halitosis praminingrat unmas

Upload: bima-baskara

Post on 14-Apr-2018

245 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Halitosis Praminingrat Unmas

    1/10

    MAKALAH IPMHALITOSIS

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS MAHASARASWATI

    DENPASAR

    2012

  • 7/28/2019 Halitosis Praminingrat Unmas

    2/10

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar BelakangDewasa ini masyarakat sudah semakin memperhatikan penampilan fisiknya. Setiaporang berupaya untuk selalu tampil maksimal di depan orang lain maupun depan umum.

    Termasuk di dalamnya mengenai estetika dalam kesehatan gigi dan mulut maupun bau

    napas. Selalu menjaga napas agar tetap segar merupakan upaya setiap orang. Hal sering

    dilakukan yaitu dengan minum air putih atau makan permen dan permen karet. Hal

    tersebut melatarbelakangi kami untuk membuat makalah mengenai halitosis.

    1.2Rumusan Masalah1.2.1Apa pengertian dari halitosis?1.2.2Apa saja etiologi terjadinya halitosis?1.2.3Bagaimana klasifikasi halitosis?1.2.4Bagaimana mekanisme terjadinya halitosis?1.2.5Apa saja gejala halitosis?1.2.6Bagaimana menentukan diagnosis dan pengukuran halitosis?1.2.7Apa saja cara pencegahan dan perawatan halitosis?

    1.3Tujuan1.3.1Untuk mengetahui pengertian dari halitosis1.3.2Untuk mengetahui etiologi terjadinya halitosis1.3.3Untuk mengetahui klasifikasi halitosis1.3.4Untuk mengetahui mekanisme terjadinya halitosis1.3.5Untuk mengetahui gejala halitosis1.3.6Untuk mengetahui cara menetukan diagnosis dan pengukuran halitosis1.3.7Untuk mengetahui cara pencegahan dan perawatan halitosis

    1.4ManfaatMakalah ini dibuat untuk menambah informasi di bidang kesehatan gigi departemen

    periodonsia. Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat menambah ilmu pengetahuan

    masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut.

  • 7/28/2019 Halitosis Praminingrat Unmas

    3/10

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Pengertian Halitosis

    Halitosis berasal dari bahasa latin halitus (nafas) dan Yunani osis (keadaan). Jadihalitosis merupakan keadaan dari bau nafas. Umumnya istilah ini mengacu pada suatu

    keadaan bau mulut yang berasal dari keadaan metabolic secara sistemik termasuk saluran

    pencernaan. Halitosis dapat berupa halitosis fisiologi maupun patologis. Halitosis

    fisiologis adalah halitosis yang bersifat sementara dan terjadi bila substansi yang

    menimbulkan bau tersebut secara hematologi menuju paru-paru dan biasanya berasal dari

    makanan, seperti bawang dan lobak dan bisa juga berasal dari minuman, seperti the,

    kopi, serta minuman beralkohol. Halitosis fisiologis adalah halitosis yang dasarnya

    terjadi dalam suatu mekanisme yang sama dengan halitosis fisiologis, dalam hal ini

    bahan-bahan yang secara hematologis menuju paru-paru. Penyebab utama keadaan

    keadaan ini karena adanya kelainan yang bersifat lokal maupun sistemik seperti diabetes

    mellitus, uremia, gastritis, tukak lambung, dan hepatitis (Jurnal Kedokteran Gigi

    Mahasaraswati Volume 2).

    Halitosis adalah kondisi kesehatan mulut yang ditandai dengan napas yang berbau

    konsisten. Meskipun rongga mulut terjaga, sudah menghindari makanan yang berbau

    tidak sedap (Warianto, 2009).

    2.2 Etiologi Terjadinya Halitosis

    Halitosis dapat disebabkan oleh faktor-faktor fisiologis dan patologis yang

    berasal dari rongga mulut atau intra oral dan faktor- faktor sistemik atau ekstra oral.Berdasarkan survei yang telah dilakukan di Amerika Serikat, penyebab utama halitosis

    sebagian besar (90%) adalah karena faktor-faktor yang melibatkan rongga mulut. Perlu

    ditekankan bahwa halitosis bukanlah suatu penyakit, tetapi dianggap sebagai gejala dari

    penyakit sistemik tertentu. Namun bukan berarti bahwa setiap bau yang tidak sedap

    menandakan adanya suatu penyakit tertentu.

    2.2.1 Faktor Fisiologis Intra Oral

    Dalam rongga mulut seseorang, terdapat substrat-substrat protein eksogen

    (sisa makanan) dan protein endogen (deskuamasi epitel mulut, protein saliva dan

    darah) yang banyak mengandung asam amino yang mengandung sulfur (S).

