprihatikan bagi peneliti. Untuk itu peneliti berusaha untuk mencari jalan keluar agar pembelajaran PKn tidak terpuruk. Untuk mengatasi hal tersebut di atas adalah peneliti dan sekaligus guru PKn menerapkan model Pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan (PAKEM). Dengan model ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PKn yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievment Division (STAD). Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan salah satu sistem

pembelajaran kooperatif yang didalamnya siswa dibentuk ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda.

26

27

Setidaknya ada tiga faktor penyebab rendahnya partisipasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, yakni (1) siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain, (2) Siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri, dan (3) Siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman lain. Penyebab rendahnya partisipasi diatas tidak hanya dibebankan kepada siswa saja, tetapi guru pun harus ikut bertanggung jawab. Seorang harus menyadari kadang-kadang ia mengajar dengan cara otoriter, menghindari pertanyaan dari siswa, menganggap siswa sebagai obyek, penerima, pencatat, dan pengingat. Oleh karena itu, guru harus profesional dalam melaksanakan pembelajaran. Bertolak dari permasalahan yang penulis uraikan di atas, maka guru perlu memberikan respon yang positif secara konkret dan obyektif guna

membangkitkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam bentuk konstributif maupun inisiatif. Bentuk kontributif dan inisiatif ini akan mampu membentuk siswa selalu aktif dan kreatif, sehingga mereka sadar bahwa ilmu itu hanya bisa diperoleh melalui usaha keras dan tidak semudah membalikkan telapak tangan serta dapat memahami pentingnya arti belajar. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dengan melakukan penelitian tindakan melalui Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan pada Materi Peranan Politik Luar Negeri Yang Bebas dan Aktif Melalui Model

27

28

diharapkan prestasi belajar PKn Siswa Kelas VI.B SDN Pagerwojo Kecamatan Buduran Tahun 2010/2011 akan meningkat.

28

29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Perencanaan Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. 1. Refleksi awal. Peneliti bersama dengan praktisi (1 orang guru sejawat) mengidentifikasi yaitu kesulitan yang paling esensi pada materi pembelajaran Materi Peranan Politik Luar Negeri Yang Bebas dan Aktif. 2. Peneliti dan praktisi merumuskan permasalahan secara operasional yang relevan sesuai dengan rumusan masalah penelitian. 3. Peneliti dan praktisi merumuskan hipotesis tindakan. Dalam penelitian ini menitikberatkan pada pendekatan nauralistik, sehingga hipotesis tindakan yang dirumuskan bersifat tentative yang mungkin mengalami perubahan sesuai dengan keadaan lapangan. 4. Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan yang meliputi: a) Menetapkan indikator-indikator desain pembelajaran kooperatif tipe STAD beserta strategisnya sesuai dengan RPP. b) Menyusun rancangan strategi penyampaian dan pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan sinergis dengan RPP.

29

30

c) Menyusun metode dan alat perekam data yang berupa angket, catatan lapangan, pedoman wawancara, pedoman penilaian. d) Menyusun rencana pengelolaan data, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

B. Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam tahap ini adalah: 1. Peneliti melaksanakan desain / penyampaian materi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD sesuai dengan RPP. 2. Peneliti dalam melakukan proses pembelajaran PKn sekaligus melakukan pengamatan secara sistematis terhadap pelaksanaan kegiatan proses

pembelajaran dengan Materi Peranan Politik Luar Negeri Yang Bebas dan Aktif dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD. Kegiatan pengamatan dilakukan secara intensif dengan memanfaatkan alat perekam, pedoman pengamatan serta catatan lapangan yang dibutuhkan. Dalam kegiatan pengamatan yang peneliti lakukan dalam rangka

pengumpulan data yang diperlukan. 3. Prosedur pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD alur pemikiran adalah sebagai berikut: a. Menyusun metode dan alat perekam data berupa tes, catatan lapangan, pedoman analisis, dokumen, catatan harian dan angket.

30

31

b. Menyiapkan media pembelajaran kooperatif Tipe STAD berupa lembar kerja untuk menunjang pemahaman siswa tentang Materi Peranan Politik Luar Negeri Yang Bebas dan Aktif c. Menyusun rencana pengelolaan data yang bersifat kwalitatif maupun kuantitatif. d. Menyiapkan kurikulum, yaitu memilih dan menganalisa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang disediakan untuk dipakai sebagai informasi dalam pembelajaran PKn. 4. Mengidentifikasi berbagai kemampuan yang telah dimiliki siswa yang relevan dengan materi pembelajaran termasuk merelevansikan dengan materi yang diperoleh sebelumnya. 5. Menganalisis instruksional yaitu mengembangkan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk memperoleh kemampuan mengenal Materi Peranan Politik Luar Negeri Yang Bebas dan Aktif. 6. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus. 7. Mengembangkan alat evaluasi atau system penilaian proses pembelajaran. 8. Mengembangkan strategi instruksional guru dan siswa.

C. Refleksi Setelah pengamatan selesai dilakukan dalam rangka memperoleh data penelitian, kemudian diolah dan dianalisis sebagai dasar untuk menarik suatu kesimpulan. Dari hasil simpulan tersebut, peneliti dapat menentukan perlu

31

32

tidaknya diadakan penelitian ulang atau dilanjutkan ke siklus berikutnya. Bila ternyata hasil simpulan tersebut tidak sesuai dengan rencana semula, maka langkah selanjutnya adalah mencari faktor-faktor penyebab adanya ketidak ketercapaian tersebut. Pengumpulan data pada penelitian ini terdiri atas dua tahap. Tahap pertama yaitu observasi dan pengamatan pendahuluan. Tahap ini dilakukan peneliti dengan melakukan pemberian angket kepada siswa untuk mengetahui kesulitan mereka dalam belajar PKn. Tahap kedua adalah pengamatan selama dan setelah pemberian tindakan dilakukan. Pengamatan selama enam jam pelajaran dengan tiga kali tatap muka. Peneliti dan observer mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan yang meliputi: (1) analisis, (2) sistesis, (3) makna, (4) penjelasan, dan (5) kesimpulan. Hasil yang diperoleh merupakan temuan tingkat efektivitas desain pembelajaran yang dirancang dan daftar permasalahan yang muncul di lapangan kemudian dipakai sebagai dasar untuk melakukan perencanaan berikutnya.

D. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pagerwojo yang berlokasi di Jalan Raya Pagerwojo No.1 Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI.B dengan jumlah siswa 36 orang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan.

