perbandingan efektifitas setelah mengkonsumsi buah mentimun (cucumis sativus) dan daun kemangi...

101
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS SETELAH MENGKONSUMSI BUAH MENTIMUN (Cucumis sativus) DAN DAUN KEMANGI (Ocimum basillicum) UNTUK MENGURANGI HALITOSIS Ni Kadek Evie Rosdiana Dewi NPM : 10.8.03.81.41.1.5.042

Upload: nanda-pradana

Post on 19-Dec-2015

119 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

penelitian

TRANSCRIPT

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS SETELAH MENGKONSUMSI BUAH MENTIMUN (Cucumis sativus) DAN DAUN KEMANGI (Ocimum basillicum) UNTUK MENGURANGI HALITOSIS

Ni Kadek Evie Rosdiana DewiNPM : 10.8.03.81.41.1.5.042

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASARDENPASAR2014

1

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS SETELAH MENGKONSUMSI BUAH MENTIMUN (Cucumis sativus) DAN DAUN KEMANGI (Ocimum basillicum) UNTUK MENGURANGI HALITOSIS

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkangelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Mahasaraswati Denpasar

Oleh :Ni Kadek Evie Rosdiana DewiNPM : 10.8.03.81.41.1.5.042

MenyetujuiDosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

I. G. N. Putra Dermawan, drg., Sp.PM Ni Nyoman Gemini Sari, drg., M.Biomed NPK : 826 394 199NPK : 828 010 310

Tim penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara pembuatan skripsi dengan judul : Perbandingan Efektifitas Setelah Mengkonsumsi Buah Mentimun (Cucumis sativus) dan Daun Kemangi (Ocimum basillicum) Untuk Mengurangi Halitosis yang telah dipertanggung jawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada tanggal 18 Februari 2014.Atas nama Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan.

Denpasar, 18 Februari 2014

Tim Penguji SkripsiFakultas Kedokteran GigiUniversitas Mahasaraswati DenpasarKetua.

I. G. N. Putra Dermawan, drg., Sp.PMNPK : 826 394 199

Anggota :Tanda Tangan1. Ni Nyoman Gemini Sari, drg., M.Biomed1. ... NPK : 828 010 310

2. Intan Kemala Dewi, drg., M. Biomed2. ... NPK : 828 207 370

Mengesahkan, Dekan Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Mahasaraswati Denpasar

Putu Ayu Mahendri Kusumawati, drg., M.Kes., FISIDNPK. 19590512 198903 2 001KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERBANDINGAN EFEKTIFITAS SETELAH MENGKONSUMSI BUAH MENTIMUN (Cucumis sativus) DAN DAUN KEMANGI (Ocimum basillicum) UNTUK MENGURANGI HALITOSIS ini tepat pada waktunya.Skripsi ini disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi (SKG) pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Keberhasilan penyusuan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :1. drg. I. G. N. Putra Dermawan, Sp.PM selaku dosen pembimbing I, atas segala upaya dan bantuan beliau dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.2. drg. Ni Nyoman Gemini Sari, M.Biomed selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bantuan dalam membimbing sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

i3. drg. Intan Kemala Dewi, M.Biomed selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji serta memberikan koreksi dan masukan kepada penulis.4. drg. Putu Ayu Mahendri Kusumawati, M.Kes., FISID, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.5. Bapak dan Ibu tercinta, Ir. I Nyoman Madia dan Dra. Ni Wayan Arniasih, Kakakku Emmy Oktariani dan Adikku I Komang Agus Hendra Kurniawan serta keluarga tercinta atas doa, dukungan dan bantuan finansialnya sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar.6. Indri, Ary Dharma, Geksri, KrisnaPA, Dewi C, Prima, Noe, Nyamod, Bangkit, Meila dan teman-teman Cranter serta seluruh Civitas Akademik Universitas Mahasaraswati Denpasar dan pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, atas bantuan dan motivasinya baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan skripsi ini hingga selesai.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan skripsi ini.Penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, umumnya bagi masyarakat dan pemerhati bidang pelayanan kesehatan

Denpasar, 18 Februari 2014

Penulis

iiPERBANDINGAN EFEKTIFITAS SETELAH MENGKONSUMSI BUAH MENTIMUN (Cucumis sativus) DAN DAUN KEMANGI (Ocimum basillicum) UNTUK MENGURANGI HALITOSIS

AbstrakHalitosis adalah suatu keadaan bau nafas yang umumnya berupa bau nafas yang tidak sedap dan apabila dibiarkan dapat mengganggu aktivitas penderita. Dalam hal ini banyak cara yang dilakukan untuk mengatasi halitosis. Kenyataannya kini masyarakat sekarang cenderung lebih tertarik pada cara alternative untuk mengurangi halitosis yang tidak menguras biaya dan waktu, salah satunya yaitu dengan menggunakan cara alamiah yaitu mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi. Buah mentimun memiliki kandungan antara lain protein, kalsium, zat besi, vitamin C, vitamin A, serat, beta karoten, vitamin K, dan mengandung 90% air. Daun kemangi memiliki kandungan antara lain senyawa eugenol, flovanoid, dan minyak atsiri yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri anaerob penyebab halitosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas setelah mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi untuk mengurangi halitosis. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu dimana subjek penelitian berjumlah 60 orang, dibagi menjadi dua kelompok yaitu 30 orang kelompok mengkonsumsi buah mentimun dan 30 orang kelompok mengkonsumsi daun kemangi. Pengukuran tingkat halitosis pada semua sampel dilakukan sebelum dan sesudah menyikat lidah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok perlakuan, yaitu nilai sig. sebesar 0.034 lebih kecil dari alpha 5% (p < 0.05). Kesimpulannya adalah mengkonsumsi daun kemangi lebih efektif mengurangi halitosis dibandingkan dengan mengkonsumsi buah mentimun.Kata Kunci: Halitosis, Buah Mentimun, Daun Kemangi

iiiDAFTAR ISI

Halaman JudulHalaman Persetujuan PembimbingHalaman Persetujuan Penguji dan Pengesahan DekanKATA PENGANTARiABSTRAKiiiDAFTAR ISIivDAFTAR TABELviiDAFTAR GAMBARviiiBAB I. PENDAHULUAN 1A. Latar Belakang 1B. Rumusan Masalah 3C. Tujuan Penelitian 3D. Manfaat Penelitian 3BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4A. Halitosis 41. Pengertian Halitosis 42. Etiologi Halitosis 43. Klasifikasi Halitosis 7a. Halitosis sejati 7b. Pseudohalitosis 9c. Halitophobia 94. ivAlat ukur Halitosis 105. Penanganan Halitosis 13 B. Buah Mentimun 151. Pengertian Buah Mentimun 152. Klasifikasi Buah Mentimun 153. Kandungan Buah Mentimun 164. Khasiat Buah Mentimun 17C. Daun Kemangi 201. Pengertian Daun Kemangi 202. Klasifikasi Daun Kemangi 203. Kandungan Daun Kemangi 214. Khasiat Daun Kemangi 24BAB III. KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 26BAB IV. METODE PENELITIAN 30A. Jenis Penelitian 30B. Identifikasi Variabel 30C. Definisi Operasional 30D. Subyek Penelitian 31E. Alat dan Bahan 32F. Instrument Penelitian 32G. Lokasi dan Waktu 33H. Jalannya Penelitian 33I. Analisis Data 34

vBAB V. HASIL PENELITIAN 36BAB VI. PEMBAHASAN 41BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN 45A. Simpulan 45B. Saran 45DAFTAR PUSTAKA 46LAMPIRAN - LAMPIRAN 48

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi gizi buah mentimun tiap 100 g 17 Table 2.2 Komposisi gizi per 10 gram daun kemangi 23Tabel 3.1 Skala pengukuran breath checker 33 Tabel 4.1 Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin dan umur 36 Tabel 4.2 Hasil analisis deskriptif 37Tabel 4.3 Uji normalitas penurunan halitosis pada kelompok sebelum dan sesudah diberi perlakuan mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi dari Kolmogrov-smirnov test37 Tabel 4.4 Hasil data statistik uji homogenitas 38Tabel 4.5 Uji Paired T-Test halitosis pada kelompok sebelum dan sesdah diberi perlakuan mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi 39Tabel 4.6 Hasil uji T-Independent tingkat halitosis mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi 40

viiDAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Alat Ukur Halitosis 12Gambar 2.2. Buah Mentimun 16Gambar 2.3. Daun Kemangi 21

49

55

viii

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangHalitosis merupakan suatu masalah yang telah menarik perhatian banyak kalangan baik kalangan profesi kesehatan khususnya kesehatan gigi, para ilmuwan dan peneliti maupun kalangan masyarakat awam dalam dekade terakhir ini. Masalah ini tidak hanya dilihat dari sudut kesehatan tetapi juga dari sudut pergaulan sosial. Keberadaan halitosis pada dasarnya berkaitan dengan berbagai faktor penyebab baik yang berasal dari rongga mulut maupun organ-organ yang lain, baik yang bersifat lokal maupun sistemik. Halitosis yang berkaitan langsung dalam rongga mulut dipengaruhi oleh aspek mikrobiologis berbagai deposit di dalam rongga mulut. (Widagdo dan Natanael 2004) Akibat yang dapat ditimbulkan oleh halitosis ditinjau dari penderita dalam kehidupan sosialnya, yaitu: malu atau rendah diri, menghindari pergaulan sosial, bicara tidak bebas, tidak ada rasa percaya diri dan lain-lain.