    (Soeprapto, 2003) Selain itu halitosis juga dihasilkan oleh bakteri yang secara

    normal hidup di permukaan lidah dan dalam kerongkongan yang membantu proses

    pencernaan makanan dengan memecah protein. Spesies bakteri yang terdapat pada

    permukaan oral dapat bersifatsakarolitik, yaitu menggunakan karbohidrat sebagai

    sumber energi. Spesies lain bersifat asakarolitikatauproteoliti, yaitu menggunakan

    protein, peptida, asam amino sebagai sumber utamanya. Kebanyakan bakteri gram

    positif bersifatsakarolitikdan bakteri gram negatif bersifatproteolitik. (Djaya,

    2000) Menurut penelitian yang dipelopori oleh Prof. Dr. Joseph.Tozentich dari

    Universitas of British Columbia, Vancouver, berhasil mendeteksi bahwa terdapatsuatu senyawa sulfur yang mudah menguap dan berbau tak sedap sebagai hasil

  • 7/28/2019 Halitosis Praminingrat Unmas

    4/10

    produksi penguraian protein oleh bakteri anaerob gram negatif di dalam mulut.

    Senyawa sulfur yang mudah menguap ini disebut sebagai Volatile Sulfur

    Compounds (VSCs) yang mengandungHidrogen sulfida (H2S),Methil

    mercaptan (CH3SH) danDimetil sulfida (CH3SCH3) yang merupakan penyebab

    utama halitosis yang berasal dari rongga mulut.Kondisi mulut yang dapat memicu terjadinya bau mulut ialah kurang atau

    berhentinyaflow (aliran) saliva, meningkatnya bakteri gram negatif anaerob,

    meningkatnya jumlah protein makanan, pH rongga mulut yang lebih

    bersifat alkali dan meningkatnya jumlah sel-sel mati dan sel epitel nekrotik di dalam

    mulut. (Ravel, 2006) Walaupun penyebab halitosis belum diketahui sepenuhnya,

    sebagian besar penyebab diketahui berasal dari sisa makanan yang tertinggal di

    dalam rongga mulut yang diproses oleh flora normal rongga mulut. Beberapa faktor

    rongga mulut yang perlu mendapat perhatian khusus karena mempunyai peranan

    serta pengaruh besar terhadap timbulnya halitosis pada seseorang diantaranya adalah

    saliva, lidah, ruang interdental, dan gigi geligi. (Widagdo, 2007).

    2.2.2 Faktor Fisiologis Ekstra Oral

    Beberapa jenis masakan dan substansi makanan yang dikonsumsi sehari-hari

    juga dapat menimbulkan bau nafas yang kurang sedap. Makanan yang digoreng dan

    dan banyak mengandung bumbu seperti bawang dapat menimbulkan bau yang

    bertahan di mulut selama 10-12 jam. Bahkan bau tersebut masih tetap terasa setelah

    gigi-gigi dibersihkan. Bau ini timbul karena substansi makanan tersebut diserap oleh

    saluran pencernaan dan dikeluarkan dengan lambat melalui paru-paru. Keadaan ini

    telah dibuktikan oleh Morris dan Read dengan memberikan suatu kapsul yangmengandung bawang putih kepada pasien yang diteliti dan menghasilkan bau yang

    bertahan lama pada udara pernafasan. Peneliti lainnya juga membuktikan bahwa bau

    bawang putih tersebut dalam waktu singkat telah dapat dirasakan pada pernafasan

    dan bertahan selama beberapa jam walaupun saluran pencernaan

    sepertijejunum merupakan bagian yang terpisah dari perut. (Simorangkir, 2001).

    2.2.3 Faktor Patologis Intra Oral

    Faktor penyebab halitosis yang paling sering terlihat adalah disebabkan karena

    kurang terjaganya kebersihan dan kesehatan rongga mulut. Pada pasien yang

    oral higienenya buruk cenderung terjadi pembusukan sisa-sisa makanan yang

    menumpuk di sela-sela gigi oleh bakteri yang ada di dalam rongga mulut. Keadaan

    ini akan bertambah parah pada pasien yang memiliki kecenderungan untuk

    membentuk kalkulus dengan cepat.

