"hakikat agama dan dialog antaragama dalam pemikiran kalam kontemporer"

33
HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER Makalah Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam Oleh Dosen Pembimbing Dr. M. Karman, M. Ag. Oleh : MISBAHUDIN (1152030060) MUTIA FAUZIA (1152030070) PBA/B/I FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI 1

Upload: misbahuddin

Post on 17-Feb-2016

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas Ilmu Kalam MisbahuddinUIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015

TRANSCRIPT

Page 1: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN

KALAM KONTEMPORER

Makalah

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam Oleh

Dosen Pembimbing Dr. M. Karman, M. Ag.

Oleh :

MISBAHUDIN (1152030060)

MUTIA FAUZIA (1152030070)

PBA/B/I

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2015

1

Page 2: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini dalam bentuk, maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini

dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi

pembaca dalam urusan pembelajaran.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi

makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk

memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan

makalah ini.

Bandung, 5 Desember 2015

Penulis,

2

Page 3: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................4

A. Latar belakang masalah ...............................................................................4

B. Rumusan masalah........................................................................................4

C. Tujuan masalah............................................................................................4

BAB II HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM

PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER........................................................5

A. Hakikat Agama dalam Pemikiran Kalam Kontemporer..............................5

1. Pengertian Hakikat Agama......................................................................5

2. Hakikat Agama dan Manusia..................................................................8

B. Dialog Antaragama dalam Pemikiran Kalam Kontemporer......................10

1. Pengertian Dialog Antargama...............................................................10

2. Etika dalam Dialog Antaragama...........................................................13

3. Hal yang di Harapkan dalam Dialog Antaragama.................................15

4. Permasalahan dalam Berdiaog Antaragama..........................................17

BAB III SIMPULAN ...................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Di tengah derasnya arus globalisasi, kita mendapatkan kenyataan bahwa agama

tetap diperbincangkan dan menarik. Kenyataan ini membuktikan bahwa tesis umum

tentang agama yang menempati subordinate (bawah) dalam kaitannya dengan

kemajuan sain dan teknologi sebenarnya tidak relevan. Dalam tahapan perkembangan

sosial.

kemasyarakatan tertentu dan waktu tertentu pula, pandangan tentang posisi bawah

agama dalam hubungannya dengan kemajuan sains dan teknologi bisa saja merupakan

fenomena sesaat. Kenyataan di atas selalu dibarengi dengan munculnya arus balik

yang bersifat keagamaan (Efendi, 2005: 261).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Agama dalam Ilmu Kalam Kontemporer?

2. Apa hubungan antara Agama dengan Manusia?

3. Apa yang dimaksud dengan Dialog Antaragama dan apa tujuanya?

4. Apakah Dialog Antar Agama Itu diperbolehkakn dalam Ilmu Kalam?

5. Mengapa dalam Agama perlu Dialog?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui Hakikat agama dalam Ilmu Kalam Kontemporer;

2. Untuk mengetahui hubunngan Agama dengan Manusia;

3. Untuk mengetahui Maksud dari Dialog Antaragama dan tujuan dialog

antaragama;

4. Untuk mengerhui hal-hal yang berhubungan dengann Dialog Antaragama.

4

Page 5: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

BAB II

HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN

KALAM KONTEMPORER

A. Hakikat Agama dalam Pemikiran Kalam Kontemporer

1. Pengertian Hakikat Agama

Agama menjadi istilah para antropolog, merupakan suatu universal yang dapat

ditemukan dalam setiap masyarakat dimanapun dan kapanpun. Suatu agama dipeluk

oleh pemeluknya karena mereka percaya bahwa agama itu benar dan akan memberi

keselamatan. Lebih dari itu, kenyakinan tersebut melahirkan kesadaran yang

mengakar behwa agama anutannya itu bersifat universal. Disini titik tolak pemeluk

agama (muslim) mendefinisikan agama anutannya (islam) dan agama lain dalam

kerangka kebenaran sehingga pemahaman terhadap “islam” menduduki posisi sentral

dalam pendefinisian dari kaum muslim dalam konteks hubungan antar agama. Karna

penjelasan tentang “islam” sekaligus menunjukan hakikat agama.1

Pengertian Agama, dapat dikelompokan dalam dua bagian, yaitu agama

menurut bahasa dan agama menurut istilah. Inilah beberapa kata Agama dengan

berbeda bahasa tetapi satu makna :

1. Ad-din ( bahasa Arab)

2. Religion (Inggris)

3. La religion (Prancis)

4. De religie (Blanda)

5. Die religion (Jerman)

Secara bahasa, agama berasal dari bahasa sangsakerta yang erat dengan agama

hindu dan budha, yang berisi “tidak pergi, tetap di tempat diwarisi turun temurun”.