32

33

E. Jadwal Penelitian Penelitian ini dilaksanakan 3 bulan, yaitu pada bulan Agustus s/d Oktober 2008. Berikut Rencana Kegiatan Penelitian seperti pada tabel berikut: Tabel 3.1 Jadwal Penelitian No Uraian Kegiatan 1 Persiapan Survey awal Penyusunan proposal Konsultasi 2 Pelaksanaan a. Pengamatan awal Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan siklus II 3 Pelaporan Penulisan Laporan 4 Finishing F. Metode Pengumpulan Data Perolehan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga macam metode yaitu metode observasi, metode tes, dan metode angket. 1. Metode observasi Metode ini merupakan suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dengan pengamatan yang berfungsi untuk memperjelas masalah dan atau petunjuk memecahkan masalah yang dilakukan secara sistematis dan objektif. 2. Metode tes Metode tes yang dimaksud adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa soal-soal pilihan ganda atau essay yang diberikan pada akhir 1 Agustus 2 3 4 5 September 1 2 3 4 5 Oktober 1 2 3 4 5

33

34

KBM dengan menggunakan pembelajaran strategi belajar. Tes yang disusun kemudian dicari validitas dan realibilitasnya. 3. Metode angket Metode angket merupakan salah satu alat pengumpul data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada

responden. Angket ini sudah termasuk instrumen penelitian yang telah disiapkan.

G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, yaitu penyajian data, penarikan simpulan, verifikasi refleksi. 1. Reduksi Data Dalam reduksi data yang diperoleh dari hasil observasi dan angket ditulis bentuk rekaman data, dikumpulkan, dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok, kemudian dicari polanya. Jadi rekaman data sebagai data mentah singkat, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih tajam pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencatat kembali data yang diperoleh bila diperlukan. 2. Penyajian Data Data yang diperoleh dengan cara membuat data nilai yang diperoleh dari tes pertama dan tes kedua.

34

35

Angket digunakan sebagai sarana untuk mengetahui perasaan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif Tipe STAD Setelah nilai tes pertama dan nilai tes kedua terkumpul, data dibandingkan. Dihitung berapa siswa yang mampu membuat topik berdasarkan tema, dengan melihat selisih dan prosentase kenaikan secara keseluruhan. Hasil angket dikumpulkan dan dihitung untuk dipilah-pilah sesuai dengan pendapat masing-masing siswa. Data yang telah direduksi dan dikelompokkan dalam berbagai pola dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna sebagai gambaran keseluruhan. Penyajian data ini ditulis dalam paparan data. 3. Penarikan Simpulan, Verifikasi, dan Refleksi Data yang diperoleh dicari pola, tema dan hubungan atau hal-hal yang sering timbul dari data tersebut kemudian dihasilkan simpulan sementara yaitu temuan yang berupa indikator-indikator yang selanjutnya dilakukan pemaknaan atau refleksi sehingga memperoleh simpulan akhir. Hasil simpulan akhir dilakukan refleksi untuk menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya. Untuk mendapatkan data tentang upaya peningkatan prestasi belajar siswa memahami bermacam norma yang berada dalam masyarakat melalui model

35

36

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn, maka analisa data penelitian digunakan analisa data statistik sebagai berikut: 1. Aktifitas Siswa Analisis dilakukan untuk mengetahui perkembangan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Jumlah skor yang diperoleh Pencapaian = Jumlah skor maksimal Adapun kriteria persentase aktivitas siswa adalah sebagai berikut : 70% = Baik sekali Baik Cukup kurang/rendah x 100 %

66% - 69% = 50% - 65% = < 50% =

(Jurnal Gentengkali, 2000:147) 2. Aktivitas guru Analisis dilakukan untuk mengetahui perkembangan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Jumlah skor yang diperoleh Pencapaian = Jumlah skor maksimal Adapun kriteria persentase aktivitas guru adalah sebagai berikut : x 100 %

36

37

70%

=

Baik sekali Baik Cukup kurang/rendah

66% - 69% = 50% - 65% = < 50% =

(Jurnal Gentengkali, 2000:147) 3. Analisas tes hasil belajar Siswa dikatakan berhasil dalam prestasi belajarnya apabila siswa mencapai ketentuan dalam belajarnya, menurut kurikulum seorang siswa dikatakan tuntas belajarnya apabila daya serap atau nilai yang diperoleh mencapai 65% dari tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan. Siswa dianggap tuntas belajarnya apabila mencapai 85% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 75% kemudian untuk menghitung prosentase standart ketuntasan belajar siswa yang akan digunakan, sebagai uji korelasi dalam penelitian kualitatif ini maka akan digunakan rumus sebagai berikut: Standart prosentasi ketuntasan belajar siswa per siklus : 4. Mencari rata-rata (Mean) Nilai rata-rata kelas :Jum lah NilaiSiswa Jum lah Siswa

x 100 % y

Adapun tes hasil belajar siswa diolah untuk mengukur perbedaan hasil antara siklus pertama dan siklus ke dua.

37

38

Penelitian ini akan dianggap berhasil apabila nilai tes kemampuan siswa membuat topik berdasarkan tema paling tidak 75%. Dan apabila 75% siswa merasa senang dan lebih giat belajarnya apabila selama proses belajar mengajar digunakan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD. Dari kegiatan reduksi selanjutnya dilakukan penyimpulan akhir yang selanjutnya diikuti dengan kegiatan verifikasi atau pengujian terhadap temuan ilmiah.

38

39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Kondisi Awal Berdasarkan pengamatan awal sebelum diterapkan penelitian tindakan kelas yang berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, hasil belajar PKn siswa kelas VI.B yaitu nilai rata-rata untuk materi memahmi peranan politik luar negeri Indonesia dalam Era Global adalah 61.33 dengan ketuntasan klasikal sebanyak 17 siswa atau 47.22% (lampiran 1). Masih rendahnya hasil belajar PKn menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam

mempelajari konsep-konsep materi . Hal ini dikarenakan beberapa konsep yang ada belum dipahami secara detail.

Selain itu juga disebabkan oleh metode pembelajaran yang diterapkan guru bersifat monoton dan kurang bervariasi. Dikatakan kurang bervariasi, karena guru mendominasi pembelajaran dengan metode ceramah dan tidak melibatkan siswa secara aktif. Dengan keadaan seperti itu, maka perlu diterapkan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa serta menarik minat siswa. Penerapan model

39

40

pembelajaran inkuri merupakan salah satu strategi untuk mengaktifkan siswa, hal ini sesuai dengan pendapat Suyitno bahwa keterlibatan siswa untuk turut aktif melalui model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu indikator

keefektifan belajar. 2. Hasil Penelitian Siklus I a. Rencana Tindakan ke I Pada pertemuan ini penleiti membuat rencana antara lain: merencanakan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan membuat rencana pelajaran, membuat pertanyaan-pertanyaan disesuaikan dengan membuat rencana pelajaran, menyusun ulangan harian, menyusun lembar observasi serta menyusun jadwal kolaborasi. Adapun langkah-langkah yang dipersiapkan untuk mendukung pelaksanaan penelitian dalam upaya meningkatkan kemampuan memahami politik luar negeri Indonesia pada siklus I adalah: 1) Mempersiapkan dan melaksanakan RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Siklus I) 2) Mempersiapkan LKS yang diberikan 3) Menyusun soal yang akan dipakai untuk mengadakan evaluasi Siklus I 4) Mempersiapkan lembar penilaian dan lembar pengamatan