    Gingivitis dan periodontitis adalah penyakit inflamasi yang paling umum

    terjadi dan memicu terjadinya halitosis disebabkan bakteri gram negatif

    seperti veilonella, fusobacterium nucleatum danporphyromonas

    gingivalis tersembunyi di dalam jaringan periodontal yang sakit dan menimbulkan

    gas yang bau. (Ravel, 2006) Selain karena pembusukan sisa-sisa makanan yang

    terperangkap di dalam poket, pada kondisi ini saliva juga dapat cepat membusuk

    sehingga menambah parah bau mulut individu. Disamping itu,

  • 7/28/2019 Halitosis Praminingrat Unmas

    5/10

  • 7/28/2019 Halitosis Praminingrat Unmas

    6/10

    dijumpai. Tongue coating, karies dan penyakit periodontal merupakan penyebab

    utama halitosis berkaitan dengan kondisi tersebut.Infeksi kronis pada rongga nasal

    dan sinus paranasal, infeksi tonsil(tonsilhlith), gangguan pencernaan, tukak lambung

    juga dapat menghasilkan gas berbau. Selain itu, penyakit sistemik seperti diabetes

    ketoasidosir, gagal ginjal, dan gangguan hati juga dapat menimbulkan bau nafasyang khas. Penderita diabetes ketoasidosis mengeluartan nafas berbau aseton. Udara

    pernafasan pada penderita kerusakan ginjal berbau amonia dan disertai dengan

    keluhan dysgeusi, sedangkan pada penderita gangguan hati dan kantung empedu

    seperti sirosis hepatis akan tercium bau nafas yang khas, dikenal dengan

    istilahfoetorhepaticus.

    2.3.2 Pseudo Halitosis(Halitosis Semu)Pada kondisi ini, pasien merasakan dirinya memilki bau nafas yang buruk, namun

    hal ini tidak dirasakan oleh orang lain disekitarnya ataupun tidak dapat terdeteksi dengan

    tes ilmiah. Oleh karena tidak ada masalah pernapasan yang nyata, maka perawatan yang

    perlu diberikan pada pasien berupa konseling untuk memperbaiki kesalahan konsep yang

    ada (menggunakan dukungan literature, pendidikan dan penjelasan hasil pemeriksaan)

    dan mengingatkan perawatan oral hygiene yang sederhana.

    2.3.3 Halitophobia

    Pada kondisi ini, walaupun telah berhasil mengikuti perawatan genuine

    halitosis maupun telah mendapat konseling pada kasuspseudo halitosis, pasien masih

    kuatir dan terganggu oleh adanya halitosis. Padahal setelah dilakukan pemeriksaan yang

    teliti baik kesehatan gigi dan mulut maupun kesehatan umumnya ternyata baik dan tidak

    ditemukan suatu kelainan yang berhubungan dengan halitosis, begitu pula dengan tes

    ilmiah yang ada tidak menunjukkan hasil bahwa orang tersebut menderita halitosis.Pasien juga dapat menutup diri dari pergaulan sosial, sangat sensitif terhadap komentar

    dan tingkah laku orang lain. Maka dari itu, diperlukan pendekatan psikologis untuk

    mengatasi masalah kejiwaan yang melatar belakangi keluhan ini yang biasanya dapat

    dilakukan oleh seorang ahli seperti psikiater ataupun psikolog.

    2.4 Mekanisme Terjadinya HalitosisMekanisme terjadinya halitosis sangat dipengaruhi oleh penyebab yang

    mendasari keadaan tersebut. Pada halitosis yang disebabkan oleh makanan tertentu, bau

    nafas berasal dari makanan yang oleh darah ditransmisikan menuju paru-paru yang

    selanjutnya dikeluarkan melalui pernafasan. Secara khusus, bakteri memiliki peranan

    yang penting pada terjadinya bau mulut yang tak sedap atau halitosis. Bakteri dapat

    berasal dari rongga mulut sendiri seperti plak, bakteri yang berasal dari poket yang dalam

    dan bakteri yang berasal dari lidah memiliki potensi yang sangat besar menimbulkan

    halitosis (Jurnal Kedokteran Gigi Mahasaraswati Volume 2).

    VSC (Volatile Sulfur Compounds) merupakan unsure utama penyebab halitosis.