Adapun arti kata din yang berarti menguasai, mendudukan, kepatuhan, balasan, atau

kebiasaan. Dan juga yang membentuk beberapa hukum yang perlu dipatuhi maupun

perintah yang wajib di lakukan maupun larangan yang harus dihindari, kata Din

1 Karman,M. 2015. ILMU KALAM Klasik Dan Temporer. Hal 71

5

Page 6: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

dalam Al-qur’an disebut sebanyak 94 kali, dalam sebagai pemahaman dan konteks

sebagai berikut :

1. Pembahasan (Q.S Al-fatihah ayat 4)

2. Undang-undang duniawi atau peraturan yang dibuat oleh para raja (Q.S Yusuf

ayat 76)

3. Agama yang datang dari Allah S.W.T, bila dirangkaikan dengan kata Allah (Q.S

Al-imran ayat 83)

4. Agama yang dibawa oleh Rasulullah S.A.W sebagai agama yang benar, yakni

islam, bila kata Adin dirangkaikan dengan kata Al-haq (Q.S At-taubah ayat 33)

5. Agama selain islam (Q.S Al-kafirun ayat 6, dan Q.S As-saf ayat 9)

Seperti yang pernah ditulis oleh Isma’il Al-faruqi dalam bukunya, beliau

mengemukakan bahwa:

a.Tauhid sebagai inti pengalaman agama

Inti pengalama agama kata Al-faruqi adalah Tuhan, kalimat syahadat

menempati posisi sentral dalam setiap kedudukan, tindakan, dan pemikiran, setiap

muslim. Kehadiran Tuhan mengisi kesadaran muslim setiap waktu. Bagi kaum

Muslim, Tuhan benar-benar merupakan obsesi yang agung.

b.Tauhid sebagai pandangan dunia

Tauhid merupakan pandangan umum tentang realitas, kebenaran dunia, ruang

dan waktu, sejarah manusia, dan takdir.

c.Tauhid sebagai intisari islam

Esensi peradaban islam adalah islam sendiri. Tidak ada satu perintah pun

dalam islam yang bisa dilepaskan dari tauhid.2

Agama di era globalisasi dihadapkan pada berbagai tantanngan dan kekuatan

yang sangat kompleks. Agama oleh Bellah disebut sebagai kekuatan spiritual manusia

diharapkan mampu menjawab beberapa persoalan kehidupan masyarakat, baik sosial,

ekonomi, politik kemanusiaan, dan sebagainya. Dalam bahasa yang lebih luas, Bellah

menghendaki agar agama tidak hanya berkutat pada aspek eskatologis semata, tetapi 2 Muhibbuddin, 1971, sejarah syari’ah islam di Indonesia.

6

Page 7: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

harus berperan aktif dalam masyarakat dengan tidak membelenggu dan membius

pemeluknya dalam ‘buaian’ semesta. Dengan jalan ini, diharapkan masyarakat tetap

survive membangun dan maju, tanpa harus menjadi permisif, karna selalu terkendali

dengan agama. Tantangan-tantangan tersebut menurut Sahliyeh, diperparah oleh gejala

terjadinya penyamarataan “crisis atmosphere”, sebagai nadi bagi upaya modernisasi

sebagai elite sekuler dalam dunia ketiga. Hal tersebut berakibat tumbuhnya

kekecewaan dengan nasionalis sekuler, problem wilayah, problem identitas nasional,

meluasnya keluhan-keluhan sosial ekonomi, serta krisis moralitas tradisional nilai-nilai

barat maupun dunia ke tiga.

Agama juga selain harus mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang ada, ia

juga harus bersaing dangan berbagai kekuatan di luar agama yang sangat beragam.

Kekuatan tersebut oleh E. jonhson diringkas menjadi delapan yaitu :

1. Demokrasi yang menuntut partisipasi.

2. Kesadaran global yang menghancurkan provinsialisme.

3. Kesadaran akan ketidak adilan ekonomi dan sosial, dan perlu penindakan

pengamanan.

4. Kesadaran secara besar-besaran dan perlu konflik secara damai.

5. Meterialisme yang memerlukan budaya tandingan untuk menyederhanakan

kehidupan dan nilai kemanusiaan.

6. Individualisme, berlebihan yang memunculkan masyarakat bebas dan

bertanggungjawab.

7. Etnosentrisme, rasisme dan kepekaan terhadap budaya lain, yang memerlukan

kata “gospel” ajaran, tentang martabat manusia yang asasi bagi setiap individu.

8. Feminism yang getol.3

2. Hakikat Agama dan Manusia

3 Karman,M. 2015. ILMU KALAM Klasik Dan Temporer. Hal 67

7

Page 8: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

Alam terbentang luas dan manusia hidup didalamnya. Dengan panca indra dan

akal yang ada padanya, manusia dapat menyaksikan alam itu berdasarkat sifat dan

lakunya. Maka yang mula-mula timbul pada manusia itu adalah perasaan bahwa ada

sesuatu yang menguasai alam ini. Kesan pertamanya adalah, adanya yang maha kuasa.

Setelah kita tinjau hidup manusia dan perkembangan cara berfikir, sejak dari

zaman yang sangat sederhana (primitive) sampai ia meningkat ke bermasyarakat,

nyatalah sudah bahwa pokok asli pendapatnya ialah tentang adanya Yang Maha Kuasa

dan Gaib. Karna sebab pertama tentang adanya Yang Ada, adalah fitrah jiwa. Besab

itu maka agama manusia yang mula-mula itulah agama fitrah.4

Bahkan didalam buku yang menjelaskan tentang ilmu agama salah satunya

yang berkaitan denga Tuhan. Seperti ilmu ketuhanan yang dijelaskan oleh T.M.