40

41

5) Memberikan PR yang harus dikerjakan dirumah untuk memberi penguatan terhadap materi yang telah diberikan.

b. Pelaksanaan Tindakan ke 1 Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan pada tanggal 8 dan 10 Pebruari 2010, dengan rincian sebagai berikut: pada tanggal 8 Agustus 2010 pada jam pertama dan kedua (07.00 -08.10) adalah pelaksanaan proses KBM dengan materi politik luar negeri Indonesia. Dan pada tanggal 10 Pebruari 2010 adalah pelaksanaan evaluasi siklus I. Adapun langkahlangkah kegiatan adalah sebagai berikut: Pertemuan 1 dan 2 Sesuai dengan rencana pelaksanaan siklus I pertemuan 1 dan 2 dilaksanakan pada tanggal 8 Pebruari 2010 dengan alokasi waktu 3 x 35 dengan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: Kegiatan Awal 1. Guru melakukan Presensi 2. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas yaitu politk laur negeri Indonesia. 3. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan apa yang kamu ketahui Indonesia di mata dunia? 4. Melakukan mtoivasi

41

42

Kegiatan Inti 1. Guru membentuk kelompok yang beranggotakan 4 5 siswa yang heterogen 2. Guru memberi penjelasan tentang politik luar negeri Indonesia 3. Guru memberikan penjelasan tentang landasan Indonesia 4. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mencari artikel/informasi dari surat kabar tentang pelaksanaan dan kebijakan politik luar negeri Indonesia 5. Guru meminta artikel yang dikumpulkan disertai simpulan. Artikel dibentuk dalam bentuk kliping Kegiatan Akhir 1. Guru dan peserta didik membuat simpulan akhir tentang materi yang dibahas. 2. Guru memberikan tugas dalam buku kepada peserta didik Pertemuan 3 dan 4 Pertemuan 3 dan 4 dilaksanakan pada tanggal 10 Pebruari 2010 pada pukul 08.10 9.20. Adapun langkah-langkah kegiatan adalah sebagai berikut: Kegiatan Awal 1. Guru melakukan Presensi politik luar negeri

42

43

2. Guru menginformasikan bahwa pada hari ini ada ulangan formatif yang bertujuan untuk melihat sejauh mana materi yang dibahas dapat diterima oleh peserta didik 3. Melakukan mtoivasi

Kegiatan Inti 1. Guru menyiapkan lembar soal tes formatif siklus I 2. Memberikan alokasi waktu tes yaitu 30 menit 3. Bersama teman sejawat mengoreksi hasil tes formatif siklus I Kegiatan Akhir 1. Guru dan peserta didik membuat simpulan akhir tentang materi yang dibahas. 2. Guru memberikan tugas untuk mencatat hal-hal yang tidak dimengerti pada waktu menjawab tes formatif. c. Hasil Observasi Tindakan pada Siklus I Hasil observasi yang dilakukan guru pengamat pada tanggal 8 Pebruari 2009 pada siklus I dapat dirinci sebagai berikut: 1) Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa pada siklus I Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I No Aspek yang diamati Dilakukan Ya Tidak 1 Penilaian 2 3 4

43

44

Siswa melakukan kegiatan matematis (kegiatan yang terkait dengan pembelajaran Pkn), 1 menjawab pertanyaan mengerjakan LKS, membuat kesimpulan 2 Siswa berinteraksi satu sama lain Saling bertanya Saling menjelaskan Bekerjasama dan berdiskusi Menghargai orang lain Menyampaikan ide/gagasan Memberikan tanggapan Siswa mempresentasikan hasil 3 diskusi Siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan jelas Siswa memberikan tanggapan, pertanyaan dan sanggahan kepada kelompok lain. Jumlah Skor Skor Maksimal Persentase Sumber: Lampiran 10

24 36 66.67% 8 12 4

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran koopartif tipe STAD pada materi politik luar negeri Indonesia memperoleh skor 24 atau 66.67%. Berdasarkan kriteria skor yang ditetapkan skor tersebut berada pada kisaran 51% - 75%. Hal ini dapat diintepretasikan bahwa pada siklus I aktivitas siswa dikategorikan Baik. 2) Hasil obervasi terhadap aktivitas guru Tahap ini adalah tahap dimana seorang observer melakukan pengamatan terhadap guru pada saat yang bersangkutan mengajar di kelas

44

45

VI.B. Dan hasil lembar pengamatan dengan indikatornya telah ditetapkan diperoleh hasil berikut: Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siklus I Penilaian No Aspek yang diamati 4 3 2 1 I PENDAHULUAN a. Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya/prasyarat b. Mereviu tujuan pembelajaran c. Memotivasi siswa II KEGIATAN INTI a. Mempresentasikan materi b. Membagi kelompok c. Melatihkan ketrampilan kooperatif; * Berada dalam tugas * Mendengarkan dengan aktif * Mengambil giliran dan berbagi tugas * Mendorong berpartisipasi * Bertanya * Memeriksa ketepatan d. Mengawasi dan membimbing setiap kelompok secara bergiliran e. Mendorong siswa agar meminta bantuan kepada teman sebelum meminta bantuan kepada guru III PENUTUP a. Membimbing menyimpulkan materi pelajaran b. Memberikan penghargaan terhadap peningkatan skor kelompok c. Memberikan kuis/pertanyaan IV PENGELOLAAN WAKTU V PENGAMATAN SUASAN KELAS a. Siswa antusias b. Guru antusias c. Student Centered d. Teacher Centered 30 18 Jumlah skor 48 Sumber: Lampiran 13

45

46

Skor Maksimal 21 x 4 = 84 48 Pencapaian : ------- x 100% = 57.14 % = Cukup 84 Berdasarkan tabel tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran PKn di kelas VI.B melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I ini secara keseluruhan dikaterigorikan cukup. Hal ini dibuktikan dengan perolehan skor 48 atau 57.14%. d. Refleksi Hasil Siklus Ke 1 Pada tahap ini penulis melaksanakan tes evaluasi siklus I. Hal ini dilakukan penulis untuk merefleksi sejauhmana keberhasilan siswa kelas VI.B pada mata pelajaran PKn yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berdasarkan hasil analisis data hanya 16 siswa atau 40% siswa yang tuntas, maka secara klasikal proses pembelajaran belum tercapai. Hasil tes sebagaimana pada terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Hasil Tes Uji Kompetensi Siklus I No1 2 3 4 5 6 7 8

Nama Responden Achamd Faizal C Adelia Ratnaningsih Adi Irawan Akhmad Herianto Aminati Susanti Bibi Lundi Ardi Chrisdian Novi W Danny Febri Handoko