1Halitosis merupakan suatu masalah yang dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dalam rongga mulut dan dengan melalui perawatan sumber-sumber penyebab di dalam rongga mulut yang dapat secara efektif memecahkan masalah-masalah nafas tak sedap. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menghilangkan halitosis yaitu dengan cara tradisional. Cara-cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mengunyah buah mentimun atau daun kemangi sebagai lalapan dalam kehidupan sehari-hari.Mentimun merupakan buah atau sayuran yang banyak digunakan dalam masyarakat. Mentimun yang masih berwarna hijau pekat dan muda banyak mengandung air dan serat yang dapat membantu meningkatkan produksi air liur, juga berfungsi menetralisir asam dan basa di dalam rongga mulut. Kandungan buah mentimun antara lain : protein, lemak, karbohidrat, magnesium, kalsium, zat besi, fosfor, vitamin A, vitamin B1, B2, B3, B5, B6, vitamin C, vitamin D, vitamin E, potassium (kalium), seng, silica, asam linoleat, senyawa kukurbitasin sebagai antikanker, senyawa fitokimia yang dapat membunuh bakteri penyebab bau mulut, mentimun juga memiliki kandungan serat yang dapat membersihkan sisa makanan yang terdapat disela gigi (Erin 2013).Kemangi merupakan sayuran atau tanaman yang juga bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Selain untuk menghilangkan bau badan, kemangi juga dapat digunakan untuk mengurangi halitosis karena kemangi mempunyai kandungan komponen non gizi antara lain senyawa eugenol, arginin, anetol, boron, dan minyak atsiri. Minyak atsiri dapat mencegah pertumbuhan mikroba penyebab penyakit, seperti Staphylococcus aereus, Salmonella enteriditis, dan Escherichia coli (Anonim 2011). Minyak atsiri merupakan salah satu metabolit sekunder tanaman yang banyak dilaporkan memiliki aktifitas antibakteria. Minyak atsiri daun kemangi tersusun atas senyawa hidrokarbon, alcohol, ester, phenol, (eugenol 1-19 %, iso - eugenol), eter phenolat (metil clavicol 3 31 %), metal eugenol 1 9 %), oksida, keton (Gunawan 1998 cit. Maryati dkk. 2007).

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang muncul adalah: bagaimanakah perbandingan efektivitas setelah mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi untuk mengurangi halitosis? C. TujuanTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas setelah mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi untuk mengurangi halitosis.D. Manfaat Manfaat penelitian ini adalah:1. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai bahan-bahan tradisional, seperti buah mentimun dan daun kemangi yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi halitosis.2. Untuk memberikan wawasan mengenai manfaat buah mentimun dan daun kemangi dalam kehidupan sehari-hari dalam mengurangi halitosis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Halitosis 1. Pengertian HalitosisHalitosis berasal dari bahasa latin, halitus (nafas) dan osis (keadaan) yang diartikan sebagai bau nafas tak sedap yang keluar dari mulut dan dapat melibatkan kesehatan dan kehidupan sosial seseorang. Sumber halitosis dapat berasal dari mulut, nasofaring atau bagian tubuh lainnya, namun dilaporkan kasus halitosis lebih banyak disebabkan dari rongga mulut (Pintauli dan Hamada 2008).Halitosis merupakan satu istilah yang digunakan untuk menunjukkan bau nafas yang tidak sedap atau bau mulut tak menyenangkan yang disebabkan faktor-faktor fisiologis atau patologis yang dapat berasal dari mulut atau sistemik (Tonzetich 1977cit. Dayan dkk. 1982).2. Etiologi HalitosisHalitosis terjadi oleh berbagai penyebab. Penyebab di dalam mulut yang utama adalah koloni bakteri, baik lidah, poket, tonsil, permukaan gigi, mukosa pipi, dan sebagainya. Bakteri yang sangat terkait dengan adanya halitosis adalah bakteri anaerob gram negatif, yang dapat mengurai protein menjadi senyawa yang berbau tidak sedap dan mudah menguap. Produk gas yang mudah menguap ini dikenal sebagai volatile sulfur compound (VSC) (Dharmautama dkk. 2008).

4Jenis mikroorganisme yang tergolong gram negative penghasil VSC diantaranya adalah Prevotella melanogenica, Fusibacterium nucleatum, Viellonella alcalescence, dan Klepsiella pneumonia. Sementara golongan gram positif seperti Streptococcus salivarius, Streptococcus mutans, Lactobacillus naeslundii, Lactobacillus acidophilus, Streptococcus aureus, Candida albicans, tidak dapat menghasilkan VSC. Aktifitas bakteri anaerob dalam rongga mulut bereaksi dengan protein yang diperoleh dari sisa makanan, sel darah yang mati, bakteri yang mati, ataupun sel epitel yang terlepas dari mukosa mulut. Disamping itu dalam saliva pun terdapat substrat yang mengandung protein. Halitosis dapat disebabkan oleh faktor fisiologis dan patologis. Faktor fisiologis adalah kurangnya aliran saliva selama tidur, makanan atau minuman, kebiasaan merokok, dan menstruasi. Sedangkan faktor patologis dibedakan atas penyebab lokal, yaitu kebersihan mulut yang buruk, periodontitis, karies gigi, mulut kering, gigi tiruan, dan lidah berambut (Dharmautama dkk. 2008). Penyebab sistemik halitosis adalah akibat berbagai infeksi atau lesi dari saluran napas, antara lain bronchitis, pneumonia, bronkiektatis. Bau dikeluarkan dari jantung ke substansi aromatic dalam aliran darah yang terdiri dari metabolism beberapa makanan atau pengeluaran produk dari metabolisme sel, contohnya pada pecandu alcohol, penderita diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal, dan kondisi yang juga berhubungan dengan halitosis yaitu penyakit jantung dan bronkus, sinusitis, tonsillitis, penyakit hati, gangguan gastrointestinal, dan gagal ginjal (Dharmautama dkk. 2008).Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Fox (2000) cit. Widagdo dan Natanael (2004) diungkapkan etiologi terjadinya bau mulut atau halitosis antara lain :a. Makanan Makanan-makanan tertentu seperti lobak dan bawang dapat menyebabkan nafas tak sedap. Pada keadaan ini, permasalahannya bukan diawali pada saat makanan berada di dalam rongga mulut tetapi terjadi setelah bahan makanan ini diserap pada pembuluh darah. Bau makanan tersebut selanjutnya akan ditransmisikan ke dalam paru-paru yang kemudian keluar bersama dengan udara pernafasan melalui mulut dan seluruh keadaan ini bersifat sementara.b. Oral hygieneBila oral hygiene tidak dilakukan dengan baik, sisa-sisa partikel makanan akan mengumpul di antara gigi. Cepat atau lambat makanan yang telah mengalami pembusukan akan terbentuk. Hampir keseluruhan dari produk-produk yang disebabkan oleh pembusukan akan mengeluarkan bau yang tidak sedap.c. Penyakit PeriodontalPenyakit periodontal juga dinyatakan dapat menyebabkan nafas yang tidak sedap. Penyebab utama dari keberadaan penyakit ini adalah plak.d. Xerostomia Xerostomia atau kekeringan di dalam rongga mulut dapat pula menyebabkan terjadinya bau mulut atau halitosis.