Usman El Muhammady yang menjelaskan bahwa ilmu ketuhanan yang Maha Esa

adalah ilmu yang menerangkan tentang sifat-sifat Allah seperti yang dijelaskan dalam

agama islam. Agama islam mengajarkan kita tentang kekuasaan Tuhan, sifat-sifat

Tuhan hanya saja, bahwa tiap otak manusia tidak mampu untuk mempelajari Tuhan

itu, yang dimaksudkan adalah, tidak mampu menetapkan apa, siapa, dan bagaimana

Tuhan itu sebenarnya.

Karna ketidakmampuan manusia maka timbullah anggapan-anggapan

mengenai Tuhan, sehingga timbullah berbagai agama buatan manusia. Dengan

diutusnya Nabi Muhammad SAW, yang memperkenalkan dirinya berdasarkan wahyu

Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, yang

termaktub dalam Al-qur;an. Tanpa adanya Al-qur’an kita tidak akan mengetahui

bagaimana Allah.5

Salah satu yang berkaitan tentang kebebasan beragama disebutkan dalam surah

Al-baqarah ayat 256. Ayat tersebut hanya berkaitan dengan kebebasan memilih agama

Islam atau selainnya. Seseorang yang dengan sekarela dan penuh kesadaran telah

4 Hamka. 1959. Pelajaran agama islam Manusia dan Agama. 5 Muhammady, El Usman.1970. Ilmu ketuhanan yang maha esa.

8

Page 9: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

memilih satu agama dan telah berkewajiban untuk melaksanakan ajaran agama

tersebut secara sempurna (mantap).

Akar-akar kebasan agama dijelaskan dalam Al-qur’an yang secara tegas yang

menyatakan bahwa perbedaan itu merupakan sunnatullah, sebagaimana dijelaskan

dalam surah Almaidah ayat 48. Tidak ada argumentasi apapun yang dapat menipis

eksistensi ini. Ayat tersebut tidak menafikan Allah untuk menjadikan manusia satu

warna. Para penafsir klasik umumnya menekankan dua hal :

1. Tugas kenabian bukan memaksa agar beriman.

2. Memberi petunjuk manusia hanyalah otoritas Tuhan.

Nabi Muhammad SAW berupaya mengajak manusia beriman kepada Allah

hingga hampir membahayakan dirinya, tetapi Allah tidak menghendaki demikian.

Sekiranya NAbi Muhammad masih tetap berusaha (untuk meakukannya), Allah SWT

telah memfonis bahwa beliau tidak akan berhasil. Kalaupun berhasil Allah tidak

menerimanya karna itu sebagi iman paksaan, sedangkan-Nya adalah iman yang tulus,

tanpa pamrih dan tanpa paksaan.

Masalah agama merupakan masalah sensitive, Kecintaan seseorang kepada

agamanya, dapat mendorong orang untuk bertindak secara melampawi batas

kewajaran dan bertentangan dengan akal sehat dan pikiran yang jernih jika akal

mendapat panghinaan. Masing-masing umat beragama menganggap baik perbuatan

yang mereka kerjakan dalam agama mereka sehingga apabila ada yang mencacinya

mereka akan segera bangkit untuk kemarahan yang berlebihan.

Upaya menghubungkan antar agama dapat dilakukan dengan memupuk saling

pengertian dan saling menghormati, seperti tidak mengejek simbol-simbol agama, dan

mengucap salam sebagai do’a keselamatan. Ayat-ayat Al-qur’an yang secara literal

melarang kaum muslim menjadikan non musim sebagai akhwan tempat berbagai

informasi dan sejenisnya tidak difahami dalam konteks hubungan permanen, melaikan

hubungan temporer, sesuai dengan dinamika hubungan antar agama.6

6 Karman, M. 2015. ILMU KALAM Klasik dan Kontemporer. Hal. 73

9

Page 10: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

B. Dialog Antaragama dalam Pemikiran Kalam Kontemporer

1. Pengertian Dialog Agama

Dialog adalah percakapan mengenai persoalan bersama antara dua atau lebih

orang dengan perbedaan pandangan yang tujuan utamanya adalah agar setiap

partisipan dapat belajar dari yang lain sehingga ia dapat berubah dan tumbuh. Atau

cara melakukan perjumpaan dengan memahami diri sendiri dan dunia pada tingkatan

terdalam, membuka kemungkinankemungkinan untuk menggali dan menggapai makna

fundamental kehidupan secara individu maupun kolektif dengan berbagai dimensinya

(Bhaidawy, 2001: 25).7

Agama merupakan salah satu pembatas peradaban. Artinya, umat manusia

terkelompok dalam agama Islam, Kristen, Katolik, Konghucu dan sebagainya. Potensi

konflik antar mereka tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi

pecahnya konflik antar umat beragama perlu dikembangkan upaya-upaya dialog

untuk mengeliminir perbedaan-perbedaan pembatas di atas.

Dialog adalah upaya untuk menjembatani bagaimana benturan bisa dieliminir.