    VPC merupakan hasil produksi dari akrivitas bakteri-bakteri anaerob di dalam mulut

    yang berupa senyawa berbau yang tidak sedap dan mudah menguap sehingga

    menimbulkan bau yang mudah tercium oleh orang lain disekitarnya. Di dalam

    aktivitasnya di dalam mulut, bakteri anaerob bereaksi dengan protein-protein yang ada,

    protein di dalam mulut dapat diperoleh dari sisa-sisa makanan yang mengandung protein,

  • 7/28/2019 Halitosis Praminingrat Unmas

    7/10

    sel-sel darah yang telah mati, bakteri-bakteri yang mati ataupun sel-sel epitel yang

    terkelupas dari mukosa mulut. Seperti yang telah diketahui, di dalam mulut banyak

    terdapat bakteri baik gram positif maupun gram negatif. Kebanyakan bakteri gram positif

    adalah bakteri sakarolitik artinya di dalam aktivitas hidupnya banyak memerlukan

    karbohidrat, sedangkan kebanyakan bakteri gram negatif adalah bakteri proteolitikdimana untuk kelangsungan hidupnya banyak memerlukan protein. Protein akan dipecah

    oleh bakteri menjadi asam-asam amino ( Agus Djaya, 2000).

    Sebenarnya terdapat beberapa macam VSC serta senyawa yang berbau lainnya di

    dalam rongga mulut, akan tetapi hanya terdapat 3 jenis VSC penting yang merupakan

    penyebab utama halitosis, diantaranya metal mercaptan (CH3SH), dimetil mercaptan

    (CH3)2S, dan hidrogen sulfide (H2S). Ketiga macam VSC tersebut menonjol karena

    jumlahnya cukup banyak dan mudah sekali menguap sehingga menimbulkan bau.

    Sedangkan VSC lain hanya berpengaruh sedikit, seperti skatole, amino, cadaverin dan

    putrescine (Agus Djaya, 2000).

    2.5 Gejala Halitosis

    Kita sering tidak menyadari bahwa diri kita mengidap halitosis. Kalaupun tahu bau

    mulut sering membuat kita rendah diri. Karena itu, kita perlu mengenali beberapa gejala

    tersebut :

    1. Sering merasa tidak enak dalam mulut.2. Orang lain berkomentar mengenai bau nafas anda kemudin menawarkan sejenis

    permen atau obat penyedap bau nafas.

    3. Tanpa sadar anda sering menggunakan produk penghilang bau mulut, penyegarnafas.

    4. Orang lain tidak mau berdekatan saat berbicara dengan anda.5. Anda merasakan mulut kering atau kondisi air liur lebih kental daripada biasanya.

    Kondisi ini tidak dapat diperbaiki walau dengan segala usaha yang anda lakukan.

    2.6 Diagnosis dan Pengukuran Halitosis

    Diagnosis halitosis sangat penting dilakukan untuk mengetahui penyebab dan

    mencegah terjadinya halitosis sehingga memungkinkan untuk melakukan evaluasi

    terhadap keberhasilan pencegahan yang telah dilakukan. Kondisi umum pasien,

    pemeriksaan kondisi oral hygiene, karies, status periodontal diperlukan untukmendukung diagnosa yang tepat. Metode diagnosis dibedakan atas metode langsung dan

    tidak langsung

    2.6.1 Metode Langsung

    Metode langsung dilakukan dengan menghirup langsung bau yang terpancar atau

    mengakur gas-gas yang mengandung sulfur penyebab timbulnya halitosis. Metode

    langsung meliputi self diagnosis and home diagnosis pengukuran organoleptik,

    pengukuran dengan menggunaknan instrument seperti gas Kharomatografi, monitor

    sulfide/portable (halimeter) dan elektronik nose.

  • 7/28/2019 Halitosis Praminingrat Unmas

    8/10

  • 7/28/2019 Halitosis Praminingrat Unmas

    9/10

    kumur yang mengandung alkohol dapat mengakibatkan mulut kering dan apabila

    digunakan dalam waktu lama dapat menyebabkan mukosa mulut terkelupas. Oleh

    karena itu, sebaiknya menggunakan obat kumur non-alkohol seperti yang

    mengandung sodium sakarin. Penggunaan tidak perlu terlalu berlebihan, kurang lebih

    10-15 ml sudah cukup untuk membasahi seluruh permukaan mulut. Kumur sekurang-kurangnya 1-2 menit. Jangan kumur langsung dari botol, karena apabila tersentuh

    ludah, bahan akan terkontaminasi, sehingga bahan aktif selebihnya di dalam botol

    dapat menjadi rusak, akibatnya tidak berguna lagi untuk pemakaian selanjutnya.