e. Kebiasaan Halitosis dapat pula disebabkan oleh penggunaan tembakau atau minuman beralkohol. Kebiasaan ini berkaitan dengan resiko yang besar untuk terjadinya penyakit periodontal dan kanker di dalam rongga mulut pada individu yang memiliki kebiasaan ini.f. Penyakit sistemikSejumlah permasalahan medis yang lain juga dapat menyebabkan halitosis, antara lain infeksi pada saluran nafas, diabetes, permasalahan pada saluran pencernaan, infeksi pada sinus, dan kelainan hati serta ginjal.3. Klasifikasi Halitosis Secara umum, halitosis dibedakan atas 3 jenis yaitu halitosis sejati (genuine), pseudohalitosis, dan halitophobia.a. Halitosis sejati atau halitosis sebenarnya.Halitosis tipe ini dibedakan lagi atas halitosis fisiologis dan patologis. Halitosis fisiologis sering juga disebut halitosis transien atau sementara. Bau tidak sedap yang ditimbulkan akibat proses pembusukan makanan pada rongga mulut terutama berasal dari bagian posterior dorsum lidah, terbatas, dan tidak menghambat penderita untuk tetap beraktifitas secara normal serta tidak memerlukan terapi khusus (Pintauli dan Hamada 2008). Pada halitosis tipe ini tidak ditemukan adanya kondisi patologis yang menyebabkan halitosis. Contohnya adalah morning breath, yaitu bau nafas pada waktu bangun pagi. Keadaan ini disebabkan tidak aktifnya otot pipi dan lidah serta berkurangnya saliva selama tidur. Bau nafas ini dapat diatasi dengan merangsang aliran saliva dan menyingkirkan sisa makanan di dalam mulut dengan mengunyah, menyikat gigi atau berkumur (Pintauli 2008). Halitosis fisiologis terjadi apabila substansi yang menimbulkan bau tersebut secara hematologi menuju paru-paru dan biasanya berasal dari makanan seperti, bawang dan lobak atau pula dapat berasal dari minuman misalnya teh, kopi, dan minuman beralkohol. Halitosis fisiologis dapat pula terjadi menyertai suatu dehidrasi, dan konstipasi atau keadaan yang lain yang mungkin akan mempengaruhi saluran pencernaan yang sebagian besar keadaan ini adalah bersifat reversible (Widagdo dan Natanael 2004 cit. Rosenberg dan Gabbay 1987). Halitosis patologis merupakan halitosis yang bersifat permanen dan tidak bisa hilang hanya dengan metode pembersihan yang biasa sehingga menyebabkan penderita harus menghindar dari kehidupan normalnya. Halitosis tipe ini harus dirawat dan perawatannya bergantung pada sumber bau mulut itu sendiri. Sumber penyebab halitosis patologis dibedakan atas intra oral dan ekstra oral. Sumber penyebab halitosis patologis dari intra oral yaitu kondisi patologisnya berasal dari dalam rongga mulut dan atau bagian posterior dorsum lidah sedangkan sumber penyebab halitosis patologis dari ekstra oral adalah kondisi patologisnya berasal dari luar rongga mulut misalnya saluran pencernaan, saluran pernafasan, dan gangguan sistemik (Pintauli dan Hamada 2008).Halitosis patologis pada dasarnya terjadi dalam situasi mekanisme yang sama dengan halitosis fisiologis, dalam hal ini bahan-bahan berbau yang secara hematologis menuju paru-paru. Namun, halitosis jenis ini seringkali irreversible dan hanya dapat dihilangkan dengan melakukan suatu perawatan. Kelainan yang bersifat lokal atau sistemik seperti diabetes mellitus, uremia, gastritis, tukak lambung, dan oesopagositis atau hepatitis merupakan penyebab utama keadaan ini (Widagdo dan Natanael 2004 cit. Rosenberg dan Gabbay 1987). b. Pseudohalitosis Disebut juga halitosis palsu halitosis yang sebenarnya tidak terjadi tetapi penderita merasa bahwa mulutnya berbau. Seseorang terus mengeluh adanya bau mulut tetapi orang lain tidak merasa orang tersebut menderita halitosis (Pintauli dan Hamada 2008). Penanganan dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan, dukungan, pendidikan, dan keterangan dari hasil pemeriksaan serta pengukuran kebersihan mulut (Dharmautama dkk. 2008).c. Halitophobia Apabila setelah berhasil dilakukan perawatan terhadap halitosis sejati maupun pseudohalitosis penderita masih tetap merasa mulutnya bau, maka orang tersebut dikategorikan sebagai halitophobia (Pintauli dan Hamada 2008). Banyak istilah yang dipergunakan untuk menyatakan halitophobia ini misalnya imaginary bad breath, delusional halitosis, phsychological halitosis, dan self halitosis. Passion selalu khawatir dan merasa terganggu oleh adanya halitosis sedangkan pada pemeriksaan oleh dokter atau dokter gigi tidak ditemukan adanya halitosis yang mengganggu. Pasien dengan sangat yakin menyatakan bahwa halitosis telah memisahkannya dengan teman-temannya, mengganggu pekerjaannya, dan sering menerima penolakan dalam pergaulan sosial. Pasien percaya bahwa suatu sumber bau tak sedap mungkin dari keringat, pencernaan, dan nafas memancar keluar dari badannya serta percaya bahwa orang disekitarnya telah merasakannya (Djaya 2000).Pasien tetap merasa menderita terus menerus dan sangat berharap untuk disembuhkan. Halitophobia mengakibatkan seseorang menjadi gangguan emosi, rendah diri, kehilangan rasa percaya diri, takut terhadap pergaulan social. Banyaknya manifestasi gejala dari halitophobia ini mengakibatkan suatu perawatan tunggal biasa saja kurang berhasil dengan baik. Pada kondisi yang berat diperlukan psikoterapi dan juga memberikan pemahaman akan faktor-faktor penyebab yang dapat mendukung terjadinya halitophobia sangatlah penting agar dapat dicari pemecahan untuk mengatasi masalah yang cukup kompleks ini (Djaya 2000).

4. Alat Ukur HalitosisDiagnosis halitosis sangat penting dilakukan untuk mengetahui penyebab dan mencegah terjadinya halitosis sehingga memungkinkan untuk melakukan evaluasi terhadap keberhasilan pencegahan yang telah dilakukan. Kondisi umum pasien, pemeriksaan kondisi oral hygiene, karies, status periodontal diperlukan untuk mendukung diagnose yang tepat. Metode diagnosis halitosis tersebut dibedakan atas metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan menghirup langsung bau yang terpancar atau mengukur gas-gas yang mengandung sulfur penyebab timbulnya halitosis. Metode langsung meliputi self diagnosis & home diagnosis, pengukuran organoleptik, pengukuran dengan menggunakan instrument seperti gas khromatografi, monitor sulfide portable (Halimeter), oral chroma, dan electronic nose. Metode tidak langsung biasanya dilakukan di laboratorium dengan mengidentifikasi mikroorganisme yang berperan menghasilkan VSC secara in-vivo atau mengidentifikasi produk-produk yang dilahasilkan oleh mikroorganisme tersebut secara in-vitro. Pengujian enzim yaitu tes BANA dan tes - Galaktosidase merupakan metode diagnosis halitosis secara tidak langsung (Pintauli 2008).Halimeter yang disebut juga monitoring sulfide merupakan alat yang penggunaannya mudah dan sederhana. Hal ini mungkin disebabkan alat ini kecil dan mudah dibawa kemana-mana. Halimeter sangat membantu dan dapat memberikan hasil bacaan VSC sampai ppb (part per billion) seperti kemampuan hidung manusia (Pintauli dan Hamada 2008). Halimeter menggunakan sensor elektrokemikal dan voltametrik yang akan menghasilkan sebuah sinyal bila terpapar dengan VSC. Alat ini dilengkapi dengan sebuah pipa untuk menghubungkan udara yang keluar dari mulut ke dalam alat tersebut (Pintauli 2008). Prosedur pengambilan sampel udara dapat dilakukan pada 3 sumber yaitu mulut, hidung, dan paru-paru. Tahap ini adalah tahap yang sangat penting oleh karena itu perlu dilakukan dengan teliti (Djaya 2000).Pengukuran organoleptik merupakan metode yang paling umum digunakan untuk mendeteksi halitosis. Diagnosis halitosis dengan pengukuran organoleptik bersifat subyektif karena tergantung pada persepsi pemeriksa. Metode ini dilakukan dengan mencium langsung bau yang terpancar dari mulut, lidah, interdental, dan saliva (Pintauli 2008). Gas khromatografi dipadukan dengan flame photometric detector yang khusus mengukur langsung komponen VSC yang merupakan gas utama penyebab halitosis. Namun, alat ini praktis untuk penggunaan klinis jadi baru-baru ini diperkenalkan mesin gas khromatografi portable. Gas khromatografi portable memberikan hasil pengukuran yang juga akurat karena alat ini memiliki sensor gas semi konduktor yang sangat sensitif terhadap komponen gas VSC. Alat ini juga dihubungkan dengan computer sehingga pasien dapat melihat langsung hasil pengukuran dalam bentuk grafik (Pintauli 2008).Oral chroma merupakan salah satu pengukuran gas khromatografi portable yang lebih mudah penggunaannya dibandingkan pengukuran gas khromatografi konvensional oleh karena alat ini bisa mengenali tiga jenis gas VSC penyebab halitosis seperti hydrogen sulfide, metal merkaptan, dan dimetil sulfide. Selain dapat mengungkapkan penyebab dan menentukan perawatan yang akan dilakukan, alat ini juga memungkinkan pasien untuk melihat proses perawatan yang dilakukan dan hasil perawatannya sehingga pasien dapat termotivasi untuk menyembuhkan halitosis yang diseritanya (Pintauli dan Hamada 2008).