Jumla h Soal 25 25 25 25 25 25 25 25

Jumla h benar 20 21 20 23 18 21 17 15

Nilai 80 84 80 92 72 84 68 60

Kriteria

Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas

46

47

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

Dewi Rahmawati Dian Ratnasari Eben Suhandoko Elis Nasrurin Rosalina Erischa Bella Saputri Erlita Dwi Krisna P Ernita Farih Alifudin Ferida Tri Astutik Fery Safitri Marliyah Fikria Norma Hanifah Girda Biartaria R Gitalia Hilda Nurhidayah Intan Ariskamayanti Ledy Anfari Rosifania Linda Retnowati Maulana Ainul Yaqin Miftakhul Jannah Mokhamad Edi Mokhamd Faujin Muhamad Rio Hidayat Muhammad Sholihuddin Nurrohman Indra P Rega Saputra Ririn Ika Arista Riska Marianti Siti Ajeng Lukmanatik

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

20 20 20 23 21 20 16 15 20 21 22 21 14 16 16 17 17 17 18 20 15 15 17 17 17 17 17 22

80 80 80 92 84 80 64 60 80 84 88 84 56 64 64 68 68 68 72 80 60 60 68 68 68 68 68 8874,00 28 77.78 % 8 32.28 %

Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas

NILAI RATA-RATA JUMLAH SISWA YANG TUNTAS PRESENTASE KETUNTASAN JUMLAH SISWA YANG TIDAK TUNTAS PRESENTASE KETUNTASAN

Sumber: lampiran 10

47

48

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa : a. Siswa yang mencapai ketuntasan belajar secara individu ada 28 siswa atau mencapai prosentase 77.78%. b. Siswa yang tidak tuntas secara individu ada 8 siswa atau mencapai prosentase 32.28%.

Dari data nilai tersebut dapat distribusikan sebagai berikut: Tabel 4.4 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Tes I Interval Kelas 90 100 77 89 65 76 53 64 20 52 Sumber: Tabel 4.3 Dari data distribusi frekuensi dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tingkat kemampuan siswa dalam memahami politik luar negeri Indonesia dengan kriteria sangat tinggi ada 2 siswa atau 5.56%. 2. Tingkat kemampuan siswa dalam memahami politik luar negeri Indonesia dengan kriteria tinggi ada 15 siswa atau 41.67%. 3. Tingkat kemampuan siswa dalam memahami politik luar negeri Indonesia dengan kriteria sangat sedang ada 11 siswa atau 30.56%. 4. Tingkat kemampuan siswa dalam memahami politik luar negeri Indonesia dengan kriteria rendah ada 8 siswa atau 22.22%. Frekuensi 2 15 11 8 0 36 Kriteria Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Persentase 5.56% 41.67% 30.56% 22.22% 0% 100%

48

49

5. Tingkat kemampuan siswa dalam memahami politik luar negeri Indonesia dengan kriteria sangat rendah 0 siswa atau 0%. Berdasarkan analisis hasil tes siklus I yang diperoleh siswa kelas VI.B SDN Pagerwojo pada materi politik luar negeri Indonesia dikategorikan belum mencapai ketuntasan secara klasikal karena hanya 57.23% dari standar yang ditentukan yaitu 85%. 1. Beberapa kendala dan temuan yang terjadi pada siklus I : a. Siswa lamban dalam mengerjakan soal, sehingga waktu yang tersedia banyak yang terbuang bahkan sebagian ada yang belum selesai. b. Sebagaian besar siswa masih bingung karena belum memahami soal. 2. Hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus I untuk mengatasi masalah yang dijumpai antara lain: a. Menambah waktu untuk menjawab tes/soal sekitar 10 menit, sehingga b. Untuk mengatasi siswa yang kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung adalah memberi motivasi bahwa belajar itu sangat penting dalam rangka mempersiapkan masa depan dan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan menginformasikan bahwa sukses kalian terletak pada kemauan mereka. c. Diadakan tutor sebaya yang muncul dalam kelompok yang diambil dari siswa yang pandai untuk membantu siswa yang masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran.

49

50

d. Memberi motivasi lagi untuk membantu siswa yang masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran.

3. Hasil Penelitian Pada Siklus II a. Rencana Tindakan ke 2 Pada tahap ini peneliti membuat rencana antara lain: merencanakan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan membuat rencana pelajaran, membuat pertanyaan-pertanyaan disesuaikan dengan membuat rencana pelajaran, menyusun ulangan harian, menyusun lembar observasi serta menyusun jadwal kolaborasi. Adapun langkah-langkah yang dipersiapkan untuk mendukung pelaksanaan penelitian dalam upaya meningkatkan kemampuan memahami politik luar negeri Indonesia pada siklus II adalah: 1) Mempersiapkan dan melaksanakan RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Siklus II) yang telah disempurnakan sesuai dengna hasil refleksi siklus I. 2) Membentuk kelompok siswa yang tidak sesuai dengan jumlah masalah yang ditemukan pada siklus ke -1

50

51

2) Mempersiapkan LKS untuk memberikan penguatan pada materi yang telah dibahas. 3) Menyusun soal yang akan dipakai untuk mengadakan evaluasi Siklus II 4) Mempersiapkan lembar penilaian dan lembar pengamatan 5) Memberikan PR yang harus dikerjakan dirumah untuk memberi penguatan terhadap materi yang telah diberikan.

b. Pelaksanaan Tindakan ke 2 Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan pada tanggal 15 dan 17 Pebruari 2010, dengan rincian sebagai berikut: pada tanggal 15 Pebruari 2010 pada jam pertama dan kedua (07.00 -08.10) adalah pelaksanaan proses KBM dengan materi politik luar negeri Indonesia. Dan pada tanggal 17 Pebruari 2010 adalah pelaksanaan evaluasi siklus II. Adapun langkahlangkah kegiatan adalah sebagai berikut: Pertemuan 1 dan 2 Sesuai dengan rencana pelaksanaan siklus I pertemuan 1 dan 2 dilaksanakan pada tanggal 15 Pebruari 2010 dengan alokasi waktu 3 x 35 dengan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: Kegiatan Awal 1. Guru melakukan Presensi

51

52

2. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas yaitu politk laur negeri Indonesia. 3. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan apa yang kamu ketahui Indonesia di mata dunia? 4. Melakukan mtoivasi Kegiatan Inti 1. Guru membentuk kelompok yang beranggotakan 4 5 siswa yang heterogen 2. Guru memberi penjelasan tentang politik luar negeri Indonesia 3. Guru memberikan penjelasan tentang landasan Indonesia 4. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mencari artikel/informasi dari surat kabar tentang pelaksanaan dan kebijakan politik luar negeri Indonesia 5. Guru meminta artikel yang dikumpulkan disertai simpulan. Artikel dibentuk dalam bentuk kliping Kegiatan Akhir 1. Guru dan peserta didik membuat simpulan akhir tentang materi yang dibahas. 2. Guru memberikan tugas dalam buku kepada peserta didik Pertemuan 3 dan 4 politik luar negeri