Dialog memang bukan tanpa persoalan, misalnya berkenaan dengan standar apa yang

harus digunakan untuk mencakup beragam peradaban yang ada di dunia. Dialog antar

umat beragama merupakan sarana yang efektif menghadapi konflik antar umat

beragama. Pentingnya dialog sebagai sarana untuk mencapai kerukunan, karena

banyak konflik agama yang anarkis atau melakukan kekerasan. Mereka melakukan

pembakaran tempat-tampat ibadah dan bertindak anarki, seperti penjarahan dan

perusakkan tempat tinggal.8

Dialog antaragama merupakan sebuah solusi dan menjadi titik inti dalam

perubahan dari kehidupan egosentris ke kehidupan dialogis, karena semua itu akan

mengajak diri kita dan orang lain untuk melakukan transformasi agar kita tetap dapat

eksis dan terbuka pada orang lain dari dunia yang berbeda .9

7 Bhaidawy, 2001 hal : 258 Elly Maranatha Bakkara, Leo Fernando Hutabarat. http://dialog-antar-umat-

beragama.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 30 oktober 2013, pukul 14.15 WIB.9 Bhaidawy, 2001: 56

10

Page 11: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

Hubungan antaragama juga terkait dengan dialog antaragama. Penafsiran

eksklusif menafsirkan bahwa dialog dengan non muslim dianggap tidak penting,

karena tidak memiliki nilai positif. Az-Zamakhsyari, misalnya mengatakan

bahwasanya ahli kitab berdialog dengan perkataan dengan melampai batas (pernyataan

keji dan kecaman) maka tidak ada ruang dialog dengan mereka. Seperti hanya Az-

Zamarkhsyari, menurut Al-Qasimy, ahli al-kitab diberi ruang dengan orang muslim

dengan cara yang lebih keras, jika mereka menggunakan perkataan keji dann celaan.

Tidak ada dosa bagimu menghadapi mereka dengan cara yang keras.10

Agama merupakan masalah yang sangat sensitive bagi suatu bangsa, karena

agama merupakan identitas suci dibandingkan identitas sosial lainnya. Ketika terjadi

krisis, agama menjadi symbol pemersatu di satu sisi, dan pada sisi lain agama menjadi

factor pemecah belah. Krisis multidimensional yang melanda Indonesia sejak 1997

sampai sekarang menunjukan agama sebagai gejala sosial yang lebih bersifat

memecah belah kesatuan dibanding dengan mempersatukan.11 Seperti yang

diungkapkan M. Rasjidi, bahwa agama adalah masalah yang tidak dapat ditawar-

tawar, apalagi diganti.Ia mengibaratkan bahwa agama tidak seperti rumah atau pakaian

yang bisa diganti-ganti semau hati. Jika seseorang memeluk keyakinan, maka

keyakinan itu tidak dapat dipisahkan darinya. Berdasarkan keyakinan inilah,

menurutnya bahwa umat beragama sulit untuk berbicara secara objektif dalam soal

keagamaan, karena manusia dalam keadaan involved (terlibat)dengan hal tersebut.12

Mukti Ali, Hidup berdampingan antar berbagai macam kelompok agama

dengan hal itu belum dapat dikatakan dialog antar berbagai agama . karna dialog

sesunguhnya bukan hanya memberi informasi, mana yang sama dan mana yang

berbeda, antara ajaran yang satu dengan yang lalinya. Dialog antaragama juga bukan

suatu usaha agar orang yang diajak berbicara menjadi yakin akan kepercayaanya, dan

menjadikan orang lain mengubah agamanya kepada yang ia peluk. Dialog tidak

10 M. Karman, ILMU KALAM Klasik dan Kontemporer. Hal : 7611 Ahmad Syafi’I Mufid. Dialog Agama dan Kebangsaan. (Jakarta: Zikrul Hakim, 2001). Hal: 6.12 Zainul Abbas. Makalah: Hubungan Atar Agama di Indonesia(Tantangan dan Harapan). Hal:

1.

11

Page 12: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

dimaksudkan untuk konfersi semacam itu untuk menggembirakan agamanya yang

diikut. Dialog antaragama bukanlah studi akademis terhadap agama, juga bukan

merupakan usaha untuk menyatukan semua ajaran agama menjadi satu. Dialog

antaragama juga bukan suaatu usaha untuk membentuk agama baru yang dapat di ikuti

oleh semua pihak. Dialog bukanlah berdebat adu argumentasi antara beberapa

kelompok pemeluk agama, hingga dengan dengan demikian ada yang menang dan ada

yang kalah. Dialog bukanlah usaha untuk meminta pertanggungjawaban orang lain

dalam menjalankan agamanya. Dialog bukanlah semua itu! Lalu, apa yang dimaksud

dialog antar agama itu? 13

Menurut Hans Kung bahwa dalam didalog tidak hanya meningkatkan rasa

toleransi tetapi juga pengalaman transformatif bagi pihak-pihak yang terlibat.14 Lebih

jauh A. Mukti Ali merumuskan bahwa dialog antaragama adalah pertemuan hati

danpikiran antar pemeluk berbgai kelompok agama. Dialog adalah komunikasi antara

orang-orang terpercaya pada tingkat agama. Dialog adalah jalan bersama untuk

mencapai kebenaran dan bekerjasama dalam proyek-proyek untuk kepentingan

bersama. Ia merupakan perjumpaan antara dua pemeluk agama, tanpa merasa rendah

dan tanpa agenda tujuan yang dirahasiakan. Sedangkan menurut KBBI dialog berasal

dari kata di•a•log yaitu percakapan (sandiwara, cerita, dsb), bisa juga disebut karya

tulis yg disajikan dl bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih.15