Gambar 2.1. Alat ukur halitosis (Anonim 2013)

5. Penanganan HalitosisPenanganan halitosis tergantung pada faktor penyebabnya. Bila disebabkan kelainan dalam mulut umumnya terjadi akibat sisa-sisa makanan yang membusuk oleh bakteri karena kebersihan mulut yang buruk. Jika kecurigaannya penyebab di dalam mulut sudah diatasi tetapi halitosis masih ada, maka perlu diwaspadai kemungkinan adanya penyakit yang tidak berkaitan dengan masalah gigi dan mulut seperti leukemia, diabetes mellitus, tumor ganas di hidung, abses paru-paru, TBC, atau proses gangrene (Pintauli dan Hamada 2008). Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengontrol halitosis, antara lain (Djaya 2000): a. Oral Hygiene and HealthTindakan-tindakan untuk meningkatkan oral hygiene seperti scaling, polishing, sikat gigi, dan flossing, khususnya pembersihan lidah dapat mengurangi bau mulut. Prosedur-prosedur pemeliharaan oral hygiene pada dasarnya adalah untuk membersihkan sehingga mengurangi plak atau sisa-sisa makanan serta mengurangi jumlah bakteri. Menjaga oral hygiene secara baik aktivitas bakteri dapat ditekan sehingga halitosis akan berkurang. Apabila ada kerusakan pada gigi atau terdapat peradangan pada jaringan penyangga gigi serta jaringan mulut lainnya, maka perlu dilakukan perawatan karena hal tersebut juga merupakan penyebab terjadinya halitosis. b. Masking Masking merupakan suatu usaha untuk mengendalikan halitosis dengan cara menutupi bau yang ada dengan menggunakan produk penyegar nafas dengan aroma yang enak dan wangi. Hal ini biasanya hanya berhasil untuk waktu yang singkat. Setelah efek penyegar nafasnya 10 hilang, keadaan mulut malah akan dirasakan bertambah buruk. Dalam hal ini, halitosis hanya dapat ditutupi sementara dengan bau-bauan yang enak, tetapi VSC yang merupakan penyebab utama halitosis tidak dihilangkan. c. Antiseptic MouthwashMerupakan penggunaan obat kumur mulut dengan bahan antibakteri yang dapat mengurangi halitosis dengan cara mengurangi jumlah bakteri serta menghambat aktivitas bakteri. Beberapa bahan yang digunakan biasanya mengandung thymol, eucalyptus, chlorhexidine, povidone iodine dan sebagainya. d. Bahan-bahan Anti HalitosisBahan yang digolongkan dalam golongan ini, biasanya telah diketahui mekanisme kerjanya dalam mengurangi bau mulut khususnya reaksinya terhadap VSC, yaitu dengan mengubah VSC menjadi senyawa lainnya yang tidak berbau atau tidak mudah menguap. Bahan-bahan anti halitosis tersebut ada yang mengandung Zn atau Chlorine dioxide, dimana kedua bahan tersebut merupakan bahan aktif yang banyak ditemukan dalam bahan anti halitosis yang digunakan, seperti dalam bentuk pasta gigi, oral gel, dalam bentuk kumur mulut, mouth spray, permen ataupun chewing gum. e. Cara-cara TradisionalDisamping menggunakan cara modern, halitosis dapat pula dikurangi dengan menggunakan cara tradisional, yaitu dengan penggunaan tomato juice, ekstrak teh, mengunyah mentimun ataupun kemangi yang dijadikan sebagai lalapan.

B. Buah Mentimun1. Pengertian Buah MentimunMentimun, timun, atau ketimun (Cucumis sativus L.; suku labu-labuan atau Cucurbitaceae) merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat dimakan secara langsung ataupun diolah terlebuh dahulu. Mentimun dapat ditemukan di berbagai hidangan dari seluruh dunia dan memiliki kandungan air yang cukup banyak di dalamnya sehingga dapat menyejukan ketika dimakan (Anonim 2013).

2. Klasifikasi Buah MentimunAdapun klasifikasi dari mentimun (Cucumis sativus), (Sharma 2002)Kingdom : Plantae (tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (berbunga)Kelas : Magnoliopsida (berkepingdua/dikotil)Sub kelas : DilleniidaeOrdo : ViolalesFamili : Cucurbitaceae (sukulabu-labuan)Genus : CucumisSpesies : Cucumis sativus L Gambar 2.2. Buah Mentimun (Anonim 2013)3. Kandungan Buah MentimunKandungan buah mentimun antara lain : protein, lemak, karbohidrat, magnesium, kalsium, zat besi, fosfor, vitamin A, vitamin B1, B2, B3, B5, B6, vitamin C, vitamin D, vitamin E, potassium(kalium), seng, silica, asam linoleat, senyawa kukurbitasin sebagai antikanker, senyawa fitokimia yang dapat membunuh bakteri penyebab bau mulut, mentimun juga memiliki kandungan serat yang dapat membersihkan sisa makanan yang terdapat disela gigi (Erin 2013).Mentimun sangat kaya akan kandungan air, yakni 95% dari bagian daging buahnya mengandung air sehingga merangsang aliran saliva dan mencegah terjadinya xerostomia kemudian mencegah timbulnya halitosis. Kebanyakan orang membuang bagian ujung mentimun yang terasa pahit saat dimakan. Padahal bagian ujung tersebut mengandung senyawa fitokimia bernama, saponin yang terdapat dalam lendir mentimun. Senyawa fitokimia yang terkandung dalam mentimun akan membunuh bakteri di mulut yang dapat menyebabkan bau mulut atau halitosis itu sendiri. Senyawa ini ternyata berkhasiat sebagai antikanker, mampu menurunkan kolesterol dan meningkatkan daya tahan tubuh (Anonim 2013).Kandungan GiziKadar