52

53

Pertemuan 3 dan 4 dilaksanakan pada tanggal 17 Pebruari 2010 pada pukul 08.10 9.20. Adapun langkah-langkah kegiatan adalah sebagai berikut: Kegiatan Awal 1. Guru melakukan Presensi 2. Guru menginformasikan bahwa pada hari ini ada ulangan formatif yang bertujuan untuk melihat sejauh mana materi yang dibahas dapat diterima oleh peserta didik 3. Melakukan mtoivasi Kegiatan Inti 1. Guru menyiapkan lembar soal tes formatif siklus II 2. Memberikan alokasi waktu tes yaitu 30 menit 3. Bersama teman sejawat mengoreksi hasil tes formatif siklus II Kegiatan Akhir 1. Guru dan peserta didik membuat simpulan akhir tentang materi yang dibahas. 2. Guru memberikan tugas untuk mencatat hal-hal yang tidak dimengerti pada waktu menjawab tes formatif. c. Hasil Observasi Tindakan pada Siklus II Hasil observasi yang dilakukan guru pengamat pada tanggal 08 September 2009 pada siklus II dapat dirinci sebagai berikut: 1) Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa pada siklus II

53

54

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Dilakukan No Aspek yang diamati Ya Tidak 1 Siswa melakukan kegiatan matematis (kegiatan yang terkait dengan pembelajaran Pkn), 1 menjawab pertanyaan mengerjakan LKS, membuat kesimpulan 2 Siswa berinteraksi satu sama lain Saling bertanya Saling menjelaskan Bekerjasama dan berdiskusi Menghargai orang lain Menyampaikan ide/gagasan Memberikan tanggapan Siswa mempresentasikan hasil 3 diskusi Siswa mempresentasikan hasil 4 diskusi dengan jelas Siswa memberikan tanggapan, 5 pertanyaan dan sanggahan kepada kelompok lain. Jumlah Skor 32 Skor Maksimal 36 Persentase 88.89% Sumber: Lampiran 11

Penilaian 2 3

4

0 12 20

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran koopartif tipe STAD pada materi pembelajaran memeproleh skor 32 atau 88389%. Berdasarkan kriteria banyak siswa yang melakukan aktivitas skor tersebut berada pada kisaran 70 %. Hal ini dapat diintepretasikan bahwa pada siklus I aktivitas siswa dikategorikan Sangat Baik. 2) Hasil obervasi terhadap aktivitas guru

54

55

Tahap ini adalah tahap dimana seorang observer melakukan pengamatan terhadap guru pada saat yang bersangkutan mengajar di kelas VI.B. Dan hasil lembar pengamatan yang indikatornya telah ditetapkan yang diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siklus II No I Aspek yang diamati PENDAHULUAN a. Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya/prasyarat b. Mereviu tujuan pembelajaran c. Memotivasi siswa KEGIATAN INTI a. Mempresentasikan materi b. Membagi kelompok c. Melatihkan ketrampilan kooperatif; * Berada dalam tugas * Mendengarkan dengan aktif * Mengambil giliran dan berbagi tugas * Mendorong berpartisipasi * Bertanya * Memeriksa ketepatan d. Mengawasi dan membimbing setiap kelompok secara bergiliran e. Mendorong siswa agar meminta bantuan kepada teman sebelum meminta bantuan kepada guru PENUTUP a. Membimbing menyimpulkan materi pelajaran b. Memberikan penghargaan terhadap peningkatan skor kelompok c. Memberikan kuis/pertanyaan PENGELOLAAN WAKTU PENGAMATAN SUASAN KELAS a. Siswa antusias b. Guru antusias 4 Penilaian 3 2 1

II

III

IV V

55

56

c. Student Centered d. Teacher Centered Jumlah skor Sumber: Lampiran 14 Skor Maksimal 21 x 4 = 84 76 Pencapaian : ------- x 100% = 90.48 % = Baik Sekali 84

56 18 2 76

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran PKn di kelas VI.B melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II ini secara keseluruhan dikaterigorikan sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan perolehan skor 76 atau 90.48%.

d. Refleksi Hasil Siklus Ke -2 Pada tahap ini penulis melaksanakan tes evaluasi siklus II. Hal ini dilakukan penulis untuk merefleksi sejauhmana keberhasilan siswa kelas VI.B proses KBM menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berikut hasil tes siklus II seperti pada tabel berikut: Tabel 4.7 Hasil Tes Uji Kompetensi Siklus II No1 2 3 4 5

Nama Responden Achamd Faizal C Adelia Ratnaningsih Adi Irawan Akhmad Herianto Aminati Susanti

Jumla h Soal 25 25 25 25 25

Jumla h benar 22 23 22 25 20

Nilai 88 92 88 100 80

Kriteria

Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas

56

57

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

Bibi Lundi Ardi Chrisdian Novi W Danny Febri Handoko Dewi Rahmawati Dian Ratnasari Eben Suhandoko Elis Nasrurin Rosalina Erischa Bella Saputri Erlita Dwi Krisna P Ernita Farih Alifudin Ferida Tri Astutik Fery Safitri Marliyah Fikria Norma Hanifah Girda Biartaria R Gitalia Hilda Nurhidayah Intan Ariskamayanti Ledy Anfari Rosifania Linda Retnowati Maulana Ainul Yaqin Miftakhul Jannah Mokhamad Edi Mokhamd Faujin Muhamad Rio Hidayat Muhammad Sholihuddin Nurrohman Indra P Rega Saputra Ririn Ika Arista Riska Marianti Siti Ajeng Lukmanatik

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

23 19 18 22 22 22 25 23 22 19 18 22 23 24 23 17 19 19 17 17 17 18 20 16 20 19 17 21 17 19 22

92 76 72 88 88 88 100 92 88 76 72 88 92 96 92 68 76 76 68 68 68 72 80 64 80 76 68 84 68 76 8881,33 35 97.22 % 2

Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas

NILAI RATA-RATA JUMLAH SISWA YANG TUNTAS PRESENTASE KETUNTASAN JUMLAH SISWA YANG TIDAK TUNTAS

57

58

PRESENTASE KETUNTASAN

2.78 %

Sumber : lampiran 7 Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa : a. Siswa yang mencapai ketuntasan belajar secara individu ada 35 siswa atau mencapai presentase 97.22%. b. Siswa yang tidak tuntas secara individu ada 2 siswa atau mencapai presentase 2.78%.