Dalam jangkauan yang lebih luas, diluar para peserta dialog, dialog

mengharukan adanya kebebasan beragama, hingga setiap orang bebas untuk

mengungkapkan pandangan agamanya kepada orang lain, dan membiarkan orang lain

menyampaikan ungkapanya. Dengan begitu menjadi jelas perbedaan dan persamaan

antara satu agama dengan agama lain.

Itu sebab, dialog antar agama membiarkan utuh hak setiap orang untuk mengamalkan

keyakinannya dan mennyampaikan kepada orang lain. Dialog tidak menuntut para

13 Sabri, Mohammad. 1999. Keberagaman Yang Saling Menyapa. Hal. 16614 M. Karman, ILMU KALAM Klasik dan Kontemporer. Hal : 7615 Setiawan, Ebta. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan,

12

Page 13: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

pesertanya untuk meniggalkan kepercayaan agamanya atau sebagian dari kepercayaan

itu. Dialog agama adalah suatu perjumpaan yang sungguh-sungguh besahabat dan

berdasarkan hormat dan cinta dalam tingkatan agama aau berbagai kelompok pemeluk

agama. Karena itu sejak semula disadari betul perlunya komitmen bersama untuk

memeahami bagaimana proses dialog itu bisa terlangsung dan terbuka secara sejajar.

Dialog antaragama juga bisa mengambil bentuk komunikasi pengalaman

keagamaan (religius eperience) doa dan meditasi. Tentu dialog mistik seperti ini

hanya dapat dilakukan oleh pemimpin agama saja, atau orang-orang tertentu yang

memangn ingin mengetehui kehidupan pemimpin-pemimpin agama lain.

Dialog semacam ini jelas memiliki relavansi yang sangat kuat terhadap

pembinaan keruhanian masing-masing pemeluk agama. Sebab tataran dialog tidak lagi

seputar keagamaan-keagaman formal tetapi lebih kepada aspek yang substansial dan

transendental. Disini tema spritual lebih menjadi tema dominan dialog.16

2. Etika dalam Dialog Antar Agama

Dialog dalam konteks mengajak orang lain beriman hanya kepada Allah

merupakan bagian penting dari dakwah islam. Namun, penting dicatat bahwa dalam

berdakwah absolusitas ajaran agama yang oleh kaum muslim diyakini kebenaranya

secara absolut, tidak dapat diabsolutkan kepada orang lain diluar agama yang dipeluk

oleh mitra dialog. Kaum muslim dalam dialog dapat menunjukan identitas keimanan,

dan tidak memaksakanya kepada orang lain. Petunjuk yang diberikan oleh Al-qu’an

apabila berdialog dengan Ahl Kitab adalah menjunjung tinggi etika dan menghormati

mitra dialog dengan tidak menyalahkan keyakinan yang dimiliki mitra dialog.

Menurut, Hans Kung ketika penting dalam menjajakan dialog global dengan etika dan

hubungan antaragama diera kini, ada tiga hal penting dalam rangka dialog antaragama,

meliputi:

16 Sabri, Mohammad. 1999. Keberagaman Yang Saling Menyapa. Hal. 169

13

Page 14: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

1. Hanya bila seorang berusaha memahami kepercayaan dan nilai-nilai ritus serta

simbol-simbol orang lain atau sesamanya maka ia dapat memahami orang lain

secara sungguh-sungguh.

2. Hanya bila seorang berusaha memahami kepercayaan orang lain, maka ia dapat

memahami imannya secara sungguh-sungguh, kekuatan dan kelemahan, segi-segi

yang konstan dan yang berubah.

3. Hanya jika seseorang berusaha memahami kepercayaan orang lain, ia dapat

menemukan dasar yang sama meskipun ada perbedaanya yang dapa menjadi

landasan untuk hidup bersama di dunia secara damai.17

Globalisasi yang melahirkan tatanan dunia yang satu menuntut umat eragama

meningkatkan kerjasama dan pemahaman sesama manusia karena secara realitas umat

beragama hidup dalam satu planet yang kecil. Perbedaan akidah dan pandangan hidup

tidak lagi menjadi halangan untuk bekerjasama dalam kebaikan. Ini sejalan pula

dengan peritah Allah dalam Q. S. Al-Maidah : (5) 2 untuk bekerjasama dalam

kebaikan dan ketakwaan serta sejalan pula dengan ajaran ahl kitabmencapai titik temu

atau sepakat (comon platform) sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Ali Imran (3) : 64.