Energi (kal)15

Protein (g)0.8

Pati (g)0.1

Karbohidrat (g)3

Fosfor (mg)30

Zat besi (mg)0.5

Thianine (mg)0.02

Ribovlafin (mg)0.01

Vitamin A (S.I)0.45

Vitamin B1 (mg)0.3

Vitamin B2 (mg)0.2

Asam (mg)14

Tabel 2.1. Komposisi gizi buah mentimun tiap 100 g bahan (Sumpena 2007).4. Khasiat Buah MentimunDari kandungan zat yang ada di dalamnya, banyak manfaat buah mentimun yang bisa kita ambil untuk kehidupan kita sehari-hari (Erin 2013). Manfaat itu antara lain :a. Nutrisi : Mentimun mengandung vitamin B1, B2, B3, B5, B6, asam folat, vitamin C, kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, kalium dan seng.b. Membantu menurunkan berat badan : karena buah ini rendah kalori dan kaya akan kandungan air, mentimun merupakan makanan ideal untuk orang-orang yang sedang dalam proses menurunkan berat badan.c. Mencegah dehidrasi : Mentimun sangat kaya akan kandungan air, yakni 95% dari bagian daging buahnya mengandung air, namun dengan nutrisi gizi yang menyegarkan dan mengembalikan elektrolit tubuh.d. Diuretik : sebagai obat diuretik alami, mentimun mampu mendorong keluar produk limbah dari tubuh melalui buang air kecil. Konsumsi harian mentimun membantu untuk melarutkan kotoran dalam kandung kemih atau batu ginjal.e. Energi : Mereka adalah sumber yang baik dari vitamin B dan karbohidrat yang dapat memberikan energi yang cepat bila diperlukanf. Perawatan kulit : Kandungan air yang tinggi, antioksidan, dan mineral seperti magnesium, kalium silika membuat mentimun merupakan bagian penting dari perawatan kulit. Asam askorbat dan asam caffeic dalam mentimun dapat menurunkan tingkat retensi air, mengurangi lingkaran hitam dan bengkak di area mata. Kulit mentimun juga dapat merawat kulit yang disebabkan oleh sengatan matahari atau keadaan kulit yg kasar karena terkena polusi udara.g. Melawan kanker : Mentimun diketahui mengandung lariciresinol, pinoresinol, dan secoisolariciresinol yang terkait dengan penurunan risiko beberapa jenis kanker.h. Kontrol tekanan darah : Jus Ketimun mengandung banyak kalium, magnesium, serat, dan fitonutrien yang bekerja secara efektif untuk mengatur tekanan darah.i. Merangsang pertumbuhan rambut : Mentimun mengandung silikon dan belerang, jika dikonsumsi dengan rutin mentimun dapat membantu merangsang pertumbuhan rambut yang sehat. Untuk hasil terbaik, campurkan jus mentimun dengan jus wortel, selada atau bayam.j. Mengendalikan nafsu makan : Mentimun bersifat mengisi/mengenyangkan, namun rendah kalori. Dalam sejarahnya, mentimun pernah digunakan selama berabad-abad oleh pedangang dan penjelajah Eropa sebagai makanan cepat saji yang praktis namun bergizi serta mencegah kelaparan.k. Gigi dan kesehatan gusi : mentimun merupakan sumber serat yang baik. Mengkonsumsi atau mengunyah buah mentimun dengan rutin mampu menjaga kesehatan gigi dan gusi.l. Penghilang bau mulut (halitosis control) : Ambil seiris mentimun dan tekan ke langit-langit mulut Anda dengan lidah Anda selama 30 detik untuk menghilangkan bau mulut. Fitokimia yang terkandung dalam mentimun akan membunuh bakteri di mulut Anda yang menyebabkan bau mulut.m. Membantu mengatasi diabetes : Mentimun mengandung zat yang dibutuhkan oleh sel-sel pankreas untuk memproduksi insulin.n. Meringankan nyeri arthritis : Mentimun kaya vitamin A, B1, B6, C & D, Folat, Kalsium, Magnesium, dan Kalium. Ketika dicampur dengan jus wortel, mereka bisa meredakan encok dan nyeri artritis dengan cara menurunkan kadar asam urat.o. Mengurangi kolesterol : Para peneliti telah menemukan bahwa sterol dalam mentimun membantu mengurangi kadar kolesterol.C. Daun Kemangi 1. Pengertian Daun KemangiDalam bahasa Latin, kemangi disebut Ocimum basilicum. Basil dari bahasa Inggris, ocimum berarti tumbuhan beraroma. Aroma harum daun kemangi berasal dari kandungan minyak atsirinya (Anonim 2011). Varietas kemangi (Ocimum basilicum) sering juga disebut Selasih, Basil, Sweet Basil, Laule. Nama lain kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back) di daerah yaitu: Lampes (Sunda), Kemangi (Madura), Uku-uku (Bali), Lufe-lufe (Ternate) (Hutapea 1991).2. Klasifikasi Daun Kemangi Adapun klasifikasi dari kemangi (Ocimum basilicum), (Anonim 2013) yaitu: Kingdom : Plantae (Tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas : AsteridaeOrdo : LamialesFamili : LamiaceaeGenus : OcimumSpesies :Ocimum sanctumL.

Gambar 2.3. Daun Kemangi (Anonim 2009)Tanaman kemangi mempunyai tinggi 6070cm; batang halus dengan daun pada setiap ruas; daun berwarna hijau muda, bentuk oval. 3-4cm panjang, berambut halus di permukaan bagian bawah; bunganya berwarna putih, kurang menarik, tersusun dalam tandan, bila dibiarkan berbunga, maka pertumbuhan daun lebih sedikit dan tanaman cenderung cepat menua dan mati (Anonim 2013).

3. Kandungan Daun KemangiOrang-orang yang tinggal di Indonesia perlu menyadari bahwa daun kemangi memiliki bermacam-macam kandungan yang sangat berkhasiat bagi kesehatan tubuh. Kandungan daun kemangi yang sangat bermanfaat bagi manusia adalah sebagai berikut : Daun kemangi mengandung senyawa arginin, yaitu senyawa yang dapat membantu kesehatan dinding pembuluh darah. Senyawa arginin yang terkandung dalam daun kemangi ini memiliki banyak khasiat, yang salah satunya adalah membuat dinding pembuluh darah fleksibel dan tidak mudah tersumbat. Daun kemangi mengandung zat yang mampu merangsang terbentuknya hormone androgen dan estrogen. Zat flavonoid yang terkandung di dalam daun kemangi seperti orientin dan vicenin, yang terbukti mampu melindungi struktur sel tubuh. Zat flavonoid lainnya, seperti cineole, myrcene, dan eugenol yang bisa berfungsi sebagai antibiotik alami dan anti peradangan. Getah yang terkandung dalam daun kemangi dapat digunakan sebagai obat sariawan dan sakit telinga. Daun kemangi dapat dikonsumsi untuk memperbanyak ASI, obat penenang, mengobati encok, dan penurun panas. Daun kemangi juga mengandung asam aspartat. Asam aspartat adalah salah satu dari dua pilih asam amino penyusun protein. Asam aspartat bersifat asam, yang termasuk asam karboksilat. Asam aspartat berfungsi sebagai pembangkit neurotransmisi di otak dan saraf otot. Asam aspartat juga berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh terhadap kepenatan. Kandungan apigenin dalam daun kemangi dapat mencegah penyakit yang sangat berbahaya dan mematikan. Daun kemangi juga mengandung arginin dan boron (Waid 2011).Daun kemangi termasuk sayuran kaya provitamin A, bahkan setiap 100 g daun kemangi mengandung 5.000 SI vitamin A. Daun kemangi juga dinyatakan sebagai sayuran yang banyak mengandung mineral kalsium dan fosfor, yaitu sebanyak 45 dan 75 mg per 100 g daun kemangi (Waid 2011).Minyak atsiri dapat mencegah pertumbuhan mikroba penyebab penyakit, seperti Staphylococcus aereus, Salmonella enteriditis, dan Escherichia coli (Anonim 2011). Minyak atsiri merupakan salah satu metabolit sekunder tanaman yang banyak dilaporkan memiliki aktifitas antibakteria. Minyak atsiri daun kemangi tersusun atas senyawa hidrokarbon, alcohol, ester, phenol, (eugenol 1-19 %, iso - eugenol), eter phenolat (metil clavicol 3 31 %), metal eugenol 1 9 %), oksida, keton (Gunawan 1998 cit. Maryati dkk. 2007).Daun kemangi mengandung betakaroten (provitamin A) dan vitamin C. Betakaroten berperan mendukung fungsi penglihatan, meningkatkan respon antibodi (mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh), sintesis protein untuk mendukung proses pertumbuhan, dan sebagai antioksidan. Vitamin C antara lain berguna untuk pembentukan kolagen untuk penyembuhan luka dan memelihara elastisitas kulit, membantu penyerapan kalsium dan besi, antioksidan, mencegah pembentukan nitrosamin yang bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) (Anonim 2013).Zat GiziKadar

Energi (kkal)46

Protein (g)4,0

Lemak (g)0,5

Karbohidrat (g)8,9

Kalsium (mg)45

Fosfor (mg)75

Besi (mg)2

Vitamin B (mg)0.08

Vitamin C (mg)50

Air (g)85

Table 2.2. Komposisi gizi per 10 gram daun kemangi (Anonim 2011)