Dari data nilai tersebut dapat distribusikan sebagai berikut: Tabel 4.8 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Tes PKn Frekuensi 8 12 15 1 0 36 Sumber: Lampiran tabel 4.7 Interval Kelas 90 100 77 89 65 76 53 64 20 52 Kriteria Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Persentase 22.22% 33.33% 41.67% 2.78% 100%

Dari distribusi frekuensi pada nilai tes kemampuan memahami politik luar negeri Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut:

58

59

a. Tingkat Kemampuan siswa dalam memahami politik luar negeri Indonesia dengan kriteria sangat tinggi ada 8 siswa dan mencapai persentase 22.22%. b. Tingkat Kemampuan siswa dalam memahami politik luar negeri Indonesia dengan kriteria tinggi ada 14 siswa dan mencapai persentase 33.33% c. Tingkat Kemampuan siswa dalam memahami politik luar negeri Indonesia dengan kriteria sedang ada 15 siswa dan mencapai persentase 41.67%. d. Tingkat Kemampuan siswa dalam memahami politik luar negeri Indonesia dengan kriteria rendah ada 1 siswa dan mencapai persentase 2.78%. e. Tingkat Kemampuan siswa dalam memahami politik luar negeri Indonesia dengan kriteria rendah ada 0 siswa dan mencapai persentase 0 %. B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti dapat diperoleh data kondisi dan permasalahan pembelajaran yang terjadi pada siswa kelas VI.B SDN Pagerwojo yaitu kemampuan dasar setiap anak tidak sama, ada yang sangat pandai, rendah dan sangat rendah. Sering yang kemampuannya sedang atau siswa yang sangat pandai atau juara kelas. Siswa yang kemampuannya sedang atau siswa yang sulit untuk mendapatkan nilai di atas ratarata yang telah ditetapkan (Skala nilai Komulatif), maka siswa tersebut kurang termotivasi belajarnya.

59

60

Berdasarkan kondisi yang ada, maka guru/peneliti merencanakan pembelajaran dengan menerpakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi memahami politik luar negeri Indonesia. Setelah pelaksanaan tindakan dilakukan selama dua siklus, maka dapat diuraikan hasil pembahasan penelitian sebagai berikut: 1. Siklus I Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat atau observer pada siklus I, untuk kegiatan siswa kelas VI.B ketika mengikuti proses pembelajaran yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh skor 24 atau 66.67%. Artinya pembelajaran PKn yang diberikan di kelas VI.B SDN Pagerwojo yang pengelolaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikategorikan baik atau dapat diterima oleh sebagian besar siswa kelas VI.B. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat atau observer pada siklus I, untuk kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh skor 48 atau 57.14%. Artinya pembelajaran PKn yang diberikan di kelas VI.B SDN Pagerwojo yang pengelolaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikategorikan cukup atau belum dapat diterima oleh sebagian besar siswa kelas VI.B. Sedangkan nilai tes pada siklus I nilai rata-rata memperoleh 74.00 dengan tingkat ketuntasan 28 siswa atau 77.78%. Dengan demikian terjadi

60

61

peningkatan prestasi nilai belajar siswa yaitu pada tes awal 61.33 dengan tingkat ketuntasan 17 siswa atau 47.22%. Artinya terjadi kenaikan sebesar 74.00 61.33 = 13.67 atau 77.78% - 47.22% = 30.56%. Hal ini dapat diintepretasikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I belum mampu meningkatkan prestasi belajar PKn siswa kelas VI.B SDN Pagerwojo. 2. Siklus II Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat atau observer pada siklus II, untuk kegiatan siswa kelas VI.B SDN Pagerwojo ketika mengikuti proses pembelajaran yang diajar melalui model

pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh skor 32 atau 88.89%. Dengan demikian terjadi peningkatan perolehan skor yaitu pada siklus II skor yang diperoleh untuk kegiatan siswa adalah 24 atau 66.67%, dan pada siklus II menjadi 32 atau 88.89%. Artinya peningkatan skor sebesar 32 24 = 8 siswa atau 22.22%. Hal ini dapat diintepretasikan bahwa pembelajaran PKn yang diberikan di kelas VI.B SDN Pagerwojo yang pengelolaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas dan pada siklus II aktivitas siswa dikategorikan sangat baik. Untuk pengamatan terhadap aktivitas guru berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat atau observer pada siklus II, untuk kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran melalui model pembelajaran

61

62

kooperatif tipe STAD diperoleh skor 76 atau 90.48%. Artinya pembelajaran PKn yang diberikan di kelas VI.B SDN Pagerwojo yang pengelolaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikategorikan sangat baik atau dapat diterima oleh sebagian besar siswa kelas VI.B. Sedangkan nilai tes pada siklus II nilai rata-rata memperoleh 81.33 dengan tingkat ketuntasan 35 siswa atau 97.22%. Artinya terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil tes yaitu pada siklus I nilai rata-rata siswa kelas VI.B memperoleh 74.00 dengan tingkat ketuntasan 28 siswa atau 77.78% dan pada siklus II meningkat menjadi 81.33 dengan tingkat ketuntasan 35 siswa atau 97.22%. Hal ini dapat diintepretasikan bahwa pada siklus II ketercapain ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal dapat diterima. 1. Tingkat Perkembangan hasil pengamatan dan hasil uji kompetensi a. Tingkat perkembangan aktivitas siswa Tabel 4.9 Data perkembangan aktivitas siswa siklus I dan siklus II Aspek Jumlah Skor Skor Maksimal Pencapaian Sumber: Lampiran 10 dan 11 Nilai Siklus I 24 36 66.67% Siklus II 32 36 88.89%

b. Tingkat perkembangan aktivitas guru Tabel 4.10 Data perkembangan aktivitas guru siklus I dan siklus II Aspek Nilai

62

63

Jumlah Skor Skor Maksimal Pencapaian Sumber: Lampiran 13 dan 14

Siklus I 48 84 57.14%

Siklus II 76 84 90.48%

c. Perkembangan nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan belajar siswa Nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan belajar pada siklus I dan siklus II dapat dilihat seperti dalam tabel berikut : Tabel 4.11 Nilai rata-rata dan Tingkat Ketuntasan Belajar pada Siklus I dan Siklus II No 1 2 Unsur Nilai Tes awal 61.33 17 47.22% Siklus I 74.00 28 77.78% II 81.33 35 97.22% Simpulan Ada kenaikan Ada kenaikan Ada kenaikan

Nilai rata-rata Tingkat Ketuntasan belajar 3 Persentase ketuntasan Sumber: Lampiran 8

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pada Tes Awal diperoleh nilai rata-rata adalah 61.33 dengan tingkat ketuntasan sebanyak 17 siswa atau 47.22%. Sedangkan pada siklus I nilai rata-ratanya meningkat menjadi 74.00 dengan tingkat ketuntasan 28 siswa atau 77.78%, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 81.33 dengan tingkat ketuntasan 35 siswa atau 97.22%. Dengan demikian dapat diintepretasikan bahwa pembelajaran model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar PKn materi politik luar negeri Indonesia siswa kelas VI.B SDN Pagerwojo Tahun 2009/2010.