Umat beragama dimasa kini dihdarapkan mampu melakukan selebrasi

Dialog dan kerukunan antar umat beragama masih merupakan barang mewah

banyak Negara didunia ini, di Timur Tengah, India, Burma, Irlandia, belum lagi di

Negara-negara bekas Uni Soviet dan Yugoslavia, keterangan antar umat beragama

masih sangat menhiasi berita surat kabar. Diberbagai Negara pluralitas keberagaman

manusia dapat dengan mudah mencabik-cabik kesatuan dan kesatuan bangsa.

Pluralitas agama di Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim begitu banyak

mendapat sorotan tajam oleh banyak pengamat dilua negeri. Meskipun beberapa

kalangan tertentu didalam negeri masih ada yang merasa yang tidak puas terhadap

kehidupan beragama ditanah air, namun para penagamat dari luar mulai melihat model

17 M. Karman, ILMU KALAM Klasik dan Kontemporer. Hal : 76

14

Page 15: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

dialog dan keturunan hidup antarumat beragama di Indonesia sebagai alternatif yang

perlu dikembangkan.18

3. Hal yang di Harapkan dalam Dialog Antaragama

Kerukunan antarumat beragama merupakan salah satu hasil dari dialog ,

disamping hasil dari yang lain seperti, pergaulan akrab dan perdamaian. Dialog

berbeda dengan polemik. Polemik bersifat ofensif dan bertujuan mengalahkan lawan

atau melumpuhkan kegiatanya. Selain itiu dialog juga berbeda dengan apologi.

Apologi bersifat desendif. Seorang penulis apolog berusaha untuk membuktikan

kaidah-kaidah nya namun apabila diserang kadang-kadang bersifat polemis juga.

Keduanya yaitu apologi dan polemiik tidak keluar dari alam pemikiranya dan tidak

berusaha memasuki dan memahami alam pikiran orang lain. Yang dicari dalam dialog

adalah kebenaran Universal yang tidak memiliki sepenuhnya oleh masing-masing

pihak. Jadi kedua belah pihak harus mengakui kebenaran Universal. Dialog antar

agama bukan saja untuk mencari saling pengertian akan tetapi juga untuk mengambil

bagian dalam pengalaman batin Orang lain.

Terlaksananya suatu dialog memerlukan prasyarat kesadaran agama pada dua

belah pihak harus kuat. Apabila dialog tematis (formal) belum dapat dilaksanakan,

tidak ada alas an untuk meninggalkan dialog sama sekali. Usaha dialog antar agama

telah lama dirintis orang. Beberapa tokoh agama yang berpandangan jauh kedepan

telah banyak tampil memprakarsainya, namun inisiatif tersebut belum mendapat iklim

baik untuk maju secara lebih luas. Terlebih untuk dialog yang membicarakan suatu

doktrin teretentu seperti tentang Tuhan, Wahyu, Nabi, Dosa, Surga, Neraka, Roh, dan

lain sebagainya.19

Bagaimana pun setiap orang merasa agamannya yang paling benar. Tetapi

yang penting adalahkita bisa menjaga jarak antar pemeluk agama. Kata orang jawa

“nek cedek mambu tahi, nek adoh mambu kembang” (kalau dekat babu kotoran, kalau

jauh bau bunga). Artinya kalau persentuhan terlalu dekat menyangkut hal-hal yang 18 Abdullah, M. Amin. 1993. Etika Dan Dialog Antaar Agama Hal 11819 Dr. Zakiyah Daradjat, dkk. 1996. Perbandingan Agama 2 Hal 144 – 146

15

Page 16: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

seharusnya tidak disentuhkanmungkin menjadi berbahaya dan deksruktif. Kalau kita

tidak siap dengan di sentuh maka justru akan memberi peluang akan timbulnya

konflik-konflik. Jadi terus terang dialog pada tataran subjektif atau dialogis, agak ragu-

ragu kecuali dalam batas perkawinan yang serius antar sejumlah orang yang memang

sudah siap mental dal siap ilmu.20

Dengan bersemagat untuk mencari kebenaran terus menerus, dialog

antaragama mempuyai fungsi kritis. Ini jangan dikacaukan dengan anggapan bahwa

dialog ini wahana untuk menentukan agama mana yang paling benar. Jika kata agama

dipahami secara konkrit dan bukan secara tafisis, maka dialog agama berarti dialog

antar orang-orang yang beragama. Manusia mendapatkan tetmpat yang sentral dalam

dialog. Tapi ingat, sebaiknya manusia pun tidak memahami secara metafisis,

melainkan manusia yang konkrit. Manusia konkrit berarti lingkungan budaya tertentu,

dan pada masa terrtentu. Dalam kekonkritanya inilah dialog mendapatkan sebagai

fungsi kritis.

Dialog antaragama tidak hanya bertentangan dengan imanmelaikan justru

menjadi tantangan bagi setiap orang yang terlibat untuk mengembangkan kejujuran

dan otensitas imanya. Sadar bahwa agama seorang tidak habis diungkapkan lewat

doktrin atau tradisi, setiap orang ditantang untuk melihat segi konkrit ataupraksisi dari

iman.demikian lah dialog berfungsi untuk melihat bagaimana relasi agama, hidup dan

relasi memiliki.

Dialog sebagai fugsi kritis tidak terlepas dari kehendak setiap orang untuk

mencari kebenaran terus-menerus. Kebenaran ini bukan seperti baang-barang yang

dijejer di super market atau pasar, yang bisa kita ambil diasaat kita membeutuhkanya.