    (Pintauli, 2008)

    e. Diet Sehat

    Diet sehat dilakukan dengan memakan makanan segar berserat seperti sayuran

    dan mempunyai konsistensi kasar yang dapat membantu membersihkan dorsum lidah,

    menghindari memakan makanan yang menimbulkan bau, serta banyak minum air

    putih setiap hari. Baru-baru ini, penelitian di Jepang melaporkan bahwa yogurt tanpa

    gula dapat mengurangi senyawa penyebab halitosis. Hal ini dibuktikan dengan

    dijumpai penurunan level senyawa hidrogen sulfida sampai 80% setelah

    mengkonsumsi 90 gram yogurt setiap hari selama 6 minggu. Selain itu, hasil

    penelitian di Amerika menunjukan bahwapolifenol(seperti catechin dan theaflavin),

    senyawa yang terkandung dalam teh juga dapat menghambat pertumbuhan bakkteri

    penyebab halitosis. Catechin terkandung dalam teh hijau maupun teh hitam

    sedangkantheaflavin lebih dominan pada teh hitam. Mengurangi konsumsi makanan

    dengan protein tinggi. Kunyahlah permen bebas gula (non-kariogenik) khususnya

    apabila mulut terasa kering. Banyak minum air dalam sehari. Menghindari konsumsi

    alkohol, rokok, obat-obatan yang dapat menurunkan aliran saliva. ( Dentika DentalJournal, Vol 13 )

    f. Penanganan Oleh Tenaga Profesional

    Apabila karies, penyakit periodontal atau infeksi mulut lainnya yang

    menyebabkan timbulnya halitosis, maka diperlukan penanganan khusus oleh tenaga

    profesional, misalnya melakukan penambalan, skeling atau tindakan penyerutan akar

    gigi (root planning). Selain itu, dokter gigi akan mencabut sisa akar bila radiks atau

    akar gigi yang menyebabkan timbulnya halitosis. (Pintauli, 2008)

    g. Rujukan

    Jika kecurigaan penyebab di dalam mulut sudah diatasi, tetapi halitosis masih

    ada, maka perlu diwaspadai kemungkinan adanya penyakit yang tidak berkaitan

    dengan masalah gigi dan mulut seperti penyakit sistemik. Dalam hal ini, dokter gigi

    akan merujuk pasien ke dokter spesialis untuk menanganinya

    (http://repository.usu.ac.id).

    http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/
  • 7/28/2019 Halitosis Praminingrat Unmas

    10/10

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Simpulan

    Jadi halitosis merupakan keadaan dari bau nafas. Umumnya istilah ini mengacu padasuatu keadaan bau mulut yang berasal dari keadaan metabolic secara sistemik termasuk

    saluran pencernaan. Halitosis dapat berupa halitosis fisiologi maupun patologis. Halitosis

    dapat disebabkan oleh faktor-faktor fisiologis dan patologis yang berasal dari rongga mulut

    atau intra oral dan faktor- faktor sistemik atau ekstra oral. Berdasarkan faktor etiologinya,

    halitosis dibedakan atasa halitosis sejati, (genuine) pseudohalitosis dan halitophobia.

    Halitosis sejati dibedakan lagi atas fisiologis dan patologis. Halitosis fisiologis merupakan

    bersifat sementara dan tidak membutuhkan perawatan, sebaliknya halitosis patologis

    merupakan halitosis bersifat permanen dan tidak dapat diatasi hanya dengan pemeliharaan

    oral hygiene saja, tetapi membutuhkan suatu penanganan dan perawatan sesuai dengan

    sumber penyebab halitosis.

    VSC (Volatile Sulfur Compounds) merupakan unsure utama penyebab halitosis. VPC

    merupakan hasil produksi dari akrivitas bekteri-bakteri anaerob di dalam mulut yang berupa

    senyawa berbau yang tidak sedap dan mudah menguap sehingga menimbulkan bau yang

    mudah tercium oleh orang lain disekitarnya. Diagnosis halitosis sangat penting dilakukan

    untuk mengetahui penyebab dan mencegah terjadinya halitosis sehingga memungkinkan

    untuk melakukan evaluasi terhadap keberhasilan pencegahan yang telah dilakukan. Metode

    diagnosis dibedakan atas metode langsung dan tidak langsung.

    Tindakan pencegahan dan perawatan pada halitosis antara lain,

    a. Menyikat Gigi

    b. Menggunakan Benang Gigi ( Dental Floss )

    c. Membersihkan Lidah

    d. Penggunaan Obat Kumur

    e. Diet Sehat

    f. Penanganan Oleh Tenaga Profesional

    g. Rujukan

    3.2 Saran

    Diharapkan kepada masyarakat,untuk lebih menjaga oral hygiene masing-masing

    karena dengan menjaga oral hygiene maka kita sudah melakukan tindakan preventif dalam

    memperkecil probability terjadinya masalah dalam tubuh khususnya pada rongga mulut.