63

64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Adapun hasil penelitian yang diperoleh dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Hal ini

64

65

dibuktikan hasil pengamatan pada siklus I memperoleh skor 48 atau 57.14% dan pada siklus II memperoleh skor 76 atau 90.48%. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disukai oleh sebagian besar siswa, karena mereka dapat belajar membina (meningkatkan kemampuan kerja sama), sangat cocok untuk belajar aspek kognitif tingkat tinggi, meningkatkan keterampilan berpikir secara kreatif, meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan dapat mengembangkan aspek efektif. Hal ini dibuktikan dengan perolehan skor pada siklus I didapat skor 24 atau 66.67% dan pada siklus II meningkat skornya meningkat menjadi 32 atau 88.89%. 3. Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD meningkatkan prestasi belajar PKn pada materi politik luar negeri Indonesia siswa kelas VI.B SDN Pagerwojo. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata pada tes awal adalah 61.33 dengan tingkat ketuntasan sebanyak 17 siswa atau 47.22%. Sedangkan pada siklus I nilai rata-ratanya meningkat menjadi 74.00 dengan tingkat ketuntasan 28 siswa atau 77.78%, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 81.33 dengan tingkat ketuntasan 35 siswa atau 97.22%. B. Saran-saran Agar pembelajaran PKn dapat berhasil sesuai dengan harapan guru, maka disarankan:

65

66

1. Bagi guru PKn dalam penyampaian pelajaran PKn diharapkan melakukan inovasi pembelajaran yang kontekstual. Salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. 2. Dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam kaitannya mendukung proses belajar, maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat digunakan pada mata pelajaran yang dianggap memberi konstribusi dalam peningkatan prestasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA Adnan, Warsito. 2007. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan Kewarganegaraan 6 untuk kelas VI SD dan MI. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Azizah, U. 1998. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team-Achievement (STAD). Tesis Surabaya : Pascasarjana UNESA. Ausburn, Lynna J,. dan Ausburn, Floyed, 1987, Cognitive style, some Information and Aplication for Instructional Design Education Commnication and Tecnology. Journal. Vol 26. 4 : 337-354.

66

67

Atrup. 1982. Strategi Penyampingan Teknik Belajar Berkelompok di Sekolah Dasar (Tesis) Malang : PPS IKIP Malang. Soekanto, Soerjono. 1981. Kedudukan dan Persamaan Hukum di Indonesia. Jakarta: Kurnia Esa. Sotami, Siti. A. 1985. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum. Jakarta: Kurnia. Tim ICCE UIN Jakarta. 2000. Pendidikan Kewargaan: Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada Media. Widarta. 2001. Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama. Wheare, K.C. 2003. Konstitusi-Konstitusi Modern. Surabaya: Pustaka Eureka. Gagne N,L, & Berliner, D.C 1994. Educational Psycology. London : Houghton Mifflin Company. Hamalik, Umur. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Jamaluddin. 2001. Pembelajaran Yang Efektif. Jakarta : Bagian Proyek EMIS Perguruan Agama Islam Tingkat Dasar. Joson and Jahson, 1984, Circle of Learning Cooperation in Classroom, USA : the Asseciation for Supervision and Curriculum Development. Messich, S. et al, 1976, Individuality in learning, San Franssisco : Joesey Bass. Purwodharminto, WJS, 2002, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam proses Belajar Mengajar Bandung : Sinar Baru Algesindo. Watkin, H.A., 1976. Cognitive style Academic Performance and in Teacher Student Relation. Dalam S. Messich, (ed) Individually in Learning. San Francisco : Jossey Bass.

67

68

Winataputra, U.S. (1978). A pilot Study of Implementation of the Area of Learning Moral Education of Pancasila in the 1975 SMA Curiculum in the Bandung Area (Postgraduate Project) Sydney: Macquarie University http://www.puskur.net/download/prod2007/48_Kajian%20Kebiajakan%20Kurikulum %20PKn.pdf

Lampiran 1 Data Hasil Tes Awal Jumla h Soal 25 25 25 25 25 Jumla h benar 17 18 17 20 15

No1 2 3 4 5

Nama Responden Achamd Faizal C Adelia Ratnaningsih Adi Irawan Akhmad Herianto Aminati Susanti

Nilai 68 72 68 80 60

Kriteria

Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas

68

69

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

Bibi Lundi Ardi Chrisdian Novi W Danny Febri Handoko Dewi Rahmawati Dian Ratnasari Eben Suhandoko Elis Nasrurin Rosalina Erischa Bella Saputri Erlita Dwi Krisna P Ernita Farih Alifudin Ferida Tri Astutik Fery Safitri Marliyah Fikria Norma Hanifah Girda Biartaria R Gitalia Hilda Nurhidayah Intan Ariskamayanti Ledy Anfari Rosifania Linda Retnowati Maulana Ainul Yaqin Miftakhul Jannah Mokhamad Edi Mokhamd Faujin Muhamad Rio Hidayat Muhammad S. Nurrohman Indra P Rega Saputra Ririn Ika Arista Riska Marianti Siti Ajeng Lukmanatik

25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

18 14 12 17 18 18 22 20 19 14 13 18 19 21 18 9 9 9 10 15 12 15 18 9 10 14 14 14 12 14 20

72 56 48 68 72 72 88 80 76 56 52 72 76 84 72 36 36 36 40 60 48 60 72 36 40 56 56 56 48 56 8061.33 17

Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tuntas

NILAI RATA-RATA JUMLAH SISWA YANG TUNTAS

69

70

PRESENTASE KETUNTASAN JUMLAH SISWA YANG TIDAK TUNTAS PRESENTASE KETUNTASAN

47.22 % 19 52.78 %

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pendidikan Kewarganegaraan SD dan MI VI/2 4 x pertemuan @ 35 menit 4. Memahami peranan politik luar negeri Indonesia dalam era globalisasi. 4.1 Menjelaskan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.

Mata Pelajaran : Kelas/Semester : Alokasi Waktu : Standar Kompetensi : Kompetensi Dasar :

70

71

Indikator

: Menjelaskan pengertian politik luar negeri Indonesia. Menyebutkan penyelenggara politik luar negeri Indonesia. Menjelaskan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Menyebutkan kebijakan politik luar negeri Indonesia. Menyebutkan landasan politik luar negeri Indonesia. I. Tujuan Pembelajaran Menjelaskan pengertian politik luar negeri Indonesia. Menyebutkan penyelenggara politik luar negeri Indonesia Menjelaskan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Menyebutkan kebijakan politik luar negeri Indonesia. Menyebutkan landasan politik luar negeri Indonesia. II. Materi Pokok Pembelajaran Landasan Politik Luar Negeri Indonesia Perwakilan Indonesia dalam Melakukan Politik Luar Negeri Indonesia III. Metode Pembelajaran Diskusi Ceramah Penugasan Pengamatan STAD IV. Langkah Kegiatan Pertemuan Ke-1 dan 2 Judul materi pelajaran: politik luar negeri Indonesia.