Kebenaran mleliputi dimensi praktis dan refleksif tanpa refleksi religius,

pengalaman keagaman kkita menjadai buta, pengalaman membutuhkan iluminasi kritis

dan kebranian untuk mereklesifkanya. Sebaliknya refleksi tanpa pengalaman religius

akan menjadi refleksi yang kosong. Demikianlah dialog sebagai wahana refleksi

bersama, mempunyai daya kritis, baik dimensi praktis maupun refleksif, baik dalam 20 Nadjib, Emha Ainun. 1993. Dialog: Kritik dan Identitas Agama. Hal.162

16

Page 17: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

kehidupan seorang secara pribadi maupun kelompok, substansi dialog kalau demikian

bukan lagi membandng-bandingkan agama tetapi lebih serupa dengnan kesaksian terus

memnerusatas realitas ilahi yang bersifat komprehensif dan menopang hidup orang

yang percaya. Kesaksian ini merupakan ungkapan seiap konstan dan kritis bagi orang-

orang yang hendak mencari kebenaran ditengah-tengah pluralitas agama.21

4. Permasalahan dalam Berdialog Antaragama

Dialog antar agama adalah dialog antara pemimpin jema’at agama. Mengapa

agama perlu dialog , karena mereka selalu saja terlbat konflik. Konflik antar agama

memang berati penyangkalan terhadap keabsahan agama yang terlibat dalam konflik

itu. Mereka adalah agama simbolik, tetapi dengan klaim sejati berikut kemutlakan dan

kesakalanya.

Dengan demikian hampir bisa dipastikan bahwa dialog antaragama seperti di

persepsikan selama ini tidak akan pernah bisa mencapai apa yang menjadi tujuanya.

Yakni kerjasama antaragama atau minimal mencegah terjadinya konflik sessama

mereka. Karna sebagai agama simbolik yang sudah sangat jauh terdirsorsi itu maka

dalam hubungan mereka satu dengan yang lain tidak ada agenda kecuali konflik.

Konflik antar antagonistik. Variasinya hanya akan berkisar pada pilihan-pilihan.

Kecuali apabila dialog itu sendiri memaksudkan sepenuhnya bagi poses bunuh

diri atau sekurang-kurangnya sebagai forum kritik radikal terhadap kedirian agama-

agama yang berssangkutan, artinya:

Pertama, bahwa dialog itu sendiri berani mempertanyakan secara mendasar

relevansi agama simbolik dengan agama real. Mana bagian dari agama simbolik itiu

yang bisa di verifikasi dengan hasrat kepasrahan kepada tuhan disatu pihak dengan

komitmen mewujudkakn keadilan, dilain pihak itulah yang layak dipertahankan.

Sebaliknya yang tidak bisa diverivikasi, kita kesampingkan.

21 Sunardi, Rt. 1993. Dialog: Cara Baru Beragama. Hal 77-79

17

Page 18: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

Kedua, bahwa sekalipun suatu unsur dari agama simbolik itu bisa di verivikasi

sepenuhnya, seperti halnya ayat-ayat kitab suci , maka sebenarnya kemutlakan dan

kesakralanya, bukanlah bersifat dzat, kemutlakan dankesakralan kitab-kitab suci,

bukanlah terletak pada huruf dan kalimat kitab-kitab suci itu, melainkan semata-mata

karena muatan makna yang dikandungnya. Dalam bahas Ilmu Kalam (Asy-‘ari), huruf

dan kalimat-kallimat yang dibaca itu bukanlah hal yang qadim, azaly. Yang qadim,

azaly dan mutlak adalah makna. Yang terkandung didalamnya.

Jika demikan yang dimaksud dengan dialog antar agama, mana yang paling

layak dan bukan yang hanya layak, tapi mampu adalah umat itu sendiri, bukan

pemimpinnya.22

5. Tujuan Dialog Antaragama

Tujuan dialog antar agama adalah pemahaman bukan maksudnya untuk

mengalahkan yang lain untuk mencapai kesepakatan penuh atau pada suatu agama

universal. Cita-citanya adalah komunikasi untuk menjembatani jurang ketidaktahuan

dan kesalahpahaman timbal balik antara budaya dunia yang berbeda-beda.

Membiarkan mereka bicara dan mengungkapkan pandangan mereka dalam bahasa

mereka sendiri (Panikkar, 1994: 33)23

BAB III

SIMPULAN

Dari hasil-hasil pembahasan yang telah dijelaskan pada Bab II, dapat disimpulkan

bahwa sebagai berikut :

22 Mas’udi, Masdar Farid. 1993. Agama dan Dialognya. Hal: 155-15723 Panikkar, 1994 Hal: 33

18

Page 19: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

1. Secara bahasa, agama berasal dari bahasa sangsakerta yang erat dengan agama

hindu dan budha, yang berisi “tidak pergi, tetap di tempat diwarisi turun

temurun”. Adapun arti kata din yang berarti menguasai, mendudukan,

kepatuhan, balasan, atau kebiasaan.