4. Khasiat Daun KemangiTanaman kemangi mudah ditemukan di Indonesia sehingga orang-orang Indonesia perlu menyadari bahwa daun kemangi memiliki bermacam-macam kandungan yang sangat berkhasiat bagi kesehatan tubuh. Daun kemangi mengandung senyawa arginin yang dapat membuat dinding pembuluh darah menjadi fleksibel dan tidak mudah tersumbat. Daun kemangi mengandung apigenin yang dapat mencegah penyakit yang sangat berbahaya dan mematikan, terdapat kandungan asam aspartat yang merupakan salah satu dari dua puluh asam amino penyusun protein. Asam aspartat bersifat asam, yang termasuk asam karboksilat. Asam aspartat berfungsi sebagai pembangkit neurotransmisi di otak dan saraf otot. Kandungan getah pada daun kemangi dapat mengobati sariawan dan sakit telinga, serta daun kemangi mengandung zat flavonoid lainnya, seperti cineole, myrcene, dan eugenol yang bisa berfungsi sebagai antibiotik alami dan antiperadangan (Waid 2011).Sari daun kemangi berkhasiat untuk mengatasi diare, nyeri payudara, batu ginjal, gangguan pada vagina, dan albuminaria (terbuangnya albumin melalui urin).daun kemangi berpotensi membantu meredakan sakit kepala, pilek, diare, sembelit, cacingan, gangguan ginjal, sakit maag, perut kembung, masuk angin, kejang-kejang, dan badan lesu (Anonim 2013).Di Indonesia, secara tradisional daun kemangi digunakan untuk mengatasi perut kembung atau masuk angin dan demam pada anak balita. Daun kemangi diremas bersama bawang merah dan minyak kelapa, kemudian dioleskan ke perut, dada, dan punggung. Konsumsi lalap daun kemangi juga dipercaya dapat mencegah bau badan dan bau mulut, serta memperlancar ASI (Anonim 2013).Daun kemangi mengandung berbagai komponen bioaktif nongizi. Komponen 1-8 sineol-nya diduga dapat membantu mengatasi ejakulasi dini pada pria. Komponen apigenin fenkhona dan eugenol diduga dapat meningkatkan kualitas ereksi penis. Arginin dapat memperkuat daya hidup sperma (membantu mencegah kemandulan) dan menurunkan kadar gula darah (Anonim 2013).Daun Ocimum basilicum berkhasiat sebagai peluruh air susu ibu, sebagai obat penurun panas, memperbaiki pencernaan. Di dalam sari daun kemangi sendiri terkandung zat antioksidan, antibakteri atau antiseptik, sehingga dengan mengkonsumsi kemangi segar mampu menghilangkan bau serta menyegarkan mulut (Soria 2006).Kemangi memiliki efek farmakologis yang memiliki sifat : Tumbuhan kemangi memiliki rasa agak manis, bersifat dingin, berbau harum, dan menyegarkan. Beberapa bahan kimia yang terkandung pada seluruh bagian tanaman kemangi di antaranya 1,8 sineol, anethol, apigenin, dan boron, sementara pada daunnya terkandung arginine dan asam aspartat (Anonim 2013).Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

BAB IIIKERANGKA BERPIKIR, KONSEP, dan HIPOTESIS PENELITIANA. Kerangka BerpikirHalitosis merupakan satu istilah yang digunakan untuk menunjukkan bau nafas yang tidak sedap atau bau mulut tak menyenangkan yang disebabkan faktor-faktor fisiologis atau patologis yang dapat berasal dari mulut maupun sistemik. Halitosis terjadi oleh berbagai penyebab. Penyebab di dalam mulut yang utama adalah kolonisasi bakteri, baik di lidah, poket, tonsil, permukaan gigi, mukosa pipi, dan sebagainya. Faktor fisiologis adalah kurangnya aliran saliva selama tidur, makanan dan minuman, kebiasaan merokok, dan menstruasi. Sedangkan faktor patologis dibedakan atas penyebab lokal, yaitu kebersihan mulut yang buruk, periodontitis, karies gigi, mulut kering, lidah berambut serta gigi tiruan.

26Buah mentimun (Cucumis sativus L) mengandung protein, lemak, karbohidrat, magnesium, kalsium, zat besi, fosfor, vitamin A, vitamin B1, B2, B3, B5, B6, vitamin C, vitamin D, vitamin E, potassium (kalium), seng, silica, asam linoleat, senyawa kukurbitasin sebagai antikanker, senyawa fitokimia yang dapat membunuh bakteri penyebab bau mulut, mentimun juga memiliki kandungan serat yang dapat membersihkan sisa makanan yang terdapat disela gigi. Mentimun sangat kaya akan kandungan air, yakni 95% dari bagian daging buahnya mengandung air sehingga merangsang aliran saliva dan mencegah terjadinya xerostomia kemudian mencegah timbulnya halitosis. Dalam bahasa latin, daun kemangi disebut Ocimum basilicum, daun kemangi mengadung flavanoid dan eugenol yang berperan sebagai antioksidan dan juga bersifat antimikroba yang mampu mencegah masuknya bakteri anaerob, jamur dan virus yang membahayakan tubuh serta kandungan eugenol dapat membunuh jamur penyebab keputihan pada wanita. Minyak atsiri yang mudah menguap dan mempunyai aktivitas biologis sebagai antimikroba, dibagi menjadi dua komponen yaitu komponen hidrokarbon dan komponen hidrokarbon teroksigenasi atau fenol yang diketahui fenol memiliki sifat antimikroba sangat kuat. Kemangi memiliki efek farmakologis yang memiliki sifat : rasa agak manis, dingin, harum dan menyegarkan, menghilangkan bau badan dan bau mulut. Setelah meninjau dari ulasan di atas diharapkan dengan mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi dapat mengurangi halitosis.

B. Konsep

Faktor Ekstrinsik :Makanan MinumanMerokokObat-obatanGigi tiruanPenyakit sistemikFaktor Instrinsik : Sepsis rongga mulutXerostomiaPenyakit periodontalKaries gigiLidah berambutKelaparanMenstruasiPenyakit sistemik

Halitosis

Daun kemangi Buah Mentimun

Halitosis

C. Hipotesis Penelitian Bertitik tolak dari tinjauan pustaka di atas, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah mengkonsumsi daun kemangi lebih efektif mengurangi halitosis dibandingkan dengan mengkonsumsi buah mentimun.

BAB IVMETODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu (quasi eksperimental research) dengan pendekatan pretest - posttest control group design (Senjaya 2011). B. Identifikasi Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan 4 variabel yaitu: 1.Variabel pengaruh : Mengkonsumsi buah mentimun, Mengkonsumsi daun kemangi. 2. Variabel terpengaruh : Halitosis. 3. Variabel terkendali : Jumlah konsumsi buah mentimun, Jumlah konsumsi daun kemangi 4. Variabel tak terkendali : Jumlah bakteri dirongga mulut, pH di dalam rongga mulut. C. Definisi Operasional Definisi operasional yang digunakan pada penelitian ini meliputi variabel penelitian sebagai berikut: 1. 30Buah mentimun adalah tanaman merambat yang mempunyai sulur dahan berbentuk spiral. Daunnya bertangkai panjang, bentuknya lebar bertaju dengan pangkal berbentuk jantung, ujungnya runcing dan tepi bergerigi. Batangnya berbulu halus, bunganya yang jantan berwarna putih kekuningan dan yang betina berbentuk seperti terompet, buahnya bulat panjang, tumbuh bergantung, warnanya hijau berlilin putih dan setelah tua warnanya kuning kotor `2. Daun kemangi adalah daun berbentuk bulat telur dan memanjang, permukaan daun berambut halus, berbau harum, bunganya berwarna putih, batang berwarna kecoklatan, dan bisa dimakan sebagai lalapan. 3. Halitosis adalah nafas tak sedap yang berasal dari udara yang dikeluarkan oleh seseorang lewat mulut. Halitosis dapat dinilai dengan menggunakan alat breath checker yang memberikan empat tingkatan hasil.D. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokeran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar angkatan 2010. Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini sebanyak 60 sampel yang dibagi 2 kelompok yaitu 30 sampel kelompok A (diberi perlakuan dengan mengkonsumsi buah mentimun) dan 30 sampel kelompok B (diberi perlakuan dengan konsumsi daun kemangi). Dasar penentuannya adalah Central Limit Theorem yang menyatakan bahwa jumlah minimum sampel untuk mencapai kurva normal setidaknya adalah dengan mencapai nilai responden minimum 30 (Mendenhall dan Beaver 1992 cit. Aziza dkk. 2006). Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Dimana sampel yang dipilih telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.1. Kriteria Inklusi : a. Berusia 21 dan 22 tahun.b. Sampel yang dipilih mempunyai OH baik.c. Sampel memiliki maksimal satu karies atau empat restorasi. d. Sampel bersedia mengikuti kegiatan ini.2. Kriteria Eksklusi :a. Sampel bebas dari perawatan dokter gigi.b. Sampel bebas dari pengobatan yang memerlukan penggunaan antibiotik.c. Sampel bebas dari penggunaan obat kumur.d. Sampel bebas dari penyakit periodontal.E. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: alat tulis, kertas catatan, breathchecker, sonde, pinset, kaca mulut, neerbeken, masker, handscone. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu buah mentimun, daun kemangi dan aquadest steril. F. Instrumen Penelitian Tingkat halitosis dinilai dengan menggunakan breath checker yaitu suatu alat monitoring portable sederhana dimana memberikan hasil bacaan VSC dalam 4 tingkatan (Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Skala pengukuran breath checkerKodeKriteria