1. Langkah Pembelajaran Kegiatan Awal 1. Guru melakukan Presensi 2. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas yaitu politk laur negeri Indonesia. 3. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan apa yang kamu ketahui Indonesia di mata dunia? 4. Melakukan motivasi Kegiatan Inti 1. Guru membentuk kelompok yang beranggotakan 4 5 siswa yang heterogen 2. Guru memberi penjelasan tentang politik luar negeri Indonesia

71

72

1. 2.

3. Guru memberikan penjelasan tentang landasan politik luar negeri Indonesia 4. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mencari artikel/informasi dari surat kabar tentang pelaksanaan dan kebijakan politik luar negeri Indonesia 5. Guru meminta artikel yang dikumpulkan disertai simpulan. Artikel dibentuk dalam bentuk kliping Kegiatan Akhir Guru dan peserta didik membuat simpulan akhir tentang materi yang dibahas. Guru memberikan tugas dalam buku kepada peserta didik Pertemuan 3 dan 4 Kegiatan Awal 1. Guru melakukan Presensi 2. Guru menginformasikan bahwa pada hari ini ada ulangan formatif yang bertujuan untuk melihat sejauh mana materi yang dibahas dapat diterima oleh peserta didik 3. Melakukan mtoivasi Kegiatan Inti 1. Guru menyiapkan lembar soal tes formatif siklus I 2. Memberikan alokasi waktu tes yaitu 30 menit 3. Bersama teman sejawat mengoreksi hasil tes formatif siklus I Kegiatan Akhir 1. Guru dan peserta didik membuat simpulan akhir tentang materi yang dibahas. 2. Guru memberikan tugas untuk mencatat hal-hal yang tidak dimengerti pada waktu menjawab tes formatif.

V. Alat dan Sumber Belajar Buku Pendidikan Kewarganegaraan SD dan MI Kelas VI Buku yang relevan VI. Penilaian Tes lisan Tes tertulis Skala sikap Contoh bentuk instrumen penilaian (tes tertulis) Silanglah jawaban yang benar! 1. Landasan operasional politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif adalah .... a. Pancasila

72

73

b. UUD 1945 c. Ketetapan MPR d. UU 2. Berikut ini yang bukan tujuan politik luar negeri Indonesia adalah .... a. mempunyai hak yang penuh kemandirian dalam negeri b. memperjuangkan perdamaian dunia abadi c. mempertahankan kemerdekaan dan menjaga keselamatan negara d. mempertahankan tata ekonomi dunia yang berkeadilan sosial 3. Salah satu tugas perwakilan diplomatik adalah .... a. mewakili negara Indonesia dalam melaksanakan hubungan diplomatik b. memelihara kepentingan negara di negara penerima c. melindungi warga negara yang tinggal di negara penerima d. menerima pengaduan dari negara yang mengganggu negara perwakilan 4. Berikut ini adalah kekebalan yang dimiliki perwakilan diplomatik, kecuali .... a. alat kekuasaan negara penerima b. kantor perwakilan negara penerima c. kewajiban menjadi saksi d. pembayaran pajak 5. Kepentingan nasional suatu negara berlandaskan pada .... a. cita-cita nasional b. tujuan nasional c. prinsip nasional d. politik nasional

Contoh bentuk instrumen penilaian (skala sikap) Berikan tanda cek () pada pernyataan berikut sesuai dengan pendapatmu dan tuliskan pula alasanmu!No 1 2 3 Pernyataan Setiap bangsa pasti memiliki kebijakan dalam politik luar negerinya Politik luar negeri Indonesia dilaksanakan dengan negara maju Politik luar negeri bebas aktif berarti negara Indonesia bersifat netral Setu ju Tidak setuju Rag uragu alasan

73

74

4 5

dalam berhubungan dengna negara lain Kebijakan politik luar negeri Indonesia dari setiap Presiden Indonesia berbeda-beda Kebijakan politik luar negeri ditujukan untuk meningkatkan kemajuan bangsa

Mengetahui Kepala SDN Pagerwojo

Pagerwojo, Guru Kelas

Pebruari 2010

Dra. Wido Retno NIP. 1951 0825 197309 2 001

Dra. Hakimah, M.Pd. NIP. 19630503 198703 2 013

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II : Pendidikan Kewarganegaraan SD dan MI : VI/2 : 4 x pertemuan @ 35 menit

Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu

74

75

Standar Kompetensi : 4. Memahami peranan politik luar negeri Indonesia dalam era globalisasi. Kompetensi Dasar : 4.1 Menjelaskan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Indikator : Menjelaskan pengertian politik luar negeri Indonesia. Menyebutkan penyelenggara politik luar negeri Indonesia. Menjelaskan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Menyebutkan kebijakan politik luar negeri Indonesia. Menyebutkan landasan politik luar negeri Indonesia. I. Tujuan Pembelajaran Menjelaskan pengertian politik luar negeri Indonesia. Menyebutkan penyelenggara politik luar negeri Indonesia Menjelaskan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Menyebutkan kebijakan politik luar negeri Indonesia. Menyebutkan landasan politik luar negeri Indonesia. II. Materi Pokok Pembelajaran Landasan Politik Luar Negeri Indonesia Perwakilan Indonesia dalam Melakukan Politik Luar Negeri Indonesia III. Metode Pembelajaran Diskusi Ceramah Penugasan Pengamatan STAD IV. Langkah Kegiatan Pertemuan Ke-1 dan 2 Judul materi pelajaran: politik luar negeri Indonesia.

Kegiatan Awal 1. Guru melakukan Presensi 2. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas yaitu politk laur negeri Indonesia. 3. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan apa yang kamu ketahui Indonesia di mata dunia? 4. Melakukan mtoivasi Kegiatan Inti

75

76

1. 2. 3. 4.

Guru membentuk kelompok yang beranggotakan 4 5 siswa yang heterogen Guru memberi penjelasan tentang politik luar negeri Indonesia Guru memberikan penjelasan tentang landasan politik luar negeri Indonesia Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mencari artikel/informasi dari surat kabar tentang pelaksanaan dan kebijakan politik luar negeri Indonesia 5. Guru meminta artikel yang dikumpulkan disertai simpulan. Artikel dibentuk dalam bentuk kliping Kegiatan Akhir 1. Guru dan peserta didik membuat simpulan akhir tentang materi yang dibahas. 2. Guru memberikan tugas dalam buku kepada peserta didik Pertemuan 3 dan 4 Kegiatan Awal 1. Guru melakukan Presensi 2. Guru menginformasikan bahwa pada hari ini ada ulangan formatif yang bertujuan untuk melihat sejauh mana materi yang dibahas dapat diterima oleh peserta didik 3. Melakukan mtoivasi Kegiatan Inti 1. Guru menyiapkan lembar soal tes formatif siklus II 2. Memb