2. Upaya menghubungkan antar agama dapat dilakukan dengan memupuk saling

pengertian dan saling menghormati, seperti tidak mengejek simbol-simbol

agama, dan mengucap salam sebagai do’a keselamatan.

3. Masalah agama merupakan masalah sensitive, Kecintaan seseorang kepada

agamanya, dapat mendorong orang untuk bertindak secara melampawi batas

kewajaran dan bertentangan dengan akal sehat dan pikiran yang jernih jika akal

mendapat panghinaan.

4. Dialog adalah percakapan mengenai persoalan bersama antara dua atau lebih

orang dengan perbedaan pandangan yang tujuan utamanya adalah agar setiap

partisipan dapat belajar dari yang lain sehingga ia dapat berubah dan tumbuh.

Sedangkan Agama merupakan salah satu pembatas peradaban. Artinya, umat

manusia terkelompok dalam agama Islam, Kristen, Katolik, Konghucu dan

sebagainya. Potensi konflik antar mereka tidak bisa dihindari.

5. Dialog antaragama merupakan sebuah solusi dan menjadi titik inti dalam

perubahan dari kehidupan egosentris ke kehidupan dialogis, karena semua itu

akan mengajak diri kita dan orang lain untuk melakukan transformasi agar kita

tetap dapat eksis dan terbuka pada orang lain dari dunia yang berbeda.

6. Terlaksananya suatu dialog memerlukan prasyarat kesadaran agama pada dua

belah pihak harus kuat. Apabila dialog tematis (formal) belum dapat

dilaksanakan, tidak ada alas an untuk meninggalkan dialog sama sekali. Usaha

dialog antar agama telah lama dirintis orang.

7. Tujuan dialog antar agama adalah pemahaman bukan maksudnya untuk

mengalahkan yang lain untuk mencapai kesepakatan penuh atau pada suatu

agama universal. Cita-citanya adalah komunikasi untuk menjembatani jurang

ketidaktahuan dan kesalahpahaman timbal balik antara budaya dunia yang

19

Page 20: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

berbeda-beda. Membiarkan mereka bicara dan mengungkapkan pandangan

mereka dalam bahasa mereka sendiri.

8. Dialog antaragama seperti di persepsikan selama ini tidak akan pernah bisa

mencapai apa yang menjadi tujuanya. Yakni kerjasama antaragama atau minimal

mencegah terjadinya konflik sessama mereka. Karna sebagai agama simbolik

yang sudah sangat jauh terdirsorsi itu maka dalam hubungan mereka satu dengan

yang lain tidak ada agenda kecuali konflik.

9. Dialog antaragama tidak hanya bertentangan dengan imanmelaikan justru

menjadi tantangan bagi setiap orang yang terlibat untuk mengembangkan

kejujuran dan otensitas imanya.

10. Kerukunan antarumat beragama merupakan salah satu hasil dari dialog ,

disamping hasil dari yang lain seperti, pergaulan akrab dan perdamaian. Dialog

berbeda dengan polemik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin. 1993. Etika Dan Dialog Antaar Agama. Yogyakarta: PUSTAKA

PELAJAR;

Bassri, Hasan Dkk. Ilmu Kalam Sejarah Dan Pokok Pikiran Aliran-Aliran.

20

Page 21: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

Dr. Zakiyah Daradjat, dkk. 1996. Perbandingan Agama 2. Jakarta: BUMI AKSARA;

Elly Maranatha Bakkara, Leo Fernando Hutabarat. http://dialog-antar-umat-

beragama.blogspot.com/. (Diakses pada tanggal 30 oktober 2013, pukul

14.15 WIB).

Hamka. 1959. Pelajaran Agama Islam Manusia Dan Agama. Jakarta: BULAN

BINTANG;

Karman, M. 2015. ILMU KALAM Klasik dan Kontemporer. Bogor: HILLIANA

PRESS;

Mas’udi, Masdar Farid. 1993. Agama dan Dialognya. Yogyakarta: PUSTAKA

PELAJAR;

Mufid, Ahmad Syafi’I. 2001. Dialog Agama dan Kebangsaan. Jakarta: ZIKRUL

HAKIM;

Muhammady, El Usman.1970. Ilmu ketuhanan yang maha esa. Djakarta: PUSTAKA

AGUS SALIM.

Muhibbuddin, 1971, Sejarah Syari’ah Islam Di Indonesia, MAJALAH ILYA

ULUMUDDIN;

Nadjib, Emha Ainun. 1993. Dialog: Kritik dan Identitas Agama. Yogyakarta:

PUSTAKA PELAJAR;

Nasution, Harun. Teologi Islam, OP.CIT;

Sabri, Mohammad. 1999. Keberagaman Yang Saling Menyapa. Yogyakarta: ITTAQA

Press;

21

Page 22: "HAKIKAT AGAMA DAN DIALOG ANTARAGAMA DALAM PEMIKIRAN KALAM KONTEMPORER"

Setiawan, Ebta. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan,

Http//pusatbahasa.kemdiknas.go.id./KBBI;

Sunardi, Rt. 1993. Dialog: Cara Baru Beragama. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR;

Zainul Abbas. Makalah: Hubungan Atar Agama di Indonesia(Tantangan dan

Harapan);

22