0Error (dicoba kembali)

1Tidak ada bau mulut

2Ada sedikit bau mulut

3Bau mulut yang sedang

4Bau mulut yang kuat

Dengan banyaknya kemudahan pada alat breath checker seperti penggunaannya yang mudah dan bentuknya yang kecil seingga mudah dibawa maka peneliti memilih pengukuran dengan breath checker untuk mempermudah kelancaran dalam penelitian.G. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar pada tanggal 4 sampai 10 november 2013.H. Jalannya Penelitian Tahapan penelitian untuk meneliti efektifitas setelah mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi untuk mengurangi halitosis adalah sebagai berikut:1. Siapkan alat dan bahan yang telah disediakan.2. Sebelum dilakukannya penelitian, calon sampel sebanyak 60 orang mengisi dan menandatangani informed consent untuk kesediaan menjadi sampel.3. Sampel diberi penjelasan secara singkat mengenai tujuan dilakukannya penelitian ini.4. Sebelum pengambilan pemeriksaan, sampel diminta untuk tidak menyikat gigi , makan dan minum terlebih dahulu.5. Sampel di instruksikan untuk berkumur dengan aquadest steril.6. Ukur dan catat tingkat halitosis tahap 1 sebelum diberikan perlakuan pada setiap sampel dari dua kelompok.7. Pada sampel kelompok A dilakukan pemberian buah mentimun kepada sampel kemudian diintruksikan pada sampel untuk mengunyah serta menelan buah mentimun tersebut. 8. Pada sampel kelompok B dilakukan pemberian daun kemangi kepada sampel kemudian diintruksikan pada sampel untuk mengunyah serta menelan daun kemangi tersebut.9. Sampel diinstrusikan berkumur dengan aquadest steril.10. Ukur dan catat kembali tingkat halitosis tahap II langsung setelah selesai berkumur.I. Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan diolah dengan menggunakan SPSS versi 20:1. Analisis Deskriptif merupakan salah satu jenis analisis dengan memberikan gambaran (deskripsi) mengenai suatu data yang diperoleh.2. Uji Normalitas dan Homogenitasa. Uji Normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test.b. Uji Homogenitas dengan menggunakan uji Levenes Test.3. Uji Efek Perlakuana. Bagi data yang berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan uji statistik parametrik yaitu :1) Paired Sample T-Test untuk analisis perbandingan pre test dan post test pada masing-masing kelompok.2) Independent Sample T-Test untuk analisis perbandingan kelompok perlakuan atau kelompok kontrol.

BAB VHASIL PENELITIAN

A. Karakteristik SampelSampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar angkatan 2010. Sampel yang diambil sebanyak 60 orang. Dengan karakteristik sampel sebagai berikut :Tabel 4.1 Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin dan umurKarakteristikJumlah(Orang)Persentase(%)Total(%)

Jenis KelaminLaki-lakiPerempuan204033.366.67100

Umur20 Tahun21 Tahun22 Tahun847513.3378.338.33100

Dari Tabel 5.1 terlihat bahwa sampel terbanyak adalah sampel dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 40 orang sedangkan sampel berjenis kelamin laki-laki berjumlah 20 orang. Umur sampel berkisar antara 20 tahun sampai 22 tahun. Sampel dengan jumlah terbanyak terdapat pada sampel yang berumur 21 tahun dengan jumlah sampel 47 orang, pada sampel yang berumur 20 tahun berjumlah 8 orang, dan sampel yang paling sedikit terdapat pada sampel yang berumur 22 tahun dengan jumlah sampel 5 orang.B. Analisis Data Statistik

36Analisis Deskriptif menghasilkan data yang menunjukkan statistik dari mean, dan standar deviasi adalah sebagai berikut:Tabel 4.2 Hasil analisis deskriptifBuah MentimunDaun Kemangi

SebelumSesudahSebelumSesudah

N30303030

Mean2.832.002.931.83

Std.Deviasi0.7470.7430.7850.747

Dari tabel 4.2 diatas terlihat nilai rata-rata (Mean) dari kedua variabel penelitian. Mean dari kedua variabel tersebut yaitu tingkat halitosis kelompok perlakuan mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi mengalami penurunan sesudah diberi perlakuan. Rata-rata penurunan tingkat halitosis sesudah mengkonsumsi daun kemangi lebih banyak dibandingkan penurunan tingkat halitosis dengan mengkonsumsi buah mentimun.C. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov-smirnov test. Adapun hasil uji normalitas dari sampel data sebelum dan sesudah diberi perlakuan mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi adalah sebagai berikut:Tabel 4.3 Uji normalitas penurunan halitosis pada kelompok sebelum dan sesdah diberi perlakuan mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi dari Kolmogorov-smirnov test.

Buah MentimunDaun Kemangi

SebelumSesudahSebelumSesudah

Kolmogorov1.2841.2781.1841.284

Sig.0.0740.0760.1210.074

Dari hasil uji normalitas data ditas menujunjukkan bahwa data dari kedua variabel penelitian berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan Kolmogorov-sminorov test, yaitu 0,074. Nilai sig. lebih besar alpha 5% (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal dan pengujian dengan T-Test bisa dilanjutkan. D. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk menguji apakah data penelitian berasal dari varian yang sama. Uji homogenitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah Levenes test. Adapun hasil uji homogenitas dari sampel data sebelum dan sesudah diberi perlakuan mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi adalah sebagai berikut :Tabel 4.4 Hasil data statistik uji homogenitas

Sebelum - sesudah

Sig.

0.093

Dari hasil uji homogenitas dengan menggunakan Levenes Test, pada tabel 4.3 diatas menunjukkan nilai sig. yang lebih besar dari alpah 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data penelitian, yaitu data sebelum dan sesudah mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi berasal dari varian yang sama atau homogen sehingga pengujian T-Test dapat dilanjutkan. E. Uji T (T-Test)Dalam menguji data penelitian yang sudah memenuhi normalitas dan homogenitas, dilakukan dengan T-Test yang meliputi Paired T-Test dan Independent T-Test. Adapun hasil T-Test dapat disajikan sebagai berikut. 1. Paired T-TestPaired T-Test digunakan untuk menguji signifikansi data perbedaan nilai rata-rata (mean) dari sampel data sebelum dan sesudah diberi perlakuan mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi. Dari hasil uji Paired T-Test dengan bantuan program SPSS versi 16.00 didapat hasil seperti pada tabel berikut.Tabel 4.5 Uji Paired T-Test halitosis pada kelompok sebelum dan sesdah diberi perlakuan mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi

Paired Samples Test

Paired DifferencestdfSig. (2-tailed)

MeanStd. DeviationStd. Error Mean95% Confidence Interval of the Difference

LowerUpper

Pair 1Sebelum Buah Mentimun - Sesudah Buah Mentimun.833.531.082.6351.0318.60129.000

Pair 2Sebelum Daun Kemangi - Sesudah Daun Kemangi1.100.403.074.9501.25014.96629.000

Pada tabel 4.4. diatas terlihat nilai signifikansi data sebelum dan sesudah mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi, yaitu 0,000 lebih kecil dari alpha 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata (Mean) dari kedua kelompok data tersebut, yaitu sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan adalah berbeda secara nyata atau signifikan. Namun, mengkonsumsi daun kemangi bisa dikatakan lebih efektif dalam pengurangan skor halitosis karena memiliki nilai rata-rata (Mean) yang lebih besar dibandingkan dengan mengkonsumsi buah mentimun. 2. Independent T-TestIndependent T-Test digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata dari kedua kelompok data penelitian yaitu kelompok data yang mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi. Dari hasil analisis data dengan bantuan program SPSS versi 16.00 dapat disajikan sebagai berikut.Tabel 4.6 Hasil uji T-Independent tingkat halitosis mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi

Levene's Test for Equality of Variancest-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

FSig.TdfSig. (2-tailed)Mean DifferenceStd. Error DifferenceLowerUpper

HasilEqual variances assumed2.921.093-2.19358.032-.267.122-.510-.023

Equal variances not assumed-2.19354.075.033-.267.122-.510-.023

Independent Samples Test

Dari hasil uji T-Independent tingkat halitosis di atas didapat nilai probabilitas atau signifikan sebesar 0.033 yang artinya < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang mengkonsumsi buah mentimun dengan kelompok yang mengkonsumsi daun kemangi.BAB VIPEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (quasi experimental research) dengan pendekatan pre test post test control group design. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokeran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar angkatan 2010 dengan sampel yang digunakan sebanyak 60 sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu A dan B. Besarnya sampel untuk kelompok A yaitu 30 sampel (diberi perlakuan dengan buah mentimun) dan Kelompok B yaitu sebesar 30 sampel (diberi perlakuan dengan daun kemangi).Data penelitian terkumpul, selanjutnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data berdistribusi normal, sedangkan uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data tersebut homogen atau berasal dari varian kelompok yang sama.

41Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai rata-rata (Mean) dari kedua variabel penelitian yaitu tingkat halitosis kelompok perlakuan mengkonsumsi buah mentimun dengan nilai rata-rata 2.83 menurun menjadi 2.00 setelah mengkonsumsi buah mentimun, dan tingkat halitosis kelompok perlakuan mengkonsumsi daun kemangi mengalami penurunan dari 2.93 menjadi 1.83 sesudah diberi perlakuan. Rata-rata penurunan tingkat halitosis sesudah mengkonsumsi daun kemangi lebih besar dibandingkan penurunan tingkat halitosis dengan mengkonsumsi buah mentimun. Hal ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi daun kemangi untuk mengurangi halitosis lebih efektif dibandingkan dengan mengkonsumsi buah mentimun.Ditinjau dari Paired T-tes yang bertujuan untuk menguji sigifikansi perbedaan rata-rata penurunan halitosis dari kedua kelompok data perlakukan, menunjukkan bahwa kedua kelompok data perlakuan tersebut yaitu kelompok dengan mengkonsumsi buah mentimun dan kelompok dengan mengkonsumsi daun kemangi mengalami penurunan yang signifikan setelah diberikan perlakukan. Hal ini diketahui dari nilai sig. kedua variabel tersebut yaitu 0,000 lebih kecil dari alpha 5% (0,05). Untuk mengetahui perbedaan penurunan halitosis dengan mengkonsumsi buah mentimun dan daun kemangi digunakan Independent T-test. Dari hasil analisis data menunjukkan adanya perbedaan penurunan halitosis yang signifikan dari kedua kelompok data perlakuan. Hal ini dilihat dari nilai sig. T-Independent Test yaitu 0.033 lebih kecil dari alpa 5% (0,05).Halitosis adalah kondisi kesehatan mulut yang ditandai dengan napas yang berbau konsisten. Meskipun rongga mulut tidak bermasalah, gigi dan gusi terawat, kebersihan mulut terjaga, sudah menghindari makanan yang berbau, tidak ada penyakit sistemik, tapi masih dapat mulut mengeluarkan bau tidak sedap (Warianto 2009).Halitosis dapat disebabkan oleh faktor fisiologis dan patologis. Faktor fisiologis adalah kurangnya aliran saliva selama tidur, makanan atau minuman, kebiasaan merokok, dan menstruasi. Sedangkan factor patologis dibedakan atas penyebab lokal, yaitu kebersihan mulut yang buruk, periodontitis, karies gigi, mulut kering, gigi tiruan, dan lidah berambut (Dharmautama dkk. 2008).Bakteri anaerob mudah berkembang dalam kondisi kekurangan saliva yang mengandung oksigen. Bakteri anaerob tersebut menghasilkan bahan kimia yang menyebabkan bau tidak sedap dalam banyak contoh bahan kimia yang termasuk yaitu, senyawa volatile sulphur (VSCs) ( sebagian besar methyl mercaptan, hydrogen sulphide dan dimethil sulphide ), polyamine, serta asam lemak rantai pendek ( butryc, valeric dan asam propionic ) (Scully 2008).Penatalaksanaan dari halitosis selain menjaga kebersihan dari rongga mulut salah satunya disarankan mengkonsumsi makanan sehat secara teratur (scully 2008). Saat ini kepercayaan masyarakat terhadap peranan tanaman obat dalam menyembuhkan berbagai penyakit semakin meningkat karena harganya lebih murah dan tidak terkandung bahan kimia dalam pengolahan tanaman tradisional tersebut (Ayunani 2011).Mentimun merupakan buah atau sayuran yang banyak digunakan dalam masyarakat. Mentimun yang masih berwarna hijau pekat dan muda banyak mengandung air dan serat yang dapat membantu meningkatkan produksi air liur, juga berfungsi menetralisir asam dan basa di dalam rongga mulut. Kandungan buah mentimun antara lain : protein, lemak, karbohidrat, magnesium, kalsium, zat besi, fosfor, vitamin A, vitamin B1, B2, B3, B5, B6, vitamin C, vitamin D, vitamin E, potassium (kalium), seng, silica, asam linoleat, senyawa kukurbitasin sebagai antikanker, senyawa fitokimia yang dapat membunuh bakteri penyebab bau mulut, mentimun juga memiliki kandungan serat yang dapat membersihkan sisa makanan yang terdapat disela gigi (Erin 2013).Kemangi memiliki efek farmakologis yang memiliki sifat: rasa agak manis, dingin, harum dan menyegarkan, menghilangkan bau badan dan bau mulut (Khaidir 2010). Aroma harum daun kemangi berasal dari kandungan minyak atsirinya (Anonim 2011). Minyak racikan kemangi berfungsi melawan bakteri Staphylococcus aereus, Salmonella entereditis, dan Escherichia coli, menangkal infeksi akibat virus Basilus subtilis, Salmonella paratyph, dan Proteus vulgaris (Hariana dan Arief 2007).Berdasarkan penelitian yang di peroleh di atas, Efektivitas daun kemangi lebih signifikan dapat mengurangi halitosis dibandingkan dengan buah mentimun karena daun kemangi memiliki sifat antibakteria yang dapat menghambat timbulnya bakteri anaerob penyebab timbulnya halitosis serta membantu dalam memberikan aroma yang wangi pada rongga mulut karena daun kemangi mengandung minyak atsiri yang bersifat agak manis, dingin, harum, dan menyegarkan.

BAB VIISIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa mengkonsumsi daun kemangi lebih efektif mengurangi halitosis dibandingkan dengan mengkonsumsi buah mentimun. B. SaranBerdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Disarankan agar mengkonsumsi daun kemangi untuk mengurangi halitosis.2. Masyarakat dapat menggunakan daun kemangi sebagai obat alternative untuk mengurangi halitosis yang mudah untuk ditemukan sehingga tidak terlalu tergantung terhadap obat-obat lain yang mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh.

45

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003, Kemangi Ocimum basilicum [ Homepage of Plantamor ], [online]. Agustus12 last update, Available : http://plantamor.com/index.php?=913 [5 Agustus 2013].Anonim. 2004, Tanita HC201 breathchecker [ Homepage of White Reviews and ddiscount Prices for USA Delivery ], [online]. Agustus 22 last update, Available : http://www.eneva.com/spa-and-personal-care/tanita-hc201-breath-checker-white.asp [22 Agustus 2013].Anonim. 2009, Cara Hidup Khasiat Daun Kemangi [ Homepage Cara Hidup